Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan informasi

tentang perkembangan proses dan hasil belajar siswa dan hasil mengajar

guru. Informasi mengenai hasil penilaian proses dan hasil belajar serta hasil

mengajar yaitu berupa penguasaan indikator – indikator dari kompetensi

dasar yang telah ditetapkan. Informasi hasil penilaian ini dapat digunakan

sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian

kompetensi dasar, melaksanakan program remidial serta mengevaluasi

kemampuan guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kemampuan guru dalam menyusun alat evaluasi merupakan hal

yang penting dan harus mendapat perhatian yang serius. Secara ideal, Guru

mampu membuat alat evaluasi yang valid dan handal, sehingga antara

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran merupakan satu

kesatuan proses yang berkesinambungan dan dapat mengukur kemampuan

peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran dengan tepat

Instrume tes yang baik dan berkualitas dapat membantu pendidik

meningkatkan pembelajaran dan memberikan informasi yang tepat tentang siswa

telah mencapai kompetensi atau belum. Salah satu ciri soal yang berkualitas atau

baik adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik.

Semakin tinggi kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran,

1
2

semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal atau mencapai

kompetensi yang ditetapkan. Makin rendah kemampuan peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran, makin kecil pula peluang menjawab benar soal

untuk mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

Penyusunan soal evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan

siswa dalam menguasai indikator–indikator kompetensi , dengan melihat hasil

guru akan mengetahui kelemahan siswa. Untuk dapat menyusun soal evaluasi

yang memenuhi persyaratan cukup sulit karena menyusun soal evaluasi

memerlukan pengetahuan, keterampilan serta ketelitian.

Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan

akademik supaya dapat menarik kesimpulan apakah siswa yang bersangkutan

telah menguasai indikator–indikator kompetensi dasar atau tidak.

Di SMA Negeri 3 Bondowoso kenyataan dilapangan menunjukkan

bahwa pada tahun pelajaran 2020/2021 hanya terdapat 40 % guru yang mampu

menyusun soal evaluasi dengan baik , sisanya 60% guru belum mampu menyusun

soal evaluasi dengna baik sesuai dengan kriteria yang berlaku, dalam hal ini

guru yang bersangkutan tidak menyusun soal evaluasi sendiri melainkan

menggunakan soal evaluasi tahun lalu atau mencari di internet (bank Soal)

sehingga yang terjadi di sekolah ketidak sesuaian antara bahan ajar dengan

tes pada materi bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti sekaligus Kepala SMA Negeri 3

Bondowoso tertarik mengadakan kegiatan penelitian sekolah yang berjudul


3

“Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Soal Evaluai Melalui

Workshop Penilaian Di SMA Negeri 3 Bondowoso.

B. Rumusan Masalah

Adapaun rumusal masalah dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah

apakah melalui workshop penyusuan perangkat penilaian dapat meningkatkan

kompetensi guru dalam menyusun soal evaluasi dengan baik dan benar..

C. Tujuan Penelitian

Meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun soal evaluasi Ujian

Sekolah tahun pelajaran 2020/2023 di SMA Negeri 3 Bndowoso

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi kepala sekolah,

Sebagai informasi tentang kompetensi guru dalam menyusun soal evaluasi

2. Bagi guru

a. Sebagai masukan untuk meningkatkan kompetensinya dalam menyusun

soal evaluasi berdasarkan mekanisme dan langkah - langkah yang

ada.

b. Agar guru yang bersangkutan memiliki kompotensi menyusun

evaluasi yang standar.


4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Guru

Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks

pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional

bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang

menempati posisi yang strategis dalam pembukaan UUD 1945. Dalam situasi

pendidikan, khususnya pendidikan formal di madrasah, guru merupakan

komponen yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan

guru berada dibarisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain,

guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses

dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian upaya perbaikan apapun

yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan

sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan

berkompoten. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai

kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas

profesionalnya.

Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga profesional

menurut pasal 4 UU Guru dan Dosen adalah sebagai agen pembelajaran (Learning

Agent) yang berfungsi meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai agen

pembelajaran guru memiliki peran sentral dan cukup strategis antara lain sebagai

5
5

fasilitator, mitivator, pemacu, perekayasa, dan pemberi inspirasi belajar bagi

peserta didik.

Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki

kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Menurut W.J.S.

Poerwadarminta kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan

atau memutuskan sesuatu hal. Kompetensi berasal dari kata competency, yang

berarti kemampuan atau kecakapan.

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna yang diantaranya

adalah sebagai berikut: Menurut Usman (2005) kompetensi adalah suatu hal yang

menggambarkan kualitatif atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif

maupun kuantitatif.

Charles E. Johnson, mengemukakan bahwa kompetensi merupakan

perilaku yang rasional untuk mencapau tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan

kondisi yang diharapkan. Kompetensi merupakan suatu tugas yang

memadai atas kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang

dituntut oleh jabatan seseorang. Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai dasar yang dilefleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak.

Menurut Janawi (2012:29) kompetensi guru dinilai berbagai kalangan

sebagai gambaran profesional atau tidaknya tenaga pendidik (guru). Bahkan

kompetensi guru memiliki pengaruh terhadap keberhasilan yang dicapai peserta

didik. Menurut Nana Sudjana memahami kompetensi sebagai suatu kemampuan

yang disyaratkan untuk memangku profesi. Senada dengan Nana Sudjana,


6

Sardiman (dalam Jawawi, 2012) mengartikan, Kompetensi adalah

kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang berkenaan dengan tugasnya.

Kedua definisi tersebut menjelaskan bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar

yang harus dimiliki oleh seseorang, dalam hal ini oleh guru.

Menurut Noor Jamaluddin (1978 Guru adalah pendidik, yaitu orang

dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak

didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,

mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah

khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri

sendiri. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Umar (2012) mengemukakan “Kompetensi guru juga merupakan

kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara

bertanggung jawab dan layak. Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah

disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru

dalam melaksanakan profrsi keguruannya”. Jadi pengertian dari kompetensi

guru adalah orang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar dan memiliki

kemampuan dan kewenangan dalam melaksanakan profesi keguruannya. Selain

itu, kompetensi guru merupakan kemampuan atau kesanggupan guru dalam

melaksanakan tugasnya, melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan


7

atau kesanggupan untuk benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan

keterampilannya sesuai dengan sebaik-sebaiknya. (Wahyudi, 2010)

Bertitik tolak dari konsep yang telah diuraikan, dapat dipahami bahwa

pengertian kompetensi guru adalah kemapuan dan keahlian khusus yang dimiliki

oleh tenaga pengajar dan pendidik dalam bidang keguruan sehingga ia mampu

melakukan tugas dan fungsinya yang maksimal. Atau dengan kata lain,

kompetensi guru adalah kemampuan orang yang terdidik dan terlatih dengan baik

serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya

Masalah kompetensi guru merupakan hal yang urgen yang harus dimiliki

oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar

tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social

adjusment dalam masyarakat. Kompetensi guru sangat penting dalam rangka

penyusunan kurikulum. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun

berdasarkan kompetensi yang dimilki oleh guru. Tujuan, program pendidikan,

sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya direncanakan

sedemikian rupa agar relevan dengan tuntunan kompetensi guru secara umum.

Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan

tanggung jawab sebaik mungkin.

Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkunag belajar

yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan

kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki

meliputi: (1) Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan

inteletual, (2) Kompetensi afektif, yaitu komptensi atau kemampuan bidang


8

sikap, menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang

berkenaan dengan tugas dan prifesinya, dan (3) Kompetensi psikomotorik, yaitu

kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau berperilaku.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam

proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak

terpisahkan antara pesrta didik yang belajar dan guru yang mengajar. Agar proses

pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru

mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didik

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru

mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung

jawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadikan guru profesional,

baik secara akademis maupun non akademis.

Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki

capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kamampuan dalam bidang

ilmu yang diajarkan, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik

dan mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas

keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tetapi

sebelum dan sesudah kelas.

Kedua kategori, capability dan Loyality tersebut, terkandung dalam

macam-macam kompetensi guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi


9

paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional.

Tuntutan kompetensi dibidang penelitian kependidikan ini merupakan

tantangan kualitatif bagi guru untuk masa kini dan yang akan datang. Untuk

keberhasilan dalam mengemban peran sebagai guru, diperlukan adanya standar

kompetensi. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen pasal 10,

menentukan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Adapun macam –

macam kompetensi guru dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kompetensi Pedagogik

Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogil adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. Pemahaman wawasan / landasan kependidikan

b. Pemahaman terhadap peserta didik

c. Pengembangan kurikulum / silabus

d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran


10

g. Evaluasi Hasil Belajar (EHB)

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

Jadi kompetensi pedagogik adalah kompetensi atau kemampuan seorang

guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap landasan

pendidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau

silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pemamfaatan

media pembelajaran dan Evaluasi hasil belajar.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Dalam

standar nasional pendidikan, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi

kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan

pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi

yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan

mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mensejahterakan masyarakat,

kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.

Jadi kompetensi kepribadian adalah kompetensi atau kemampuan

seorang guru yang meliputi beberapa kepribadian yang mantap, stabil, berakhlak

mulia, dewasa, arif dan berwibawa serta menjadi tauladan terhadap peserta didik.
11

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan

masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai

bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik; dan

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

Jadi kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru untuk

berkomunikasi dengan baik terhadap siswa, sesama pendidik, orang tua/wali

siswa dan bahkan dengan masyarakat yang ada disekitarnya baik secara langsung

maupun dengan melalui media atau teknologi komunikasi.

4. Kompetensi Profesional

Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan

materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional

merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Adapun ruang

lingkup kompetensi profesional sebagai berikut:


12

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,

psikologi, sosiologi dan sebagainya

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan

c. peserta didik

d. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi

tanggung jawabnya

e. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

f. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber belajar

yang relevan

g. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

h. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

i. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik

Jadi kompetensi professional adalah kemampuan seorang guru untuk

menguasai materi pembelajaran, mengelola pembelajaran dan dapat juga

menumbuhkan kepribadian peserta didik

Bertitik tolak dari beberapa keterangan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sebagai seorang guru baik pada sekolah pada umumnya maupun pada

madrasah harus memiliki 4 macam kompetensi, yakni; kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional


13

B. Evaluasi Hasil Belajar

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan

pembelajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai

hasil belajar, kegiatan tersebut sering disebut dengan evaluasi.

Secara etimologi evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation yang

berarti penilaian, yakni memberikan suatu nilai, harga terhadap sesuatu dengan

menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksudkan adalah kriteria yang

bersifat kuantitatif atau kualitatif.

Dengan demikian berdasarkan definisi evaluasi oleh para ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu proses yang sistematis

untuk mengukur dan menilai kemampuan siswa dalam menguasai bahan-bahan

yang telah disampaikan melalui proses pembelajaran dengan memberikan

skor atau nilai tertentu (Muhammad Ramli:2008)

Secara umum tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui perkembangan

dan kemajuan hasil belajar siswa setelah selesai mengikuti program pembelajaran,

juga untuk mengumpulkan data dan informasi dalam usaha perbaikan terhadap

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan kurikulum.

Menurut Sudirman (1992), tujuan evaluasi hasil belajar adalah:

1. Mengambil keputusan tentang hasil belajar

2. Memahami anak didik

3. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran


14

Menurut M. Chobib Thoha (1996) , dalam bidang hasil belajar, evaluasi

bertujuan untuk : a). Mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik, b)

Mengukur keberhasilan mereka baik secara individual maupun secara kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa tujuan evaluasi adalah :

1. Untuk mengukur keberhasilan siswa baik secara individu maupun

kelompok.

2. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar

memperbaiki proses pembelajaran.

3. Untuk mengukur keberhasilan program pendidikan yang dilaksanakan akhir

semester atau tahun.

4. Untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dalam

belajar

Pada dasarnya terdapat empat fungsi evaluasi pendidikan,( Muhammad

Ramli:2008) yaitu :

1. Penilaian berfungsi selektif

Dengan mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan

seleksi terhadap siswanya, baik untuk memilih yang diterima, naik

kelas, mendapat beasiswa, lulus sekolah dll.

2. Penilaian berfungsi diagnostik

Mengadakan penilaian juga dapat mendiagnosis sebab-musabab kelebihan

dan kelemahan siswa dalam belajar, sehingga dari hasil tersebut jika berupa
15

kelebihan dapat dikembangkan dan diikuti oleh siswa lainnya, dan jika berupa

kelemahan maka mudah dicari cara mengatasinya.

3. Penilaian berfungsi placement

Dengan penilaian dapat diketahui tingkat kemampuan dan penguasaan

terhadap suatu materi tertentu bagi setiap individu. Dari hasil tersebut

dapat dilihat hasil yang sama atau relatif sama dapat dikelompokkan

menjadi satu kelompok.

4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Pada tahap akhir suatu program pendidikan atau pembelajaran selalu

dilaksanakan penilaian, untuk dapat menentukan berhasil tidaknya siswa

dalam mengikuti program tersebut

Pada prinsipnya evaluasi hasil belajar sangat penting dilaksanakan dalam

setiap pembelajaran, hal ini dikarenakan dengan melaksanakan evaluasi kita dapat

melihat atau menilai bagaimana tingkat keberhasilan yang dicapai dari proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan dan nantinya hal itu juga menjadi indikator

untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran ke arah yang lebih baik lagi.

Menurut Anas Sudijono (2009) , evaluasi hasil belajar dapat dikatakan

terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada

tiga prinsip dasar, yaitu:

1. Prinsip Keseluruhan

Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah

prinsip komprehensif (comprehensive). Dengan prinsip komprehensif

dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan


16

terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat,

utuh, atau menyeluruh

2. Prinsip Kesinambungan

Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas

(continuity). Dengan prinsip kesinambungan dimaksudkan di sini bahwa

evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang

dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu

3. Prinsip Obyektifitas

Prinsip obyektivitas (objektivity) mengandung makna bahwa evaluasi hasil

belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas

dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif

C. Workshop Penilian

Workshop atau disebut juga lokakarya biasanya sering dilakukan oleh

instansi atau organisasi guna melakukan penyuluhan atau pelatihan dalam suatu

diskusi yang membahas suatu permasalahan untuk mencari jalan keluarnya,

dengan mengundang seorang pembicara untuk menjadi nara sumber yang

dapat dipercaya. Untuk mengetahui definsi yang lebih jelas mengenai

workshop, penulis akan menguraikan beberapa definsi menurut para ahli sebagai

berikut :

Menurut Sumarno (2003) menjelaskan bahwa : “Workshop adalah suatu

acara dimana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu

dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya atau workshop adalah pertemuan ilmiah
17

kecil. Kegiatan lokakarya atau workshop identik dengan seminar yaitu suatu

pertemuan ilmiah untuk membahas masalah tertentu oleh para pakar dalam bidang

tertentu pula”.

Sedangkan menurut Romivera (2013) menyatakan bahwa : ”Lokakarya

(Workshop) adalah program pendidikan dan pelatihan yang padat dan singkat.

Pemimpin lokakarya memberi tugas kepada peserta yang harus

dikerjakan pada waktu itu juga. Kegiatan lokakarya identik dengan seminar yaitu

suatu pertemuan ilmiah untuk membahas masalah tertentu oleh pakar dalam

bidang tertentu pula”.

Program Workshop atau yang sering disebut sebagai pendidikan

kecakapan hidup diartikan sebagai berikut : Life skills education is an important

vehicle to equip young people to negotiate and mediate challenges and risks in

their lives, and to enable productive participation in society (UNICEF. 2012).

Life skills education in school are abilities for adaptive and positive behaviour,

that enable individuals to deal effectively with the demands and challenges of

everyday life.( Ben Sprunger. 1997). Practice of life skills can bring qualities like

self- esteem, sociability and tolerance, action competencies to the contemporary

secondary school students and can generate enough capabilities among them to

have the freedom to decide what to do in a special situation (pendidikan

keterampilan hidup adalah sebuah sarana penting untuk membekali generasi muda

untuk menghadapi tantangan dan risiko dalam hidup mereka, dan untuk

memukingkan partisipasi yang produktif dalam masyarakat. Pendidikan

kecakapan hidup di sekolah diartikan kemampuan perilaku adaptif dan positif ,


18

yang memungkinkan individu untuk menangani secara efektif tuntutan dan

tantangan kehidupan sehari-hari. Praktek keterampilan hidup dapat membawa

kualitas seperti harga diri, kemampuan bersosialisasi dan toleransi, kompetensi

keterampilam untuk siswa sekolah yang dapat menghasilkan kemampuan

cukup di antara mereka untuk memiliki kebebasan untuk memutuskan apa

yang harus dilakukan dalam situasi khusus).

Pada dasarnya workshop berasal dari kata work yang berarti kerja dan

shop yang berarti toko dan kata workshop berarti tempat berkumpulnya pelaku

aktivitas yang memiliki kaitan satu sama lain dan berinteraksi dengan menjual

gagasan yang bertujuan untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan.

Maka workshop juga dapat di artikan sebagai tempat berkumpulnya

orang-orang yang memiliki latarbelakang sama yang melakukan diskusi tentang

permasalahak yang sedang di hadapi atau sekerdar memberi pendapat tentang

paermasalahan tersebut.

Dari definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Lokakarya atau

Workshop adalah suatu program pendidikan dan pelatihan yang mengumpulkan

beberapa kelompok orang untuk memecahkan masalah tertentu serta mencari

solusi dari masalah tersebut dengan para pakar dalam bidang tertentu.

Dalam setiap workshop biasanya panitia akan menjalankan acara

workshop dengan mengikuti tahapan berikut ini :

1. Penjelasan tujuan pelaksanaan kegiatan workshop yang ingin dicapai

2. Perumusan berbagai macam masalah pokok yang ingin dibahas dalam acara

workshop
19

3. Penentuan prosedur teknis pemecahan masalah yang akan digunakan

4. Pengupasan kulit permasalahan oleh beberapa orang pembicara

5. Penjalanan aktivitas diskusi

6. Penentuan pemecahan masalah yang akan diambil

Ditinjau dari sifatnya, workshop dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

workshop yang bersifat mengikat dan workshop yang bersifat tidak mengikat. 1).

Workshop bersifat mengikat merupakan workshop yang hasilnya mengikat setiap

peserta yang mengikutinya. 2). Workshop yang bersifat tidak mengikat

merupakan workshop yang hasilnya tidak mengikat setiap peserta yang

mengikutinya. Apapun hasil yang didapatkan dari workshop tersebut tidak wajib

dituruti oleh setiap pesertanya.


20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif sebab dalam melakukan

tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah

mengungkapkan makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya

meningkatkan motivasi kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang

dilakukan (Wahid Murni dkk.2008)

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan

sekolah (PTS). Penelitian tindakan sekolah (PTS) merupakan upaya untuk

meningkatkan kinerja sistem pendidikan, dan mengembangkan manajemen

sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien.

Dengan demikian PTS dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk

memperbaiki kondisi dan memecahkan berbagai persoalan pendidikan yang

dihadapi di sekolah. Pengertian tersebut menunjuk pada dua kata kunci yang

minimal salah satunya harus ada dalam PTS, yaitu pemecahan masalah (problem

solving) dan peningkatan (improvement) kinerja sistem pendidikan serta

manajemen sekolah yang secara keseluruhan akan berdampak pada peningkatan

mutu.

Penelitian tindakan adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,

dan penyimpulan data dari suatu jenis dan isi tindakan yang sengaja direncanakan

20
21

dan dilaksanakan untuk memperbaiki metode kerja yang efektif dalam

melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya (Nana Sujana, 2010).

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah tindakan ilmiah yang

dilakukan kepala sekolah untuk memecahkan masalah di sekolah yang dibinanya

(Mills, 2003; Stringer, 2004; Glickman etr al., 2007; Hopkins, 2008). PTS adalah

penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti (umumnya juga praktisi) di sekolah

untuk membuat peneliti lebih profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki

praktik-praktik kerja, dan melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan ilmu

pengetahuan terapan (professional knowledge).

Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri utama PTS adalah melakukan

tindakan nyata untuk memperbaiki situasi atau melakukan inovasi sekolah dalam

upaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa

yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap dalam menyelesaikan masalah, dan

bernaluri kewirausahaan

B. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini di laksanakan di SMA Negeri 3

Bondowoso dengan alamat Jl. Supriadi No. 50. Kademangan Kecamatan.

Bondowoso Kabupaten. Bondowoso .Adapaun alasan memlihh lokasi tersebut

karena peneliti adalah kepala SMA Negeri 3 Bondowoso

.
22

C. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yang menjadi

alat utama, artinya melibatkan penelitiannya sendiri sebagai instrumen dengan

memperhatikan kemampuan peneliti dalam hal bertanya, mengamati, melacak,

memaham dan mengabstraksikan sebagai alat penting yang tidak dapat diganti

dengan cara lain (Wahid Murni.2008).

Kehadiran peneliti bertujuan menciptakan hubungan yang baik dengan

subyek penelitian, disini peneliti secara terbuka atau terang-terangan bertindak

melalui pengamatan partispatif yakni pengamatan dimana peneliti terlibat

langsung dalam kegiatan subyek (Iskandar.2009), Oleh karena itu, kehadiran

peneliti adalah mutlak, lebih-lebih dalam penelitian tindakan sekolah (PTS)

peneliti selain sebagai pelaku tindakan juga bertugas sebagai pengamat aktifitas

subyek penelitian

D. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini di laksanakan selama 3 bulan yaitu pada

bulan September sampai dengan Nopember 2020. adapun jadwal penelitian dapat

dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.1 : Jadwal pelaksanaan Penelitian


N Bulan / Minggu ke
o Kegitaan September Oktober Nopember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1  Penyusunan Proposal x
2  Sosialisasi Pelaksanaan Penelitian x
3 Merancang Penelitian Pada Siklus I x
4 Pelaksanaan Penelitian Siklus I x x
5 Refleksi Pelaksnaan pada Siklus I x
23

6 Merancang Penelitian pada Siklus II x x


7 Pelaksanaan Penelitian Siklus II x x
8 Refleksi Pelaksnaan pada Siklus II x
9 Menyusun Laporan Penelitian x x

E. Subyek Penelitian

Adapaun subyek penielitian tindakan sekolah ini adalah semua guru

SMA Negeri 3 Bondowoso pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021

F. Sumber data

Sumber Data dalam penelitian tindakan kelas (PTS) ini adalah perangkat

penilian hasil workshop yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 3 Bondowoso

pada semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021.

G. Teknik Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan diskusi.

a) Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang

pemahaman guru terhadap administrasi pembelajaran yang dibuat guru

b) Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan dan mengetahui kompetensi

guru dalam menyusun administrasi pembelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran di dalam kelas

c) Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru


24

H. Desain Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini direncanakan sebanyak 2 siklus

dengan tahapan dari setiap siklus Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan

Refleksi.

Siklus I

Dalam siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan menempuh beberapa langkah-langkah yaitu :

a. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran untuk

menyerahkan Perangkat

b. Pembelajaran.

c. Memberikan bimbingan kepada guru mata pelajaran IPA,

Matematika, Bahasa

d. Indonesia dan Bahasa Inggris, tentang penyusunan butir Soal Evaluai

Ujian Sekolah

e. Monitoring arsip Soal Evaluai serkolah yang telah dibuat oleh guru mata

pelajaran.

f. Menyusun alat observasi berupa ceklist.

g. Mengatur jadwal Workshop dan bimbingan.

2. Pelaksanaan

a. Semua guru SMA Negeri 3 Bondowoso yang berjumlah 30

b. orang dikumpulkan di dalam satu ruangan.


25

c. Guru membawa bahan penyusunan tes sumatif seperti, silabus, RPP, dan

tabel kisi-kisi.

d. Guru menyimak informasi tentang teknik penyusunan tes.

e. Guru membentuk kelompok sesuai dengan jenis bidang mata pelajaran.

f. Guru mulai menyusun tes objektif (pilihan ganda) untuk setiap butir tes

dengan 5 pilihan sebanyak 50 soal evaluasi.

g. Setelah tes tersusun dilakukan kalibrasi / validasi teoritik oleh kepala

sekolah / guru senior dengan parameter penilaian :

1) Kesesuaian butir soal dengan tujuan pembelajaran

2) Kesesuaian butir soal dengan aspek perilaku yang diukur (C1 – C6)

3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar (sesuai eyd/gramatically

and structurally correct)

3. Observasi

Dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan seperti dari

membawa bahan, mengkaji tes dan penentuan tes.

4. Refleksi

Dalam refleksi akan menempuh beberapa kegiatan sebagai berikut :

Apabila hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I masih belum mencapai

kriteria yang diinginkan dalam penelitian ini, maka peneliti akan memperbaiki

kekurangan yang ditemukan pada siklus I untuk direvisi dan ditindak lanjuti pada

siklus II.
26

Siklus II

Dalam siklus II terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan menempuh beberapa langkah-langkah yaitu :

a. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran untuk menyerahkan

Perangkatpembelajaran

b. Menganalisa kelemahan dan kekurangan pada siklus sebelumnya

c. Memberikan bimbingan kepada guru mata pelajaran IPA,

Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mengenai

penyusunan butir Soal Evaluai Ujian Sekolah sesuai dengan temuan pada

siklus I

d. Memonitoring arsip soal yang telah dibuat oleh guru mata pelajaran

e. Menyusun alat observasi berupa ceklist

f. Mengatur jadwal Workshop dan bimbingan

2. Pelaksanaan

a. Semua guru SMA Negeri 3 Bondowoso yang berjumlah 30 orang

dikumpulkan di dalam satu ruangan

b. Guru membawa bahan penyusunan tes sumatif seperti, silabus, RPP, dan

tabel kisi-kisi

c. Guru menyimak informasi tentang teknik penyusunan tes

d. Guru membentuk kelompok sesuai dengan jenis bidang mata pelajaran

e. Guru mulai menyusun tes objektif (pilihan ganda) untuk setiap butir tes

dengan 5 pilihan sebanyak 50 soal evaluasi


27

f. Setelah tes tersusun dilakukan kalibrasi / validasi teoritik oleh kepala

sekolah / guru senior dengan parameter penilaian :

1) Kesesuaian butir soal dengan tujuan pembelajaran

2) Kesesuaian butir soal dengan aspek perilaku yang diukur (C1 – C6)

3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar (sesuai eyd/gramatically and

structurally correct)

3. Observasi

Dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan seperti dari

membawa bahan, mengkaji tes dan penentuan tes.

4. Refleksi

Apabila hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II masih belum

mencapai kriteria yang diinginkan dalam penelitian ini, maka peneliti akan

memperbaiki kekurangan

Desain penelitian tindakan sekolah ini dapat digambarkan sebagaia

berikut
28

ambar 3.1 : Desain Penelitian Tindakan Sekolah

I. Indikator Keberhasilan Penelitian

Penelitian Tindakan sekolah dikatakan berhasil apabila rata – rata nilai

supervise administrasi pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran memperoleh

nilai 78.
29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, peneliti menemukan

bahwa tidak semua guru mampu menyusun Soal Evaluai Ujian Sekolah dengan

benar, data observasi awal peneliti adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Hasil Analisis Penyusuanan Instrumen Penilian (soal) pada Pra Siklus
Aspek yang diamati
Kesuaian
Kesesuaian Kesesuaian Penggunaan
Nama dengan JML Nila Kriteri
No dengan dengan Bahasa
Guru Aspek Skor i a
Tujuan Indikator yang Baik
Prilaku
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 A.1 v v V V 10 83 B
2 A.2 v v V V 10 83 B
3 A.3 v v v v 6 50 D
4 A.4 v v v v 6 50 D
5 A.5 v v v v 8 67 C
6 A.6 v v v v 8 67 C
7 A.7 v v v V 7 58 D
8 A.8 v v V V 7 58 D
9 A.9 v v v v 9 75 B
10 A.10 V v v V 6 50 D
11 A.11 v v v v 8 67 C
12 A.12 v v v V 9 75 B
13 A.13 v V v V 6 50 D
14 A.14 V V v v 7 58 D
15 A.15 v v V v 7 58 D
16 A.16 v v V v 8 67 C
17 A.17 v v v v 11 92 A
18 A.18 v v v v 9 75 B
19 A.19 v v v v 8 67 C
20 A.20 v v v v 9 75 B
21 A.21 v v v v 8 67 C
22 A.22 v v v v 9 75 B
23 A.23 v v v v 11 92 A

29
30

24 A.24 v v V V 7 58 D
25 A.25 v v V v 10 83 B
26 A.26 v v V v 7 58 D
27 A.27 v V V v 9 75 B
28 A.28 v v v 6 50 D
29 A.29 v v v V 7 58 D
30 A.30 v v v V 8 67 C
1 2 2 2 1 3 1
7 6 1 3 0 7 6 0 4 4 2 8 241
JUMLAH
SKOR 241
RATA-RATA 67
KRITERIA C (CUKUP)
Sumber : Hasil analisis Instrumen Penilaian pada Pra Siklus (Lmpiran 1)

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti bahwa dari 30 guru hanya 1

guru yang mampu menyusun semua Soal Evaluai memenuhi syarat kriteria

penyusunan atau memiliki kriteria amat baik (A) sebanyak 2, guru mampu

menyusun soal evaluasi atau baik (B) sebanyak 9 orang, sesuai kriteria atau

memperoleh nilai cukup (C) sebanyak 7 orang , dan 11 orang masuk dalam

kategori kurang (D), sedangkan rata –rata kemampuan guru dalam menyusun Soal

Evaluai sebesar 67 atau dalam kriteria cukup (C)

Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus I adalah sebagai

berikut dibawah ini :

1. Menginformasikan kepada guru untuk menyerahkan rencana pelaksanaan

pembelajaran

2. Memberikan bimbingan kepada guru mengenai penyusunan butir soal

3. Semua guru menyusu Soal Evaluai


31

4. Memonitoring Soal Evaluai yang telah disusun oleh guru

5. Menyusun alat observasi berupa ceklist

6. Mengatur jadwal Workshop dan bimbingan

b. Pelaksanaan

Tahap ini peneliti (kepala sekolah) meneliti data penelitian berupa butir

soal evaluasi yang diserahkan semua guru dan peneliti melakukan kroscek dengan

silabus, kriteria yang digunakan adalah sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai.

c. Pemantuan

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap apa yang dilakukan

peneliti dalam tahap pelaksanaan yaitu merekapitulasi hasil observasi yang

dilakukan berkaitan dengan kesesuaian kriteria yang telah ditetapkan. Lebih

jelasnya dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 : Hasil Analisis Penyusuanan Instrumen Penilian (soal) pada Siklus I
Aspek yang diamati
Kesuaian
Kesesuaian Kesesuaian Penggunaan
Nama dengan JML
No dengan dengan Bahasa yang Nilai Kriteria
Guru Aspek Skor
Tujuan Indikator Baik
Prilaku
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 A.1 v v V V 10 83 B
2 A.2 v v V V 10 83 B
3 A.3 v v v v 10 83 B
4 A.4 v v v v 10 83 B
5 A.5 v v v v 9 75 B
6 A.6 v v v v 8 67 C
7 A.7 v v v v 8 67 C
8 A.8 v v v v 11 92 A
9 A.9 v v v v 10 83 B
10 A.10 v v v V 9 75 B
11 A.11 v v v v 9 75 B
12 A.12 v v v V 9 75 B
13 A.13 v V v v 8 67 C
14 A.14 v V v v 9 75 B
32

15 A.15 v v v v 9 75 B
16 A.16 v v v v 9 75 B
17 A.17 v v v v 11 92 A
18 A.18 v v v v 9 75 B
19 A.19 v v v v 8 67 C
20 A.20 v v v v 11 92 A
21 A.21 v v v v 8 67 C
22 A.22 v v v v 8 67 C
23 A.23 v v v v 11 92 A
24 A.24 v v V v 9 75 B
25 A.25 v v V v 9 75 B
26 A.26 v v V v 8 67 C
27 A.27 v V V v 9 75 B
28 A.28 v v v v 8 67 C
29 A.29 v v v v 8 67 C
30 A.30 v v v v 10 83 B
1
1 9 30 3 0 30 2 20 8 2 30 42 275
JUMLAH
SKOR 275
RATA-RATA 76
KRITERIA B
Sumber : Hasil analisis Instrumen Penilaian pada Siklus I (Lmpiran 2)

Berdasarkan observasi pelaksanaan penelitian pada siklus I yang

dilakukan peneliti bahwa dari 30 orang guru, 4 guru yang mampu menyusun

semua Soal Evaluai memenuhi syarat kriteria penyusunan soal atau memiliki

kriteria amat baik (A), 17 guru mampu menyusun sebagian besar soal sesuai

kriteria atau memperoleh nilai baik (B) , 9 orang guru mendapatkan nilai cukup

(C) sedangkan rata –rata kemampuan guru dalam menyusun Soal Evaluai sebesar

76 atau dalam kriteria Baik (B)


33

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I

peneliti menemukan beberapa kelemahan, antara lain

1. Tidak semua guru mampu menyusun butir Soal Evaluai sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Tidak semua guru dapat menyusun butir soal sesuai dengan aspek perilaku

yang diukur.

3. Tidak semua guru dapat menyusun butir soal sesuai dengan aspek indikator

4. Masih adanya beberapa kesalahan tata bahasa dan kesalahan dalam penulisan.

5. Perlu adanya workshop lebih intensif serta pengarahan dan latihan lebih

intensif dari kepala sekolah dan guru senior.

Siklus II

b. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus II adalah sebagai

berikut dibawah ini :

1. Memberikan Pengarahan dan pelatihan kepada guru mengenai penyusunan

butir soal yang baik dan benar

2. Melakukan workshop dengan pendampingan ekstra intensif dari kepala

sekolah dan guru senior

3. Melakukan Pemantauan terhadap guru yang benar-benar belum mampu

menyusun Soal Evaluai sekolah yang sesuai dengan kriteria

4. Mempersiapkan alat observasi berupa ceklist


34

c. Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan observasi terhadap butir

soal yang telah diperbaiki oleh guru mata pelajaran, serta melakukan pemantauan

kepada guru dengan memeriksa dan mengamati serta menganlisa hasil yang telah

diperbaiki.

d. Pemantuan

Pemantauan pada siklus II ini peneliti melakukan analisis terhadap

apa yang dilakukan peneliti dalam tahap pelaksanaan yaitu merekapitulasi

hasil observasi yang dilakukan berkaitan kesesuaian butir soal dengan kriteria

yang telah ditentukan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 : Hasil Analisis Penyusuanan Instrumen Penilian (soal) pada Siklus II
Aspek yang diamati
Kesuaian
Kesesuaian Kesesuaian Penggunaan
Nama dengan JML Nila Kriteri
No dengan dengan Bahasa
Guru Aspek Skor i a
Tujuan Indikator yang Baik
Prilaku
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 A.1 v v v V 11 92 A
2 A.2 v v v V 11 92 A
3 A.3 v v v v 11 92 A
4 A.4 v v v v 11 92 A
5 A.5 v v v v 10 83 B
6 A.6 v v v v 9 75 B
7 A.7 v v v v 10 83 B
8 A.8 v v v v 11 92 A
9 A.9 v v v v 11 92 A
10 A.10 v v v V 9 75 B
11 A.11 v v v v 9 75 B
12 A.12 v v v V 9 75 B
13 A.13 v v v v 9 75 B
14 A.14 v V v v 10 83 B
15 A.15 v v v v 10 83 B
16 A.16 v v v v 10 83 B
17 A.17 v v v v 12 100 A
18 A.18 v v v v 11 92 A
35

19 A.19 v v v v 10 83 B
20 A.20 v v v v 11 92 A
21 A.21 v v v v 11 92 A
22 A.22 v v v v 9 75 B
23 A.23 v v v v 10 83 B
24 A.24 v v v v 10 83 B
25 A.25 v v V v 9 75 B
26 A.26 v v v v 9 75 B
27 A.27 v V V v 9 75 B
28 A.28 v v v v 9 75 B
29 A.29 v v v v 12 100 A
30 A.30 v v v v 11 92 A
1 3 5 1 1 2 5
0 9 3 0 0 7 0 2 8 2 4 1 304
JUMLAH
SKOR 304
RATA-RATA 84
KRITERIA B
Sumber Analisis Penyusuan soal Pada Siklus II ( Lampiran 3)

Berdasarkan observasi pelaksanaan penelitian pada siklus II yang

dilakukan peneliti bahwa dari 30 guru, 12 guru yang mampu menyusun semua

Soal Evaluai memenuhi syarat kriteria penyusunan soal atau memiliki Amat Baik

(A), 18 guru mampu menyusun soal sesuai kriteria atau memperoleh nilai dengan

kriteria Baik (B).

e. Refleksi

Pada siklus II tujuan peneliti tercapai Sehingga penelitian ini diakhiri

pada siklus II karena tujuan peneliti telah tercapai.

B. Pembahasan
36

Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mulai dari pra siklus,

siklus I dan siklus II dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini :

ANALISIS HASIL PENYUSUNAN INSTRUMEN TIAP SIKLUS


Pra Siklus Siklus I Siklus II
88 87 84 85
81
77 79 76
73 74 73 71
67

49

33

Kesesuaian dengan Kesesuaian dengan Kesuaian dengan Penggunaan Bahasa Rata - Rata
Tujuan Indikator Aspek Prilaku yang Baik

Gambar 4.1 : Hasil Analisis pada tiap siklus

Dari analisis pada pra siklus, siklus I, dan siklus II diatas maka

kemampuan guru membuat soal evaluasi mengalamai peningkatan. Pada Pra

siklus rata-rata kemampuan guru membuat Soal Evaluasi sebesar 67,pada siklus I

mengalami peningkatan menjadi 76, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi

85.

BAB V
37

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut melalui

workshop kemampuan guru membuat soal evaluasi mengalamai peningkatan.

Pada Pra siklus rata-rata kemampuan guru membuat Soal Evaluasi sebesar

67,pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 76, sedangkan pada siklus II

meningkat menjadi 85.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian berikut ini diajukan beberapa saran :

1. Dalam penyusunan soal tes guru harus memperhatikan kaidah-kaidah yang

tepat seperti kesesuaian dengan tujuan, kesesuaian dengan indicator ,

keseseuaian dengan aspek yang diukur serta penggunaan bahasa indonesia

yang baik dan benar.

2. Guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya dalam menyusun

instrumen penilaian agar pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru

mampu mengukur kemampuan siswa dengan baik

DAFTAR PUSTAKA
37
38

Agus Wibowo dan Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter : Strategi


Membangun Kompetensi dan Karakter Guru. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta. Buchari


Alma. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
Bandung:Alfabeta.

Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2005. Undang-Undang RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan


Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007


tentang Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas

Depertemen Pendidikan Nasional (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Panduan Analisis Butir Soal. Jakarta :


Depdiknas

Danim, Sudarman, 2003. Agenda Pembaharuan Sistim Pendidikan. Jakarta:


Pustaka Pelajar.

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

E. Mulyasa, 2006, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar., 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Iwah Wahyudi. 2012. Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru. Jakarta : Prestasi
Pustaka Raya.

Purwanto, Ngalim. (2013). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi


Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan Bab VI


pasal 28 Ayat 1.

Roestiyah. 1994. Masalah pengajaran sebagai suatu system. Jakarta: Rineka Cipta.

38
Sukmadinata, NS. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
39

Rosda Karya & PPS UPI

Suyadi (2012). Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan Kelas


(PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta : Penerbit Andi

Tim Puspendik (2008). Tes Tertulis. Jakarta :Puspendik Balitbang


Depdiknas

S. Nasution. 2009. Dedaktik Asas – asas Mengajar. Bandung: Jemmars.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta

Sanjaya, Wina, 2010 Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup. Suhardjono, 2011, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian
Tindakan Sekolah, Malang: Cakrawala Indonesia

Usman, C . 2006. KTSP 2006. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka


Cipta.

Umar Fahruddin, Asef. 2012. Menjadi Guru Faforit. Jogjakarta : DIVA Press.

Wiji suwarno. 2009. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz media
group

Wiriatmadja, Rochiati (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk


Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. Bandung : PPS UPI & Remadja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai