Anda di halaman 1dari 7

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Perangkat dan Media Pembelajaran


B. Kegiatan Belajar : Pengembangan dan Penilaian Sikap dan Karakter,
Pengembangan Penilaian Pengetahuan Berbasis HOTS (Resum 3 KB 2)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Konsep (Beberapa istilah
dan definisi) di KB 1. PEMAHAMAN KONSEP
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap
dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau
memerhatikan (receiving atau attending), merespons atau
menanggapi (responding), menilai atau menghargai
(valuing), mengorganisasi atau mengelola (organization),
Pengembangan Instrumen Penilaian Teknik Penilaian
Sikap Penilaian antar peserta didik Penugasan Penilaian
Diri dan berkarakter (characterization).

Cakupan sikap yang dinilai adalah sikap-sikap yang


tertuang dalam KI 1 (sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial)
yang dijabarkan dalam kompetensi dasar (KD) masing-
masing, serta nilai-nilai karakter utama yang belum
tercakup dalam KI 1 dan KI 2.

Pada kurikulum 2013, mata pelajaran Pendidikan Agama


dan Budi Pekerti serta PPKn, KD pada KI-1 dan KD pada
KI-2 disusun secara koheren dan linier dengan KD pada
KI-3 dan KD pada KI4. Sehingga, aspek sikap untuk mata
pelajaran tersebut dibelajarkan secara langsung (direct
teaching) maupun tidak langsung (indirect teaching) yang
memiliki dampak instruksional (instructional effect) dan
memiliki dampak pengiring (nurturant effect). Sedangkan
untuk mata pelajaran lain, tidak terdapat KD pada KI-1
dan KI-2.

Secara garis besar, penilaian aspek sikap dilakukan


melalui tahapan:
a) mengamati perilaku peserta didik selama
pembelajaran;
b) mencatat perilaku peserta didik dengan
menggunakan lembar observasi/pengamatan;
c) menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
d) mendeskripsikan perilaku peserta didik.

2. TEKNIK PENILAIAN SIKAP


Penilaian sikap harus mengacu pada indikator yang dirinci
dari Kompetensi Dasar (KD) dari kompetensi inti spiritual
dan sosial pada kurikulum 2013 dan Capaian
Pembelajaran pada kurikulum merdeka yang ada di
kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk setiap
jenjang dari dasar sampai menengah.
Teknik penilaian sikap dijelaskan pada skema:

a) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan
secara berkesinambungan dengan menggunakan indera,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman atau lembar observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang
diamati

Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan


secara berkesinambungan dengan menggunakan indra,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman atau lembar observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang
diamati.

Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama


satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan
wali kelas sesuai dengan perencanaan penilaian peserta
didik, kompetensi yang akan dicapai, dan berdasarkan
prinsip-prinsip penilaian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan penilaian sikap melalui teknik observasi:
1) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK,
dan wali kelas selama periode satu semester.
2) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh
peserta didik yang mengikuti mata pelajarannya,
sedangkan jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua
peserta didik yang menjadi
tanggung jawab bimbingannya. Adapun jurnal oleh wali
kelas digunakan untuk satu kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
3) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK
selanjutnya dibahas dalam rapat dewan guru,
kemudian wali kelas membuat predikat dan deskripsi
sikap setiap peserta didik yang ada di kelasnya.
4) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat
dalam jurnal tidak terbatas pada butir- butir sikap
(perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui
pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung
sebagaimana dirancang dalam RPP, namun dapat
mencakup butir-butir sikap lainnya yang ditanamkan
dalam semester itu.
5) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester
sehingga ada kemungkinan dalam satu hari perilaku
yang sangat baik dan/atau kurang baik bisa muncul
lebih dari satu kali atau tidak muncul sama sekali.
6) Perilaku peserta didik selain sangat baik atau kurang
baik tidak perlu dicatat dalam jurnal, dan dianggap
peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik
sesuai dengan norma yang diharapkan.
7) Jika ada seorang peserta didik yang menunjukkan
perilaku kurang baik, guru harus segera
menindaklanjuti dengan melakukan pendekatan dan
pembinaan terhadap peserta didik tersebut agar
dapat menyadari dan memperbaiki sendiri
perilakunya sehingga menjadi lebih baik.

b) Penilaian Diri
Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi
sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial harus
mengacu pada indikator pencapaian kompetensi yang
sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar
dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap sosial.

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana


peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya.
Penilaian diri bertujuan untuk dapat memberi dampak
positif terhadap perkembangan kepribadian peserta
didik, antara lain:
1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena diberi
kepercayaan untuk menilai diri sendiri;
2) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan
dirinya, karena ketika melakukan penilaian harus
melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki;
3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih
peserta didik untuk berbuat jujur, karena dituntut
untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian;
4) Membentuk sikap terhadap mata
pelajaran/pengetahuan.

Instrumen yang digunakan dalam penilaian diri adalah


lembar penilaian diri yang dirumuskan secara
sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda,
dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik
dengan mudah, dan menggunakan format sederhana
yang mudah diisi.

Penilaian diri oleh peserta didik dilakukan melalui


langkah-langkah:
1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian
diri.
2) Menentukan indikator yang akan dinilai.
3) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
4) Merumuskan format penilaian, berupa daftar cek
(checklist) atau skala penilaian (rating scale), atau
bia juga dalam bentuk esai untuk mendorong peserta
didik mengenali diri dan potensinya.

c) Penilaian Antar Peserta Didik atau Antar Teman


Penilaian antar peserta didik atau antar teman
merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap,
baik sikap spiritual maupun sosial dengan cara meminta
peserta didik untuk menilai satu sama lain.

Penilaian antar-teman dapat mendorong:


1) objektifitas peserta didik
2) empati
3) mengapresiasi keragaman/perbedaan, dan
4) refleksi diri.

Instrumen yang digunakan dalam penilaian antar teman


adalah lembar penilaian antarteman. Kriteria
penyusunan instrumen penilaian antarteman adalah
sebagai berikut:
1) Sesuai dengan indikator yang akan diukur
Indikator dapat diukur melalui pengamatanpeserta
didik.
3) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana,
namun jelas dan tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda/berbeda.
4) Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami
peserta didik.
5) Menggunakan format sederhana dan mudah
digunakan oleh peserta didik.
6) Indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta
didik dalam situasi yang nyata atau sebenarnya dan
dapat diukur.

Penilaian antarteman dapat dilakukan pada saat peserta


didik melakukan kegiatan di dalam kelas dan/atau di
luar kelas. Selanjutnya, lembar penilaian diri dan
penilaian antarteman yang telah diisi kemudian
dikumpulkan kepada guru untuk dipilah dan
direkapitulasi sebagai bahan tindak lanjut.

Guru dapat menganalisis jurnal atau data/informasi


hasil observasi penilaian sikap dengan data/informasi
hasil penilaian diri dan penilaian antarteman sebagai
bahan pembinaan. Hasil analisis penilaian sikap perlu
segera ditindak lanjuti. Peserta didik yang menunjukkan
banyak perilaku positif diberi apresiasi atau pujian dan
disarankan untuk terus melaksanakan atau
meningkatkan.

Sebaliknya, peserta didik yang menunjukkan banyak


perilaku negatif diberi motivasi atau pembinaan dan
diingatkan untuk tidak mengulanginya lagi sehingga
peserta didik tersebut dapat membiasakan diri
berperilaku baik (positif).
Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan
Berbasis HOTS

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk


kemampuan untuk memecahkan masalah (problem
solving), berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan
(decision making).
Dalam menyusun soal HOTS, guru dituntut dapat
menentukan kompetensi yang hendak diukur dan
merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan. Pertanyaan tersebut disertai dengan
stimulus yang tepat sesuai dengan materi yang
dijadikan dasar pertanyaan. Oleh sebab itu, dalam
penyusunan soal-soal HOTS, dibutuhkan penguasaan
materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan
kreativitas guru dalam menulis stimulus soal sesuai
dengan daerah di sekitar satuan pendidikan. Kreatifitas
guru dalam pemilihan stimulus yang berdasarkan
permasalahan di daerah sekitar sangat penting, karena
stimulus permasalahan tersebut dapatdirasakan
langsung oleh peserta didik.
Teknik menilai kompetensipengetahuan bisa melalui:
(1) tes tertulis dengan menggunakan butir soal, (2) tes
lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik
menggunakan daftar pertanyaan, dan
(3) penugasan atau proyek dengan lembar kerja
tertentu yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. (Kunandar, 2013, hal. 167). Pada
tes lisan berupa sejumlah pertanyaan yang telah
disiapkan oleh guru dan dijawab secara lisan oleh siswa.
Tes tertulis terdiri dari dua model yaituobjektif dan non
objektif. Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG),
menjodohkan, Benar-Salah (BS), dan isian singkat.
Sedangkan non nobjektif yaitusoal uraian. Dalam
kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan
adalah PG dan uraianmerumuskan materi yang akan
dijadikan dasar pertanyaan. Pertanyaan tersebut
disertai dengan stimulus yang tepat sesuai dengan
materi yang dijadikan dasar pertanyaan. Oleh
sebab itu, dalam penyusunan soal-soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan
dalam menulis soal, dan kreativitas guru dalam menulis
stimulus soal sesuai dengan daerah di sekitar satuan
pendidikan. Kreatifitas guru dalam pemilihan stimulus
yang berdasarkan permasalahan di daerah sekitar
sangat penting, karena stimulus permasalahan tersebut
dapatdirasakan langsung oleh peserta didik.

Teknik menilai kompetensipengetahuan bisa melalui:


(1) tes tertulis dengan menggunakan butir soal, (2) tes
lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik
menggunakan daftar pertanyaan, dan
(3) penugasan atau proyek dengan lembar kerja
tertentu yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. (Kunandar, 2013, hal. 167). Pada
tes lisan berupa sejumlah pertanyaan yang telah
disiapkan oleh guru dan dijawab secara lisan oleh siswa.
Tes tertulis terdiri dari dua model yaituobjektif dan non
objektif. Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG),
menjodohkan, Benar-Salah (BS), dan isian singkat.
Sedangkan non nobjektif yaitusoal uraian. Dalam
kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan
adalah PG dan uraian

Daftar materi pada KB 1.Indikator Soal


2
yang sulit dipahami 2.Level Taksonomi

Dalam penyusunan instrument penilaian pengetahuan


HOTS. Penyusunan soalnya membutuhkan
Daftar materi yang sering
banyak latihan dalam menyusun soal HOTS. Karena soal
3 mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran sulit belum tentu HOTS.

Anda mungkin juga menyukai