Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Lata Belakang

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam

bahasa Arab; al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar katanya

adalah value; dalam bahasa Arab; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai

(Wulan dan Rusdiana, 2014). Tujuan evaluasi sendiri adalah untuk melacak proses

belajar peserta didik apakah sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah diterapkan, mengecek hasil belajar peserta didik apakah ada kekurangan

atau tidak dalam proses pembelajaran, mencari solusi dari kekurangan yang peserta

didik alami dan menyimpulkan seberapa menguasainya peserta didik dalam

kompetensi yang diterapkan.

Evaluasi pembelajaran sangat penting dilakukan untuk mengetahui efektif

atau tidaknya suatu sistem pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pendidik.

Karena bila (tdk ilmiah bahasamu) JIKA seorang tenaga pendidik tidak melakukan

evaluasi, sama saja (tdk ilmiah) MAKA DAPAT DIKATAKAN tenaga pendidik

tersebut tidak ada perkembangan dalam merancang sistem pembelajaran, sehingga

peserta didik bisa saja merasa bosan dengan sistem belajar yang terus menerus sama

(mungkin pakaimi saja kata MONOTON). Tenaga pendidik harus menciptakan

inovasi baru untuk memperbaharui sistem pembelajaran yang akan ia (hilangkan)

diterapkan di dalam kelas, dimulai dari materi, metode, media, sumber belajar,

lingkungan dan sistem penilaian. Evaluasi pembelajaran yag (typooo. mengantukk ki


dek kerjai :p) dirancang oleh tenaga pendidik juga harus memperhatikan prinsip

dasar evaluasi dan syarat – (kenapa bgtu tnda penghubungmu miya kek garis putus-

putus we) syarat yang harus diperhatikan. Syarat – syaratnya (SYARAT-SYARAT

YANG PERLU DIPERHATIKAN) yaitu evaluasi harus benar – benar (hilangkan)

menggunakan alat ukur yang tepat (valid) sesuai dengan tujuanya, apakah mau (nda

ilmiah nurmii) Apakah tujuan dari evaluasi tersebut hanya sekedar mengukur atau

hanya menilai. Lalu (hilangkan) Syarat lainya yaitu alat tes harus terpercaya (reliabel)

atau menghasilkan hasil yang sama (konsisten), dan syarat evaluasi yang terakhir

yaitu evaluasi harus bersifat praktis atau mudah digunakan serta tidak menyulitkan

tenaga pendidik maupun peserta didik.

  Maka yang harus dilakukan untuk calon tenaga pendidik maupun tenaga

pendidik yang sudah berpengalaman adalah perlunya mengadakan evaluasi

pembelajaran, agar tenaga pendidik tersebut mengetahui hal -  hal apa saja yang

memiliki kekurangan dan harus cepat mencari solusi dan memperbaikinya. Karena

bila tenaga pendidik melakukan evaluasi terus menerus, maka evalusi tersebut akan

sangat berpengaruh dan membantu dalam meningkatkan Kualitas diri tenaga pendidik

tersebut di masa yang akan datang. (Menurutku kek nd penting ji ini miya. Ksi

hilangmi saja. Kek rancu skli dgn prgrf di atas)

Kualitas hasil evaluasi dalam prakteknya dipengaruhi oleh beberapa hal,

antara lain tes yang digunakan. Menurut Arikunto (2013), tes merupakan alat atau

prosedur yag diguakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasan,

dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Peranana tes dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan sangat penting karena tes adalah suatu prosedur yang

sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan dijelaskan dalam bentuk skor atau

sistem kategori. Suatu tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus

memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, realibilitas, objektivitas,

praktibilitas, dan ekonomis (Arikunto, 2013). Berdasarkan hal ini, tes yang

berkualitas adalah tes yang valid dalam arti tepat ukur dan konsisten hasil yang

dicapai, mudah dalam pengadministrasian, mudah dalam hal penggunaan, dan mudah

dalam menganalisis, mengartikan dan menginterpretasikan hasilnya. (Gabung dengan

yang diatas. Ksi 1 paragraf jgko pisah)

Tes sebagimana diuraikan di atas, sudah barang tentu (apa ini miya? Nd

nyambung we. Merusak kalimat) adalah tes yang proses pembuatannya memerlukan

waktu, direncanakan secara khusus, dilaksanakan secara prosedur yang benar, dibuat

oleh tenaga ahli (guru-guru) yang menguasai materi atau subtansi dari pelajaran yang

akan dibuat tesnya, dan menguasai teknik dalam pembuatan tes yang baik dan benar .

Dilihat dari cara penyusunannya, tes dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes buatan

guru (teacher- made test) dan tes standar (standardized test) (arikunto, 2013).

Untuk keperluan penilaian, guru dapat menggunakan kedua jenis tes tersebut.

Sementara tes buatan guru bermaanfaat (typo ki bu) untuk menilai dan

membandingkan peserta didik dalam suatu kelas, tes standar dapat digunakan untuk

menilai dan membandingkan kemampuan atau kemajuan belajar peserta didik dengan

peserta didik di kelas atau kelas lain. Di sisi lain, tes standar juga dapat digunakan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap jenis-jenis kemampuan yang

secara normatif telah menjadi standar, seperti tes kemampuan inetelektual atau bakat.

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester genap oleh satuan

pendidikan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester

adalah Penilaian Akhir Tahun (PAT). Cakupan materi pada penilaian akhir tahun

meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan kompetensi dasar pada semester

genap pada tingkat kelas yang sama (Kemdikbud, 2017). Tujuan penilaian ini adalah

untuk mengetahui hasil kognitif yang dicapai oleh para peserta didik, yakni seberapa

jauh peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan. Proses penilaian aspek

kognitif dilakukan dengan teknik ujian yang menggunakan instrumen soal. Instrumen

soal yang digunakan oleh guru umumnya masih menggunakan butir soal yang ada di

buku teks, lembar kegiatan peserta didik, atau kumpulan soal yang telah diberikan

peserta didik. Kondisi ini membuat peserta didik cenderung hanya menggunakan

ingatan dalam menyelesaikan soal (Hartini & Sukardjo, 2015). Penilaian pengetahuan

merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat

rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian KD pada KI-3

yang dilakukan oleh guru mata pelajara (Kemendikbud, 2017).

Salah satu cara agar peserta didik mampu berpikir tingkat tinggi adalah

dengan menyajikan soal-soal yang memiliki kriteria High order thinking skills. High

order thinking skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan

bagian dari taksonomi Bloom hasil revisi (hilangkan saja. Cukup mu bilang
taksonomi Bloom saja) yang berupa kata kerja operasional yang terdiri dari (YANG

TERMASUK DALAM KATEGORI) analyze (C4), evaluate (C5) dan create (C6)

yang dapat digunakan dalam penyusunan soal. Guru harus memiliki pengetahuan dan

keahlian untuk menunjang pekerjaannya, sehingga dapat mengembangkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik tingkat SMA (Aydin dan Yilmaz,

2010). Guru Pintar harus memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Guru

Pintar dapat melakukan langkah ini secara mandiri atau melalui forum MGMP.

(adakah guru yg bodo? Hapusmi saja miya. Nd perlu ji. Langsung mo saja yang kata

“terkadang” ) Terkadang tidak semua KD dapat dibuatkan soal yang bersifat HOTS.

Oleh karena itu, kejelian dan ketelitian dari guru sangat diperlukan.

Berdasarkan dokumentasi yang dilakukan di SMAN 4 Enrekang terdapat

empat kelas yaitu X MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 3, dan X MIPA 4. Guru mata

pelajaran kimia membuat sendiri instrumen penilaian hasil belajar untuk ulangan

harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Bentuk soal yang

digunakan di sekolah dalam Ujian Akhir Semester (UAS) adalah bentuk tes objektif

(pilihan ganda). Soal dalam Ujian Akhir Semester harus memiliki kualitas yang baik

agar dapat mengukur kemampuan hasil belajar peserta didik secara tepat dan akurat.

Untuk itu, soal harus dianalisis. untuk mengetahui kualitas soal tersebut. Menurut

Arikunto (2013), analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal

yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh

informasi tentang kekurangan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan

perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai