Nama : Nurmia
NIM : 1713040011
Kelompok : III
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
PH PH PH setelah Titrasi PH
awal penambahan lanjutan setelah +
Erlenmeyer
HCl 1 ml NaOH NaOH
0,2 M Volume PH 0,2 M
NaOH NaOH
I 1 2 1,7 7 13
II 1 1 1,6 7 13
III 1 1 1,7 7 13
Rata-rata 1,66
(1,7+1,6+ 1,7)
=
3
= 1,66 m
G. ANALISIS DATA
1. pH Larutan HCl sebelum penambahan NaOH
Dik :
[HCl] = 0,1 M
pH = - log [H-]
= - log 1
=1
2. pH larutan pada saat penambahan 1 mL NaOH
Dik :
Volume NaOH = 1 mL
M NaOH = 0.2 M
Volume HCl = 0,1 M
M HCl = 0.1 M
Volume Total = 11 mL
mmolNaOH = 1ml x 0,2 mmol/mL
= 0,2 mmol
mmolHCl = 10 mL x 0,1 mmol/mL
Reaksi = HCl+ NaOH → NaCl+ H 2 O
Mula-mula = 1 mmol 0,2 mmol - -
Bereaksi = 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol _
Sisa = 0,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
[H+] = 7.10-2
pH = - log [H+]
= - log 7.10-2
=2-log 7
=2-0,8 = 1,2
3. pH larutan saat mencapai titik ekivalen jumlah mol NaOH =mol HCl
M1 . V1 = M2 . V2
0,2 M . V1 = 0,1 . 10ml
V1 = 5 ml
mmol NaOH = 5 ml x 0,2 mmol/ml
=1 mmol
mmol HCl =10 ml x 1,0 mmol/ml
=1 mmol
Reaksi = HCl+ NaOH → NaCl+ H 2 O
Mula-mula = 1 mmol 1 mmol - -
Bereaksi = 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol _
Sisa = - - 1 mmol 1 mmol
HCl dan NaOH habis bereaksi ,maka larutan bersifat netral pH=7
[H+] =10-7
PH =- log [H+]
=- log 10-7
=7-log 1
=7
4. pH larutan setelah melewati titik ekiuvalen
Volume NaOH = volume titik ekivalen + volume NaOH
=5 ml + 1 ml
= 6 ml
[NaOH] = 0,2 M
Vol NaOH ` = 10
[HCl] =1 ml
Vol total =10 ml + 6 ml
=16 ml
mmol NaOH =0,2 mmol/ml x 6 ml
=1,2 mmol
mmol HCl =0,1 mmol/ml x 10 ml = 1 mmol
Reaksi = HCl+ NaOH → NaCl+ H 2 O
Mula-mula = 1 mmol 1,2 mmol - -
Bereaksi = 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol _
Sisa = - 0,2 mmol 1 mmol 1 mmol
mmol sisa NaOH = 0.2 mmol
0,2 mmol
[NaOH] =
16 ml
=0,0125 M = 1,25 X 10-2
pOH = - log [OH-]
= - log [1,25 x 10 -2]
=2- log 1,25
=2-0,097
=1,903
pH =14 – pOH
=14 - 1,903
=12,097
a. Kurva titrasi secara teori
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097
b. Kurva titrasi 1
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097
c. Kurva titrasi 2
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097
d. Kurva titrasi 3
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097
H. PEMBAHASAN
Netralisasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi suatu zat dalam suatu larutan. Titrasi adalah cara analisis dengan
pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat
dengan zat yang terdapat dalam zat lain, dimana salah satu larutan diketahui
konsentrasinya. Secara teknis, netralisasi dilakukan sedikit demi sedikit agar
kita dapat melihat perubahannya hingga larutan asam atau basa yang ada
didalam buret habis bereaksi dengan basa atau asam yang ada di dalam labu
Erlenmeyer sehingga terjadi perubahan warna dari indikator yang dipakai.
Pengamatan dan percobaan ini dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa
kuat yaitu larutan Asam Klorida dan Natrium Hidroksida.
HCl + NaOH -> H2O +NaCl
Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna.
Oleh karena itu, ion hidroksida dan ion hidrogen secara titrasi dapat langsung
dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Percobaan titrasi ini
dilakukan sebanyak 3 kali dengan tujuan agar bisa menjadi pembanding
untuk memastikan volume HCl 0,1 M yang dibutuhkan saat titrasi. Indikator
yang digunakan adalah indikator universal dan indikator phenoftalein.
Indikator universal berfungsi untuk mengukur pH larutan. Sedangkan
indikator phenoftalein berfungsi sebagai indikator pH yang akan berubah
warna menjadi merah muda saaat mencapai titik titrasi. Indikator memiliki
trayek perubahan warna pada skala 8,0-10,0, dimana warna asam adalah tidak
berwarna dan warna basa adalah merah muda.
Percobaan pertama pH larutan HCl secara berturut-turut pH sama
dengan 1, pH 1 karena termasuk asam kuat yang mempunyai pH<7.
Kemudian diteteskan 3 tetes indikator phenoftalein dan larutan tidak
berwarna. Hal ini menunjukkan larutan masih bersifat asam karena indikator
phenoftalein akan bening bila larutan dalam kondisi asam dan berwarna
merah muda apabila larutan dalam kondisi basa. Setelah itu penambahan
NaOH dari buret kedalam larutan HCl. Pada saat NaOH ditambahkan maka
pH larutan berubah menjadi 2 dan 1. Kemudian melanjutkan titrasi hingga
terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda.
Perubahan warna terjadi karena adanya resornansi elektron yaitu penggunaan
dua atau lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul tertentu,
berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda yang
dipengaruhi oleh penguraian yang terjadi pada asam basa. Tetapan ionisasi
adalah tetapan yang menyatakan ukuran kekuatan asam atau basa secara
kuantitaf.
Indikator phenoftalein adalah indikator yang dibuat dengan kondensasi
alhidrida fhalein dengan fenol. Perubahan warna menjadi merah muda
menunjukkan larutan mencapai titik ekuivalen dari larutan asam menjadi
larutan basa. Titik ekuivalen adalah kondisi pada saat perbandingan jumlah
mol asam dan mol basa sama dengan perbandingan jumlah koefisien asam
dan koefisien basa menurut reaksi, pH saat mencapai titik ekuivalen adalah 7.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna. Setelah itu
penambahan NaOH agar diketahui perubahan pH larutan setelah mencapai
titik ekuivalen. Selain itu juga untuk mengetahui apakah larutan NaOH yang
digunakan masih berwarna atau tidak. setelah penambahan larutan NaOH, pH
larutan meningkat menjadi 13. Indikator phenoftalein semakin pudar dalam
konsentrasi basa yang semakin pekat(pH>14). Pada larutan yang bersifat basa
rentangan pH 8,3-10,0 indikator akan memberikan perubahan warna menjadi
merah muda, dan pada rentang pH>10 indikator phenoftalein akan
memberikan perubahan warna menjadi merah.
Berdasarkan teori bahwa pada titik ekivalen dari titrasi asam kuat dan
basa kuat, pH larutan pada temperature 250C sama dengan pH air yaitu sama
dengan 7(Tim Dosen, 2017:21), hasil percobaan dinyatakan sesuai karena pH
yang diperoleh 7 pada titik ekivalen sesuai teori yaitu pH sama dengan 7 pada
titik ekivalen. Adapun volume rata-rata NaOH yang digunakan pada
percobaan adalah 1,6 mL, dimana NaOH yang digunakan pada percobaan
adalah 1,7 mL, 1,6 mL dan 1,7 mL.
I. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang netralisasi
asam basa dapat disimpulkan bahwa apabila asam kuat dan basa kuat
direaksikan maka akan menghasilkan garam dan air. Pada titk ekuivalen
diperoleh pH sebesar 7. Titik ekuivalen ini ditandai dengan berubahnya
larutan menjadi merah muda. pH larutan diukur menggunakan indikator
universal. Pada percobaan ini pH larutan HCl yang diketahui ada 4 yaitu
sebelum titrasi, setelah titrasi 1 mL larutan NaOH 0,2 M, saat mencapai
titik ekuivalen dan setelah melewati titik ekuivalen. pH larutan konstan
terhadap larutan NaOH yang digunakan setelah penambahan indikator
phenoftalein.
DAFTAR PUSTAKA