Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikuk kimia dasar dengan judul “Netralisasi Asam


Basa” disusun oleh.

Nama : Nurmia

NIM : 1713040011

Kelas : Pendidikan Kimia A

Kelompok : III

telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima

Makassar, November 2017


Koordinator Asisten Asisten

Raudina Nuramaliah Dewi Mustika Rahim


NIM.1413442016 NIM.1413141008

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Ahmad Fudail Majid, S.pd, M.Si


NIP.1988101220150411 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Netralisasi Asam Basa
B. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indikator
C. LANDASAN TEORI
Suatu asam basa Bronsted-Lowry dapat didefinisikan sebagai suatu zat
yang dapat memberikan ion hydrogen, dan basa Bronsted-Lowry adalah suatu
zat yang dapat menerima hydrogen. Menurut Bronsted-Lowry, asam kuat
adalah asam yang seluruhnya terionisasi didalam larutan air. Bila asam kuat
HCl (asam klorida) dilarutkan dalam air, reaksi adalah:
HCl(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-
Sedangkan basa kuat didefinisikan dengan cara yang sama, yaitu sebagai basa
yang bereaksi sempurna yang menghasilkan ion OH-(aq) bila dilarutkan
dalam air, reaksi adalah:
H2O(l) + NH2-(aq) NH3(aq) + OH-
Sebuah basa lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang
electron bebas, sedangkan suatu asam lewis adalah jenis asam menerima
sepanjang electron (Oxtoby, 2001:293).
Sifat-sifat umum asam diantaranya: memiliki rasa masam misalnya
cuka yang mempunyai rasa dari asam asetat dan lemon serta buah-buahan
sitrum lainnya yang mengandung asam sitrat,asam pula dapat menyebabkan
perubahan warna pada zat warna tumbuhan, misalnya mengubah warna
lakmus dari biru menjadi warna merah, sedangkan asam juga dapat bereaksi
dengan suatu logam tertentu misalnya seng, magnesium, dan besi
menghasilkan gas hidrogen, reaksi yang khas adalah reaksi antara asam
klorida dengan magnesium
2HCl(aq) + Mg(s) MgCl2(aq) + H2(g)
Asam juga beraksi dengan karbonat dan bikarbonat serta larutan asam dalam
air menghasilkan arus listrik. Sifat-sifat basa diantaranya: memiliki rasa pahit,
terasa licin, misalnya sabun yang mengandung basa memiliki sifat ini, dan
dapat pula menyebabkan suatu perubahan warna pada zat warna tumbuhan
misalnya mengubah warna lakmus merah menjadi biru serta basa dalam air
menhantarkan arus listrik (Chang, 2004:95-96).
Asam dan basa kuat terurai sempurna dalam larutan berair, oleh karena
itu pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung dari jumlah
stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi. Pada titik ekuivalen, pH
air murni adalah 7,00. Analis mendapat keuntungan dari perubahan pH yang
besar yang terjadi dalam titrasi untuk menentukan pada saat kapan titik
ekuivalen dicapai. Ada banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk tak
terurainya dan bentuk ioniknya memiliki warna yang berbeda. Molekul
tersebut bisa digunakan untuk menentukan kapan penambahan titran telah
mencukupi dan dinamakan indikator visual. Indikator fenofthalein yang sudah
dikenal merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Indikator ini terurai
dahulu menjadi bentuk tidak berwarna kemudian dengan hilangnya proton
kedua menjadi ion dengan system konjugat menghasilkan warna merah muda
(Day, 2001:129-141).
Tingkat kekuatan asam melukiskan ukuran tingkat kemudahan ion
hidrogen yang dapat dilepaskan dari spesies yang bersangkutan. Ukuran yang
umum adalah perbandingannya relatif terhadap air dalam hal tetapan
keseimbangan. Untuk asam, tetapan ini diidentifikasikan sebagai tetapan
ionisasi asam, Ka. sedangkan untuk basa keseimbangan diidentifikasikan
sebagai tetapan ionisasi basa, Kb. R.G pearson (1963) mengusulkan bahwa
asam-basa Lewis dapat diklarisifikasikan sebagai asam-basa lunak (soft) atau
keras (hard.asam – basa lunak yaitu asam – basa yang mudah melepaskan
electron valensinya sedangkan asam-basa keras merupakan kebalikan dari
asam-basa lunak yaitu tidak memiliki electron valensi atau electron
valensinya sukar terpolarisasi maka dengan kata lain asam-basa lunak
mempunyai sifat terpolarisasi tinggi dan asam basa keras mempunyai sifat
terpolarisasi rendah (Sugiarto, 2004: 95-102).
Berdasarkan tetapan kesetimbangan yang dibutuhkan konsentrasi zat
yang dititrasi dan titran dan pada kondisi tertentu seorang analis bisa puas
dengan kepresisian yang kurang. Namun demikian jika kita diberikan
sekumpulan kondisi tertentu yang harus dipenuhi kita dapat membuat suatu
perhitungan yang lebih sederhana untuk menentukan besarnya tetapan
kesetimbangan. Umumnya diinginkan agar semua zat yang dititrasi diubah
menjadi produk pada atau didekat titik ekuivalen.Tetapan penguraian dari
asam adalah:
Ka=¿ ¿
Sebagai ilustrasi, mari kita asumsikan bahwa molekul In berwarna merah dan
ion In- yang berwarna kuning. Kedua bentuk tentu saja ada dalam suatu
larutan indikator tersebut, konsentrasi relatifnya tergantung dengan pH.
Warna yang dilihat mata manusia tergantung pada jumlah relative kedua
bentuk itu. Jelaslah, dalam larutan ber-pH rendah, HIn asam menonjol dan
kita hanya bisa mengharapkan warna merah. Dalam larutan yang berph
tinggi, In+ akan menonjol dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Pada
nilai pH menengah, dimana kedua bentuk berada dalam konsentrasi yang
hampir sama, warnanya mungkin oranye. Anggap bahwa pKa dan HIn adalah
5,00 dan bahwa beberapa tetes HIn ditambahkan ke suatu larutan asam kuat
yang dititrasi dengan basa kuat. Kuantitas HIn yang ditambahkan begitu
kecilnya sehingga jumlah titran yang digunakan oleh HIn dapat diabaikan.
Kemudian ikuti rasio dari kedua bentuk warna tersebut saat berubahnya pH
selama titrasi (Day, 2001:142-145).
Titrasi asam basa pada prinsipnya merupakan reaksi netralisasi. Oleh
karena itu, titrasi asam basa biasa disebut titrasi netralisasi. Reaksi netralisasi
merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk garam dan air. Larutan
analit pada titrasi netralisasi dapat berupa asam lemah, asam kuat, basa kuat,
dan basa lemah ataupun garam yang bersifat asam maupun basa.adapun yang
bertindak sebagai titran (larutan standar) adalah asam kuat atau basa kuat.
Maka dapat diketahui bahwa jika larutan standarnya adalah asam kuat maka
disebut titrasi asidimetri dan jika larutanbasa kuat maka disebut titrasi
alkalimetri (Pursitasari. 2004:94).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Pipet volume 10 ml 1 buah
b. Ball pipet 1 buah
c. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
d. Corong biasa 1 buah
e. Buret 50 ml 1 buah
f. Statif dan klem @1 buah
g. Pipet tetes 3 buah
h. Lap kasar 2 buah
i. Gelas kimia 1 buah
j. Lap halus 1 buah
k. Labu semprot 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 M
b. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,2 M
c. Indikator phenolftalein (PP)
d. Indikator universal
e. Tissue
f. Aquades (H2O)
E. PROSEDUR KERJA
a. 0,2 M larutan NaOH dimasukkan kedalam buret sebanyak 10 ml HCl 0,1
dimas
b. ukkan dalam erlenmeyer dan pH larutan diukur.
c. Sebanyak 1 ml NaOH ditambahkan kedalam larutan HCl dan pH larutan
diukur.
d. Tiga tetes indikator phenolftalein ditambahkan kedalam erlenmeyer.
e. Larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH hingga berubah menjadi merah
muda. Kemudian pH larutan diukur
f. Sebanyak 1 ml NaOH ditambahkan ke dalam larutan HCl dan pH larutan
diukur. Diulangi titrasi sebanyak tiga kali.
F. HASIL PENGAMATAN
Table 1.1 titrasi larutan asam klorida dengan natrium hidroksida.

PH PH PH setelah Titrasi PH
awal penambahan lanjutan setelah +
Erlenmeyer
HCl 1 ml NaOH NaOH
0,2 M Volume PH 0,2 M
NaOH NaOH

I 1 2 1,7 7 13

II 1 1 1,6 7 13

III 1 1 1,7 7 13

Rata-rata 1,66

V 1 NaOH +V 2 NaOH +V 3 NaOH


Volume rata-rata NaOH =
3

(1,7+1,6+ 1,7)
=
3

= 1,66 m

G. ANALISIS DATA
1. pH Larutan HCl sebelum penambahan NaOH
Dik :
[HCl] = 0,1 M
pH = - log [H-]
= - log 1
=1
2. pH larutan pada saat penambahan 1 mL NaOH
Dik :
Volume NaOH = 1 mL
M NaOH = 0.2 M
Volume HCl = 0,1 M
M HCl = 0.1 M
Volume Total = 11 mL
mmolNaOH = 1ml x 0,2 mmol/mL
= 0,2 mmol
mmolHCl = 10 mL x 0,1 mmol/mL
Reaksi = HCl+ NaOH → NaCl+ H 2 O
Mula-mula = 1 mmol 0,2 mmol - -
Bereaksi = 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol _
Sisa = 0,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol

mmol sisaHCl = 0,8 mmol


0,8 mmol
11
=
= 0,07

[H+] = 7.10-2
pH = - log [H+]
= - log 7.10-2
=2-log 7
=2-0,8 = 1,2
3. pH larutan saat mencapai titik ekivalen jumlah mol NaOH =mol HCl
M1 . V1 = M2 . V2
0,2 M . V1 = 0,1 . 10ml
V1 = 5 ml
mmol NaOH = 5 ml x 0,2 mmol/ml
=1 mmol
mmol HCl =10 ml x 1,0 mmol/ml
=1 mmol
Reaksi = HCl+ NaOH → NaCl+ H 2 O
Mula-mula = 1 mmol 1 mmol - -
Bereaksi = 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol _
Sisa = - - 1 mmol 1 mmol

HCl dan NaOH habis bereaksi ,maka larutan bersifat netral pH=7

[H+] =10-7
PH =- log [H+]
=- log 10-7
=7-log 1
=7
4. pH larutan setelah melewati titik ekiuvalen
Volume NaOH = volume titik ekivalen + volume NaOH
=5 ml + 1 ml
= 6 ml
[NaOH] = 0,2 M
Vol NaOH ` = 10
[HCl] =1 ml
Vol total =10 ml + 6 ml
=16 ml
mmol NaOH =0,2 mmol/ml x 6 ml
=1,2 mmol
mmol HCl =0,1 mmol/ml x 10 ml = 1 mmol
Reaksi = HCl+ NaOH → NaCl+ H 2 O
Mula-mula = 1 mmol 1,2 mmol - -
Bereaksi = 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol _
Sisa = - 0,2 mmol 1 mmol 1 mmol
mmol sisa NaOH = 0.2 mmol
0,2 mmol
[NaOH] =
16 ml
=0,0125 M = 1,25 X 10-2
pOH = - log [OH-]
= - log [1,25 x 10 -2]
=2- log 1,25
=2-0,097
=1,903
pH =14 – pOH
=14 - 1,903
=12,097
a. Kurva titrasi secara teori
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097
b. Kurva titrasi 1
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097

c. Kurva titrasi 2
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097
d. Kurva titrasi 3
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 12,097

H. PEMBAHASAN
Netralisasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi suatu zat dalam suatu larutan. Titrasi adalah cara analisis dengan
pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat
dengan zat yang terdapat dalam zat lain, dimana salah satu larutan diketahui
konsentrasinya. Secara teknis, netralisasi dilakukan sedikit demi sedikit agar
kita dapat melihat perubahannya hingga larutan asam atau basa yang ada
didalam buret habis bereaksi dengan basa atau asam yang ada di dalam labu
Erlenmeyer sehingga terjadi perubahan warna dari indikator yang dipakai.
Pengamatan dan percobaan ini dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa
kuat yaitu larutan Asam Klorida dan Natrium Hidroksida.
HCl + NaOH -> H2O +NaCl
Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna.
Oleh karena itu, ion hidroksida dan ion hidrogen secara titrasi dapat langsung
dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Percobaan titrasi ini
dilakukan sebanyak 3 kali dengan tujuan agar bisa menjadi pembanding
untuk memastikan volume HCl 0,1 M yang dibutuhkan saat titrasi. Indikator
yang digunakan adalah indikator universal dan indikator phenoftalein.
Indikator universal berfungsi untuk mengukur pH larutan. Sedangkan
indikator phenoftalein berfungsi sebagai indikator pH yang akan berubah
warna menjadi merah muda saaat mencapai titik titrasi. Indikator memiliki
trayek perubahan warna pada skala 8,0-10,0, dimana warna asam adalah tidak
berwarna dan warna basa adalah merah muda.
Percobaan pertama pH larutan HCl secara berturut-turut pH sama
dengan 1, pH 1 karena termasuk asam kuat yang mempunyai pH<7.
Kemudian diteteskan 3 tetes indikator phenoftalein dan larutan tidak
berwarna. Hal ini menunjukkan larutan masih bersifat asam karena indikator
phenoftalein akan bening bila larutan dalam kondisi asam dan berwarna
merah muda apabila larutan dalam kondisi basa. Setelah itu penambahan
NaOH dari buret kedalam larutan HCl. Pada saat NaOH ditambahkan maka
pH larutan berubah menjadi 2 dan 1. Kemudian melanjutkan titrasi hingga
terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda.
Perubahan warna terjadi karena adanya resornansi elektron yaitu penggunaan
dua atau lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul tertentu,
berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda yang
dipengaruhi oleh penguraian yang terjadi pada asam basa. Tetapan ionisasi
adalah tetapan yang menyatakan ukuran kekuatan asam atau basa secara
kuantitaf.
Indikator phenoftalein adalah indikator yang dibuat dengan kondensasi
alhidrida fhalein dengan fenol. Perubahan warna menjadi merah muda
menunjukkan larutan mencapai titik ekuivalen dari larutan asam menjadi
larutan basa. Titik ekuivalen adalah kondisi pada saat perbandingan jumlah
mol asam dan mol basa sama dengan perbandingan jumlah koefisien asam
dan koefisien basa menurut reaksi, pH saat mencapai titik ekuivalen adalah 7.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna. Setelah itu
penambahan NaOH agar diketahui perubahan pH larutan setelah mencapai
titik ekuivalen. Selain itu juga untuk mengetahui apakah larutan NaOH yang
digunakan masih berwarna atau tidak. setelah penambahan larutan NaOH, pH
larutan meningkat menjadi 13. Indikator phenoftalein semakin pudar dalam
konsentrasi basa yang semakin pekat(pH>14). Pada larutan yang bersifat basa
rentangan pH 8,3-10,0 indikator akan memberikan perubahan warna menjadi
merah muda, dan pada rentang pH>10 indikator phenoftalein akan
memberikan perubahan warna menjadi merah.
Berdasarkan teori bahwa pada titik ekivalen dari titrasi asam kuat dan
basa kuat, pH larutan pada temperature 250C sama dengan pH air yaitu sama
dengan 7(Tim Dosen, 2017:21), hasil percobaan dinyatakan sesuai karena pH
yang diperoleh 7 pada titik ekivalen sesuai teori yaitu pH sama dengan 7 pada
titik ekivalen. Adapun volume rata-rata NaOH yang digunakan pada
percobaan adalah 1,6 mL, dimana NaOH yang digunakan pada percobaan
adalah 1,7 mL, 1,6 mL dan 1,7 mL.
I. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang netralisasi
asam basa dapat disimpulkan bahwa apabila asam kuat dan basa kuat
direaksikan maka akan menghasilkan garam dan air. Pada titk ekuivalen
diperoleh pH sebesar 7. Titik ekuivalen ini ditandai dengan berubahnya
larutan menjadi merah muda. pH larutan diukur menggunakan indikator
universal. Pada percobaan ini pH larutan HCl yang diketahui ada 4 yaitu
sebelum titrasi, setelah titrasi 1 mL larutan NaOH 0,2 M, saat mencapai
titik ekuivalen dan setelah melewati titik ekuivalen. pH larutan konstan
terhadap larutan NaOH yang digunakan setelah penambahan indikator
phenoftalein.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond.2003.Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid Satu.


Jakarta:Erlangga.

Day R.A., A.L. Underwood,.2002.Analisis Kimia Kuantitatif.


Jakarta:Erlangga

Oxtoby, Gillis., Nachtrieb., Suminar.2011.Prinsip- Prinsip Kimia


Modern edisi keempat jilid satu. Jakarta:Erlangga

Pursitasari, Indarini Dwi.2004.Kimia Analitik Dasar. Jakarta:Alfabeta

Sugiarto, Kristian H.2004.Kimia Anorganik . Yogjakarta:JICA

Anda mungkin juga menyukai