Anda di halaman 1dari 4

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SOAL

UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF


SISWA PADA MATERI EKOLOGI KELAS X SMA DI MALANG

Ismi Lailatul Rokhmah, Susriyati Mahanal, I Wayan Sumberartha


Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang no. 5 Malang
Email: islamah.ismi@gmail.com

ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menghasilkan instrumen soal yang bersifat
open-ended untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi ekologi kelas X
SMA di Malang yang valid dan reliabel 2) Mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta
didik dari sekolah dengan nilai akreditasi yang berbeda. Objek penelitian ini adalah siswa
kelas X dari tiga sekolah dengan nilai akreditasi A yaitu SMA Negeri 8 Malang dan SMA
Laboratorium serta terakreditasi B yaitu SMA Surya Buana Malang. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian pengembangan model 4-D (Four D
Models) menurut Thiagarajan yang terdiri atas empat tahap utama yaitu define
(Pendefinisian), design (Perancangan), develop (Pengembangan) dan disseminate
(Penyebaran). Pada penelitian ini, hanya dilakukan sampai tahap develope dengan
mempertimbangkan estimasi waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa instrumen soal yang diujikan pada 128 siswa dinyatakan valid sesuai ketentuan
rumus korelasi pearson dengan Rhitung yang lebih besar dibandingkan Rtabel (0,146) dan
reliabelitasnya tinggi dengan nilai 0,73, sedangkan nilai kemampuan kreatif siswa dari tiga
sekolah tersebut adalah (1) SMA Negeri 8 Malang : fluency sebesar 42,75%, originality
60,75%, elaboration 66%, flexibility 55,75%, dan metaphorical thingking 56,75%; (2)
SMA Laboratorium Malang : fluency sebesar 63%, originality 82,25%, elaboration 69,5%,
flexibility 69,75%, dan metaphorical thingking 79,75%; (3) SMA Surya Buana Malang :
fluency sebesar 42,75%, originality 28,5%, elaboration 33,25%, flexibility 42,75%, dan
metaphorical thingking 31%.

Kata Kunci : evaluasi, instrumen soal, berpikir kreatif, ekologi

ABSTRACT: The purpose of this research is 1) producing an ecology instrument test open-
endedly can measure a creatve thingking capability for 10th grade senior high scool in
Malang that valid and reliabel 2) knowing the student’s creative thinking capability from
senior high school which have different scores of acreditation. The object of this research is
the 10th grade students of high school 8 in Malang, high school laboratory which is
acreditated A, and surya buana high school in Malang which is acreditated B. design for
this reseach is research and development that use four-D models by Thiagarajan with four
steps. They are define, design, development and dessiminate, but in this research just using
three steps until development without use the dessiminate step because the time was
limited. The result of this research show that the instrument test was gived to 128 students
was valided accord with pearson correlation formula which is Rcount greater than Rtable
(0,146) and the value of reliability is 0,73, it is implied in great reliability. The percentage
of creative thinking capability in three schools are : fluency 42,75%, originality 60,75%,
elaboration 66%, flexibility 55,75%, and metaphorical thingking 56,75% for high scool 8
in Malang. fluency 63%, originality 82,25%, elaboration 69,5%, flexibility 69,75%, and
metaphorical thingking 79,75% for high school laboratory in Malang, fluency 42,75%,
originality 28,5%, elaboration 33,25%, flexibility 42,75%, and metaphorical thingking
31% for surya buana high school.

Key words : evaluation, instrument test, creative thinking, ecology

Pada dunia pendidikan baik formal yang telah dimiliki seseorang setelah melakukan
maupun non formal, tidak pernah lepas dari kegiatan pembelajaran sebagai pencapaian dari
pembelajaran. Hal yang diharapkan setelah hasil belajar) (Jihad dan Haris, 2013). Pencapaian
dilakukan proses pembelajaran yaitu peserta hasil pembelajaran dapat diketahui melalui
didik dapat mencapai tujuan belajar (kemampuan proses evaluasi.
1
Evaluasi terhadap proses pembelajaran (Perancangan) tahap mulai disusun produk yang
mencakup penilaian seberapa jauh hasil belajar akan diujikan dalam penelitian, develope
atau proses belajar dikategorikan baik (Pengembangan) yaitu tahap dilakukan validasi
(Sudaryono, 2012). Salah satu tuntutan yang terhadap produk penelitian dan tahap terakhir
harus dimiliki manusia dalam memenuhi daya yaitu disseminate (Penyebaran) tahap penyebaran
saing tinggi di abad XXI adalah kreatif. produk yang telah tervalidasi oleh para ahli. Pada
Berdasarkan hasil angket kepada siswa penelitian ini, yang dilakukan hanya sampai
kelas X di SMA Laboratorium Malang, SMA tahap ketiga yaitu tahap develope
Negeri 8 Malang dan SMA Surya Buana Malang, (pengembangan) tanpa melakukan tahap
60% siswa mengatakan bahwa soal tes yang disseminate (penyebaran) dengan
diberikan oleh guru biologi masih berisi soal tes mempertimbangkan estimasi waktu yang relatif
yang bersifat konvergen atau soal dengan satu singkat.
jawaban benar. Hal ini sesuai dengan penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah
dari Marwiyah, dkk (2015) yang menyatakan seluruh siswa SMA kelas X di Malang,
bahwa soal yang diberikan siswa selama ini sedangkan sampelnya adalah siswa kelas X di
kebanyakan menggunakan pertanyaan yang SMA Surya Buana Malang, SMA Laboratorium
bersifat konvergen (tertutup). Russefendi (1989) Malang, dan SMA Negeri 8 Malang tahun ajaran
menyatakan bahwa untuk menjaring manusia 2017-2018. Penelitian ini bertempat di SMA
kreatif sebaiknya siswa dilatih memecahkan Surya Buana Malang, SMA Laboratorium
masalah tidak hanya menggunakan pertanyaan Malang, dan SMA Negeri 8 Malang. Penelitian
yang bersifat konvergen, melainkan dengan ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2018.
menggunakan pertanyaan terbuka (divergen), Instrumen penelitian yang digunakan
yaitu pertanyaan yang jawabannya lebih dari satu pada penelitian ini berupa lembar validasi ahli
yang dapat menjajaki berbagai kemungkinan dan angket tanggapan responden terhadap
jawaban atas satu masalah. instrumen soal berpikir kreatif dengan materi
Pada penelitian Hidayatun, dkk. (2015) ekologi. Data kualitatif diperoleh dari lembar
mengatakan bahwa proses berpikir kreatif tidak validasi yang berupa tanggapan atau saran yang
akan berjalan jika masih terdapat kekeliruan dikumpulkan dan disajikan untuk perbaikan
konsep pada suatu materi. Sedangkan pada KD produk. Data kuantitatif diperoleh dari skor
3.10 dan 4.10 masih ada empat kekeliruan instrumen soal berpikir kreatif siswa yang
konsep penting yang meliputi konsep populasi, kemudian diuji validitas dengan rumus korelasi
komunitas, rantai dan jaring-jaring makanan, pearson dan uji reliabilitas dengan rumus Alpha
serta konsep ekologi dalam konteks salingtemas. Cronbach.
Berdasarkan data dari lapangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa di sekolah SMA di kota HASIL PENGEMBANGAN
Malang terutama di SMA Negeri 8 Malang, SMA Hasil wawancara menunjukkan bahwa di
Laboratorium Malang, SMA Surya Buana SMA Negeri 8 Malang, SMA Laboratorium
Malang masih belum menerapkan alat evaluasi Malang, dan SMA Surya Buana Malang masih
yang dapat mengukur kemampuan berpikir terfokus pada pembelajaran dan metode untuk
kreatif siswa di mata pelajaran biologi materi melatih kemampuan berpikir kreatif saja, tetapi
ekologi yang terdapat pada KD 3.10 dan 4.10, belum ada alat evaluasi untuk mengukur
sehingga peneliti mengangkat judul kemampuan berpikir kreatif siswa.
“pengembangan instrumen soal untuk mengukur Sekitar 80% siswa di sekolah SMA
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi Negeri 8 Malang dan SMA Laboratorium Malang
ekologi kelas X SMA di kota Malang”. mengatakan bahwa selama ini mereka telah
menerima pembelajaran yang melatih
METODE PENELITIAN kemampuan bekerja kreatif namun belum ada
Rancangan yang digunakan dalam evaluasi untuk mengukur kemampuan berpikir
penelitian ini adalah rancangan penelitian dan kreatif, sedangkan di SMA Surya Buana Malang
pengembangan. Desain penelitian yang 60% siswa mengatakan bahwa pembelajaran
digunakan dalam penelitian ini adalah desain yang melatih kemampuan berpikir kreatif di
penelitian pengembangan model 4D (Four D sekolah mereka masih belum begitu maksimal
Models) menurut Thiagarajan. Model diterapkan.
pengembangan 4D terdiri atas empat tahap utama Permasalahan yang ada di KD 3.10 dan
yaitu define (Pendefinisian), tahap dimana 4.10 dapat mendorong siswa untuk
dilakukan analisis kebutuhan terkait dengan mengembangkan kemungkinan lebih dari satu
penelitian yang akan dilaksanakan, design jawaban benar dalam memberikan solusi dari
2
masalah yang ada. Maka dari itu kriteria soal mengetahui sejauh mana hasil ujian siswa tetap
essay open-ended atau soal dengan kemungkinan atau konsisten dari prosedur penilaian.
lebih dari satu jawaban benar (divergen) akan Reliabilitas mengarah pada ketepatan hasil
sesuai jika diterapkan pada materi biologi KD pengukuran. Artinya alat ukur dikatakan stabil
3.10 dan 4.10. dan dapat diandalkan apabila dalam pengukuran
Dari hasil validasi oleh tiga validator berulang kali menghasilkan data yang relative
perolehan nilai rerata skor adalah 3,63. Jadi, sama (ajeg). Dengan didasari teori dari Nitko
dapat dikatakan bahwa soal yang diberikan (2007) yaitu suatu tes dikatakan reliabel jika
berdasarkan materi, konstruksi dan bahasa dapat menghasilkan skor yang konsisten ketika
tergolong valid dan layak diberikan untuk siswa diberikan kepada kelas yang berbeda atau
kelas X SMA. Setelah dilakukan validasi diberikan kepada kelas yang sama namun pada
instrumen soal, kemudian diujicobakan kepada waktu yang berbeda. Hasil dari analisis
sampel penelitian. reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach
Uji coba instrumen soal dilakukan menunjukkan nilai 0,73 dan tergolong memiliki
kepada 128 orang siswa dari tiga SMA dengan reliabilitas yang tinggi menurut Arikunto (2010).
nilai akreditas yang berbeda di Malang yaitu Sekolah dengan skor rata-rata nilai yang
SMA Laboratorium Malang, SMA Negeri 8 tinggi adalah SMA Laboratorium Malang, SMA
Malang, dan SMA Surya Buana Malang. Dengan Negeri 8 Malang yang berakreditasi A dan yang
jumlah siswa sebanyak 128, maka nilai Rtabel (df = memiliki rata-rata kemampuan berpikir kreatif
N - 2) adalah 0,146. Berdasarkan hasil uji coba yang rendah adalah SMA Surya Buana Malang
dari sepuluh soal yang diujikan telah memenuhi yang terakreditasi B. hasil tersebut sesuai dengan
kriteria valid. Kemudian dilakukan uji reliabilitas penelitian yang dilakukan Mairing (2016) bahwa
soal. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sekolah yang terakreditasi A memiliki
nilai reliabilitas seluruh soal adalah 0,73. Nilai kemampuan berpikir kreatif yang lebih tinggi
tersebut tergolong pada reliabilitas tinggi. dibanding dengan sekolah yang nilai akreditasi di
Siswa dari SMA Negeri 8 Malang bawahnya. Hal ini disebabkan karena tersedianya
memiliki nilai rata-rata kemampuan berpikir sarana dan prasarana yang memadai di sekolah
kreatif fluency sebesar 42,75%, originality tersebut.
60,75%, elaboration 66%, flexibility 55,75%, Meskipun SMA Laboratorium dan SMA
dan metaphorical thingking 56,75%. Siswa SMA Negeri 8 Malang sama-sama terakreditasi A,
Laboratorium Malang memiliki rata-rata nilai namun nilai kemampuan berpikir kreatif dari
fluency sebesar 63%, originality 82,25%, keduanya tergolong cukup jauh, hal tersebut
elaboration 69,5%, flexibility 69,75%, dan dapat disebabkan dari intensif dan tidaknya siswa
metaphorical thingking 79,75%. Siswa SMA dalam latihan mengerjakan soal tes yang dapat
Surya Buana Malang memiliki nilai rata-rata melatih kemampuan berpikir kreatif mereka.
fluency sebesar 42,75%, originality 28,5%, Sesuai dengan penelitian dari Marwiyah,dkk.
elaboration 33,25%, flexibility 42,75%, dan (2015) yang menyatakan bahwa kurangnya
metaphorical thingking 31%. latihan pengerjaan soal tes yang diberikan kepada
siswa, dapat mempengaruhi kemampuan berpikir
PEMBAHASAN kreatif siswa tersebut.
Hasil dari analisis validasi dengan rumus
korelasi pearson menunjukkan bahwa siswa yang SIMPULAN
menjawab benar pada soal tertentu memiliki skor Pada penelitian ini menggunakan teori
total yang tinggi. Dengan didasari teori dari pengembangan Thiagarajan yang dikenal dengan
Sudjana (2005), yaitu soal dikatakan baik apabila pengembangan 4D. Tahapan yang dilakukan
memiliki nilai Rhitung yang lebih besar dalam penelitian ini ada tiga tahap utama, yaitu
dibandingkan dengan Rtabel (pada α = 0,05) tahap define, design, dan develop dengan tanpa
dengan jumlah nilai Rtabel (df = N - 2) adalah melakukan tahap akhir dari teori 4D yaitu
0,146. Menurut Widiasuti (2015) makna dari dessiminate dengan mempertimbangkan estimasi
validitas adalah sejauh mana ketepatan suatu alat waktu yang ada
ukur dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Sekolah dengan skor rata-rata nilai yang
Dengan demikian, soal tes yang diujikan pada tinggi adalah SMA Laboratorium Malang, SMA
kelas X SMA di tiga sekolah tersebut sudah tepat Negeri 8 Malang yang berakreditasi A dan yang
dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif memiliki rata-rata kemampuan berpikir kreatif
siswa. yang rendah adalah SMA Surya Buana Malang
Langkah berikutnya yaitu menganalisis yang terakreditasi B. Dapat dilihat bahwa di
reliabilitas soal. Tujuannya adalah untuk sekolah yang terakreditasi A dan B memiliki
3
kemampuan yang berbeda dalam berpiki kreatif. Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi
Hal tersebut dapat disebabkan karena kurang Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
intensifnya pembelajaran dan pemberian alat Presindo.
evaluasi yang dapat melatih siswa dalam berpikir Mairing, Jackson Pasini. 2016. Kemampuan
kreatif. Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Tingkat
SARAN Akreditasi. Jurnal kependidikan, 46(2),
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 179-192.
dilakukan, terdapat beberapa hal yang perlu Marwiyah, Siti, Kamid dan Risnita. 2015.
diperhatikan dalam pembelajaran di kelas terkait Pengembangan Instrumen Penilaian
pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata
yang menjadi tuntutan kurikulum 2013 dan Pelajaran IPA Terpadu Materi Atom, Ion,
tuntutan abad XXI. Sebaiknya guru lebih intensif dan Molekul SMP Islam Al Falah. Jurnal
dalam memberikan pembelajaran yang dapat Edu-Sains, 4(1), 26-31.
melatih kemampuan siswa dalam berpikir kreatif Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar kepada
terutama pada KD 3.10 dan 4.10 mata pelajaran membantu guru mengembangkan
biologi. Selain itu, juga diperlukan latihan kompetensiya dalam pengajaran
evaluasi baik tes maupun non tes yang juga dapat matematika. Bandung: Tarsito.
melatih kemampuan berpikir kreatif siswa, Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi
sedangkan siswa diharapkan lebih giat dan Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu
memotivasi diri untuk terus belajar sehingga bisa Widiastuti. 2015. Tes dan pengukuran. Jakarta:
memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan Rajawali Press.
perkembangan zaman saat ini.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah
belum disampaikannya indikator pembelajaran
yang dijadikan acuan oleh penulis dalam
mengembangkan soal, sehingga ada
kemungkinan perbedaan penafsiran KD oleh
masing-masing guru pengajar dan bisa juga ada
konsep yang belum diberikan oleh guru pengajar
di kelas, namun diterapkan pada soal sehingga
siswa kesulitan dalam menjawab soal yang
diberikan. Sebaiknya jika ingin melaksanakan
penelitian pengembangan instrumen soal,
indikator pembelajaran diberikan kepada guru
kelas terlebih dahulu untuk mencegah konsep-
konsep yang bisa jadi terlewatkan diberikan
kepada siswa, dan juga untuk menyeragamkan
penafsiran KD menjadi indikator yang akan
dijadikan acuan dalam mengembangkan soal.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar evaluasi
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayatun, Nuning, Karyanto, Puguh, Fatmawati,
Umi, dan Mujiyati. 2015. Penerapan E-
Module Berbasis Problem-Based
Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Mengurangi Miskonsepsi pada Materi
Ekologi Siswa Kelas X MIPA 3 SMA
Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran
2014/2015. Jurnal Bioedukasi, 8(2), 28-
32.

Anda mungkin juga menyukai