Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP

KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA MAS PAB 1 SAMPALI PADA


MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN

Miftahul Jannah Nasution, Khairuddin, Efrida Pima Sari


Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Sumatera Utara Medan
pendidikanbiologi@uinsu.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Treffinger
terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa MAS PAB 1 Sampali pada materi perubahan
lingkungan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November. Tempat penelitian terletak
di Jalan Pasar Hitam Nomor 69 Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasy eksperimen. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA MAS PAB 1 Sampali. Sampel dalam
penelitian ini adalah 26 siswa untuk kelas eksperimen dan 26 siswa untuk kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kemampuan berfikir kreatif siswa pada kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Treffinger lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan bahwa
kemampuan berpikir kreatifkelas eksperimen yaitu 8,46, sedangkan kontrol yaitu 7,77. Data
ini di dukung oleh analisis statistika di dapat t hitung = 2,155 dengan melihat kriteria uji taraf
5% diperolah t tabel = 2,006, dimana dengan kriteria uji t hitung lebih besar dari t tabel =
2,155>2,006, sehingga H0 ditolak, berarti Haditerima.

Kata Kunci: Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa, Model Pembelajaran Treffinger

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Treffingers’s learning model on the creative
thinking ability of MAS PAB 1 Sampali students on environmental change material. The time
of the research was carried out in November. The research site is located at Jalan Pasar
Hitan Number 69 Sampali, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency, North Sumatra.
This type of research is a quasi-experimental research. The population in this study were all
students of class X IPA MAS PAB 1 Sampali. The sample in this study were 26 students for
the experimental class and 26 students for the control class. The data collection technique
used is a test.

The results obtained that the creative thinking ability of stuudents in the experimental
class using the Treffinger learning model was higher than the control class using
conventional learning. This means that the creative thinking ability of the experimental class
is 8,46. While the control is 7,77. This data is supported by statistical analysis in which the t
cout = 2.155 by looking at the test criteria for the 5% level, it is obtained t tabel =2.006,
where the t-test criteria is greater than t table = 2.155>2.006, so H0 is rejected, meaning Ha
is accepted.

Key words: Students' Creative Thinking Ability, Treffinger's Learning Model

PENDAHULUAN

Tantangan abad 21 menuntut adanya peningkatan keterampilan 4C (Critis, Creatif,


Collaborative, dan Comunicative), hal ini mengacu pada adanya Cara Berfikir Tinggi (High
Order Thinking) yang harus dimiliki oleh siswa. Tuntutan- tuntutan keterampilan ini
nyatanya belum sejalan dengan realita pembelajaran yang terdapat pada sekolah-sekolah di
Indonesia. Di samping itu, proses pembelajaran abad ini lebih menekankan siswa sebagai
pusat utama (student centre), sehingga harus berperan aktif dalam menyusun konsep,
menganalisis, mengevaluasi, memaknai hasil pembelajaran yang diterima, dan mampu
mengimplementasikannya.Dalam hal ini, guru tidakhanya dituntut untuk menyelesaikan
bahan pelajaran yang ditetapkan, namun juga harus menguasai metode dan evaluasi belajar.
(Kunandar, 2017).

Para komponen sekolah seperti pendidik dan siswa belum mampu untuk bekerja sama
dalam mencapai tuntutan abad 21. Guru sebagai pembimbing bagi siswa belum mampu
memberikan inovasi-inovasi yang bisa merangsang keterampilan 4C yang sebenarnya
dimiliki oleh siswa.

Guru cenderung masih memakai strategi pembelajaran konvensional saat mengajar


dimana gurulah yang banyak berperan aktif pada kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini
siswa tidak memiliki kesempatan yang luas dalam mengembangkan keterampilan yang
mereka miliki.

Di satu sisi, siswa sebagai tokoh utama pendidikan juga belum siap dalam
menghadapi perubahan kurikulum yang mengedepankan potensi dan keaktifan siswa di
dalam kelas. Beberapa faktor inilah yang masih menghambat tujuan pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah MAS PAB 1 Sampali pada tanggal 18 Maret
2020 melalui wawancara dengan guru bidang studi Biologi bahwa kemampuan
berkomunikasi yang terjadi saat pembelajaran masih kurang. Selama pembelajaran,
komunikasi siswa kelas X masih kurang. Guru lebih sering memberi tugas latihan soal dan
merangkum. Metode yang dilakukan guru menerangkan dan tanya jawab. Ketika tanya jawab
siswa masih belum aktif, akan tetapi hanya beberapa siswa saja yang dapat menjawab.

Model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa salah
satunya adalah Model pembelajaran Treffinger yang dapat menciptakan pembelajaran yang
aktif, efektif dan inovatif, yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah. (Anugrah, 2018). Salah satunya model pembelajaran Treffinger ini
yang didasari dengan adanya perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan
semakin kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi. Karena itu, untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan suatu cara agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan
dan menghasilkan solusi yang tepat. Yang perlu diperhatikan dalam mengatasi hal-hal
tersebut adalah dengan memerhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu
memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk kemudian
diimplementasikan (Agusti, 2019).

Salah satu materi yang bisa mengaplikasikan model pembelajaran treffinger adalah
Perubahan Lingkungan untuk siswa kelas X. Kompetensi dasar yang dibutuhkan dalam
materi ini ialah menganalisis data perubahan lingkungan, penyebab, dan dampak bagi
kehidupan. Sejalan dengan kompetensi dasar tersebut, guru bisa melakukan eksperimen kelas
dengan cara menganalisis fenomena alam yang terjadi di sekitar lingkungan atau keadaan
terkini yang sedang terjadi. Dengan begitu, siswa bisa mengandalkan keterampilan berpikir
kreatifnya, secara berkelompok, untuk menganalisis masalah-masalah yang terjadi dengan
merumuskannya dan memberikan solusi yang jitu terhadap permasalahan yang dihadapi.

Oleh karena itu, penulis berkeinginan melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh
Model Pembelajaran Treffinger terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa MAS PAB 1
Sampali pada Materi Perubahan Lingkungan”. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa MAS
PAB 1 Sampali pada materi perubahan lingkungan

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di MAS PAB 1 Sampali. Sekolah ini terletak di Jl. Pasar
Hitam No.69 Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Sumatera Utara
20371. Penelitian ini dilaksanakan pada November T.A 2021-2022. Sampel dari penelitian ini
hanya memakai dua kelas saja yaitu kelas X IPA 1 dan X IPA 2.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Namun, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah eksperimen bentuk quasy eksperimen (eksperimen semu) atau
dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
suatu perlakuan terhadap suatu kondisitertentu.

Metode penelitian dapat dikatakan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu dan desain penelitian merupakan rencana tentang
mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi
dengan tujuan penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuasi
eksperimen, sebab subjek penelitian dalam hal ini siswa tidak dipilih secara acak, dan tidak
dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa (Sugiyono,
2014). Pemilihan sampel dengan cara ini dilakukan dengan pertimbangan untuk
mengefektifkan waktu penelitian dan pihak sekolah tidak ingin membentuk kelas baru yang
menyebabkan perubahan jadwal yang telah ada. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian nonequivqlent control group design yang dimana sebelum diberikan perlakuan
pembelajaran, maka terlebih dahulu dilakukan tes awal (Pretest) kepada kedua kelas. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal berfikir kreatif siswa. Kemudian
setelah perlakuan pembelajaran selesai, maka dilakukan tes akhir (posttest), untuk
mengetahui bagaimana kemampuan akhir berfikir kreatif siswa. Desain ini terdapat pada
Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian nonequivqlent control group design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest Strategi

Eksperimen X-IPA 1 O1 X O2 Treffinger

Kontrol X-IPA 2 03 - O4 Konvensional

Keterangan :

O1 : Pretest kelas eksperimen

O2 : Posttest kelas eksperimen

X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger

O3 : Pretest kelas kontrol


O4 :Posttest kelas kontrol

Dalam desain penelitian yang digunakan nonequivqlent control group design dan
penelitian ini hampir mirip dengan pretest-posttest control group design, hanya saja pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai yang telah diperoleh masing-masing siswa baik dari kelas X IPA 1yaitu
berjumlah 26 siswa maupun kelas X IPA 2 yaitu 26 siswa. Adapun nilai yang diperoleh oleh
masing-masing siswa dapat dilihat pada tabel 4.1. Adapun gambaran hasil belajar biologi
berkenaan dengan data nilai rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal, dan standar
deviasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Sebaran Data Hasil Belajar

Descriptive Statistics

N Minimu Maximu Mean Std.


m m Deviation

PreTest Kontrol 26 5 10 7,65 1,522

PostTest Kontrol 26 5 10 7,77 1,306

PreTest 26 7 9 7,80 ,645


Eksperimen

PostTest 26 7 10 8,46 ,989


Eksperimen

Valid N (listwise) 25

Sumber : Data Hasil Olahan 2021

Berdasarkan sebaran data yang diperoleh untuk masing-masing kelas sebagaimana

1. Data Hasil Penelitian Kelas Kontrol

Terlihat dalam tabel diatas, skor kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol
memiliki nilai rata-rata atau mean untuk pretest 7,65 dan postest 7,77. Untuk minimum atau
minimal kelas kontrol untuk pretest 5 dan postest 5. Untuk maximum atau maksimal kelas
kontrol untuk pretest 10 dan posttest 10. Dan untuk nilai standar deviasi kelas kontrol untuk
pretest 1,522

2. Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen

Terlihat dalam tabel diatas, skor kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen
memiliki nilai rata-rata atau meanuntuk pretest 7,80 dan posttest 8,46. Untuk minimum atau
minimal kelaseksperimen untuk pretest 7 dan posttest 7. Untuk maximum atau maksimal
kelaseksperimen untuk pretest 9 dan postest 10. Dan untuk nilai standar deviasi kelas
eksperimen untuk pretest 0,645 dan postest 0,989.

B. Uji Prasyarat
1.Uji Normalitas

Uji Normalitas ini dipakai untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau
tidak. Tes uji normalitas ini selesai untuk persyaratan utama untuk menentukan Uji hipotesis.
Uji normalitas data ini memanfaatkan uji Kolmogorov-Smirnov yang memanfaatkan program
Komputer SPSS Versi 22 terhadap hasil pembelajaran di siswa, tes ini dilakukan pada hasil
data posttest dari uji kelas eksperimen dan kelas kontrol.Hasil uji normalitas dipaparkan
berikut ini:

Tabel 4.2. Analisis Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PostTest Kontrol PostTest


Eksperimen

N 26 26

Normal Parametersa,b Mean 7,77 8,46

Std. 1,306 ,989


Deviation

Most Extreme Absolute ,161 ,257


Differences
Positive ,161 ,257

Negative -,147 -,167


Kolmogorov-Smirnov Z ,819 1,308

Asymp. Sig. (2-tailed) ,514 ,065

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Menurut hasil perhitungan kelas eksperimen dan kelas kontrol didapat nilai
signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,065 dan nilai signifikansi kelas kontrol sebesar 0,514.
Dasar penentuan keputusan pada uji normalitas Kolmogorov-Smirnov ialah jika nilai sig >
0,05, data berdistribusi normal, dan dengan asumsi nilai sig < 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal. Kemudian, dilihat dari hasil signifikansi kelas eksperimen dan kelas
kontrol hasil nilai tingkat signifikansi post test > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah berdistribusi normal atau memenuhi
kebutuhan tesUji Normalitas.

2.Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
homogen. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah hasil belajar kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Gunakan program komputer SPSS Versi 22 (One-Way ANOVA) untuk menguji
data. Berikut hasil uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 4.3. Analisis Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene df1 df2 Sig.


Statistic

Hasil Based on Mean 1,189 1 50 ,281


Belajar
Based on Median 1,061 1 50 ,308

Based on Median and 1,061 1 49,467 ,308


with adjusted df
Based on trimmed 1,155 1 50 ,288
mean

Dapat dilihat dari tabel di atas hasil uji homogenitas hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol signifikasi sebesar 0,281. Berdasarkan data pemngambilan keputusan uji
homogenitas jika signifikasi pada based on mean> 0,05 maka data homogen,jika signifikasi
pada based on mean<0,05 maka data tidak homogen. Dan dapat disimpulkan jika data hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variabel yang homogen. Hal ini
dikarenakan probabilitas hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih besar dari
0,05.

C. Pembahasan

Terdapat cukup hasil belajar pada kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran Treffinger yaitu terdapat 26 siswa pada kelas eksperimen yang sudah mencapai
KKM dan nilai rata-rata akhir ialah 8,46. Pada kelas kontrol, 22 siswa mencapai KKM,
sedangkan sebanyak 4 siswa tidak mencapai KKM, dengan nilai rata-rata akhir 7,77 dengan
catatan KKM kategori pembelajaran Biologi kelas X IPA di Madrasah Aliyah Swasta
Perkumpulan Amal Bakti 1 Sampali ialah (7).

Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu model pembelajaran Treffinger, dan
variabel terikat yaitu hasil belajar. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X IPA MAS
PAB 1 Sampali. Dari hasil uji hipotesis, jika thitung>ttabel (2,155>2,006) jadi bisa disimpulkan
model pembelajaran Treffinger secara konsisten terhadap hasil belajar siswa Kelas X IPA
MAS PAB 1 Sampali. Peningkatan hasil belajar ini bisa terjadi dikarenakan model
pembelajaran Treffinger dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif dan inovatif,
yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dengan
cara belajar secara berkelompok dan pembelajaran yang dijalankan sangat menyenangkan
tanpa memberikan kesan membosankan. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Treffinger siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran.

Model Pembelajaran Treffinger memiliki 3 tahap yaitu basic tools, practice with
proces dan working with real problems. Pendidik berperan aktif dalam pembelajaran diawali
dengan memberikan masalah terbuka untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa
seperti memberikan suatu masalah atau fenomena dalam kehidupan nyata dan
menyelesaikannya dengan diskusi serta menyampaikan hasil diskusinya. Pada model
pembelajaran Treffinger ini pembelajaran terpusat pada siswa sedangkan pendidik hanya
sebagai fasilitator. Sedangkan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan pendidik
yaitu belajar langsung dalam pembelajarannya pendidik menjelaskan materi dan memberikan
siswa bertanya kepada pendidik.

Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu model yang mengarah pada
kemampuan berfikir kreatif. Model Treffinger adalah salah satu model yang mengatasi
masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis tentang cara
mencapai keterpaduan ( Aris Shoimin, 2013). Dimana kreativitas merupakan suatu aktivitas
mengembangkan talenta diri secara optimal dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah
yang ada di lingkungan sekitar sehingga memunculkan gagasan atau ide baru. Sehingga dari
pembelajaran Treffinger dapat menciptakan kreativitas siswa untuk berfikir kreatif dan
menghasilkan proses yang ingin di capai

Menurut Jurnal Edutcehnologia Tia Agusti, Riche dan Ali dengan judul Peningkatan
Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Sekolah
Dasar melalui Model Pembelajaran Treffinger menunjukkan model ini efektif digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam sekolah dasar.

Menurut Miftahul Huda, kelebihan dari model pembelajaran Treffinger adalah


sebagai berikut memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep- konsep dengan
cara menyelesaikan suatu permasalahan, membuat siswa menerapkan pengetahuan yang
sudah dimilikinya ke dalam situasi baru membuat siswa aktif dalam pembelajaran,
mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data,
menganalisis data, membangun hipotesis, dan percobaan untuk memecahkan suatu
permasalahan, mengembangkan kemampuan berfikir siswa karena disajikan masalah pada
awal pembelajaran dan memberikan kekuasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah
penyelesaiannya sendiri (Miftahul Huda, 2019). Salah satu kelebihan dari strategi team testing
terletak pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengarahkan siswa untuk
berpikir kreatif bukan hanya menerima pengetahuan saja, dan pembelajaran dilakukan
dentivigan proses yang menyenangkan, membuat siswa lebih bersemangat dan saling
termotivasi, dan itu semua membawa dampak positif pada proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa.
Pengaruh model pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
disebabkan teknik-teknik dalam langkah-langkah model. Teknik-teknik model memiliki
kesesuaian dengan indikator berpikir kreatif. Torrance dalam jurnal Yuli menyatakan bahwa
”meskipun kreativitas terletak pada kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru, tetapi
kemampuan ini tidak bisa dilepaskan dengan kemampuan yang lain, yakni kelancaran dalam
berpikir, kelenturan dalam memainkan gagasan, serta kemampuan mengelaborasi atau
merinci gagasan itu dalam tindakan operasional”. Teknik yang pertama yaitu memberisaran.
Melalui pertanyaan terbuka, pola berpikir siswa mengalami perluasan baik sudut pandang dan
wawasan yang semakin meluas. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang semakin variatif
oleh siswa.

Teknik yang kedua yaitu teknik analogi. Bono dalam jurnal Yuli mengungkapkan
bahwa ”analogi dapat digunakan dengan cara menggambarkan situasi ke dalam analogi,
kemudian mengembangkan analoginya lalu menggambarkan kembali dan mengamati apa
yang terjadi dengan situasi asli”. Melalui kegiatan penganalogian siswa mengembangkan
pemikiran yang fleksibel atau luwes (Yuli dkk, 2015). Hal ini dikarenakan siswa mencoba
mencari hubungan-hubungan permasalahan dengan benda atau sesuatu yang sudah dikenal
oleh siswa. Perubahan terhadap benda yang dianalogikan akan menghasilkan perubahan
terhadap masalah yang dipelajari sehingga memungkinkan munculnya gagasan baru. Teknik
ketiga yaitu pemecahan masalah kreatif. Siswa pada tahap ini secara mandiri melatih
pikirannya untuk menganalisis permasalahan, menguraikan hingga menemukan gagasan-
gagasan dalam pemecahan masalah lalu mempertegas dalam rincian-rincian tindakan.
Melalui kegiatan pemecahan masalah tersebut akan meningkatkan sensitifitassiswa terhadap
permasalahan.

KESIMPULAN

Dari perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh bahwa rata-rata
kemampuan berfikir kreatif kelas kontrol yaitu 7,77, sedangkan kelas eksperimen yaitu 8,46.
Data ini di dukung oleh analisis statistika di dapat t hitung = 2,155 dengan melihat krikteria
uji taraf 5% diperolah t tabel = 2,006, dimana dengan krikteria uji t hitung lebih besar dari t
tabel = 2,155>2,006, sehingga H0 ditolak, berarti Ha diterima yang artinya “Rata-rata
kemampuan berfikir kreatif siswa dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger
lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berfikir kreatif siswa dengan menggunakan metode
konvensional pada siswa kelas X IPA MAS PAB 1 Sampali. Maka dapat disimpulkan bahwa
“Ada pengaruh penerapan model pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan berfikir
kreatif siswa kelas X IPA MAS PAB 1 Sampali tahun ajaran 2021/2022.

DAFTAR PUSTAKA

Agusti. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kreativitas


dan Hasil Belajar Siswa, h.43

Anugrah. (2018). D. Model Pembelajaran Kreatif Treffinger terhadap Kemampuan


memecahkan Masalah pada Materi Ekosistem dan Perubahan Lingkungan. (Jakarta:
JPBIO : Jurnal Pendidikan Biologi)

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta :


ArRuzz Media, 2014), hal. 218

Kunandar.2017. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,


(Jakarta: Rajagrafindo).
Mardianto. 2012. Psikologi Pendidikan. Perdana Publishing: Medan
Miftahul Huda. 2014. Model-Model Pengajaran dan PembelajaranIsu-Isu Metodis dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2014), h.
79.
Sugiyono. 2019.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Bandung : Alfabeta.
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta:PT. Fajar
Interpratama Mandiri, 3013), h. 87.
Yuli Ifana Sari dan Dwi Fauzia Putra. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran
TreffingerTerhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa Universitas
Kanjuruhan Malang. Jurnal Pendidikan Geografi. No.2. H. 36

Anda mungkin juga menyukai