Anda di halaman 1dari 8

Hyper Reality ; Sisi Lain Masyarakat Maya

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Komunikasi

Pengampu: Dr. Musta’in, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh:

DEWI RATIH SETYANI

1817102012

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

2020/2021

A. Pendahuluan
Teknologi digital akan terus berkembang sampai pada tingkat
kesempurnaan, hingga pada akhirnya realitas virtual dapat terwujud,
membawa fantasi manusia menembus batas. Permasalahannya tidak menjadi
rumit apabila hanya sekedar perkembangan teknologi saja, tapi pada
kenyataannya, kita dihadapkan pada realitas bahwa perkembangan teknologi
ini selain membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negative
yang tidak sedikit.
Gaulet mengatakan bahwa untuk mencapai masyarakat teknologi,
maka suatu masyarakat harus memiliki sistem teknologi yang baik. Dengan
demikian, maka fungsi teknologi adalah kunci utama perubahan di
masyarakat. Dimana hampir sebagian besar manusia di dunia ini banyak
menghabiskan waktunya menjelajah ruang maya (cyberspace), bahkan ada
yang merasa hidupnya akan terasa hampa ketika tidak bersentuhan dengan
internet dalam sehari walaupun hanya sekedar membuka facebook, twitter, e-
mail, ataupun situs lainnya.
Menurut Ellul dan Goulet, teknologi secara fungsional telah menguasai
masyarakat, bahkan pada fungsi yang substansial,sepeti mengatur beberapa
sistem norma di masyarakat, umpamanya sistem lalu lintas di jalan raya,
sistem komunikasi, seni teknologi juga telah menguasai jalan pikiran
masyarakat, seperti yag diistilahkan dengan theater of mind, bahwa siaran-
siaran media informasi secara tidak sengaja telah meninggalkan siaran di
dalam fikiran pemirsanya.
Sehingga suatu saat, media informasi itu dimatikan, kesan itu selalu
hidup dalam fikiran pemirsa dan membentuk panggung-panggung realitas di
dalam  pikiran mereka. Karena itu penting kita mengetahui terkait apa itu
hyperealitas serta dampak dari hyperealitas itu agar tidak terjebak di
dalamnya.

B. Hyper Reality ; Sisi Lain Masyarakat Maya


Pengertian Hyper Reality
1. Pengertian Hyper Reality
Jacques Ellul mengatakan, kalau kita ingin menggambarkan zaman
ini, maka gambaran yang terbaik untuk dijelaskan mengenai suatu realitas
masyarakat adalah masyarakat dengan sistem teknologi yang baik untuk
masyarakat teknologi.
Kemampuan teknologi media elektronika memungkinkan
perancang Agenda Setting media dapat menciptakan realitas dengan
menggunakan satu model produksi yang oleh Jean Braudrilard (Pillang,
1998;228) disebutnya dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model
nyata yang tanpa asal-usul atau realitas awal, hal ini disebutnya (Hyper-
Reality). Simulasi adalah territorial (ruang) pengetahuan yang
diskontruksikan oleh media informasi melalui pencitraan media, dimana
manusia mendiami suatu realitas yang perbedaan antara nyata dan fantasi.
Hyper Reality merupakan suatu bentuk keadaan di mana kita
sebagai manusia tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fantasi.
Hyper Reality ini menciptakan satu kondisi yang didalamnya kepalsuan
berbaur dengan keaslian, masa lalu berbaur masa kini, fakta bersimpang
siur dengan rekayasa, dan dusta bersenyawa dengan kebenaran.
Berkembangnya hiperialitas komunikasi dan media tidak terlepas dari
perkembangan teknologi yang telah berkembang mencapai teknologi
simulasi.
Jean Baudrillard menggunakan istilah hiperialitas untuk
menjelaskan perekayasaan (dalam pengertian distorsi) makna di dalam
media. Hiperialitas komunikasi, media dan makna menciptakan suatu
kondisi, di mana ke semuanya dianggap lebih nyata daripada kenyataan,
dan kepalsuan dianggap lebih nyata daripada kenyataan, dan kepalsuan
dianggap lebih benar daripada kebenaran.
2. Jean Baudrillad
Jean Baudrillard adalah seorang pakar dalam teori kebudayaan,
beliau juga seorang filosof, komentator politik, sosiolog, dan fotografer
asal Perancis. Karya- karya Baudrillard sering kali dikaitkan dengan post
modernisme dan post strukturalisme.
Filosofi Baudrillard terpusat pada dua konsep “hyperreality” dan
“simulation“. Terminologi ini mengacu pada alam yang tidak nyata dan
khayal dalam kebudayaan kontemporer pada zaman komunikasi dan
informasi massa (Aprillins, 2009).
3. Pengertian Masyarakat Maya
Masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia tentang dunia lain
yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah hiper-realitas .
Komunitas maya memiliki kehidupan kelompok yang rumit.
Umumnya kelompok sosial ini dibangun berdasarkan pada hubungan-
hubungan sekunder, sehingga pengelompokan mereka didasarkan pada
kegemaran dan kebutuhan anggota masyarakat terhadap kelompok
tersebut. Pada dasarnya ada dua model keanggotaan kelompok sosial
maya, yaitu kelompok intra dan kelompok inter. 
Keberadaan ruang maya selalu terkait dengan komunitas virtual,
yaitu mereka yang saling berinteraksi menggunakan teknologi komputer,
karena melalui interaksi antar mereka ruang itu terbentuk. Dimana anggota
masyarakat maya tidak terikat secara teritorial atau bahkan tidak pernah
bertemu muka sekalipun. Melalui sarana virtual mereka berinteraksi
mempertukarkan makna dan membangun realitas.
4. Kebudayaan dan Masyarakat Maya
Salah satu ciri masyarakat adalah menciptakan kebudayaan. Dalam
masyarakat maya, kebudayaan yang dikembangkan adalah budaya-budaya
pencitraan dan makna yang setiap saat dipertukarkan dalam interaksi
simbolis. Budaya ini sangat subjektif yang sangat didominasi oleh kreator
dan imajinater yang setiap saat mencurahkan pemikiran mereka dalam tiga
hal secara terpisah, yaitu;
1) Kelompok yang senantiasa bekerja untuk menciptakan mesin-mesin
teknologi informasi yang lebih canggih dan realitas
2) Kelompok yang setiap saat menggunakan mesin-mesin itu untuk
menciptakan karya-karya imajinasi yang menakjubkan dalam dunia
hiper-realitas, dan
3) Masyarakat pada umumnya yang setiap hari menggunakan mesin-
mesin dan karya-karya imajinasi itu sebagai bagian dari kehidupannya.
Dari tiga hal itu, masyarakat maya menciptakan culture universal yang
dapat dijelaskan sebagaimana yang dimiliki oleh masyarakat nyata.
1) Peralatan dan perlengkapan hidup masyarakat maya adalah
teknologi informasi yang umumnya dikenal dengan mesin
komputer dan mesin-mesin (media) elektornika lain yang
membantu kerja atau dibantu oleh mesin komputer.
2) Mata pencaharian dan sistem ekonom. masyarakat maya memiliki
mata pencaharian yang sangat menonjol dan spesifik dalam bentuk
menjual jasa dengan sistem ekonomi substitusi.
3) Sistem kemasyarakatan yang dikembangkan dalam masyarakat
maya adalah dalam bentuk sistem kelompok jaringan, baik intra
maupun antar jaringan yang ada dalam masyarakat.
4)  Bahasa masyarakat maya pada umumnya adalah bahasa Inggris
yang digunakan berdasarkan pada konvensi dan kreativitas
pengguna bahasa ini.
5) Karya komunitas maya adalah bagian dari karya seni pada
umumnya.
6) Sistem pengetahuan dikembangkan menggunakan proses
pemberitahuan dan pembelajaran langsung secara trial and error.
7) Sistem religi (kepercayaan) masyarakat maya adalah waktu dan
keyakinan bahwa setiap misteri dalam dunia maya dapat
dipecahkan.
Sesuatu yang menjadi ciri khas dari kebudayaan maya ini
adalah sifatnya yang sangat menggantungkan diri pada media. Bahwa
kebudayaan itu hanya ada secara nyata dalam media informatika dan
beberapa di antaranya telah ditransformasikan ke dalam kognitif
manusia, inilah sebenarnya space dunia maya.

5. Contoh Hyper Reality


Misalnya ketika seseorang bermain game, bermain sosial media,
menonton acara televisi, menonton film yang memiliki cerita menarik dan
lain sebagainya. Mereka kemudian melibatkan emosi dan perasaannya
akibat alur cerita dan penokohan yang dibawakan oleh karakter film yang
kemudian terbawa dalam kehidupan nyata sehingga ia tidak lagi bisa
membedakan antara realitas nyata dan realitas yang dikonstruksikan.
6. Dampak Hyper Reality
Keadaan dari hiperrealitas ini membuat masyarakat modern ini
menjadi berlebihan dalam pola mengkonsumsi sesuatu yang tidak jelas
esensinya. Kebanyakan dari masyarakat ini mengkonsumsi bukan karena
kebutuhan ekonominya melainkan karena pengaruh model-model dari
simulasi yang menyebabkan gaya hidup masyarakat menjadi berbeda.
Mereka jadi lebih concern dengan gaya hidupnya dan nilai yang mereka
junjung tinggi.
Dampak yang dihasilkan dari hiperreality adalah adanya
kepercayaan masyarakat terhadap kenyataan yang sebenarnya bukan
kenyataan. Pembodohan atas realitas ini dapat menghasilkan pola budaya
yang mudah meniru (imitasi) apa yang dilihatnya sebagai sebuah kenyataan
di media televisi dire-alisasikan dalam kehidupan keseharian. Serta
terbentuknya pola pikir yang serba instan, membentuk manusia yang segala
sesuatunya ingin cepat saji.
Hiperealitas juga membuat orang-orang merasa telah melakukan
sesuatu padahal mereka tidak melakukan apa-apa. Kita seolah-olah empati
dan peduli di media sosial hanya dengan sebuah hashtag. Padahal di dunia
nyata, kita adalah sosok yang anti sosial.
Kemudian dengan adanya hiperrealitas ini industri mendominasi
banyak aspek kehidupan, industri tersebut menghasilkan banyak sekali
produk-produk mulai dari kebutuhan primer, sekunder, sampai tertier.
Ditemani oleh kekuatan semiotika dan simulasi membuat distribusi
periklanan produk menjadi lebih gencar tambah lagi teknologi informasi
yang memungkinkan pihak pengusaha untuk mendapatkan informasi
seperti apakah masyarakat yang dihadapi, dan pihak konsumen
mendapatkan informasi tentang kebutuhan yang mereka tidak butuhkan,
tetapi mereka inginkan. Asumsi-asumsi yang terbentuk dalam pemikiran
manusia dan keinginan ini membuat manusia tidak bisa lepas dari keadaan
hiperrealitas ini.
C. Kesimpulan
Di tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang dahsyat
realitas telah hilang dan manguap. Kini kita hidup di zaman simulasi, di mana
realitas tidak hanya diceritakan, direpresentasikan, dan disebarluaskan, tetapi
kini dapat direkayasa, dibuat dan disimulasi.
Realitas dunia maya yang walaupun dengan kecanggihan sistem
komunikasinya telah banyak membantu aktivitas hidup manusia, ternyata juga
memiliki ancaman. Dalam masyarakat cyberspace, komunikasi yang terjadi
terkadang berupa hiperrealitas. Sebuah dunia yang melampaui realitas yang
ada dan akhirnya mengambil alih keseluruhan realitas tersebut.
Sebaiknya intensitas penggunaan mediavirtual ini tidak dilakukan
secara berlebihan untuk meminimalisir efek negatif yang timbul dari
penggunaan berlebih tersebut, seperti waktu terbuang, pencitraan diri yang
berlebihan, kurang berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya
(keterasingan diri), dapat merenggangkan relasi sosial di dunia nyata dan akan
menganggu orang lain jika hal tersebut dilakukan di tempat umum. Karena
pada dasarnya posisi kita yang nyata adalah diri kita yang berada di dunia
nyata bukan diri kita yang berada di dunia virtual.
DAFTAR PUSTAKA

Baudrillard, Jean P. Masyarakat Konsumsi. Terj.Wahyunto (Yogyakarta: Kreasi


Wacana, 2014)
Jauhari, Minan. Media Sosial: Hiperrealitas Dan Simuclara Perkembangan
Masyarakat Zaman Now Dalam Pemikiran Jean Baudrrilard (Jember: Lembaga
Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Jember).
Astuti, Yanti Dwi. 2015. Dari Simulasi Realitas Sosial Hingga Hiper-Realitas
Visual: Tinjauan Komunikasi Virtual Melalui Sosial Media di Cyberspace
(Yogyakarta: Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga).
Aprillins. (2009, May 10). Jean Baudrillard Tentang Simulacra dan Hiperrealitas.
http://aprillins.com.

Anda mungkin juga menyukai