Anda di halaman 1dari 6

Analisis Fenomena Sosial dengan Pendekatan Etnografi Kritis

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Komunikasi

Dosen Pengampu:
Dr. Kiki Zakiah, DRA., M.SI

Disusun Oleh:

Syahna Kamila_41820257
Rassya Irgia Ramadhan_41820272

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2022
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Pendekatan etnografi kritis adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk membantu,
mencerahkan, dan memberdayakan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat.
Pada mulanya, etnografi mengacu pada dua hal yang berbeda, yaitu:
Metode penelitian dan hasil penelitian atau hasil penelitian (research).
Etnografi dipahami sebagai penjelasan untuk memahami lapisan kompleks makna yang
mendasari budaya. Biasanya, etnografi bertujuan untuk mendeskripsikan suatu latar budaya
secara keseluruhan baik dari segi artefak budaya seperti pakaian, bangunan, dan lain-lain.

BAB II
2.1 Fenomena Sosial dengan Pendekatan Etnografi Kritis
Etnografi kritis adalah jenis studi etnografi di mana penulis tertarik pada perjuangan
pembebasan kelompok yang terpinggirkan. Sarjana kritis sering merenungkan dan
mengeksplorasi penelitian mereka, menentang ketidaksetaraan dan dominasi.
Padahal, etnografi kritis adalah metode penelitian yang digunakan untuk membantu,
mencerahkan, dan memberdayakan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat.

Menurut Creswell, metode etnografi adalah prosedur penelitian kualitatif untuk


menggambarkan, menganalisa, dan menafsirkan unsur-unsur dari sebuah kelompok budaya
seperti pola perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu.

Menurut Spradley, etnografi adalah penjelasan tentang budaya dengan maksud untuk
mempelajari dan memahami tentang kehidupan individu. Etnografi berarti belajar dari orang
yang menjelaskan secara langsung dari kultur dan subkultur individu tersebut.

Menurut Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang
penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai
duniannya.

2.2 Contoh Kasus


komunikasi massa baik media online atau media cetak selalu berkembang mengikuti
perkembangan zaman serta kemajuan teknologi. Peran media dalam penyebaran suatu berita
akan sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat juga dapat mempengaruhi kondisi sosial
ekonomi di suatu wilayah, oleh karena itu sangat penting untuk sebuah media dalam
meyebarkan fakta atau kebenaran dari sebuah berita.

Seiring dengan perkembangan teknologi serta kemudahan dalam penggunaannya menjadikan


media online menjadi media penyebaran berita yang sangat berpengaruh pada masyarakat
saat ini. Penyebaran berita melalui media online tidak hanya dilakukan oleh media-media
komunikasi yang sudah memiliki nama, namun saat ini semua orang juga dapat berperan
dalam penyebaran suatu informasi. Informasi-informasi yang disebarkan oleh individual
inilah yang lebih sering tidak memiliki pertanggung jawaban atas kebenaran informasi
tersebut berisi mengenai berita hoax.Melihat masyarakat yang mudah terpengaruh oleh suatu
berita tanpa mencari tahu kebenaran akan berita tersebut dapat menjadi suatu permasalahan.

Saat ini banyak sekali berita-berita hoax yang sangat mudah kita temukan di media online.
Hoax merupakan ketidak benaran suatu informasi yang beredar di masyarakat, baik melalu
sosial media ataupun secara langsung (lisan). Berbicara mengenai Hoax, di era saat ini,
sebagian besar masyarakat masih banyak yang mempercayai beredarnya berita yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Beredarnya berita hoax dapat menggiring opini
masyarakat serta dapat menimbulkan keresahan. Selain itu, berita hoax juga dapat
mengakibatkan mudah tersulutnya emosi masyarakat, dapat merugikan siapa pun yang
menjadi objek pemberitaan tersebut, serta dapat mengakibatkan konflik berkepanjangan.

Menurut Silverman, berita palsu dibuat untuk menarik harapan dan ketakutan masyarakat
yang tak terbatas kenyataan. padahal seharusnya kenyataan memberi batas berita mana yang
bisa dibagi dan tidak. Tahun 1940-an, peneliti mengungkap ”semakin rumor itu disebar,
maka akan semakin masuk akal.” Peneliti menyebutkan hasil penelitiannya mengungkap
rumor lahir dari kecurigaan, kemudian terbiasa diketahui, lalu mengubah pemikiran dan opini
publik. Ilusi tentang kebenaran dibuktikan secara empiris pada tahun 1977.

Peneliti di Amerika membuat kuis untuk mahasiswa tentang benar atau salahnya sebuah
pernyataan. Hanya dengan mengulang sebuah pernyataan, cukup untuk meningkatkan
kepercayaan mahasiswa akan kebenarannya. Setahun lalu, Liza Fazio dan timnya dari
Vanderbilt University di Tennessee mengungkap mahasiswa bisa lebih mempercayai
pernyataan jika itu diulang-ulang.

Meskipun mereka tahu pernyataan tersebut salah. ”Penelitian kami mengungkap meski
seseorang tahu bahwa judul beritanya salah, dengan membacanya berulang-ulang, akan
membuatnya tampak benar,” kata Fazio. Meski begitu, penelitian mengungkap pengetahuan
utama seseorang masih menjadi pertimbangan utama dalam penentuan benar atau salah
sebuah pernyataan. Tapi tren berita bohong yang ditampilkan atau dibaca berulang-ulang,
tetap memperngaruhi opini mereka.[1]

Contoh berita hoax yang menimbulkan keresahan adalah berita mengenai 10 juta tenaga kerja
China masuk Indonesia[2]. Disebutkan dalam berita tersebut Indonesia akan kedatangan
tenaga kerja asing asal China dengan jumlah yang tidak tanggung-tanggung yakni 10 juta
orang bahkan ada yang mengabarkan mencapai 20 juta orang. Hal ini menimbulkan
ketakutan masyarakat dimana lowongan pekerjaan akan semakin berkurang karena diisi oleh
tenaga kerja asing asal China sedangkan di Indonesia sendiri pun angka pengangguran masih
terbilang cukup tinggi.

Informasi ini pun kemudian dikonfirmasi oleh Presiden Joko Widodo yang membantah isu
ini. Menurut Joko Widodo, jumlah tenaga kerja asing asal China sekitar 21.000. Jumlah ini
disebut jauh lebih kecil dibandingkan jumlah TKI di Hong Kong yang mencapai 153 ribu
orang. Presiden juga menilai isu yang beredar soal TKA ke Indonesia tidak logis sebab upah
bekerja di Indonesia rata-rata masih Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta, sedikit lebih rendah
dibandingkan di China yang bisa diupah hingga di atas Rp 5 juta.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai akibat yang ditumbulkan berita hoax
salah satunya yaitu mudah tersulutnya emosi masyarakat. Dampak tersebut nyatanya benar-
benar terjadi di masyarakat, dimana mereka mempercayai isu-isu hoax yang tersebar
sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain yang dianggap sebagai objek dari isu
tersebut. Contoh kasusnya adalah isu penculikan anak yang ramai dibincangkan belakangan
ini yang membuat para orang tua resah. Berdasarkan berita yang dilansir media online
viva.co.id, di Sumenep Madura, reaksi ini muncul dengan aksi pemukulan dan penganiayaan
terhadap tiga pengidap gangguan jiwa. Lantaran karena mempercayai bahwa ciri penculik
anak itu adalah berpura-pura gila atau seperti pengemis, akhirnya para pengidap gangguan
jiwa di daerah itu jadi korban pemukulan. Kasus serupa juga terjadi di Sumatera Selatan, dua
perempuan pengidap gangguan jiwa, Kus dan Mul, juga menjadi korban kalapnya warga. Isu
penculikan anak ini pun berbuah kematian yang menimpa Maman Budiman (53), seorang
kakek yang hendak menjenguk cucunya di Desa Amawang Kabupaten Mempawah
Kalimantan Barat. Kakek ini pun meregang nyawa setelah dihakimi warga yang mengira
bahwa ia adalah penculik anak karena membawa karung.

Beberapa contoh kasus diatas mengindikasikan bahwa berita hoax sudah sudah semakin
marak dan banyak membawa pengaruh negatif dalam kehidupan di masyarakat. Hal ini pun
tentunya harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk menangani tersebarnya isu-isu
hoax. Data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut ada
sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan
ujaran kebencian (hate speech)[3]. Pemerintah pun telah melakukan cara-cara untuk
mengatasi kasus berita hoax ini dengan melakukan penapisan atau penyaringan untuk situs,
sedangkan untuk media sosial, pemerintah bekerja sama dengan penyedia media sosial
tersebut.

Penanganan kasus hoax tidak cukup hanya ditangani oleh pemerintah saja, namun juga dapat
dilakukan oleh lembaga pendidikan maupun secara individual. Lembaga pendidikan dapat
berperan dalam memberikan edukasi mengenai ciri-ciri berita hoax dan bagamana cara
menyikapi hal tersebut. Sedangkan secara personal masyarakat juga dapat membantu dalam
meminimalisir tersebarnya berita hoax yakni dengan tidak mudah percaya dengan judul berita
provokatif yang berupa tuduhan pada pihak tertentu dengan plagiasi dari sebuah akun resmi
lalu diubah kembali, kemudian cermati alamat situs yang tidak resmi, lalu periksa fakta
apakah berita tersebut asli atau tidak.

Masyarakat dapat berkontribusi dalam melaporkan berita yang meresahkan. Dalam hal ini
pemerintah sudah memfasiliasi dengan adanya LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan
Online Masyarakat) sehingga memudahkan masyarakat dalam melakukan pelaporan.
Masyarakat juga harus berhati-hati dalam menyebarkan suatu berita yang belum diketahui
kebenarannya atau hoax, karena saat ini sudah ada pasal 28 ayat 1 Undang-Undang ITE yang
berisi setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan beritabohong dan
menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp
1 miliar.

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Etnografi dalam penelitian telah dikemukakan bahwa etnografi adalah, yaitu suatu deskripsi
dan analisa tentang satu masyarakat yang didasarkan pada penelitian lapangan, menyajikan
data-data yang bersifat hakiki untuk semua penelitian antropologi budaya.

Etnologi adalah pendekatan empiris dan teoritis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan
analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan. Pelestarian Nilai-
Nilai Kearifan lokal upacara Adat “Ngalaksa” Dalam upaya membangun Karakter Bangsa.

Fokus dari metode penelitian Fenomenologi yaitu memahami suatu fenomena yang berkaitan
dengan pengalaman orang lain tentang dunianya, sedangkan fokus dari metode penelitian
etnografi untuk memahami unsur kebudayaan yang bersifat lokal dan spesifik.
DAFTAR PUSTAKA

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Hasibuan, Ali Marwan. 2020. Putusan Mahkamah Konstitusi 5:4. Medan: Enam Media.
https://kabar24.bisnis.com/read/20151112/255/491581/ini-dia-penyebab-buta-huruf-di-
indonesia (Diakses 23 Januari 2023)
https://eprints.umm.ac.id/42320/3/BAB%20II.pdf (Diakses 23 Januari 2023)

Anda mungkin juga menyukai