Anda di halaman 1dari 9

KONTEKSTUALISASI AYAT AL-QUR’AN SURAT AN-NUR AYAT 11 DAN

SURAT AL-HUJURAT AYAT 6 DALAM MENGHADAPI FENOMENA HOAX

Abstrak

Fenomena hoax atau berita palsu telah menjadi isu yang semakin mendominasi era digital dan
media sosial. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana ayat-ayat Al-Qur'an dapat
dikontekstualisasikan untuk mengatasi fenomena hoax ini. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis teks dan konteks ayat-ayat Al-Qur'an guna memberikan pemahaman yang tepat
tentang isu-isu terkait hoax di zaman modern sesuai ayat Al-Qur’an sesuai surat An-Nur ayat 11
dan Al-Hujurat ayat Temuan utama penelitian ini adalah bahwa ayat-ayat Al-Qur'an menekankan
pentingnya kejujuran, keadilan, dan kebenaran dalam berkomunikasi. Ayat-ayat tersebut juga
menekankan pentingnya berpikir kritis, memverifikasi informasi, dan menahan diri dari
menyebarkan informasi yang tidak dapat dipercaya. Dalam konteks ini, ayat-ayat Al-Qur'an
dapat digunakan sebagai pedoman untuk menghadapi fenomena hoax di zaman modern.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman agama dan keterkaitannya
dengan fenomena sosial kontemporer. Implikasi penelitian ini adalah pentingnya edukasi dan
kesadaran akan nilai-nilai Al-Qur'an dalam melawan dan mencegah penyebaran hoax di era
digital. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk lebih mendalam dalam menganalisis ayat-
ayat Al-Qur'an terkait dengan fenomena hoax, serta penerapan nilai-nilai ini dalam konteks sosial
yang lebih luas.

Kata Kunci: Ayat Al-Qur'an, fenomena hoax, kontekstualisasi, analisis teks dan konteks, era
modern

PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi dan informasi saat ini sangat mendorong perubahan budaya masyarakat,
termasuk salah satunya adalah teknologi media sosial yang fungsi utamanya untuk menyebarkan
berita atau informasi.1 Teknologi di media sosial pun saat ini mengalami perkembangan yang
sangat drastis, dahulu mungkin hanya dengan cara dari mulut ke mulut dan SMS, namun
sekarang sudah mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya Facebook, Twitter, WatsApp,
Line, BBM, Instagram, Telegram dan lainnya yang mulai mendominasi budaya masyarakat.

Perkembangan pesat ini sangat mengkhawatirkan apabila masyarakat tidak mampu


menyikapinya dengan bijak. Mengingat juga media sosial berperan aktif sebagai media penyalur
berbagai macam berita atau informasi. Maka tidak menutup kemungkinan ada oknum yang
menyengaja memanfaatkan peluang ini untuk membuat makar dengan cara menyampaikan berita
bohong (hoax) yang bisa saja nantinya akan melahirkan polemik ditengah masyarakat.

Perkembangan teknologi media sosial saat ini benar-benar menjadi sasaran empuk bagi produsen
pembuat berita hoax. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa masyarakat saat ini konsumtif sekali

1
Ahmad Budiman, “Berita Bohong (Hoax) di Media Sosial dan Pembentukan Opini Publik”, Majalah Info Singkat, IX,
No. 1 (2017), 19.
terhadap peredaran berit-berita atau informasi-informasi yang ada di media sosial. Sayangnya
juga, terkadang masyarakat mengambil bagian menjadi distributor berita-berita hoax tersebut.
Sehingga berita menyebar secara masif tanpa ada yang tahu sumber asli berita tersebut dan tidak
meneliti secara baik terhadap kebenaran berita tersebut.
Sebagaimana yang telah penulis utarakan sebelumnya, Al-Qur‟an selalu ditantang oleh
perubahan zaman, namun ia selalu memberikan landasan yang kokoh untuk menjawab setiap
permasalahan yang terkandung di setiap perubahan zaman. Meskipun kata hoax merupakan kata
yang baru muncul, ada yang mengatakan kata hoax mulai muncul pada tahun 1808. Al-Qur‟an
dengan bahasanya sendiri sudah lebih dahulu membicarakan tentang berita hoax sekaligus
mengecam bagi pembuat dan penyebarnya.
ini meskipun dibarengi dengan perkembangan teknologi, Al-Qur‟an tetap memiliki landasan
yang kokoh untuk menyelesaikan permasalahan mengenai berita hoax. Ini sekaligus membuktika
bahwa Al-Qur‟an selalu relevan di setiap ruang dan waktu. Di dalam Al-Qur‟an berita hoax
bukanlah hal yang di anggap sepele, karena ia merupakan jembatan bagi orang-orang munafik
untuk memecah belah umat Islam. Maka teranglah bagi kita bahwa Allah melalui firman-firman-
Nya sejak 14 abad yang lalu telah mewanti-wanti mengenai berita hoax, dengan cara memberi
tuntunan dalam menyikapi berita hoax dan sekaligus memberi kabar gembira bahwa Allah
mengecam pembuat dan penyebar berita hoax.
Munculnya berita hoax ditengah umat Islam dapat memberikan dampak negatif yang besar
apabila kita terus menerus bersikap apatis terhadapnya. Masyarakat tidak boleh bersifat apatis
terhadap berita yang setiap hari hadir di hadapannya. Masyarakat harus berkontribusi dalam
menyiasati atau mengkaji kebenaran berita-berita yang ada, terutama menyiasati berita-berita
hoax. Sebagai umat Islam yang berpegang teguh dengan landasan-landasan Al-Qur‟an, maka
perlu bagi kita mengkaji permasalahan mengenai berita hoax ini melalui tuntunan yang ada pada
Al-Qur‟an. Sehingga nantinya akan memberikan pemahaman bahwa berita hoax itu dapat
membuat bobroknya keimanan seseorang apabila tidak disiasati atau dikaji dengan baik dan
bahkan Allah sendiri mengancam bagi mereka yang membuat dan menyebarkan berita hoax
tersebut
Hoax juga bisa disebut tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya dengan cara
membanjiri media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang sebenarnya2 seperti
halnya Kasus yang pernah viral pada tahun 2018 . berita ini masuk dalam peringkat pertama
yang paling banyak di bicarakan oleh masyarakat. Hoaks yang di sampaikan dalam berita adalah
penganiayaan ratna sarumpaet. Berita ini menampilkan bukti foto yang memperlihatkan wajah
ratna sarumpaet seperti memar dan bengkak. Awalnya hoaks ini di sebarkan melalui facebook
yang di unggah pada 2 oktober 2018. Setelah itu berita ini juga sempat tersebar dengan cepat di
twitter . bahkan beberapa tokoh politik sempat juga menanggapi dan membenarkan adanya
penganiayaan terhadap ratna sarumpaet tanpa adanya verifikasi kebenaran kasus tersebut. Lalu
setelah mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat , polisi menyelidiki berita yang beredar
tersebut. Setelah di seldiki maka di dapatkan hasil bahwa berita tersebut adakah hoax adanya.

2
Indonesia Mendidik, 2016,Kulwap: Melek Literasi di Era Digital .
Wajah bengkak yang terjadi pada ratna sarumpaet merupakan efek dari operasi bukan sebuah
penganiayaan.

LITERATURE REVIEW

Untuk mendukung peneltian ini dan menghindari kesamaan terhadap penelitian yang sudah ada
sebelumnya, peneliti menelaah beberapa literature yang dapat dijadikan perbandingan sekaligus
pendukung pembahasan di atas.

Pertama jurnal Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi yang berjudul berita hoax
dalam perspektif al-qur’an oleh Ermawati dan Sirajuddin penelitian ini menbggunakan metode
tafsir maudu’i , hasil dari Penelitian ini merupakan realitas yang memprihatinkan dan
memerlukan perhatian, yaitu mudahnya masyarakat terpengaruh oleh berita hoax (berita
bohong), lalu dengan mudahnya menyebarkan berita tersebut melalui media sosial yang semakin
canggih tanpa memperdulikan benar atau tidaknya berita tersebut. Hal ini menandakan
kurangnya pemahaman masyarakat.

Kedua skripsi yang berjudul “Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan
Hermeneutika”oleh Ilham Syaifullah (2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
berita atau informasi palsu di media sosial. Menggunakan teori hermenuetika seperti Hans G.
Gadamer dan Paul Ricoeur untuk menghindari kasus hoax. Mengutip beberapa ayat Al-Qur’an
seperti An-Nur ayat 11 mengenai kebenaran dalam menerima sebuah berita. Hasil penelitian ini
adalah denganmenggunakan metode hermeneutika, kita bisa mengindari berita hoax dengan cara
memahami peristiwa tersebut berdasarkan pengalaman sendiri dan menganalisa berdasarkan
sumber-sumber lain yang lebih terpercaya. Kemudian memahami makna asli penyebaran berita
tersebut, sehingga kita bisa menghindari jika sifat berita tersebut bersifat tidak baik.

Ketiga Jurnal Ilmu komunikasi Universitas Gunadarma yang berjudul “Analisis Penyebaran
Berita Hoax di Indonesia” oleh M.Ravii Marwan dan Ahyad. Penelitianini menggunakan metode
deskriptif kualitatif untuk melihat dan mendeskripsikan data dan fakta yang terjadi tentang
penyebaran hoax di media sosial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemajuan
teknologi menjadi faktor penentu karena pengguna bisa dengan mudah mengakses informasi
melalui internet. Serta peran pemerintah guna menanggulangi penyebaran hoax juga sangat
penting

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian
yang tidak mengadakan perhitungan,maksudnya data yang dikumpulkan tidak berwujud angka
tetapi katakata. 3 metode penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
meneliti objek,  suatu kondisi, sekelompok manusia, atau fenomena lainnya dengan kondisi
alamiah atau riil (tanpa situasi eksperimen) untuk membuat gambaran umum yang sistematis
3
Lexy J Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), Hlm. 6
atau deskripsi rinci yang faktual dan akurat. Penelitian sosial menggunakan metode ini bertujuan
untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisis, situasi dan fenomena realitas sosial di
masyarakat. 6 Peneliti menggunakan metode ini untuk mendeskripsikan, menguraikan, dan
menggambarkan tentang kontekstualisasi Al-Qur’an dalam menghadapi fenomena hoax
yang beredar di masyarakat.

TEKS AL-QUR’AN TENTANG HOAX

Dalam ayat Al-Qur’an surat An-Nur ayat 11 dan surat Al-Hujurat ayat 6 dijelaskan mengenai
kebenaran dalam menerima berita dan bagaimana cara menerima suatu berita4:

F‫ ا‬FF‫ َم‬F‫ ْم‬Fُ‫ ه‬F‫ ْن‬F‫ ٍئ ِم‬F‫ ِر‬FF‫ ْم‬F‫ ا‬FِّF‫ ل‬FF‫ ُك‬Fِ‫ ل‬Fۚ F‫ ْم‬F‫ ُك‬Fَ‫ ل‬F‫ ٌر‬FF‫ ْي‬F‫ َخ‬F‫ َو‬FFُ‫ ه‬F‫ل‬Fْ FFَ‫ ب‬Fۖ F‫ ْم‬F‫ ُك‬Fَ‫ ل‬F‫ ا‬F‫ ًّر‬F F‫ َش‬Fُ‫ه‬F‫ و‬Fُ‫ ب‬F F‫ َس‬F‫ح‬Fْ Fَ‫ اَل ت‬Fۚ F‫ ْم‬F‫ ُك‬F‫ ْن‬F‫ ِم‬Fٌ‫ ة‬Fَ‫ ب‬F ‫ص‬ ِ FF‫ِإْل ْف‬F‫ ا‬Fِ‫ ب‬F‫ا‬F‫ و‬F‫ ُء‬F‫ ا‬FF‫ َج‬F‫ن‬Fَ F‫ ي‬F‫ ِذ‬Fَّ‫ل‬F‫ ا‬F‫ِإ َّن‬
Fْ F‫ ُع‬F‫ك‬
Fٌ‫م‬F‫ ي‬F‫ظ‬
Fِ F‫ َع‬F‫ب‬ َّ َّ ْ
Fٌ F‫ ا‬F‫ َذ‬F‫ َع‬Fُ‫ ه‬Fَ‫ ل‬F‫م‬Fْ Fُ‫ ه‬F‫ ْن‬F‫ ِم‬Fُ‫ ه‬F‫ َر‬F‫ ْب‬F‫ ِك‬F‫ى‬Fٰ F‫ ل‬F‫ َو‬Fَ‫ ت‬F‫ ي‬F‫ ِذ‬F‫ل‬F‫ ا‬F‫و‬Fَ Fۚ F‫م‬Fِ F‫ِإْل ث‬F‫ ا‬F‫ن‬Fَ F‫ ِم‬F‫ب‬ ْ
Fَ F‫ َس‬Fَ‫ ت‬F‫ك‬F‫ا‬

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan
kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi
kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari
dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (QS. An-Nur: 11)5

Dalam surat An-Nur ayat 11 dijelaskan bahwa orang yang membawa berita bohong atau berita
itu sesama manusia dan akan mendapat balasan atas perbuatan mereka. Apabila terus menerus
menyebarkan berita bohong orang tersebut akan menerima azab yang besar. Dalam tafsir Al-
Misbah Ayat di atas menjelaskan mengenai kasus yang menimpa keluarga Nabi Muhammad
SAW. Ayat ini mengecam kepada mereka yang menuduh istri Nabi ‘Aisyah RA tanpa adanya
bukti yang jelas. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa yakni menyebarluaskan dengan sengaja berita


bohong yang keji menyangkut keluarga Nabi Muhammad adalah golongan yang dianggap bagian
dari komunitas kamu yakni yang hidup ditengah kamu wahai kaum mukminin. Janganlah kamu
menganggapnya yakni menganggap berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik
bagi kamu karena dengan demikian kamu dapat membedakan siapa yang munafik dan siapa yang
kuat imannya. Tiap-tiap seseorang dari mereka
yang menyebarluaskan rumor itu memperoleh balasan sesuai kadar apa yang dengan sengaja dan
sungguh-sungguh dia kerjakan dari dosa isu buruk itu. Dan siapa yang mengambil bagian
terbesar yakni dalam penyiaran berita bohong itu, di antara mereka
yang menyebarkannya maka baginya azab yang besar di akhirat nanti.

F‫ ْم‬Fُ‫ ت‬F‫ ْل‬F‫ َع‬Fَ‫ ف‬F‫ ا‬FF‫ َم‬F‫ى‬Fٰ Fَ‫ ل‬F‫ َع‬F‫ا‬F‫ و‬F‫ ُح‬Fِ‫ ب‬F ‫ص‬F Fِ Fُ‫ ت‬F‫ن‬Fْ ‫ َأ‬F‫ا‬F‫ و‬FFُ‫ ن‬FَّF‫ ي‬Fَ‫ ب‬Fَ‫ ت‬Fَ‫ ٍإ ف‬FFَ‫ ب‬Fَ‫ ن‬Fِ‫ ب‬F‫ق‬
Fْ Fُ‫ ت‬Fَ‫ ف‬Fٍ‫ ة‬FFَ‫ل‬F‫ ا‬Fَ‫ ه‬F‫ج‬Fَ Fِ‫ ب‬F‫ ا‬FF‫ ًم‬F‫و‬Fْ Fَ‫ ق‬F‫ا‬F‫ و‬Fُ‫ب‬F‫ ي‬F ‫ص‬F Fِ ‫ ا‬Fَ‫ ف‬F‫ ْم‬F‫ ُك‬F‫ َء‬F‫ ا‬FF‫ َج‬F‫ن‬Fْ ‫ ِإ‬F‫ا‬F‫ و‬Fُ‫ ن‬F‫ َم‬F‫ آ‬F‫ن‬Fَ F‫ ي‬F‫ ِذ‬Fَّ‫ل‬F‫ ا‬F‫ ا‬Fَ‫ ه‬FُّF‫ َأ ي‬F‫ ا‬Fَ‫ي‬
ٌ F ‫س‬F
F‫ َن‬F‫ ي‬F‫ ِم‬F‫ ِد‬F‫ ا‬Fَ‫ن‬

Artinya :
4
Tafsirweb,”Qur’an Surat An-Nur Ayat 11”, dalam https://tafsirweb.com/6139-surat-an-nurayat-11.html
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasihan Al-Qur’an, Jilid 9 (Ciputat: Lentera Hati
cetakan IV. 2011), Hlm. 294
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Sedangkan dalam surat Al-Hujarat ayat 6 menjelaskan bagaiamana orang-orang yang beriman
menghadapi orang fasik yang membawa suatu berita. Kita harus teliti ketika memeriksa berita,
dilihat dulu fakta dari berita tersebut dan apakah sumbernya terpercaya supaya tidak menyesal
dan tertimpa masalah gara-gara mempercayai suatu berita tanpa memeriksa kebenarannya.
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa ayat diatas: Menggunakan kata ( ‫ ) إن‬in/jika yang
biasanya digunakan untuk sesuatu yang diragukan atau jarang terjadi. Ini mengisyaratkan
bahwa kedatangan seorang fasik kepada orang-orang beriman diragukan atau jarang terjadi. Hal
ini disebabkan orang-orang fasik mengetahui bahwa kaum beriman tidak mudah dibohongi dan
bahwa mereka akan meneliti kebenaran setiap informasi sehingga sang fasik dapat dipermalukan
dengan kebohongannya. Kata ( ‫ ) فاسق‬fasik diambil dari kata fasaqa yang biasa
digunakan untuk melukiskan buah yang telah rusak atau terlalu matang sehingga terkelupas
kulitnya. Seseorang yang durhaka adalah orang yang keluar dari koridor agama akibat
melakukan dosa besar atau sering kali melakukan dosa kecil. Kata Naba’ digunakan dalam arti
berita yang penting. Berbeda dengan Alkata ( ْ‫ ) خب‬khabar yang berarti kabar secara umum, baik
penting maupun tidak.

Dari sini, terlihat perlunya memilih informasi apakah penting atau tidak dan memilah informasi
apakah dapat dipercaya atau tidak. Orang beriman tidak dituntut untuk menyelidiki kebenaran
informasi dari siapa pun yang tidak penting, bahkan didengarkan tidak wajar, karena jeika
demikian akan banyak energi dan waktu yang dihamburkan untuk hal-hal yang tidak penting.
Kata ( ‫ ) بِها لة‬bi jahalah berarti tidak mengetahui dan dapat juga diartikan serupa dengan makna
kejahilan, yakni perilaku seseorang yang kehilangan kontrol dirinya sehingga melakukan hal-hal
tidak wajar. Baik atas dorongan nafsu, kepentingan sementara, maupun kepicikan pandangan.
Istilah ini juga digunakan dalam arti mengabaikan nilai-nilai ajaran ilahi. 6

Ayat di atas menjadi salah satu dasar yang ditetapkan oleh agama untuk diterapkan dalam
kehidupan sosial. Bisa juga menjadi cara untuk berfikir logis ketika menerima suatu berita.
Karena kemampuan manusia yang tidak dapat menjangkau informasi secara menyeluruh maka
membutuhkan orang lain untuk mengkonfirmasi berita tersebut. Tetapi harus berhatihati juga
dengan sumber berita atau pihak yang dijadikan referensi berita,harus melihat kejujuran dan
integritas pihak tersebut sebelum mempercayainya. Ayat di atas mengajarkan kita untuk berfikir
logis dan berdasarkan ilmu pengetahuan untuk melawan kebodohan. Ayat di atas juga
mencontohkan dahulu ketika para ulama’ menyeleksi informasi para perawi hadits-hadits Nabi,
salah satu yang dibahas adalah penerimaan riwayat yang disampaikan oleh sejumlah orang yang
dinilai mustahil menurut kebiasaan mereka sepakat berbohong atau istilahnya disebut mutawatir.
Ini diakui oleh semua pakar, jumlah yang banyak itu harus memenuhi syarat-syarat. Dengan kata
lain meskipun banyak yang menyampaikan tidak menjamin kalo itu benar. Seperti berita,
meskipun banyak sekali yang menyebarkan berita tersebut belum tentu pesan yang disampaikan
benar.
KONTEKSTUALISASI TEKS AL-QUR’AN STUDI KASUS

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasihan Al- Qur’an, Jilid 9 (Ciputat: Lentera Hati
cetakan IV. 2011), Hlm. 588-589
Pristiwa ini terjadi pada tahun 2019 dimana kita kenal pada taun itu merupakan tahun politik
yang mana muncul antara kubu pendukung capres cawapres jokowi jk dan prabowo sandi . Pada
pelaksanaan pilpres 2019 sangat banyak berita Hoax yang disebarkan melalui media sosial.
perkembangan teknologi informasi yang seharusnya digunakan untuk mempermudah komunikasi
maupun mencari informasi tentang banyak hal oleh masyarakat, namun justru banyak digunakan
untuk hal-hal yang merugikan orang lain. Salah satu Penyebaran berita bohong yang banyak
mendapatkan respon dari masyarakat Indonesia pada pelaksanaan pemilihan Presiden 2019
adalah kasus yang melibatkan aktivis perempuan Ratna serumpaet.

Penyebaran berita bohong Ratna Sarumpaet muncul untuk pertama kalinya melalui Akun
Facebook dari Swary Utami Dewi pada tangga 2 Oktober 2018. Pada akun tersebut menjelaskan
Ratna Sirumpaet telah dianiyaya oleh sekelompok orang yang tidak dikenali. Dalam
postingannya Swary menuliskan: “apakah karna berbeda maka seseorang berhak untuk dipukuli?
Simpatiku buat Ratna Sirumpaet. Katakan tidak untuk segala bentuk kekerasan #2019tetapwaras.
Postingan tersebut dalam seketika langsung viral dan mendapakan respon dari banyak orang.
Berbagai sikap muncul atas kabar penganiyayaan tersebut baik dari masyarakat maupun para
politisi. Mereka memberikan rasa simpati pada Ratna Sirumpaet dan mendoakan agar segera
sembuh sedangkan yang lain memberikan kecaman terhadap mereka yang telah diduga
melakukan penganiyayaan tersebut.

Berdasarkan hasil penemuan dari pihak kepolisian, Ratna Sarumpaet ternyata tidak dirawat di 23
rumah sakit dan tidak pernah melapor ke 28 Polsek di Bandung dalam kurun waktu 28
September sampai dengan 2 Oktober 2018. Saat kejadian yang disebutkan pada 21 September,
Ratna diketahui tidak sedang di Bandung. Hasil penyelidikan menunjukkan Ratna datang ke
Rumah Sakit Bina Estetika Menteng, Jakarta Pusat, pada 21 September 2018 sekitar pukul 17.00
WIB. Direktur Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta mengatakan
Ratna telah melakukan perjanjian operasi pada 20 September 2018 dan tinggal hingga 24
September. Polisi juga menemukan sejumlah bukti berupa transaksi dari rekening Ratna ke klinik
tersebut (https://kominfo.go.id). Pada saat yang sama pihak kepolisian langsung mendatangi
Ratna Sarumpaet untuk meminta pengakuan dari Ratna Siumpaet agar dapat mengklarifikasi
bahwa kasus tersebut bukanlah sebuah kebenaran. Setelah dari pihak kepolisian menjelaskan
kasus pengeroyokan Ratna tidak benar adanya, Ratna kemudian merespon dengan menggelar
konfrensi pers. Dalam konfrensi pers tersebut Ratna mengatakan kabar pemukulan atas dirinya
tersebut hanyalah untuk membohongi anaknya. Dan kebenarannya adalah, wajah ratna yang
babak belur tersebut hasil dari operasi pelastik.

Melalui Siaran Pers No. 317/HM/KOMINFO/12/2018 pada tanggal 19 desember 2018,


Kementrian informasi dan komunikasi mengidentifikasi 10 berita bohong yang dianggap Paling
Berdampak di Tahun 2018. Dalam identifikasi tersebut, kasus Hoax Ratna Sarumpaet ternyata
yang memiliki dampak yang sangat luar biasa dan berada pada urutan pertama. Keampuhan
media sosial dalam menyebarkan kasus tersebut baik melalui twitter dan facebook menyebabkan
kasus tersebut mampu dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga kasus
tersebut menghasilkan ketegangan maupun kegaduhan di tengah-tengeh masyarakat dan juga
para politisi.
ANALISIS

Setelah membaca kronolgi atas kerusuhan kasus ratna sarumpaet , penulis berusaha mencari tahu
apa penyebab kerusuhuhan tersebut semakin membesar. Ternyata penyebab mengapa kasus hoax
ini membesar yakni karna isi dalam berita hoax yang di sebarkan di sosmed tersebut di tunggangi
dan di bumbui oleh campur tangan kubu politik yang pada ahirnya masyarakat Indonesia
mencadi terpecah menjadi dua golongan atau dua kubu pendukung yang mana kedua kubu
tersbeut saling melemparkan komentar dan cuitan untuk saling serang baik di dunia nyata
maupun di sosial media

Dampak secara sosial dan politik akibat penyebaran hoax Ratna Sarumpaet, bisa dilihat dari saling serang
menyerang antara para pendukung maupun politisi dari kedua kubu baik melalui media sosial maupun
media massa. Ketegangan tersebut terjadi barawal dari tuduhan masyarakat dan sebagian politisi, yang
dialamatkan kepeda calon presiden 01 yakni jokowi- ma’ruf maupun para tim suksesnya, bahwa mereka
ada dibalik kasus ini Kecaman tersebut banyak disampaikan melalui media sosial dengan Hastag
#SaveRatnaSarumpaet. Banyak masyarakat yang menganggap kasus pengeroyokan tersebut merupakan
kekejaman yang tidak bisa diampuni. Sehingga Rasa simpatipun banyak disampaikan oleh masyarakat
melalui media sosial. Kasus ini bukan hanya mampu mengelabui masyakat biasa namun juga para politisi
maupun pakar di Indonesia.

Setelah kasus tersebut mampu dibongkar oleh pihak kepolisan bahwa bukanlah suatu kebenaran,
reaksi dari masyarakat kemudian berbalik menyerang Ratna dan para pendukung Prabowo-
Sandi. Kecaman terhadap Ratna diekspresikan oleh masyarakat dengan Hastag
#2019GantiWajah, #SaveRioDewanto, #Wajahplastik dan lain sebagainya. Tagar-tagar tersebut
banyak beredar di media sosial sebagai sindiran maupun ejekan terhadap Ratna yang telah
menyebarkan berita bohong. Pendukung dan tim sukses Jokowi-Ma’aruf kemudian juga ikut
merespon dengan menuding, berita ini sengaja disebarkan oleh kubu 02 agar menjatuhkan
elektabilitas dari pasangan jokowi-ma’ruf. Sebagaimana menurut (Triadi & Aziz, 2019), terdapat
upaya untuk mempengaruhi masyarakat atas keterlibatan salah satu calon presiden dengan
menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang tokoh politik perempuan Indonesia
yaitu Ratna Sarumpaet. Hal tersebut dilakukan agar dukungan dari masyarakat terhadap Calon
presiden Jokowi-ma’ruf menjadi berkurang.

Ratna kemudian dijadikan sebagai terdakwa dalam proses persidangan, oleh majelis hakim PN
Jkarta Selatan dan divonis selama 2 tahun penjara karna dianggap telah menyebarkan berita
bohong. Dalam tuntutan Jaksa Penuntut Umum, kebohongan yang dilakukan oleh Ratna
mengakibatkan terjadinya kekacauan dalam kehidupan masyarakat , ini seperti yang dikatan
disurat An-Nur ayat 11 bahwa orang yang membawa berita bohong atau berita buruk itu sesama
manusia dan akan mendapat balasan atas perbuatan mereka. Apabila terus menerus menyebarkan
berita bohong orang tersebut akan menerima azab yang besar. Sebaik-baiknya manusia menutupi
kesalahannya pasti akan terungkap kemudian hari, apalagi menyebabkan kerugian banyak orang.
Berita hoax digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi publik, baik untuk kepentingan
individidu maupun kelompok. Stimulan terbesar dalam penyebaran berita hoax adalah SARA
dan politik . Kedua stimulan tersebut sangat mudah untuk memancing reaksi masyarakat karena
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari belum lagi beragamnya budaya dan suku yang ada di
Indonesia maka isu SARA sangat sensitif.
Untuk mengidentifikasi kebenaran sebuah berita dan terhindar dari berita hoax Kemenkominfo
memberikan langkah-langkahnya sebagai berikut, pertama hati-hati dengan judul yang
provokatif karena judul provokatif biasanya hanyak untuk mengundang clickbait supaya banyak
yang mengklik halaman beritanya padahal isi beritanya belum tentu berkaitan dengan judulnya.
Kedua, cermati alamat situs asal beritanya, semakin situs beritanya tidak jelas jangan langsung
percaya dengan berita yang ditulis lebih baik memeriksa di situs berita yang terpercaya. Ketiga,
periksa fakta dengan cara membandingkan berita yang kita peroleh dengan berbagai sumber
berita yang lain. Keempat, apabila beritanya memuat foto cek kembali apakah foto itu asli atau
hanya editan. Terakhir adalah mengikuti diskusi-diskusi anti hoax untuk menambah wawasan
supaya tidak terpengaruh berita hoax.

Ada cara lagi solusi supaya tidak terjebak berita hoax sesuai dengan pedoman Al-Qur’an surat
Al- Hujurat ayat 6 yaitu berfikir logis dan kritis terhadap segala sesuatu, kematangan emosi yang
artinya tidak mudah terpancing emosinya apabila membaca sebuat berita, tabayyun dan
menambah wawasansupaya fikirannya terbuka. Dan selalu ingat bahwa meskpun berita itu
banyak sekali orang yang menyebar luaskan belum tentu pesan yang disampaikan benar. Selalu
periksa dulu fakta dan cari dari berbagai sumber berita sebelum mempercayai sebuah berita.

KESIMPULAN

Kontekstualisasi ayat Al-Quran adalah proses mengkaji dan memahami ayat-ayat Al-Quran
dengan mempertimbangkan konteks historis, linguistik, dan budaya di mana ayat tersebut
diturunkan. Hal ini penting untuk mendapatkan pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang
pesan yang ingin disampaikan oleh Al-Quran.
Dalam konteks fenomena hoax, kontekstualisasi ayat Al-Quran dapat menjadi instrumen yang
penting untuk menghindari penyebaran informasi palsu atau manipulatif. Fenomena hoax, seperti
berita palsu atau propaganda yang berusaha mempengaruhi pandangan masyarakat, dapat
menyebabkan kebingungan, konflik, dan divisivitas di tengah masyarakat.

Kontekstualisasi ayat-ayat Al-Quran, seperti Surat Al-Hujurat ayat 6 dan ayat 11, dapat
membantu kita dalam menghadapi fenomena hoax dengan cara berikut:
1. Surat Al-Hujurat ayat 6: Ayat ini mengajarkan kita untuk memverifikasi informasi
sebelum menyebarkannya. Dalam konteks fenomena hoax, ini berarti kita harus menjadi
lebih kritis dan skeptis terhadap informasi yang diterima sebelum mempercayainya atau
menyebarkannya kepada orang lain. Kontekstualisasi ayat ini mengingatkan kita akan
pentingnya mencari kebenaran dan tidak terburu-buru dalam menyebarkan informasi
palsu.
2. Surat Al-Hujurat ayat 11: Ayat ini mengingatkan kita untuk menjauhkan diri dari
prasangka dan fitnah. Dalam konteks fenomena hoax, ini menekankan pentingnya untuk
tidak mempercayai informasi yang belum diverifikasi dan untuk tidak menyebarkan
tuduhan tanpa bukti yang kuat. Kontekstualisasi ayat ini memperingatkan kita tentang
bahaya fitnah dan pentingnya menyebarkan informasi yang akurat dan adil.
Dengan kontekstualisasi ayat-ayat ini, kita diingatkan untuk menggunakan pengetahuan dan
pemahaman yang mendalam tentang Al-Quran untuk melawan fenomena hoax. Kita diajak untuk
menjadi lebih kritis, skeptis, dan berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Dengan mempraktikkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Al-Quran, seperti verifikasi, kebenaran,
keadilan, dan kehati-hatian, kita dapat membantu mengurangi dampak negatif dari fenomena
hoax dan mempromosikan pemahaman yang akurat dan damai di tengah masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Lexy J Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002).

M. Quraish Shihab, Tafsir AlMisbah: Pesan, Kesan, dan Keserasihan Al-Qur’an, Jilid 9, (Ciputat: Lentera
Hati cetakan IV, 2011).

M. Quraish Shihab, Tafsir AlMisbah: Pesan, Kesan, dan Keserasihan Al-Qur’an, Jilid 12, (Ciputat: Lentera
Hati cetakan IV, 2011).

Oxford university, Oxford Leaner’s Pocket Dictionary, (London: Oxford University press, 2018).

Rulli Nasrullah, Komunikasi antarbudaya di Era Budaya Siber,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012).

Anda mungkin juga menyukai