Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

RESUME PERTEMUAN 10

“Kurikulum 2013”

NAMA : AZZAHRA FIRDAUSI SALMA

NIM : 20003054

KELAS :B

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd.

A. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk


meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara seimbang dan berjalan
secara integratif (Sagi Winoto, 2017). Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis
kompetensi dan karakter secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Riana Nurmalasari dkk, 2015).
Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian
pendidikan, (Said Darnius, 2016).

Kurikulum 2013 adalah suatu upaya untuk menyempurnakan kurikulum


agar kualitas pendidikan di Negara kita ini menjadi lebih baik, diharapkan
kurikulum 2013 ini mampu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi, (Suci Rakhmawati, 2016). Untuk mencapai harapan tersebut sangat
ditentukan oleh berbagai faktor. Kurikulum 2013 merupakan penyederhanaan dan
tematik integratif yang disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan, (Apri Damai Sagita dan Rusmawan, 2015).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Kurikulum 2013
adalah kurikulum berbasis kompetensi dan karakter yang bertujuan untuk
meningkatkan pencapaian pendidikan dan diharapkan dapat menghasilkan generasi
muda yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.

B. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik berasal dari kata saint yang berarti ilmu. Maka
pendekatan saintifik adalah pendekatan keilmuan yang bersifat logis dan sistematis.
Dalam prosesnya diawali dari siswa menanya, karena ada objek yang dilihat dan
didengar maka siswa merespon sehingga muncul kegiatan bertanya, ketika guru
menyampaikan atau menjawab pertanyaan dari siswa maka nantinya akan dikaitkan
dengan materi yang diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan dengan cara berkolaborasi dalam suatu kelompok misalnya
dengan diskusi antar siswa satu dengan lainnya. Dalam hal ini harus bersifat merata
dan tidak berpihak pada salah satu kelompok saja. Sehingga akan muncul
keterampilan-keterampilan yang diperoleh peserta didik seperti, menghargai
pendapat orang lain, dan juga kompetensi mempresentasikan.
Terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan saintifik.
Pertama, belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau
belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan
belajar berpusat pada siswa, adanya assessment yaitu pengukuran kemajuan belajar
siswa dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar. Kedua, keberagaman,
mengandung makna pendekatan saintifik mengembangkan pendekatan keragaman.
Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk
keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar,
serta konteks. Ketiga, metode ilmiah, yaitu teknik merumuskan pertanyaan dan
menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan.
Penerapan metode ilmiah mencakup aktivitas yang dapat diobservasi,
seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut: (1)
merumuskan pertanyaan, (2) merumuskan latar belakang penelitian, (3)
merumuskan hipotesis, (4) menguji hipotesis melalui percobaan, (5) menganalisis
hasil penelitian dan merumuskan simpulan, serta (6) jika hipotesis terbukti benar,
maka dapat dilanjutkan dengan pelaporan; sebaliknya jika hipotesis terbukti tidak
benar atau benar sebagian, maka dilakukan pengujian kembali.

Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,


penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Menurut
Daryanto (2014), proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-
nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Sebuah proses pembelajaran yang
dikelola oleh seorang tenaga pendidik dapat disebut ilmiah bila proses
pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria berikut.

a. Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau


fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira- kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan tenaga pendidik, respons peserta didik, dan interaksi edukatif tenaga
pendidik-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik (membuat
dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain
dari substansi atau materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons
substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-
jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
C. Penilaian Autentik
Penilaian autentik juga diartikan sebagai “kegiatan menilai peserta didik
yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi
yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD)” ( Kunandar, 2013: 35).
Dari beberapa pengertian penilaian autentik dapat disimpulkan bahwa
penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan guru untuk menilai secara nyata
yang telah dilakukan peserta didik baik proses maupun hasil dengan menggunakan
berbagai macam teknik dan instrumen penilaian yang valid sehingga dapat
membuktikan bahwa kompetensi yang ditetapkan benar-benar telah dikuasai oleh
peserta didik.
Menurut Mardiah Moenir dalam diklat PPG IPS dan PMP Malang pada tahun
2006 penilaian autentik yang diharapkan dapat digunakan guru sebagai upaya
pengembangan dibidang penilaian karena bertujuan untuk:
1) Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu;
2) Menetukan kebutuhan pembelajaran;
3) Membantu dan mendorong siswa;
4) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik;
5) Menetukan strategi pembelajaran;
6) Akuntabilitas lembaga; dan
7) Meningkatkan kualitas pembelajaran.

Adapun jenis-jenis penilaian autentik diantaranya :

1. Penilaian Kinerja

Langkah yang dapat dilaksanakan untuk penilaian berdasar pada kinerja:

 Daftar cek (checklist): Dipakai untuk melihat adanya faktor tertentu dari
parameter yang ada dalam sebuah fenomena.
 Catatan narasi dan anekdot: Dipakai guru untuk menjelaskan laporan narasi
dari apa yang dilaksanakan oleh siswa dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
 Skala Penilaian: memakai skala penomoran dengan penjelasannya. Seperti 1=
rendah sekali, 2= rendah, 3= sedang, 4=bagus, 5= Istimewa.
 Pendekatan hafalan: dipakai dengan memperhatikan siswa saat melaksanakan
atau mengerjakan tugas, guru memperhatikan secara teliti dan tidak
melakukan pencatatan.
 Dalam memperhatikan kemampuan siswa bisa memakai tools seperti:
penilaian afektif, pertanyaan secara lisan, penilaian diri, investigasi sikap dan
pertanyaan yang bersifat privasi.

2. Penilaian Proyek

Aktivitas dalam penilaian proyek merupakan penyelesaian tugas dengan sistem


deadline. Inti dari penilaian proyek adalah rencana, pelaksanaan dan hasil
proyek. Hasil proyek mempunyai penilaian yang spesifik. Penilaian hasil proyek
terdiri dari penilaian dari kinerja siswa dalam memproduksi hasil proyek.
Contoh hasil proyek ini adalah karya berupa lukisan, patung, makanan, minuman
dan benda konkret lainnya.

3. Penilaian Portofolio

Pada penilaian portofolio adalah pengukuran dari kumpulan seluruh karya yang
dihasilkan siswa baik itu dikerjakan secara individu maupun grup. Contoh karya
yang mencakup pada portofolio adalah karya seni, lukisan, web desain dsb.

4. Penilaian Tertulis

Ini sama seperti tes yang dilakukan pada pembelajaran zaman dahulu, yaitu
menentukan jawaban dari pilihan ganda, sebab-akibat, ya-tidak, benar-salah.
Penilaian tertulis ini merupakan kombinasi pilihan ganda dan esai, yang sebisa
mungkin siswa diberi dengan soal HOTS (high order thinking skill). Sehingga
bisa menerjemahkan disiplin ilmu afektif, kognitif dan psikomotorik.

REFERENSI

Hidayani, M., 2017. Pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013. At-Ta'lim:


Media Informasi Pendidikan Islam, 15(1), pp.150-165.

Lestari, E.T., 2020. Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Deepublish.

Mauizdati, N., 2019. PROBLEMATIKA GURU KELAS DALAM


MELAKSANAKAN PENILAIAN AUTENTIK DI SDN HAPALAH I
KECAMATAN BANUA LAWAS KABUPATEN TABALONG. Al-
Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 4(1), pp.103-124.

Setiadi, H., 2016. Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal


Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), pp.166-178.

Anda mungkin juga menyukai