Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang krusial dalam membangun karakter

bangsa. Pendidikan yang berkualitas mampu mengubah pola pikir siswa yang

bisa menjadi output yang baik sehingga memiliki keterampilan dan dapat

menjawab tantangan global. Upaya untuk mewujutkan pembentukan

kepribadian tersebut lahir kurikulum baru (Kurikulum 2013) yang dipandang

dapat menghasilkan insan cerdas yang beriman sesuai tujuan pendidikan

nasional.

Tujuan pendidikan nasional dimuat dalam pasal 3 UU No. 20 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang mendeskripsikan tentang pengembangan

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut harus

dicapai dengan upaya yang terencana dan sistematis melalui kegiatan

pendidikan di sekolah (Sani, 2014: 2).

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas

dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan dunia secara global,

pemerintah melalui Kemendikbud terus melakukan pembaharuan dan inovasi

dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi

terhadap kurikulum.

1
Saat ini Indonesia menggunakan Kurikulum 2013. Lahirnya kurikulum

2013 untuk menjawab tantangan dan pergeseran paradigma pembangunan dari

abad ke-20 menuju abad ke-21, juga kurikulum 2013 merupakan kurikulum

yang berfungsi sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya (kurikulum

tingkat satuan pendidikan). Sedangkan tujuan perubahan terhadap kurikulum

yaitu untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki tiga

kompetensi dalam dirinya, seperti kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Artinya, tidak hanya pengetahuan yang menjadi tolok ukur

seseorang untuk dapat bersaing dan bertahan hidup di abad 21. Tetapi juga,

keterampilan dan sikap sangatlah dibutuhkan karena kehidupan dan karier

pada abad 21 membutuhkan kemampuan untuk: (1) fleksibel dan adaptif; (2)

berinisiatif dan mandiri; (3) memiliki keterampilan sosial dan budaya; (4)

produktif dan akuntabel; serta (5) memiliki kepemimpinan dan tanggung

jawab (Sani, 2014: 7-9).

Sejalan dengan tuntutan dunia kerja di abad 21, menurut Prastowo

(2015: 4), orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan

keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan

pengetahuan (knowledge) dengan tujuan untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia.

2
Untuk mengetahui gambaran terkait ketiga kemampuan yang

disebutkan di atas, Kurikulum 2013 menerapkan prosedur penilaian autentik.

Penilaian autentik merupakan sistem penilaian yang ditekankan dalam

kurikulum 2013 karena memiliki relevansi yang kuat terhadap pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

Sebenarnya penilaian autentik ini sudah diberi ruang pertama kali pada

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tetapi dalam pelaksanaanya di

lapangan belum berjalan secara optimal. Sistem penilaian KTSP lebih

mementingkan domain kognitif. Namun, kurikulum 2013

menyeimbangkannya dengan penekanan lebih pada domain psikomotor dan

afektif (Pantiwati, 2013: 62). Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengharuskan

ada keseimbangan antara penilaian afektif, kognitif dan psikomotorik. Melalui

kurikulum 2013 ini, penilaian autentik menjadi penekanan yang serius di

mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar

memerhatikan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai

peserta didik yang menekankan pada proses dan hasil di mana siswa dinilai

kesiapannya, proses, dan hasil belajar secara utuh dengan berbagai instrumen

penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di standar

kompetensi atau kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk mengukur

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas sekaligus

mengukur keberhasilan peserta didik dalam penguasaaan kompetensi atau

materi yang ditentukan. Dengan demikian, guru harus memiliki pengetahuan

yang memadai mengenai penilaian autentik.

3
Sebelum meninjau pengertian penilaian autentik, pertama yang perlu

dipahami adalah apa itu penilaian. Penilaian merupakan suatu pernyataan

berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau

sesuatu. Griffin dan Nix (Barung, 2013: 23), menyatakan bahwa penilaian

adalah proses merefleksikan data untuk membuat suatu keputusan. Menurut

Hasriati (Barung: 2013: 26), penilaian adalah suatu proses pengumpulan,

penganalisisan, dan penafsiran informasi secara sistematik untuk menentukan

seberapa jauh tujuan telah tercapai. Menilai juga dapat berarti suatu proses

pemberian makna terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian ini

berkaitan dengan pengambilan keputusan, di mana pelaksanaanya dilakukan

secara sistematis.

Penilaian autentik mengacu pada pencapaian hasil belajar didasarkan

pada skor yang diperoleh terhadap skor ideal bukan dibandingkan dengan

peserta didik lain. Dalam penilaian autentik, guru melakukan penilaian

terhadap kompetensi dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan

(Kunandar, 2014: 31). Penilaian tersebut mampu menggambarkan

peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,

menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik

berfokus pada tugas yang kontekstual yang memungkinkan peserta didik

menunjukan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.

Penilaian autentik sangat relevan dengan model pembelajaran yang berbasis

tematik terpadu, khususnya pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar dan

dengan pendekatan saintifik.

4
Berdasarkan proses pendidikan selama ini, evaluasi yang dilakukan

guru untuk penilaian akhir, seringkali dianggap remeh terkait dengan

bagaimana untuk menentukan nilai siswa. Seringkali guru hanya mengisi

raport berdasarkan nilai ujian akhir siswa dan juga memberikan nilai hanya

berpatok pada standar KKM.

Guru merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan

instrumen penilaian dan evaluasi sekaligus sebagai pelaksana. Menilai dan

mengevaluasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru

pada aspek pedagogik karena penilaian atau evaluasi dalam proses

pembelajaran dapat mendorong siswa untuk bisa meningkatkan kompetensi

atau kecakapannya.

Penilaian itu sendiri memiliki manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya

bagi guru, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. Pertama, bagi guru hasil

dari penilaiannya akan menjadi pertimbangan dalam hal bagaimana ia

memperlakukan siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Kedua,

bagi orang tua laporan dari guru terkait dengan kreativitas siswa di sekolah

akan sangat membantunya untuk mengetahui kendala-kendala ynag dihadapi

oleh anaknya dalam proses pembelajaran di sekolah, dan Ketiga bagi siswa

penilaian yang diberikan guru bisa mendorong atau memotivasinya untuk

lebih giat belajar atau mempertahankan cara belajar yang dilakukan

sebelumnya. Oleh karena ada tiga sasaran dari penilaian yang diberikan oleh

guru, maka di sini guru harus benar-benar memperhatikan perkembangan

siswa secara objektif, fleksibel, dan professional.

5
Berdasarkan hasil wawancara dan sering dengan beberapa guru di SDK

Gapong pada 16 Oktober 2019, yang menyatakan bahwa penilaian yang

diterapkan di sekolah adalah penilaian untuk ketiga kompetensi siswa. Akan

tetapi, persoalan yang dihadapi oleh guru di SDK Gapong, mereka belum

memahami bagaimana cara menilai kinerja siswa dalam proses pembelajaran

tematik sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum 2013. Guru belum

memahami secara mendalam tentang instrumen penilaian untuk menilai tiga

kompetensi, yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi

keterampilan. Selain itu, pengetahuan guru tentang cara menilai kompetensi

sikap dan keterampilan selama proses pembelajaran berlangsung masih

minim. Banyak guru yang menilai kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan siswa di luar jam pembelajaran itu berlangsung, bahkan ada yang

menilai kinerja siswanya pada saat pengisian raport dan memberikan penilaian

berpatok pada nilai KKM tidak berdasarkan kumpulan-kumpulan instrumen

proses pembelajaran setiap hari efektif.

Mengingat bahwa evaluasi atau penilaian memiliki peran yang amat

penting bagi guru, sekolah, siswa, dan orang tua maka peneliti tertarik untuk

mendalamnya melalui penyelidikan ilmiah dengan judul “Implementasi

penilaian autentik dalam pembelajaran tematik Kurikulum 2013 di SDK

Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai “.

6
B. Fokus dan subfokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka fokus

peneliti ini ialah implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran tematik

Kurikulum 2013 di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai.

Adapun subfokus penelitiannya ialah:

1. Pelaksanaan atau penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik

Kurikulum 2013 di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai

2. Model instrumen dari setiap jenis penilaian autentik yang diterapkan di SDK

Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai

3. Kendala yang dihadapi oleh guru di SDK Gapong dalam membuat instrumen

penilaian autentik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus dan subfokus yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran tematik

kurikulum 2013 di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai?

2. Seperti apa model instrumen penilaian autentik kurikulum 2013 di SDK

Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai?

3. Kendala apa saja yang dihadapi oleh guru di SDK Gapong dalam membuat

instrumen penilaian autentik?

7
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini

adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi penilaian autentik dalam

pembelajaran tematik kurikulum 2013 di SDK Gapong Kecamatan Cabal

Kabupaten Manggarai, seperti apa model instrumen penilaian autentik, dan

kendala apa saja yang dihadapi guru dalam membuat instrumen penilaian

autentik.

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoretis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

semua pihak mengenai bagaimana cara mengimplementasikan penilaian

autentik dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013, seperti apa model

instrumen penilaian autentik, dan kendala apa saja yang dihadapi guru dalam

membuat instrumen penilaian autentik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian-

penelitian yang relevan selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

1) Hasil penelitian ini sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktikkan

teori yang telah diterima selama perkuliahan.

8
2) Hasil penelitian ini menjadi ilmu yang bermanfaat sebagai dasar pegangan

ketika berada langsung dilapangan atau tempat kerja.

b. Bagi guru dan atau calon guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru

maupun calon guru untuk mengetahui bagaimana cara mengevaluasi hasil

belajar peserta didik dengan menggunakan penilaian autentik.

c. Bagi lembaga UNIKA St. Paulus Ruteng

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber bacaan dan

referensi yang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan terutama dari

aspek penilaian pembelajaran atau evaluasi pembelajaran.

9
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual Kurikulum 2013

A. Kurikulum 2013

a. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013

Sejak Indonesia merdeka kurikulum telah mengalami beberapa kali

perubahan secara berturut-turut yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun

1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, dan tahun 2004, tahun

2006, dan tahun 2013 yang sekarang diterapkan di seluruh jenjang pendidikan

di Indonesia. Pada saat ini telah dilaksanakan uji publik kurikulum 2013

sebagai pengembangan dari kurikulum 2006 (KTSP). Dinamika tersebut

merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial

budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.

Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu

dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang

terjadi di masyarakat. Dalam penjelasan UU No. 20 tahun 2003, bagian

umum: antara lain ditegaskan bahwa salah satu strategi pembangunan

pendidikan nasional adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum

berbasis kompetensi. Penjelasan Pasal 35, UU No. 20 tahun 2003; menyatakan

kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar

nasional yang telah disepakati. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan

bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Orientasi kurikulum

10
2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi

sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Sejalan

dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan

pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar

nasional yang telah disepakati (Hidayat, 2013: 111-113).

Berdasarkan pada pernyataan di atas, jika dikaitkan dengan kurikulum

2006, lahirnya kurikulum 2013 karena adanya kegelisahan yang melihat

sistem pendidikan yang dienyamkan selama ini hanya fokus pada aspek

pengetahuan. Pengajaran yang dilakukan hanya mengejar untuk mencapai

target pengetahuan peserta didik. Untuk bisa berkompetensi secara global,

maksimal seseorang harus memiliki tiga kompetensi atau keahlian dalam

dirinya yaitu kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotor.

Beralihnya Kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013 ini merupakan salah

satu keputusan yang dianggap bisa menjawab kebutuhan dan tantangan

generasi muda sekarang. Dalam kurikulum 2013, memadukan tiga kompetensi

yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan

pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan

pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah yang dimaksudkan adalah pendekatan

ilmiah scientific approach yang digunakan dalam pembelajaran sebagaimana

yang terkandung di dalamnya mencakup mengamati, menanya, menalar,

mencoba, dan membentuk jaring-jaring untuk semua mata pelajaran. Proses

pembelajaran yang berlangsung menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

11
pengetahuan, dan keterampilan. Melalui pendekatan itu, diharapkan siswa

memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, yang jauh lebih

baik. Siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nanti

siswa bisa menghadapi segala tantangan dan persoalan di zamannya. Upaya

penerapan pendekatan scientific ini dalam proses pembelajaran, kemudian

melahirkan sistem evaluasi yang autentik. Jadi bisa disimpulkan bahwa, untuk

mengukur ketiga kemampuan siswa melalui kegiatan yang lebih kreatif,

inovatif, dan produktif dilaksanakan dengan menggunakan penilaian autentik.

b. Pengertian Kurikulum 2013

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi atau penerapan

kurikulum yang telah dirancang atau didesain dalam pembelajaran yang

berguna untuk pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal

tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan

berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Saylor

(Mulyasa, 2016: 99), mengatakan bahwa “Instruction is thus the

implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving

teching in the sense of student, teacher interaction in an education setting”.

Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian

yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar,

apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang

dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip

pembelajaran, pemilihan dan penggunakan media pembelajaran, pemilihan

dan penggunaan metode pembelajaran, keterampilan menilai hasil-hasil

12
belajar peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan

pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral

bagi seorang guru sebagai tenaga profesional, yang hanya dapat dikuasai

dengan baik melalui pengalaman praktik yang intensif.

Menurut Webster (Poerwati & Sofan Amri, 2013: 2), kurikulum

sangat penting untuk dunia pendidikan karena merupakan kunci utama untuk

mencapai kesuksesan dalam dunia pendidikan. Istilah “kurikulum” bukanlah

asli bahasa Indonesia. Istilah ini baru muncul dalam dunia pendidikan di

Indonesia pada tahun 1968, yaitu sejak lahirnya kurikulum 1968 yang

menggantikan kurikulum 1950. Kala itu, istilah kurikulum ini dalam dunia

pendidikan lebih dikenal dengan rencana pembelajaran.

Menurut Kurniasih (2014:1), istilah kurikulum itu sendiri terambil

dari bahasa Yunani, yaitu curriculum. Pada zaman Yunani dulu, istilah ini

pada awalnya digunakan untuk dunia olah raga, yaitu berupa jarak yang harus

ditempuh oleh seorang pelari, mulai dari garis start sampai dengan finish.

Seiring berjalannya waktu, istilah ini kemudian mengalami perkembangan dan

meluas merambah ke dunia pendidikan .

Sebagaimana istilah asalnya, di dunia pendidikan kurikulum memiliki

makna yang tidak berbeda jauh. Menurut Engkosowara (Kurniasih dan Sani,

2014: 1-2), merumuskan pengertian kurikulum berangkat dari istilah asalnya

dengan pernyataan-pernyataan seperti (1) K= …, artinya kurikulum adalah

jarak yang harus ditempuh oleh pelari; (2) K= ∑ MP, artinya kurikulum

adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik; (3)

13
K= ∑ MP + KK, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan

kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sekolah yang harus ditempuh oleh

peserta didik; dan (4) ∑ MP + KK + SS + TP, artinya kurikulum adalah

sejumlah mata pelajaran dengan kegitan-kegiatan dan segala sesuatu yang

berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau sekolah.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum

dapat dilihat dalam pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu ( Hidayat, 2013: 22).

Dari bebrapa definisi kurikulum di atas, dapat disimpulkan bahwa

kurikulum merupakan alat yang dijadikan dasar untuk melaksanakan suatu

kegiatan dalam proses pendidikan karena di dalam kurikulum berisikan

tentang kegiatan apa yang harus dilakukan agar mencapai suatu tujuan yang

mengarah pada keberhasilan belajar peserta didik. Kurikulum ibarat jantung

pendidikan, jika jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun akan

berfungsi dengan baik.

14
c. Dasar Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada ketentuan yuridis

yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan yuridis

merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan

kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru.

Di Indonesia berdasarkan ketentuan hukum (Yuridis) tersebut, ada empat yang

menjadi landasan dasar pengembangan kurikulum yaitu landasan yuridis,

landasan filosofis, landasan empiris, dan landasan teoretik. Dalam bukunya,

Kunandar (2014: 31-34), menegaskan bahwa:

1) Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum 2013 adalah Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025, Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun

2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik

Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakir dengan Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014, Peraturan Presiden

Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014. Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum 2013

15
diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Jangka Menengah Nasional (RJPMN).

Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi

Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter,

Pembelajaran Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan.

2) Landasan Filosofis

Kurikulum digunakan untuk membangun kehidupan masa kini dan

masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi

bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan dan dikembangkan untuk

kehidupan masa depan. Dimensi kehidupan bangsa, masa lalu- masa sekarang-

masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum.

Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi

kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal yang

digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa

dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan

kehidupan bangsa dan warga negara di masa mendatang. Kurikulum selalu

menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya,

mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warga negara yang

tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang

lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi.

3) Landasan Empiris

Perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan di

tengah bayang-bayang resesi dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari

2010 sampai dengan 2013 berturut-turut 6, 22%, 6, 49%, 6, 26%, 5, 78%.

16
Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus ditingkatkan. Generasi

muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan mandiri, sangat

diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa

depan. Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam,

namun karena hasil gemblengan pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan

kurikulum sebagai pengarahnya.

Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan di

Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program For

International Mathematics And Science Study) menunjukkan siswa Indonesia

berada pada rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami

informasi yang kompleks, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3)

pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan

investigasi. Hasil ini menunjukkan perlu adanya perubahan orientasi

kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten, namun

pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk

berperan serta membangun warga negaranya pada abad 21.

4) Landasan Teoretik

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan

berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum

berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang

menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara untuk

suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum

dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional

17
atau di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai SKL. SKL

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL dikembangkan menjadi

standar kompetensi lulusan satuan pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, SMK/MAK.

Sedangkan, landasan pengembangan kurikulum 2013 (Hidayat, 114-

115) adalah sebagai berikut:

1) Aspek Filosofis

Landasan filosofis didasarkan atas landasan filosofi pendidikan yang

berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan

masyarakat serta kurikulum berorientasi pada pengembangan kurikulum.

2) Aspek Yuridis

Pengembangan kurikulum 2013 mengacu pada RPJMN 2014 sektor

pendidikan yang memuat tentang perubahan metodologi pembelajaran dan

penataan kurikulum. Instruksi Presiden nomor 11 Tahun 2010 tentang

Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional menegaskan bahwa

penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-

nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing karakter bangsa.

3) Aspek Konseptual

Aspek konseptual kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip

relevansi. Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah

kurikulum, bisa dikatakan sebagai rohnya sebuah kurikulum. Prinsip relevansi

mengandung arti bahwa sebuah kurikulum harus relevan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sehingga para siswa

18
mempelajari iptek yang benar-benar terbaru yang sejalan dengan

perkembangan zaman. Relevansi dengan kebutuhan dan karakter siswa.

Relevansi dengan kebutuhan karakteristik masyarakat artinya kurikulum harus

membekali para siswa dengan sejumlah keterampilan pengetahuan dan sikap

yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Apabila tidak terlaksana maka

siswa tidak dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

B. Konsep Penilaian Secara Umum

Implementasi peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang

standar nasional pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan teknik

penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilai terhadap proses dan hasil

belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan

penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran

berlangsung. Sedangkan, penilaian eksternal merupakan penilaian yang

dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran,

biasanya dilakukan oleh suatu institusi atau lembaga baik di dalam maupun di

luar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga atau institusi tersebut

dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik.

Metode dan teknik penilaian sebagai bagaian dari penilaian internal

(Internal Assessment) untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik

terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan

untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi oleh peserta

didik. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleg guru selain

untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta

19
didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik

kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program

pembelajaran (Majid, 2015: 30).

a. Pengertian penilaian secara umum

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: ketuntasan belajar

minimal (KKM), penilaian harian (PH), penilaian tengah semester (PTS),

penilaian akhir semester (PAS), dan penilaian akhir tahun (PAT). Pemenuhan

standar penilaian bertujuan untuk menjamin:

1) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai.

2) Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,

efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya.

3) Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan

informatif.

Adapun pengertian penilaian menurut beberapa ahli, diantaranya

adalah Griffin dan Nix (Majid, 2015: 35), mendefinisikan penilaian sebagai

suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik

seseorang atau sesuatu. Sementara itu, menurut Sukardi ( Wuryani &an Irham,

2014: 183), penilaian penting dilakukan untuk mengetahui kompetensi,

memotivasi, serta melihat aspek-aspek belajar yang telah dikuasai peserta

didik. Penilaian akan menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan,

unjuk kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) dari peserta didik setelah

20
mengikuti proses pembelajaran. Penilaian akan memberikan umpan balik,

pertimbangan program perbaikan, serta yang paling penting adalah jaminan

kualitas lulusannya, dan juga melihat keberhasilan program. Oleh sebab itu,

proses penilaian sangat dibutuhkan.

Selanjutnya, Popham (Majid, 2015: 35) mendefinisikan penilaian

sebagai suatu upaya formal untuk menetapkan status siswa terkait dengan

sejumlah variabel minat dalam pendidikan.

Berdasarkan definisi yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan bagian itegrasi dari suatu

proses pembelajaran yang berfungsi untuk mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan pencapaian dari tujuan pembelajaran, mengetahui tingkat

keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan dengan sangat

cermat oleh guru mulai dari masuk, proses, dan hasil.

b. Prinsip dan Pendekatan Penilaian Pendidikan

Adapun beberapa prinsip dan pendekatan penilaian dalam pendidikan

menurut Kunandar (2014: 51), sebagai berikut.

1) Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah, sebagai berikut:

a) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor

subjektivitas penilai.

b) Terpadu, penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan

kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

21
c) Ekonomis, berarti penilaian efektif dan efisien dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporan.

d) Transparan, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan, dapat diakses oleh semua pihak.

e) Akuntabel, penilaian yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kepada

pihak internal sekolah maupun pihak eksternal untuk aspek teknik, prosedur,

dan hasilnya.

f) Edukatif, mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

2) Pendekatan Penilaian

Selain memiliki prinsip, penilaian juga menggunakan patokkan pada

beberapa pendekatan, pendekatan itu adalah:

a) Penilaian acuan patokan (PAP), dengan maksud semua kompetensi perlu

dinilai dengan menggunakan acuan patokkan berdasarkan indikator pada hasil

belajar.

b) Ketuntasan belajar ditentukan dengan kriteria minimal ideal, yaitu untuk KD

pada KI III dan KI IV, seseorang peserta didik dinyatakan belum tuntas

belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila

menunjukan indikator nilai < 75 dari hasil tes formatif. Dan sudah tuntas jika

indikator pencapaian nilaianya > 75 dan untuk KD pada KI I dan KI II,

seseorang dinyatakan sudah tuntas apabila tes formatifnya menunjukan

indikator nilai > 75.

22
c. Pengertian Penilaian Autentik

Metode penilaian yang harus digunakan di sekolah telah ditetapkan

dalam Pemendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Pendidikan. Penilaian yang harus digunakan harus mencakup ranah sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (Sani, 2014: 204).

Sejalan dengan pernyataan di atas, Arifian (2019: 156), menegaskan

sudah waktunya penilaian harus diperlakukan sebagaimana kekayaan dimensi

makna dan peran di dalamnya. Dari segi prosedur, penilaian harus

menunjukkan kebervariasian teknik sehingga dapat menggambarkan secara

utuh dan nyata profil kompetensi siswa pada aspek pengetahuan,

keterampilan, dan sikap. Penilaian harus memantau secara seimbang proses

dan hasil pembelajaran. Dari segi peran, penilaian tidak boleh menakutkan

siswa. Bahkan, penilaian perlu memberdayakan siswa untuk menjadi penilai

kinerja belajarnya lewat penggunaan penilaian diri dan sejawat (Arifian, 2019:

156).

Model penilaian autentik (authentic assesment) dewasa ini banyak

dibicarakan di dunia pendidikan karena model ini direkomendasikan, atau

bahkan harus ditekankan, penggunaanya dalam kegiatan menilai hasil belajar

pembelajaran. Beberapa ahli mencoba mendefinisikan penilaian autentik,

menurut Gulikers (Anisa &an Jaedun, 2015: 2) mendefinisikan penilaian

otentik sebagai penilaian yang menuntut peserta didiknya untuk menggunakan

kompetensi atau kombinasi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang

mereka butuhkan untuk mengaplikasikan sesuatu yang dibutuhkan dalam

23
kehidupan profesional. Senada dengan Gulikers, Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 104 Tahun 2014

mendefinisikan penilaian otentik sebagai bentuk penilaian yang menghendaki

peserta didik untuk menampilkan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

di peroleh melalui pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang

sesungguhnya, di mana penilaian itu sendiri berarti proses pengumpulan

informasi atau bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam

kompetensi sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan yang

dilakukan secara terencana dan sistematis.

Selanjutnya, Nurgiyantoro (Abidin, 2016: 77) menyatakan bahwa

pada hakikatnya penilaian otentik merupakan kegiatan penilaian yang

dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa, melainkan juga

berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan.

Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dapat pula dipergunakan

sebagai umpan balik penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan. Sejalan

dengan pendapat yang dikemukankan oleh Nurgiyanto, Majid (2014: 236)

menyatakan penilaian autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan,

dan penggunaan informasi, tentang proses dan hasil belajar siswa dengan

menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti

otentik, akurat dan konsisten, sebagai akuntabilitas publik.

Sedangkan menurut Pokey dan Siders (Majid, 204: 236), penilaian

autentik diartikan sebagai upaya mengevaluasi pengetahuan atau keahlian

siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata. Dalam

24
penilaian ini siswa ditantang untuk menerapkan informasi dan keterampilan

baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis

menyimpulkan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian keseluruhan

kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan suatu

data yang akurat terkait dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap siswa,

yang nantinya akan digunakan oleh guru sebagai pedoman untuk

mengevaluasi hasil belajar dan mengetahui apakah tujuan dari proses

pembelajaran itu tercapai dengan baik atau tidak.

3. Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013

a. Pengertian Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013

Menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia mengkritik dan

sekaligus melihat arah pergerakkan penilaian pembelajaran di Indonesia pada

masa depan. Ia menegaskan bahwa selama ini guru masih menggunakan cara

lama dalam menilai kinerja siswanya yang cenderung menuntut siswa untuk

mencapai angka tertentu. Padahal sikap, minat, dan kepribadian siswa sudah

banyak berubah seiring perkembangan zaman.

Oleh karena itu, Kemendikbud mengembangkan sistem penilaian yang

baru melalui kurikulum 2013. Penilaian dalam kurikulum 2013 ini adalah

penilaian autentik. Penilaian dalam kurikuluum 2013 mengacu pada

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan,

yaitu kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan

25
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik,

yang mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilain berbasis portofolio,

ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,

ujian tingkat kompetensi, uji an mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan

ujian sekolah.

Dengan dilandasi semangat purifikasi penilaian, Kurikulum 2013

mengusung penilaian otentik. Istilah autentik merupakan sinonoim dari asli,

nyata, valid, atau reliabel. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan

secara komprehensif untuk menilai masukan, proses dan hasil pembelajaran.

Penilaian autentik meminta guru untuk menilai kinerja siswa secara

bermakna yang merupakan penerapan ensensi pengetahuan , keterampilan

dan sikap.

Hart (Abidin, 2016:78) menyatakan penilaian otentik yaitu penilaian

yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting

dan bermakna yang selanjutnya dapat dikatakan sebagai performa.

Menurut Jhonson (Majid, 2014: 236) mengatakan bahwa penilaian

autentik berfokus pada tujaun, melibatkan pembelajaran secara langsung,

membangun kerja sama dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Selanjutnya, Santrock (Majid, 2014: 236) menegaskan penilaian autentik di

kembangkan karena penilaian tradisional yang selama ini digunakan

mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan

siswa secara holistik. Sedangkan, Abidin (2016: 81) menegaskan bahwa

penilaian autentik dilakukan secara integratif dengan kegiatan pembelajaran

26
karena gambaran kemampuan siswa dilakukan selama proses pembelajaran itu

berlangsung bukan di akhir semester.

Sementara itu, Kunandar (2013: 35-36), menyatakan penilaian

autentik merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang kemajuan

belajar peserta didik dengan menggunakan bermacam-macam prosedur,

seperti tes formal, inventori, checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan

kegiatan lainnya. Penilaian khas yang dilaksanakan dalam Kurikulum 2013

adalah penilaian autentik. Penilaian autentik meminta peserta didik untuk

mendemonstrasikan apa yang dipahami baik pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi apapun yang mereka miliki sehingga lebih aplikatif. Penilaian

autentik mengajarkan kepada peserta didik tentang pembelajaran yang

bermakna. Prinsip penilaian ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran

yang menuntut peserta didik tidak sekadar memahami pengetahuan tetapi

diharapkan dapat memecahkan masalah kehidupan sehari-hari seperti halnya

karakter pembelajaran tematik. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai

peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses

maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan

tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi

Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam kurikulum 2013 kegiatan

penilaian pembelajaran di SD/MI dan jenjang pendidikan dasar dan menengah

lainya telah bergeser ke era model penilaian baru yang lebih representatif dan

mampu menggambarkan kemampuan yang senyatanya yang berhasil dikuasai

oleh siswa, atau biasa disebut penilaian autentik. Dalam permendikbud RINo.

27
66 tahun 2013 disebutkan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang

dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),

proses dan keluaran (output) pembelajaran (Prastowo, 2015: 366). Kunandar

(2014: 42- 43), menegaskan penilaian input adalah penilaian yang dilakukan

sebelum proses pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan awal peserta didik terhadap materi atau kompetensi yang akan

diajarkan.

Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung, bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian

kompetensi peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hasil

penilaian proses bisa dilakukan melalui penilaian individu maupun kelompok.

Penilaian output adalah penilaian yang dilakukan setelah proses belajar

mengajar berlangsung. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

pencapaian kompetensi dari peserta didik setelah mengikuti proses belajar

mengajar di kelas.

Berdasarkan beberapa pandapat para ahli di atas tentang penilaian

autentik dalam perspektif kurikulum 2013, dapat ditarik kesimpulannya bahwa

penilaian autentik adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan

gambaran keseluruhan kagiatan belajar siswa. Gambaran belajar siswa perlu

diketahui oleh guru agar mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa

dalam proses pembelajaran, sehingga guru bisa mengambil tindakkan untuk

mengatasi kesulitan siswa tersebut. Karena gambaran tentang kemajuan

belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran.

28
Kunandar (2014: 35), menegaskan bahwa standar penilaian

pendidikan bertujuan untuk menjamin:

1) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.

2) Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,

efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan

3) Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan

informatif.

Dilihat dari tujuan standar penilaian pendidikan ini, dapat disimpulkan

bahwa standar penilaian pendidikan ini dibuat sebagai acuan dasar penilaian

bagi guru atau tenaga kependidikan, satuan pendidikan, dan pemerintah

satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar. Standar penilaian pendidikan

adalah salah satu kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan penilaian hasil

belajar peserta didik.

b. Ruang Lingkup, Ciri-Ciri dan Prinsip Penilaian Autentik

Kegiatan memberikan nilai atau melakukan evaluasi terhadap kinerja

siswa oleh guru merupakan suatu kegiatan yang sangat menuntut pengetahuan

dan keterampilan guru. Hal ini disebabkan karena penilaian terhadap kinerja

siswa tidak hanya melihat dari satu sudut pandang tetapi untuk semua aktivitas

yang diperlihatkan siswa selama masa studinya. Ruang lingkup penilaian

autentik kurikulum 2013 ini mencakup seluruhan kinerja siswa. Dalam

penilaian autentik, siswa diminta untuk menerapkan konsep atau teori dalam

keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau keterampilan yang

29
dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan keseimbangan

antara penilaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan

jenjangnya. Contohnya untuk PAUD, TK dan SD, lebih banyak porsinya pada

soft skill (misalnya kemampuan yang perlu dilatih dan diukur, antara lain:

mengamati, motivasi berprestasi, kemauan kerja keras, disiplin,

berkomunikasi, tata krama, dll) daripada penilaian hard skill (pengukuran

penguasaan pengetahuan dan keterampilan). Dalam melakukan penilaian

autentik, guru harus memperhatikan beberapa prinsip yang sangat penting

untuk dilakukan.

Kunandar (2014: 38-39) menegaskan bahwa ruang lingkup dan ciri-

ciri penilaian autentik, sebagai berikut:

1) Ruang Lingkup Penilaian Autentik

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara seimbang sehingga

dapat menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang

telah ditetapkan, cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,

kompetensi mata pelajaran atau kompetensi muatan ataupun kompetensi

program dan proses.

2) Ciri-Ciri Penilaian Autentik

Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:

a. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur

30
aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh

peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja dan produk pastikan bahwa

kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta

didik tersebut secara nyata dan objektif.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya,

dalam melakukan penilaian kinerja peserta didik, guru dituntut untuk

melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses

(kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan

kompetensi atau kemampuan peserta didik setelah melakukan kegiatan

pembelajaran.

c. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian

terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian

(disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan berbagai sumber

atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan

penguasaan kompetensi peserta didik.

d. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian. Artinya, dalam

melakukan peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara

komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-

informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat

dijadikan bahan dalam melakukan penilaian.

e. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan nyata

setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau aktivitas yang

mereka lakukan setiap hari.

31
f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan

keluasannya (kuantitas). Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik

terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap

penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.

3) Prinsip-prinsip penilaian autentik

Selain memiliki ruang lingkup dan ciri-ciri, penilaian autentik juga

memiliki prinsip dalam penggunaannya. Abidin (2016: 94) menegaskan

bahwa adapun yang menjadi prinsip dari penilaian autentik, seperti: (a)

validitas, artinya menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan

alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi; (b) reliabilitas, artinya hasil

penilaian itu harus konsisten memungkinkan perbandingan penilaian yang

reliabel dan menjamin konsisten; (c) menyeluruh, artinya penilaian harus

dilakukan secara menyeluruh, mencakup seluruh domain yang tertuang dalam

setiap kompetensi (afektif, kognitif, dan psikomotor); (d) akuntabel, berarti

penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun

eksternal, untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya; (e) berkesinambungan,

artinya penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus

untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam

kurun waktu tertentu; (f) objektif, penilaian harus dilakukan secara objektif.

Oleh karena itu penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan criteria yang

jelas dalam pemberian skor; (g) transparan, berarti prosedur penilaian, criteria

penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak;

dan (h) mendidik, artinya proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar

32
untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru,

meningkatkan kualitas belajar, dan membina peserta didik agar tumbuh dan

berkembang secara optimal.

c. Jenis dan Instrumen Penilaian Autentik

Dalam memberikan penilaian terhadap kinerja siswa, diharapkan

pendidik memperhatikan jenis dan instrument dari penilaian autentik. Adapun

jenis dan instrumen penilaian autentik menurut Majid (2015: 62) adalah

sebagai berikut:

1) Jenis-Jenis Penilaian Autentik

a) Penilaian proyek

Proyek merupakan salah satu bentuk penilaian autentik yang berupa

pemberian tugas oleh guru kepada siswa secara berkelompok dalam jangka

waktu tertentu. Kegiatan ini sebagai implementasi dan pendalaman materi dari

pengetahuan siswa yang dalam pembelajaran, dan juga merupakan cara untuk

mengakomodasi berbagai perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari

masing-masing siswa.

b) Penilaian kinerja

Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

(1) Daftar cek (cheklist) digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya

unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub-indikator yang harus muncul

dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

33
(2) Catatan anekdot/ narasi (anecdotal/narrative records). Digunakan dengan cara

guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing

peserta didik selama melakukan tindakan.

(3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan skala numerik.

Berikut predikatnya:

4= baik sekali, 3= baik, 2= cukup, dan 1= kurang.

(4) Memori atau ingatan. Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta

didik ketika melakukan sesuatu dengan tanpa membuat catatan.

c) Penilaian portofoli

Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa (tugas-tugas) dalam

periode waktu tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian. Melalui

penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan

belajar peserta didik.

d) Jurnal

Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk menunjukkan

segala sesuatu yang telah dipelajarai atau diperoleh dalam proses

pembelajaran. Jurnal dapat digunakan untuk mencatat atau merangkum topik-

topik pokok yang telah dipelajari, perasaan siswa dalam belajar mata pelajaran

tertentu, kesulitan-kesulitan atau keberhasilannya dalam menyelesaikan

masalah atau topik pelajaran, dan catatan atau komentar siswa tentang

harapan-harapannya dalam proses aturan-aturan yang digunakan untuk menilai

kinerja siswa.

34
e) Penilaian tertulis

Penilaian autentik dapat dilakukan dengan menggunakan hasil tes tulis

sebagai salah satu cara atau alat untuk mengukur pencapaian peserta didik

terhadap kompetensi tertentu. Penilaian ter tulis biasanya dilakukan untuk

mengukur kompetensi yang sifatnya kognitif atau pengetahuan. Tes tertulis

terdiri dari memilih atau menyuplai jawaban dan uraian. Tes tertulis berbentuk

uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,

mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, menyintesis, mengevaluasi,

dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Ada dua bentuk soal tes

tertulis. Pertama soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan

(benar- salah, ya- tidak) dan menjodohkan). Dan yang kedua soal dengan

menyuplai jawaban (isian atau melengkapi, jawaban singkat, dan soal uraian).

Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu

mempertimbangkan hal-hal berikut :

(1) Materi, misalnya kesesuaian soal dengan indikator pada kurikulum;

(2) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.

(3) Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata atau kalimat yang

menimbulkan penafsiran ganda.

f) Pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah yang dikerjakan peserta didik sebagai

pendalaman penguasaan kompetensi yang diperolah dalam pembelajaran

merupakan salah satu penilaian autentik. Hasil pekerjaan rumah harus diberi

respon dan catatan oleh guru, sehingga peserta didik mengetahui kekurangan

dan kelemahan dari pekerjaan rumah yang dikerjakan.

35
g) Kuis. Kuis adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan terhadap peserta didik atas materi atau kompetensi

yang telah dikuasai oleh peserta didik.

h) Karya peserta didik. Seluruh karya peserta didik baik individual maupun

kelompok, seperti laporan diskusi kelompok, eksperimen, pengamatan,

proyek, dan lain sebagainya, dapat dijadikan dasar penilaian autentik.

i) Presentasi atau penampilan peserta didik. Presentasi atau penampilan peserta

didik di kelas ketika melaporkan proyek atau tugas yang diberikan oleh guru

dapat menjadi bahan dalam melakukan penilaian autentik.

j) Demonstrasi. Penampilan peserta didik dalam mendemonstrasikan atau

mensimulasikan suatu alat atau aktivitas tertentu yang berkaitan dengan materi

pembelajaran dapat dijadikan bahan penilaian autentik.

k) Laporan. Laporan suatu kegiatan atau aktivitas peserta didik yang berkaitan

dengan pembelajaran, seperti laporan proyek atau tugas menghitung

pertumbuhan dan kepadatan penduduk di tempat tinggal peserta didik dapat

dijadikan bahan penilaian autentik.

l) Karya tulis. Karya tulis peserta didik baik kelompok maupun individu yang

berkaitan dengan materi pembelajaran suatu bidang studi, seperti karya tulis

yang dibuat oleh peserta didik dalam lomba.

m) Kelompok diskusi. Kelompok-kelompok diskusi peserta didik, baik yang

dibentuk oleh sekolah atau guru maupun oleh peserta didik secara mandiri

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian autentik.

36
n) Wawancara. Wawancara yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik

berkaitan dengan pembelajaran dan penguasaan terhadap kompetensi tertentu

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian autentik.

2) Instrumen Penilaian Autentik

Instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik adalah instrumen

penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut adalah

deskripsi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sani (2014: 204-

206).

a) Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian terhadap kompetensi sikap melalui

observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik dan

jurnal. Instrumen yang digunakan untuk penilaian terhadap kompetensi sikap

melalui observasi, penilaian diri, penilaian antara peserta didik adalah daftar

cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan dalam jurnal berisikan

catatan dari guru. Berikut merupakan penjelasan instrument penilaian sikap.

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indra secara langsung dengan

menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator observasi

yang diamati. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam

konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar

penilaian diri. Penilaian antara peserta didik merupakan teknik penilaian yang

meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

37
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antara peserta

didik. Jurnal merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik

yang berkaitan sikap dan perilaku.

b) Penilaian kompetensi pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,

dan penugasan. Bentuk instrument yang digunakan berupa: (1) Instrumen tulis

berupa pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan

uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. (2) Instrumen tes

lisan berupa daftar pertanyaan. (3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan

rumah dan atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai

dengan karakteristik tugas.

c) Penilaian kompetensi keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui kinerja, yaitu

penilaian menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi

tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek dan penilaian portofolio.

Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang

dilengkapi rubrik.

(1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

(2) Proyek adalah tugas-tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan,

pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu

tertentu.

38
(3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan seluruh karya peserta didik dalam kompetensi tertentu yang

bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,

prestasi, dan atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

Karya tersebut dapat berupa tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian

peserta didik terhadap lingkungannya.

Berdasarkan jenis dan instrumen penilaian autentik di atas, dapat

diambil kesimpulanya bahwa dalam menilai kemampuan hasil belajar peserta

didik dapat digunakan berbagai jenis penilaian di atas. Artinya, tidak hanya

dari hasil ulangan dan latihan ketika guru mau menilai kemampuan siswanya

tetapi menilai apa yang diketahui peserta didik, dan apa yang dapat dilakukan

oleh peserta didik atau dengan perkataan lain memberikan penilaian lebih

mengutamakan penilaian kualitas hasil kerja peserta didik dalam

menyelesaikan tugas. Instrumen yang digunakan guru untuk menilai

kemampuan siswa harus berfariasi, aspek-aspek penilaian terhadap

kemampuan siswa harus secara komprehensif meliputi (sikap, pengetahuan,

dan keterampilan), dan aspek kondisi peserta didik (input, proses, dan output).

d. Karakteristik Instrumen Penilaian autentik

Seorang guru dalam membuat instrumen penilaian perlu

memperhatikan karakteristik dari suatu instrumen yang baik. Dengan

memahami karakteristik tersebut, diharapkan dapat membuat instrumen yang

baik. Adapun karakteristik instrumen yang baik adalah: valid, reliabel,

relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik, dan proporsional. Arifin

39
(Kunandar, 2013: 82) menjelaskan beberapa karakteristik instrumen di atas

sebagai berikut.

1) Valid, artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang

seharusnya diukur secara tepat. Misalnya alat ukur mata pelajaran IPA maka

hanya dipakai untuk mata pelajaran IPA bukan untuk mata pelajaran yang

lain.

2) Reliabel, artinya instrumen itu dikatakan reliabel apabila mempunyai hasil

yang relatif stabil atau konsisten.

3) Relevan, artinya instrumen yang digunakan sesuai dengan standar kompetensi,

kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

4) Representatif, artinya instrumen harus benar-benar mewakili seluruh materi

yang disampaikan.

5) Praktis, artinya instrumen tersebut mudah digunakan baik secara administratif

maupun secara teknis.

6) Diskriminatif, artinya instrumen tersebut disusun sedemikian rupa sehingga

dapat membedakan perbedaan-perbedaan yang kecil.

7) Spesifik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek

yang dievaluasi.

8) Proporsional, artinya suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang

proporsional antara soal sulit, sedang, dan mudah.

Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru perlu memperhatikan

instrumen penilaian yang digunakan. Instrumen penilaian yang digunakan

harus memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar siswa secara

40
berkesinambungan. Karena penilaian memiliki makna yang sangat penting

bagi seseorang yang sudah berhasil membuat suatu karya atau jasa tertentu.

Dalam membuat instrumen guru harus benar-benar memperhatikan

keseluruhan rangkaian kegiatan siswa, karena penilaian itu amat penting, baik

bagi siswa, guru, sekolah, dan orang tua/ wali siswa.

Widoyoko (Kunandar, 2013: 70-71), menegaskan manfaat penilaian

adalah:

a) Bagi siswa, untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti

pelajaran; kompetensi apa saja yang sudah tercapai selama siswa mengikuti

kegiatan belajar mengajar.

b) Bagi guru, untuk mengetahui siswa yang berhak melanjutkan pelajarannya

karena sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM); untuk mengetahui

apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah sesuai bagi siswa, sehingga

tidak membutuhkan perubahan; untuk mengetahui apakah strategi, metode dan

pendekatan yang digunakan sudah sesuai.

c) Bagi sekolah, untuk mengetahui penilaian yang diadakan oleh guru sudah

sesuai dengan kondisi belajar dan kultur akademik sekolah; informasi

penilaian yang diperoleh menjadi acuan apakah sekolah sudah memenuhi

Standar Nasional Pendidikan (SNP); informasi penilaian dapat menjadi bahan

acuan bagi sekolah untuk menyusun program pendidikan untuk masa yang

akan datang lebih baik.

d) Bagi orang tua/ wali siswa, untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan

kemampuan anak mereka.

41
Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan terencana dan baik

mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, telaah instrumen,

pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil

penilaian. Ketika hal ini dilakukan maka guru dapat meningkatkan mutu hasil

belajar siswa dalam pencapaian kompetensi sikap, keterampilan dan

pengetahuan secara maksimal setelah siswa selesai mengikuti proses belajar

mengajar.

e. Instrumen Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013

Guru adalah tenaga pendidik yang memiliki peran sangat penting bagi

masa depan bangsa. Oleh karena tugasnya sangat penting, guru harus

mengumpulkan informasi atau data mengenai proses dan hasil belajar peserta

didik secara cermat melalui instrument penilaian sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Kunandar (2014: 119) menegaskan instrument penilaian sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

1) Instrumen penilaian sikap

a) Pengertian Penilaian Kompetensi Sikap

Penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru

untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang

meliputi aspek menerima atau memperhatikan, merespon atau menanggapi,

menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter.

Dalam kurikulum 2013, sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan

sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk kedalam kompetensi inti 1 (KI

1) untuk sikap spiritual dan kompetensi 2 (KI 2) untuk sikap sosial. Dalam

42
kurikulum 2013 kompetensi sikap, sikap spiritual (KI 1) maupun untuk sikap

sosial kompetensi 2 (KI 2) tidak diajarkan dalam proses belajar mengajar

(PBM).

Berikut adalah uraian dari kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial

dalam kurikulum 2013.

Table 1. kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi 2 (KI 2)
untuk sikap sosial kelas I, II, dan III
Kompetensi inti kelas I Kompetensi inti kelas II Kompetensi inti kelas III
1. Menerima dan menjalankan 1. Menerima dan 1.Menerima dan
ajaran agama yang menjalankan ajaran menjalankan ajaran
dianutnya agama yang dianutnya agama yang
dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, 2. Menunjukan perilaku 2.menunjukan perilaku
disiplin, tanggung jawab, jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin,
santun peduli, dan percaya jawab, santun peduli, tanggung jawab,
diri dalam berinteraksi dan percaya diri dalam santun peduli, dan
dengan keluarga, teman berinteraksi dengan percaya diri dalam
dan guru keluarga, teman dan berinteraksi dengan
guru. keluarga, teman,
guru, dan
tetangganya.
Table 2. kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi 2 (KI 2)
untuk sikap sosial kelas IV, V, dan VI
Kompetensi inti kelas III Kompetensi inti kelas IV Kompetensi inti kelas VI
1. Menerima dan 1. Menerima dan 1. Menerima dan
menjalankan ajaran menjalankan ajaran menjalankan ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang
dianutnya
2. Menunjukan perilaku 2. Menunjukan perilaku 2.Menunjukan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin,
jawab, santun peduli, dan jawab, santun peduli, tanggung jawab,
percaya diri dalam dan percaya diri dalam santun peduli, dan
berinteraksi dengan berinteraksi dengan percaya diri dalam
keluarga, teman, guru, dan keluarga, teman, guru, berinteraksi dengan
tetangganya dan tetangganya serta keluarga, teman,
cinta tanah air. guru, dan
tetangganya serta
cinta tanah air

43
b) Ruang Lingkup Kompetensi Sikap

Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni

menerima atau memperhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau

menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter.

c) Deskripsi Instrumen Penilaian Sikap

Penilaian sikap dapat dilakukan melalui beberapa alat atau instrumen

berikut ini.

(1) Observasi

Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman

observasi berupa daftar cek (digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu

sikap atau perilaku). Sedangkan, skala penilaian menentukan posisi sikap atau

perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap. Berikut adalah contoh

instrumennya.

 Instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual

Nama siswa :

Kelas:

Kriteria Baik sekali Baik Cukup Kurang


4 3 2 1
Ketaatan Sela selalu beribadahSering Kadang-kadang Tidak
beribadah beribadah beribadah beribadah
Perilaku syukur Selalu bersyukur Sering Kadang-kadang Tidak
bersyukur bersyukur bersyukur
Berdoa sebelu selalu berdoa Sering Kadang-kadang Tidak
Dan sesudah sebelum dan berdoa berdoa sebelum berdoa
Melakukan sesudah sebelum dan sesudah sebelum dan
kegiatan melakukan dan sesudah melakukan sesudah
kegiatan melakukan kegiatan melakukan
kegiatan kegiatan
Toleransi dalm Sikap selalu Sering Kadang-kadang Tidak
beribadah. menunjukan menunjukan menunjukan Menunjukan

44
toleransi dalam sikap sikap toleransi Sikap
kehidupan toleransi dalam kehidupan Toleransi
beragama dalam beragama Dalam
kehidupan Kehidupan
beragama beragama

Pedoman Observasi Sikap Spiritual


Nama peserta didik :
Kelas :
Tanggal pengamatan:
Materi pokok :
No. Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2. Mengucapkan rasa syukur atas Karunia Tuhan
3. Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat/ presentasi
4. mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan
5. Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat
mempelajari ilmu pengetahuan
Petunjuk penskoran:

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:

skor perolehan
× 4=skor akhir
skor tertinggi
Contoh: Skor perolehan 14, skor maksimal 4, dan pernyataan ada 5. Maka,

skor maksimal × jumlah pertanyaan = 4 ×5=20

14
Diperoleh skor akhir adalah × 4=2,00
20

45
Instrumen penilaian kompetensi sikap sosial
 Instrumen Observasi Lembaran Pengamatan nilai karakter kedisiplinan siswa

No. Aspek yang diamati Melakukan


Ya Tidak
1. Masuk kelas tepat waktu
2. mengumpulkan tugas tepat waktu
3. memakai seragam sesuai tata tertib
4. Mengerjakan tugas yang diberikan
5. Tertib dalam mengikuti pembelajaran
6. Mengikuti praktikum sesuai langkah yang ditetapkan
7. Membawa buku tulis sesuai dengan mata pelajaran
8. Membawa buku teks pembelajaran

Keterangan:
Jawaban YA diberi skor 1, dan TIDAK diberi skor 0 dengan perhitungan sebagai
berikut:
skor perolehan
× 4=skor akhir
skor tertinggi
Contoh: Jawaban YA di atas sebanyak 6, maka diperoleh skor 6, dan skor tertinggi 8,
6
maka skor akhir adalah: × 4=3,00
8
 Lembaran Hasil Pengamatan observasi terhadap nilai karakter
Tgl/Bln/thn : 16, Desember 2019

Nilai karakter yang dikembangkan : Disiplin

No. Nama Perkembangan


Siswa Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
BT MT MM SM B MT MM SM B MT MM S BT M M S
T T M T M M
Ayu
1.

Dirli
2.

Eki
3.

Tian
4.

Keterangan:
BT : Belum Terlihat
MT : Mulai Terlihat

46
MB : Mulai Membudidaya
SM : Sudah Membudaya

(2) Instrumen Penilaian Diri

Bentuk instrumennya penilaian diri (untuk kompetensi sikap spiritual

dan sikap sosial) sebagai berikut.

Nama siswa : ………………………….

Mata pelajaran :…………………………..

Kelas/ semester : ………………………….

Sekolah : …………………………..

Hari/tanggal penilaian diri : ………………………….

Tema penilaian diri : Menghormati Orang Tua, Guru Dan Sesama

Anggota Keluarga

No. Pertanyaan Dilakukan


Ya Tidak
1. Saya pamit pada orang tua sebelum berangkat sekolah
2. Saya patuh kalau disuruh orang tua untuk membersihkan tempat
tidur
3. Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru
4. Saya berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa yang sopan
5. Saya tidak pernah bertengkar dengan adik/kakak
6. Saya belajar di rumah dengan adik/kakak dengan tertib
7. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik
8. Saya berbicara dengan guru dengan menggunakan bahasa yang
sopan
9. Saya bermain dengan adik/ kakak dengan rukun
10. Kalau ada masalah dengan adik/kakak akan diselesaikan dengan
baik
11. Saya belajar di rumah tunggu di suruh oleh orang tua
12. Saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah
Keterangan :

(a) Bila menjawab ya pada pernyataan positif maka skornya 1 dan menjawab

tidak pada pernyataan skornya 0.

47
(b) Bila menjawab ya pada pernyataan negatif maka skornya 0 dan menjawab

tidak skornya 1.

(c) Guru hendaknya memadu pemahaman peserta didik terhadap instrumen

penilaian diri, terutama dalam memahami pernyataan, sehingga tidak salah

tafsir.

Langkah pengolahan penilaian diri di atas adalah sebagai berikut:


1. Memberikan skor untuk masing-masing butir pernyataan

2. Menjumlahkan skor perolehan

3. Memasukan skor perolehan ke dalam rumus nilai dan menghitung hasilnya,

skor perolehan
yaitu: × 100=skor akhir
skor maksimal

9
×100=¿ 75 Konversi skala 4:
12

17
× 4=3,00
100

Keterangan penilaian :

1. Nilai 91- 100 berarti amat baik atau SM (sudah membudidaya/ A(amat baik))

2. Nilai 71- 90 berarti baik atau MM (mulai membudidaya/ B (baik))

3. Nilai 61- 70 berarti cukup atau MT (mulai terlihat/ C (cukup))

4. Nilai kurang dari 61 berarti kurang atau BT (belum terlihat/ D(kurang))

(3) Penilaian Antarteman

Penilaian antarpeserta didik merupakan penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk saling menilai temannya terkait dengan

pencapaian kompetensi, sikap atau perilaku keseharian peserta didik. Penilaian

48
antarteman juga bisa dilakukan pada saat berdiskusi kelompok atau kerja

kelompok.

Nama peserta didik yang diamati :

Kelas :

Waktu pengamatan :

No. Perilaku/ sikap Muncul/dilakukan


Ya Tidak
1. Mau menerima pendapat teman
2. Memaksa teman untuk menerima pendapatnya
3. Memberi solusi terhadap pendapat yang bertentangan
4. Dapat bekerja sama dengan teman yang beda status sosial,
suku, dan agama

Kterangan :
1. Prilaku atau sikap pada instrumen di atas, untuk yang berbunyi positif (YA)

diberi skor 2, dan TIDAK diberi skor 1. Sebaliknya jika sikapnya berbunyi

negatif, YA=1 dan TIDAK= 2

2. Selanjutnya membuat rekapitulasi hasil penilaian mengenai sikap

Contoh formatnya sebagai berikut

No. Nama Pengama Skor prilaku/sikap Jumlah Nilai Kriteria


ta 1 2 3 4 5 dst skor sikap
1. Eki Ani 2 1 2 2 … … 7 3,50 B
2. Alber Tian 2 2 2 2 … … 8 4,00 A
Keterangan:
(a) jumlah skor maksimal= jumlah pertanyaan×2

(b) Skor maksimal seperti pada instrumen di atas adalah 4 ×2=8

jumlah skor perolehan


nilai sikap= ×4
skor maksimal

(c) Dari contoh di atas berarti nilai sikap yang didapat oleh Eki adalah

49
7
nilai sikap= ×4=3,5. Jadi, nilai sikap yang diperoleh Eki adalah 3, 50
8

(d) nilai yang didapat oleh Alber adalah

8
nilai sikap= ×4=4,00. Jadi, nilai sikap yang diperoleh Alber adalah 4,00
8

(sangat bagus)

(4) Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang

berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta

didik yang berkaitan dengan sikap dan prilaku (Majid, 2015: 176). Beberapa

hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah:

(a) Catatan atas pengamatan guru harus objektif.

(b) Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah

kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan kompetensi inti.

(c) Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda).

Contoh penilaian jurnal

Hari/pertanggal:

Nama Catatan Tindak lanjut


Arman
Mutiara
Albi
Aman

2) Instrumen Penilaian Pengetahuan

Menurut Sani (2014: 220-229), teknik penilaian pengetahuan

dilakukan dengan menggunakan tes tulis, tes lisan, dan instrumen penugasan.

a) Tes Tertulis

50
Bentuk soal tes tertulis terdiri dari bentuk objektif dan nonobjektif. Tes

objektif meliputi: (a). Tes pilihan ganda, beberapa kaidah yang umum

digunakan dalam menulis soal pilihan ganda meliputi (1) Materi soal, yaitu

soal harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran, hindari soal yang

mengandung lebih dari satu persoalan, tingkat kesukaran soal harus

diperhatikan, dan pilihan jawaban harus homogeny dan logis ditinjau dari segi

materi., (2). Konstruksi sosial, yaitu pokok soal harus dirumuskan dengan

secara jelas dan tegas, rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus

berkaitan dengan materi yang ditanyakan, rumusan pokok soal jangan

memberi petunjuk untuk jawaban yang benar, hindari menggunakan kalimat

negatif dalam pokok soal, pokok soal jangan mengandung pernyataan yang

bersifat negatif ganda, panjang kalimat untuk semua pilihan jawaban harus

relatif sama, setiap soal harus memiliki satu jawaban yang tepat atau benar,

pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan semua pilihan jawaban di atas

salah dan semua pilihan jawaban di atas benar, pilihan jawaban yang

berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka

tersebut dan pilihan jawaban berbentuk angka yang menunjukkan waktu harus

disusun secara kronologis, gambar, grafik, tabel, dan diagram yang terdapat

pada soal harus jelas dan berfungsi, butir materi soal jangan bergantung pada

jawaban soal sebelumnya; dan hindari menggunakan kalimat yang merupakan

opini personal. (3). Bahasa, yaitu setiap soal harus menggunakan bahasa yang

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, jangan menggunakan kata yang

hanya berlaku setempat jika soal akan digunakan secara nasional atau di

51
daerah lain, dan pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frasa yang bukan

merupakan satu kesatuan pengertian. (4) Tes bentuk dua pilihan jawaban.

Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam menulis soal bentuk dua

pilihan jawaban, yaitu rumusan butir soal harus jelas dan pasti benar atau pasti

salah, jumlah butir soal yang jawabannya benar dan salah hendaknya dibuat

seimbang, rumusan setiap butir soal sebaiknya dibuat relatif sama panjang,

susunan pernyataan yang benar dan penyataan salah seharusnya diatur secara

random (acak), dan hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks. (5)

Soal bentuk menjodohkan. Soal bentuk menjodohkan terdiri dari dua

kelompok pernyataan, yang diletakkan pada dua lajur. Kelompok pertama

ditulis pada lajur disebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal.

Sementara itu, kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya

merupakan pernyataan jawaba. Kaidah penulisan soal menjodohkan, meliputi

(a) tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri dan pernyataan jawaban dalam

lajur kanan atau sebaliknya; (b) tulislah pernyataan jawaban lebih banyak

daripada pernyataan soal; (c) susunlah jawaban yang berbentuk angka secara

berurutan dari besar kekecil atau sebaliknya; dan (d) tulislah petunjuk cara

mengerjakan tes secara jelas sebelum menuliskan soal tes. (6) Soal isian

singkat. Kaidah penulisan soal dengan bentuk isian singkat, meliputi (a) soal

harus sesuai dengan indicator; (b) pokok soal harus menggunakan kaidah

bahasa Indonesia yang baik dan benar; (c) jawaban yang dituntut oleh soal

harus singkat dan pasti; (d) soal tidak merupakan kalimat yang dikutip

langsung dari buku; (e) pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban;

52
dan (f) bagian kalimat harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian atau dua

bagian, agar tidak membingungkan peserta tes. (7) Soal uraian. Beberapa

kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal uraian, meliputi (a)

materi soal; (b) konstruksi soal; dan (c) bahasa soal.

b) Tes Lisan

Tes lisan pada umumnya diajukan pada saat proses belajar mengajar.

Guru dapat mengajukan tes lisan atau pertanyaan dengan tingkat kesukaran

yang beragam, mulai dari tingkat ingatan samapai kreasi. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan lisan, seperti (a) gunakan

kalimat yang dapat dipahami siswa. Pemilihan kata dan penyusunanya harus

disesuaikan dengan tingkat pendidikan; (b) struktur pertanyaan diajukan

dengan urutanyang sesuai. Guru memberikan pertanyaan yang mudah terlebih

dahulu kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih sulit; (c)

perhatikan keseimbangan atau jumlah pertanyaan divergen dan konvergen,

serta pertanyaan mudah dan sulit; (d) lakukan pindah giliran dan upayakan

partisipasi semua siswa untuk menjawab pertanyaan; (e) pendistribusian

pertanyaan dilakukan secara acak pada seluruh siswa; dan (f) berikan waktu

tunggu untuk menjawab pertanyaan karena tiap siswa memiliki kemampuan

berbicara dan berpikir yang berbeda.

53
Bentuk instrument pengetahuan menurut Prastowo (2015: 388-389)

Teknik penilaian : Tes Tertulis


Bentuk : Esai

A. Soal uraian
Jawab pertanyaan dibawah ini dengan uraian yang benar dan jelas!
1. Jelaskan 3 faktor yang menyebabkan islam cepat berkembang di Indonesia! (skor: 30)
2. Sebutkan 5 dari 9 Walisongo sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam di Jawa! (skor: 25)
3. Sebutkan 4 kerajaan Islam peninggalan zaman Islam yang berada di pulau jawa! (skor: 20)

A. Faktor-faktor yang menyebabkan islam cepat berkembang di Indonesia


Rubrik penskoran: skor
Siswa mampu menjelaskan 3 faktor dengan tepat 30
Siswa mampu menjelaskan 2 faktor dengan tepat 20
Siswa hanya mampu menjelaskan 1 faktor dengan tepat 10
B. Nama-nama Walisongo
Rubrik penskoran: skor
Siswa mampu menyebutkan 5 dari 9 wali dengan tepat 25
Siswa mampu menyebutkan 4 dari 9 wali dengan tepat 20
Siswa mampu menyebutkan 3 dari 9 wali dengan tepat 15
Siswa mampu menyebutkan 2 dari 9 wali dengan tepat 10
Siswa mampu menyebutkan 1 dari 9 wali dengan tepat 5
C. Kerajaan-kerajaan islam di Jawa
Rubrik penskoran: skor
Siswa mampu menyebutkan 4 dari 5 kerajaan islam di Jawa dengan tepat 20
Siswa mampu menyebutkan 3 dari 5 kerajaan islam di Jawa dengan tepat 15
Siswa mampu menyebutkan 2 dari 5 kerajaan islam di Jawa dengan tepat 10
Siswa mampu menyebutkan 1 dari 5 kerajaan islam di Jawa dengan tepat 5
Pedoman Penskoran:
Bobot skor masing-masing soal: Soal No. 1= 30, Soal No. 2= 25, dan Soal No. 3=20
Rumus: Nilai N 1 + N 2 + N 3
Keterangan:
N 1=skor yang diperoleh dari soal No.1
N 2=skor yang diperoleh dari soal No.2
N 3=skor yang diperoleh dari soal No.3

54
3) Instrumen Penilaian Keterampilan

Menurut Sani (2014: 229) aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:

a) Tes praktik

Tes praktik dilakukan untuk menilai kompetensi siswa dalam keterampilan

tertentu, misalnya berbicara, berenang, berlari, memainkan sebuah alat musik,

menggunakan alat ukur, mengelas, mengemudi, memperbaiki sistem

kelistrikan sebuah mobil.

b) Penilaian proyek

Proyek belajar adalah tugas belajar yang harus diselesaikan oleh siswa dalam

waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa suatu penelitian, poster, dan karya

seni. Penilaian proyek dilakukan terkait dengan proses dan produk yang

dihasilkan.

c) Penilaian portofolio

Penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara

sistematis dan terorganisir yang dilakukan selama kurun waktu tertentu.

Bentuk instrumen penilaian keterampilan


Contoh: lembar penilaian untuk keterampilan komunikasi lisan
Standar Penilaian
Sanagat Baik Memadai Perlu
baik diperbaiki
Mengidentifikasi maksud pembicaraan
Menggunakan tata bahasa yang tepat
Berbicara secara jelas dan mudah dimengerti
Menggunakan pilihan kosa kata yang tepat
Intonasi suara sesuai dengan pesan yang disampaikan
Menyatakan pendapat dengan bahasa yang sesuai
Melihat lawan bicara dan menjaga kontak mata

55
Menghadap lawan bicara

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini memiliki penelitian terdahulu oleh Budiarti (2015) dan Jaariyah

(2018).

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Budiarti (2015) berjudul

“Implementasi Penilaian Autentik pada Pembelajaran Tematik Kelas IV di

MIN Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru sudah

menggunakan berbagai teknik dan bentuk instrumen penilaian untuk menilai

siswanya.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Jaariyah (2018) dengan

judul “Implementasi Metode Penilaian Autentik pada Kurikulum 2013 Di

SD Islam Terpadu Al Inayah Pamulang” Hasil dari penelitian ini

menunjukan tiga kesimpulan. Yang pertama, persiapan penilaian autentik

dalam kurikulum 2013 yang dilakukan guru dalam pembelajaran tematik

dinilai dari ranah pengetahuan dan keterampilan, dengan membuat indikator

penilaian yang telah ada didalam RPP. Yang kedua, pelaksanaan penilaian

autentik dalam kurikulum 2013 pada pembelajaran tematik dinilai pada

ranah pengetahuan dan keterampilan. Dalam ranah pengetahuan guru

menggunakan teknik tes tulis, dan penugasan yang telah disiapkan pada

RPP. Pelaksanaan penilaian keterampilan pada pembelajaran tematik

menggunakan teknik kinerja. Yang ketiga, pelaporan penilaian autentik

dalam kurikulum 2013 pada pembelajaran tematik berbentuk nilai yang

56
sesuai dengan KKM yang telah disepakati. Setelah guru mendapatkan hasil

penilaian, guru mencatat pada buku nilai, selanjutnya pelaporan penilaian

yang diberikan pendidik kepada peserta didik disertai dengan feedback

sehingga dapat dijadikan acuan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

Hal yang menjadi ciri khas atau kebaruan dari penelitian sebelumnya

di atas dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah Pelaksanaan

atau penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik Kurikulum

2013 di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai, model

instrumen dari setiap jenis penilaian autentik yang diterapkan di SDK Gapong

Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai, dan kendala yang dihadapi oleh guru

di SDK Gapong dalam membuat instrumen penilaian autentik.

C. Kerangka Berpikir

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik untuk menentukan seberapa

jauh tujuan telah tercapai. Dari setiap proses kegiatan pendidikan yang

dilakukan oleh guru, selalu berujung pada evaluasi atau penilaian. Penilaian

selama ini, selalu berfokus pada satu titik yaitu perhatian penuh kepada aspek

pengetahuan. Lahirnya Kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mempersiapkan

manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

dan peradaban dunia.

57
Kurikulum 2013 mensyaratkan penggunaan penilaian autentik

(authentic assesment), di mana siswa dinilai kesiapannya, proses, dan hasil

belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan

menggambarkan kapasitas dan perolehan belajar siswa. Namun yang menjadi

kendala dalam dunia pendidikan sekarang, lebih khusus yang dialami oleh

guru di SDK Gapong yakni mereka belum memahami bagaimana cara menilai

kinerja siswa dalam proses pembelajaran tematik sebagaimana yang dituntut

oleh kurikulum 2013. Guru belum memahami secara mendalam tentang

instrumen penilaian untuk menilai tiga kompetensi, yaitu kompetensi sikap,

kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Selain itu,

pengetahuan guru tentang cara menilai kompetensi sikap dan keterampilan

selama proses pembelajaran berlangsung masih minim. Atas dasar masalah

inilah penulis tertarik melakukan penelitian yang ilmiah dengan focus

terhadap implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran tematik

kurikulum 2013 di SDK Gapong.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu menerapkan

sistem penilaian berbasis autentik, instrumen penilaian yang autentik, dan

dilakukan dengan terencana dan baik mulai dari penentuan instrumen,

penyusunan instrumen, telah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil

penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian. Hal ini dilakukan, agar

guru dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan penyusunan instrumen

penilaian autentik dan juga dapat meningkatkan mutu hasil belajar siswa

58
dalam pencapaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan secara

maksimal setelah siswa selesai mengikuti proses belajar mengajar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2015: 336), metode deskriptif kualitatif adalah penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada. Dalam tulisan ini, peneliti mendeskripsikan implementasi

penilaian autentik dalam pembelajaran tematik Kurikulum 2013 di SDK

Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai, model instrumen dari setiap

jenis penilaian autentik yang diterapkan di SDK Gapong Kecamatan Cibal

Kabupaten Manggarai, dan kendala yang dihadapi oleh guru di SDK Gapong

dalam membuat instrumen penilaian autentik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung di SDK Gapong, Kecamatan Cibal

Kabupaten Manggarai, dan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2020.

C. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, yang menjadi datanya adalah implementasi

penilaian autentik dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013. Sedangkan,

59
yang menjadi sumber datanya adalah kepala sekolah, dan guru di SDK

Gapong.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik

wawancara, dokumentasi, dan observasi. (Yolanda, 2015: 7-8) menjelaskan

ketiga teknik di atas sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan

melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.

Dalam melaksanakan pengamatan, sebelumnya peneliti akan mengadakan

pendekatan dengan subjek penelitian sehingga terjadi keakraban antara

peneliti dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengamatai

proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dari awal sampai akhir terkait

dengan bagaimana guru menilai kompetensi siswa yang menggunakan

instrumen penilaian autentik di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten

Manggarai. Sedangkan untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan

instrumen berupa pedoman observasi.

b. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal atau percakapan

dengan maksud memperoleh informasi dan objek. Wawancara dilakukan oleh

60
dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara

yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Teknik wawancara yang

digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Tujuan untuk mendapatkan

informasi atau data tentang implementasi penilaian autentik dalam

pembelajaran tematik kurikulum 2013 di SDK Gapong, yang diwawancarai

adalah kepala sekolah, dan guru – guru di SDK Gapong. Untuk mendapatkan

data tersub di atas, instrument yang digunakan oleh peneliti berupa lembaran

pedoman wawancara, alat perekam berupa handphone.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berupa jumlah data yang disimpan yang berbentuk surat,

lapoaran, dan sebagainya. Sifat utama dokumentasi ini tidak terlepas pada

ruang dan waktu sehingga memberi ruang kepada peneliti untuk mengetahui

hal-hal yang dibutuhkan dan dalam dokumentasi juga menggunakan catatan

lapangan, kamera, catatan lapangan, dan sebagainya. Kaitannya pengumpulan

data dengan komunikasi maksudnya bahwa informasi-informasi yang

diperoleh melalui wawancara akan lebih akurat dan valid jika dilengkapi

dengan bukti dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

handphone untuk memotret proses kegiatan selama masa observasi dan

wawancara berlangsung dan dokumen- dokumen penting yang bertujuan

untuk yang akan mendukung data sesuai dengan masalah yang dikaji oleh

peneliti.

E. Prosedur Penelitian

61
Prosedur penelitian ini menggunakan dua cara yaitu studi kepustakaan

dan studi lapangan. Studi kepustakaan merupakan salah satu prosedur

penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelum melaksanakan penelitian. Hal

ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh penulis, untuk mengkaji

lebih dalam tentang beberapa referensi dasar yang relevan dengan masalah

dalam penelitian. Sedangkan studi lapangan merupakan langkah kedua dari

penelitian ini dengan tujuan agar penulis memperoleh data relevan tentang

implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013

di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan teknik reduksi

data, penyajian data, dan penarikkan kesimpulan. Sugiyono (2015: 338- 345),

menjelaskan tiga teknik tersebut berikut ini:

1. Reduksi Data

Reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi yang

merupakan usaha untuk membuat rangkuman yang inti, proses dan

pernyataan-pernyataan dari informan di lapangan yang perlu mendapatkan

garis bawah atau dianggap penting. Rangkuman- rangkuman tersebut tentu

saja dijadikan bahan penulisan untuk kemudian disajikan dengan memilih data

yang pokok atau inti. Reduksi data yang dilakukan juga dengan jalan membuat

koding setiap hasil wawancara dengan responden untuk mengetahui data mana

saja yang dianggap penting dan relevan.

62
Data yang direduksi dalam tulisan ini adalah data lapangan mulai dari

hasil wawancara awal, hasil observasi, dan dokumentasi yang berkaitan

dengan implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran tematik

kurikulum 2013 di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun secara

naratif yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya adalah dalam bentuk bagan atau

tabel yang memuat informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara

sehingga mengharuskan penulis untuk mampu menarik kesimpulan dengan

baik dan mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Tahap akhir dari analisis data ini adalah penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara dan akan

berubah bila ditemukanya bukti-bukti yang kuat yang akan mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang akan dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini uji keabsahan data dilakukan dengan

menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan kegiatan untuk

mengumpulkan dan mengecek kembali informasi dari sumber data yang ada,

63
sehingga pada akhirnya ditemukan kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya

secara menyeluruh (Sukmadinata, 2010: 289).

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui triangulasi sumber

untuk menguji kreadibilitas yang dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber yang beragam yang masih terkait

satu sama lainya. Triangulasi sumber dilakukan dengan menggunakan

beberapa informan yaitu bagian kurikulum, kepala sekolah, dan guru-guru di

SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai. Dalam penelitian ini

hanya melakukan perbandingan teknik observasi dan wawancara dari hasil

penelitian baik itu dari bagian kurikulum, kepala sekolah, dan juga guru-guru.

64
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2016. “Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum


2013”. Bandung: PT Refika Aditama

Anisa, Arifiana, Alita ., &an Jaenudin Amat. 2015. “Evaluasi Penerapan Penilaian
Otentik Pada SMK Keahlian Keuangan di Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Jurnal Evaluasi Pendidikan. 3(1), 2

Arifian, D. Florianus. 2019. “Menalar Problem dan Polemik Bahasa”.


Yogyakarta: PT. Kanisius

Barung, Kanisius. 2013. “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas


Rendah Sekolah Dasar”. Ruteng: CV. Graffiko

Budiarti, Yuyun. 2015. Analisis Implementasi Metode Penilaian Autentik pada


Kurikulum 2013 di SD Islam Terpadu Al Inayah Pamulang. Dalam
http://www.google.com/search?
q=Budiarti+2015+implementasi+penilaian+autentik+pada+pembelajaran
+tematik+kelas+IV. Diunduh pada tanggal 14 Desember 2019

Depdiknas.(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Faisal, &kk. 2019. Deskripsi Implementasi Penilaian Autentik Berbasis High


Order Thingking Skill (HOTS) dalam Menjawab Tantangan Abad 21
Sekolah Dasar Kota medan. ESJ. 9 (2)

Haryati, Mimin. 2013. “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan
Pendidikan”. Jakarta: Referensi Ciputat Mega Mall

65
Hidayat, Sholeh. 2013. “Pengembangan Kurikulum Baru”. Bandung: PT: Remaja
Rosdakarya

Jaariyah, Ainun. 2018. Analisis Implementasi Metode Penilaian Autentik pada


Kurikulum 2013 di SD Islam Terpadu Al Inayah Pamulang. Dalam
http://repository.unjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/39988. Diunduh
pada tanggal 08 Maret 2020

Kunandar. 2014. “Penialain Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada

Kurniasih, Imas dan Berlin, Sani. 2014. “Sukses Mengimplementasikan Kurikulum


2013memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013 ”. Jakarta: Kata
Pena
Majid, Abdul. 2014. “Pembelajaran Tematik Terpadu”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Majid, Abdul. 2015. “Penilaian Autentik Proses Dan Hasil Belajar”. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. H. 2016. “Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013”.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pantiwati. 2013. Hakekat Asesmen Autentik dan Penerapannya Dalam


Pembelajaran Biologi. JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains). 1 (1):
1-10

Poerwati, E. Leoloek dan Sofan, Amri. 2013. “Panduan Memahami Kurikulum


2013 Sebuah Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Masa Depan”. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya

Prastowo, Andi. 2015. “Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)


Tematik Terpadu”. Jakarta: Prenadamedia Group

Sani, Abdullah. 2014. “Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum


2013”. Jakarta: Bumi Aksara

Stepy, Y. 2015. Penelitian Kualitatif. JOM FISIP. 3(1), 15-18.

Sugiyono. 2015. “Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif R&D”. Bandung:


Alfabeta

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Depdiknas

66
Wuryani, Wuri dan Muhamad, Irham. 2014. Penilaian dalam Perspektif
Kurikulum 2013. Insania. 19 (3), 184

Instrumen Observasi Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Penilaian


Autentik
Kurikulum 2013 dengan Narasumber
di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai

Nama : BIATA DIHAM


NPM : 16.31.3048

Judul : Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Tematik


Kurikulum 2013 di SDK Gapong Kecamatan Cibal Kabupaten
Manggarai

PEDOMAN OBSERVASI PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


DI DALAM KELAS “PENILAIAN AUTENTIK”
Lembaran Observasi : Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Fokus Pengamatan : Pelaksanaan Pembelajaran dan Kegiatan Penilaian
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
Kelas pengamatan :
Tema :
Subtema :
Pembelajaran Ke :
Hari/Tanggal :

67
Kelas/Semester :
No Variabel Subvariabel Aspek Yang Diamati Terlaksana
Ya Tidak
terlaksana
A. Persyaratan 1. Alokasi Waktu Alokasi waktu jam tatap
Jam Tatap
Pelaksanaan muka
Muka
Proses Pembelajaran pembelajaran untuk SD/MI
Pembelajaran adalah
35 menit
2. Buku Teks Buku teks pelajaran yang
Pelajaran digunakan jumlahnya
disesuaikan dengan
kebutuhan
peserta didik
3. Pengelolaan 1. Guru menyesuaikan
Kelas pengaturan tempat duduk
peserta didik sesuai denan
tujuan dan karakteristik
proses pembelajaran
2. Volume dan intonasi
suara guru dalam proses
pembelajaran harus dapat
didengar dengan baik oleh
peserta didik
3. Guru wajib menggunakan
kata-kata santun, lugas
dan mudah dimengerti
oleh peserta didik
4. Guru menyesuaikan
materi pelajaran dengan
kecepatan dan

68
No Variabel Subvariabel Aspek Yang Diamati Terlaksana
Ya Tidak
terlaksana
kemampuan belajar
peserta didik
5. Guru menciptakan
ketertiban, kedisiplinan,
kenyamanan, dan
keselamatan dalam
menyelenggarakan proses
pembelajaran
6. Guru memberikan
penguatan dan umpan
balik terhadap respons
dan hasil belajar peserta
didik selama proses
pembelajaran berlangsung
7. Guru mendorong dan
menghargai peserta didik
untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat
8. Guru memulai dan
mengakhiri proses
pembelajaran sesuai
dengan waktu yang
dijadwalkan
B. Pelaksanaan 1. Tahap 1. Pengintegrasian tema
Proses Persiapan
Pembelajara 2. Menggunakan fase
saintifik

69
No Variabel Subvariabel Aspek Yang Diamati Terlaksana
Ya Tidak
terlaksana
3. Menggunakan media
pembelajaran

2. TAHAP 1. Pelaksanaan penilaian


Penilaian Atau autentik
Evaluasi

2. Melaksanakan kegiatan
penilaian autentik aspek
afektif di kelas pada saat
proses pembelajaran
3. Melaksanakan penilaian
autentik aspek kognitif di
kelas pada saat proses
pembelajaran
4. Pelaksanaan penilaian
aspek psikomotor di
kelas
5. Guru menggunakan
rubrik penilaian autentik
pada saat menilai
kompetensi sikap siswa
selama proses
pembelajaran berlangsung
6. Guru menggunakan
rubrik penilaian pada saat
menilai kompetensi
pengetahuan siswa selama

70
No Variabel Subvariabel Aspek Yang Diamati Terlaksana
Ya Tidak
terlaksana
proses pembelajaran
berlangsung
7. Guru menggunakan
rubrik penilaian pada saat
menilai kompetensi
pengetahuan siswa selama
proses pembelajaran
berlangsung
8. Guru menggunakan
model penilaian diri,
penilaian teman
sewat,jurnal, dan
peodman observasi untuk
menilai kompetensi sikap
siswa
TahapImplementasi 1. Apresepsi
3. pendahuluan a. Memotivasi

b. Menyiapakan/
memberikan masalah
Penutup 1. Memberikan tugas
2. Mengevaluasi/melakukan
3. penilaian hasil belajar
4. Doa penutup

71
INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN NARASUMBER
DI SDK GAPONG KECAMATAN CIBAL
KABUPATEN MANGGARAI

Nama : Biata Diham


NPM : 16. 31. 3048
Judul : Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran
Tematik kurikulum 2013 di SDK Gapong Kecamatan Cibal
Kabupaten Manggarai
Responden : Guru 1,2,3, 4, 5, 6, …
WaktuWawancara :

Variabel Subvariabel / Pertanyaan


Indikator
Implementasi A. Perencanaan 1. Apakah ketersediaan dokumen kurikulum 2013 di sekolah ini sudah
Penilaian
memadai?
Autentik
Dalam Jika ka ya, coba jelaskan…
Pembelajaran
Jika tidak, coba jelaskan…
Tematik
Kurikulum 2. Apakah bapak/ Ibu sudah memiliki panduan terkait dengan standar
2013
kompetensi lulusan, standar isi , kompetensi inti, dan standar proses
penilaian kurikulum 2013?
Jika ya, jelaskan…
Jika tidak, jelaskan…
3. Apakah proses pembelajaran sudah diselenggarakan secara
integratif?
Jika ya, jelaskan…
Jika tidak, jelaskan…
4. Apakah dalam proses pembelajaran Bapak/Ibu pendekatan ilmiah
(saintifik)?
Jika ya, seperti apa…

72
Variabel Subvariabel / Pertanyaan
Indikator
Jika tidak, mengapa…
5. Apakah penilaian hasil belajar siswa yang diterapkan oleh Bapak/Ibu
sudah berbasis proses dan produk?
Jika ya, jelaskan…
Jika tidak, jelaskan…
6. Apakah RPP yang dibuat buat oleh Bapak/Ibu sudah mengikuti
panduan RPP Tematik integratif?
Jika ya, berikan alasan…
Jika tidak, berikan alasan…
B. Implementa
1. Bagaimana kesiapan Bapak/Ibu dengan berlakunya kurikulum 2013?
si
2. Apakah sekolah ini sudah mendapatkan kesempatan untuk ikut
seminar, pembekalan atau pelatihan terkait bagaimana cara
menerapkan kurikulum 2013?
3. Jika sudah, point-poin apa saja yang sudah Bapak/Ibu ketahu tentang
penerapan pembelajaran Kurikulum 2013?
Jelaskan…
4. Jika belum, bagaimana cara Bapak/ Ibu untuk dapat menerapkan
Kurikulum 2013?
5. Apakah proses pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan di kelas sudah
menerapakan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013?
6. Jika sudah apakah dalam proses penerapannya pembelajaran dalam
kelas, Bapak/ Ibu sudah menerapkannya sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013?
7. Model penilaian seperti apakan yang Bapak/Ibu gunakan dalam
proses pembelajaran di kelas?
8. Apakah ada kendala dalam menerapkan Kurikulum 2013 tersebut
dalam proses pembelajaran?
9. Apakah mata pelajaran yang dibuat oleh Bapak/Ibu dalam proses
pembelajaran sudah mengatur keterhubungan antara mata pelajaran

73
Variabel Subvariabel / Pertanyaan
Indikator
satu dan yang lainnya yang memiliki kompetensi dasar yang diikat
oleh kompetensi inti?
Jika ya, berikan alasannya…
Jika tidak, apa alasannya…
10. Apakah mata pelajaran yang dipadukan oleh Bapak/Ibu, dalam satu
tema dan subtema sudah mendukung pencapaian keterpaduan
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan?
Jika ya, jelaskan…
Jika tidak, jelaskan…
11. Apakah semua mata pelajaran yang diajarkan oleh Bapak/Ibu sudah
menggunakan pendekatan saintifik?
Jika ya, seperti apa…
Jika tidak, apa alasan…
12. Apakah proses pembelajaran yang diajarkan oleh Bapak/Ibu di kelas
menggunakan pendekatan saintifik melalui proses:
a. Mengamati
b. Menanya
c. mencoba
d. menalar, dan
e. mengkomunikasikan?
Jika ya, berikan alasan..
Jika tidak, apa alasannya..
13. Apakah dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh Bapak/Ibu
sudah menuntut keaktifan, kreatif, dan inovatif, siswa dalam setiap
pemecahan masalah?
Jika ya, jelaskan…
Jika tidak, jelaskan…
14. Apakah Bapak/Ibu guru dalam proses pembelajaran, penilaian yang
dilakukan sudah mengukur semua aspek kompetensi siswa?

74
Variabel Subvariabel / Pertanyaan
Indikator
Jika ya, jelaskan…
Jika tidak, jelaskan
15. Penilaian apa yang digunakan oleh Bapak/Ibu dalam proses
pembelajaran, untuk menilai kompetensi siswa?
16. Sesuaai dengan tuntutan Kurikulum 2013 bahwa penilaian untuk
kompetensi siswa lebih menekankan pada penilaian Autentik.
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terkait dengan sistem penilaian
ini?
17. Apa yang Bapak/Ibu katahui tentang penilaian Autentik?
18. Apakah Bapak/Ibu dalam proses pembelajaran di kelas sudah
menerapkan sistem penilaian autentik?
19. Apakah dalam Proses pembelajaran Bapak/ Ibu, menyiapkan rubrik
penilaian untuk semua kompetensi siswa?
a. Jika ya, seperti apakah bentuk instrument penilaian autentik
yang Bapak/Ibu gunakan dalam menilai kompetensi siswa?.,
b. Jika tidak, mengapa tidak menyiapkan instrumen penilaian
autentik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran?
20. Jenis penilaian apa yang digunakan oleh Bapak/Ibu dalam proses
pembelajaran, untuk menilai kompetensi sikap siswa?
Berikan alasannya…
21. Jenis penilaian apa yang digunakan oleh Bapak/Ibu dalam proses
pembelajaran, untuk menilai kompetensi keterampilan siswa?
Berikan alsannya…
22. Jenis penilaian apa yang digunakan oleh Bapak/Ibu dalam proses
pembelajaran, untuk menilai kompetensi pengetahuan siswa?
Berikan alsan,…
23. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk menilai kompetensi siswa dalam
proses pembelajaran secara integratif?
24. Bagaima cara Bapak/ Ibu untuk menilai KI 3 pada kompetensi

75
Variabel Subvariabel / Pertanyaan
Indikator
pengetahuan siswa dengan menggunakan penilaian autentik?
25. Seperti apakah tenik penilaian autentik yang Bapak/ Ibu gunakan
dalam menilai kompetensi pengetahuan siswa dalam pembelajaran?
26. Bagaima cara Bapak/ Ibu untuk menilai KI 4 pada kompetensi
keterampilan siswa?
27. Seperti apakah Model instrumen penilaian autentik yang Bapak/Ibu
gunakan dalam menilai kompetensi sikap siswa dalam proses
pembelajaran
28. Seperti apa model instrumen penilaian yang digunakan oleh
Bapak/Ibu dalam proses pembelajaran untuk menilai tiga kompetensi
siwa (sikap, keterampilan, dan pengetahuan)?
Seperti apa, dan jelaskan…
29. Apakah Bapak/ Ibu memiliki kendala atau hambatan dalam membuat
rubrik penilaian autentik untuk mengukur kompetensi keterampilan
siswa?
30. Seperti apakah manfaat penilaian kompetensi siswa dalam proses
pembelajaran bagi Bapak/ Ibu?
31. Nilai yang dibuat oleh Bapak/ Ibu dalam proses pembelajaran,
seterusnya nilai itu digunakan untuk apa, dan apakah ada laporan
dari guru kepada siswa terkait dengan nilai yang diperolehnya?
32. Apa manfaat atau kegunaan bagi Bapak/Ibu, kumpulan-kumpulan
nilai siswa selama proses pembelajaran berlangsung?
33. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengisi nilai raport siswa, dalam bentuk
raport kurikulum 2013, dengan berpatok pada nilai-nilai yang
diperoleh siswa selama proses pembelajaran satu atau dua semester?

C. Manfaat 1. Apa manfaat penilaian kompetensi siswa bagi Bapak/Ibu?


2. Menurut Bapak/Ibu, apa manfaat laporan penilaian dari Bapak/Ibu
dan
bagi sekolah, orang tua siswa dan bagi siswa itu sendiri?
pelaporan
3. Bagaimana mekanisme laporan penilaian hasil belajar yang

76
Variabel Subvariabel / Pertanyaan
Indikator
penilaian diberikan oleh pendidik?
4. Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang dilakukan Bapak/Ibu, apabila
ada peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM?
5. Dalam bentuk apa hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan
keterampilan peserta didik disampaikan?
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk merekap semua nilai kompetensi
siswa secara integratif?

77
INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN NARASUMBER
DI SDK GAPONG KECAMATAN CIBAL
KABUPATEN MANGGARAI

AspekWawancara :Penilaian Dalam Kurikulum 2013

FokusWawancara :Penilaian

Responden :KepalaSekolah

WaktuWawancara :

Variabel Subvariabel Indikator Pertanyaan

Implementasi Penerapan Penerapan dan 1. Apakah semua prosedur kurikulum


Penilaian Autentik 2013 sudah diterapkan di sekolah
Dalam Pembelajaran kurikulu pemahaman bapak?
Tematik 2. Apakah dalam proses pembelajaran
kurikulum 2013 m 2013 tentang yang dilakukan oleh guru, sejauh
yang bapak atur dan pantau, proses
kurikulum pembelajaran yang dilaksanakan
apakah sudah berjalan sesuai dengan
2013 tuntutan kurikulum 2013?
3. Bentuk penilaian apa yang diterapkan
disekolah untuk mengukur
ketercapaian siswa dalam prestasi
belajarnya?
Alasannya:..
Penilaian Penilaian autentik 1. Apa pandangan bapak terkait dengan
kurikulum 2013 yang mewajibkan
proses penilaian autentik dalam proses
evaluasi kompetensi peserta didik
pembelaj dalam proses pembelajaran di kelas?
2. Bagaimana pemahaman bapak
aran tentang penilaian autentik
pembelajaran dalam Kurikulum 2013
yang idealnya?
3. Apakah sekolah sudah menerapkan
penilaian autentik?

78
Variabel Subvariabel Indikator Pertanyaan

4. Berapa jumlah guru yang sudah


mengikuti pelatihan Kurikulum 2013?
5. Sejauh pemantaun Bapak selama ini,
bagaimana langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam membuat
penilaian?
6. Apakah Bapak mewajibkan guru-guru
untuk membuat rubrik penilaian atau
instrumen untuk mengetahui
gambaran dari perkembangan belajar
siswa?
7. Apakah Bapak memiliki program,
kapan guru harus menilai kinerja
siswanya?
Jika ya, Kapan guru melakukan
penilaian untuk kompetensi siswa?
8. Bagaimana cara guru menentukan
tingkat capaian sikap siswa?
9. Teknik penilaian apa yang digunakan
dalam menilaian pengetahuan siswa?
10. Teknik penilaian apa yang digunakan
dalam menilaian keterampilan?
11. Apakah ada hal positif, dari penilaian
autentik di sekolah ini sebagaimana
yang dituntut oleh kurikulum 2013?
12. Apa manfaat bagi Bapak, laporan
nilai kompetensi siwa oleh Guru?
13. Dukungan apa yang diberikan Bapak
untuk guru dalam melakukan
penilaian terhadap kompetensi siswa?
14. Apakah bapak menemukan kendala
dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013?

79

Anda mungkin juga menyukai