Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2023 ialah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
bagi dirinya serta masyarakat.

Pendidikan seyogyanya menjadi sarana siswa untuk mendapatkan


berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam rangka menjawab
kebutuhan industri dan bersaing pada pasar tenaga kerja. Untuk dapat
bersaing tentunya pesrta didik perlu memiliki kemampuan atau nilai yang
terukur. Pengukuran penguasaan materi oleh siswa dapat dilihat dari
prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan


siswa dalam segala hal yang dilakukan sekolah yang menyangkut
pengetahuan, kecakapan. Dengan demikian prestasi belajar tidak akan
diakui tanpa adanya penilaian atas hasil belajar. Fungsi hasil belajar ialah
untuk memahami sejauh mana pengetahuan siswa, yang terpenting sebagai
motivasi siswa agar lebih giat belajar baik secara individu maupun
kelompok. (Hafidz, 2018)

Ketika melihat peserta didik dengan prestasi belajar yang baik


terdapat kebahagiaan baik dari sisi orang tua maupun guru, adapun
prestasi belajar yang baik menunjukkan kesiapan belajar siswa maupun
peserta didik, dimana hal ini menjadi faktor pendukung proses kedewasaan
baik segi pemikiran, sikap, tingkah laku maupun keterampilan. Amnah
Sari Hasibuan menyebutkan dalam penelitiannya bahwa semakin baik
kesiapan belajar siswa maka semakin baik pula prestasi belajar yang
didapat (Hasibua, Nelwati, & Mardison, 2020).

Proses belajar yang baik dapat dilihat salah satunya dari aspek
prestasi. Pengembangan prestasi belajar yang ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar
siswa. Dengan demikian, prestasi belajar sendiri dapat dibagi menjadi
beberapa macam yaitu dibagi ke dalam tiga jenis prestasi diantaranya: a.
Prestasi yang bersifat kognitif (ranah cipta) yaitu: pengamatan, ingatan,
pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis (pemeriksaan dan penilaian
secara teliti), sintesis (membuat paduan baru dan utuh). b. Prestasi yang
bersifat afektif (ranah rasa) yaitu: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap
menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). c.
Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu: keterampilan
bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal.

Dengan demikian prestasi adalah hasil belajar yang dicapai sesuai


dengan kriteria tertentu, dimana hasil yang dinilai adalah hasil dalam
belajar, perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Prestasi yang bersifat psikomotorik atau prestasi belajar
praktik. Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dilakukan oleh
siswa, dimana ditunjukkan dengan hasil dalam belajar melalui tes
keterampilan yang berbentuk angka sebagai nilai dari hasil belajar atau
sering disebut dengan raport (Setyanto, 2019).

Adapun, hal ini menjadi pokok bahasan atau variabel yang


nantinya akan dibahas karena prestasi belajar menggambarkan keseluruhan
proses belajar siswa, dimana prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa
saat ini menjadi indikator kemampuan siswa dan nantinya akan menjadi
pertimbangan mengenai daya saing siswa. Kemudian, dengan mengetahui
prestasi belajar siswa guru mampu menganalisis KD (Kompetensi Dasar)
apa yang sudah dikuasai maupun yang belum, sehingga program remidial
atau pengulangan mata pelajaran mampu terlaksana secara tepat sasaran
dan nantinya tidak menumpuk pada jenjang selanjutnya.

Untuk mengetahui prestasi belajar, bisa dilakukan melalui


serangkaian tes baik melalui penilaian tengah semester maupun ujian akhir
semester, bentuk tesnya pun beragam dari mulai yang paling mudah
diukur pilihan ganda sampai dengan uraian atau essay yang biasanya
diujikan. Selain penilaian melalui ujian, prestasi belajar mampu dilihat
oleh melalui evaluasi formatif setelah pembelajaran atau biasa disebut
dengan post-test. Oleh sebab itu, banyak sekali cara yang dapat dilakukan
dalam mengukur prestasi belajar siswa.

Membahas mengenai prestasi belajar tidak lepas dari kemampuan


siswa dalam menguasai materi. Penguasaan materi dalam pembelajaran
dan prestasi belajar terlihat dari bagaimana siswa mampu mendapatkan
nilai diatas Kriteria Kelulusan Minimal (KKM). Di dalam Permendikbud
nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan
bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah
kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang
mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan
karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan. KKM yang harus dicapai oleh peserta didik ditetapkan oleh
satuan pendidikan (Prabandari, 2017).

Menurut Prabandari penentuan KKM dilihat dari kemampuan rata-


rata siswa, tingkat kompeksitas dan sumber daya pendukung
pembelajaran. Adapun pada refernsi buku diklat kemendikbud
memberikan KKM program adaptif dan normatif yang ideal untuk masing-
masing indikator adalah 75 (Prabandari, 2017). Penulis melihat bahwa
adanya KKM ialah untuk melakukan standarisasi dalam peniliaian
sehingga guru atau pengajar akan mampu melihat kemampuan atau prstasi
belajar siswa. Siswa yang dibawah KKM akan melakukan program
remidial dan siswa yang diatas KKM dianggap sudah memenuhi KI dan
KD sehingga tidak perlu melaksanakan remidial namun perlu nantinya
pengajar meninjau kembali kekurangan dalam proses pembelajaran
sehingga mempengaruhi prestasi belajar secara lebih baik.

Provinis Indrmayu merupakan salah satu daerah di Jawa Barat


dengan tingkat pengiriman TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang bekerja di
luar negeri yang cukup banyak, tercatat menurut Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Indramayu 2017 ada sekitar 17.658 tenaga kerja terutama
wanita yang bekerja di luar negeri. Sudah bukan menjadi hal yang tabu
lagi bagi masyarakat Indramayu bahwa seorang wanita yang sudah cukup
usia untuk bekerja dikirim keluar negeri menjadi TKW. Budaya
masyarakat yang sudah seperti turun menurun ditularkan kepada para
wanita untuk menjadi TKW di luar negeri karena sudah ada jaminan
berupa upah yang besar dan bayangan akan kehidupan masa depan yang
lebih baik daripada sekarang.

Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa di Indramayu,


tercatat penelitian Puspitawati, H dan Sherly S.S (2011) menyimpulkan
bahwa “prestasi anak dari TKW termasuk dalam kategori cukup dengan
rata-rata nilai sebesar 66,7” (Suharto & Humaeidi, 2019). Meskipun
dianggap sedang dalam penguasaan materi atau prestasi belajar, nilai rata-
rata tersebut memperlihatkan sebagian besar siswa di Indramayu tidak
memiliki prestasi belajar yang ideal menurut Kriteria Kelulusan Minimum
yakni 75, sehingga penulis melihat ketuntasan belajar dan proses belajar
siswa bermasalah, baik dipengaruhi oleh faktor intern maupun ekstern.
Rendahnya prestasi belajar siswa, diperparah dengan temuan
peneliti dari Badan Pusat Statistika – Kabupaten Indramayu dalam Angka
2023, yakni presentase melek huruf penduduk berumur diatas 15 tahun
ketas meurut kelompok umur yakni pada kelompok umur 30-50 tahun
masih belum sepenuhnya melek huruf di tahun 2022, meskipun presentase
nya tidak terlalu banyak, namun di rentang umur 50 tahun keatas terdapat
sekitar 27% yang masih belum dapat membaca. Hal ini memperlihatkan
bahwa kesulitan finansial dan ekonomi memdorong orang tua untuk fokus
pada pemenuhan kebutuhan ekonomi dan cenderung sulit untuk
mendukung siswa dalam belajar. Prestasi belajar yang rendah berbanding
lurus nantinya dengan berbagai faktor lain. Namun hal ini memperlihatkan
pentingnya memiliki ketuntasan dalam penduduk yang melek huruf
sehingga mampu menunjang siswa dalam belajar dan mendapatkan nilai
diatas KKM.

Masih terkait dengan prestasi belajar, menurut penelitian Fitri


Yulianti nilai rata-rata mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri Kota Indramayu dari 30 Guru, 15 diantaranya memiliki rata-rata
nilai 70-79 dan 15 diantaranya memiliki rataan nilai 80-89 (Yulianti,
2012). Menurut penulis masih terdapat siswa dengan nilai dibawah KKM
yang terlihat kurang lebih diperkirakan dari data tersebut ada 20 persen
belum sampai KKM yang ideal dan perlu ditinjau kembali bagaimana
proses belajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan mata
pelajaran.

Mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn)


ialah mata pelajaran yang wajib dipelajari disemua jenjang pendidikan
karena mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
didalamnya memfokuskan pada pembentukan warga negara indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat di dalam
Pancasila dan UUD 1945. PPkn tidak hanya mempelajari mengenai sikap
warga negara tetapi bisa dikatakan sebagai salah satu jalan alternatif untuk
mengimplementasikan nilai – nilai berkarakter dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Selain itu mata pelajaran pendidikan pancasila dan
kewarganegarana memiliki tujuan dalam mempersiapkan generasi yang
unggul dalam memainkan peran masyarakat di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan unsur utama dalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia didalam kehidupan
masyarakat melalui konsep madani (civic society) yang pada dasarnya
masyarakat terdidik dan masyarakat mempelajari yang mampu
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam hal ini memerlukan steategi yang
sesuai untuk membantu memperkuat kualitas peserta didik menjadi warga
negara yang cerdas. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan juga dapat
di lakukan dengan penguatan terhadap minat dan bakat oleh setiap peserta
didik dalam mewujudkan apa yang dicita - cita atau diharapkan dimasa
yang akan datang. Oleh karena itu dalam meningkatkan kualitas mutu
pendidikan dibutuhkannya proses pembelajaran yang sesuai dengan sistem
kurikulum yang sedang di jalankan di negara Indonesia terkait dengan
perubahan kurikulum dari 2006 (KTSP) ke kurikulum terbaru 2013
(KURTILAS) dimana pada kuriklum baru ini terjadinya penyempurnaan
baik dalam standar isi (SI), standar penilaian dan standar kopetensi
kelulusan (SKL) selain itu pada kurikulum 2013 ini menjadikan student
center dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi di dalam
proses pembelajaran. Namun hal ini kurang di perhatikan sehingga masih
banyak proses pembelajaran yang masih menerapkannya pada teacher
center dengan model konfensional dengan ceramah untuk alasan demi
mempersingkat waktu dalam proses pembelajaran berlangsung (Marliani,
2022).

Data dari Kemendikbud, memperlihatkan pada tahun 2018 prestasi


belajar berdasarkan nilai Asessment Nastional untuk jenjang SMP,
memiliki rataan yang cukup rendah yakni tahun 2017 di angka 54,6, tahun
2018 di angka 52,06 dan tahun 2019 di angka 53. Garifik nilai secara
nasional terlihat mengalami fluktuasi namun stabil di angka 53 secara rata-
rata. Jika melihat lebih dekat untuk periode waktu yang sama provinsi
Yogyakarta memiliki nilai rataan tahun 2017 di angka 66,8, tahun 2018 di
angka 66,9 dan tahun 2019 di angka 69. Untuk provinsi Yogyakarta angka
yang didapatkan tergolong rendah namun cenderung progress atau
meningkatkan. Adapun jika kita lihat Jawa Barat tahun 2017 di angka
59,7, tahun 2018 di angka 53,7 dan tahun 2019 58,8 (Kemendikbud,
2019). Ketika dibandingkan kedua provinisi antara Jawa Barat dan
Yogyakarta memiliki gap atau perbedaan yang cukup terlihat antara 60
dan 50. Oleh karena itu rataan nasional secara umum masuk kategori
kurang jika merujuk pada KKM nasional, hal ini memperlihatkan prestasi
belajar yang kurang baik. Prestasi belajar kurang baik dapat disebabkan
oleh banyak faktor lain baik internal maupun eksternal.

Melihat lebih jelas lagi penulis fokuskan pada pada kabupaten


Indramayu sendiri memiliki grafik rataan yang mengalami penurunan pada
kurun waktu 2017-2018 yakni tahun 2017 di angka 54,6, tahun 2018 di
angka 53 dan tahun 2019 di angka 51,4. Disamping itu jika melihat
sebaran data untuk nilai hasil Asessment National di Indramayu sebagai
berikut :

Tabel 1.2. Rata-rata nilai Asessment National tingkat SMP se-Indramayu

Rataan Nilai 2017 2018 2019


55-60 3790 1000 1031
60-65 3775 523 492
65-70 773 254 245
70-75 149 148 148
75-80 80 107 90
80-85 39 52 43
85-90 22 23 25
90-95 2 17

Sumber : https://hasilun.pusmenjar.kemdikbud.go.id (Kemendikbud, 2019)

Sebaran data diatas memperlihatkan untuk rataan 55-60 dan 60-65 dari
tahun ke tahun mengalami penurunan, namun dengan jumlah yang relatif
besar sampai dengan tahun 2019, walaupun tetap ada dengan nilai yang
cukup baik yakni 85-90, namun angkanya hanya diangka puluhan siswa
dari seluruh sekolah yang ada di Indramayu, permasalahan ini berkaitan
dengan prestasi belajar siswa yang rendah.

Berdasarkan prasurvey yang dilakukan Nurul Ocktaviani pada


tahun 2015 di MTs se-Kecamatan Lohbener Indramayu diperoleh bahwa
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VII dan VIII
masih belum optimal. Belum optimalnya prestasi belajar siswa dapat
dilihat dari data nilai ulangan harian semester dua yang diperoleh dari guru
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa kelas VII dan VIII masih banyak yang belum memenuhi
nilai ketuntasan minimal mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yakni untuk kelas VII dan VIII memiliki nilai ketuntasan minimalnya 75.
Berikut data ulangan harian siswa kelas VII dan VIII MTs se-Kecamatan
Lohbener Indramayu tahun ajaran 2014/2015 (Ocktaviani, 2015).

Tabel 1.2. Rata-rata nilai Ulangan Harian Pendidikan Kewarganegaraan


kelas VII dan VII tahun ajaran 2014/2015

Rataan Ulangan
KKM
No. Nama Sekolah Harian
VII VIII VII VIII
1 MtsN Lohbener 71 74 75 75
2 MtsS Al-Ghifari 70 72 75 75
3 MtsS Ma’arif Langut 72 73 75 75
4 MtsS Al-Ma’arif Legok 70 70 75 75
5 MtsS Al-Mu’minien 73 73 75 75
Sumber : Dokumen nilai Ulangan Harian Pendidikan Kewarganegaraan

Prestasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan yang dicapai siswa tidak terlepas dari berbagai faktor
yang memperanguhinya. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar, siswa semestinya perlu mengusahakan segala daya dan upaya
untuk mendapatkan prestasi belajar yang diharapkan. Siswa harus
mengusahakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan dapat
berprestasi.

Ketika dibandingkan antara data yang didapatkan dari Mts Loh


Bener dan perbandingan dengan rataan nasional pada kabupaten
Indramayu memiliki rataan yang tidak jauh berbeda bahkan gap atau
perbedaan rataan jauh lebih baik pada ulangan harian Mts Loh Bener,
namun secara rataan ternyata memang masih belum mencapai KKM yang
idel yakni 75, sehingga hal ini kiranya menjadi permasalahan pendidikan
yang berkaitan dengan prestasi belajar.

Terdapat data mengenai rendahnya prestasi belajar yaitu penelitian


Seta Eka Purwanto tentang hubungan pemanfaatan waktu belajar di luar
jam pelajaran dan minat belajar dengan prestasi belajar PKn siswa kelas
VIII SMP Negeri se-Kecamatam Playen tahun ajaran 2013/2014
(Ocktaviani, 2015). Menemukan bahwa prestasi belajar Pkn masih cukup
rendah. Hal ini terbukti dengan rendahnya prestasi belajar yang dicapai
yaitu dilihat dari banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam ulangan.
Dinyatakan pada penelitian dalam ulangan harian satu, dua dan tiga rataan
yang tidak tuntas mencapai 54% siswa dari jumlah keseluruhan 188 siswa.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
diri siswa. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah (meliputi faktor
kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (meliputi intelegensi,
perhatian, minat, motivasi belajar, bakat, kesiapan dan kematangan), dan
faktor kelelahan (Salsabila & Puspitasari, 2020). Faktor eksternal meliputi
faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan), faktor sekolah (meliputi metode mengajar,
kurikulum, hubungan guru dan siswa, hubungan siswa dan siswa, disiplin
siswa, alat pelajaran, keadaan gedung, metode, dan tugas rumah), faktor
masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, dan bentuk
kehidupan masyarakat) (Harimurti, Ekohariadi, & dkk, 2017).

Menurut Suyatno Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya


kualitas pendidikan di Indonesia. Faktor utama yang menjadi penyebabnya
adalah kualitas tenaga pendidik yang memang masih belum dapat
dikatakan baik. Faktor kedua yang sangat menghancurkan dunia
pendidikan di Indonesia adalah maraknya korupsi biaya anggaran
pendidikan yang semakin meningkat. Dan faktor yang ketiga adalah sistem
pendistribusian anggaran yang selama ini selalu tidak terserap. Akibatnya
banyak dana yang bocor, tidak sampai ke sasaran.

Dalam penelitian Sinar Lestari pada tahun 2018 yakni Pengaruh


Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Murid SD Negeri
Bontomani Unggulan, menunjukkan bahwa antara tingkat perhatian
orangtua terhadap proses belajar murid dan tingkat prestasi belajar murid
di sekolah terdapat kaitan erat. Dengan demikian, semakin sering orang
tua memberikan perhatian pada proses belajar murid akan menciptakan
ketenangan dan konsenterasi serta efektivitas dalam belajar, sehingga
memperkuat motivasi murid untuk berusaha meningkatkan prestasi belajar
(Lestari, 2018).

Perhatian orang tua adalah bentuk pemusatan orangtua/wali dalam


memenuhi kebutuhan anaknya baik pada kebutuhan psikis, fisik maupun
sosial. Perhatian Orangtua terhadap belajar anak SD yaitu sebagai upaya
atau perbuatan orangtua/wali untuk memenuhi kebutuhan anak dalam
kegiatan belajarnya agar mampu meraih prestasi belajar yang optimal.
Perhatian orang tua yang optimal diharapkan mampu menunjang prestasi
belajar siswa, karena berkaitan dengan fungsi keluarga yakni pemberian
hak pendidikan (Lestari, 2018). Pemberian hak pendidikan bukan hanya
memberikan kesempatan untuk sekolah, namun didalamnya terdapat juga
perhatian orang tua untuk mengingatkan, memberikan nasehat,
memberikan alternatif belajar serta menyediakan tempat belajar yang baik
sehingga menunjang prestasi belajar siswa.

Temuan yang didapatkan dari penelitian Risma Triwulandari tahun


2019 mengungkapkan apabila perhatian orang tua yang diberikan kurang
maka kontribusinya terhadap prestasi belajar pun kurang meskipun itu
tidak begitu besar, pada kasusu ini tiap kenaikan perhatian orang tua
memberikan peningkatan 0,062% pada prestasi belajar siswa. Disadari
bahwa pendidikan atau keadaan lingkungan keluarga dapat membantu atau
mempengaruhi keberhasilan belajar anak di sekolah. Itulah sebabnya,
perhatian orang tua memiliki andil terhadap keberhasilan belajar anak
(Triwulandari, 2019).

Pada penelitian Dewi Anggraini tahun 2011 yakni Peran Disiplin


Belajar terhadap Prestasi Belajar, menjelaskan bahwa pentingnya disiplin
dalam belajar merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan
prestasi belajar. Pada penilitian ini menyebutkan disiplin belajar
mendrorong siswa belajar sebaik-baiknya sesuai dengan metode belajar
disekolah danbisa membagi waktu belajar dengan baik, mengikuti mata
pelajaran dan membuat tugas oleh guru dan termotivasi untuk bersaing
dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi (Anggraini, 2011).

Pada temuan di penilitan yang sama pada salah satu SMA Pekan
baru terlihat tingkat kedisiplinan siswanya rendah dilihat dari siswanya
yang tidak tepat waktu hadir ke sekolah, tidak mengikuti seluruh mata
pelajaran, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bidang studi,
tidak mentaati semua peraturan yang ditentukan oleh pihak sekolah, tidak
melengkapi alat-alat belajar, kebanyakan siswa mencontek saat ulangan
dan ujian (Anggraini, 2011). Hal ini tentu membuat prestasi belajar siswa
rendah karena mereka tidak belajar dengan baik, tidak sepenuhnya
mengikuti proses belajar, tidak membuat tugas, tidak bisa menjawab soal-
soal ulangan dan ujian sehingga nilai ujian yang merupakan gambaran
hasil prestasi mereka rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa peran
disiplin belajar sangat berperan penting terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan dalam penelitian


Ocktiavian tahun 2015 di MTs, masih terdapat siswa yang malas belajar,
tidak mengerjakan tugas, tidak menyenangkan sikapnya, tidak aktif di
dalam kelas, dan tidak memperhatikan guru dengan baik ketika pelajaran
dimulai. Kendati demikian, terdapat siswa yang rajin masuk ke kelas
khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tetapi
sangat disayangkan tidak didukung adanya dorongan untuk melakukan
aktivitas belajar. Hal ini terjadi karena tidak adanya motivasi belajar dalam
diri siswa (Ocktaviani, 2015).

Masih banyaknya siswa yang prestasi belajarnya belum memenuhi


nilai ketuntasan minimal ini bisa disebabkan karena kurang disiplin dalam
diri siswa serta kurangnya motivasi untuk belajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara
disiplin dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan siswa MTs se-Kecamatan Lohbener
Indramayu.

Pada penelitian Maksun tahun 2012 yakni Pengaruh persepsi


siswa tentang kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar materi
virus siswa kelas X di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama 1 Losari
Kabupaten Brebes, memberikan pemahaman bahwa semakin tinggi
kompetensi guru maka akan memberikan peningkatan pada prrestasi
belajar IPA, pada penelitian ini kompetensi pedagogik guru memberikan
sekitar 0,86% pada prestasi belajar, jadi pengaruhnya cukup besar karena
berkaitan dengan pengelolaan kelas, perancangan bahan ajar, kesiapan
guru dan mempersipakan proses pembelajaran hingga evaluasi (Maksum,
2012).

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola


pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengemban peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya (Maksum, 2012). Oleh karena itu, guru berkualitas
memperbesar siswa untuk terdorong atau termotivasi dalam belajar,
dengan membuat siswa termotivasi prestasi belajar siswa menjadi lebih
terangkat.

Penlitian Iswahyuni pada tahun 2017 yakni Pengaruh Motivasi


Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa
Kabupaten Gowa, meneliti bagaimana hubungan motivasi dengan prestasi
belajar IPS di SMP, penelitian ini mengambil sampel 82 dari 448 siswa.
Hasil penelitiannya dari 82 siswa 60% memiliki motivasi tinggi dan sangat
tinggi namun ketika melihat prestasi belajar presentasi nilai 60-75
mencapai 81% artinya cukup namun masih ada siswa dengan motivasi
tinggi namun memiliki nilai dibawah KKM. Adapun pengaruh motivasi
belajar terhadap prestasi belajar hanya sekitar 16%, artinya setiap motivasi
naik berdampak pada peningkatan prestasi belajar sejumlah 0,16
(Iswahyuni, 2017). Dari penelitian ini penulis melihat motivasi memiliki
pengaruh, namun tingkat signifikansinya kurang tinggi.

Motivasi dan disiplin belajar memiliki pengaruh yang cukup besar


dalam menunjang prestasi belajar, adapun kedua varibel tersebut secara
tidak langsung amat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, perhatian
orang tua. Hal ini dikarenakan kebutuhan belajar jika dilihat secara
komprehensif tidak hanya disekolahkan saja, namun bagaimana orang tua
mampu memfasilitasi kegiatan belajar, mengontrol kegiatan pembelajran
serta memiliki kepedulian pada masa depan anak melalui berbagai upaya.
Masih berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar disiplin dan motivasi
mampu terpengaruh lewat cara guru menyampaikan materi dan menguasai
ruang kelas, untuk mampu menjelaskan materi secara komprehensif
penulis kira guru perlu memiliki kemampuan yang baik pada kompetensi
pedagogik, sehingga nantinya murid memiliki kesadaran untuk belajar dan
menyelesaikan tugas karena terdorong atas pengelolaan kelas yang baik
dari guru pengajar.

B. Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, maka dapat diketahui identifikasi masalah yang sejalan antara lain
sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan masih belum optimal, hal ini ditunjukkan
dengan rataan nilai KKM yang rendah.
2. Kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa, siswa pasif dalam
mengikuti pelajaran dan tidak memperhatikan guru dengan baik
ketika pelajaran dimulai.
3. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan masih karena kehadiran siswa di sekolah tidak
didukung dengan motivasi belajar untuk berprestasi.
4. Perhatian orang tua yang rendah membuat siswa cenderung
memiliki prestasi belajar yang rendah.
5. Siswa masih belum mampu berdisiplin dalam proses pembelajaran
sehingga mempengaruhi prestasi belajar.
6. Masyarakat yang hidup pada rataan tingkat ekonomi menengah
kebawah membuat orang tua bekerja lebih keras bahkan memilih
menjadi TKI demi menghidupi keluarga.
7. Motivasi tidak terlalu signifikan dalam mendorong prestasi belajar.
8. Faktor kedisiplinan belajar memiliki pengaruh yang besar dalam
menunjang prestasi belajar.
9. Faktor kompetensi guru memiliki pengaruh yang paling besar dari
faktir yang dipaparkan, ditunjukkan pada taraf signifikansi yang
tinggi pada prestasi belajar.
C. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang terindentifikasi, maka perhatian utama
dalam penelitian ini adalah hubungan perhatian orang tua dan persepsi
siswa atas kompetensi pedagogik guru sebagai independent variable
dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dependent
variable.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat diketahui
adanya tiga variabel yang menjadi objek penelitian ini. variabel-variabel
tersebut adalah perhatian orang tua, dan persepsi siswa atas kompetensi
pedagogik guru, dan prestasi belajar. Untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara tiga variabel tersebut, maka masalah yang hendak diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua dengan prestasi
belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa SMP
Negeri di Indramayu?
2. Apakah terhadap pengaruh persepsi siswa atas kompetensi
pedagogik guru dengan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa SMP Negeri di Indramayu?
3. Apakah ada pengaruh antara perhatian orang tua dan persepsi siswa
atas kompetensi pedagogik guru dengan prestasi belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa SMP Negeri di
Indramayu?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan sesuai dengan rumusan masalah di
atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui :
1. Mengetahui pengaruh perhatian orang tua dengan prestasi belajar
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa SMP Negeri di
Indramayu.
2. Mengetahui pengaruh persepsi siswa atas kompetensi pedagogik
guru dengan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa SMP Negeri di Indramayu.
3. Mengetahui pengaruh antara perhatian orang tua dan persepsi
siswa atas kompetensi pedagogik guru dengan prestasi belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa SMP Negeri di
Indramayu
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teoritis dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan, terutama dalam bidang
Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengetahui hubungan antara
disiplin siswa dan persepsi siwa atas kompetensi pedagogik guru
dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, sebagai bekal menjadi pendidik dimasa mendatang,
menambah pengetahuan, dan pengalaman.
b. Bagi Guru, sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran agar
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi siswa, sebagai masukan agar siswa mampu mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan optimal.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari 5 bab dan
setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun rincian sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,


pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori dan Kerangka Berpikir

Pada bab ini akan dijelaskan tentang berbagai landasan teori, kerangka
berpikir, dan hipotesis.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini dijelaskan tentang tempat dan waktu penelitian, metode
penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada bab ini dijelaskan tentang deskripsi data, pengujian persyaratan,
analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini dijelaskan tentang kesimpulan, implikasi, dan saran terhadap
penelitian yang telah dilakukan.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam segala aktivitas perlu memiliki tujuan dimana usaha


tersebut mengaharapkan hasil, begitu juga dalam proses belajar mengajar.
Prestasi belajar yakni hasil yang diperoleh oleh peserta didik setelah
melaksanakan proses belajar mengajar. Prestasi belajar peserta didik tidak
mampu dipisahkan dari kegiatan pembelajaran, karena belajar merupakan
serangkaian proses sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari
rangkaian dari proses tersebut. Dalam proses belajar belajar tidak hanya
dilakukan di sekolah saha, namun dapat dilakukan diberbagai tempat,
seperti di rumah ataupun lingkungan masyarakat. Belajar ialah suatu
kewajiban, berhasil atau tidaknya peserta didik ditentukan pada proses
belajar yang ditempuh oleh peserta didik.

Dalam bahasa Arab, belajar bersinonim dengan kata ta’allum. Al-


Qur’an menggunakan kata ta’allum untuk proses penerimaaan penyerapan
pengetahuan yang bersifat ma’nawi serta berpengaruh terahdap perilaku
(Fathurahman, 2017). Belajar atau menuntut ilmu menurut ajaran agama
Islam hukumnya waji bagi setiap umat Islam dan memiliki arti yang
sangat penting, bahkan Allah Swt., akan mengangkat derajat orang yang
berilmu. Hampir setiap manusia tidak pernah terlepas dari aktivitas belajar.
Dalam ajaran agama Islam terdapat keyakinan yang ditanamkan bahwa
belajar merupakan kuwajiban dan berdosa jika meninggalkannya. Dengan
keyakinan tersebut akan membentuk konsep dalam diri setiap umat Islam
yang beriman, sehingga mereka memiliki keinginan belajar yang yang
tinggi dan penuh semangat karena mengingat janji Allah Swt., yakni
mengangkat derjat orang-orang yang berilmu di akhirat kelak.
Kata al-‘ilm dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali
dalam Al-Qur’an. Sebagaimana disebutkan dalam wahyu AllahSwt., yang
pertama turun kepada Rasulullah Saw., yakni Surat Al-‘Alaq ayat 1-5.
Ayat ini menjadi bukti bahwasannya Al-Quran melihat bahwa aktivitas
belajar merupakan sesuatu yang krusial dalam kehidupan manusia.
Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari,
mengkaji, dan meneliti (Saeful, 2018).

a. Pengertian Prestasi

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau
diciptakan, sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada
diri seseorang berkat pengalaman dan pelatihan yang didapat dari interaksi
individu dengan lingkungannya (Mawarni, 2019).

Prestasi merupakan serapan dari Bahasa Belanda, Prestatie yang


artinya yaitu hasil dari sebuah usaha (Pratama, 2015). Sehingga dapat
diartikan bahwa sebuah prestasi merupakan hasil dari usaha maupun kerja
keras dari setiap individu. Seseorang dapat mengembangkan secara
maksimal kemampuan intelektual, spiritual maupun emosionalnya untuk
meraih prestasi yang diinginkan.

Prestasi belajar dapat dikatakan merupakan hasil dari pengukuran


terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan
psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan istrumen tes atau instrumen yang relevan (Zaiful Rosyid,
2019). Oleh karena itu prestasi merupakan hasil yang didapat siswa dari
sernagkaian pembelajaran, berupa perubahan perilaku, bertambahnya ilmu
pengetahuan serta wawasan kaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah rangakaian usaha untuk mengetahui atau


memperoleh suatu ilmu. Berikut meupakan pengertia belajar menurut
beberaoa pendapat para ahli (Ahdar Djamaluddin, 2019) :

a) Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses


perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, ketrampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya.
b) Menurut Skinner, pengertian belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara
progresif.

c) Menurut C. T. Morgan, pengertian belajar adalah suatu


perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai
akibat atau hasil dari pengalaman yang telah lalu.

d) Menurur W.S. Winkel dalam bukunya yang berjudul Psikologi


Pengajaran. Menurutnya, pengertian belajar adalah suatu
aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilainilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas”.

e) S. Nasution., M.A. mendefinisikan belajar sebagai perubahan


kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa
suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu
tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan,
melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi
segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.

f) Dalam buku “Anak dan Perkembangannya,” Supartinah Pakasi


mengatakan antara lain: 1) Belajar merupakan suatu
komunikasi antar anak dan lingkungannya; 2) Belajar berarti
mengalami; 3) Belajar berarti berbuat; 4) Belajar berarti suatu
aktivitas yang bertujuan; 5) Belajar memerlukan motivasi; 6)
Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak; 7) Belajar
adalah berpikir dan menggunakan daya pikir; dan 8) Belajar
bersifat integratif.”

g) Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu


proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam hal ini, perubahan adalah sesuatu yang dilakukan secara
sadar (disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang
lebih baik dari sebelumnya.
h) Dalam buku: Pengantar Psikologi Pendidikan, Mahfud
Shalahuddin mendefinisikan belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus
melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-
angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk
kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya
sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses
belajar itu.

Lebih lanjut dalam perspektif Islam, makna belajar bukan hanya sekadar
upaya perubahan perilaku. Konsep belajar dalam Islam merupakan konsep
belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tujuan
belajar dalam Islam bukanlah mencari rezeki di dunia ini semata, tetapi
untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak, artinya mencari atau
mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna (Syarifan
Nurjan, 2016).

Dengan demikian dapat disimpulkan, belajar merupaka rangkaian


proses yang dilakukan siswa berawal dari tidak paham menjadi paham
seuatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan. Belajar ialah implikasi
dari adanya interaksi dantara stimulu dan respon, yakni adanya transfer
ilmu pengetahuan, sikap dan budaya sehingga menimpulkan perubahan
sikap yang ada pada diri siswa.

c. Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Suparlan (1986), disiplin ilmu pengetahuan yang termasuk


sebagai ilmu-ilmu sosial memiliki ruang lingkup studi mengenai berbagai
aspek yangberkaitan dengan masalah-masalah sosial untuk dapat
memahami secara mendalam mengenai hakekat masyarakat dan
kebudayaan manusia. Adapun membedakan antara satu disiplin dengan
disiplin lainnya adalah penekanan perhatian dari masing-masing disiplin
mengenai aspek-aspek tertentu dan berbagai cara tertentu dalam
pendekatannya untuk melihat, menganalisis dan menelaah berbagai
masalah yang menjadi perhatian bagi ruang lingkupnya (Suryadi, 2016).

Secara umum yang dibahas kaitan dengan Ilmu pengetahuan sosial


ialah pembelajaran yang diajarkan dari SD, SMP hingga SMA, mengenai
pembahasan berbagai ilmu sosial pilihan dalam rangka memperkuat
wawasan siswa. Adapun yang dirangkum ialah ilmu sosial, ilmu politik,
wawasan internasional, ilmu ekonomi dan berbagai pembahasan mengenai
pengenalan budaya.
a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

PKn dibentuk oleh dua kata, ialah kata “pendidikan” dan kata
“kewarganegaraan”. Untuk mengerti istilah pendidikan, Anda dapat
melihat Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) atau secara lengkap lihat
definisi pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1). Mari
kita perhatikan definisi pendidikan berikut ini.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1) (Nurwardani & dkk, 2016)

Pkn memberikan pengertian tentang pengetahuan dan kemampuan


dasar berkaitan dengan hubungan antar warga negara dengan negara. Serta
pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bekal agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. sehingga
Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap
mental bersifat cerdas penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik
dengan penilaian yang (Wahid, 2021) :

1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan


menghayati nilainilai falsafah negara
2) budi pekerti luhur berdisiplin dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara
3) bersikap rasional dinamis dan sadar akan hak kewajibannya
sebagai warga negara
4) bersikap profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara
5) aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
untuk kepentingan kemanusiaan bangsa dan negara

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) adalah merupakan


mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang
beragamdari segi agama, sosio–kultural, bahasa, usia,dan suku bangsa
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai visi
yaitu mewujudkan proses pendidikan yang terarah pada pengembangan
kemampuan individu sehingga menjadi warganegara yang cerdas,
partisipatif, dan bertanggung jawab, yang pada gilirannya mampu
mendukung berkembangnya kehidupan masyarakat bangsa dan negara
Indonesia yang cerdas (Sukaedi, 2016).

Dari beberapa pengertian diatas Pendidikan Kewarganegaraan


(Civic Education) merupakan usaha sadar untuk mengajarkan kepada
siswa mengenai pengetahuan tentang negara dan dasar negera dengan
tujuan siswa memahami ideologi negara serta mampu menerapkan dasar
negara yang dipahami kedalam kehidupan nyata.

b) Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membekali


siswa dengan kemampuan dasar dan pengetahuan mengenai hubungan
warga negara Indonesia dengan Negara dan dengan sesama warga negara.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bagian ilmu pengetahuan yang
memiliki landasan filsafat baik ontologi, epistemologi maupun aksiologi.
Secara ontologis, Pendidikan Kewarganegaraan berobjek material, yaitu
nilai, moral, dan budi pekerti. Dalam perspektif epistemologis, Pendidikan
Kewarganegaraan dikaji dan dibahas melalui pendekatan akademik dan
ilmiah dengan menekankan pada olah kalbu, olah karsa, dan olah rasa serta
olah pikir yang bersifat komprehensif, integratif, dan holistik. Dalam
perspektif aksiologis, eksistensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi wahana pendidikan nilai, moral, dan pendidikan budi pekerti
sehingga dapat menjadi sarana transformasi pendidikan karakter untuk
menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan kesadaran berbangsa dan
bernegara (Lasiyo & dkk, 2020).

Menurut UU sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya ,masyarakat,bangsa dan Negara.
Serta menurut Carter v.Good bahwa pendidikan adalah proses
perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang
berlaku dalam masyarakatnya.

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai hakikat pendidikan


kewarganegaraan maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan mengandung
tujuan yang ingin dicapai dengan membentuk kemampuan individu
mengembangkan dirinya, serta kemampuan-kemampuan itu berkembang
sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang
individu, maupun sebagai warga negara dan warga masyarakat
(Magdalena & dkk, 2020).

c) Tujuan Pendidikan Pkn

Menurut Depdiknas (2006) tujuan pembelajaran PKn adalah untuk


memberikan kompetensi sebagai berikut:

1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


Kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta
bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat
di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan
dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.

Serta secara umum, menurut Maftuh dan Sapriya (2005) bahwa,


Tujuan negara mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar
setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens),
yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik
intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual yang memiliki rasa bangga
dan tanggung jawab (civics responsibility), dan mampu berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat (Magdalena & dkk, 2020).

Kemudian, jika dikaitkan dengan pendidikan demokrasi Winata


Putra, mengatakan bahwa secara umum PKN bertujuan untuk
mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia. Oleh karena
itu, diharapkan setiap individu memiliki wawasan mutlak serta
keterampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagai warga negara.
Dengan demikian, setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas
dan bertanggung jawab. Dalam lembaga dimensi kehidupan
Masyarakat,Bangsa dan Negara Indonesia serta Dunia. oleh karena itu,
bahwa dalam setiap jenjang pendidikan diperlukan PKN yang akan
mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan
pelatihan keterampilan intelektual. proses ini diharapkan akan bermanfaat
sebagai bekal bagi peserta didik dan untuk berperan dalam pemecahan
masalah yang ada di lingkungannya (Wahid, 2021).

Berdasarkan tujuan tersebut, maka pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang telah ditetapkan, yaitu: (1) berfikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2)
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara
sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan (3)
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.

d. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Prestasi belajar secara sederhana merupakan hasil belajar yang


dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.

Di Sekolah, prestasi belajar diperoleh melalui serangkaian proses


pembelajaran. Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal
dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an
menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Mawarni, 2019).

Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik


yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan istrumen tes atau
instrumen yang relevan (Zaiful Rosyidi, 2019).

Prestasi belajar yang ditunjukan dari suatu interaksi tindak belajar


dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar dinyatakan tercapai apabila memenuhi tiga aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi tidak
tercapai jika seseorang belum memenuhi target dalam kriteria tersebut.
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Faktor yang
berasal dari dalam diri (internal) meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat,
motivasi, minat dan cara belajar, serta ada pula dari luar diri (eksternal)
meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar
(Saefudin, 2020).

Adapun menurut R.M. George menyatakan bahwa prestasi belajar


merupakan kecakapan manuasiawi (Human Capabillities) yang meliputi
informasi verbal, kecajaoan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
kecakapan motorik (Priasa, 2016).

Berdasarkan pengertian tersebut, telah dikemukakan berbagai


pengertian prestasi belajar menurur para ahli sehingga mampu
disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ketercapaian peserta didik
setelah melaksanakan serangkaian proses pembelajaran yang diantaranya
peserta didik memiliki ukuran ketercapaian belajar melalui hasil belajar
baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi belajar
memperlihatkan hasil belajar dan menyajikan skala kognitif dan
ketercapaian siswa dalam menangkap pembelajaran yang diseselnggarakan
oleh sekolah, sehingga sekolah mampu mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar serta meningkatkan efektifitas dan pelayanan pendidikan.

Pada buku Pkn SMP/Mts kelas 8 terbitan kemenag edisi revisi


2017, pada kurikulum 2013 materi Pkn terdiri atas 6 Bab, adapun babnya
ialah sebagai berikut :

 Bab 1 : Memahami Kedudukan dan Fungsi Pancasila


 Bab 2 : Menumbuhkan Kesadaran Terhadap UUD NKRI 1945
 Bab 3 : Memaknai Peraturan Perundang-undangan
 Bab 4 : Semangat Kebangkitan Nasional Tahun 1908
 Bab 5 : Sumpah Pemuda dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika
 Bab 6 : Memperkuat Komitmen Kebangsaan.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Ngalim Purwanto faktor yang mempengaruhi prestasi


belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu (Asrori, 2020):

a) Faktor yang ada pada diri individu itu sendiri (intern) yang
meliputi faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan,
latihan, motivasi dan faktor pribadi.

b) Faktor yang ada di luar individu (ekstern) antara lain meliputi


faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-
mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia.

Menurut Slameto faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


digolongkan menjadi dua, yaitu :

a) Faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar


(intern). Faktor intern terbagi menjadi:

1) Faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh).

2) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat,


motif, kematangan, kesiapan).

3) Faktor kelelahan.

b) Faktor yang ada di luar individu (ekstern). Faktor ekstern


terbagi menjadi:

1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, keadaan


ekonomi keluarga, suasana rumah).

2) Faktor sekolah (metode mengajar, disiplin sekolah,


kurikulum).

3) Faktor masyarakat (bentuk kehidupan masyarakat,


teman bergaul).

Sukmadinata menerangkan bahwa hal-hal yang mempengaruhi


prestasi belajar digolongkan menjadi 2 yaitu faktor dalam diri individu dan
faktor lingkungan. Faktor dalam diri individu kaitan aspek jasmani
(mencakup kondisi kesehatan jasmani individu) maupun rohani
(menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemapuan intelektual,
sosial, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif dari individu).
Sedangkan faktor lingkungan mengenai segala faktor fisik maupun sosial-
psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah atau kampus,
dan masyarakat (Mahardi Suprapto, 2015).

Dari beberapa pengertian diatas, kaitan dengan hal-hal yang


memperngaruhi presasi belajar secara umum ialah faktor internal dan
faktor eksternal :

a) Faktor Internal
Faktor internal berasal dari siswa yang berupa faktor fisiologis
(kesehatan, dan keadaan tubuh) dan psikologis (minat, bakat, intelegensi,
emosi, kelelahan dan cara belajar)

1) Aspek Fisiologis

Faktor fisiologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan


keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani
yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis ini diantaranya
sebagai berikut.

Pertama, kondisi fisik yang normal. Kondisi fisik yang normal atau
tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir sudah
tentu merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan belajar
seseorang.

Kedua, kondisi kesehatan fisik. Bagaimana kondisi kesehatan fisik


yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
seseorang (Parnawi, 2020).

Kesehatan fisik yang prima akan mendukung seseorang siswa


untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga ia akan dapat
meraih prestasi belajar yang baik pula. Sebaliknya, siswa yang sakit,
apalagi kondisi sakitnya sangat parah dan harus dirawat secara intensif di
rumah sakit, maka ia tidak dapat berkonsentrasi belajar dengan baik. Tentu
saja ia pun tidak akan dapat meraih prestasi belajar dengan baik bahkan
bisa berakibat pada kegagalan belajar (learning failure) (Salsabila &
Puspitasari, 2020).

Kondisi organ-organ siswa seperti tingkat kesehatan pengeran dan


penglihatan juga memiliki pengaruh dalam kemampuan menyerap
informasi ketika proses pembelajaran, khususnya dalam penyerapan
informasi dan pengetahuan. Daya pendengaran dan penglihatan yang
kurang baik menyulitkan siswa dalam menyerap detail informasi.
Pendengaran yang rendah menyulitkan siswa dalam mendengar ketika
guru menjelaskan. Penglihatan yang kurang baik, akan membuat siswa
tidak dapat melihat dengan jelas bagaimana materi tersebut digambarkan
dalam konsep oleh guru.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis dan dapat


mempengaruhi kuantitas dan kualitas dalam hasil belajar siswa, namun
diantara banyak hal tersebut terdapat lima faktor yang dipandang esensial.
Kelima faktor tersebut merupakan : tingkat intelegensi siswa, sikap siswa,
bakat siswa, minat siswa serta motivasi siswa.

Berikut hal-hal yang berpengaruh pada prestasi belajar secara


psikologis antara lain (Parnawi, 2020).

Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar


seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar
seseorang.

Kedua, minat. Minat dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu


keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan minat
merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan
seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Minat adalah ketertarikan
secara internal yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu atau
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.

Ketiga, bakat. Bakat memang merupakan salah satu faktor yang


dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang
tertentu. bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing.

Keempat, motivasi. Motivasi adalah dorongan yang menggerakkan


seseorang untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Motivasi
belajar (learning motivation) adalah dorongan yang menggerakkan
seorang pelajar untuk sungguh-sungguh dalam belajar menghadapi
pelajaran di sekolah (Salsabila & Puspitasari, 2020).

Kelima, sikap. sikap adalah kesadaran individu untuk menentukan


tingkah laku nyata dan tingkah laku yang mungkin. Sikap didefinisikan
sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan
atas tindakantindakan pribadi yang dilakukannya (Achdiyat & Warhamni,
2018).

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar siswa yang dipengaruhi oleh


keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyrakat, dan lingkungan
alam. Lingkan ialah segala sesuatu yang berada disekitar kita, yang
berpengaruh pada perkembangan diri manusia, yakni individu atau
masyarakat, kebudayaan, agama, adat istiadat, dst (Uyun & Warsah,
2021). Adapun kaitan dengan faktor eksternal sebagai berikut.

Pertama, Lingkungan fisik sekolah (school physical


environmental) ialah lingkungan yang berupa sarana dan prasaranayang
tersedia di sekolah yang bersangkutan. Sarana dan prasarana di sekolah
yang memadai seperti ruang kelas dengan penerangan, ventilasi udara
yang cukup baik, tersedianya AC (penyejuk ruangan), Overhead Projector
(OHP) atau LCD, papan tulis (whiteboard), spidol, perpustakaan lengkap,
laboratorium, dan sarana penunjang belajar lainnya. Kelengkapan sarana
dan prasarana akan berpengaruh positif bagi siswa dalam meraih prestasi
belajar.

Kedua, Lingkungan sosial kelas (Class Climate environment) ialah


suasana psikologis dan sosial yang terjadi selama proses belajar mengajar
antara guru dan murid di dalam kelas. Iklim kelas yang kondusif memacu
siswa untuk bergairah dalam belajar dan mempelajari materi pelajaran
yang baik.

Lingkungan sosial keluarga (Family sosial environment) ialah


suasana interaksi sosial antara orang tua dengan anak-anak dalam
lingkungan keluarga. Orangtua yang tidak mampu dalam mengasuh anak-
anak dengan baik, karena orangtua cenderung otoriter sehingga anak-anak
bersikap patuh semu (pseudo obedience) dan memberontak bila di
belakang orang tua. Pengasuhan permisif yang serba memperbolehkan
seorang anak untuk berperilaku apa saja, tanpa ada kendali orang tua,
akibatnya anak tidak tahu akan tuntutan dan tanggung jawab dalam
hidupnya sebagai pelajar. Kedua pengasuhan ini akan berdampak buruk
pada pencapaian prestasi belajar anak disekolah. Namun orang tua yang
menerapkan pengasuhan demokratis yang ditandai dengan komunikasi
aktif orang tua/anak, menetapkan aturan dan tanggung jawab yang jelas
bagi anak, orang tua yang mendorong anak untuk berprestasi terbaik, maka
pengasuhan yang kondusif ini akan berpengaruh positif dalam pencapaian
prestasi belajar anak di sekolah (Salsabila & Puspitasari, 2020).

f. Fungsi Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, belajar


merupakan proses internal siswa yang tidak dapat diamati secara langsung
oleh guru, tetapi dapat dipahami oleh guru melalui perilaku siswa yang
mempelajari bahan belajar. Menurut Arifin “Prestasi belajar merupakan
suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia,
karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing”. Dari teori di atas maka
pengertian prestasi belajar itu adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh
dalam proses belajar yang dihasilkan dari tes beberapa bidang studi
sehingga mendapatkan hasil/skor.

Betapa pentingnya seorang pengajar mengetahui dan memahami


prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara
kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator
keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator
kualitas institusi pendidikan. Arifin berpendapat lain bahwa “Prestasi
belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah
perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta
didik”. Hasil penilaian dari evaluasi merupakan umpan balik untuk
mengukur sampai dimana keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan
nilai-nilai yang diperoleh siswa, guru pun akan mengetahui sejauh mana
keberhasilannya dalam mengajar, dan hal itu dapat digunakan untuk
perbaikan dalam proses pembelajaran berikutnya (Astuti & Leonard,
2012).

Dari beberapa penjelasan diatas, ternyata prestasi belajar memiliki


peran tersendiri dalam dunia pendidikan, peran prestasi belajar menjadi
sangat penting secara umum sebagai ukuran pemahaman mata pelajaran,
adapun prestasi belajar dapat digunakan sebagai pemenuhan akan
kebutuhan-kebutuhan berikut :

Prestasi belajar sebagai indikator kualitas atau kuantitas


pengetahuan yang dikuasai siswa; sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu; sebagai informasi dalam inovasi pendidikan guna peningkatan
kualitas pelayanan pendidikan; indikator intern dan ekstern dalam suatu
institusi pendidikan; indikator kesuksesan anak didik di masyarakat dan
daya serap di masyarakat (Muslim, 2021).

Prestasi bukan hanya ditunjukkan dari angka-angka ataupun nilai


melainkan dari segi tindakkan dan reaksi siswa menjadi suatu tolak ukur
keberhasilan siswa, baik pada sekolah maupun luar lingkungan sekolah.
Oleh sebab itu beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak memiliki
prestasi dan dapat menyelesaikan pendidikannya meliputi potensi yang
dimiliki oleh siswa, faktor perhatian dan peran orang tua, faktor
pengelolaan pendidikan di sekolah, lingkungan masyarakat tempat
melaksanakan pembelajaran, dan juga lingkungan siswa tinggal dengan
keluarganya.

g. Indikator Prestasi Belajar

Hasil sebuah prestasi dari proses belajar setidaknya memiliki


aspek-aspek yang mampu dijadikan indikator terhadap pencapaian dalam
belajar. Aspek-aspek tersebut setidaknya terdapat 3 aspek mengenai
prestasi belajar, ketiganya dikaji dalam berbagai literasi. Pertama adalah
aspek kognitif. Asepk kognitif sebagai indikator dalam pencapaian dalam
belajar.

Aspek kognitif yaitu aspek yang meliputi ilmu pengetahuan


(kecerdasan) siswa. Kognitif adalah penilaian yang dilakukan atas dasar
kemampuan dalam mengenal sesuatu yang mengacu pada proses
seseorang memperoleh pengetahuan yang ada dalam dirinya sendiri.
Proses dalam memperoleh pengetahuan ini dapat diperoleh melalui
beberapa hal sesuai dengan aspek yang terdapat dalam pengukuran ranah
kognitif.

Margaet W. Matlin mengemukakan kognitif adalah proses aktivitas


yang melibatkan beberapa jenis kegiatan yang berkaitan dengan mental
seseorang. Kegiatan yang terkait antara lain, mencari, memperoleh,
menyimpan, dan menggunakan ilmu pengetahuan. Penggunaan ilmu
pengetahuan diharapkan pada situasi dan kondisi yang tepat.

Kognitif, dalam literatur lain disebut dengan kognisiµ, juga


diartikan sebagai suatu proses pengenalan terhadap segala sesuatu yang
berasal dari lingkungan individu dan menjadikannya bagian tak
terpisahkan dari keseluruhan perilaku indivisu dalam proses
kehidupannya. Kemampuan kognitif yang diwujudkan dengan perilaku
kognitif. Perilaku kognitif tertuang dalam proses bagaimana individu
mengenal lingkungannya lalu menjadikannya sebagai perbendaharaan
psikis yang diperlukan dalam mengkondisikan hidup yang bermakna dan
efektif. (Marinda, 2020)

Menurut Bloom belajar yang terkait dengan tujuan kognitif


mencakup enam perilaku khusus yang tersusun dari yang terendah sampai
dengan tertinggi, yaitu: (Syarifan Nurjan, 2016)

1) Pengetahuan (knowledge), yakni kecakapan untuk mengingat


atau mengulang fakta-fakta dan prinsip-prinsip;
2) Pemahaman (comprehension), adalah kecakapan untuk
merumuskan sesuatu yang telah dipelajari dengan kata- kata
atau kata-kata sendiri;

3) Penerapan (application) adalah kecakapan untuk meng gunakan


sesuatu yang sudah dipelajari dalam situasi nyata atau baru;

4) Menganalisis (analysis) adalah kecakapan untuk menguraikan


sesuatu yang umum menjadi bagian- bagian kecil yang
terorganisasi dan dapat difahami;

5) Mensintesiskan adalah kecakapan menggabungkan hagian-


bagian kecil untuk dirangkai dalam satu kesatuan yang mudah
difahami; dan

6) Evaluasi adalah kecakapan untuk memberikan penilaian pada


sesuatu

Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan melalui 3 (tiga) cara,


yaitu tes tertulis, observasi, dan penugasan. Selain tes tertulis, penilaian
kompetensi pengetahuan dilakukan melalui observasi terhadap diskusi,
tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian
autentik. Adapun instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau
projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas. (Mahdiansyah, Sembiring, Supriyadi, Ulumudin, &
Fujianita, 2017)

2. Perhatian Orang Tua

a. Pengertian Perhatian Orang Tua

Sebelum membahas mengenai perhatian orang tua, telebih dahulu


didefinisikan mengenai perhatian secara umum dan khusus. Menurut
Suryabrata perhatian diartikan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai aktivitas yang sedang dilakukan. Sedangkan menurut Walgito
menyebutkan bahwa perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
hubunganya dengan pemilihan rangsangan yang dating dari
lingkungannya.

Menurut para ahli psikologi, perhatian diartikan sebagai pemusatan


energi psikis terhdap suatu obyek, jika diartikan sebagai sedikit banyaknya
kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan.
Perhatian diartikan konsentrasi, yaitu pemusatan tenaga dan energi psikis
dalam menghadapi suatu objek Seiring dengan pendapat kedua ahli
tersebut ahli lain mengatakan bahwa “perhatian adalah keaktifan jiwa yang
diarahkan kepada suatu objek tertentu dan unsur pikiranlah yang paling
kuat pengaruhnya (Nisa, 2015).

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perhatian


adalah proses kegiatan psikis baik tenaga atau energi ketika stimulasi yang
menonjol dan stimulasi yang lain melemah pada suatu objek. Perhatian
pada dasarnya bisa dari kesadaran dan juga bagaimana cara timbulnya.
Perhatian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perhatian orang
tua. Perhatian orang tuas terhadap anak sangat penting karena keluarga
aalah lembaga pendidikanin formal yang bertangung jawab terhadap
pendidikan anak.

Mengutip dari Maslow tentang teori kebutuhan, tidak bisa lepas


dari teori motivasi yang menjadi landasannya. Ada tujuh belas konsep
dasar yang digunakan Maslow dalam memahami manusia secara
menyeluruh di antaranya adalah: Pertama, manusia adalah individu yang
terintegrasi penuh. Kedua, karakteristik dorongan atau kebutuhan yang
muncul tidak bisa dilokasikan pada satu jenis kebutuhan tertentu. Ketiga,
kajian tentang motivasi harus menjadi bagian dari studi tentang puncak
tujuan manusia. Keempat, teori motivasi tidak dapat mengabaikan tentang
kehidupan bawah sadar. Kelima, keinginan yang mutlak dan fundamental
manusia adalah tidak jauh dari kehidupan sehari-harinya. Keenam,
keinginan yang muncul dan disadari, seringkali merupakan pencetus dari
tujuan lain yang tersembunyi. Ketujuh, teori motivasi harus
mengasumsikan bahwa motivasi adalah konstan dan tidak pernah berakhir,
dan masih ada beberapa konsep dasar lainnya. Maslow membagi hierarki
kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan yaitu (Muazaroh &
Subaidi, 2019):

1) Kebutuhan fisik adalah yang paling mendasar dan paling


mendominasi kebutuhan manusia. kebutuhan ini lebih
bersifat biologis seperti oksigen, makanan, air dan
sebagainya. Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasca Perang Dunia II.
Saat itu, manusia berada dalam kondisi yang begitu
memilukan. Salah satunya adalah dilandanya kelaparan.
Oleh karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik
adalah yang utama melebihi apapun.

2) Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan


cenderung mencari rasa aman, bisa berupa kebutuhan akan
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, kekacauan dan
sebagainya. Kebutuhan ini bertujuan untuk
mengembangkan hidup manusia supaya menjadi lebih baik.

3) Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta. Setelah kebutuhan


fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan cenderung
mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan
dipahami oleh orang lain. Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak
sama dengan kebutuhan akan seks. Sebaliknya, Maslow
menegaskan, kebutuhan akan seks justru dikategorikan
sebagai kebutuhan fisik. Kebutuhan akan cinta ini
menguatkan bahwa dalam hidup, manusia tidak bisa
terlepas dari sesama.

4) Kebutuhan untuk dihargai. Setelah ketiga kebutuhan di atas


terpenuhi, maka sudah menjadi naluri manusia untuk bisa
dihargai oleh sesama bahkan masyarakat. Maslow
mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi dua bagian
yaitu, Pertama lebih mengarah pada harga diri. Kebutuhan
ini dianggap kuat, mampu mencapai sesuatu yang
memadai, memiliki keahlian tertentu menghadapi dunia,
bebas dan mandiri. Sedangkan kebutuhan yang lainnya
lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan untuk
memiliki reputasi dan pretise tertentu (penghormatan atau
penghargaan dari orang lain). Kebutuhan ini akan memiliki
dampak secara psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai,
kuat dan sebagainya.

5) Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan inilah yang menjadi


puncak tertinggi pencapaian manusia setalah kebutuhan-
kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi diri ini
berdampak pada kondisi psikologi yang meninggi pula
seperti perubahan persepsi, dan motivasi untuk selalu
tumbuh dan berkembang.

Kaitan dengan perhatian orang tua, pada masa awal perkembangan


siswa dari umur 0 – 18 tahun terdapat peran orang tuan untuk memenuhi
kebutuhan siswa, termasuk didalamnya sandang, pangan dan papan
termasuk didalamnya kebutuhan pendidikan, dimana perhatian orang tua
menunjukkan bahwa siswa memerlukan peran orang tua untuk menunjang
dan mendukung proses pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan perhatian orang tua adalah
pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan
oleh orang tua (ayah dan atau ibu) yang berupa: perhatian secara spontan,
perhatian intensif, dan perhatian yang terpusat. Orang tua bisa berarti ayah,
ibu atau wali dalam keluarga yang bertanggung jawab atas pendidikan
anaknya. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam
membantu anak-anaknya dalam kegiatan belajar di antaranya orang tua
dapat memberikan perhatian dan bimbingan yang cukup pada anak,
sebagaimana yang dijelaskan Kartono bahwa perhatian dan bimbingan
yang dapat dilakukan oleh orang tua pada anak adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan fasilitas belajar, yang dimaksud dengan


fasilitas belajar di sini adalah alat tulis, buku tulis, buku-buku
pelajaran dan tempat untuk belajar. Hal ini dapat mendorong
anak untuk lebih giat belajar, sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar.

2) Memberikan penghargaan dan hukuman secara ideal kepada


anak

3) Mengawasi kegiatan belajar di rumah, sehingga dapat


mengetahui apakah anaknya belajar dengan sebaik-baiknya.

4) Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah,


sehingga orang tua dapat mengetahui apakah anaknya
menggunakan waktu dengan teratur dan sebaik-baiknya.

5) Mengetahui kesulitan anak dalam belajar, sehingga dapat


membantu usaha anak dalam mengatasi kesulitannya dalam
belajar.

6) Menolong anak mengatasi kesulitannya dengan memberikan


bimbingan belajar yang dibutuhkan anaknya (Muslim,
Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar
Anak Dalam Mata Pelajaran Agama Islam, 2020).

b. Jenis-jenis Perhatian

Perhatian dapat dibedakan menurut “bentuk” dan “sifatnya”.


(Ahmadi, 2019) Adapun jenis-jenis perhatian menurut bentuk dan sifatnya
yaitu:

1) Menurut bentuknya, perhatian dibedakan atas:


a) Perhatian sengaja, yaitu jenis perhatian yang terjadi apabila
individu ingin menyaring secara kuat dan ingin menangkap
kesan pengindraan secara lebih jelas. Contohnya: seorang
peserta didik yang sedang belajar di kelas dengan sengaja
memusatkan penglihatannya pada papan tulis, pendengarannya
pada guru, dan lain sebagainya.

b) Perhatian tidak disengaja, yaitu jenis perhatian yang mana


tidak ada usaha sadar dari individu untuk memusatkan
perhatiannya pada suatu pengindraan tertentu, tetapi indranya
secara tidak sengaja terpusatkan pada bagian-bagian indra
tertentu. Contohnya: adanya rasa lapar, haus, panas, dingin,
dan lain sebagainya.

c) Perhatian habitual, yaitu kecenderungan individu untuk


memusatkan perhatiannya pada hal-hal tertentu dalam setiap
keadaan lingkungan dengan meninggalkan
perangsangperangsang lainnya. Contohnya: peserta didik yang
menyukai seni, ia akan memperhatikan desain powerpoint
yang ditampilkan oleh gurunya di kelas, sedangkan peserta
didik yang tidak menyukai seni, ia akan fokus kepada materi
yang ditampilkan.

2) Menurut sifatnya, perhatian dibedakan atas:

a) Perhatian spontan langsung atau direct dan


perhatian paksaan, yaitu jenis perhatian yang tidak
dengan sengaja individu merasa senang terhadap
objek yang diamati. Begitupun sebaliknya jika
individu tidak senang terhadap objek yang harus
diperhatikannya, maka akan terjadi perhatian
paksaan.

b) Perhatian konsentratif dan perhatian distributif


mengacu pada objek yang diamati. Jika individu
memusatkan pikiran, perasaan, dan kemauan pada
suatu objek saja maka disebut sebagai “perhatian
konsentratif”, dan jika individu membagibagi
perhatiannya pada banyak objek maka disebut
sebagai “perhatian distributif”.
c) Perhatian sempit dan perhatian perseveratif.
Perhatian sempit jika terjadi fiksasi dari perhatian
atau melekatnya perhatian pada satu objek yang
terbatas, dan jika perhatian yang konsentratif dan
melekat terus menerus maka disebut dengan
perhatian perseveratif.

d) Perhatian sembarangan (random attention), yaitu


perhatian yang tidak tetap, mudah berubah-ubah,
berpindah-pindah dari objek satu ke objek yang lain,
dan tidak tahan lama. Jenis perhatian ini pada
umumnya terdapat pada anak-anak dan terkadang
juga pada orang dewasa.

c. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Orang tua adalah pendidik perdana dan utama seorang manusia


(Mardiatmaja, 2017). Perhatian orang tua terhadap anak itu meliputi dua
hal, yakni perhatian yang bersifat fisik dan bersifat psikis (Muslim,
Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Dalam
Mata Pelajaran Agama Islam, 2020). Setiap orang tua memiliki kewajiban
untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anakanaknya dan bukan
hanya sekedar memberikan makanan, pakaian, dan perlindungan. Orang
tua sangat berperan dalam menentukan masa depan anak, dan perhatian
dapat diberikan dengan cara memberikan fasilitas belajar, mengawasi anak
dalam belajar, memberikan penghargaan atau hukuman kepada anak dan
selalu memperhatikan kesehatan anak. Menurut Noor peranan orang tua
dalam pendidikan anak meliputi hal-hal berikut: 1) membesarkan secara
fisik dan mental, 2) mengarahkan dan membimbing, 3) memberikan
teladan, 4) mengontrol perkembangan jiwa anak, 5) memberikan dorongan
atau motivasi, dan 6) menyediakan fasilitas dan sarana belajar (Noor,
2015).

Menurut Zakiyah dalam Halid, terkait dengan tanggung jawab


orang tua terhadap pendidikan anak menurut Islam meliputi:

1) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk


yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua
dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia.
2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun
rohani, dari berbagai gangguan penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan yang menyimpang dari tujuan
hidup sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianut.

3) Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak


memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan
kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat
dicapainya.

4) Membahagiakan anak baik kehidupan di dunia maupun di


akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim
(Hanafi & dkk, 2018).

Dengan demikian, perhatian orang tua dalam hal ini adalah adanya
usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua dalam melakukan tindakan
terhadap kegiatan belajar anaknya, baik itu di rumah maupun di sekolah.
Karena keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari tanggung
jawab orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak pada saat anak
sedang berada di rumah. Hal lain yang perlu diperhatikan orang tua adalah
menjaga kualitas hubungan antara orang tua dengan anaknya, karena
persoalan yang terjadi di dalam keluarga akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua

Menurut Ahmadi dalam Nana Sari Yana (2018) faktor-faktor yang


mempengaruhi perhatian orang tua, yaitu :

1) Pembawaan

Hal ini berhubungan dengan tipe-tipe kepribadian yang dimiliki


oleh setiap orang tua. Tipe-tipe kepribadian yang berbeda pada
orang tua akan berbeda pula sikapnya dalam memberikan
perhatian kepada anak.

2) Latihan dan kebiasaan

Walaupun orang tua mengalami kesukaran dalam memberikan


perhatian, namun dengan adanya latihan sebagai usaha
mencurahkan perhatian, maka semakin lama akan menjadi
kebiasaan.

3) Kebutuhan
Timbulnya perhatian orang tuan karena adanya suatu kebutuhan-
kebutuhan tertentu. Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan
dorongan itu mempunyai suatu tujuan yang harus dicurahkan.
Orang tua memberikan perhatian kepada anaknya disebabkan
adanya tujuan yang hendak dicapai misalnya orang tua
mengharapkan anaknya mengetahui suatu nilai yang berlaku.

4) Kewajiban

Perhatian dipersepsikan sebagai kewajiban orang tua sedangkan


kewajiban memandang unsur tanggungjawab yang syogyanya
dipenuhi oleh orang tua.

5) Keadaan jasmani

Bukan hanya kondisi psikologis namun kondisi fisiologis ikut


memperngaruhi perhatian orang tua. Kondisi fisiologis atau
jasmani yang tidak sehat akan berpengaruh kepada usaha orang tua
dalam mencurahkan perhatiannya.

6) Suasana jiwa

Keadaan batin perasaan yang sedang berlangsung dapat


mempengaruhi perhatian orang tua. Pengaruh tersebut biasa
bersifat membantu atau bahkan menghambat usaha orang tua
dalam memberikan perhatian orang tua.

7) Suasana sekitar

Suasana dalam keluarga misalnya ada ketegangan antar anggota


keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua.

8) Kuat tidaknya perangsang

Adapun objek yang dimaksud dalam hal ini adalah anak. Anak
yang kurang mendapat perhatian orang tua, sehingga orang tua
akan terdorong untuk lebih perhatian kepada anak.

e. Indikator Perhatian Orang Tua

Menurut Graha, kasih sayang orang tua bukanlah semata kasih


sayang berupa materi, dengan menyediakan banyak fasilitas anak untuk
sekolah. Tetapi kasih sayang yang dimaksud di sini, sebagai contoh orang
tua dapat menemani anak belajar, di sini anak merasa orang tua perhatian
terhadap pelajarannya, menanyakan kegiatan sehari-harinya di rumah
maupun di sekolah. Dengan perhatian seperti ini anak akan merasa
dihargai dan diperhatikan (Graha, 2007). Adapun wujud dari perhatian
orang tua terhadap belajar anak antara lain:

1) Menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran


agama Islam. Orang tua yang mengerti akan pentingnya
buku, maka tidak segan-segan lagi menyediakan buku buku
yang dibutuhkan oleh anak. Karena dengan adanya buku
tersebut akan lebih membantu anak dalam memahami
pelajaran yang diberikan di sekolah, lebihlebih yang
berkaitan dengan pelajaran agama.

2) Menyediakan tempat belajar anak di rumah. Dengan


tersedianya tempat belajar yang sesuai, maka anak akan
dapat belajar dengan tenang, sehingga akan dapat
meningkatkan prestasi belajar mereka.

3) Tidak terlalu banyak memberi beban pekerjaan anak di


rumah. Orang tua harus mengetahui kondisi anak,
sebaiknya anak jangan terlalu diberi beban pekerjaan yang
berlebihan apalagi jika anak sedang menghadapi ulangan.
Dengan demikian anak akan memperoleh kesempatan
belajar yang lebih banyak (Muslim, Pengaruh Perhatian
Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Dalam Mata
Pelajaran Agama Islam, 2020).

Kontribusi orang tua juga sangat diperlukan dalam beberapa hal berikut:

1) Mendampingi anak ketika bermain.

2) Membiasakan berperilaku baik supaya anak memiliki


panutan dalam keseharian mereka.

3) Bersikap tegas dalam memenuhi kebutuhan anak. Hal ini


harus diimbangi dengan memberikan pengertian pada anak
jika keinginannya ditolak (alih-alih bersikap otoritatif).

4) Mengelola lingkungan moral di rumah dengan sedemikian


rupa, sehingga anak senantiasa belajar berperilaku baik.

5) Mengajarkan anak untuk membuat pertimbangan yang baik


dan menyelesaikan konflik secara adil.
6) Memberi kesempatan pada anak untuk mempraktikkan hal-
hal yang sudah dipelajarinya.

7) Tidak memarahi anak jika berbuat salah, melainkan


memberi tahu mengapa perbuatan mereka salah dan apa
yang seharusnya mereka lakukan.

Adapun Perhatian orang tua berdasarkan berbagai referensi dan


kutipan diatas penulis coba definisikan sebagai berikut (Bulan & dkk,
2017):

1. dukungan emosional (emotional support) adalah dukungan yang


dapat diberikan oleh orang tua kepada anak dalam bentuk empati,
kepedulian, dan perhatian, sehingga anak akan merasa nyaman,
tenteram, dan merasa dicintai ketika dalam keadaan tertekan;
2. dukungan penghargaan (esteem support), meliputi ungkapan
penghargaan yang positif kepada anak, sehingga anak dapat
membangun harga diri dan kompetensinya;
3. dukungan instrumental (tangible or instrumental support), meliputi
pemberian bantuan secara langsung dari orang tua kepada anak
dalam memenuhi kebutuhan belajarnya;
4. dukungan informasi (informational support), meliputi pemberian
nasehat, pengarahan, sugesti, atau umpan balik mengenai apa yang
dapat dilakukan oleh anak;
5. dukungan jaringan (network support), merupakan bentuk dukungan
yang dapat menghasilkan perasaan sebagai anggota dalam suatu
kelompok keluarga yang saling berbagi minat dan kegiatan sosial.

3. Persepsi siswa atas Kompetensi Pedagogik Guru

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat ataupun kimiawi yang mengenai


alat indra. individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan
sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Definisi
persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi menurut Davidoff dalam
Walgito yaitu stimulus yang diindera oleh individu diorganisasikan,
kemudian diinterpretasikan sehingga individu sadar, mengerti tentang apa
yang diinderakan. Individu dapat mengadakan persepsi, jika adanya objek,
alat indera (reseptor), dan perhatian. Contoh persepsi misalnya meja yang
terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja
(Warsah & Daheri, 2021).

Persepsi merupakan sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang


merupakan istilah serapan dari Bahasa Inggris yaitu perception. Kata
perception sendiri berasal dari bahasa Latin, percepto dan percipio, yang
berarti pengaturan identifikasi dan penerjemahan dari informasi yang
diterima melalui panca indra manusia dengan tujuan untuk mendapatkan
pengertian dan pemahaman akan lingkungan sekitar. Menurut Leavitt
dalam Rokhmatika memberikan pengertian tentang persepsi sebagai
berikut: “Perception dalam pengertian sempit adalah penglihatan yaitu
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas,
perception adalah pandangan yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu.” Sedangkan menurut Rakhmat menyatakan bahwa
persepsi adalah pengamatan tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Lebih
lanjut, Chaplin mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau
mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera (Warsah &
Daheri, 2021). Persepsi juga dipahami pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diindera seseorang sehingga
merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated
dalam diri individu (Saleh, 2018).

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia


luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke
dalam otak. Didalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya
terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih
disebut persepsi. Jadi dalam persepsi terdapat proses-proses yang terjadi.
Tiga komponen utama dalam proses persepsi adalah sebagai berikut:

 Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap


rangsangan dari luar, intensitas, dan jenisnya dapat banyak
atau sedikit.

 Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi


sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa
lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemapuan
seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang
diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks
menjadi sederhana.

 Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam


bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Oleh karena itu, berdasarkan beberapa keterangan diatas, persepsi


merupakan proses pengideraan dimana dalam hal ini manusia melakukan
identifikasi atas objek yang ia lihat atau berbagai hal yang ada diluar
dirinya guna mendapatkan pemahaman atas objek yang ia lihat atau
inderakan.

b. Pengertian Guru

Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi suatu


bangsa yang sedang membangun, terlebih bagi kehidupan bangsa
ditengah-tengah pelintasan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan
segala perubahan serta pergeseran nilai yang cendrung memberi nuansa
kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat
mengadaptasikan diri (Sopian, 2016).

Secara umum guru merupakan pendidik dan pengajar untuk


pendidikan baik anak usia dini, menengah bahkan hingga dewasa jalur
sekolah atau pendidikan formal, dasar dan menengah. Guru perlu memiliki
kualifikasi formal. Mengenai definisi atau pengertian yang lebih luas,
setiap orang yang mengajarkan hal baru dapat diartikan sebagai guru.

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang


memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di
masjid, di surau, di mushola, di rumah, dan lain sebagainya. Menurut N.A.
Ametambun dan Djamarah, guru adalah semua orang yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun
klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Heriyansyah, 2018).

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar


mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk
sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Pengertian
guru profesional menurut para ahli adalah semua orang yang mempunyai
kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya,
baik secara individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah.
Guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang serta
mempunyai tanggung jawab untuk membimbing serta membina murid.
Latar belakang pendidikan bagi guru dari guru lainnya tidak selalu sama
dengan pengalaman pendidikan yang dimasuki dalam jangka waktu
tertentu. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan bisa mempengaruhi
aktivitas seorang guru dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar.
Namun, karena tidak sedikit guru yang diperlukan di madrasah maka latar
belakang pendidikan seringkali tidak begitu dipedulikan (Kamal, 2018).

Dengan demikian seorang guru harus menguasai berbagai


kompetensi baik pedagogis, kepribadian, sosial kemasyarakatan maupun
Profesional. Sebagaimana dikemukakan oleh Wursanto, bahwa guru dalam
sebuah lembaga pendidikan merupakan jabatan fungsional. Jabatan
fungsional adalah jabatan yang ditinjau dari segi fungsi yang tidak tampak
dalam struktur organisasi.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Pedagogik Guru

Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi pedagogik


guru, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri guru (internal) dan faktor
yang berasal dari luar diri guru (eksternal). Faktor-faktor tersebut meliputi:

1) Tingkat dan Latar Belakang Pendidikan Guru

Syaiful Bahri menyatakan “latar belakang guru


menentukan, dimana guru yang berlatar pendidikan keguruan
akan lebih menguasai metode-metode pembelajaran, karena
memang dicetak sebagai tenaga ahli keguruan. Latar belakang
pendidikan merupakan pendidikan yang telah ditempuh oleh
seseorang. Latar belakang pendidikan ni meliputi pendidikan
formal dan non formal.

2) Pengalaman Mengajar

Guru yang baru pertama kali menerjunkan diri mengajar di


depan kelas biasanya menunjukkan sikap yang agak kaku dan
terkadang bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa yang
tepat untuk memulai pembicaraan. Keadaan seperti itu
terkadang mendatangkan trauma dalam dirinya. Keringat keluar
membasahi sekujur tubuh karena kurang terbiasa berhadapan
dengan anak didik di depan kelas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kompetensi guru.
Sebab pengalaman secara teoritis yang diterima di jenjang
pendidikan, tidak selamanya menjamin keberhasilan guru
dalam mengajar, apabila tidak ditunjang dengan pengalaman
interaksi langsung dengan lingkungan belajar dan siswa.

3) Ikut Serta dalam Berbagai Pelatihan Keguruan dan


Pendidikan

Training atau penataran disebut juga dengan upgrading,


yaitu segala usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk
meninggikan atau meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan
kecakapan para pegawai, guru-guru atau petugas pendidikan
lainnya, sehingga dengan demikian keahliannya akan
bertambah luas.

4) Keadaan Ekonomi dan Penghasilan Guru

Keadaan ekonomi seorang guru sangat berpengaruh


terhadap kompetensi mengajarnya, “seorang guru jika terpenuhi
kebutuhannya, maka ia akan lebih percaya diri, merasa lebih
aman dalam bekerja maupun kontak-kontak sosial lainnya.
Sebaliknya jika guru tidak dapat memenuhi kebutuhannya
diakibatkan gaji guru yang di bawah rata-rata, akan
menyebabkan guru tersebut mencari pekerjaan tambahan di luar
jam sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


faktor ekonomi atau tingkat kesejahteraan guru juga ikut
mempengaruhi terhadap kompetensi guru. Oleh karena itu,
pemerintah harus memperhatikan semua pihak dalam
meningkatkan penghasilan dan meningkatkan sumber daya
guru.

d. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Profesi keguruan dapat kita artikan sebagai suatu profesi atau
keahlian yang dimiliki oleh seseorang dalam memberikan ilmu
pengetahuan dan bimbingannya kepada peserta didik. Menurut Danim
(Jannah, 2020) menyimpulkan beberapa sifat-sifat profesi antara lain:

1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan

2. Memiliki pengetahuan spesialis

3. Menjadi anggota organisasi profesi

4. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan oleh orang lain.

5. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable

6. Memiliki kapasitas mengorganisasi kerja secara mandiri atau


selforganization

7. Mementingkan kepentingan orang lain

8. Memiliki kode etik

9. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas

10. Mempunyai sistem upah

11. Budaya profesional

12. Melaksanakan pertemuan profesional tahunan.

Pada pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams &


Dickey bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

1. Guru sebagai pegajar (teacher as instructor)

2. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)

3. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist)

4. Guru sebagai pribadi (teacher as person)

Hakikat profesi guru adalah suatu pernyataan atau suatu janji


terbuka yang dinyatakan oleh tenaga profesional tidak sama dengan suatu
pernyataan yang dikemukakan oleh non profesional. Janji tersebut bukan
hanya diucapkan tetapi merupakan ekspresi kepribadian yang tampak pada
tingkah laku seharihari yang mana janji tesebut bersifat etik dan akan
berhadapan dengan sanksisanki tertentu. (Octavia, 2019)
Menjadi guru merupakan profesi, profesi merupakan sesuatu yang
dikerjakan secara serius dan displin yang terlihat bahwa setiap profesi
memiliki tingkat keahlian tertentu sehingga menjadikan suatu profesi
memiliki keahlian atau skill yang mempu digunakan dalam rangka
mengerjakan pekerjaan profesional. Pentingnya profesi guru memiliki
kompetensi yang baik bukan hanya untuk kebermanfaatan guru tersebut
dalam mendapatkan insentif dan bonus namun lebih dalam lagi, seorang
guru dituntut memiliki kompetensi yang baik karena guru ialah yang
mempersiapkan generasi penerus bangsa. Guru yang baik dan mengajar
dengan baik sesuai dengan kompetensi yang benar menciptakan peserta
didik yang baik pula, oleh karena itu menjadi penting bahwa tiap guru
mampu memahami kompetensi pedagogik dan meningkatkan
kompetensinya secara berkala.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


pendidikan Nasional, undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2oo5
tentang standar Nasional Pendidikan menyatakan pendidik adalah
pendidik profesional. untuk itu, agar menjadi pendidik maka harus
memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau Diploma IV (Sl/D-IV)
yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.

Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen


pembel_ ajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Hal ini nantinya
dibuktikan dengan sertifikat pendidik seperti dijelaskan dalam undang-
Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 yang
berbunyi: Selain daripada itu dahm Undang-Undang Nomor 14 tentang
Guru dan Dosen pada Pasal 8 yang berbunyi 'Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik.

Ada beberapa unsur yang terkandung dalam kompetensi, Gordo


menjelaskan beberapa ranah dalam konsep kompetensi: l) pengetahuan,
kesadaran dalam kognitif; 2) pemahaman, kedalaman kognitif dan afektif
individu; 3) kemampuan, sesuatu yang dimiliki peserta didik untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya; 4) nilai, standar perilaku
yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
seseorang; 5) sikap, perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang
datang dari luar; 6) minat' kecenderungan seseorang untuk melakukan
perbuatan
Menurut Uzer Usman, kompetensi adalah suatu hal yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif
maupun kuantitatif. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampJan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
secara konsisten dan terus-menerus sehingga memungkinkan seseorang
untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Pengertian kompetensi dalam hal ini adalah memandang


kompetensi sebagai hasil pembelajaran dalam perspektif pendidikan, yang
mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja.
Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi merupakan
bagian dan kepribadian individu yang relatif dan stabil, dapat dilihat, serta
diukur dari perilaku individu yang bersangkutan di tempat kerja atau
dalam berbagai situasi (Febriana, 2019).

kompetensi guru adalah ukuran untuk mendapatkan pendidik yang


baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
fungsi dan tujuan sekolah pada khususnya serta tujuan pendidikan pada
umumnya' Untuk menilai kompetensi pendidik secara profesional terdapat
beberapa indikator berikut.

1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik'

2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tePat'

3. Mampu bekerja untuk rnewujudkan tujuan pendidikan di


sekolah'

4. Mampu melaksanakan peran dan fungsi pembelajaran di kelas'

Guru merupakan jabatan atau model yang memerlukan keahlian


khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang
tidak mempunyai keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan
sebagai guru. Seorang guru banyak mempunyai tugas baik yang terkait
oleh dinas atau di luar dinas, dalam bentuk pengabdian, apabila kita
kelompokkan, terdapat tiga jenis.

Basic Principles Of Student Teacrhing, antara lain guru sebagai


pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipasi,
ekpeditor, perencanaan, supervisor, motifator dan konselor. Yang akan
dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan
klasifikasikan sebagai berikut : tugas guru yakni tugas dalam profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan


melatih. Sedangkan tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah
harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu
menarik simpati sehingga ia mampua menjadi idola para siswanya.
Sedangkan masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih
terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan
masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan (Kamal M. , 2018).

Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, efisien dan


efektif' seorang pendidik harus memenuhi Persyaratan kemampuan atau
kompetensi sebagai berikut.

1. Menguasai filsafat pendidikan termasuk di dalamnya


kemampuan menguasai konsep, teori' dan proses pendidikan'

2. Menguasai strategi belajar dan pembelajaran'

3. Menguasai ICT dan aplikasinya dalam proses pembelajaran


untuk mendukung penerapan learning strategies yang
dikembangkan oleh pendidik'

4. Menguasai psikologi perkembangan dan psikologi anak'

5. Menguasai berbagai teori belajar'

6. Memahami berbagai konsep pokok sosiologi dan antropologi


yang relevan dalam proses pendidikan dan pertumbuhan anak.

7. Menguasai cara berpikir dan materi bidang studi tertentu, yang


relevan dengan tugasnya sebagai pendidik pada jenjang
persekolahan tertentu.

8. Memahami administrasi pendidikan terutama tentang


management of learning dan peraturan yang berkenaan dengan
profesi.

9. Menguasai visi, prosedur, dan keterampilan pengembangan


kurikulum.

10. Memahami dan menguasai proses pendidikan nilai.


11. Memahami proses dan dampak globalisasi, serta implikasinya
terhadap proses pendidikan peserta didik

12. Memahami strategi enrichment yangberpengaruh terhadap


proses pendi_ dikan peserta didik. m. Memahami peran dan
pengaruh aspek sosial, kultural, dan ekonomi terhadap proses
pendidikan

Komepensi guru dalam hal ini merupakan ukuran kemampuan guru


yang menjadikkan guru memiliki keahlian, sikap serta kelayakan dalam
rangka memenuhi kompetensi profesional menjadi seorang guru. Dalam
hal ini nantinya kompetensi guru terbagi menjadi 4, yakni kompetensi
profesional, Kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian.

Fokus pada penulisan ini merupakan kompetensi pedagogik,


yangnantinya akan menjadi landasan dalam penulisan karya ilmiah ini dan
menjadi bagian dari daftar pertanyaan yang nantinya akan dibuat.

Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi yang berkenaan


dengan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. Seorang guru harus bisa memahami
atau menilai siswanya berdasarkan kompetensi pedagogik yang dimiliki.
Selain itu kemampuan dalam menguasai teori dan pembelajaran yang akan
disampaikan juga sangat penting. Sebab ini adalah hal utama yang akan
dilakukan guru sesuai dengan tujuannya, mencerdaskan kehidupan bangsa
(Jannah, 2020).

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah "kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didikl Kompetensi ini sebagai kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
seorang guru dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian (Febriana, 2019).

Mnurut Syaiful Sagala, Kompetensi Pedagogik, merupakan


kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi a) pemahaman
wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan, b) guru memahami
potensi dan keberagaman peserta didik, c) guru mampu mengembangkan
kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi
dalam bentuk pengalaman belajar, d) guru mampu menyusun rencana dan
strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, e) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
suasana dialogis dan interaktif, f) mampu melakukan evaluasi hasil belajar
dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan, dan g)
mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. (Kirana, 2017)

Depdiknas mengemukakan kompetensi Penyusunan rencana


pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu
memilih materi, (3) mamPu mengorganisir materi, (4) mamPu menentukan
metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/
media/alat peraga pembelajaran, (6) mamPu menyusun perangkat
penilaian' (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu
mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar


mengajar merupakan proyeksi pendidik mengenai kegiatan yang harus
dilakukan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, yang
mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan,
merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber
belajar, serta merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru dalam


mengelola pembelajaran Peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
Peserta didik, perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar' dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai Potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan untuk


memahami peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik Pemahaman tentang peserta didik meliputi
pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan
pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang
pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan
hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

e. Indikator Kompetensi Pedagogik Guru

Tentunya kompetensi pedagogik memiliki fungsi tersendiri dalam


proses pembelajaran, setidaknya ketika guru mampu menguasai dan
mengenalola kelas dengan benar akan tercipta suasana kondusif dan
menyenangkan ketika siswa belajar. Beberapa fungsi atau manfaat dari
kompetensi pedagogik adalah (Kamal M. , 2018):

1. Jika guru dapat memahami peserta didik dengan


memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif siswa,
maka:

a. Siswa dapat terpenuhi rasa ingin tahunya.

b. Siswa memiliki keberanian berpendapat dan kemampuan


menyelesaikan masalah.

c. Siswa merasa gembira dalam kegiatan belajarnya.

2. Jika guru dapat memahami prinsip-prinsip perkembangan


kepribadian siswa dan memanfaatkannya, maka:

a. Siswa memiliki kepribadian yang mantap dan rasa


percaya diri yang tinggi

b. Siswa memiliki sopan santun dan taat pada peraturan.

c. Siswa tumbuh jiwa kepemimpinannya dan mudah


beradaptasi.

Kompetensi Pedagogik, meliputi pemahaman guru terhadap peserta


didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan
menjadi indikator esensial sebagai berikut (Kamal M. , 2018);

a. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator


esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan


pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator
esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori
belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial:
menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.

d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki


indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery learning), dan memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran
secara umum.

e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan


berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi
peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik;
dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi nonakademik.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan kaitan dengan Pengaruh Perhatian Orang


Tua dan Persepsi Siswa atas Kompetensi Pedagogik Guru terhadap
Perstasi Belajar Pkn (Survey SMP Negeri Indramayu) adalah :

1. Wafda Auliatun Nisa (11180182000032). Pengaruh Perhatian


Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di SDIT Al-
Amanah Jakarta Utara. Skripsi Program Strata 1 (S1). Program
Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2022. Hasilnya ialah variabel perhatian orang tua mampu
menerangi variabel prestasi belajar peserta didik sebesar 8,8% dan
sisanya merupakan hal lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar
Peserta Didik di SDIT Al-Amanah Jakarta Utara.

2. Skripsi Atas Nama Siti Nabila, Nim 11180183000061, dengan


judul “Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas IV Mi Hayatl Islamiyah”. Menunjukan bahwa
variabel independen (keharmonisan keluarga) memiliki pengarh
terhadap variabel dependen (prestasi belajar) sebesar (20,5%)
sedangkan (79,5%) dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dan
interpretasi r membuktikan pengaruh keharmonisan siswa terhadap
prestasi siswa berada dalam kagori sedang.

3. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik,


Kompetensi Profesional Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Motivasi Belajar Ekonomi Siswa Di Sma Negeri 1 Ngemplak
Sleman Tahun Ajaran 2017/2018 Oleh: Hestu Dandy Hartaji
13804241037. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Variabel
persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru berpengaruh
terhadap motivasi belajar. (2) Variabel persepsi siswa tentang
kompetensi profesional guru berpengaruh terhadap motivasi
belajar. (3) Variabel fasilitas belajar berpengaruh terhadap motivasi
belajar. (4) Variabel persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik
guru, persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dan
fasilitas belajar secara bersamasama berpengaruh terhadap
motivasi belajar. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,603 atau
60,3% menunjukkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi persepsi
siswa tentang kompetensi pedagogik guru, persepsi siswa tentang
kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar sedangkan
sisanya 39,7% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.

4. MAKSUN (083811036), Pengaruh Persepsi Siswa Tentang


Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Materi
Virus Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama 1
Losari Kabupaten Brebes. Skripsi Semarang Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo 2012. menunjukan adanya pengaruh kompetensi
pedagogik guru terhadap prestasi belajar siswa kelas X di
Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama 1 Losari kabupaten Brebes. Hal
ini ditunjukan oleh koefisien korelasi rxy = 0,910>rtabel 5% =
0,339 sedangkan Fhitung = 154,73> Ftabel 5% = 4,17 dan
Fhitung= 154,73> Ftabel 1%= 7,56, ini berarti signifikan. Dengan
demikian, semakin tinggi kompetensi pedagogik guru, maka
semakin baik pula prestasi belajar siswa. Sebaliknya semakin
rendah kompetensi pedagogik guru, maka akan semakin rendah
prestasi belajar siswa.

5. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Perhatian Orang Tua


Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mtsn 4 Kota Padang Dengan
Motivasi Belajar Sebagai Variabel Intervening oleh Dina Indah
Wulandari. Hasil penelitian ini menunjukkan Kompetensi
Pedagogik memiliki pengaruh sebesar 46% pada prestasi belajar
dan Perhatian Orang Tua memiliki pengaruh 22% terhadap prestasi
belajar (Wulandari, 2018).

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir ini akan membahas tentang pengaruh Perhatian


Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Pkn, pengaruh persepsi siswa atas
kompetensi pedagogik guru terhadap Prestasi Belajar Pkn dan pengaruh
Perhatian Orang Tua dan pengaruh persepsi siswa atas kompetensi
pedagogik guru secara bersama-sama terhadap prestasi siswa pada mata
pelajaran Pkn yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata


Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Perhatian orang tua merupakan komponen pendukung utama dalam


memotivasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran secara optimal yang
secara tidak langsung perasaan diperhatikan, didukung dan diberikan
perlakukan membuat siswa memiliki motivasi dalam meningkatkan
prestasi akademik atau prestasi belajar. Secara umum dapat dikatakan
bahwa apabila Perhatian Orang Tua yang dimiliki siswa tinggi diduga
akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi. Namun sebaliknya
apabila Perhatian Orang Tua yang dimiliki siswa rendah diduga akan
menghasilkan prestasi belajar yang kurang memuaskan. Dengan demikian
dapat diduga bahwa Perhatian Orang Tua berpengaruh terhadap prestasi
siswa pada mata pelajaran Pkn.

Hal ini didukung dengan penelitian Wafda dengan judul Pengaruh


Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di SDIT Al-
Amanah Jakarta Utara, bahwa tiap peningkatan perhatian orang tua maka
akan meningkatkan prestasi belajar sebanyak 8,8%. Terlihat bahwa terjadi
peningkatan setiap bertambahnya variabel perhatian orang tua.

2. Pengaruh Persepsi Siswa atas Komepetensi Pedagogik Guru


Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah "kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didikl Kompetensi ini sebagai kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
seorang guru dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian (Febriana, 2019).

Berdasarkan pada konsep-konsep kerangka teoritik maka dapat


diketahui bahwa persepsi siswa atas kompetensi pedagogik guru
merupakan bagaimana pandangan siswa kaitan kompetensi pedagogik
yang didalamnya terdapat beberapa indikator seperti yang terlihat diatas.
Hal ini dapat dipahami, bahwa siswa yang kurang memiliki persepsi yang
baik dalam kompetensi pedagogik guru, maka ia akan mempunyai
perhatian yang kurang. Sehingga keinginan untuk berusaha mempelajari
mata pelajaran Pkn yang dituntutnya menjadi kecil. Hal ini pada akhirnya
menyebabkan prestasi belajar yang dicapai kemungkinan cenderung
menurun. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki persepsi yang baik dalam
kompetensi pedagogik guru tinggi, maka ia akan memiliki keinginan yang
besar untuk berusaha menguasai segala materi dan keterampilan mata
pelajaran IPS sehingga kemungkinan prestasi belajarnya cenderung tinggi.
Dengan demikian dapat diduga bahwa persepsi siswa atas kompetensi
pedagogik guru berpengaruh terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran
Pkn.

Hal ini didukung oleh penelitian Maksun berjudul Pengaruh


Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi
Belajar Materi Virus Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama
1 Losari Kabupaten Brebes, pada penelitian ini kompetensi pedagogik
memiliki pengaruh sebesar 33% dalam mempengaruhi prestai belajar.

Pada penelitian lainnya Hestu Dandi berjudul Pengaruh Persepsi


Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional Guru Dan
Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi Belajar Ekonomi Siswa Di Sma
Negeri 1 Ngemplak Sleman Tahun Ajaran 2017/2018, ketiga variabel yang
ada di judul termasuk didalamnya kompetensi pedagogik memiliki
pengaruh sebesar 60% pada prestasi belajar.

3. Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Persepsi Siswa atas Komepetensi


Pedagogik Guru Secara Bersama-sama Terhadap Prestasi Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Siswa yang memiliki perhatian orang tua yang memadai akan


terdorong melakukan aktivitas belajar dalam hal ini adalah belajar
mengenai pendidikan kewarganegaraan guna meraih prestasi mata
pelajaran Pkn yang tinggi (tumbuh minat belajar). Siswa yang memiliki
persepsi siswa atas kompetensi pedagogik guru akan tumbuh motivasi
dalam dirinya dan timbul kesadaran untuk berprestasi. Siswa yang
memiliki perhatian orang tua yang memedai dan persepsi siswa atas
kompetensi pedagogik guru akan memiliki prestasi yang lebih tinggi.
Dengan demikian dapat diduga bahwa Perhatian orang tua dan persepsi
siswa atas kompetensi pedagogik guru secara bersama-sama berpengaruh
terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran Pkn. Dengan demikian siswa
yang mendapatkan orang tau dan diajar dengan guru yang memiliki
pendagogik yang baik akan mempengaruhi prestasi belajar, begitupun juga
sebaliknya.

Hal ini didukung oleh penelitian Dina Indah dalam Jurnalnya


Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Perhatian Orang Tua
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mtsn 4 Kota Padang Dengan Motivasi
Belajar Sebagai Variabel Intervening oleh Dina Indah Wulandari. Hasil
penelitian ini menunjukkan Kompetensi Pedagogik memiliki pengaruh
sebesar 46% pada prestasi belajar dan Perhatian Orang Tua memiliki
pengaruh 22% terhadap prestasi belajar (Wulandari, 2018).

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berfikir dapat diajukan


hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Perhatian orang tua berpengaruh terhadap prestasi siswa pada mata


mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Persepsi siswa atas komepetensi pedagogik guru berpengaruh


terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.

3. Perhatian Orang Tua dan Persepsi siswa atas komepetensi


pedagogik guru secara bersama-sama berpengaruh terhadap
prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Adapun konstelasi hubungan antara variabel dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut :

X1
Y

X2

Gambar 2.1
Korelasi Hubungan antar Variabel
Keterangan :

X1 : Perhatian Orang Tua


X2 : Persepsi Siswa atas Kompetensi Pedagogik Guru
Y : Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan pada 3 (tiga) sekolah SMP Negeri di
Indramayu yaitu SMP Negeri 3 Gabuswetan, SMP Negeri 1 Gantar
dan SMP Negeri 1 Kroya, kelas VIII tahun pelajaran 2023/2024.
Penelitian didasarkan pada pertimbangan :
a. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh perhatian
orang tua dan persepsi siswa atas kompetensi pedagogik guru
terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewaganegaraan siswa
kelas VIII SMP Negeri di Indramayu yaitu SMP Negeri 3
Gabuswetan, SMP Negeri 1 Gantar dan SMP Negeri 1 Kroya
tahun pelajaran 2023/2024.
b. Lokasi berada di area Indramayu dan tidak terlalu jauh dari
sekolah tempat mengajar sehingga cenderung lebih efektif
dalam mobilitas.
c. Rataan ketuntasan SMP di Indramayu untuk KKM pada saat
AMBK masih rendah rataannya cukup jauh dibawah KKM dari
tahun ke tahun yakni dibawah 75. Adapun untuk di Indramayu
sendiri penelitian terakhir tahun 2014/2015 menunjukkan nilai
ulangan dari Mts Negeri menunjukkan rataan yang kurang
memuaskan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tahap awal


dilakukan penelitian pendahuluan yakni mengumpulkan data kaitan
dengan jumlah populasi dan sampel yang dijadikan obyek penelitian.
Tahapan selanjutnya melakukan uji instrumen dan ditindaklanjuti
dengan pengambilan data.

2. Waktu Penelitian
Penelitain dilaksanakan mulai dari tanggal 07 September 2023
samapi selesai yang direncanakan selama 4 (empat) bulan, mulai dari
penentuan judul, pembuatan instrumen sampai penyusunan tesis dan
sidang dengan jadwal sebagai berikut.

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

No Aktivitas Waktu Pelaksanaan


September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persetujuan Judul
2 Penyusunan Instrumen
3 Uji Coba Instrumen
4 Pengambilan Data
5 Pengolahan dan
Analisis Data
6 Penyusunan Tesis
7 Asumsi Sidang
8 Revisi siding

B. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah atau kegiatan dalam informasi


sehingga memperoleh data agar bisa diolah dan dianalisis. Artinya metode
penelitian adalah bagaimana peneliti membuat gambaran secara
komprehensif (Sahir, 2021). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
serangkaian langkah yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Sugiyono dalam Sahir (2012), menyatakan metode penelitian
merupakan Langkah ilmiah agar memperoleh data dengan tujuan dan
manfaat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan


pendekatan studi regresi yang merupakan bagian dari jenis penelitian
kuantitatif teknik korelasional. metode survey adalah metode penelitian
kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada
masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik,
perilaku hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang
variabel sosialogi dan psikologis dari sampel yang diambil dari populasi
tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan (wawancara atau
kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil penelitian cendrung untuk di
generasikan (Sugiyono, 2018).

Tujuan penelitian survey ialah untuk memberikan gambaran serta


mendetail mengenai sifat-sifat, karakter-karakter, serta latar belakang dari
kasusu atau kejadian suatu hal yang bersifat umum. Alat atau instrumen
yang digunakan berupa kuesioner atau angket dan nilai Penilaian Tengah
Semester (PTS) siswa kelas VIII pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
semester 1 tahun ajaran 2023/2024. Data yang diperoleh dianalaisis oleh
peneliti dan diverikan kepada sampel dari populasi yang ada. Metode ini
digunakan untuk mengemukakan ada tidaknya pengaruh antara variabel
terikat dengan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y) dan dua variabel bebas,
yaitu perhatian orang tua (X1) dan persepsi siswa atas kompetensi
pedagogik (X2) sesuai dengan masalah dan judul yang ada.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sehingga populasi bukan hanya orang, tetapi juga
obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu
(Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2018).
Pada penelitian ini populasi yang diambil ialah SMP Negeri yang
ada di Indramayu, yakni SMP Negeri 1 Gantar, SMP Negeri 3
Gabuswettan dan SMP Negeri 1 Kroya tahun ajaran 2023/2024 dengan
jumlah 530 siswa
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Dinamakan sampel penelitian apabila peneliti bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil yang telah diteliti (Arikunto, 2020).
Menurut Sugiyono Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Sampel adalah bagian dari jumlah penelitian yang mewakili data
atau populasi. Cara pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan Kuota Sampling. Dimana dari jumlah populasi
yang ada diambil sejumlah sampel yang memenuhi kuota sampling
pada saat penelitian. Penentuan jumlah keseluruhan sampel
menggunakan metode solvin, sebagai berikut:

n = N/1+(N x d2)
Keterangan :
n = Jumlah anggota sampel
N = Jumlah populasi
d = Error level dalam mengambil sampel 10%

N
n=
1+(N . d 2)

diketahui :

N = 530
d = 10%

530
n=
1+(530.(0 ,1)2)
530
n=
1+(530.(0 ,01))
530
n=
1+(5 , 3)
530
n=
6,3
n = 84,1
Dari hasil yang telah didapatkan diatas maka sampel penelitian
berjumlah 84 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ialah sebagai berikut :
1. Angket/Kuesioner
Angket merupakan teknik pengumpulan data berupa daftar
pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk diisi oleh responden.
Angket memiliki beberapa komponen yaitu petunjuk pengisian, bagian
identitas responden (nama, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, usia, dan
lainnya), dan daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis
(Rahmadi, 2011).
Angket atau kuesioner diberikan kepada siswa yang menjadi
sampel penelitian. Angket ini digunakan untuk mendapatkan data
persepsi siswa atas kompetensi pedagogik guru dan perhatian orang
tua. Data hasil angket digunakan untuk menggambarkan pengaruhnya
terhadap prestasi belajar Pkn.
2. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah mencari data menganai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 2020).
Studi dokumen ini digunakan untuk mencari data yang memiliki
relevansi dengan judul penelitian, berupa prestasi belajar siswa. Data
hasil studi dokumen digunakan sebagai data penelitian.

E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (Y)
a. Definisi Konseptual
Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah
ketercapaian siswa memenuhi kompetensinya dalam pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang telah yang ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru setelah
melakukan serangkaian aktivitas belajar yang berupa
perubahan tingkah laku baik berupa kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang dapat dilihat dari prestasi belajar yang dapat
dilihat dari prestasi belajar di sekolah.
b. Definisi Operasional
Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah adalah
nilai siswa yang mencerminkan hasil belajar siswa pada
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada aspek
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang materi
Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas VIII semester dua
tahun pelajaran 2023/2024.
2. Instrumen Perhatian Orang Tua (X1)
a. Definisi Konseptual
Perhatian menurut Slameto adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan
yang datang dari lingkungannya. Dari pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan memusatkan kosentrasi terhadap suatu objek. Perhatian
dilakukan berdasarkan rangsangan yang diterima dari apa yang
individu dapat dari lingkungannya. perhatian orang tua
merupakan pemusatan atau kosentrasi orang tua terhadap
anaknya yang menyebabkan bertambahnya aktivitas seorang
anak, terutama dalam pemenuhan kebutuhan baik secara fisik
maupun non-fisik (Arifudin & dkk, 2020).
b. Definisi Operasional
Perhatian orang tua adalah skor total angket yang diperoleh
mengenai tingkat perhatian orang tua yang diberikan oleh
orang tua kepada siswa yang diukur dengan mengunakan skala
Likert rentang skor 1 – 5 yaitu skor SL (selalu) = 5, SR (sering)
= 4, KD (kadang) = 3, P (pernah) = 2 dan TP (tidak pernah) = 1
dengan jumlah 20 butir pernyataan.

Tabel 3.3
Kisi-kisi instrumen perhatian orang tua
Variabel Indikator Nomor Item Jumlah

Memberikan bimbingan
1-4 4
dalam belajar

Mengawasi anak dalam


5-7 3
belajar

Perhatian Memberi penghargaan


Orang Tua atau hukuman kepada 8-11 4
(X1) anak

Menyediakan fasilitas
12-15 4
belajar

Mengetahui kesulitan
16-20 5
anak dalam belajar

20

3. Instrumen Persepsi Siswa atas Kompetensi Pedagogik Guru


a. Definisi Konseptual

Chaplin mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau


mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera
(Warsah & Daheri, 2021).

kompetensi pedagogik adalah "kemampuan mengelola


pembelajaran peserta didikl Kompetensi ini sebagai kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari
kemampuan seorang guru dalam merencanakan program belajar
mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola
proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian
(Febriana, 2019).

Sehingga persepsi siswa atas kompetensi pedagogik merupakan


penilaian siswa atas kompetensi pedagogik yang dimiliki seorang
guru, dimana didalamnya ada penguasaan kelas, pemahaman
materi, pemanfaatan bahan ajar hingga pemahaman akan
karakteristik siswa.

b. Definisi Operasional

Persepsi siswa atas kompetensi pedagogik adalah skor total


angket yang diperoleh mengenai penilaian siswa atas kompetensi
pedagogik yang diberikan oleh siswa kepada guru mata pelajaran
Pkn yang diukur dengan mengunakan skala Likert rentang skor 1 –
5 yaitu skor SL (selalu) = 5, SR (sering) = 4, KD (kadang) = 3, P
(pernah) = 2 dan TP (tidak pernah) = 1 dengan jumlah 27 butir
pernyataan.

Tabel 3.4
Kisi-kisi instrumen Persepsi siswa atas kompetensi pedagogik

Variabel Indikator Nomor Item Jumlah

Melaksanakan evaluasi 1-3 3

Melaksanakan
4-14 10
Persepsi siswa pembelajaran
atas
Memahami karakteristik
kompetensi 15-19 5
peserta didik
pedagogik
guru (X2) Membimbing siswa 20-23 4

Merancang
24-27 4
pembelajaran

27

F. Teknik Analisis Data


Sesuai dengan apa yang dicapai dalam penelitian ini, maka data
yang telah terkumpul dari responden dianalisis dengan analisis statistik.
Teknik analisis statistik dimulai dari statistik deskriptif untuk
mengetahui berapa besar rerata skor, median, mode, simpangan baku serta
distribusi frekuensi dari data yang telah terkumpulkan. Kegunaan statistik
deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan dengan apa
adanya secara obyektif tanpa dipengaruhi dari dalam diri peneliti atau
secara subyektif.
Kemudian analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
teknik analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda. Namun sebelum
dilakukan analisis tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu
uji normalitas data dan lineritas data.
1. Uji Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan dengan menguji validitas setiap


butir pernyataan dan reliabilitasnya. Pengujian tersebut dilakukan
kepada 20 responden anggota populasi tetapi bukan calon anggota
sampel
1) Validitas Butir Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau kesahian suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid
berarti miliki validitas rendah.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari
korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan
cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap skor butir dengan rumus Pearson Product
Moment. (Arikunto, 2020) yaitu :
n XY    X  Y 

hitung =
n X   X  n Y   Y  
2 2 2 2

Keterangan :
rhitung = koefisien korelasi
∑Xi = jumlah skor item
∑Yi = jum1ah skor total
n = jumlah responden
Nilai r xy yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya
dikonsuktasikan dengan r tabel product moment dengan taraf
signifikan a=0 , 05 dan derajat kepercayaan df = n−2 (dimana n =
jumlah responden).
Kriteria adalah jika r xy ≥ r tabel maka tabel butir pertanyaan
tersebut dikatakan valid dan butir pertanyaan dapat digunakan. Namun
sebaliknya jika butir pertanyaan tidak valid maka dibuang atau tidak
digunakan lagi dalam instrumen untuk mendapatkan data penelitian.
2) Reliabilitas lnstrumen
Pengujian kehandalan (reliabilitas) dilakukan untuk mengetahui
konsistensi interval antar variabel dan instrumen. Adapun butir soal
yang diuji adalah butir soal yang dinyatakan valid. Metode mencari
realibilitas interval yang digunakan adalah metode Cronbach Alpha,
dimana metode ini menganalisa realibilitas dari alat ukur dan satu kali
pengukuran (Arikunto, 2020).

 k   s 
2

 1  2 
 k  1  s1 
r11 = , dimana

r11 = nilai reliabilitas


∑S12 = jumlah varian skor tiap-tiap item
S t2 = Varian total
K = jumlah item

Kaidah keputusan:

J ika r11 > 0,70 → reliable

Jika r11 < 0,70 → tidak reliable

Tabel 3.5.
Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas

Interval Nilai Tingkat Hubungan


0 Tidak ada hubungan
0,01- 0,20 Sangat rendah
0,21 - 0,40 Rendah
0,41 - 0,60 Sedang
0,61 - 0,80 Kuat
0,81 - 0,99 Sangat Kuat
1 Sempurna

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif akan dilakukan teknik penyajian data dalam


bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik poligon dan histrogram untuk
masing-variabel penelitian dengan skor Y (prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan), skor X1 (perhatian orang tua) dan skor X2 (persepsi
siswa atas kompetensi pedagogik guru). Selain itu juga masing-masing
kelompok data akan diolah dan dianalisis ukuran pemusatan dan letak
mean, median, dan modus serta ukuran simpangan seperti jangkauan,
variansi, simpangan baku, kemencengan dan kurtosis. Untuk perhitungan
analisis deskriptif digunakan program SPSS version 20.0 for windows,
dengan rumus sebagai berikut:

 Yi
a. Rata-rata(Mean) = n

∑Yi = jumlah nilai n sampai j


n = jumlah sampel

 b1 
 
 b1  b2 
b. Modus = b + P

b = batas kelas interval dan frekuensi terbanyak


P = panjang kelas interval
bl = frekuensi kelas modus - frekuensi kelas interval sebelumnya
b2= frekuensi kelas modus - frekuensi kelas berikutnya
1 
 F
2 
 f 
 
c. Median = b + P  

b = batas bawah, dimana median terletak


n = banyak data atau sampel
F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median

 Y
 Y  n
2
2

d. Simpangan Baku = n1

∑Y = jumlah nilai dari n sampai j


n = jumlah sampel.
3. Uji Persyaratan Analisis Data
1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan Chi
Kuadrat, yaitu dengan rumus sebagai berikut :

Apabila harga chi kuadrat yang diperoleh melalui hitungan lebih


kecil dari harga chi kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5 % pada
derajat kebebasan jumlah kelas interval dikurangi satu (k–1) maka data
dari variabel tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya jika harga chi
kuadrat melalui hitungan atau observasi lebih besar dari harga chi
kuadrat tabel maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Kriteria
pengujian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: Ho ditolak jika : chi
hitung (0,05 (k–1)) > chi tabel (0,05 (k–1)) Ho diterima jika : chi
hitung (0,05 (k–1)) < chi tabel (0,05) (k–1).

2. Uji Linearitas
Pengujian hipotesis hubungan antar variabel dilakukan dengan
menentukan persamaan garis regresinya terlebih dahulu, untuk
mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Linieritas dilakukan terhadap variabel-variabel independen
yang terdiri dari motivasi belajar dan minat belajar. Variabel
dependennya adalah prestasi belajar. Uji yang digunakan untuk
mengetahui linier atau tidaknya adalah menggunakan uji F yang
dikutip pada (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, 2018)
rumusnya sebagai berikut:
Setelah didapat harga F, kemudian dikorelasikan dengan harga F pada
tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika harga F hasil analisis (Fa) lebih
kecil dari Ftabel (Ft) maka hubungan kriterium dengan prediktor adalah
hubungan linier. Jika F hasil analisis (Fa) lebih besar dari Ftabel (Ft)
maka hubungan kriterium dengan prediktor adalah hubungan non linier.

3. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antar variabel bebas. Menggunakan analisis korelasi akan
diperoleh harga interkorelasi antar variabel bebas. Jika harga
interkorelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,600
maka tidak terjadi multikolinieritas. Kesimpulannya jika terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas maka uji kolerasi ganda tidak
dapat dilanjutkan. Akan tetapi jika tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel maka ujikorelasi ganda dapat dilanjutkan. Berikut rumus untuk
menghitung koefisien korelasi yang dikutip dari (Arikunto, 2020):
Syarat terjadinya multikolineritas adalah jika harga interkorelasi
antar variabel bebas lebih besar atau sama dengan 0,600. Apabila harga
interkorelasi antar variabel bebas kurang dari 0,600 berarti tidak terjadi
multikorelasi.

4. Uji Heterodeskesitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana dalam regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berbagai macam uji heteroskedastisitas yaitu dengan Uji Glesjer, dan
melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi, atau uji koefisien korelasi
Spearman’s rho. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan uji Spearman’s rho, yaitu mengorelasikan variabel
independen dengan nilai Unstandardized residual. Pengujian
menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi
antara variable independen dengan residual didapat signifikansi lebih dari
0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
pada model regresi.
Langkah-langkah uji heteroskedastisitas menurut Priyatno yaitu
klik Analyze >> Regression >> Linear. Selanjutnya akan terbuka kotak
dialog Linear Regression. Klik variabel prestasi belajar dan masukan ke
kotak Dependent, kemudian klik variabel kedisiplinan siswa dan perhatian
orang tua lalu masukan ke kotak Independent (Priyatno, 2010). Klik Save
pada kotak dialog Linear Regression: Save, beri tanda centang pada
Unstandardized. Selanjutnya klik Continue. Klik OK, hiraukan hasil
output karena hanya mencari nilai residualnya saja. Buka halaman Data
View maka aka nada tambahan satu variabel yaitu RES_1 (nilai residual).
Selanjutnya melakukan analisis korelasi Sperman’s rho dengan cara klik
Analyze >> Correlate >> Bivariate. Kemudian akan terbuka kotak dialog
Bivariate Correlation. Klik variabel Unstandardized Residual,
kedisiplinan siswa, dan perhatian orang tua dan masukan ke kotak
variables. Pada Correlation Coefficients hilangkan tanda centang pada
Pearson dan beri tanda centang pada Spearman. Jika sudah klik OK.

5. Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis


nihil (Ho) untuk hipotesis yang diuji dan hipotesis alternatif untuk
hipotesis yang diajukan. Hipotesis nihil merupakan tandingan dari
hipotesis alternatif, dimana jika hasil pengujian secara statistik menolak
hipotesis nihil berarti hipotesis alternatif diterima begitu juga dengan
sebaliknya. Pada penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan taraf
signifikansi 0,05 yang berarti resiko kesalahan dalam mengambil
kesimpulan adalah 5 % dari 100 % kebenarannya atau kebenaran yang
dicapai 95 %.

Pada bagian ini akan membahas mengenai, analisis korelasi


sederhana, analisis korelasi ganda, analisis regresi, uji koefisien regresi
secara bersama-sama (Uji F), analisis koefisien determinasi. Setelah
keseluruhan uji persyaratan analisis data dipenuhi dan diketahui data layak
untuk diolah lebih lanjut, maka langkah berikutnya adalah menguji
masing-masing hipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis
menggunakan teknik korelasi partial dan korelasi ganda, serta regresi linier
sederhana dan regresi linier ganda.
Dalam prakteknya, untuk perhitungan dan pengujian korelasi dan
regresi baik partial maupun ganda akan digunakan bantuan program SPSS
22.0. Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Analisis Korelasi

1) Perhitungan dan Pengujian Signitikansi Koefisien Korelasi Partial

Hasil perhitungan koefisien korelasi partial bisa dilihat dari


output program SPSS melalui analisis korelasi yakni pada table
Correlations. Signifikasi dari koefisien korelasi tersebut dinyatakan
oleh keterangan yang ada di bawah tabel tersebut, yaitu:
untuk tanda **(dua bintang) maka koefisien korelasi tersebut
signifikan pada taraf nyata 1% untuk tanda * (satu bintang) maka
koefisien korelasi tersebut signifikan pada taraf nyata 5%, tidak
signifikan pada tarafnyata 1%.
untuk yang tidak ada tanda bintangnya maka koefisien korelasi
tersebut tidak signifikan.
2) Perhitungan dan Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda
Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda bisa dilihat dari
output program SPSS melalui analisis regresi yakni pada table Model
Summaryb. Signifikasi dari koefisien korelasi tersebut diuji secara
manual atau dengan bantuan komputer melalui program aplikasi
Mcrosof Excel.
Adapun rumus pengujiannya adalah :

R2
k
1  R2
n  k 1

F=

dimana :
R = koefisien korelasi ganda
n = banyaknya anggota sampel
k = banyaknya variabel bebas

b. Analisis Regresi

1) Perhitungan Persamaan Garis Regresi

Hasil perhitungan garis regresi bisa dilihat dari output program

SPSS melalui analisis regresi yakni pada table Coefficients a.

Koefisien-koefisien persamaan garis regresi ditunjukkan oleh


bilangan-bilangan yang ada pada kolom B untuk Unstandardized

Coefficients.

Tabel 3.7.
Persamaan Garis Regresi

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) ao
1 X1 a1
X2 a2
a. Dependent Variable: Y
Dimana:

X1 = Kecerdasan intrapersonal
X2 = Minat belajar
Y = Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Dari tabel di atas maka persamaan regresinya adalah

Ŷ = ao + a1X1+ a2X2

2) Pengujian Signifikansi Regresi

(a) Untuk Regresi Partial

Untuk pengujian signifikansi regresi partial dilakukan

dengan memperhatikan nilai pada kolom t atau kolom Sig pada

tabel Coeficients. Untuk regresi partial pengaruh X 1 terhadap Y

digunakan baris nilai t dan Sig pada baris Variabel X l, sedangkan

Lmtuk regresi partial pengaruh X2 terhadap Y digunakan baris nilai

t dan Sig pada baris Variabel X2. Jika digunakan Kolom Sig, maka

kriteria signiiikansinya adalah:

“Jika Sig < 0, 05 maka regresi tersebut signifikan”

Jika digunakan Kolom t, maka kriteria signitikansinya adalah


“Jika thitung > ttabel maka regresi tersebut signifikan”

ttabel dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian statistik pada

distribusi t, yaitu taraf nyata a dan dk = n - 2, dimana n adalah

banyaknya anggota sampel.

(b) Untuk Regresi Ganda

Hasil pengujian signifikansi regresi ganda bisa dilihat dari

output program SPSS melalui analisis regresi yakni pada tabel

ANOVAb kolom F atau Sig.

Tabel 3.8.
Pengujian Signifikansi Regresi Ganda

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression
1
Residual
Total
a. Predictors: (Constant), X1, X2
b. Dependent Variable: Y

Kriteria signitikansinya adalah :

Jika digunakan Kolom Sig, maka kriteria signifikansinya adalah:

“Jika Sig < 0, 05 maka garis regresi tersebut signifikan”

Jika digunakan Kolom F, maka kriteria signifikansinya:

“Jika Fhitung > Ftabel maka garis regresi tersebut signifikan”

Ftabel dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian statistik pada


distribusi F, yaitu pada taraf nyata a derajat (dk) pembilang = k dan
derajat (dk) penyebut = n - k - 1, dimana n adalah banyaknya anggota
sampel dan k adalah banyaknya variabel bebas.

G. Hipotesis Statistik
1. Hipotesis 1

H0 : βl = β2 = 0

H1 : β1 ≠0; dan β2 ≠0

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan perhatian orang tua dan

persepsi siswa atas kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi

belajar Pkn

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan perhatian orang tua dan persepsi

siswa atas kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar Pkn.

2. Hipotesis 2

H0 : βl = 0

H1 : β1 ≠0

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan perhatian orang tua

terhadap prestasi belajar Pkn.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan perhatian orang tua

terhadap prestasi belajar Pkn.

3. Hipotesis 3:

H0 : βl = 0

H1 : β1 ≠0

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan persepsi siswa atas

kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar Pkn.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi siswa atas kompetensi


pedagogik guru terhadap prestasi belajar Pkn.
KUESIONER PENELITIAN

Angket ini ditunjukkan untuk mengetahui pengalaman siswa atas perhatian


orang tua yang diterima dan persespsi siswa atas kompetensi pedagogik guru
terhadap prestasi belajar Pkn. Peneliti berharap responden atau siswa mengisi
setiap pertanyaan yang diajukan didalam angket. Atas perhatian dan
kerjasamanya, peneliti ucapkan terima kasih.

Nama :

Kelas :

NIS/NISN :

Gender :

Pekerjaan Orang tua :

Petunjuk Pengisian

Di bawah ini telah disediakan kuesioner dengan beberapa alternatif


jawaban. Pilihlah salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan diri Anda
dan berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah tersedia.

Keterangan :

SL : Selalu

SR : Sering

KD : Kadang

P : Pernah

TP : Tidak Pernah

Indikator Perhatian Orang Tua

No. Pertanyaan SL SR KD P TP

Orang tua memabantu saya ketika mengalami


1
kesulitan dalam belajar.

Orang tua menasihati saya untuk belajar dengan


2
rajin.
Orang tua menjelaskan pentingnya belajar
3
kepada saya.

Orang tua mengajarkan saya untuk bersikap


4
hormat kepada setiap guru.

Orang tua saya menegur saat saya tidak


5
bersungguh-sungguh dalam belajar.

Orang tua menemani saya ketika sedang belajar


6
di rumah.

Orang tua mengatur waktu bermain saya agar


7
tidak mengganggu waktu belajar.

8 Orang tua memuji saya ketika saya rajin belajar.

Orang tua memberikan saya hadiah ketika


9
mendapatkan nilai bagus.

Orang tua memarahi saya ketika mendapatkan


10
nilai jelek.

Orang tua melarang saya bermain ketika


11
mendapatkan nilai jelek.

Orang tua menyediakan tempat yang nyaman


12
untuk saya belajar di rumah.

Orang tua menanyakan alat tulis apa saja yang


13
saya butuhkan.

Orang tua membelikan buku pelajaran yang saya


14
butuhkan.

Orang tua memberikan bimbingan les kepada


15
saya untuk meningkatkan prestasi belajar saya.

16 Orang tua meminta saya istirahat yang cukup.

Orang tua meminta saya untuk belajar di tempat


17
yang terang.

18 Orang tua mempersilahkan saya memilih ruangan


mana saja untuk belajar agar saya merasa
nyaman.

Orang menegur kakak/adik yang berisik ketika


19
saya belajar.

Orang tua meminta saya untuk makan tepat


20
waktu.

Indikator Persepsi Siswa atas Kompetensi Pedagogik Guru

No. Pertanyaan SL SR KD P TP

Guru memberi pertanyaan/latihan setelah materi


1
selesai dipelajari.

Guru membuat soal ulangan sesuai dengan


2
materi yang telah dipelajari.

Guru memberi tugas tambahan bagi siswa yang


3
hasil belajarnya masih kurang.

Guru memeriksa kehadiran siswa sebelum


4
memulai kegiatan belajar

Guru menjelaskan materi pelajaran dengan


5
intonasi yang tepat.

Guru menjelaskan materi disertai dengan contoh


6
sehingga mudah dipahami

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan


7
media yang menarik.

Guru menanyakan pemahaman siswa terhadap


8
materi pelajaran yang telah disampaikan

Guru melontarkan pertanyaan yang membuat


9
siswa penasaran.

Guru memberikan respon yang baik terhadap


10
jawaban siswa.

Guru memberikan kesempatan siswa untuk


11
bertanya.
Guru membuat saya terdorong untuk aktif dalam
12
kegiatan pembelajaran.

Guru memberi pujian kepada siswa yang aktif


13
dalam pembelajaran.

Saya menikmati rangkaian proses belajar yang


14
dilaksanakan guru

Guru memanggil siswa dengan menyebutkan


15
nama secara tepat.

Guru bersedia mengulangi materi penyampaian


16
materi jika terdapat siswa yang belum paham

Guru menggunakan cara mengajar yang berbeda-


17 beda agar siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran.

18 Guru melindungi siswa yang dikucilkan di kelas.

Guru memberi tugas yang sesuai dengan


19
kemampuan siswa.

Guru mendorong siswa untuk menyimpulkan


20
materi.

Guru membagi siswa kedalam kolompok-


21
kelompok untuk mendiskusikan suatu topik.

Guru mendampingi siswa selama kegiatan


22
pembelajaran berlangsung.

Guru menghargai segala usaha yang dilakukan


23
siswa.

Guru mnempilkan materi pelajaran sesuai


24
dengan tujuan pembelajaran.

Guru menampilkan materi pelajaran yang sesuai


25
dengan pokok bahasan.

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan


26
menggunakan media yang sesuai
Guru menampilkan materi sesuai dengan gaya
27
belajar saya.
Daftar Pustaka
Achdiyat, M., & Warhamni, S. (2018). SIKAP CARA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR.
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 5 No. 1, 50.

Ahdar Djamaluddin, S. S. (2019). Belajar dan Pembelajaran. In A. D. Wardana, Pengertian


Belajar (pp. 6-9). Jakarta: Kaaffah Learning Center.

Ahmadi, A. (2019). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Reka Cipta.

Anggraini, D. (2011). Peran Disipin Belajar Terhadap Prestasi Belajar. Repository UIN
Sultan Syarif Kasim Riau, 28-29.

Arifudin, & dkk. (2020). Hubungan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Kognitif
Siswa. Jurnal Pendagogi dan Pembelajaran, 122-125.

Arikunto, S. (2020). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka CIpta.

Asrori. (2020). PSIKOLOGI PENDIDIKAN PENDEKATAN MULTIDISIPLINER. Banyumas: CV.


Pena Persada.

Astuti, & Leonard. (2012). PERAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TERHADAP


PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA. UNINDRA : Jurnal Formatif 2(2): 102-
110, 105.

Azmi, F., Halimah, S., Pohan, & Nurbiah. (2017). Pelaksanaan Pembimbingan Belajar
Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Swasta
Amal Shaleh Medan. At-Tazakki Vol. 1, 15.

Bulan, D. S., & dkk. (2017). The effect of suport parents, teachers’ pedagogic
competence and learning motivation on students’ achievement. UNM, 3.

Eka Susanti, d. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.

Eka Susanti, d. (2018). Pengertian Pendidikan IPS. In d. Eka Susanti, Konsep Dasar IPS
(pp. 1-4). Medan: CV. Widya Puspita.

Fathurahman, M. (2017). Belajar dan Pembelajaran Modern: Konsep Dasar, Inovasi dan
Teori Pembelajaran. In M. Fathurohman. Yogyakarta: Garudhawaca.

Febriana, R. (2019). Kompetensi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Graha, C. (2007). Keberhasilan Anak di Tangan Orang Tua. Jakarta: Gramedia.

Hafidz, A. (2018). Prestasi Belajar Siswa yang Bekerja Sebagai Tukang Semik di Kota Bukit
Tinggi. Jurnal As-Salam, 15.
Hanafi, H., & dkk. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Harimurti, R., Ekohariadi, & dkk. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar siswa SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi, 1-2.

Hasibua, A. S., Nelwati, S., & Mardison, S. (2020). Hubungan Kesiapan dengan Prestasi
Belajar Peserta Didik. Jurnal Al-Taujih, 43.

Heriyansyah. (2018). GURU ADALAH MANAJER SESUNGGUHNYA DI SEKOLAH. Islamic


Management; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 120.

Iswahyuni. (2017). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa SMP
Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Skripsi Universitas Negeri Makasar,
43-46.

Jannah, W. (2020). Menjadi Guru Profesional: Memahami Hakikat dan Kompetensi Guru.
Riau: Universitas Riau, Prodi Pendidikan dan Bahasa Indonesia.

Kamal, M. (2018). GURU: SUATU KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS. Bandar Lampung:
Anggota IKAPI.

Kamal, M. (2018). GURU: SUATU KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS. Bandarlampung:


Anggota IKAPI.

Kemendikbud, R. (2019). Laporan Hasil Ujian Nasional. Jakarta: Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kirana, D. D. (2017). PENTINGNYA PENGUASAAN EMPAT KOMPETENSI GURU DALAM


MENUNJANG KETERCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR. Universitas
Negeri Yogyakarta, 1-8.

Lasiyo, & dkk. (2020). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Perputakaan


Umoversitas Terbuka.

Lestari, S. (2018). Hubungan Perhatian Orangtua dengan Prestasi Belajar Murid SD


Negeri Bontomania. Skripsi Universitas Muhammadiyah Makasar, vii.

Magdalena, I., & dkk. (2020). Pembelajaran Pkn di Sekolah Dasar Negeri Bojong 3
Pinang. Bintang : Jurnal Pendidikan dan Sains, 422.

Mahardi Suprapto, d. (2015). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI


BELAJAR (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP
PGRI PONTIANAK). Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol.4, No. 2, 234.
Mahdiansyah, Sembiring, M. S., Supriyadi, T., Ulumudin, I., & Fujianita, S. (2017).
Penilaian Pendidikan Sistem Hasil Belajar dan Kemampuan Guru Melaksanakan
Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang, Kemendikbud.

Maksum. (2012). Pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru terhadap
prestasi belajar materi virus siswa kelas X di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama 1
Losari Kabupaten Brebes. Eprint UIN Walisongo, 15-44.

Mardiatmaja. (2017). Belajar Mendidik. Yogyajarta: PT. Kanisisus.

Marinda, L. (2020). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Problematika pada
Anak Usia Sekolah Dasar. An-Nisa : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol.
13, No. 1, 117-120.

Marliani, A. (2022). . Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Dengan


Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair And Share) Pada Mata
Pelajaran PPKn Di Kelas XI TKJ SMK Ponpes Cadangpinggan Indramayu. Skripsi
Universitas Pasundan, 1-6.

Mawarni, F. (2019). Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Materi Pokok Teks
Eksposisi di Kelas X IPA 2 SMA Negeri 1. Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 3.

Muazaroh, S., & Subaidi. (2019). Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham
Maslow. Al-Mazhib, 27-32.

Muslim. (2020). Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Dalam
Mata Pelajaran Agama Islam. Yoyakarta: Deepublish.

Muslim. (2021). Pengaruh Orang Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak
dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Nisa, A. (2015). Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar siswa Terhadap
Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Faktor Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1-29.

Noor, K. (2015). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua, Dan Minat Belajar
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Smk Kesehatan Di Kota
Tangerang. Jurnal Pujangga. Vol. 1, No. 2, 2015, 87.

Nurwardani, P., & dkk. (2016). Tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan.
Jakarta: Kemenristekdikti.

Ocktaviani, N. (2015). Hubungan Antara Disiplin dan Motivasi Belajar dengan Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Pkn Siswa Mts Se-Kecamatan Lohbener Indramayu.
Universitas Negeri Yogyakarta, 3-6.
Octavia, S. A. (2019). Sikap dan Kinerja Guru Profesional. Sleman: Deepublish.

Parnawi, A. (2020). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Prabandari, E. (2017). Modul Diklat Keahlian Ganda Pemanfaatan Hasil Penilaian.


Jakarta: Kementrian Pendidikan Republik Indonesia.

Pratama, A. B. (2015). In A. B. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (p. 348).


Surabaya: Afifa Media.

Priasa, D. J. (2016). Pengembangan STrategi dan Model Pembelajaran. Bandung: CV.


Pustaka Setia.

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian
Dengan SPSS Dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media.

Rahma Intan Thalita, d. (2016). PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK


MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHARGAI KERAGAMAN SUKU
BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V SDN
CIJATI. Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, 233.

Rahmadi. (2011). Penelitian, Pengantar Metodologi. Banjarmasin: Antasari Press.

Riduwan. (2013). Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.

Saefudin, M. (2020). Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian
Pendidikan Humaniora Vol. 5. No. 2, 100.

Saeful, P. (2018). Psikologi Pendidikan. In P. Saeful. Jakarta: Bumi Aksara.

Safitri, D. (2019). Menjadi Guru Profesional. Tembilahan: PT. Indragiri Dotcom.

Sahir, S. H. (2021). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit KBM Indonesia.

Saleh, A. A. (2018). Pengantar Psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.

Salsabila, A., & Puspitasari. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI


BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR. Pandawa : Jurnal Pendidikan dan Dakwah
Volume 2, Nomor 2, 284.

Salsabila, A., & Puspitasari. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Siswa Sekolah Dasar. Pandawa : Jurnal Pendidikan dan Dakwah, 184-186.

Setyanto, W. T. (2019). Hubungan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran dan Minat


Belajar Terhadap Prestasi Belajar Praktik Teknik Listrik Dasar Otomotif.
Universitas Negeri Yogyajarta, 12-14.
Sopian, A. (2016). Tugas, Peran dan Fungsi Guru dalam Pendidikan. RAUDHAH Jurnal
Tarbiyah Islamiyah, 88.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV


Alfabeta.

Suharto, M. P., & Humaeidi, S. (2019). Penurunan Prestasi Belajar Remaja pada Keluarga
TKW di Desa Juntinyuat Indramayu. Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 162-165.

Sukaedi. (2016). Peningkatan Prestasi Belajar Pkn dengan Metode Presentasi dan Diksusi
Kelompok. Pancaran, 22.

Suryadi, B. (2016). Ilmu Sosial. In B. Suryadi, Pengantar Ilmu Sosial Budaya (p. 5).
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Syarifan Nurjan, M. (2016). Pengertian Belajar. In M. Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar


(p. 13). Ponorogo: Penerbit Wade Group.

Toni Nasution, d. (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta: Samudera Biru.

Toni Nasution, d. (2018). Pengertian Pendidikan IPS. In d. Toni Nasution, Konsep Dasar
IPS (pp. 5-8). Yogyakarta: Samudera Biru.

Triwulandari, R. (2019). Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas V Sekolah Dasar Se-Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur. Eprints
UNM, 8-9.

Uyun, M., & Warsah, I. (2021). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Wahid, A. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan. Jember: UIN Jember.

Warsah, I., & Daheri, M. (2021). Psikologi : Suatu Pengantar. Yogyakarta: Tunas
Gemilang Press.

Wulandari, D. I. (2018). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Perhatian Orang Tua


Terhadap Prestasi Belajar MTsN 4 Kota Padan Variabel Intervening Motivasi
Belajar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar, 1.

Yulianti, F. (2012). Hubungan Kempetensi Pedagogik Guru terhadap Prestasi Belajar


Siswa. Jurnal Tarbawi, 118.

Zaiful Rosyid, d. (2019). Prestasi Belajar. Malang: Literasi Nusantara.


Zaiful Rosyidi, d. (2019). Prestasi Belajar. Malang: Literasi Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai