Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN INKLUSI

“Penilaian Kenaikan Kelas Disekolah Inklusi dan Pelaporannya”

Di Susun Oleh :
Kelompok : 10 (Sepuluh)
Kelas :6D
Anggota :

1. Sifa Fitria Dela ( 2019143129 )


2. Julia Sawitri ( 2019143145 )
3. Rani Dwi Lestari ( 2019143156 )

Dosen Pengampu : Nurlela, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN 2021-2022
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Inklusi

Istilah inklusif memiliki makna yang sangat luas. Inklusif dapat dikaitkan
dengan adanya persamaan atau kesetaraan hak individual dalam pembagian
sumber-sumber tertentu, seperti politik, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Aspek-
aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, melainkan berkaitan satu sama
lainnya. Berdasarkan pandangan Reid, hal ini dapat dilihat bahwa istilah inklusif
berkaitan dengan berbagai aspek hidup manusia yang didasarkan atas prinsip
persamaan, keadilan, dan pengakuan atas hak individu. Sementara apabila
dikaitkan dengan ranah pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-
sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan


anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa
bersama teman seusianya. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah
sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Pendidikan inklusi
ada termasuk hal yang baru di Indonesia pada umunya. Pendidikan inklusi
merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasikan sistem
pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi
setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan.

B. Tujuan dan Standar Penilaian Pendidikan Inklusi

Tujuan standar ini adalah menciptakan proses yang mengarah pada


tercapainya standar kompetensi lulusan. Standar Penilaian Pendidikan
merupakan bagian dari Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dimana bentuk
penjabaran dari amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pada kurikulum 2013 sistem penilaian yang digunakan
adalah autentik. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan
pengetahuan terpadu (Aini, 2013).

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai, tujuan, manfaat, prinsip,


mekanisme, prosedur, dan instrumen hasil belajar peserta didik yang digunakan
sebagai dasar dalam hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Sebagai pendidik dan
bidang pendidikan dasar menjadi tanggung jawab bersama untuk mengkaji isi
dari Permendiknas No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Dekdasmen
terutama pada jenjang pendidikan sekolah dasar, agar standar pendidikan
sekolah dasar yang direncanakan tidak hanya konsep, semoga yang dapat
diterapkan di sekolah dasar.

C. Mekanisme hasil pendidikan, okh dan pemerintah

Mekanisme hasil belajar oleh pendidik, perencanaan strategi penilaian


oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus; penilaian aspek dilakukan/pengamatan
dan teknik melalui pengamatan lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi
sikap wali kelas atau guru kelas; penilaian aspek pengetahuan yang dilakukan
melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang
dinilai; penilaian dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan atau
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai: peserta didik yang belum
mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti pembelajaran perbaikan; dan
hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang disampaikan
dalam bentuk angka dan atau deskripsi.

Mekanisme penilaian hasil belajar okh satuan pendidikan: penetapan KKM


yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan pendidik; penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan; penilaian akhir pendidikan yang dilakukan
melalui ujian sekolah/madrasah; laporan hasil penilaian pada akhir semester dan
akhir tahun ditetapkan dalam rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian
oleh Satuan Pendidikan dan hasil pendidik; dan kenaikan kelas dan kelulusan
peserta didik dari pendidikan yang ditetapkan melalui rapat dewan pendidik.

Mekanisme hasil belajar oleh pemerintah: bentuk hasil belajar oleh


Pemerintah dilakukan dalam Ujian Nasional (UN) dan/atau bentuk lain dalam
pengendalian mutu pendidikan; UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) berkomunikasi dengan instansi terkait untuk mengukur kompetensi
kompetensi lulusan; hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk
sertifikat hasil UN; hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk
dijadikan masukan dalam perbaikan proses pembelajaran; hasil UN disampaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk: pemetaan mutu
program dan atau satuan pendidikan; pertimbangan masuk jenjang pendidikan
berikutnya; serta mengembangkan dan memberikan bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan; bentuk lain
hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk survei dan/atau
sensus; bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan
Peraturan Menteri.

D. Prosedur penilaian oleh pendidikan dan pemerintah

Prosedur yang dilakukan oleh pendidik, prosedur penilaian yang dilakukan


oleh satuan pendidikan dan prosedur penilaian yang dilakukan oleh pemerintah.
Dalam melakukan, seorang tenaga pendidik harus berpegang pada prosedur
penilaian yang telah dinyatakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
yaitu sebagai berikut: Prosedur belajardan hasil belajar oleh pendidik dilakukan
dengan tujuan tujuan dengan mengacu pada RPP yang disusun, menyusun kisi-
kisi peniłaian membuat instrumen penilaian berikut penilaian, melakukan
analisis kualitas instrumen; melakukan; menilai mengolah, menganalisis, dan
menginterpretasikan hasil penilaian, melaporkan hasil penilaian dan
memanfaatkan laporan hasil penilaian. Prosedur penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan dilakukan dengan kegiatan dengan urutan: menetapkan KKM.
menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran menyusun instrumen penilaian dan
pedoman penskorannya melakukan analisis kualitas instrument, melakukan,
menilai , mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian,
melaporkan hasil penilaian dan memanfaatkan laporan hasil penilaian.

Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan


menyusun kisi-kisi penilaian, menyusun instrumen penilaian dan pedoman
penskorannya; melakukan analisis kualitas instrument, melakukan, menilai
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian, melaporkan
hasil penilaian; dan memanfaatkan laporan hasil penilaian. Berdasarkan uraian
di atas maka dapat ditentukan prosedur pengetahuan adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur proses dan hasil pengembangan
kompetensi peserta didik yang berupa kombinasi pengendalian proses kognitif
(kecakapan berpikir) mengingat, memahami, menerapkan, mengembangkan,
mengembangkan, dan mengkreasikan dengan faktual , konseptual, prosedural,
maupun metakognitif. Teknik penilaian aspek pengetahuan meliputi tes tertulis,
tes lisan, dan penugasan. Sedangkan bentuk instrumen penilaian berupa benar
salah, menjodohkan, pilihan ganda, melengkapi, dan penjelasan. Sedangkan tes
lisan berupa tanya jawab, dan penugasa berupa tugas individu atau kelompok.
Untuk hasil penilaian aspek pengetahuan berupa angka dan deskripsi.

E. Evaluasi pendidikan, hasil penilaian, dan sistem kelulusan.

Evaluasi merupakan proses menentukan pelaksanaan suatu pembelajaran di


suatu periode tertentu. Menurut Permendikbud No.66 Tahun 2013, penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam melakukan pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengular pencapaian hasil belajar peserta didik
penilaian pembelajanan yang dilakukan juga perlu yang diadaptasi sesuai dengan
kondisi dan kemampuan siswa. Adapun penilaian adalah keuntungan
penumpulan informasi yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta
didik berkebutuhan khusus. Penilaian terhadap siswa berkebutuhan khusus,
dilakukan melalui pengamatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan
harus bersifat fleksibel. Semua proses pengembangan belajar dan hasil belajar
siswa diamati, sehingga guru memperoleh gambaran yang utuh kondisi hasil
belajar dari awal sampai akhir. Sistem penilaian yang diharapkan dalam
pengaturan pendidikan inklusif adalah sistem yang fleksibel. Penilaian fleksibel
adalah penilaian yang disesuaikan dengan kompetensi semua siswa dan mengacu
pada kemampuan di dalam berkebututan siswa.

Hasil Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat dibuka berdasarkan


Peraturan Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, bahwa Penilaian Pendidikan
Dasar dilakukan oleh Pendidik, Satuan Pendidik, dan oleh Pemerintah. Aspek
yang dinilai adalah aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.
Sedangkan prinsip-prinsip penilaian yang harus diterapkan dalam standar
pendidikan yaitu: objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan ekplorasi,
sistematis, kriteria. akuntabel.

Sistem kelulusan anak berkebutuhan khusus mengikuti proses belajar


mengajar dengan waktu yang ditentukan meggunakan kurikulum dengan
kompetensi standar nasional Pendidikan, meigikuti ujian nasional dinyatakan
lulus mendapat ijazah. Anak berkebutuhan khusus mengikuti proses belajar
dengan waktu yang ditentukan menggunakan kurikulum yang dikembangkan
dengan menggunakan kompetensi di bawah standar nasional Pendidikan,
mengikuti ujian sekolah materi tentang disesuaikan dengan kemampuan setiap
siswa strategi penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam pelaksanaan perlu
pengembangan bentuk modifikasi maupun yang bisa dilakukan sehingga
kebutuhan siswa berkebutuhan khusus terpenuhi dan mereka berkesempatan
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.

F. Sistem Penilaian dan Pelaporan Sekolah Inklusi.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan, penilaian pendidikan terdiri atas: penilaian
hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu
lembaga, baik dalam maupun luar negeri yang dimaksudkan untuk pengendali
mutu.
Adapun penilaian internal adalah penilaian yang dilakukan dan
direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung dalam rangka
penjaminan mutu acuannya adalah Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Menengah. Berdasarkan Permendikbud tersebut, penilaian hasil belajar oleh
pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian
pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, selama, dan setelah proses pembelajaran.

G. Sistem Penilaian Pendidikan Inklusif

Penilaian dalam seting pendidikan inklusif mengacu pada model pengembangan


kurikulum yang digunakan. Terdapat tiga kemungkinan proses penilaian yang
dapat dilakukan bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu:

 Mengikuti kurikulum umum yang berlaku untuk peserta didik pada


umumnya di sekolah, maka penilaiannya menggunakan sistem penilaian
yang berlaku pada sekolah tersebut

 Mengikuti kurikulum yang sudah dimodifikasi, maka menggunakan sistem


penilaian yang dimodifikasi sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan;
dan

 Mengikuti kurikulum rencana pembelajaran individualisasi, maka


penilaiannya bersifat individual dan didasarkan pada kemampuan dasar
awal.

Implikasi digunakannya tiga jenis kurikulum pada sekolah inklusif


seperti tersebut di atas, maka sistem penilaian, instrumen penilaian, sistem
laporan hasil penilaian, serta simbol penghargaan hasil penilaian, harus
disesuaikan dengan jenis kurikulum yang dipergunakan. Berikut contoh
deskripsi model pengembangan kurikulum di kelas inklusif.

 Bentuk pelaporan hasil belajar siswa dilaporkan pada setiap akhir semester
dalam bentuk laporan hasil belajar siswa (raport). Dalam raport, hasil
belajar siswa dilaporkan dalam bentuk angka, huruf, predikat, dan
deskripsi. Pelaporan nilai sikap dilakukan dengan menggunakan modus
dan kecenderungan perubahan sikap yang terjadi selama proses
pembelajaran. Pengentahuan dilakukan dengan menggunakan rata-rata
persaingan kompetensi tersebut dibuatkan rentangan dan dari rentangan
tersebut diberikan niai dalam bentuk huruf dan predikat. Deskripsi hasil
belajar yang digunakan untuk mengungkapkan kompetensi siswa dalam
setiap mata pelajaran sesuai dengan KD-nya.
 Skala penilaian Skala penilaian yang digunakan adalah skala 100 dan skala
empat. Skala 100 digunakan untuk setiap aspek penilaian, termasuk
penilaian sikap. Skala empati yang digunakan untuk pelaporan hasil
belajar kepada orang tua/wali murid. Konvensi nilai dari skala 100 ke
skala empat serta mempersembahkan nilai dalam bentuk huruf dan
predikat dilakukan dengan rumusan yang ditentukan oleh sekolah.

 Waktu penilaian penilaian hasil belajar siswa dilakukan sesuai dengan


aspek penilaian yang dinilai dan pelakunya. Penilaian oleh guru dilakukan
setiap proses pembelajaran dengan memperhatikan tindakan-tindakan yang
dilakukan Pelaporan dan penilaian yang ekstrim yang dilakukan oleh siswa
pembelajaran berlangsung. Penilaian sikap oleh teman sejawat dilakukan
sekali dalam satu semester.

Menurut Jagra ( 2017b:3), Sistem penilaian pada pendidikan inklus meliputi :

 Apabila ABK mengikuti kurikulum umum yang berlaku untuk peserta


didik pada umumnya di sekolah , maka penilaiannya menggunakan
system penilaian menggunakan system penilaian yang berlaku pada
sekolah tersebut.

 Apabila ABK mengikuti kurikulum modifikasi, maka penggunaan


system penilaian yang dimodifikasi sesuai dengan kurikulum yang
dipergunakan.

 Apabila ABK mengikuti kurikulum PPI, maka penilaian bersifat


individual dan didasarkan pada kemampuan dasar awal ( baseline ).

Penilaian pada Pendidikan inklusi juga meliputi penilian sikap , penilaian


perilaku , penilaian keterampilan . Penilaian sikap adalah proses penilaian
perilaku spiritual dan social. Teknik penilaian sikap , meliputi
observasi( dilakukan saat pembelajaran dan diluar pembelajaran), penilaian diri (
dilaksanakan sesuai kebutuhan ), penilaian antar teman ( dilaksanakan berkala ),
serta melalui jurnal atau catatn guru ( dilaksanakn sesuai kebutuan ). Sementara
penilaian pengetahuan adalah mengukur kemampuan penguasaan pengetahuan
factual , konseptual dan procedural. Pengukuran melalui tes lisan( kuis ,tanya
jawab),tes tulis , penjodohan, isi / melengkapi uraian). Penilaian keterampilan
merupakan proses penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa
terhadap kompetensi dasar,meliputi penilaian kerja, penilaian proyek, penilaian
produk dan penilaian portofolio.
H. Pengantar Pendidikan Inklusif

Sistem penilaian yang digunakan di sekolah inklusif menggunakan sistem


penilaian kelas. Penilaian kelas merupakan proses sistematis yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi tersebut
untuk membuat keputusan-keputusan kependidikan yang terjadi di dalam kelas.
Informasi yang dikumpulkan dapat dalam bentuk angka melalui tes dan atau
deskripsi verbal. Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar
peserta didik yang mengikuti pembelajaran tertentu. Keputusan tersebut berhubungan
dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai kompetensi
tertentu.

Penilaian kelas tidak berarti bahwa penilaian hanya dilakukan di dalam kelas
tetapi juga di luar kelas, secara formal dan informal, atau dilakukan secara khusus.
Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar. Data
yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dapat dijaring dan
dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau
hasil belajar yang akan dinilai. Dari keseluruhan proses ini, diperoleh potret/profil
kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ditentukan. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai
cara, seperti tes tertulis, penilaian hasil kerja peserta didik melalui kumpulan hasil
kerja/karya peserta didik (portofolio), penilaian produk, penilaian projek dan
penilaian unjuk kerja (performance) peserta didik.

Prinsip penilaian yang dilakukan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah


inklusif mengacu pada kurikulum yang digunakan. Penilaian terhadap anak
berkebutuhan khusus ringan yang mengikuti kurikulum umum/reguler dapat
menggunakan kriteria penilaian reguler sepenuhnya. Penilaian terhadap anak
berkebutuhan khusus sedang yang menggunakan kurikulum modifikasi sistem
penilaiannya menggunakan perpaduan antara sistem penilaian umum/reguler dan
sistem penilaian individual. Terhadap ABK berat pada sekolah inklusif yang
menggunakan kurikulum yang diindividualisasikan, sistem penilaiannya
menggunakan norma penilaian individual yang didasarkan pada tingkat daya serap
yang didasarkan pada baseline seperti yang diterapkan pada sekolah khusus.
Penilaian kelas menghasilkan informasi tentang kemajuan pencapaian kompetensi ,
menyeluruh setiap peserta didik dalam satu kelas. Hasil penilaian kelas dapat
digunakan sebagai acuan untuk melakukan:

a. Program perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang prestasinya


dibawah batas ketuntasan yang telah ditetapkan.
b. Program pengayaan bagi peserta didik lebih cepat mencapai batas
ketuntasan;
c. Perbaikan program dan proses pembelajaran; dan
d. Penentuan kenaikan kelas.

I. Program perbaikan (remedial)

Penilaian kelas dilakukan untuk mengetahui sedini mungkin kesulitan peserta


didik, sehingga pencapaian kompetensi yang kurang optimal dapat segera diperbaiki.
Bila kesulitan dapat terdeteksi lewat penilaian kelas sedini mungkin, peserta didik
ABK tidak sempat merasa frustasi, kehilangan motivasi, dan sebaliknya peserta didik
merasa mendapat perhatian yang optimal dan bantuan yang berharga dalam proses
pembe lajarannya.

Tindakan perbaikan atau remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru
kelas, GPK, atau guru lain yang memiliki kemampuan membimbing anak dan
mengetahui kekurangan peserta didik. Waktu perbaikan diatur berdasarkan
kesepakatan antara peserta didik dan guru yang bersangkutan. Remedial dilakukan
kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar pada indikator
tertentu. Jadi, yang mendapat remedial hanya indikator yang belum tuntas. Remedial
dilaksanakan setiap saat baik pada jam efektif maupun di luar jam efektif, tergantung
bentuk penugasannya maupun bentuk proses belajar mengajar yang ditetapkan oleh
guru. Penilaian kegiatan remedial dapat berupa tes maupun penugasan yang lain
seperti menjawab pertanyaan sesuai topiknya, membuat rangkuman pelajaran, atau
tugas mengumpulkan data.

J. Program pengayaan (enrichment)

Program pengayaan diberikan kepada peserta didik (ABK) yang memiliki


kemampuan untuk mencapai penguasaan kompetensi lebih cepat dari peserta didik
lainnya. Pengayaan diberikan agar peserta didik tidak merasa bosan ketika harus
menunggu peserta didik Salah satu kegiatan yang dapat diberikan adalah
memberikan materi tambahan, latihan tambahan atau tugas-tugas individual lainnya
yang bertujuan
untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapai atau untuk mengoptimalkan
pencapaian hasil belajar peserta didik lainnya yang belum mencapai target
penguasaan kompetensi tertentu.

Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada jam efektif maupun di luar
jam efektif tergantung bentuk penugasannya maupun bentuk proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru. Penguatan kompetensi ini dapat diberikan dalam bentuk
tugas kegiatan, misalnya membantu peserta didik lainnya yang sangat lemah di
dalam atau di kelas lainnya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah
nilai peserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Bagi peserta didik cepat ini,
apabila secara konsisten selalu cepat, hendaknya dapat diberikan program akselerasi,
yaitu kegiatan tambahan berdasarkan urutan kompetensi yang harus dicapai dalam
seluruh program pembelajarannya.

K. Perbaikan program dan proses pembelajaran.

Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian berdasarkan informasi kemajuan


belajar secara berkelanjutan sehinga guru dapat mengambil keputusan terbaik dan
cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi
yang telah ditargetkan dalam kurikulum. Atas dasar hasil penilaian kelas mungkin
guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, atau
memperbaiki. program pembelajarannya. Oleh karena itu, program yang telah
dirancang, strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan bahan yang telah
disiapkan perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti atau diperbaiki apabila
ternyata tidak efektif membantu peserta didik dalam mencapai penguasaan
kompetensi tersebut.

L. Penentuan kenaikan kelas

Keberagaman karakteristik peserta didik pada sekolah inklusif membuka


peluang dipergunakannya sistem penentuan kenaikan kelas yang beragam, yaitu:

1. Sistem kenaikan kelas yang didasarkan pada tingkat penguasaan


berdasarkan kecakapan mental (mental age). Materi dasar yang
dipergunakan pertimbangan dalam sistem kenaikan kelas ini diperoleh dari
hasil penilaian yang menggambarkan tingkat penguasaan kecakapan
peserta didik.
2. Model kenaikan kelas berdasarkan usia kalender peserta didik
(cronological age), yaitu sistem kenaikan kelas secara otomatis (otomatic
promotion) sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan
kematangan sosial psikologis peserta didik.
Pembelajaran di Sekolah inklusif.

Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil


menguasai suatu kompetensi dengan mengacu kepada indikator-indikator yang telah
ditentukan. Tidak semua indikator harus dinilai guru. Sekolah menetapkan minimal
75% indicator-indikator yang dianggap sangat penting dan mewakili masing-masing
kompetensi dasar dan hasil belajarnya untuk dinilai. Untuk mengumpulkan informasi
apakah suatu indikator telah tampil pada diri peserta didik, dilakukan penilaian
sewaktu pembelajaran berlangsung atau setelah pembelajaran. Namun, bagi sekolah-
sekolah inklusif penetapan kriteria ketuntasan dapat lebih rendah dibanding dengan
sekolah-sekolah reguler. Jika sekolah menetapkan batas kriteria minimal sama
dengan sekolah reguler lainnya, maka hasil belajar anak berkebutuhan khusus
sebaiknya tidak diperhitungkan.

Penilaian kelas dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini berarti suatu


aktivitas penilaian dapat dilakukan setelah peserta didik mempelajari setiap
kompetensi. Pelaporan dilakukan dengan menggunakan informasi yang telah
diperoleh melalui penilaian untuk masing-masing kompetensi. Guru menetapkan
tingkat pencapaian peserta didik berdasarkan hasil belajarnya pada kurun waktu
tertentu dan dalam berbagai rentang situasi. Pada akhir satuan waktu (semester atau
tahun), guru perlu membuat keputusan akhir tentang kemampuan yang telah dikuasai
peserta didik berkaitan dengan indikator pencapaian yang telah ditetapkan secara
nasional dalam kurikulum.
M. Sistem Pelaporan Sekolah Inklusi.

Laporan kemajuan hasil belajar siswa harus dibuat sebagai


pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orang tua atau wali peserta didik,
komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan hasil
belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja sama antara
sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar
peserta didik maupun pengembangan sekolah.

Prinsip pelaporan kemajuan hasil belajar siswa adalah:

a. Komprehensif, yaitu merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan


kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang
bermanfaat bagi pengem bangan peserta didik;
b. Informatif, yaitu memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan
akurat; dan
c. Komunikatif, yaitu menjamin orang tua akan diberitahu secepatnya
bilamana anaknya bermasalah dalam belajar.

Bentuk laporan kemajuan hasil belajar siswa anak berkebutuhan khusus


disajikan dalam bentuk data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif disajikan
dalam bentuk skor, sedangkan data kualitatif disajikan sacara deskriptif naratif. Hal
ini diperlukan untuk menghindarkan kekaburan dan mempertegas jenis dan kualitas
kompetensi yang telah dikuasai anak. Data-data kualitatif yang perlu dilaporkan
guru atau sekolah kepada orang tua murid adalah:

a. Keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial dan
emosional
b. Partisipasi anak dalam berbagai kegiatan di sekolah
c. Kemampuan / kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai anak
d. Keterbatasan yang dimiliki anak hal-hal yang harus dilakukan orang tua
untuk membantu dan mengembangkan anak lebih lanjut di rumah.

Sistem pelaporan bagi anak berkebutuhan khusus terdiri atas rapor dan
laporan. Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun waktu
satu semester. Di dalam rapor terdapat laporan prestasi mata pelajaran, berisi
informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Adapun laporan disajikan dalam bentuk yang lebih rinci agar orang tua
dapat mengetahui hasil belajar anaknya dalam menguasai kompetensi
matapelajaran dan catatan-catatan guru tentang pencapaian kompetensi tertentu
sebagai masukan kepada anak dan orang tuanya untuk membantu meningkatkan
kinerjanya. Buku rapor bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif terdiri
atas:
- Cover Buku Siswa

- Identitas siswa

- Petunjuk penggunaan

- Laporan akademik

- Deskripsi nilai berikut program khususnya

- Kegiatan ekstrakurikuler

- Pengembangan diri dan pembiasaan

- Kehadiran

- Catatan orang tua

Berikut ini adalah contoh-contoh format laporan akademik siswa, deskripsi


hasil belajar siswa, laporan program khusus, dan format laporan program
pengembangan diri dan pembiasaan bagi orangtua murid bagi anak berkebutuhan
khusus.

Laporan program khusus merupakan informasi tentang pencapaian program


khusus disesuaikan dengan jenis kelainan dan kebutuhan khusus. Laporan ini
disusun berdasarkan hasil evaluasi program pembelajaran individu anak
berkebutuhan khusus pada periode tertentu dan penjabaran mengenai kondisi
peserta didik selama pelaksanaan program. Pada laporan ini juga dicantumkan
kendala yang dihadapi, kesesuaian metode yang digunakan, dan keberhasilan
ataupun kegagalan program yang dialami. Aspek yang dievaluasi sesuai dengan
bidang pembelajaran yang ditentukan bersama pihak pihak terkait pada awal
dibentuknya program pembelajaran individual bagi anak berkebutuhan khusus
tertentu.
Pendidikan inklusif menghendaki adanya sistem penilaian yang responsif
terhadap semua karakteristik proses belajar siswa. Persoalan mendasar adalah
bagaimana format penilaian yang memungkinkan untuk semua siswa, sementara
pendekatan pembelajarannya lebih menekankan pada kebutuhan/karakteristik
belajar masing-masing individu.
Daftar Pustaka
JURNAL :

Afian. (2013). Laporan Akhir Penelitian Permula: Pendidikan Inklusif di Indonesia.


Jurnal Ederbio. 7(4):70
Hardiana,Deni. (2015).Assessment Of Learning Outcomes For Elementary School
Students: Penilaian Hasil Belajar Untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pusaat
Penilaian.1(20):15-25
Junaedi,Eddy. (2019).Efektivitas Kebijakan Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah
Dasar. Jurnal Administrasi Pendidikan. 26(2):238-250
Marini,Arista.DKK. (2021).Research dan Learning In Elementary Education: Analisis
Kebijakan dan Pengelolaan Pendidikan Terkait Standar Penilaian Disekolah
Dasar.Jurnal Basicedu.3(5):1479-1491
Murniati,Erni dan Nouf Zahrah Anastasia. (2016). Pendidikan Inklusif di Tingkat
Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi. Jurnal Sistem Penilaian
Inklusif. 1(9): 9-18
Subagia, Wayan dan G.L.Wiratma. (2016).Kurikulum 2013:Profil Penilaian Hasil
Belajar Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013.Jurnal Pendidikan Indonesia
1(5):39-54

BUKU :
Adhi, Made kerta dan Ni Putu Seniwati. (2017).Buku Panduaan Pendidikan Inklusif
Sekolah dasar.Denpasar.PT Percetakan Bali dan anggota IKAPI Bali
Budiyanto. (2017). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal.
Kencana.Prenada Media Grup.
Garnida, Dadang. (2015). Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung.PT.Refika
Aditama
Yuwono, Imam dan H.Utomo. (2021). Pendidikan Inklusi. Yogyakarta.CV.Budi Utama
dan anggota IKAPI.

Anda mungkin juga menyukai