Anda di halaman 1dari 9

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Rumusan Masalah :
1. Bagaimana kedudukan standar penilaian dalam pendidikan?
2. Bagaimana standar penilaian pendidikan di Indonesia?
3. Apa hambatan implementasi standar penilaian di Indonesia?

A. Kedudukan Standar Penilaian dalam Pendidikan


Hasil belajar yang tinggi pada umumnya dijadikan indikator efektivitas dan keberhasilan
dari suatu pendidikan. Hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakan proses penilaian. Dalam
kegiatan pembelajaran, guru melakukan penilaian untuk memberikan informasi secara
menyeluruh dan berkesinambungan tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa
(Arifin,2012). Hal tersebut mengartikan bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan
kognitif siswa pada bidang ilmu tertentu, melainkan bersifat menyeluruh yaitu mencakup
penilaian pada aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.
Menurut Permendikbud No. 23 tahun 2016, penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Arifin (2012)
mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik
dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil dari penilaian tidak hanya dapat mencerminkan
keberhasilan proses pembelajaran dan seberapa capaian belajar peserta, melainkan juga dapat
dijadikan pertimbangan untuk mengambil keputusan lebih lanjut terkait perbaikan kualitas proses
pembelajaran. Keputusan tersebut dapat berkaitan dengan peserta didik, kurikulum, program,
maupun kebijakan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian proses
pendidikan berperan penting sebagai bahan pertimbangan pengambilan segala keputusan dalam
sistem pendidikan. Agar keputusan yang diambil tepat fungsi dan tepat tujuan, maka hasil
penilaian yang dijadikan bahan pertimbangan harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
tinggi. Dalam rangka memperoleh hasil penilaian yang valid dan dapat dipercaya, maka kegiatan
penilaian yang dilaksanakan harus memenuhi standar atau kriteria tertentu, Oleh sebab itu, perlu
disusun sebuah standar penilaian pendidikan yang mengatur kriteria minimum segala aspek pada
proses penilaian yang harus dipenuhi agar diperoleh hasil yang valid dan dapat dipercaya.

B. Standar Penilaian Pendidikan di Indonesia


Standar penilaian pendidikan di Indonesia diatur dalam Permendikbud No.23 tahun 2016.
Dalam Permendikbud tersebut, standar penilaian didefinisikan sebagai kriteria mengenai
lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik yang digunakan sebagai sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik
pada pendidikan dasar dan menengah.
Proses penilaian hasil belajar peserta didik tidak hanya dilakukan oleh pendidik atau
guru, melainkan juga dilaksanakan oleh satuan pendidikan dan Pemerintah. Keberadaan lapisan
pelaksana penilaian hasil belajar tersebut menyebabkan hasil belajar siswa dapat dimonitor dan
dinilai secara detail dan menyeluruh. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan
untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah
bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu.
Hasil belajar yang dinilai sendiri meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Di dalam Permendikbud No. 23 tahun 2016 diatur semua teknis
penilaian meliputi prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian. Secara
garis besar, proses penilaian benar-benar harus tertuju pada aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penilaian tidak boleh hanya tertuju
pada aspek pengetahuan, terutama pada penilaian hasil belajar yang
dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan, karena penilaian yang
dilaksanakan oleh Pemerintah hanya berupa Ujian Nasional.
Beragamnya kriteria aspek yang dinilai juga diikuti dengan beragamnya
instrumen penilaian yang digunakan. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan
melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang
dinilai. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan
teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab
wali kelas atau guru kelas. Sedangkan, penilaian keterampilan dilakukan
melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai
dengan kompetensi yang dinilai.

C. Hambatan Implementasi Standar Penilaian Pendidikan di Indonesia


Dengan adanya Standar Penilaian Pendidikan, proses penilaian dikatakan ideal apabila
memenuhi kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan. Akan tetapi, perubahan kebijakan pendidikan
yang ada seringkali membuat implementasi proses penilaian yang sesua Standar Penilaian
Pendidikan mengalami kendala, terutama saat mengimplementasikan Standar Penilaian
Pendidikan pada Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum, sedikit banyak akan mengubah teknis
penilaian hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian Widyasmoro & Alimah (2015), 22,25% guru biologi di
SMA se-Kabupaten Semarang mengalami kendala dalam perencanaan penilaian dan 26,32%
mengalami kendala dalam pelaksanaan penilaian sesuai Standar Penilaian Kurikulum 2013.
Kendala tersebut terjadi karena guru kesulitan memahami perubahan teknis penilaian
pembelajaran yang meliputi mekanisme, prosedur, dan jenis penilaian yang cukup rumit untuk
dikembangkan dan dilaksanakan oleh guru. Pada akhirnya, hasil penilaian yang dihasilkan
kurang mampu menggambarkan capaian belajar peserta didik karena kompetensi peserta didik
tidak dapat terukur secara valid. Menurut Musthofa (2015), kendala dalam implementasi Standar
Penilaian Pendidikan pada Kurikulum 2013 dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama,
kurangnya sosialisasi, pelatihan, atau diklat yang diselenggarakan Pemerintah untuk
memahamkan Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013 kepada guru. Kedua, belum semua guru
memiliki pedoman perencanaan dan pelaksanaan penggunaan instrumen penilaian proses dan
hasil belajar peserta didik dalam konteks Kurikulum 2013. Ketiga, guru belum sepenuhnya
paham teknis perencanaan dan pelaksanaan penilaian prose dan hasil belajar berkonteks
Kurikulum 2013.

Kesimpulan
1. Standar penilaian dalam pendidikan berperan sebagai acuan kriteria minimum proses
penilaian pembelajaran agar hasil penilaian pembelajaran bersifat valid dan dapat
dipercaya.
2. Standar penilaian pendidikan di Indonesia diatur dalam Permendikbud No. 23 tahun
2016. Proses penilaian hasil belajar di Indonesia dilaksanakan oleh pendidik, satuan
pendidikan, dan Pemerintah serta meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
3. Hambatan pelaksanakan standar penilaian pendidikan di Indonesia antara lain adalah
karena (1)kurangnya sosialisasi, pelatihan, atau diklat yang diselenggarakan Pemerintah
untuk memahamkan Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013 kepada guru, (2)belum
semua guru memiliki pedoman perencanaan dan pelaksanaan penggunaan instrumen
penilaian proses dan hasil belajar peserta didik dalam konteks Kurikulum 2013, (3)guru
belum sepenuhnya paham teknis perencanaan dan pelaksanaan penilaian prose dan hasil
belajar berkonteks Kurikulum 2013.

Daftar Pustaka
Arifin,Zainal.2012.Evaluasi Pembelajaran.Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI.
Permendikbud No.23 tahun 2016 tentang Standar PenilaianPendidikan.Jakarta:Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Widyasmoro,C.,& Alimah,S.2015.Analisis Hambatan Guru Biologi Kelas X dalam Implementasi
Standar Proses dan Standar Penilaian Kurikulum 2013.Unnes Journal of Biology
Education,4(2):156-65.

Musthofa,R.M.2015.Analisis Komparasi Nilai Sikap dan Pengetahuan Menggunakan ATA Test


dengan Penilaian Guru pada Materi Ekologi Kelas X SMA Negeri di Kabupaten
Magetan.BioEdu,4(1):788-795
STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

Rumusan Masalah :
1. Bagaimana peran sarana dan prasarana dalam pendidikan?
2. Bagaimana standar sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia?
3. Apa hambatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan sesuai Standar Nasional di
Indonesia?

A. Peran Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan


Selain dati aspek individu yang terlibat dalam pembelajaran serta model pembelajaran
yang diterapkan, keberhasilan suatu proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor lain
yang berkenaan langsung dengan prakterk pengajaran. Faktor tersebut adalah ketersediaan
dan mutu sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan. Sedangkan dalam KBBI, prasarana didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Menurut Megasari (2014)
sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
manajemen pendidikan karena sarana dan prasarana digunakan untuk mempermudah peserta
didik memahami materi pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar lebih bermakna,
efisien, dan efektif.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting
untuk dikelola guna menunjang proses pembelajaran. Pengadaan sarana dan prasarana
merupakan proses berkesinambungan karena dalam pengadaan dan pengelolaannya
meribatkan banyak pihak, yaitu Pemerintah, satuan pendidikan, guru, dan peserta didik.
Selain itu, perkembangan ketersediaan dan mutu sarana prasarana akan mengikuti
perkembangan pelaksanaan pembelajaran seiring waktu. Seperti perkembangan sarana dan
prasarana berupa gedung, tanah, perlengkapan administrasi hingga sarana yang langsung
digunakan dalam kegiatan beajar mengajar di kelas.
B. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan di Indonesia
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, tergambarkan bagaimana pentingnya peran
sarana dan prasarana dalam keberhasilan penyelenggaraan proses pendidikan. Dengan
demikian, sebuah kewajiban bagi pihak penyelanggara pendidikan untuk menyediakan sarana
dan prasarana penunjang pendidikan yang bermutu di setiap sekolah di Indonesia. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa
(1)Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan dan (2)
setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, kantin, tempat berolah raga
dan tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pemmbelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Poin utama dalam sarana dan prasarana pendidikan tidak hanya ditujukan pada
pengadaannya namun juga pada kualitas atau mutu dari sarana dan prasarana tersebut. Agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efisien dan efektif maka sarana dan prasarana
pendidikan yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria minimum tertentu atau disebut
dengan standar sarana dan prasarana. Dalam Permendikbud No. 32 tahun 2013, Standar
Sarana dan Prasarana didefinisikan sebagai kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Pemerintah
Indonesia sendiri telah menyusun kriteria atau standar sarana dan prasarana yang dapat
digunakan dalam proses pendidikan dasar dan menengah dalam Permendiknas No. 24 tahun
2007.
Dalam lampiran Permendiknas No. 24 tahun 2007 ditulisan dengan rinci spesifikasi
kriteria sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh sebuah satuan pendidikan dasar
maupun menengah. Secara garis besar, Sebuah SD/ MI sekurang-kurangnya memiliki
prasarana berupa ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang
guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat
bermain/berolahraga. Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana berupa
ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata
usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban,
gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga. Sebuah SMA/MA sekurang-
kurangnya memiliki prasarana berupa ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium
biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer,
ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah,
ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi,
dan tempat bermain/berolahraga. Sedangkan standar saran yang harus tersedia disesuaikan
dengan fungsi dari masing-masing prasarana tersebut.

C. Hambatan Implementasi Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan


Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan telah ditetapkan oleh Pemerintah dan
dijadikan acuan dalam pengadaan dan pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah dasar
maupun menengah. Akan tetapi, pada kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengadaan
dan pengelolaan sarana prasarana sekolah tersebut menjadi tidak optimal atau terhambat.
Sering kita temukan sarana dan prasarana sekolah tidak dikelola dengan baik. Contohnya di
sekolah dasar atau menengah di beberapa daerah di Indonesia, banyak meja dan kursi yang
rusak, tidak tersedia alat-alat laboratorium yang memadai, gedung sekolah yang hampir
ambruk atau dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal tersebut dapat sedikit banyak pasti
akan mengganggu berlangsungnya proses belajar.
Dalam kurikulum 2013 sendiri, pendekatan pembelajaran mata pelajaran IPA yang
umum digunakan adalah pendekatan saintifik dengan metode praktikum atau percobaan,
khususnya pada pembelajaran mata pelajaran kimia. Dengan demikian sarana dan prasarana
untuk menunjang terlaksananya praktikum di laboratorium sangat diperlukanAkan tetapi
menurut Apriana (2017) kagiatan praktikum sering diabaikan oleh guru karena beberapa
alasan. Diantara lain adalah kurangnya waktu untuk melaksanakan praktikum, kurangnya
tenaga laboran/asisten, kurangnya sarana pendukung dan sebagainya. Kurangnya sarana
pendukung tersebut berkaitan erat dengan pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia.
Geografis Indonesia yang berupa kepulauan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
terkendalanya pemerataan sarana dan prasarana pendidikan di daerah terpencil Indonesia
(Aristo,2019).
Kesimpulan
1. Sarana dan prasarana digunakan untuk mempermudah peserta didik memahami
materi pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar lebih bermakna, efisien,
dan efektif.
2. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
dimana sarana dan prasarana pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar dan
menegah harus memenuhi kriteria yang tertera.
3. Hambatan implementasi Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan di Indonesia
salah satunya disebabkan oleh keadaan geografis Indonesia yang berupa
kepulauan sehingga pemerataan kualitas sarana dan prasarana di Indonesia kurang
optimal.

Daftar Pustaka
Aristo,T.J.V.2019.Analisis Permasalahan Pemerataan Pendidikan di Kabupaten Sintang.Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan.7(1):25-34
Permendikbud No.32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.Jakarta:Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Apriana,Dewi.2017.Problematika Guru dari Aspek Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Menghadapi Era Standarisasi Pendidikan Nasional.Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang,2(1):291-297
Permendiknas No.24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar
/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA).
Megasari,Rika.2014.Peningkatan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMPN 5 BukitTinggi.Bahana Manajemen
Pendidikan,1(2):636-831
Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai