Anda di halaman 1dari 116

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kondisi ideal pendidikan di Indonesia saat ini menekankan pada aktivitas

mendidik, dalam konteks pendidikan yang hakekatnya merupakan proses

pembelajaran guru dengan bermodalkan kompetensi pedagogis dan

profesionalitas secara akademis yang perlu dilatih, agar terampil menghadirkan

guru yang bertanggung jawab untuk menjadikan siswa yang tangguh dan cerdas.

Artinya belajar mengajar merupakan aktivitas pengembangan potensi siswa yang

difasilitasi oleh seorang guru profesional sehingga siswa dengan potensi yang

dimiliki terampil berkembang secara penuh.

Mengajar sebagai praktik memanusiakan siswa dengan mengembangkan

potensi yang dimiliki agar terampil berkembang menjadi pribadi yang cerdas

dan tangguh, berkepribadian inovatif dan berjiwa mulia seperti tercermin dalam

kompetensi inti Kurikulum 2013. Idealnya kompetensi guru dalam mendidik

peserta didik dan pembelajaran di kelas, tidak hanya dalam proses pembelajaran

saja namun juga harus di dukung dalam proses penilaian yang bermutu. Dalam

pelaksanaan pembelajarannya sekurang-kurangnya guru harus mengacu kepada

Standar Nasional yang sudah ditetapkan pemerintah mulai dari Standar

Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian.

Pada kenyataan di lapangan guru sering terkendala dalam membuat

instrumen penilaian yang terstandar, seperti beberapa kasus di kota Palangkaraya

Provinsi Kalimantan Tengah dalam pelaksanaan Standar Penilaian di u j i a n

1
tengah semester yang baru saja dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret

2020, dimana masih ditemukan persyaratan instrumen soal yang tidak standar.

Hal tersebut secara tidak langsung berakibat pada tidak terpenuhinya validasi

hasil penilaian. Instrumen penilaian sebagai alat ukur tercapainya kompetensi

dasar dalam pembelajaran ternyata kurang tepat dalam mengukur ketercapaian

tujuan pembelajarannya. Sebagian besar guru tidak melakukan kegiatan penilaian

sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan disebabkan kurangnya

keterampilan guru dalam menyusun istrumen penilaian yang sesuai karakteristik

kompetensi pembelajaran, maka dari itu perlunnya peningkatan keterampilan bagi

guru dalam menggunakan standar penilaian sebagai acuan untuk mengukur

tingkat kompetensi yang dikuasai siswa selama mengikuti proses belajar

mengajar.

Hal ini membuat kondisi peserta didik tidak dalam keadaan siap ketika

dilakukan tes. Pembuatan instrumen penilaian yang tidak standar mengakibatkan

soal pada instrumen penilaian sulit dipahami oleh siswa atau menimbulkan soal

yang tidak mengacu pada tujuan pembelajaran. Realita yang peneliti temukan di

lapangan membuktikan bahwa hasil dari analisis kepengawasan pembinaan guru

dalam kegiatan belajar mengajar terhadap guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Kristen di kota Palangkaraya pada akhir tahun pelajaran 2019/2020

khususnya kegiatan evaluasi penilaian, dari 20 orang guru Pendidikan Agama

Kristen tingkat SD kota Palangkaraya terdapat 15.00% guru atau sebanyak 3

orang guru yang melakukan penilaian di kelas, dengan hasil perolehan nilai hasil

belajar siswa mencapai nilai tuntas, sedangkan rata- rata nilai hasil belajar siswa

yang terampil diperoleh oleh guru dari hasil nilai penyusunan instrumen

2
penilaian sebesar 63,80 masih jauh dari nilai hasil belajar rata-rata yang

ditetapkan sebagai batas nilai maksimal tuntas yakni 70. Berdasarkan hasil survei

terhadap penyusunan instrumen penilaian sebagian besar Guru PAK menyatakan

kesulitan atau kurang memahami dalam menyusun instrumen yang sesuai dengan

prosedur standar penilaian.

Hal tersebut mendorong peneliti untuk berinovasi dan berkreasi melatih

guru dalam meningkatkan ketrampilan guru Pendidikan Agama Kristen (PAK)

dalam menyusun instrumen penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi

pembelajaran melalui (Focused Group Discussion) FGD, salah satu tindakan

yang bisa dilakukan oleh peneliti adalah menyelenggarakan pelatihan yang

menerapkan model pembelajaran (Focused Group Discussion) FGD. Hal ini

dilakukan oleh peneliti dengan harapan guru berhasil dalam meningkatkan

ketrampilan dalam menyusun instrumen penilaian.

B. Rumusan Masalah

Suatu penelitian perlu mengidentifikasi masalah agar dapat menentukan

pokok permasalahannya yang berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan

penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah dengan menerapkan (Focused Group Discussion) atau FGD dapat

meningkatkan ketrampilan Guru PAK dalam menyusun instrumen penilaian

sesuai karakteristik kompetensi pembelajaran melalui FGD pada wilayah

binaan kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah?

2. Apakah F G D (Focused Group Discussion) dapat menjadi teknik pembinaan

yang efektif bagi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen tingkat

3
SD kota Palangka Raya agar memahami prosedur standar penilaian

pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Melalui pelatihan dengan Focused Group Discussion (FGD) yang diberikan

oleh peneliti diharapkan Guru PAK pada wilayah binaan kota Palangkaraya

Provinsi Kalimantan Tengah dapat meningkatkan ketrampilan dalam

menyusun instrumen penilaian sesuai karakteristik kompetensi

pembelajaran.

2. Melalui pelatihan dengan Focused Group Discussion (FGD) yang diberikan

oleh peneliti diharapkan Focused Group Discussion (FGD) dapat menjadi

teknik pembinaan yang efektif Guru PAK pada wilayah binaan kota

Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah, agar memahami prosedur

standar penilaian pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D. Manfaat Penilaian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka enelitian ini

diharapkan bermanfaat bagi:

1. Guru, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam

menyusun instrumen penilaian pembelajaran agar disesuaikan dengan

karakteristik kompetensi dan mematuhi tahapan prosedur penyusunan

instrument sesuai ketentuan yang berlaku.

4
2. Sekolah, khususnya Sekolah Dasar yang menyelenggarakan Pendidikan

Agama Kristen baik negeri maupun swasta memiliki instrumen penilaian

pembelajaran yang disusun berdasarkan standar penilaian, sehingga kegiatan

penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dapat mencapai

tujuan dari penilaian yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses,

kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan.

3. Pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, memiliki referensi

dalam kegiatan program desiminasi/sosialisasi sistem penilaian dalam

Kurikulum 2013 kepada para guru di wilayah kerjanya masing-masing.

4. Pengawas, melalui penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi

pengawas dalam memperkaya teknik pembinaan guru yang efektif dan

menambah wawasan dalam melatih penyusunan intrumen penilaian yang

sesuai prosedur bagi Guru PAK.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Penilaian Pembelajaran

1. Pengertian Penilaian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk mendapatkan data dan

informasi menganai pencapaian hasil belajar yang tepat maka penilaian harus

ada standarisasinya. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai

lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam

penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan

menengah. (Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, Pasal 1).

Secara khusus untuk dunia pendidikan, Gronlund Linn dalam Kuseri

Suprananto mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan

mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan

informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok

siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek

pengetahuan, sikap maupun keterampilan. (Suprananto, 2012: 8).

Dengan demikian, penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan

bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Agar

proses penilaian dapat menggambarkan perkembangan belajar siswa, maka

6
dibutuhkan penyusunan instrumen penilaian yang memperhatikan kesesuaian

antara indikator dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan hasil analisis

kompetensi dasar dalam pembelajaran. Dengan melakukan pembelajaran dan

penilaian, pendidik akan terampil menjalankan fungsi sumatif penilaian yakni

mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi peserta didik serta

mendeskripsikan capaian hasil pembelajaran peserta didik, dan fungsi

formatif yakni mendiagnostik kesulitan belajar peserta didik dalam

pembelajaran, memberi petunjuk bagi pendidik dan peserta didik dalam

meningkatkan mutu pembelajaran, mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam

proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan

keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Penilaian

sebagai fungsi sumatif saat ini dikenal dengan istilah penilaian atas

pembelajaran (assessment of learning) sedangkan penilaian sebagai fungsi

formatif saat ini lebih dikenal sebagai penilaian sebagai pembelajaran

(assessment as learning) dan penilaian untuk pembelajaran (assessment for

learning).

2. Lingkup dan Teknik Penilaian

a) Lingkup Penilaian

Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap,

aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan, sedangkan lingkup penilaian

hasil belajar oleh satuan pendidikan mencakup aspek pengetahuan dan

aspek keterampilan.

b) Teknik Penilaian

7
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi

mata pelajaran/kompetensi muatan/ kompetensi program, dan proses.

Sejalan dengan cakupan tersebut, teknik dan instrumen yang digunakan

untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah

sebagai berikut;

2.1 Penilaian Kompetensi Sikap

Penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru

untuk mengukur tingkap pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik

yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan (receiving atau

attending), merespon atau menanggapi (responding), menilai atau

menghargai (valuing), mengorganisasi atau mengelola (organization), dan

berkarakter (characterization). (Kunandar, 2013: 101)

Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku

peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan

sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian

pengetahuan dan keterampilan sehingga teknik penilaian yang digunakan

juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina

perilaku dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.

a) Sikap Spiritual

Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah menerima,

menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

b) Sikap Sosial

Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku

antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

8
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan

negara.

Dalam pelaksanaan penilaian sikap, pendidik dapat merencanakan

indikator sikap yang akan diamati sesuai dengan karakteristik proses

pembelajaran yang akan dilakukan, misalnya perilaku kerjasama dalam

diskusi kelompok dan kerapihan dalam praktikum. Selain itu, penilaian

sikap dapat dilakukan tanpa perencanaan, misalnya perilaku yang muncul

tidak terduga selama proses pembelajaran dan di luar proses pembelajaran.

Hasil pengamatan perilaku tersebut dicatat dalam jurnal. (Direktorat

Pembinaan Sekolah Dasar, 2016: 11)

2.2 Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Penilaian Pengetahuan dilakukan dengan cara mengukur

penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural dan metakognisi dalam berbagai tingkatan proses

berpikir. Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan

perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian,

pengolahan dan pelaporan, serta pemanfaatan hasil penilaian. (Direktorat

Pembinaan Sekolah Dasar, 2016:9-10).

Lebih jauh Kunandar menjelaskan bahwa penilaian pengetahuan

atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat

pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang

meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi. Dalam Kurtilas kompetensi pengetahuan menjadi

kompetensi inti dengan kode Kompetensi Inti 3 (KI-3). Kompetensi

9
pengetahuan merefleksikan konsep- konsep keilmuan yang harus dikuasi

oleh peserta didik melalui poses belajar mengajar. (Kunandar, 2013: 159).

Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan

penugasan.

a) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis,

antara lain berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan

uraian. Instrumen tes tertulis dikembangkan dengan mengikuti langkah-

langkah berikut:

 Melakukan analisis KD.

 Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD.

 Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada kaidah-kaidah

penulisan soal.

 Menyusun pedoman penskoran.

 Melakukan penskoran berdasarkan pedoman penskoran.

b) Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang

diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan

tersebut secara lisan. Tes lisan bertujuan menumbuhkan sikap berani

berpendapat, mengecek penguasaan pengetahuan untuk perbaikan

pembelajaran, percaya diri, dan keterampilan berkomunikasi secara efektif.

Langkah-langkah pelaksanaan tes lisan sebagai berikut:

 Melakukan analisis KD.

 Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD.

10
 Membuat pertanyaan atau perintah.

 Menyusun pedoman penilaian

 Memberikan tindak lanjut hasil tes lisan

c) Penugasan

Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk

mengukur pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh atau

meningkatkan pengetahuan. Tugas dapat dikerjakan secara individu atau

kelompok sesuai karakteristik tugas. Tugas tersebut dapat dilakukan di

sekolah, di rumah atau di luar sekolah. (Direktorat Pembinaan Sekolah

Dasar, 2016:11-12)

2.3. Penilaian Kompetensi Ketrampilan

Penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang

dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi

keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi,

presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Kompetensi Inti (KI-4), yakni

keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan Kompetensi Inti 3 (KI-3), yakni

pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan itu menunjukkan peserta

didik tahu akan keilmuan dan kompetensi keterampilan itu menunjuk

peserta didik bisa (terampil) tentang keilmuan tertentu tersebut. Dalam

Kurtilas kompetensi keterampilan menjadi Kompetensi Inti 4 (KI-4).

Penilaian keterampilan (KD dari KI-4) dilakukan dengan teknik

penilain kinerja, penilaian proyek, dan portofolio. Penilaian keterampilan

menggunakan angka dengan rentang skor 0 sampai dengan 100, predikat,

dan deskripsi.

11
a) Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance assessment) adalah penilaian yang menuntut

peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya

ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Pada penilaian kinerja, penekanannya dapat dilakukan pada proses atau

produk. Penilaian kinerja yang menekankan pada produk disebut penilaian

produk misalnya poster, puisi, dan kerajinan. Penilaian kinerja yang

menekankan pada proses disebut penilaian praktik, misalnya bermain sepak

bola, memainkan alat musik, menyanyi, melakukan pengamatan menggunakan

mikroskop, menari, bermain peran, dan membaca puisi.

b) Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang

harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa

rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan

data, dan pelaporan.

c) Penilaian Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan

karya peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan

(reflektif-integratif) dalam kurun waktu tertentu. Pada akhir periode portofolio

tersebut dinilai oleh pendidik bersama-sama dengan peserta didik dan

selanjutnya diserahkan kepada pendidik pada kelas berikutnya dan dilaporkan

kepada orangtua sebagai bukti autentik perkembangan peserta didik.

(Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2016: 13-16)

12
3. Prinsip-Prinsip Penilaian

Penilaian dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

keterampilan yang diukur.

b) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

c) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta

didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang

agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

d) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

berkepentingan.

f) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai

teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan

keterampilan peserta didik.

g) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap

dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

13
i) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari

segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. (Direktorat Pembinaan

Sekolah Dasar, 2016: 8)

B. Pengertian Focused Group Discussion (FGD)

a. Pengertian FGD

Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006 : 79) “diskusi kelompok

adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok

orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan

berbagi informasi/ pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan

suatu masalah. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Usman (2005:94)

“diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai

pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan/pemecahan masalah.

Dalam proses belajar mengajar, diskusi dijadikan salah satu metode untuk

menyampaikan materi pelajaran dengan cara narasumber bertanya kepada

pesertanya atau peserta yang bertanya pada narasumbernya. Narasumber tidak

hanya dituntut untuk menguasai teknik-teknik bertanya dan jenis-jenis

pertanyaan, tetapi juga semangat tinggi di dalam membangun situasi kelas

yang kondusif (menyenangkan). Untuk mengetahui tentang diskusi

kelompok, ada tiga istilah yang perlu dimengerti terlebih dahulu, yaitu:

pertanyaan, respon, dan reaksi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa metode diskusi kelompok merupakan interaksi antara narasumber atau

fasilitator dan peserta pelatihan melalui kegiatan bertanya yang dilakukan

14
oleh narasumber atau fasilitator untuk mendapatkan respon lisan dari peserta

sehingga dapat menggali pengetahuan pada diri peserta, atau bertanya kepada

narasumber untuk memperoleh jawaban yang pasti. Pengertian atau batasan

narasumber/ fasilitator dan peserta grup diskusi sama-sama aktif. Namun

demikian, keberhasilan diskusi kelompok tergantung pula kepada penguasaan

terhadap jenis-jenis pertayaan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang

teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka secara

informal untuk berbagi informasi dan pengalaman serta mengambil

kesimpulan/ pemecahan masalah.

Seperti yang telah disinggung sekilas, bahwa metode diskusi saling

mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi,

tetapi ada yang tidak. Dengan diskusi narasumber berusaha mengajak peserta

untuk memecahkan masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan

pendapat-pendapat berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya

kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban, atau mungkin terdapat banyak

jawaban yang benar.

Di samping itu harus digunakan berbagai teknik dalam penggunaan

diskusi kelompok yang dapat dijadikan petunjuk praktis dalam menggunakan

metode diskusi, agar memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam pemakaian

metode diskusi, seorang guru (pengawas) sebagai narasumber atau fasilitator

tidak hanya dituntut untuk memahami dan menguasai jenis, teknik dan

prosedur, tetapi yang perlu juga diperhatikan adalah terampil menciptakan

suasana belajar yang aman dan menyenangkan, dan guru di dalam kelas akan

melakukan (1) memandang para peserta sebagai berketerampilan, (2) menjadi

15
pengamat dan turut serta belajar saat mereka berinteraksi dengan para siswa,

(3) mendemonstrasikan dan memberikan model bacaan, (4) berperan sebagai

fasilitator untuk murid belajar, dan (5) memberikan kepada untuk umpan

balik pertanyaan (Semiawan dkk, 1999).

Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang bagaimana yang dapat

dirumuskan oleh kelas terhadap suatu masalah selama diskusi pemimpin atau

guru kelas melihat adanya sejumlah jawaban yang mungkin, kemudian

melihat jawaban yang dianggap merupakan jawaban yang setepat-tepatnya.

Hal manakah yang telah diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan,

dan tindakan apakah yang telah direncanakan.

b. Definisi Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion/ FGD)

Diskusi Kelompok Terfokus (DKT) adalah salah satu teknik dalam

mengumpulkan data kualitatif dimana sekelompok orang berdiskusi dengan

pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik.

Diskusi demikian dirancang untuk menggali persepsi tentang suatu hal dalam

suasana yang permisif dan tidak mengancam.

Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)/ Focused Group Discussion

(FGD) banyak digunakan dalam penelitian kualitatif karena beberapa

keuntungan:

1) Interaksi kelompok, adanya interaksi di dalam kelompok memungkinkan

munculnya respons yang lebih kaya dan juga memungkinkan timbulnya

pemikiran-pemikiran baru yang berharga.

16
2) Observasi, peneliti akan dapat langsung mengamati diskusi serta

mendapatkan insight mengenai perilaku, sikap, bahasa, dan perasaan

responden.

3) Biaya dan waktu, DKT dapat diselesaikan lebih cepat dan biasanya lebih

mudah dibanding wawancara mendalam (depth interview).

Diskusi kelompok terfokus adalah kegiatan pengumpulan data.

Diskusi kelompok terfokus bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi

peserta terhadap sesuatu, misalnya pelayanan, dan tidak mencari kesepakatan

ataupun keputusan mengenai tindakan yang harus diambil. Sedangkan teknik

Delphi method, brain storming dan nominal group biasanya bertujuan untuk

memecahkan masalah, atau mengidentifikasikan kesepakatan yang disetujui

semua pihak.

Diskusi kelompok terfokus mengumpulkan data kualitatif dengan unit

analisis kelompok. Diskusi kelompok terfokus mengumpulkan data kualitatif

yang memberikan data yang mendalam mengenai persepsi, pandangan

peserta. Oleh karena itu dalam DKT digunakan pertanyaan yang terbuka yang

memungkinkan peserta untuk memberikan jawaban disertai dengan

penjelasan–penjelasan. Moderator disini berfungsi sebagai pengarah,

pendengar, pengamat dan menganalisis data dengan menggunakan proses

induktif.

Dalam diskusi kelompok terfokus topik diskusi ditentukan terlebih

dahulu dan diatur secara berurutan. Pertanyaan diatur sedemikian rupa

sehingga dimengerti oleh peserta diskusi. Moderator atau fasilitator

menggunakan pertanyaan yang terbuka.

17
Dari uraian tersebut di atas yang mendapatkan penekanan dalam

diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion) dalam penelitian ini

adalah diskusi kelompok terfokus untuk memecahkan masalah kurang

trampilnya guru mata pelajaran Pendidikan agama Kristen dalam menyusun

instrument penilaian berdasarkan karakteristik kompetensi pembelajaran.

C. Hakekat Pendidikan Agama Kristen

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, disebutkan bahwa

pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan

terampil menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat

beragama (Pasal 2 ayat 1).

Selanjutnya dalam pembelajaran, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

bertujuan mengembangkan keterampilan peserta didik dalam memahami,

menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan

penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Pasal 2 ayat 2).

Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen, yaitu: (1)

Memperkenalkan Allah dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh

iman percayanya dan meneladani Allah dalam hidupnya, dan (2)

Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik,

sehingga terampil memahami, menghayati, dan mengamalkannya.

Pendidikan Agama Kristen merupakan pendidikan yang melaluinya

“segala pelajar, tua dan muda memasuki persekutuan iman yang hidup

dengan Tuhan sendiri dan oleh dan dalam Dia mereka terhisap pula pada

18
persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya di

segala waktu dan tempat”. Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha

dalam menumbuh kembangkan keterampilan siswa lewat tuntunan Roh

Kudus agar dapat memahami Kasih Allah dalam Roh Kudus. Pendidikan

Agama Kristen berasal dari istilah “Christian Education” artinya Pendidikan

Kristen, dan kemudian berkembang menjadi “Christian Religious Education”

yaitu Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen diterima oleh

semua pelajar, muda dan tua memasuki persekutuan iman yang hidup dengan

Tuhan sendiri, oleh dan dalam Dia terhisap pula pada persekutuan Jemaat-

Nya yang mengakui dan mempermuliakan-Nya di segala waktu dan tempat”.

(Homrighausen dan I.H. Enklaar, 2011: 26).

Robert Boehlke berpendapat bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah

pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk bertumbuh

dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan memperoleh

pengetahuan akan perbuatan-perbuatan Allah melalui Alkitab dan bacaan

lain. Semuanya itu untuk memperoleh hikmat yang dari Allah sendiri (Robert

Boehlke, 2011: 128).

Pendidikan Agama Kristen membawa semua siswa yang percaya

kepada Tuhan untuk terlibat dalam persekutuan iman sebagai bentuk dari

pengakuannya di mana pun ia berada tidak terbatas waktu dan tempat. Di

dalam kehidupan siswa atau semua orang percaya mempermuliakan Nama

Tuhan Yesus. Sehingga melalui persekutuan iman tersebut siswa menbalami

pendewasaan di dalam Tuhan Yesus. Selanjutnya pendapat Campbell

Wyckoff seperti dikutip oleh Enklaar (2011) menjelaskan bahwa: Pendidikan

19
Agama Kristen adalah pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan Allah

dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar dapat mengetahui diri mereka yang

sebenarnya, keadaannya, bertumbah sebagai anak Allah dalam persekutuan

Kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia dan

tetap percaya kepada pengharapan Kristen. (Homrighausen dan Enklaar,

2011: 35).

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat simpulkan bahwa

Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu dari tugas gereja yang

sangat penting di lapangan pendidikan (di lingkungan sekolah dan gereja) dan

pengajaran yang bertujuan untuk membimbing, mengarahkan dan

mengajarkan pokok-pokok ajaran iman Kristen kepada individu (siswa).

Pendidikan Agama Kristen tidak dapat dipandang sebagai hanya pekerjaan

sambilan saja, tetapi pekerjaan ini sebagai amanat dari Allah yang harus

dilaksanakan oleh seorang guru dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati

sebagai pelayanan kepada Allah.

Pengajaran yang memiliki dimensi sebagai tugas “Amanat Agung”

dari Allah yang harus dilaksanakan di sekolah-sekolah memiliki fungsi

utama untuk: (1) Meterampilkan anak didik memahami kasih dan karya

Tuhan dalam hidup sehari-hari, dan (2) Membantu anak didik dalam

mentransformasikan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari.

D. Penelitian yang Relevan

Persoalan yang dihadapi guru-guru mata pelajaran Pendidikan Agama

Kristen tingkat SD kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah seperti

sudah dijelaskan pada latar belakang masalah, menunjukkan bahwa faktanya

20
sebagian besar guru mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen tingkat SD

kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun pelajaran 2017-

2018 kurang trampil dalam menyusun instumen penilaian yang sesuai dengan

karakteristik kompetensi materi pembelajaran. Persoalan tidak trampilnya

guru dalam menyusun instrument penilaian yang sesuai dengan karakteristik

kompetensi materi pembelajaran (KD) disebabkan antara lain: 1) rata-rata

guru kurang memahami substansi konsep dari penilaian pembelajaran seperti

yang dimaksud dalam Peremendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dan atau Buku

Pedoman Penilaian yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah

Dasar tahun 2016, 2) rata-rata guru kurang memahami tata cara menyusun

instrument penilaian berdasarkan karakteristik kompetensi, dan 3) rata-rata

kegiatan deseminasi atau sosialisasi kurikulum dan beberapa kebijakan

pendidikan yang sudah dilakukan selama ini kurang memotivasi guru untuk

memahami materi yang disosialisasikan, hal ini berdampak terhadap ketidak

trampilannya ketika harus menyusun instrument penilaian secara mandiri.

Beberapa persoalan yang dihadapi oleh guru tersebut hendak dicarikan

pemecahannya melalui penerapan Focus Group Discussion (FGD) dalam

Supervisi Akademik, karena secara teoritis FGD terampil memotivasi guru

(pembelajar) untuk terlibat aktip memahami materi yang sedang dipelajarinya.

Dan satu kelebihan metode FGD dalam pembelajaran adalah guru

(pembelajar) memiliki pengalaman langsung mendapatkan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang diperoleh melalui proses dialog yang edukatif.

Guru (pembelajar) tidak hanya sebatas mendengar namun terlibat aktif

menyampaikan pandangan, pendapat bahkan kritik dan sanggahan untuk

21
sampai pada kesimpulan bersama. Dan kelebihan dari FGD tidak hanya

berhenti pada proses pemahaman, namun juga ditindak-lanjuti dengan praktek

dan kerja kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir penulis dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut,

Guru Mapel PAK


Ketrampilan menyusun
Kondisi Pengawas belum instrument penilaian
Awal menerapkan model tidak sesuai dengan
FGD dalam Supervisi karakter Kompetensi
Akademik (tuntutan KD)

Siklus I
Supervisi Akademik
dengan menerapkan
Pengawas FGD dan Tugas
menerapkan FGD Individu
Tindakan dalam Supervisi
Akademik
Siklus II

Supervisi Akademik
dengan menerapkan
FGD dan Tugas
Diduga melalui penerapan Kelompok
FGD dapat meningkatkan
Ketrampilan Guru PAK
tingkat SD kota Palangka
Raya menyusun Instrumen
Kondisi Penilaian sesuai karakteristik
Gambar 2.1 Skema Alur Kerangka Berpikir
kompetensi Penelitian
pembelajaran
Akhir
tahun 2020

22
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang berjudul :

1. Melalui Focused Group Discussion (FGD) untuk meningkatkan kompetensi

guru PAK SD dalam pembelajaran online berbasis ITE pada wilayah binaan

kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah 2018 yang disusun oleh

Sugianto, M.Pd

2. Meningkatkan keterampilan guru agama Islam dalam menyusun instrumen

penilaian sesuai karakteristik pembelajaran melalui Focus Group Discussion

(FGD) pada wilayah binaan kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan

Tengah 2019 yang disusun oleh Syahrani, M.Ag

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Lokasi Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp) ini dilaksanakan

di SDN 4 Menteng Jl. MH Thamrin No.19, Kec. Jekan Raya di kota Palangka

Raya Provinsi Kalimantan Tengah sebagai pusat workshop/pelatihan,

sedangkan pada praktik siklus tindakan direncanakan akan dilaksanakan di

beberapa sekolah binaan lainnya, mengikuti kesiapan guru sebagai peserta

worshop/ pelatihan yang akan berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan.

Pemilihan lokasi penelitian ini sebagai pusat workshop atau pelatihan

berdasarkan atas pertimbangan:

1. Memudahkan prosedur penelitian dan perizinan

2. Mendapat dukungan dan bantuan dari teman sejawat

Sedangkan waktu penelitian ini berlangsung pada bulan Januari

sampai dengan bulan Juni 2020. Pada penelitian tindakan kepengawasan ini,

pengawas mendapatkan ijin untuk mengadakan pelatihan/workshop

penyusunan instrumen penilaian yang dilaksanakan dengan pertemuan tatap

muka terbatas bersama 20 orang guru agama PAK pada wilayah binaan

kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Sekolah ini

dipilih sebagai lokasi penelitian tindakan sebab lokasi sekolah juga strategis

berada di pusat kota Palangka Raya yang mudah dijangkau oleh guru dari

sekolah binaan lainnya yang mengikuti pelatihan dalam rangka PTKp ini.

24
SDN 4 Menteng merupakan sekolah dasar negeri yang memiliki

akreditasi A, serta dikenal sebagai sekolah dasar dengan prestasi-prestasi

siswanya yang terampil bersaing dalam lomba-lomba pendidikan tingkat SD

di kota Palangka Raya.

Gambar 3.1 SDN 4 Menteng Palangka Raya

SDN 4 Menteng telah menerapkan kurikulum 13 dalam

pembelajarannya, dalam unggahan terbarunya di media sosial facebook pada

bulan maret 2020, siswa SDN 4 Menteng memperoleh juara 1 dan 2 dalam

lomba story telling. Demikian sekilas tentang SDN 4 Menteng yang dipimpin

oleh kepala sekolanya sekarang adalah Ibu Hj. Norliana.

Pada penelitian tindakan kepengawasan yang akan dilaksanakan,

direncanakan pelaksanaan penelitian aka dilakukan dengan 2 (dua) siklus

tindakan, yang dalam satu siklusnya akan dilakukan minimal dua kali

pertemuan.

25
Gambar 3.2 Penyerahan piala juara 1 dan 2 story telling siswa SDN 4 Menteng

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian yaitu Guru yang masih aktif bertugas, baik yang

mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta semua berjumlah 20 (dua

puluh) orang dan semua berstatus PNS. Alasan atau kriteria yang

dipertimbangkan oleh pengawas dalam memilih 20 orang guru tersebut

tersebut adalah mereka masih memiliki masa kerja yang cukup panjang

dalam artian tidak sedang dalam menunggu masa pensiun serta guru yang

terampil menguasai komputer ataupun media elektronik dengan baik. Obyek

penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan Guru PAK dalam

menyusun instrumen penilaian sesuai karakteristik kompetensi pembelajaran

26
melalui FGD (Focused Group Discussion) pada wilayah binaan kota

Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

C. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kepengawasan yang

memiliki 4 (empat) tahapan pokok pada setiap siklus tindakannya, yaitu: 1)

rencana, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Tujuan utama penelitian

tindakan adalah memperbaiki dan menemukan metode kerja yang lebih

efektif bagi pelaku tindakan. Memperbaiki metode kerja artinya mengubah

atau memodifikasi metode kerja yang biasa digunakan agar dapat

memperoleh hasil kerja yang lebih baik atau lebih optimal. Sedangkan

menemukan metode kerja artinya mecari dan mencobakan metode kerja baru

yang dipandang lebih efektif. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai

pengawas sekolah akan menerapkan FGD (Focused Group Discussion)

sebagai metode kerja dalam rangka pembinaan guru dalam meningkatkan

keterampilan guru menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa. Alur

tindakan perbaikan dalam penelitian tindakan kepengawasan ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

27
Gambar 3.3, Alur Penelitian Tindakan dari Kemmis dan McTaggart, 1982

Dalam penelitian ini pengawas sekaligus peneliti bertindak sebagai

pelaksana tindakan kepengawasan terhadap guru binaan melalui (Focused

Group Discussion) FGD dalam menyusun instrumen penilaian, kemudian

pengawas juga merangkap sebagai observer, pengumpul data, penganalisis

data dan pelapor hasil penelitian tindakan kepengawasan ini. Pengawas

sebagai pelaksana tindakan juga merancang rencana tindakan berdasarkan alur

penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc Taggart, 1982.

Tahapan pada siklus I (pertama) dan siklus II (kedua) dapat dijabarkan

sebagai berikut.

1. Perencanaan

Persiapan tindakan didasarkan pada kondisi awal atau pra siklus

yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian, yaitu rendahnya

ketrampilan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen tingkat SD

Kota palangka Raya pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020

28
dalam menyusun instrument penilaian yang sesuai dengan karakteristik

kompetensi pembelajaran.

Adapun perencanaan tindakan adalah: a) melakukan observasi

dokumen Laporan dan Analisis Hasil Kepengawasan tahun pelajaran

2019/2020, b) menganalisis persoalan utama yang menyebabkan guru

kurang trampil dalam menyusun instrument penilaian yang sesuai dengan

karakteristik kompetensi pembelajaran, dan c) mempelajari beberapa teori

yang berkaitan dengan Instrumen Penelitian khususnya menyelaraskan

kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi sebagai teknis dari

penilaian.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan dalam Instrumen Penelitian ini di

setting dalam 2 siklus tindakan, yaitu siklus I dan siklus II. Kegiatan

masing-masing siklus mengacu pada langkah-langkah FGD melalui

pertanyaan-pertanyaan persoalan yang harus dipecahkan bersama, dengan

mekanisme sebagi berikut :

a. Kegiatan Awal, aktivitas yang dilakukan pengawas/peneliti:

- Membuka kegiatan dilanjutkan dengan mengucapkan salam

- Pengawas menyampaikan tujuan Instrumen Penelitian dengan

FGD dilanjutkan dengan penjelasan langkah-langkahnya.

b. Kegiatan Inti, aktivitas yang dilakukan pengawas/peneliti:

- Pengawas menjelaskan konsep awal penilain sesuai

Permendikbud 23 Tahun 2016 dan Pedoman Penilaian Sekolah

Dasar Tahun 2016 dengan menggunakan media Power Point.

29
- Pengawas mengkondisikan guru memasuki langkah-langkah FGD

- Pengawas bertindak selaku fasilitator (moderator) dengan

megarahkan substansi pertanyaan diskusi sesuai daftar pertanyaan

yang sudah dipersiapkan.

- Pengawas memimpin/mengatur alur diskusi terfokus.

- Pengawas bersama guru membuat kesimpulan-kesimpulan.

- Dilanjutkan memberikan tugas

c. Kegiatan Akhir / Penutup

Dalam kegiatan penutup pengawas menyimpulkan kegiatan

pembelajaran dan menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan

mengucapkan salam.

Pada pertemuan akhir siklus I dan siklus II dilakukan penilaian

produk penyusunan instrumen penilaian sesuai dengan karakteristik

kompetensi materi KD 3 dan karakteristik materi KD 4 dengan mengacu

kriterian penilaian produk yang sudah dipersiapkan.

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat apakah semua rencana yang

telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak ada penyimpangan

yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Observasi atau pengamatan

juga bertujuan untuk mengumpulkan data hasil sosialisasi konsep

penilaian sesuai Permendikbud 23 Tahun 2016 dan peraturan lainnya yang

berlaku. Untuk mendapatkan data yang valid maka pengamat (observer)

dilakukan oleh teman sejawat atau kolaboratort dan hasilnya didiskusikan

bersama dengan peneliti.

30
4. Analisis dan Refleksi

Data penilaian produk penyusunan instrument penilaian yang

sesuai dengan karakteristik kompetensi KD 3 dan KD 4 setelah dilakukan

penerapan metode FGD didokumentasikan, dilihat kembali untuk

dianalisis guna mengetahui peningkatan yang dicapai oleh guru setelah

mengikuti Supervisi Akademik.

Hasil pemantauan dan penilaian dianalisis untuk diperoleh gambaran

tentang peningkatan keterampilan guru dalam menyusun instrument penilaian

yang sesuai dengan karakteristik kompetensi KD 3 dan KD 4. Hasil analisis

yang diperoleh merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi selama

penerapan tindakan pada siklus I. Permasalahan pada siklus I digunakan

sebagai pertimbangan untuk perbaikan pada siklus II. Hasil analisis dan

refleksi pada siklus II merupakan kesimpulan akhir Penelitian Tindakan

Kepengawasan ini.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik analisis deskriptif, yaitu teknik analisis deskriptif komparatif

dan deskriptif reflektif. Teknik analisis deskriptif komparatif dilakukan

dengan membandingkan data survei dan hasil produk penyusunan instrumen

penilaian sebagai hasil tindakan siklus I dengan kondisi awal, dan

membandingkan data hasil tindakan siklus II dengan data hasil tindakan

sikus I. Data hasil tindakan yang diperbandingkan meliputi, prosentase

capaian ketuntasan nilai dan rerata nilai yang berhasil diperoleh guru dalam

31
menyusun instrumen penilaian. Sedang teknik analisis deskriptif refleksif

lebih bersifat kualitatif dengan mendeskripsi hasil observasi melalui aktifitas

refleksi.

Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengukur

keterampilan guru dalam menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa

adalah lembar penilaian diri keterampilan guru dalam menyusun instrumen

hasil belajar PAK dan lembar obervasi produk penyusunan instrumen hasil

belajar PAK. Lembar penilaian diri keterampilan guru dalam menyusun

instrumen hasil belajar PAK akan dibuat menggunakan skala Likert dan

Lembar observasi produk penyusunan instrumen hasil belajar PAK akan

dibuat dengan penilaian skor dengan skala 0 – 100.

Lembar penilaian diri dan lembar observasi produk akan dihitung

secara kuantitatif berdasarkan skala likert dan penilaian skor dengan rentang

skor 0-100, namun berdasarkan data kuantitatif tersebut data akan dianalisis

secara deskriptif komparatif dan deskriptif reflektif. Berdasarkan lembar

penilaian diri akan diperoleh perbandingan keterampilan guru sebelum

tindakan dan setelah diberi tindakan. Sedangkan lembar observasi produk

akan mendeskripsikan keberhasilan guru dalam mencapai ketrampilan dalam

penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa.

Berikut adalah contoh format penilaian diri yang akan disebarkan dan

diisi oleh setiap peserta atau guru binaan yang mengikuti pelatihan, untuk

mengukur ketercapaian indikator keberhasilan yang telah ditentukan, baik

dalam keadaan kondisi awal atau pra siklus dan setiap siklus tindakan dalam

penelitian ini :

32
Tabel 3.1 Format Instrumen Penilaian diri

No Pernyataan Skala Likert


Menurut anda apakah anda
1 sangat memahami tentang 1 2 3 4 5
analisis penilaian hasil Tidak paham – sangat paham
belajar ?
2 Menurut anda seberapa
pentingkah menentukan 1 2 3 4 5
indikator penilaian Tidak penting – sangat penting
3 Perlukah ada batasan
pertanyaan atau 1 2 3 4 5
pernyataan yang Tidak perlu – sangat perlu
mengarah kepada jawaban
yang diharapkan?

4 Penilaian dalam bentuk


pilihan ganda, kriteria 1 2 3 4 5
pilihan jawabannya Heterogen – Homogen
bagaimana?

5 Penilaian dalam bentuk


pilihan ganda, kriteria 1 2 3 4 5
pilihan jawabannya Tidak logis – Sangat logis
bagaimana?

6 Terdapat satu jawaban yang


paling benar 1 2 3 4 5
Tidak penting – sangat penting
7 Ada petunjuk yang jelas
cara mengerjakan soal 1 2 3 4 5
Tidak penting – sangat penting
8 Ada pedoman penyekoran
1 2 3 4 5
Tidak perlu – sangat perlu
9 Tabel, gambar, grafik. peta,
atau sejenisnya disajikan 1 2 3 4 5
jelas dan terbaca Tidak penting – sangat penting

10 Memuat pernyataan secara


tepat dan efisien 1 2 3 4 5
Tidak penting – sangat penting
11 Rumusan soal
menggunakan bahasa 1 2 3 4 5
sederhana/ komunikatif Tidak memperhatikan – sangat
memperhatikan

33
No Pernyataan Skala Likert
12 Rumusan soal
menggunakan kata- 1 2 3 4 5
kata/kalimat yang tidak Tidak memperhatikan – sangat
menimbulkan memperhatikan
penafsiran ganda atau
salah penafsiran
13 Rumusan soal
menggunakan Bahasa 1 2 3 4 5
denotatif/ bukan konotatif Tidak memperhatikan – sangat
memperhatikan
14 Rumusan soal tidak
mengandung kata-kata 1 2 3 4 5
yang dapat menyinggung Tidak memperhatikan – sangat
perasaan peserta memperhatikan
ujian/ulangan
15 Butir soal menggunakan
bahasa yang sesuai dengan 1 2 3 4 5
kaidah bahasa pada Tidak memperhatikan – sangat
mata pelajarannya memperhatikan

Sebagai instrumen pendukung untuk mengetahui ketercapaian indikator

keberhasilan dalam penyusunaan instrumen penilaian peneliti akan menyimpulkan

secara deskriptif reflektif berdasarkan beberapa lembar observasi. Tabel kisi-kisi

penyusunan soal, digunakan peneliti untuk memandu sekaligus mengobservasi

kesesuaian antara kompetensi dasar dan indikator dalam penulisan soal.

Tabel 3.2 KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL

N Sesuai/
Indikator Bentuk Butir
KD IPK Materi Tidak
o soal Tes soal
Sesuai
1 3.1…… ……. .......... .......... .......... ..........
.
4.1 ….. ……. .......... .......... .......... ..........
.
2 3.2 ….. ……. .......... .......... .......... ..........
.
4.2 ….. ……. .......... .......... .......... ..........
.

34
Kemudian untuk mengamati dan menelaah produk instrumen penilaian

yang dibuat oleh guru dalam praktik pelatihan, peneliti membutuhkan instrumen

telaah kisi-kisi soal berikut :

Tabel 3.3 INSTRUMEN TELAAH KISI-KISI SOAL


Hasil
No Aspek yang Diamati Telaah Catatan
Ya Tidak
1 KD 3.1 sesuai
silabus/kurikulum
KD 4.1 memenuhi kriteria
2 IPK KD 3.1 memenuhi
kriteria
IPK KD 4.1 memenuhi
kriteria
3 Materi memenuhi kriteria
4 Indikator soal memenuhi
kriteria
5 Bentuk Tes memenuhi
kriteria
6 Butir soal memenuhi kriteria
Catatan :

35
Tabel 3.4 Instrumen Telaah Penilaian Hasil Belajar Siswa
Sekolah :
Kompetensi Keahlian :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
KD :
Berilah tanda cek (v) pada kolom YA dan TIDAK sesuai pengamatan saudara.
Berikan catatan atau saran untuk perbaikan sesuai penilaian Anda.
Hasil
Catatan
No. Aspek yang Diamati TelaahTidak
Ya Tidak
Isi
1 Soal sesuai indikator
2 Ada batasan pertanyaan atau
pernyataan yang mengarah kepada
jawaban yang diharapkan
3 Pilihan jawaban homogen dan logis
4 Terdapat satu jawaban yang paling
benar
Konstruksi
5 Ada petunjuk yang jelas cara
mengerjakan soal
6 Ada pedoman penyekoran
7 Tabel gambar, grafik.peta,atau
sejenisnya disajikan jelas dan terbaca
8 Memuat pernyataan secara tepat dan
efisien
9 Pernyataan tidak ada petunjuk ke arah
jawaban
10 Tidak memiliki pernyataan negatif
ganda
11 Panjang rumusan jawaban relatif sama
12 Pilihan jawaban memuat isi materi
bukan mengulang benar semua atau
salah semua
13 Penggunaan angka dan waktu
berurutan
14 Bukan soal berangkai antar nomor

36
Hasil
Catatan
No. Aspek yang Diamati TelaahTidak
Ya Tidak
Bahasa
15 Rumusan soal menggunakan bahasa
sederhana/ komunikatif
16 Butir soal menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa pada
mata pelajarannya
17 Rumusan soal menggunakan kata-
kata/kalimat yang tidak menimbulkan
penafsiran ganda atau salah penafsiran
18 Rumusan soal tidak mengandung
kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan peserta ujian/ulangan
19 Rumusan soal menggunakan Bahasa
denotatif/ bukan konotatif
Rekomendasi Diterima/Revisi/Ditolak *)
Catatan :

……………,
………………….
Peneliti,

( …………………….. )

Pada akhir siklus atau tindakan, peneliti akan merefleksi seluruh kegiatan

yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan peningkatan keterampilan

penyusunan instrumen penilaian hasil belajar, yang dibantu dengan lembar

observasi berupa instrumen telaah seperti pada tabel 3.4. Seluruh data yang

37
diperoleh melalui lembar penilaian diri dan lembar observasi tersebut peneliti

akan memperoleh hasil analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian tindakan

kepengawasan ini.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan ini ditetapkan dengan

kriteria sebagai berikut:

1) Sekurang-kurangnya 85% guru binaan yang menerima pelatihan peningkatan

keterampilan menyusun instrumen melalui (Focused Group Discussion) FGD

mendapatkan nilai tuntas (70).

2) Nilai rerata yang dihasilkan dari nilai produk penyusunan instrumen penilaian

sekurang-kurangnya 81.

F. Jadwal Penelitian

Waktu yang diperlukan selama penelitian yaitu selama 3(tiga) bulan

yang mencakup beberapa kegiatan yang dimulai dari kegiatan pra siklus dan

studi dokumen, persiapan, pembuatan proposal, permohonan ijin penelitian,

pelaksanaan (siklus I dan II), refleksi, membuat laporan penelitian, publikasi

hasil laporan penelitian (seminar desiminasi) dan diakhiri penyerahan laporan.

Pembagian waktunya adalah sebagai berikut,

Tabel 3.5. Jadwal Penelitian Tindakan Kepengawasan

Semester Genap Tahun Pelj.2019/2020 Ket.


No Kegiatan Januari Februari Maret
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi √ Dokumen
dokumenter Laporan
Pra Siklus, Kepenga-

38
Semester Genap Tahun Pelj.2019/2020 Ket.
No Kegiatan Januari Februari Maret
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
persiapan wasan
Penyusunan
Proposal,
permohonan
2 √ √
ijin,
penyusunan
instrumen
Pelaksanaan
3 √ √
Siklus I
Pelaksanaan
4 √ √ Penyam-
Siklus II
Analisis paian
5 √ Laporan
Data
Penyusunan dokumen
6 √ PTKp
Laporan
Penyerahan
laporan,
7 √ √
Seminar
Publikasi

39
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan ini diikuti

oleh guru binaan dari sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka

Raya di beberapa Sekolah Binaan, yaitu SDN 1 Menteng, SDN 4 Menteng,

SDN 5 Menteng, SDN 6 Menteng, SDN 8 Menteng, SDN 6 Bukit Tunggal,

dan SDN Percobaan. Penelitian ini memaparkan tentang sajian deskriptif

umum tentang implementasi supervisi kunjungan kelas oleh pengawas

sekolah sebagai upaya meningkatkan keterampilan menyusun instrumen

penilaian hasil belajar siswa bagi guru-guru di Sekolah binaan Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya.

Workshop atau pelatihan adalah serangkaian kegiatan yang membantu

guru untuk mengembangkan keterampilannya penyusunan instrumen

penilaian hasil belajar siswa demi pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu,

workshop juga merupakan upaya untuk membantu guru-guru dalam

mengembangkan keterampilannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan

demikian, esensi workshop itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru

dalam penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa, melainkan

membantu guru mengembangkan keterampilan profesionalismenya.

Meskipun demikian, workshop tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja

guru dalam mengelola pembelajaran.

40
Penelitian ini memberikan gambaran akan peran pengawas sekolah

dalam implementasi workshop dalam mempersiapkan, melaksanakan dan

mengevaluasi proses pengelolaan pembelajaran oleh guru pendidikan Agama

Kristen sehingga dapat diketahui bagaimana peningkatan keterampilan guru-

guru dalam menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa. Penjelasan

secara rinci kegiatan workshop sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

1. Kondisi Awal

Dari hasil observasi yang dilakukan dengan kegiatan workshop terhadap 20

guru pendidikan Agama Kristen, peneliti memperoleh informasi bahwa 65%

guru pendidikan Agama Kristen memperoleh nilai kurang dari 70 dalam

penilaian diri (evaluasi diri) dalam penyusunan instrumen penilaian proses

hasil belajar siswa. Hasil observasi pada kondisi awal sebagaimana

dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Diri Keterampilan Guru (PAK) dalam

Menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa pada Kondisi Awal

Nilai Kriteria
No Nama Guru
Capaian Nilai < 70 Nilai > 70
1 Andriluni 97,33 √
2 Anggraini Valentina, √
84,00
S.Th
3 Yenita andreiyati,S.Th 89,33 √
4 Yanti 80,00 √
5 Norenawati, S.Th 100,00 √
6 Rustini 97,33 √
7 TRISNA √
92,00
HANDAYANI, S.Th
8 Holy Ervina 36,00 √
9 Marayanie, S.Pak 42,67 √
10 Tutilina Brita, S.Pak 44,00 √
11 Netty, S.Pd.K 45,33 √
12 Seritani, S.Pd.K 36,00 √
13 Pentie, S.Pd. K 37,33 √

41
14 Linde, S.Pd 42,67 √
15 Lian, S.Th 40,00 √
16 Gimson, S.PdK 37,33 √
17 Tatae, A.Ma 37,33 √
18 Sumiete, S.Pd.K 38,67 √
19 Sripartuti, S.Th 40,00 √
20 Yeni Onawati, S.PdK 41,33 √
Rata-rata 57,93
  Persentase   65% 35%

Dari penjelasan tabel di atas dapat dijabarkan bahwa pada kondisi

awal, terdapat 13 guru pendidikan Agama Kristen atau 65% dari keseluruhan

guru dinyatakan kurang terampil dalam penyusunan instrumen penilaian

hasil belajar siswa, sedangkan 7 guru atau 35% dari keseluruhan guru

memperoleh nilai capaian penilaian diri lebih dari atau sama dengan 70 yang

dinyatakan terampil dalam penyusunan instrumen penilaian hasil belajar

siswa. Hal ini menunjukkan bahwa perolehan hasil tersebut masih berada di

bawah kriteria keberhasilan yaitu minimal mendapat skor 70 atau lebih yang

dianggap baik atau terampil. (Penilaian per individu masing-masing guru

dapat dilihat pada lampiran-lampiran)

2. Pertemuan 1 dan 2 pada Siklus I

Proses pelaksanaan tindakan pada siklus I menempuh empat tahapan,

yakni : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi dan (d) refleksi.

Adapun deskripsi masing-masing tahapan tersebut, sebagai berikut.

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan siklus I dilakukan secara individu oleh pengawas

sekaligus peneliti. Hal-hal yang diupayakan pada tahap ini, antara lain:

42
1) Mengidentifikasi masalah terkait dengan

keterampilan guru-guru pendidikan Agama Kristen dalam melakukan

penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa, dan hasil

menunjukkan sebagai berikut:

a) Setiap guru yang kurang terampil menyusun penilaian hasil

belajar siswa menjadi skala prioritas peneliti untuk mengangkat

kesulitan atau kendala yang mereka alami dalam penyusunan

instrumen;

b) Setiap guru pendidikan Agama Kristen yang kurang terampil

menindaklanjuti hasil belajar peserta didik, sehingga banyak

peserta didik yang kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal

masih tetap dibiarkan.

2) Menetapkan waktu pelaksanaan workshop, seperti

rincian berikut:

a) Pada tanggal 04 Januari 2020 dan 4 Februari 2020, workshop

dilaksanakan di SDN 1 dan 4 Menteng.

b) Pada tanggal 06 Januari 2020 dan 8 Februari 2020, workshop

dilaksanakan di SDN 5 Menteng.

c) Pada tanggal 11 Januari 2020 dan 10 Februari 2020, workshop

dilaksanakan di SDN 6 dan 8 Menteng.

d) Pada tanggal 12 Januari 2020 dan 11 Februari 2020, workshop

dilaksanakan di SDN 6 Bukit Tunggal.

e) Pada tanggal 3 Februari 2020 dan 15 Februari 2020, workshop

dilaksanakan di SDN Percobaan.

43
3) Menetapkan kriteria keberhasilan workshop pada

siklus I dapat meningkatkan keterampilan guru pendidikan Agama

Kristen dalam melaksanakan kegiatan menyusun instrumen penilaian

hasil belajar siswa dan pengolahan hasil belajar siswa, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a) Meningkatnya keterampilan guru pendidikan Agama Kristen

dalam penyusunan kisi-kisi dan soal;

b) Meningkatnya keterampilan guru pendidikan Agama Kristen

dalam menelaah kisi-kisi soal dengan penilaian kriteria;

c) Meningkatnya keterampilan guru pendidikan Agama Kristen

dalam menelaah soal pilihan ganda;

d) Meningkatnya keterampilan guru dalam membuat analisis

kualitatif dan analisis kuantitatif dari data hasil belajar siswa.

4) Menyusun instrumen yang diperlukan, yaitu lembar

observasi untuk menilai keterampilan guru pendidikan Agama Kristen

dalam penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa dalam

mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Adapun deskripsi pelaksanaannya, sebagai berikut.

1. Pengawas sekolah datang sesuai hari dan tanggal serta jam kedatangan

sesuai dengan jadwal yang telah disusun sebelumnya berdasarkan

kesepakatan dengan kepala sekolah dan guru yang bersangkutan.

44
2. Mengadakan pertemuan awal dengan guru pendidikan Agama Kristen

yang bersangkutan dengan didampingi oleh kepala sekolah membahas

rencana pelaksanaan tindakan dengan tahapan-tahapan yang ditempuh

meliputi; tahap pertemuan awal, observasi penyusunan instrumen

penilaian yang dibuat oleh guru.

3. Pada tahap awal pengamatan, supervisor harus menciptakan suasana

akrab, harmonis dan suasana kooperatif karena pada tahap ini langkah-

langkah yang ditempuh pengawas/supervisor adalah membicarakan

rencana mengajar dan membuat kesepakatan bersama tentang salah satu

kompetensi dasar sebagai sasaran pengamatan.

4. Dari analisis penelitian pada pelaksanaan tahap awal pengamatan dalam

pelaksanaan kunjungan, Adapun apabila terlebih dahulu seorang guru

yang akan melaksanakan praktik penyusunan instrumen penilaian

mengetahui bahwa akan dikunjungi dan dipantau dalam penyusunan

instrumen penilaian dan dalam tahap pertemuan awal ada dialog

kesempatan dalam hal komponen pengamatan terlebih dahulu. Namun

apabila kondisi guru pendidikan Agama Kristen belum tahu dan dalam

keadaan mengajar di kelas, maka sebaiknya memberikan waktu untuk

sejenak agar pengawas berdialog untuk membahas aspek aspek yang

nantinya akan diamati.

5. Setelah mengadakan kesempatan pada satu komponen yang menjadi

topik pengamatan, maka langkah selanjutnya adalah pengawas

melakukan observasi tindakan.

45
6. Pada observasi kelas pengawas sebagai peneliti mengidentifikasi data

dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah

dipersiapkan. Instrumen tersebut perlu diketahui dan dibahas dalam

pertemuan awal bersama guru yang menyusun instrumen penilaian dan

memberikan penilaian hasil belajar di kelas. Hal ini berfungsi agar guru

pendidikan Agama Kristen tidak merasa dijebak dan malah sebaliknya

menumbuhkan rasa bangga dan dimotivasi. Secara prosedural, semua

jenis instrumen berdasarkan prosedur yang diberikan pada saat

workshop atau pelatihan.

7. Setelah melakukan pengamatan dan terjaringnya data serta adanya

ditemukannya permasalahan yang harus di supervisi, melalui

pendekatan secara langsung (direktif) pengawas melakukan dialog dan

pembinaan setelah pihak guru pendidikan Agama Kristen

meninggalkan kelas/ berada di ruang guru.

8. Langkah tersebut merupakan langkah observasi balikan setelah langkah

observasi tindakan dalam model supervisi klinis. Dalam observasi

balikan, pengawas harus konsisten/ sesuai dengan kesempatan awal

dalam pertemuan awal yang menjadi komponen pengambilan data oleh

peneliti. Komponen tersebut antara lain perencanaan dan persiapan

pembuatan kisi-kisi instrumen penilaian. Pembicaraan akan berkisar

kompetensi dasar yang sudah disetujui sebelumnya. Perencanaan dan

persiapan pembuatan instrumen penilaian ditinjau bersama. Guru

pendidikan Agama Kristen diminta untuk memberikan pendapatnya

mengenai hasil kerjanya dalam merencanakan dan mempersiapkan

46
instrumen penilaian. Hal tersebut berfungsi untuk memberikan

kepercayaan diri atau aktualisasi diri pada guru pendidikan Agama

Kristen terhadap apa yang telah dilaksanakan dalam proses penyusunan

instrumen penilaian hasil belajar siswa.

9. Setelah proses pembinaan dianggap cukup dan selesai, pengawas

menutup kegiatan workshop/pelatihan.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti sejak awal hingga akhir kegiatan

penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa dilaksanakan oleh

guru. Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa catatan serta hasil

penilaian terhadap keterampilan masing-masing guru terutama aspek

menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa berdasarkan intrumen

pengamatan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berikut ini rekapitulasi

hasil observasi dan penilaian terhadap 20 guru pendidikan Agama Kristen

di Sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Guru Pendidikan Agama


Kristen dalam Melaksanakan Penyusunan instrumen penilaian
hasil belajar siswa pada Siklus Pertama

Nilai Kriteria
No Nama Guru
Capaian Nilai < 70 Nilai > 70
1 Andriluni 97,33 √
2 Anggraini Valentina, √
85,33
S.Th
3 Yenita andreiyati,S.Th 90,67 √
4 Yanti 81,33 √
5 Norenawati, S.Th 100,00 √
6 Rustini 97,33 √
7 TRISNA √
92,00
HANDAYANI, S.Th

47
Nilai Kriteria
No Nama Guru
Capaian Nilai < 70 Nilai > 70
8 Holy Ervina 58,67 √
9 Marayanie, S.Pak 60,00 √
10 Tutilina Brita, S.Pak 60,00 √
11 Netty, S.Pd.K 66,67 √
12 Seritani, S.Pd.K 81,33 √
13 Pentie, S.Pd. K 84,00 √
14 Linde, S.Pd 65,33 √
15 Lian, S.Th 66,67 √
16 Gimson, S.PdK 61,33 √
17 Tatae, A.Ma 72,00 √
18 Sumiete, S.Pd.K 68,00 √
19 Sripartuti, S.Th 72,00 √
20 Yeni Onawati, S.PdK 74,67 √
Rata-rata 71,87
  Persentase   40% 60%

Dari penjelasan tabel di atas dapat dijabarkan bahwa pada pelaksanaan

siklus pertama, terdapat 12 orang guru pendidikan Agama Kristen atau

60,00% yang sudah terampil melaksanakan menyusun instrumen penilaian

hasil belajar siswa dengan benar, sedangkan 8 orang lainnya atau 40,00%

dinyatakan belum terampil melaksanakan menyusun instrumen penilaian hasil

belajar siswa dengan benar. Secara klasikal peningkatan keterampilan guru

dalam melaksanakan kegiatan menyusun instrumen penilaian hasil belajar

siswa belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang menyatakan

sekurang-kurangnya rerata nilai capaian adalah 81, karena pada siklus ini

masih memperoleh rata-rata nilai capaian 71,87. Meskipun demikian terdapat

peningkatan jumlah peserta menjadi 12 orang yang mencapai nilai ketuntasan

yang lebih dari atau sama dengan 70 dalam pelatihan. Berdasarkan hasil

tersebut siklus ini akan diulang kembali pada siklus kedua. (Penilaian per

48
individu masing-masing guru pendidikan Agama Kristen dapat dilihat pada

lampiran-lampiran)

Selain itu, keterampilan guru binaan dalam melaksanakan penyusunan

instrumen penilaian hasil belajar siswa, hasilnya akan dinilai secara objektif.

Ada beberapa catatan penting terkait dengan hasil observasi terhadap

substansi tersebut, yakni sebagai berikut.

1) Penyusunan instrumen penilaian hasil belajar disusun dengan memuat

materi dan kompetensi dasar saja, guru belum menyempurnakannya

dengan menentukan indikator kompetesi dasar yang akan menjadi dasar

dalam menentukan indikator soal.

2) Dalam penyusunan instrumen penilaian soal guru seharusnya terlebih

dahulu menentukan indikator kompetensi yang kemudian akan menjadi

panduan dalam penyampaian materi pembelajaran. Setelah menyesuaikan

indikator kompetensi dasar dan urutan penyampaian materi, guru akan

memperoleh indikator soal yang akan menjadi dasar penulisan butir soal.

Pada siklus pertama, pertemuan pertama ini guru mengalami kesulitan

dalam menentukan kata kerja operasional yang digunakan dalam

penentuan indikator kompetensi dasar.

d. Refleksi

Dalam merefleksi hasil pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti beserta

guru-guru melaksanakan diskusi. Melalui upaya ini diperoleh suatu

kesepakatan mengenai keberhasilan dan kegagalan siklus I serta upaya untuk

mengatasi agar tidak timbul kegagalan pada hal yang sama di siklus II.

Adapun mengenai hal itu, yakni sebagai berikut.

49
1) Setelah siklus I berlangsung, sedikit banyaknya keterampilan menyusun

instrumen penilaian hasil belajar siswa bagi guru-guru pendidikan

Agama Kristen di Sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya mengalami peningkatan, baik dalam konsep dan

pemahaman dalam merencanakan penyusunan instrumen penilaian hasil

belajar siswa meskipun dalam melaksanakan penyusunan masih

mengalami beberapa kendala yaitu dalam menentukan indikator

pencapaian kompetensi . Hal ini setidaknya telah memberi dampak

positif dalam upaya peningkatan keterampilan guru dalam penyusunan

instrumen penilaian.

2) Kesulitan yang dialami guru binaan dalam menentukan indikator adalah

kurangnya pemahaman guru dalam menentukan kata kerja operasional

yang tentunya memperhatikan tahapan berpikir siswa. Kekurangan pada

pertemuan pertama dalam siklus pertama ini, menjadi bahan untuk

kegiatan lanjutan pada pertemuan kedua yaitu peneliti dengan

menerapkan Focused Group Discussion (FGD) untuk membahas

tentang Kata Kerja Operasional dan Tahapan Berpikir dalam Taxonomy

Bloom.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan siklus I, maka

pada siklus II direncanakan tindakan sebagai berikut.

 Peneliti harus berusaha meningkatkan keterampilan menyusun

instrumen penilaian hasil belajar siswa bagi guru-guru pendidikan

Agama Kristen di Sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya baik dalam menyesuaikan kompetensi dasar,

50
indikator pencapaian kompetensi, urutan penyajian materi dan

menetukan indikator soal.

 Pada saat proses penyusunan instrumen berlangsung, mulai dari

menyusun menentukan kompetensi dasar, menentukan indikator

pencapaian kompetensi, menentukan urutan materi, menentukan

indikator soal dan menindaklanjuti bentuk tes yang akan digunakan,

pengawas sekolah bertugas sebagai supervisor harus selalu

mendampingi para guru pendidikan Agama Kristen, agar tidak

terjadi lagi hal-hal yang tidak diharapkan seperti pada siklus I.

Tentunya untuk itu perlu ada waktu. Oleh karena itu, satu minggu

sebelum pelaksanaan siklus II akan digunakan untuk proses

pembinaan, yang dilakukan setelah jam pelajaran efektif

berlangsung. Atas dasar itu, kepada semua guru, peneliti memohon

kesediaannya agar tidak lantas meninggalkan sekolah. Waktu yang

diperlukan untuk itu lebih kurang 2 jam. Hal ini telah disepakati

oleh para guru pendidikan Agama Kristen .

3. Pertemuan 1 dan 2 pada Siklus II

Seperti halnya proses pelaksanaan siklus I, pada siklus II pun

menempuh beberapa tahapan berikut: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c)

observasi, dan (d) refleksi. Untuk menggambarkan aktivitas pelaksanaan

tindakan dan subjek, serta aktivitas pengamat untuk mendapatkan data

yang diharapkan dengan menggunakan lembar penilaian diri dan lembar

observasi yang telah dibuat sebelumnya pada tahap penentuan teknik

51
analisis data. Adapun penjelasan pada siklus kedua sebagaimana diuraikan

di bawah ini.

a. Perencanaan

Dalam merencanakan tindakan siklus II, peneliti, guru,

didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Adapun hasilnya, meliputi:

1) Perencanaan tindakan pada supervisi kunjungan kelas siklus II

ditujukan pada upaya pemulihan pemahaman guru pendidikan

Agama Kristen didasarkan pada hasil refleksi siklus pertama

terhadap hal-hal yang kurang terampil dipenuhi, baik terkait

dengan beberapa komponen perencanaan penyusunan instrumen

penilaian maupun tahapan-tahapan penting dalam melaksanakan

penilaian hasil belajar siswa siswa.

2) Workshop pada siklus II akan dilaksanakan pada bulan Februari

sampai dengan Maret 2020. Adapun waktu yang direncanakan

untuk masing-masing guru pendidikan Agama Kristen, seperti pada

rincian berikut:

a) Pada tanggal 17 Februari 2020 dan 2 Maret 2020 workshop

dilaksanakan di SDN 1 dan 4 Menteng.

b) Pada tanggal 18 Februari 2020 dan 3 Maret 2020, workshop

dilaksanakan di SDN 5 Menteng.

c) Pada tanggal 22 Februari 2020 dan 4 Maret 2020, workshop

dilaksanakan di SDN 6 dan 8 Menteng.

52
d) Pada tanggal 23 Februari 2020 dan 8 Maret 2020, workshop

dilaksanakan di SDN 6 Bukit Tunggal.

e) Pada tanggal 24 Februari 2020 dan 9 Maret 2020, workshop

dilaksanakan di SDN Percobaan.

3) Pada workshop siklus II tidak megubah target yang diinginkan,

karena kriteria keberhasilannya masih tertuju pada hal-hal yang

diupayakan, seperti:

a) setiap guru pendidikan Agama Kristen tidak lagi mengalami

kesulitan dalam merencanakan pembelajaran, terutama dalam

merumuskan beberapa komponen tertentu yang sebelumnya

diketahui kurang terampil dipenuhinya, serta meningkatkan

pemahaman melalui FGD;

b) setiap guru pendidikan Agama Kristen tidak lagi mengalami

kesulitan dalam menentukan indikator pencapaian kompetensi,

menyesuaikan urutan materi, maupun menentukan indikator

soal dan penulisan butir soal dan hal ini terbukti memberi

dampak positif pada upaya peningkatan keterampiln guru yang

dinginkan dalam pembuatan instrumen penilaian;

c) setiap guru pendidikan Agama Kristen masih mengalami

kesulitan dalam membuat pedomn penyekoran dan penilaian

namun dengan menerapkan FGD bersama guru binaan lainnya

kesulitan dapat diatasi dan bahkan dalam implementasinya pun

dapat berlangsung seperti yang diharapkan;

53
d) Setelah penyusunan instrumen penilaian dapat berjalan lancar

pada pertemuan pertama dalam siklus kedua, dilanjutkan

dengan praktik pembelajaran di kelas menggunakan urutan

materi yang disusun dalam instrumen penilaian yang diakhiri

dengan penilaian hasil belajar siswa, diperoleh 85% siswa

mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal materi pelajaran

PAK.

4) Pada siklus II, masih menggunakan instrumen sejenis dengan

siklus I, yakni lembar observasi untuk menilai keterampilan guru

pendidikan Agama Kristen dalam menindaklanjuti hasil belajar

siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah

ditetapkan;

b. Pelaksanaan

Memasuki kegiatan inti pelaksanaan siklus II, baik peneliti

maupun guru saling berusaha membangun karakter yang diinginkan.

Sejak awal hingga akhir kegiatan ini berlangsung, baik peneliti maupun

guru pendidikan Agama Kristen tidak lagi menghadapi hambatan

seperti pada siklus sebelumnya. Bersamaan dengan itu, perilaku siswa

pun bergeser ke arah karakter yang dinginkan. Observasi

Berdasarkan catatan dan penilaian observer, diperoleh gambaran

sebagai berikut.

1) Hampir pada semua guru pendidikan Agama Kristen tercatat tidak

lagi mengalami kesulitan dalam merumuskan beberapa komponen

rencana pembelajaran. Meningkatnya keterampilan yang

54
bersangkutan dalam memenuhi setiap komponen rencana

pembelajaran, diikuti dengan meningkatnya nilai yang diberikan.

Selain itu, keterampilan yang bersangkutan pun dalam

melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti

hasilnya pun dinilai mengalami peningkatan.

2) Berdasarkan catatan dari observer dan peneliti dinyatakan tidak

lagi mengalami kesulitan dalam merumuskan beberapa komponen

rencana pembelajaran, yang sebelumnya diketahui kurang terampil

dipenuhinya. Atas dasar itu, nilai keterampilannya dalam

memenuhi tuntutan tersebut dan komponen lainnya dinilai

mengalami peningkatan. Substansi lainnya yang dinilai yaitu dalam

melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti

hasilnya. Dalam memenuhi tuntutan ini, pada siklus II yang

bersangkutan tercatat tidak lagi mengalami kesulitan.

3) Semua guru pendidikan Agama Kristen tercatat mengalami

peningkatan keterampilan dalam memenuhi beberapa komponen

rencana pembelajaran, yang mana sebelumnya (pada siklus I)

dinilai kurang terampil. Atas dasar itu, observer dan peneliti

meningkatkan nilai keterampilannya. Demikian pun dalam

mempertahankan keterampilannya dalam memenuhi tuntutan

komponen lainnya yang dinilai sudah benar. Seiring dengan

meningkatnya penilaian di atas, observer pun dan peneliti

meningkatkan pula nilai keterampilan yang bersangkutan dalam

55
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti

hasilnya.

4) Tidak tercatat lagi kurang terampil memenuhi beberapa komponen

rencana pembelajaran. Bahkan berdasarkan hasil penilaian

observer dan peneliti, nilai beberapa komponen tersebut

meningkat. Meningkatnya keterampilan yang bersangkutan dalam

memenuhi tuntutan komponen-komponen tersebut, telah memberi

dampak positif terhadap peningkatan keterampilannya dalam

melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti

hasilnya.

5) Semua guru pendidikan Agama Kristen cukup mengalami

kemajuan dalam mememnuhi beberapa komponen rencana

pembelajaran, yang sebelumnya tercatat dan nilai kurang baik. Itu

sebabnya, observer dan peneliti meningkatkan nilai

keterampilannya. Sebagai dampak dari meningkatnya keterampilan

yang bersangkutan dalam memenuhi tuntutan beberapa komponen

perencanaan pembelajaran tersebut, keterampilannya dalam

melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti

hasilnya, meningkat, seperti terungkap pada hasil penilaian.

6) Pada sebagian guru pendidikan Agama Kristen yang sebelumnya

(pada siklus I) diketahui kurang terampil memenuhi tuntutan

beberapa komponen rencana pembelajaran, terbukti pada siklus II

mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.Peningkatan yang

cukup berarti pun terjadi dalam memenuhi tuntutan melaksanakan

56
pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Atas

dasar itu, baik observer maupun peneliti meningkatkan nilai

keterampilann dalam memenuhi tuntutan tersebut.

Observasi dilakukan oleh peneliti sejak awal hingga akhir

kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pendidikan Agama Kristen dan

diakhiri dengan praktik penilaian di kelas terhadap siswa. Berdasarkan

hasil observasi diperoleh beberapa catatan serta hasil penilaian diri

terhadap keterampilan masing-masing guru pendidikan Agama Kristen .

Berikut ini hasil penilaian diri guru binaan setelah menjalani siklus

tindakan kedua tersebut.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Guru pendidikan


Agama Kristen dalam Melaksanakan penyusunan instrumen
penilaian hasil belajar siswa pada Siklus Kedua

Nilai Kriteria
No Nama Guru
Capaian Nilai < 70 Nilai > 70
1 Andriluni 98,67 √
2 Anggraini Valentina, √
86,67
S.Th
3 Yenita andreiyati,S.Th 92,00 √
4 Yanti 82,67 √
5 Norenawati, S.Th 100,00 √
6 Rustini 98,67 √
7 TRISNA √
92,00
HANDAYANI, S.Th
8 Holy Ervina 94,67 √
9 Marayanie, S.Pak 97,33 √
10 Tutilina Brita, S.Pak 93,33 √
11 Netty, S.Pd.K 100,00 √
12 Seritani, S.Pd.K 93,33 √
13 Pentie, S.Pd. K 76,00 √
14 Linde, S.Pd 90,67 √
15 Lian, S.Th 96,00 √
16 Gimson, S.PdK 86,67 √
17 Tatae, A.Ma 73,33 √
18 Sumiete, S.Pd.K 70,67 √

57
Nilai Kriteria
No Nama Guru
Capaian Nilai < 70 Nilai > 70
19 Sripartuti, S.Th 97,33 √
20 Yeni Onawati, S.PdK 74,67 √
Rata-rata 84,80
  Persentase   0% 100%

Berdasarkan penjelasan tabel di atas dapat dijabarkan bahwa pada

pelaksanaan siklus kedua, semua guru pendidikan Agama Kristen atau 100%

dinyatakan telah terampil melaksanakan penyusunan instrumen penilaian hasil

belajar siswa dengan benar. Secara klasikal peningkatan keterampilan guru dalam

melaksanakan kegiatan menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa telah

memenuhi kriteria keberhasilan, karena memperoleh angka rata-rata nilai capaian

adalah 84,80 dengan kriteria baik, yang artinya telah melampaui rata-rata

ketercapaian dalam indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 81. Hal ini

menunjukkan bahwa perolehan hasil tersebut sudah berada di atas kriteria

keberhasilan yaitu minimal mendapat nilai 70 atau lebih dengan kriteria minimal

BAIK. (Penilaian per individu masing-masing guru pendidikan Agama Kristen

dapat dilihat pada lampiran-lampiran)

c. Refleksi

Setelah melakukan serangkaian kegiatan siklus II, pada akhirnya diperoleh

suatu bahan refleksi untuk didiskusikan bersama para guru binaan di sekolah

binaan Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya antara lain:

1) Masing-masing guru pendidikan Agama Kristen mengalami peningkatan

keterampilan dalam penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa

yang didasarkan pada model pembelajaran terpilih. Setelah siklus II ini,

tidak lagi ditemukan adanya guru pendidikan Agama Kristen yang

58
mengalami kesulitan dalam merumuskan setiap komponen penyusunan

instrumen penilaia, dan hal ini telah memberi dampak yang positif terhadap

meningkatnya keterampilan masing-masing dalam melaksanakan

pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya dengan berbagai

upaya yang tepat.

2) Seiring dengan meningkatnya keterampilan masing-masing guru pendidikan

Agama Kristen dalam penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa,

diharapkan berimbas pula pada proses dan hasil belajar siswa yang akan

mengalami peningkatan.

3) Terbukti melalui supervisi kunjungan kelas yang dilakukan secara berkala

dengan menerapkan teknik yang tepat, akhirnya keterampilan guru

pendidikan Agama Kristen dalam melakukan kegiatan penyusunan

instrumen penilaian hasil belajar siswa sudah tidak mengalami kendala

dalam proses penilaian dan kurangnya keluhan guru yang menyaakan bahwa

respon siswa dalam pembelajaran kuarang baik. Hal ini dinilai melalui

keterampilan penyusunan instrumen penilaian juga meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas sebab adanya kejelasan dan sinkronisasi antara

penyampaian materi yang sesuai kompetensi dasar terhadap instrumen soal

yang dikerjakan oleh siswa.

B. Hasil Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kepengawasan dilaksanakan

dalam 2 siklus dengan melaksanakan pembinaan dengan menerapkan Focused

Group Discussion pada 20 guru binaan pendidikan Agama Kristen di sekolah

59
binaan Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Sesuai dengan rencana

penelitian, penelitian dilakukan di SDN 4 Menteng Jl. MH Thamrin No.19,

Kec. Jekan Raya di kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah sebagai

pusat kegiatan. Berikut adalah hasil dari pelaksanaan tahapan siklus Penelitian

Tindakan Kepengawasan, dalam menerapkan FGD untuk meningkatkan

keterampilan guru PAK menyusun instrumen penilaian sesuai karakteristik

pembelajaran.

Tabel 4.4 Tahapan Siklus PTKp dalam menerapkan FGD untuk

meningkatkan Keterampilan Guru PAK menyusun instrumen penilaian

sesuai karakteristik pembelajaran.

TAHAPAN KEGIATAN
SIKLUS
PRA SIKLUS/ 1. Untuk mengetahui kondisi awal keterampilan guru dalam
KONDISI menyusun instrumen penilaian sesuai karakteristik
AWAL pembelajaran dilakukan penilaian diri guru menggunakan
instrumen penilaian diri yang terdapat pada lampiran 1
2. Setelah diperoleh hasil penilaian diri, peneliti
mendeskripsikan kondisi awal guru sebelum dilakukan
tindakan dalam penelitian.
3. Pada keadaan awal ini, hanya 35% guru binaan yang
memperoleh nilai capaian 70 ke atas dengan predikat
terampil dalam penyusunan instrumen penilaian dengan
rata-rata nilai capaian 57,93.
Pertemua ke-1 4. Berdasarkan kondisi awal/ pra siklus peneliti menyusun
Siklus I rencana tindakan yaitu menerapkan FGD dalam
pembinaan/ pelatihan menyusun instrumen penilaian.
5. Materi yang dibahas dalam pertemuan ini adalah
Menerapkan FGD dalam membuat rancangan
penilaian berupa kisi-kisi dari KD-KD yang telah
disediakan (peserta dapat memilih KD sendiri).
6. Selama kegiatan FGD berlangsung peneliti sambil
melakukan observasi kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam FGD menyusun kisi-kisi instrumen penilaian.
Observasi kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dibantu
dengan instrumen lembar observasi keselarasan atau
kesesuaian KD, IPK, Materi dan Butir Soal yang terdapat
pada lampiran 2.

60
TAHAPAN KEGIATAN
SIKLUS
7. Berdasarkan hasil observasi melalui lembar observasi pada
lampiran 2, peneliti menemukan beberapa peserta
mengalami kendala atau kesulitan dalam menentukan
indikator pencapaian kompetensi, sehingga terjadi
ketidaksesuaian antara kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetesi.
8. Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti melakukan
refleksi untuk rankaian kegiatan yang dilakukan pada
pertemuan 1.
Pertemuan ke-2 9. Pada pertemuan ke-2 ini, peneliti melanjutkan materi sesuai
Siklus I dengan rencana tindakan yaitu melaksanakan FGD dalam
dalam membuat rancangan penilaian berupa soal dan
kelengkapannya dari KD-KD yang telah disediakan
(peserta dapat memilih KD sendiri), meliputi:
a. Butir soal;
b. Kunci jawaban;
c. Kriteria dan rubrik penilaian;
10. Pada pertemuan ke-2 ini guru binaan lanjut melaksanakan
praktik membuat rancangan penilaian berupa soal dan
kelengkapan instrumen penilaian.
11. Peneliti melakukan observasi kembali terhadap kegiatan
guru dengan melakukan telaah instrumen kisi-kisi yang
menjadi hasil kegatan pada pertemuan ke-2 ini
menggunakan intrumen pada lampiran 3
12. Berdasarkan hasil obervasi, sebagian besar guru tidak lagi
mengalami kesulitan dalam menyelaraskan KD dan IPK
dalam praktik sebelumnya sehingga untuk materi
pembuatan kelengkapan soal pada instrumen penilaian ini
pun tidak mengalami kesulitan. Meskipun dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa kendala dalam
pembuatan pedoman penyekoran yang dijumpai oleh
beberapa guru binaan, yaitu beberapa guru kesulitan dalam
menentukan skor pada setiap butir soal bentuk soal esai,
beberapa perbedaan pendapatpun didiskusikan bersama.
Beberapa guru kurang memahami mengapa skor setiap
butir soal dapat berbeda-beda pada soal esai. Kemudian
peneliti juga mencatat kurangnya keterampilan guru dalam
membuat pedoman penyekoran bentuk soal penilaian untuk
ranah sikap relegius dan sosial yang menggunakan
deskripsi dengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), dan
Kurang (K). Dengan menerapkan FGD kendala tersebut
dapat diatasi bersama pada pertemuan ini.
13. Pada akhir tindakan siklus kembali guru melakukan
penilaian diri menggunakan instrumen penilaian diri guru
pada lampiran 1.

61
TAHAPAN KEGIATAN
SIKLUS
14. Berdasarkan seluruh rangkaian kegiatan siklus I peneliti
menyimpulkan melalui refleksi seluruh kendala yang
terjadi pada pertemuan pertama dapat diatasi dan materi
lanjutannya pada pertemuan kedua dapat berjalan dengan
lancar, serta adanya peninngkatan keterampilan yang
dialami guru berdasarkan perbandingan penilaian diri pra
siklus dan setelah dilakukan siklus I. Peningkatan
keterampilan yang dialami guru cukup signifikan, dimana
pada pra siklus hanya 35% guru binaan yang memperoleh
nilai capaian 70 ke atas dengan predikat terampil dalam
penyusunan instrumen penilaian dan setelah siklus I
menjadi 60% guru binaan yang memperoleh nilai capaian
70 ke atas dengan predikat terampil dalam penyusunan
instrumen penilaian. Meskipun peningkatan yang terjadi
cukup signifikan, namun rata-rata nilai capaian guru binaan
pada siklus I hanya 71,87 masih belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan yaitu 81.
15. Berdasarkan hasil refleksi tersebut maka penelitian
tindakan dilanjutkan kembali pada siklus II

Pertemuan ke-1 16. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka materi selanjutnya
Siklus II yang akan dibahas berdasarkan rencana tindakan untuk
siklus II ini adalah menerapkan FGD dalam melakukan
analisis kualitatif dari soal pilhan ganda yang telah
dibuat pada latihan sebelumnya.
17. Peneliti melaksanakan kegiatan bersama guru binaan
dengan menerapkan FGD dalam praktik melakukan analisis
kualitatif dari soal pilihan ganda dalam instrumen
penilaian..
18. Untuk mengamati seberapa dalam keterampilan guru dalam
menyusun instrumen penilaian dari segi isi, konstruksi dan
bahasa dalam penyusunan instrumen penilaian dan
pedoman penyekoran, maka peneliti melakukan observasi
kembali dengan melakukan telaah menggunakan lembar
instrumen yang terdapat dalam lampiran 4 terhadap hasil
produk yang mereka buat yaitu instrumen penilaian hasil
belajar siswa dan pedoman penyekoran.
19. Berdasarkan hasil telaah tersebut, seluruh aspek yang
diamati sudah terpenuhi dalam pembuatan instrumen
penilaian sesuai karakteristik pembelajaran.
20. Refleksi pada pertemuan ini adalah semua guru telah
menyusun instrumen penilaian memperhatikan aspek isi
materi, konstruksi soal dan tata bahasa yang baik dan
benar. Pada pertemuan ke-2 berikutnya dalam siklus ini
akan dibahas dengan menerapkan FGD menganalisis
masalah yang dihadapi oleh guru ketika melakukan praktik

62
TAHAPAN KEGIATAN
SIKLUS
penilaian di kelas berdasarkan pengalaman yang mereka
jumpai pada saat di kelas.

Pertemuan ke-2 21. Pada pertemuan kali ini, peneliti merencanakan materi
Siklus II penelitian yang terakhir, yaitu menerapkan FGD dalam
melakukan analisis kuantitatif dari data yang telah
disediakan baik secara manual atau mengunakan
aplikasi/program.
22. Setelah guru melakukan analisis kuantitatif dari data yang
telah disediakan, sebagian besar guru PAK lebih terbiasa
dengan analisis kuantitatif secara manual, namun ketika
mempelajari analisis kuantitatif menggunakan
aplikasi/program beberapa guru mengalami kendala atau
kesulitan karena kurangnya pemahaman dalam
mengoperasikan data menggunakan Ms. Excell. Meskipun
demikian dengan menerapkan FGD kesulitan yang dialami
beberapa guru tersebut dapat diatasi.
23. Berdasarkan hasil FGD mengenai permasalahan yang
dihadapi guru dalam praktik analisis kuantitatif secara
manual atau menggunakan aplikasi/program, peneliti
mencatat sebagian besar guru PAK lebih terbiasa dengan
analisis kuantitatif secara manual, dan mengalami kendala
atau kesulitan dalam melakukan analisis kuantitatif
menggunakan aplikasi/program karena kurangnya
pemahaman dalam mengoperasikan data menggunakan Ms.
Excell.
24. Pada akhir siklus II ini, peneliti kembali meminta guru
melakukan penilaian diri menggunakan instrumen penilaian
diri pada lampiran 1. Sehingga pada akhir siklus ini
diperoleh 100% guru binaan memperoleh nilai capaian 70
ke atas dengan predikat terampil dalam penyusunan
instrumen penilaian. Siklus kedua ini diakhiri dengan rata-
rata nilai capaian yang diperoleh guru binaan berdasarkan
penilaian diri tersebut adalah 84,80 yang artinya telah
melampaui rata-rata nilai capaian yang ditetapkan pada
indikator keberhasilan 81.

Hasil analisis data pada masing-masing pelaksanaan tahapan siklus

dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas, dengan menerapkan Focused

Group Discussion terdapat peningkatan keterampilan guru pendidikan Agama

Kristen dalam menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa berdasarkan

63
karakteristik pembelajaran, hal tersebut ditunjukkan melalui hasil analisis data

pada instrumen penilaian diri dan instrumen hasil observasi kegiatan. Dalam

melaksanakan penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa yang

menerapkan Focused Group Discussion tersebut jika dilihat berdasarkan rata-

rata capaian nilai pada setiap tahapan siklusnya terdapat peningkatan yang

cukup signifikan. Berikut adalah rekapitulasi peningkatan keterampilan guru

pendidikan agama kristen dalam menyusun instrumen penilaian hasil belajar

siswa berdasarkan rata-rata capain nilai pada kondisi awal, siklus pertama dan

kedua.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Guru pendidikan


Agama Kristen dalam Menyusun instrumen penilaian hasil
belajar siswa Berdasarkan Rata-rata Capain Nilai pada
Kondisi Awal, Siklus Pertama dan Kedua

Rata-Rata
No Siklus Capaian Analisis Deskriptif
Nilai
Hanya 35% guru binaan yang memperoleh
nilai capaian 70 ke atas dengan predikat
terampil dalam penyusunan instrumen
1 Pra siklus 57,93 penilaian
Terdapat 60% guru binaan yang
memperoleh nilai capaian 70 ke atas dengan
predikat terampil dalam penyusunan
2 Siklus I 71,87 instrumen penilaian
100% guru binaan yang memperoleh nilai
capaian 70 ke atas dengan predikat terampil
3 Siklus II 84,80 dalam penyusunan instrumen penilaian

Agar data tersebut dapat lebih mudah dipahami, dan dapat dengan jelas

memperhatikan peningkatan yang terjadi dalam setiap tindakan, maka data

dapat disajikan dalam bentuk diagram batang berikut :

64
90
80

Rata-rata Nilai Capaian


70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tahapan Siklus dalam PTKp

Gambar 4.1 Hasil Keseluruhan Rata-rata Nilai Capaian per Siklus


120.00

100.00

80.00

60.00 Prasiklus
Siklus 1
Silus 2
40.00

20.00

-
G1 G3 G5 G7 G9 G1
1
G1
3
G1
5
G1
7
G1
9

Gambar 4.2 Peningkatan Keterampilan Guru Pendidikan Agama


Kristen dalam Penyusunan Instrumen Penilaian
berdasarkan rata-rata Capain Nilai pada Kondisi Awal,
Siklus Pertama dan Kedua per individu

Dari tabel di atas diperoleh penjelasan bahwa terjadi peningkatan

keterampilan guru-guru pendidikan Agama Kristen di Sekolah binaan

Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya dalam pengelolaan pembelajaran

pada setiap tahapan siklusnya, di mana pada kondisi awal hanya mencapai

angka rerata 57,93 dengan kriteria kurang, meningkat menjadi rerata 71,87

65
dengan kriteria cukup, dan pada siklus terakhir menjadi 84,80 dengan kriteria

baik.

Penjelasan mengenai peningkatan keterampilan pengelolaan

pembelajaran guru-guru pendidikan Agama Kristen di Sekolah binaan

Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya secara individu dapat dilihat dari

gambar diagram batang di atas. Meskipun secara keseluruhan pada siklus

terakhir dinyatakan 100% guru binaan telah terampil dalam penyusunan

instrumen penilaian bukan berarti setiap individu guru sempurna dalam

melaksanakan penyusunan instrumen penilaian, namun secara ketuntasan

miniman berdasarkan indikator keberhasilan penelitian seluruh guru dapat

disimpulkan memahami konsep penyusunan instrumen dan terampil

menguasai penyusunan instrumen penilaian.

C. Pembahasan

Setelah melakukan refleksi terhadap peningkatan keterampilan

pengelolaan pembelajaran guru-guru di Gugus pendidikan Agama Kristen di

sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya dalam penyusunan

instrumen penilaian hasil belajar siswa pasca dilakukan workshop oleh kepala

sekolah dengan menerapkan menyelaraskan kompetensi dasar dan indikator

pencapaian kompetensi yang diupayakan sebagai upaya peningkatan

keterampilan dalam menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa,

diperoleh gambaran untuk pembahasan, yakni:

1. Pentingnya pembinaan guru menerapkan FGD (Focused Group

Discussion) oleh pengawas sekolah yang di dalamnya bermuatan daya

66
upaya yang akurat guna meningkatkan keterampilan guru dalam

penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa;

2. Meningkatnya keterampilan di Sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya

Kota Palangka Raya dalam penyusunan instrumen penilaian hasil belajar

siswa yang berlandaskan pada menyelaraskan kompetensi dasar dan

indikator pencapaian kompetensi yang diterapkan, keterampilan dalam

menentukan indikator soal dan membuat pedoman penyekoran juga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan meningkatnya keterampilan guru PAK dalam penyusunan

instrumen penilaian yang sesuai dengan prosedur, maka terjadilah suatu

perubahan ke arah yang dinginkan oleh masing-masing guru pendidikan

Agama Kristen di Sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka

Raya.

Agar pelaksanaan kegiatan kepengawasan berjalan dengan lancar,

efektif dan efisien diperlukan persiapan-persiapan. Langkah-langkah yang

ditempuh dalam persiapam pelaksanaan kegiatan kepengawasan meliputi;

penyusunan rencana kegiatan yang minimal meliputi; 1). kegiatan penyusunan

program 2). perumusan tujuan dan sasaran program, 3). persiapan Instrumen

bagi pendidik dan mekanisme pengumpulan serta pengolahan data, 4).

perencanaan jadwal kunjungan kelas. Setelah kegiatan persiapan-persipan

pelaksanaan ditempuh, maka langkah selanjutnya adalah melaksananakan/

mengoperasionalisasikan program supervisi.

Termasuk masalah yang kompleks dan tidak mudah dalam

meningkatkan keterampilan penyusunan instrumen penilaian hasil belajar

67
siswa. Terlebih lagi ketika masalah itu berkaitan dengan kualitas

keterampilan guru. Dalam rangka mengupayakan kualitas ini, peran serta

kepala sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru pendidikan Agama

Kristen dan siswa. Supervisi merupakan bagian integral dari keterampilan

profesional kepala sekolah yang berkualitas. Tanpa keterampilan melakukan

supervisi, pengawas sekolah akan kesulitan dalam meningkatkan kualitas

keterampilan guru dalam melaksanakan kegiatan penyusunan instrumen.

68
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data hasil Penelitian Tindakan Kepengawasan

(PTKp) dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Focused Group Discussion

terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru pendidikan Agama Kristen dalam

menyusun instrumen penilaian sesuai karakteristik kompetensi pembelajaran pada

wilayah binaan kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan

menerapkan FGD dalam siklus tindakan terjadi peningkatan keterampilan guru-

guru pendidikan Agama Kristen di sekolah binaan Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya dalam menyusun instrumen penilaian pada setiap tahapan

siklusnya, di mana pada kondisi awal atau pra siklus hanya mencapai angka rerata

57,93 dengan kriteria kurang, meningkat menjadi rerata 71,87 dengan kriteria

cukup, dan pada siklus terakhir menjadi 84,80 dengan kriteria baik.

Nilai rata-rata capaian tersebut diperoleh dari instrumen penilaian diri

guru yang diperoleh pada kondisi pra siklus sebelum diterapkan FGD, yang

kemudian dilanjutkan dengan siklus I yang menerapkan FGD dalam kegiatan

pelaksanaan tindakan dimana dijumpai kendala dan kesulitan guru binaan dalam

menyelaraskan kompetensi dasar dengan indikator pencapaian kompetensi. Hasil

analisis deskripsi kualitatif tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan pada

lembar observasi kegiatan telaah pembuatan instrumen penilaian pada pertemuan

1 dan 2 dalam siklus pertama. Hanya 35% guru binaan yang memperoleh nilai

capaian 70 ke atas dengan predikat terampil dalam penyusunan instrumen

69
penilaian pada kondisi awal atau pra siklus yang mengalami peningkatan menjadi

60% guru binaan yang memperoleh nilai capaian 70 ke atas dengan predikat

terampil dalam penyusunan instrumen penilaian pada siklus pertama.

Setelah melalui proses refleksi berdasarkan lembar penilaian diri pada

keterampilan guru dan lembar observasi kegiatan FGD dalam meningkatkan

keterampilan menyusun instrumen penilaian pada siklus pertama, kemudian

rancangan penelitian siklus pertama dilakukan kembali pada siklus kedua dengan

beberapa perbaikan dan pembahasan melalui FGD untuk mengatasi kesulitan guru

dalam menyelaraskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

dalam instrumen penilaian. Sehingga pada siklus kedua proses kegiatan menyusun

instrumen penilaian hingga penulisan soal tidak mengalami kendala. Sehingga

pada siklus kedua dinyatakan 100% guru binaan yang memperoleh nilai capaian

70 ke atas dengan predikat terampil dalam penyusunan instrumen penilaian.

Meskipun pada hasil akhir penilaian diri pada siklus kedua dinyatakan

100% guru binaan yang memperoleh nilai capaian 70 ke atas dengan predikat

terampil dalam penyusunan instrumen penilaian, namun rata-rata capaian nilai

pada akhir siklus II adalah 84,80 yang artinya meskipun masih mengalami

beberapa kendala namun seluruh guru binaan telah menguasai konsep penyusunan

instrumen dengan baik. Berdasarkan catatan refleksi pada lembar observasi

kegiatan siklus kedua, beberapa guru binaan mengalami kendala dalam

pembuatan pedoman pensekoran. Namun melalui FGD dalam akhir pertemuan 1

pada siklus kedua, kendala tersebut dapat diselesaikan bersama-sama didampingi

oleh pengawas sebagai peneliti dan sekaligus fasilitator atau narasumber. Dengan

demikian pada pertemuan 2 dalam siklus kedua dapat dilakukan praktik penilaian

70
hasil belajar siswa di kelas menggunakan instrumen penilaian sebagai produk

akhir kegiatan pada siklus kedua. Setelah dilakukan praktik penilaian di kelas

pada pertemuan 2 dalam siklus kedua, seluruh guru binaan melaporkan bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar menjadi 85% siswa mencapai kriteria ketuntasan

minimal dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dengan menerapkan

(Focused Group Discussion) atau FGD dapat meningkatkan ketrampilan Guru

PAK dalam menyusun instrumen penilaian sesuai karakteristik kompetensi

pembelajaran pada wilayah binaan kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan

Tengah dan F G D (Focused Group Discussion) dapat menjadi teknik pembinaan

yang efektif bagi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen tingkat SD

kota Palangka Raya agar memahami prosedur standar penilaian pembelajaran

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. SARAN

Telah terbukti bahwa melalui FGD (Focused Group Discussion) dapat

meningkatkan kemampuan guru pendidikan Agama Kristen dalam pengelolaan

proses pembelajaran, maka beberapa saran dari peneliti sebagai berikut.

1. Pengawas Sekolah

Pengawas   sekolah   sebaiknya   menjalin   hubungan  yang  baik sebagai

patner kerja bukan sebagai atasan dan bawahan (pengawas sekolah adalah sahabat

guru). FGD (Focused Group Discussion) dapat menjadi salah satu teknik atau

metode kerja bagi pengawas sekolah dalam upaya peningkatan keterampilan guru

dalam menyusun instrumen penilaian.

71
2. Kepala Kantor Kemenag

Kepala Kantor Kemenag diharapkan memberikan dukungan melalui

pendidikan dan pelatihan kepada pengawas sekolah untuk memperluas wawasan

yang mendukung kinerja pengawas dalam rangka meningkatkan kemampuan

pengawas dalam membantu guru binaan memperoleh peningkatan keterampilan

guru dalam proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

3. Kepala Sekolah

Sangat diharapkan dukungan dari kepala sekolah dalam peningkatan mutu

dan kualitas pendidikan dengan memberikan waktu untuk guru-guru di

sekolahnya meningkatkan keterampilan dalam menyusun instrumen penilaian

melalui IHT, ataupun pelatihan guru dengan menerapkan FGD.

4. Bagi Guru Pendidikan Agama Kristen

Peningkatan keterampilan guru dalam menyusun instrumen penilaian

merupakan indikator peningkatan kemampuan dalam melaksanakan proses

pembelajaran di kelasnya masing-masing sehingga perlu dilakukan secara terus

menerus agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Peningkatan keterampilan guru pendidikan Agama Kristen dalam pengelolaan

proses pembelajaran perlu mendapat perhatian khusus dan terus dibina karena

mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kinerja guru dan prestasi belajar

siswa. Kesulitan dan kendala dalam proses pembelajaran dan penilaian hasil

belajar dapat diatasi dengan menerapkan FGD bersama rekan sejawat dan

didampingi pengawas sekolah sebagai sahabat guru.

72
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Alwi, dkk., 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbitan
Percetakan Balai Pustaka.

Mardapi, dkk, 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum


Berbasis Kompetensi SMA, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.

Ngalim Purwanto, 1986. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya

Nasih Munjih Ahmad, dkk., 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: Refika Aditama.

Peraturan Pemerintah Nomor 19, 2005. Standar Nasional Pendidikan, Jakarta:


Fokus Media.

Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional RI Nomor 22, 2006. Standar Isi,


Jakarta: Fokus Media.

Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional RI Nomor 23. 2006. Standar


Kompetensi Kelulusan, Jakarta: Fokus Media

Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional RI Nomor 24. 2006. Pelaksanaan


Standa Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan, Jakarta: Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional RI Nomor 20. 2007. Standar


Penilaian Pendidikan, Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Team Penyusun, 2005. Kepengawasan Pendidikan, Jakarta: Dirjen Kelembagaan


Agama Islam Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada
Sekoilah Umum.

Undang-undang Nomor 20, 2003. Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus


Media..

73
LAMPIRAN

74
Lampiran 1.

Instrumen Penilaian diri Guru

No Pernyataan Skala Likert


Menurut anda apakah anda
1 sangat memahami tentang 1 2 3 4 5
analisis penilaian hasil Tidak paham – sangat paham
belajar ?
2 Menurut anda seberapa
pentingkah menentukan 1 2 3 4 5
indikator penilaian Tidak penting – sangat penting
3 Perlukah ada batasan
pertanyaan atau 1 2 3 4 5
pernyataan yang Tidak perlu – sangat perlu
mengarah kepada jawaban
yang diharapkan?

4 Penilaian dalam bentuk


pilihan ganda, kriteria 1 2 3 4 5
pilihan jawabannya Heterogen – Homogen
bagaimana?

5 Penilaian dalam bentuk


pilihan ganda, kriteria 1 2 3 4 5
pilihan jawabannya Tidak logis – Sangat logis
bagaimana?

6 Terdapat satu jawaban yang


paling benar 1 2 3 4 5
Tidak penting – sangat penting
7 Ada petunjuk yang jelas
cara mengerjakan soal 1 2 3 4 5
Tidak penting – sangat penting
8 Ada pedoman penyekoran
1 2 3 4 5
Tidak perlu – sangat perlu
9 Tabel, gambar, grafik. peta,
atau sejenisnya disajikan 1 2 3 4 5
jelas dan terbaca Tidak penting – sangat penting

10 Memuat pernyataan secara

75
No Pernyataan Skala Likert
tepat dan efisien 1 2 3 4 5
Tidak penting – sangat penting
11 Rumusan soal
menggunakan bahasa 1 2 3 4 5
sederhana/ komunikatif Tidak memperhatikan – sangat
memperhatikan
12 Rumusan soal
menggunakan kata- 1 2 3 4 5
kata/kalimat yang tidak Tidak memperhatikan – sangat
menimbulkan memperhatikan
penafsiran ganda atau
salah penafsiran
13 Rumusan soal
menggunakan Bahasa 1 2 3 4 5
denotatif/ bukan konotatif Tidak memperhatikan – sangat
memperhatikan
14 Rumusan soal tidak
mengandung kata-kata 1 2 3 4 5
yang dapat menyinggung Tidak memperhatikan – sangat
perasaan peserta memperhatikan
ujian/ulangan
15 Butir soal menggunakan
bahasa yang sesuai dengan 1 2 3 4 5
kaidah bahasa pada Tidak memperhatikan – sangat
mata pelajarannya memperhatikan

……………,
………………….
GURU PAK,

( …………………….. )

76
Lampiran 2.

LEMBAR OBSERVASI KESESUAIAN KISI-KISI PENYUSUNAN


SOAL
Sesuai
N Mater Indikato Bentu Butir /
KD IPK
o i r soal k Tes soal Tidak
Sesuai
1 3.1… ……. .......... .......... .......... .........
… . .
4.1 ……. .......... .......... .......... .........
.
….. .
2 3.2 ……. .......... .......... .......... .........
.
….. .
4.2 ……. .......... .......... .......... .........
.
….. .

77
Lampiran 3.

INSTRUMEN TELAAH KISI-KISI SOAL


Hasil
N Telaah
Aspek yang Diamati Catatan
o Tida
Ya
k
1 KD 3.1 sesuai
silabus/kurikulum
KD 4.1 memenuhi
kriteria
2 IPK KD 3.1 memenuhi
kriteria
IPK KD 4.1 memenuhi
kriteria
3 Materi memenuhi
kriteria
4 Indikator soal
memenuhi kriteria
5 Bentuk Tes memenuhi
kriteria
6 Butir soal memenuhi
kriteria
Catatan :

78
Lampiran 4.

Instrumen Telaah Penilaian Hasil Belajar Siswa


Sekolah :
Kompetensi Keahlian :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
KD :
Berilah tanda cek (v) pada kolom YA dan TIDAK sesuai
pengamatan saudara. Berikan catatan atau saran untuk
perbaikan sesuai penilaian Anda.
Hasil
Telaah Catatan
No
Aspek yang Diamati Tidak
.
Tida
Ya
k
Isi
1 Soal sesuai indikator
2 Ada batasan pertanyaan atau
pernyataan yang mengarah
kepada jawaban yang
diharapkan
3 Pilihan jawaban homogen dan
logis
4 Terdapat satu jawaban yang
paling benar
Konstruksi
5 Ada petunjuk yang jelas cara
mengerjakan soal
6 Ada pedoman penyekoran
7 Tabel gambar, grafik.peta,atau
sejenisnya disajikan jelas dan
terbaca
8 Memuat pernyataan secara
tepat dan efisien
9 Pernyataan tidak ada petunjuk
ke arah jawaban
10 Tidak memiliki pernyataan
negatif ganda

79
Hasil
Telaah Catatan
No
Aspek yang Diamati Tidak
.
Tida
Ya
k
11 Panjang rumusan jawaban
relatif sama
12 Pilihan jawaban memuat isi
materi bukan mengulang
benar semua atau salah semua
13 Penggunaan angka dan waktu
berurutan
14 Bukan soal berangkai antar
nomor
Bahasa
15 Rumusan soal menggunakan
bahasa sederhana/
komunikatif
16 Butir soal menggunakan
bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa pada mata
pelajarannya
17 Rumusan soal menggunakan
kata-kata/kalimat yang tidak
menimbulkan penafsiran
ganda atau salah penafsiran
18 Rumusan soal tidak
mengandung kata-kata yang
dapat menyinggung perasaan
peserta ujian/ulangan
19 Rumusan soal menggunakan
Bahasa denotatif/ bukan
konotatif
Rekomendasi Diterima/Revisi/Ditolak *)
Catatan :

80
……………,
………………….
Peneliti,
( ………………………….. )

81
Lampiran 5
LEMBAR KERJA :

Menyusun Instrumen Penilaian Hasil Belajar PAK

A. Konsep

1. Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik dalam ranah sikap (spiritual dan sosial), ranah
pengetahuan, dan ranah keterampilan yang dilakukan
secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses
pembelajaran suatu kompetensi muatan pembelajaran
untuk kurun waktu tertentu.

2. Penilaian hasil belajar berperan membantu peserta didik


mengetahui capaian pembelajaran (learning outcomes),
memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan
proses pembelajaran dan hasil belajar. Dalam pendidikan
berbasis standar (standard-based education), kurikulum
bebasis kompetensi (competency-based curriculum), dan
pendekatan belajar tuntas (mastery learning) penilaian
proses dan hasil belajar merupakan parameter tingkat
pencapaian kompetensi minimal yang menjadi batas
ketuntasan belajar.

3. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan


pendidikan, dan pemerintah.
4. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses
pengumpulan informasi/bukti tentang capaian
pembelajaran peserta didik dalam ranah sikap spiritual dan
sikap sosial, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan

82
yang terintegrasi dengan nilai-nilai karakter, dilakukan
secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses
pembelajaran.

5. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara


berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ujian
tengah semester, dan ujian akhir semester.

6. Penilaian oleh pendidik digunakan untuk menilai


pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran.

7. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan


menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk
semua mata pelajaran.

8. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk


menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional
pada mata pelajaran tertentu, dilakukan dalam bentuk ujian
nasional.

9. Jenis ujian pada Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK/MAK) terdiri


atas ulangan, ujian sekolah/madrasah, ujian nasional, Ujian Unit
Kompetensi (UUK), dan Ujian Kompetensi Keahlian (UKK)

10. Ulangan adalah proses yang dilakukan oleh pendidik untuk memantau
kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkelanjutan.

11. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan oleh satuan


pendidikan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan.

12. Ujian Nasional adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.

83
13. Ujian Unit Kompetensi yang selanjutnya disebut UUK adalah penilaian
terhadap pencapaian satu atau beberapa unit kompetensi yang dapat
membentuk 1 (satu) Skema Sertifikasi Profesi, dilaksanakan setiap
tahun oleh satuan pendidikan terakreditasi. Unit Kompetensi terdiri atas
1 (satu) atau beberapa Kompetensi Dasar (KD) untuk mencapai
kemampuan melaksanakan satu bidang pekerjaan spesifik.

14. Ujian Kompetensi Keahlian yang selanjutnya disebut UKK adalah


penilaian terhadap pencapaian kualifikasi jenjang 2 (dua) atau 3 (tiga)
pada KKNI yang dilaksanakan di akhir masa studi oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-P1) atau satuan pendidikan
terakreditasi bersama DUDI dengan memperhatikan paspor
keterampilan (Skills Passport).

15. Skills Passport adalah salah satu laporan evaluasi hasil belajar peserta
didik, berisi tentang kompetensi dasar-kompetensi dasar yang sudah
dipelajari dan diujikan serta keterangan lain yang diperlukan.

16. Skills Passport berfungsi sebagai dokumen pendukung pada saat peserta
didik mengikuti uji kompetensi yang dilaksanakan oleh Lembaga
Sertifikasi Kompetensi (LSP). Kompetensi dasar yang sudah dinyatakan
lulus atau kompeten dalam dokumen ini, diharapkan menjadi
Recognition Prior Learning (RPL) dan Recognition Current Competency
(RCC) pada pelaksanaan uji kompetensi.

17. Skema sertifikasi profesi merupakan persyaratan sertifikasi spesifik yang


berkaitan dengan kategori profesi yang ditetapkan, menggunakan
standar dan aturan khusus serta prosedur yang sama.

18. Teknik penilaian yang digunakan meliputi observasi, tes tulis, tes lisan,
penugasan, unjuk kerja, proyek, dan portofolio.

19. Pinsip penilaian hasil belajar adalah sahih, obyektif, adil, terpadu,
terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan
kriteria, akuntabel dan handal.

20. Penilaian otentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan


penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik, dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.

84
21. Penilaian berbasis High Other Thingking Skills (HOTS) adalah penilaian
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.

22. Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah


kriteria ketuntasan belajar untuk mata pelajaran muatan nasional dan
muatan Kewilayahan, ditentukan oleh satuan pendidikan dan mata
pelajaran muatan peminatan kejuruan, ditentukan oleh satuan
pendidikan bersama dengan DUDI dan/ atau lembaga terkait.

23. Penilaian nilai-nilai karakter dititikberatkan pada kelebihan dan


keunikan serta potensi dari setiap peserta didik, baik di dalam maupun
di luar sekolah. Penilaian karakter yang ingin dikembangkan pada
peserta didik, terutama pada 5 (lima) karakter utama yaitu religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas, merupakan
kristalisasi dari 18 karakter menurut Peraturan Presiden Nomer 87
Tahun 2017, meliputi religius, toleransi, jujur, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

B. Deskripsi

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki tujuan untuk


mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, menetapkan
ketuntasan penguasaan kompetensi, menetapkan program
perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan
kompetensi, dan memperbaiki proses pembelajaran.

2. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan acuan


kriteria. Acuan kriteria merupakan penilaian kemajuan
peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian
indikator hasil belajar dari kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Peserta didik yang belum berhasil mencapai
kriteria, diberi kesempatan mengikuti pembelajaran remedial
yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian baik secara
individual, kelompok, maupun kelas. Sedangkan peserta

85
didik yang berhasil mencapai kriteria dapat diberikan
program pengayaan sesuai dengan waktu yang tersedia, baik
secara individual maupun kelompok. Program pengayaan
merupakan pendalaman atau perluasan dari kompetensi
yang dipelajari.

3. Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk ranah


pengetahuan dan ranah keterampilan menggunakan skala
penilaian 0 – 100. Penilaian ranah sikap relegius dan sosial
menggunakan deskripsi dengan predikat Sangat Baik (SB),
Baik (B), dan Kurang (K). Penilaian ranah sikap spiritual dan
sikap sosial yang dilakukan oleh wali kelas berdasarkan
hasil penilaian guru BK, guru Pendidikan Agama dan Budi
pekerti serta guru PPKn, diperkuat oleh penilaian diri dan
penilaian antarteman peserta didik. Sedangkan penilaian
sikap spiritual dan sosial oleh guru mata pelajaran lainnya
merupakan bahan masukan bagi wali kelas untuk
menentukan deskripsi akhir. Penilaian nilai-nilai karakter
terintegrasi dengan penilaian ranah sikap, penegetahuan,
dan keterampilan dalam bentuk deskripsi laporan
perkembangan karakter peserta didik.

4. Penilaian Ranah Sikap

Penilaian ranah sikap bertujuan membentuk sikap dan karakter


(attitude) peserta didik terkait dengan pengembangan sikap relegius dan
sosial, yang dilaksanakan selama kegiatan proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian ranah sikap dilakukan melalui observasi yang
dicatat dalam buku jurnal, mencakup catatan anekdot (anecdotal
record), catatan kejadian tertentu (incidental record) dan informasi lain
yang valid dan relevan. Catatan jurnal hanya diberikan kepada peserta
didik yang memperlihatkan sikap sangat baik dan kurang baik, bagi
peserta didik yang tidak tercatat dalam jurnal, berarti sikapnya baik.

86
Observasi oleh Guru Dilakukan selama proses
Pend. Agama & Budi (jam) pembelajaran
Pekerti, dan Guru PKN

Utama
Dilaksanakan di luar jam
Observasi oleh Guru pembelajaran secara
BK dan Wali Kelas langsung maupun
selama 1 (satu) berdasarkan informasi/
Penilaian laporan yang valid
Sikap semester)

Dilaksanakan sekurang-
Penilaian antar teman kurangnya 1 (satu) kali
Penunjang
dan Penilaian Diri dalam satu semester
menjelang UAS

Gambar 1. Skema Penilaian Sikap

Langkah-langkah untuk membuat rekapitulasi penilaian sikap selama


satu semester:

a. Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn melakukan


penilaian sikap (spiritual dan sosial) melalui pengamatan.

b. Guru mata pelajaran dan guru BK mengamati, mengumpulkan data,


dan membuat catatan singkat mengenai nilai sikap yang sangat baik
dan kurang baik (perlu bimbingan) dari peserta didik pada jurnal

c. Hasil catatan singkat berupa jurnal yang dibuat guru mata pelajaran
dan guru BK dilaporkan kepada wali kelas.

d. Wali kelas merekap hasil catatan-catatan dan merumuskan hasilnya


dalam bentuk deskripsi.

5. Penilaian Karakter

Perkuatan Pendidikan Karakter bertujuan membangun dan


membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia
Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan nilai-nilai karakter
yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa
depan. PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai

87
Pancasila terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur,
toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung-jawab.

Penilaian nilai-nilai karakter berupa kelebihan dan keunikan


dari setiap peserta didik yang dideskripsikan oleh wali kelas
berdasarkan laporan singkat dari guru mata pelajaran,
ditunjang penilaian dari guru BK, pembina ekstrakurikuler,
DUDI dan informasi dari masyarakat sebagai laporan
perkembangan karakter peserta didik.

Definisi Kelebihan dan Keunikan

• Kelebihan berarti keadaan melebihi yang


biasa/keunggulan. Dengan demikian, kelebihan dalam
kaitannya dengan nilai-nilai karakter adalah keunggulan
dari seorang peserta didik dibanding dengan teman-
temannya, baik dalam bidang akademik maupun
nonakademik.

• Menurut Hudojo (1988:100) tidak ada dua individu yang


persis sama, setiap individu adalah unik. Keunikan
adalah tersendiri bentuk atau jenisnya; lain daripada
yang lain dan tidak ada persamaan dengan yang lain.
Jadi unik dapat dikatan sebagai sesuatu yang sangat
spesial dan jarang dijumpai. Dengan demikian, keunikan
kaitannya dengan nilai-nilai karakter adalah kondisi
peserta didik yang memiliki cara pandang/norma/nilai,
perilaku, dan produk yang berbeda/ khas yang tidak
dimiliki oleh teman-temanya.

Contoh Kelebihan dan Keunikan:

88
Kelebihan Keunikan
• Taat beribadah. • Memiliki perilaku khas
• Santun, ramah, rajin. (cium tangan guru, selalu
• Bekerja keras. membantu teman-
• Memiliki karya yang temannya).
unggul sesuai maupun • Bekerja cerdas.
tidak sesuai kompetensi • Memiliki karya yang
keahliannya. khas sesuai maupun tidak
• Juara dalam suatu sesuai kompetensi
perlombaan sesuai keahliannya.
maupun tidak sesuai • Mengerjakan hal
dengan kompetensi positif, yang tidak
keahliannya. dikerjakan peserta didik
lainnya.
• Memiliki bakat
menonjol di luar
kompetensi keahliannya.

Gambar 2. Skema Penilaian Karakter


Contoh Jurnal Penilaian Karakter Peserta Didik
Kelas : …………

No Nama Kelebihan Keunikan


1. Budi 1. Memiliki tanggung 1. Selalu cium
Santoso jawab dan disipilin tangan guru dan

89
No Nama Kelebihan Keunikan
tinggi. ketika bertemu.
2. Memiliki kreativitas 2. Selalu
tinggi. mengucapkan
3. Keberhasilan terima kasih
membuat mobile terhadap bantuan
wajan bolic (alat temannya.
penangkap sinyal
wireless portable)
yang telah
digunakan untuk
layanan internet
keliling desa.
2. Indira 1. Memiliki disiplin 1. Berjiwa ramah
Subangki tinggi. dan sopan.
t 2. Pekerja keras. 2. Memiliki sifat
3. Memiliki sifat jujur. suka menolong
4. Memiliki prestasi orang lain.
dalam bidang olah
raga beladiri.
ds Dst
t

6. Penilaian Ranah Pengetahuan

Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengetahui pencapaian


ketuntasan belajar peserta didik dan mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan proses pembelajaran yang dilaakukan. Penilaian ranah
pengetahuan dilakukan melalui berbagai teknik, antara lain tes tulis
(pilihan ganda beralasan, isian), tes lisan, penugasan, dan portofolio.
Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik KD yang
akan dinilai.

90
Gambar 2.Teknik Penilaian Pengetahuan.

Langkah awal untuk menilai pengetahuan adalah membuat indikator


pencapaian komopetensi (IPK) dari KD yang akan disusun soal
penilaiannya, kemudian menentukan teknik penilaiannya. Berdasarkan
indikator tersebut selanjutnya dikembangkan kisi-kisi soal seperti pada
Tabel 1.

Tabel 1. Contoh Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan,


Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai
Mata Pelajaran: PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI
PEKERTI

Kompetensi Indikator Bentu


Indikator (IPK) Materi Butir Soal
Dasar Soal k Tes
3.1 memahami 3.1.1 Mengakui  Ber 1. Peserta Tes 1. Dalam
kehadiran kehadiran bagai didik tulis peristiwa
Allah Allah dalam Peristiwa dapat Musa
dalam kehidupan dalam mengaku memimpi
berbagai 3.1.2 kehidup i n bangsa
peristiwa Mengimani an kehadira Israel
kehidupan bahwa manusia n Allah keluar
kehadiran secara dari
Allah pribadi Tanah
memberkati dalam Mesir,
semua kehidupa manakah
peristiwa n peristiwa
kehidupan 2. Peserta yang
3.1.3 didik menjadi
Menerima dapat bukti
semua mengima kehadira
peristiwa ni bahwa n Allah
sebagai bukti kehadira dalam
kehadiran n Allah kehidupa
Allah dalam memberk n bangsa
kehidupan ati Israel
3.1.4 semua pada saat
Mensyukuri peristiwa itu?
semua dalam 2. Tuliskan
peristiwa kehidupa alasan
dalam n mengapa
kehidupan 3. Peserta kamu
didik meyakini
dapat bahwa
menerim Allah
a semua hadir
peristiwa dalam
sebagai peristiwa
bukti menyena
kehadira ngkan
n Allah pada saat

91
Kompetensi Indikator Bentu
Indikator (IPK) Materi Butir Soal
Dasar Soal k Tes
dalam Musa
kehidupa memimpi
n n bangsa
4. Peseta Israel
didik keluar
dapat dari
mensyuk tanah
uri mesir?
semua 3. Ceritakan
peristiwa beberapa
dalam peristiwa
kehidupa dalam
n Alkitab
sebagai
bukti
kehadira
n Allah
dalam
peristiwa
yang
tidak
menyena
ngkan.
4. Apakah
alasanm
u untuk
selalu
bersyuku
r kepada
Allah,
dan
tuliskan
contoh
ucapan
syukurm
u dalam
peristiwa
menyena
ngkan
dan tidak
menyena
ngkan.

Kunci Jawaban Soal:


1. Dapat menyebutkan peristiwa Allah menyertai Musa dan bangsa Israel,
yaitu : 1. Tuhan menghukum Firaun dan orang mesir karena tidak
mengijinkan orang israel pergi. 2. Tuhan mendatangkan 10 tulah. 3. Tuhan
membelah Laut Teberau sehingga bangsa Israel dapat menyebrang. 4.
Ketika Firaun dan tentaranya mengejar bangsa Israel dengan menyebrangi
Laut Teberau, Allah membalikkan air laut sehingga bangsa Israel tetap
selamat.
2. Sebab dalam peristiwa yang terjadi saat Musa memimpin bangsa Israel
keluar dari tanah mesir Tuhan Allah menunjukkan kuasa dan

92
Kompetensi Indikator Bentu
Indikator (IPK) Materi Butir Soal
Dasar Soal k Tes
kebesaranNya melalui peristiwa peristiwa yang hanya dapat dilakukan oleh
kebesaran Allah, sehingga di dalam Alkitab pada (Keluaran 14 : 1-4)
Melihat kejadian itu bangsa Israel menjadi takut kepada Allah dan
menghormatiNya.
3. Pada waktu Lazarus mati, Maria dan Marta sangat sedih (Yohanes 11:33-
35). Kematian anak seora ibu di Nian (Lukas 7:11-17). Pernikahan di Kana
(Yohanes 2 : 1-11), Kehidupan yusuf, kehidupan Ayub dll.
4. Dapat menyebutkan alasan yang tepat.
- Bersyukur adalah menghormati Allah.
- Allah selalu menyertai kehidupan baik dalam peristiwa menyenangkan
atau tidak menyenangkan.
- Orang percaya menerima bahwa semua peristiwa adalah keputusan
yang terbaik yang Allah ijinkan terjadi.
Dapat menuliskan doa ucapan syukur dalam peristiwa menyenangkan
dan tidak menyenangkan.

Penskoran Jawaban dan Pengolahan Nilai


Nilai 4 : jika Jawaban sesuai kunci jawaban dan ada pengembangan
Nilai 3 : jika jawaban sesuai kunci jawaban
Nilai 2 : jika jawaban kurang sesuai dengan kunci jawaban
Nilai 1 : jika jawaban tidak sesuai dengan kunci jawaban

Contoh Pengolahan Nilai


IPK No Soal Skor Penilaian 1 Nilai
1. 1 3
Nilai perolehan KD pegetahuan :
2. 2 3
rerata dari nilai IPK
3. 3 4
(10/12) * 100 = 83,33
Jumlah 10

1. Penilaian Ranah Keterampilan

Penilaian keterampilan meliputi keterampilan abstrak dan keterampilan


konkret. Keterampilan abstrak cenderung pada keterampilan seperti
mengamati, menanya, mengolah, menalar, dan mengomunikasikan yang
lebih dominan pada kemampuan mental (berpikir). Sedangkan untuk
keterampilan kongkret cenderung pada kemampuan fisik seperti
menggunakan alat, mencoba, membuat, memodifikasi, dan mencipta
dengan bantuan alat. Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui
kinerja, produk, proyek dan portofolio.

93
Gambar 3. Teknik Penilaian Keterampilan.

Sebagaimana pengetahuan, penilaian keterampilan diawali dengan


penyusunan IPK, yang dilanjutkan dengan penentuan teknik penilaian,
dan penyusunan instrument penilaian.

Tabel 1. Contoh Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci


Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai
Mata Pelajaran: Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Kompeten Materi Indikator Bentuk
Indikator (IPK) Butir Soal
si Dasar Soal Tes
4.1 4.1.1  B Penilaia 1. Apakah
1. Peserta
menyajik mengumpu erbagai n kamu
didik
an contoh lkan contoh Peristiw kinerja pernah
dapat
sederhan sederhana a bersyukur
a yang mengump
4.1.2 merancang dalam ? Buatlah
berkaitan ulkan
proyek kehidu daftar
dengan contoh
bersyukur pan peristiwa
perilaku sederhana
dalam manusi yang
bersyuku yang
berbagai a disyukuri,
r dalam berkaitan
peristiwa alasan
berbagai dengan
kehidupan bersyukur
peristiwa 4.1.3 melakukan perilaku
dan yang
kehidupa bersyukur
proyek kamu
n dalam
bersyukur berbagai lakukan
secara peristiwa untuk
sederhana kehidupan bersyukur.
atas 2. Merancang
sebuah 2. Peserta Project proyek
peristiwa. didik dapat Based persembah
merancan Learnin an syukur
g proyek g melalui
bersyukur waktu
dalam berdoa.
berbagai 3. Melaksana

94
Kompeten Materi Indikator Bentuk
Indikator (IPK) Butir Soal
si Dasar Soal Tes
kan proyek
peristiwa
dan
kehidupan
melakukan
3. Peserta evaluasi
didik
dapat
melakuka
n proyek
bersyukur
secara
sederhana
atas
sebuah
peristiwa
Kriteri Penilaian Soal:
1 Membuat daftar peristiwa yang disyukuri, alasan bersyukur dan yang
kamu lakukan untuk bersyukur.
2 Membuat rancangan proyek.
- Cara melaksanakan : memberikan persembahan syukur
berupa waktu
- Waktu : Dua minggu mulai pada tanggal .... sampai ....
- Yang dilakukan : ....
- Yang didoakan : .... (tuliskan namanya)
- Permohonan kepada Tuhan
3 Pelaksanaan
- Waktu berdoa : pagi hari/ siang hari/ malam hari
- Monitoring : apakah dapat melakukan setiap hari? Apakah ada
kendala? Yakinkah kamu sudah memberikan persembahan
syukur dalam bentuk waktu berdoa? Apa yang kamu rasakan
ketika mendoakan orang lain?
- Evaluasi.
Penskoran Jawaban dan Pengolahan Nilai
Nilai 4 : jika Jawaban sesuai kriteria dan ada pengembangan
Nilai 3 : jika jawaban sesuai kriteria
Nilai 2 : jika jawaban kurang sesuai dengan kriteria
Nilai 1 : jika jawaban tidak sesuai dengan kriteria

Contoh Pengolahan Nilai


IPK No Soal Skor Penilaian 1 Nilai
1. 1 3
Nilai perolehan KD pengetahuan:
2. 2 3
rerata dari nilai IPK
3. 3 4
(10/12) * 100 = 83,33
Jumlah 10

Tabel 2. Contoh Instrumen Penilaian Keterampilan.


Mata Pelajaran: Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti

95
Kategori
IPK
1 2 3 4

mengumpul Membuat Membuat Membuat Membuat daftar


kan contoh daftar daftar daftar peristiwa yang
sederhana peristiwa peristiwa peristiwa yang disyukuri
yang yang disyukuri terdapat
disyukuri disyukuri terdapat peristiwa
hanya satu terdapat peristiwa menyenangkan
peristiwa peristiwa menyenangka dan tidak
menyenangk n dan tidak menyenangkan,
an dan tidak menyenangka terdapat alasan
menyenangk n, terdapat bersyukur dan
an alasan perilaku untuk
bersyukur bersyukur

merancang Membuat Membuat Membuat Membuat


proyek rancangan rancangan rancangan rancangan
bersyukur proyek. proyek. proyek. proyek.
dalam - Cara - Cara - Cara - Cara
berbagai melaksana melaksan melaksana melaksanak
peristiwa kan : akan : kan : an :
kehidupan memberik - Waktu : - Waktu : - Waktu : Dua
an Dua Dua minggu
persemba minggu minggu mulai pada
han mulai mulai pada tanggal ....
syukur pada tanggal .... sampai ....
berupa tanggal ... sampai .... - Yang
waktu. . - Yang dilakukan : .
sampai ... dilakukan : ...
. .... - Yang
- Tidak - Yang didoakan : ..
membuat didoakan : .. (tuliskan
Permohon .... namanya).
an kepada (tuliskan - Permohonan
Tuhan namanya). kepada
- Tidak Tuhan
membuat
Permohona
n kepada
Tuhan

7. Ketuntasan

Kriteria ketuntasan hasil belajar diperlukan untuk


mengetahui ketuntasan hasil belajar peserta didik.
Penentuan ketuntasan hasil belajar dilakukan pada awal
tahun pelajaran melalui musyawarah oleh satuan
pendidikan. Nilai ketuntasan minimal untuk KD
pengetahuan dan KD keterampilan pada mata pelajaran baik

96
di kelompok muatan nasional (A), muatan Kewilayahan (B),
maupun muatan peminatan kejuruan (C1, C2, C3) adalah
minimal 70 (Kategori Baik) sesuai dengan Panduan Penilaian
Hasil Belajar Pada SMK yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Tahun 2017.
Hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan meliputi 3
(tiga) kategori, yaitu Kategori “Kurang/belum mencapai KKM
(<70), kategori Baik/sudah mencapai KKM (70 s.d. 85), dan
Sangat Baik/melampaui KKM (86 s.d. 100). Sedangkan
untuk sikap spiritual dan sikap sosial adalah baik (B).
Satuan pendidikan dapat menentukan nilai ketuntasan
minimal di atas nilai ketuntasan minimal yang ditentukan
pemerintah, melalui proses analisis kondisi sekolah dengan
mempertimbangkan faktor intake, tingkat
kesulitan/kompleksitas KD, dan daya dukung. Untuk
penilaian mata pelajaran kelompok C2 dan C3 (kompetensi
keahlian) selain mengacu pada ketentuan pemerintah, juga
mengacu pada tuntutan kriteria dari KD yang berlaku di
dunia kerja, yaitu minimal memuaskan (satisfaction) yang di
dalam pedoman penilaian SMK dilambangkan dengan nilai
“70”.

8. Remedial dan Pengayaan

Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar wajib


mengikuti kegiatan remedial pada semester berjalan hingga
mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan bagi peserta didik
yang telah mencapai ketuntasan belajar dan memiliki
kecepatan belajar di atas rata-rata yang telah ditetapkan,
dapat diberikan pengayaan dan pendalaman materi.

9. Penyusunan Instrumen Penilaian

a. Instrumen dan bentuk penilaian

97
1) Instrumen penilaian yang digunakan adalah bentuk
tes dan nontes;
2) Instrumen penilaian dalam bentuk tes berupa isian,
uraian, pilihan, dan pengamatan menggunakan daftar
cek (checklist);
3) Instrumen penilaian dalam bentuk nontes berupa
penilaian sikap dan kinerja melalui pengamatan
dengan menggunakan pedoman dan/atau rubrik;
4) Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki
bukti validitas isi sesuai dengan materi pelajaran;
5) Instrumen penilaian memberikan hasil yang dapat
diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan
antartahun, dan
6) Instrumen penilaian yang digunakan secara luas
harus melalui uji coba untuk mengetahui
karakteristik dan kualitas instrumen.

b. Pinsip penilaian otentik (Griffin, 2012)


1) Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum;
2) Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran;
3) Berkaitan dengan kemampuan peserta didik;
4) Berbasis kinerja peserta didik;
5) Memotivasi belajar peserta didik;
6) Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar
peserta didik;
7) Memberi kebebasan peserta didik untuk
mengkonstruksi responnya;
8) Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
9) Mengembangkan kemampuan berpikir divergen;

98
10) Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
pembelajaran.;
11) Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus;
12) Menekankan konteks yang mencerminkan dunia
nyata;
13) Terkait dengan dunia kerja;
14) Menggunakan data yang diperoleh langsung dari
dunia nyata, dan
15) Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

c. Prosedur penilaian pembelajaran dan hasil belajar (oleh


pendidik)
1) Menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada
RPP yang telah disusun;
2) Menyusun kisi-kisi penilaian;
3) Membuat instrumen penilaian berikut pedoman
penskoran;
4) Melakukan analisis kualitas instrumen;
5) Melakukan penilaian;
6) Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
hasil penilaian;
7) Melaporkan hasil penilaian, dan
8) Menindaklanjuti laporan hasil penilaian.

d. Langkah penyusunan soal


1) Menganalisis SKL, KI, dan KD;
2) Menjabarkan KD ke dalam IPK,
3) Menjabarkan IPK ke dalam soal;
4) Menyusun kisi-kisi dan kartu soal;
5) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk
soal yang digunakan, dan

99
6) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum
soal diujikan, baik substansi/materi, konstruksi,
maupun bahasa.

e. Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda

Butir soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option). Untuk tingkat SMK biasanya
digunakan 5 (lima) pilihan jawaban. Dari kelima pilihan
jawaban tersebut, salah satu adalah kunci (key) yaitu
jawaban yang benar atau paling tepat, dan lainnya
disebut pengecoh (distractor).

Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai


berikut:

1) Materi
a) Soal harus sesuai dengan indikator;
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau
dari segi materi;
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang
benar atau yang paling benar.

2) Konstruksi
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan
tegas;
b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja;
c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban benar;
d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang
bersifat negatif ganda;
e) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif
sama;

100
f) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan,
“Semua pilihan jawaban di atas salah”, atau
“Semua pilihan jawaban di atas benar”;
g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu
harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya
nilai angka tersebut, atau kronologisnya;
h) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya
yangterdapat pada soal harus jelas dan berfungsi,
dan
i) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.

3) Bahasa
a) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasaIndonesia;
b) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah
lain atau nasional;
c) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
komunikatif, ddan
d) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase
yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

f. Kaidah penulisan soal bentuk uraian


1) Substansi/Materi
a) Soal sesuai dengan indikator KD dan menuntut tes
bentuk uraian;
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
sesuai;
c) Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi, dan
d) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang,
jenis sekolah, dan tingkat kelas.

2) Konstruksi

101
a) Ada petunjuk yang jelas mengenai cara
mengerjakan soal;
b) Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
terurai. Gunakanlah kata-kata: mengapa,
uraiakan, jelaskan, tafsirkan, bandingkan,
buktikan, hitunglah, dan hindari pertanyaan :
siapa, apa, bila;
c) Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya
harus jelas dan berfungsi, dan
d) Ada pedoman penskoran.

3) Bahasa
a) Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif;
b) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
baku;
c) Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian;
d) Tidak mengandung kata yang menyinggung
perasaan, dan
e) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku daerah
tertentu atau bahasa tabu.

g. Pembuatan soal kategori HOTS

Menyusun soal kategori Higher Order Thinking Skillls


(HOTS), harus menyediakan:

1) Berbagai macam data (pernyataan, tabel, grafik, hasil


dari percobaan yang dilakukan, laporan, bahan
bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/
cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, foto, rumus,
tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film, suara

102
yang direkam, dll) sebagai stimulus untuk menjawab
soal-soal HOTS;

2) Data yang disediakan harus memberikan informasi


kepada peserta didik merujuk kepada pengetahuan
atau kemampuan dasar sehingga dapat diolah lebih
lanjut, dan

3) Data yang diajukkan sebagai stimulus kepada peserta


didik dibuat dengan situasi yang otentik atau nyata.

h. Penyusunan kisi-kisi dan soal

Kisi-kisi adalah suatu format berupa matriks yang


memuat informasi/kriteria yang dapat dijadikan
pedoman untuk menulis/merakit soal. Kisi-kisi berfungsi
sebagai pedoman dalam penulisan soal hingga
menghasilkan soal yang siap digunakan sesuai dengan
tujuan tes. Melalui kisi-kisi dapat diketahui arah dan
tujuan setiap soal. Kisi-kisi yang baik akan dapat
menghasilkan perangkat soal yang baik pula.

Syarat kisi-kisi soal adalah:


1) Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat;
2) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah
dipahami, dan
3) Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan
bentuk soal yang ditetapkan.

Komponen kisi-kisi terdiri atas:

1) Identitas
 Nama Institusi
 Program/Kompetensi Keahlian
 Mata Pelajaran
 Semeser
 Tahun Pelajaran
2) Format kisi-kisi soal

103
 Kompetensi Dasar
 Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
 Materi yang akan dijadikan soal
 Indikator soal
 Bentuk soal
 Jumlah soal
 Nomor urut soal (jika diperlukan)
Kompetensi Dasar merupakan kemampuan minimal
yang harus dikuasai peserta didik setelah mempelajari
materi pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar diambil dari
kurikulum.

Materi merupakan bahan ajar yang harus dikuasai


peserta didik berdasarkan kompetensi dasar yang akan
diukur. Penentuan materi yang akan diambil disesuaikan
dengan indikator yang akan disusun. Uraian materi
dapat dirumuskan secara spesifik atau umum.

Materi yang dipilih adalah materi esensial yang akan


dikeluarkan dalam tes. Untuk memilih materi esensial
dapat berpatokan pada kriteria-kriteria berikut:
 merupakan materi penting yang harus dikuasai oleh
peserta didik;
 merupakan materi lanjutan dan pendalaman dari satu
materi yang sudah dipelajari sebelumnya;
 merupakan materi yang sering diperlukan;
 merupakan materi yang berkesinambungan yang
terdapat pada semua jenjang kelas;
 merupakan materi yang memiliki nilai terapan dalam
kehidupan sehari-hari, dan
 untuk mempelajari bidang studi lain.

Indikator merupakan rumusan tingkah laku yang dapat


diamati sebagai pertanda atau indikasi tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) sudah dikuasai oleh

104
peserta didik. Rumusan indikator harus dapat diukur
dan menggambarkan tingkat kemampuan peserta didik
dari suatu topik bahasan. Indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan
dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.

Syarat-syarat indikator yang baik adalah:


 Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur.
 Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur.
 Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih.
 Dapat dibuatkan soalnya.

Teknik merumuskan indikator:


 Bila soal terdapat stimulus, maka rumusan
indikatornya: “Disajikan …, peserta didik dapat
menganalisis ….”

Bila soal tidak terdapat stimulus, maka rumusan indikatornya:


“Peserta didik dapat membedakan ….”

105
Lembar Kerja Pertemuan 1. Buatlah rancangan penilaian berupa kisi-kisi dari KD-KD yang telah disediakan (peserta dapat
memilih KD sendiri)
KISI-KISI DAN SOAL
Sekolah :
Kelas/Semester :
Tahun Pelajara :
Mata Pelajaran :
Kompetensi Dasar :

Penilaian Pengetahuan
Kompetensi Bentuk No
IPK Materi Indikator Soal
Dasar Soal Soal

106
Lembar Kerja Pertemuan ke-2 : membuat rancangan penilaian berupa soal dan kelengkapannya dari KD-KD yang telah disediakan
(peserta dapat memilih KD sendiri), meliputi:
a. Butir soal;
b. Kunci jawaban;
c. Kriteria dan rubrik penilaian;*

Instrumen Soal Pengetahuan: (Tes tertulis : Bentuk Pilihan Ganda dan Uraian)

No Soal Kunci Jawaban Skor


1

107
a. Penilaian Keterampilan
Kompetensi Bentuk
IPK Materi Bahasan Indikator Soal No Soal
Dasar Soal

Pengolahan Nilai Keterampilan :

Nilai Praktik (NP)


Proses dan
Persiapan Sikap Kerja Waktu ∑ NK
Hasil Kerja
1 2 3 5 6
Skor Perolehan

Skor Maksimal

Bobot 10% 60% 20% 10%

NK

Keterangan:
 Skor Perolehan merupakan penjumlahan skor per komponen penilaian
 Skor Maksimal merupakan skor maksimal per komponen penilaian
 Bobot diisi dengan persentase setiap komponen. Besarnya persentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik kompetensi keahlian. Total
bobot untuk komponen penilaian adalah 100
 NK = Nilai Komponen merupakan perkalian dari skor perolehan dengan bobot dibagi
skor maksimal

NK =
∑ Skor Perolehan × Bobot
Skor Maksimal

 NP = Nilai Praktik merupakan penjumlahan dari NK

108
Perhitungan Nilai Praktik (NP):
Persentase Bobot Komponen Penilaian Nilai Praktik(NP)
Persiapa Prose Sikap Hasi Wakt
∑ NK
n s Kerja l u
Skor
Perolehan

Skor
Maksimal

Bobot

NK

Keterangan:
 Skor Perolehan merupakan penjumlahan skor per komponen penilaian
 Skor Maksimal merupakan skor maksimal per komponen penilaian
 Bobot diisi dengan persentase setiap komponen. Besar persentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik kompetensi
keahlian. Total bobot untuk komponen penilaian adalah 100.
 NK = Nilai Komponen merupakan skor perolehan dibagi dengan skor
maksimal dan dikalikan dengan bobot.

NK =
∑ Skor Perolehan × Bobot
Skor Maksimal
 NP = Nilai Praktik merupakan penjumlahan dari NK
 Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, sikap kerja, hasil, dan waktu)
disesuaikan dengan karakter program keahlian.

109
Lembar Kerja Pertemuan 3 : melakukan analisis kualitatif
dari soal pilhan ganda yang telah dibuat pada latihan
sebelumnya

Analisis Butir Soal

1) Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif adalah analisis butir soal (tes tertulis,
perbuatan, sikap) sebelum soal tersebut
digunakan/diujikan. Aspek yang diukur dalam analsisi
kualitatif adalah:
a) Materi
b) Konstruksi
c) Bahasa/Budaya

Untuk mempermudah proses pelaksanaan analisis


kualitatif, bisa menggunakan kartu telaah soal, seperti
contoh pada format 3.

110
Lembar Kerja Pertemuan 4 : melakukan analisis kuantitatif
dari data yang telah disediakan baik secara manual atau
mengunakan aplikasi/program.

2) Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilaksanakan setelah soal diujikan.
Adapun maksud dilaksanakan analisis kuantitatif antara
lain adalah untuk mengetahui:
a) Tingkat kesukaran soal.
b) Tingkat reliabilitas
c) Daya pembeda
d) Keberfungsian distraktor

Proses analisis kuantitatif dapat dilakukan secara manual


atau menggunakan program/aplikasi yang sudah ada dan
dapat digunakan secara bebas. Berikut penjelasan secara
sederhana mengenai analisis kuantitattif yang dilakukan
secara manual.
a) Tingkat kesukaran soal
Untuk mengukur tingkat kesukaran soal bisa
menggunakan rumus sebagai berikut:

Ting . sukaran =
∑ Siswa Jawab Benar
N
b) Daya Pembeda.
Untuk mengukur daya pembeda bisa menggunakan
rumus sebagai berikut:
BA −BB
Daya Beda = 1
2
N
Keterangan:
BA: Batas Atas
BB: Batas Bawah
N: Jumlah Peserta didik
c) Tingkat reliabilitas soal
Untuk mengukur tingkar reliabilitas soal, dapat
digunakan cara sebagai berikut:
X b−X s
rpbis = √ pq
SD
Keterangan :
Xb : Rata2 Jawab Benar
Xs : Rata2 Jawab Salah
p : Proporsi Jawab Benar

111
q : 1-p
SD: Simpang Baku

Rumus lain yang bisa digunakan adalah rumus


realibilitas dari Spearmen Brown, Alfa Cronbach atau
KuderRichadson (KR20)

112
Analisis Butir Soal

Sebagai ilustrasi bagaimana cara menganalisi butir soal secara


sederhana, berikut disajikan contoh analisis butir soal.

Analisis kuantitatif butir soal.

PESERTA
NO 1 2 3 ... 50 SKOR
DIDIK

1 A BBCD 45
2 B BADC 43 27% KA
3 C ACBB 41

... ... ... ...


33 P AABA 27
34 Q CDEE 26
35 R DEEE 25
27% KB
KUNCI BBDD

SOAL KEL A B C D E OMIT KEY TK DP

KA 0 10 0 0 0 0
1 B 0,85 0,30
KB 1 7 1 1 0 0

KA 0 5 5 0 0 0
2 B 0,40 0,20
KB 2 3 3 1 1 0

KA 0 1 9 0 0 0
3 D 0,15 -0,30
KB 0 2 3 3 2 0

KA 1 2 3 3 1 0
50 D 0,25 0,10
KB 1 2 3 2 2 0

Keterangan:
TK1=(BA+BB): N DP1= (BA-BB):½N
= (10+7) : 20 = (10-7) : ½ x 20
= 0,85 = 0,30
KRITERIA TK: KRITERIA DAYA PEMBEDA:
0,00 – 0,30 = sukar 0,40 – 1,00 = soal baik
0,31 - 0,70 = sedang 0,30 – 0,39 = terima & perbaiki
113
0,71 – 1,00 = mudah 0,20 – 0,29 = soal diperbaiki
0,19 – 0,00 = soal ditolak
CONTOH MENGHITUNG DP DENGAN KORELASI POINT
BISERIAL (rpbis)
DAFTAR SKOR PESERTA DIDIK SOAL NOMOR 1

Peserta didik Peserta didik


yang Jumlah skor yang Jumlah skor
menjawab keseluruhan menjawab keseluruhan
benar salah
A 19 N 17
B 18 O 16
C 18 P 15
D 16 Q 14
E 16 R 14
F 16 S 12
G 15 T 12
H 13 U 12
I 13 V 12
J 13 W 12
K 12 X 11
L 12 Y 11
M 11 Z 10
AA 9
AB 8
AC 8
AD 7

Jumlah = 192 200


Nb=13, ns=17, N=30, Stdv= 3,0954
Meanb - Means
Rpbis = ------------------- √ pq
Stdv skor total

Keterangan:
B = skor peserta didik yang menjawab benar
S = skor peserta didik yang menjawab salah
P = proporsi jawaban benar thd semua jawaban peserta didik
q = 1-p
Meanb = 192:13 = 14,7692
Means = 200:17 = 11,7647

14,7692 – 11,7647
Rpbis = ----------------------- √ (13:30) (17:30)
3,0954

= (0,9706338) (0,4955355)

114
= 0,4809835 = 0,48
Artinya butir soal nomor 1 adalah DITERMA atau BAIK.

KRITERIA DAYA PEMBEDA:


0,40 – 1,00 = soal baik
0,30 – 0,39 = terima & perbaiki
0,20 – 0,29 = soal diperbaiki
0,19 – 0,00 = soal ditolak

ANALISIS SOAL URAIAN DAN TES PRAKTIK

Soal 1 Soal 2
NO. PESERTA DIDIK
(Skor maks 6) (Skor maks 5)
1 A 6 5
2 B 5 4
3 C 3 2
4 D 3 2
5 E 2 1

Jumlah 19 14
Rata-rata 3,80 2,80
TK 0,63 0,56
DP 0,47 0,56

TK1= Rata-rata : skor maks


= 3,8 : 6 = 0,63
TK2= 2,8 : 5 = 0,56
DP1= (Rata-rata KA – Rata-rata KB) : skor maks.
= [(11:2) – (8:3) ] : 6 = (5,5-2,7):6 = 0,47
DP2= [ (9:2) – (5:3) ] : 5 = (4,5-1,7) : 5 = 0,56

115
Analisis Butir Soal: Teori Klasik

116

Anda mungkin juga menyukai