PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas layanan pendidikan merupakan salah satu agenda prioritas
pembangunan pendidikan nasional tahun 2020-2024 sebagaimana telah diamanatkan
dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2020-2024. Selain adanya kurikulum yang handal, salah satu aspek
terpenting dalam upaya menjamin kualitas layanan pendidikan adalah membuat dan
melaksanakan sistem penilaian yang komprehensif sesuai dengan standar nasional
pendidikan yang telah ditetapkan.
B. Tujuan
Panduan Penilaian ini disusun untuk memfasilitasi:
1. Guru sebagai pendidik dan satuan pendidikan dalam merencanakan dan melaksanakan
penilaian hasil belajar peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai,
meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
2. Guru dan satuan pendidikan dalam mengolah, memanfaatkan, dan menindaklanjuti
hasil penilaian, serta menyusun laporan hasil belajar siswa sebagai peserta didik
secara objektif, akuntabel, dan informatif.
3. Orangtua/wali dalam memahami penilaian dan membantu siswa meningkatkan
kompetensi.
C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
A. Pengertian Penilaian
B. Prinsip-Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar mahasiswa memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai
berikut:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan mahasiswa karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan mahasiswa.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan. dan
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur,maupun hasilnya.
Dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, serta
Pemerintah dan/atau lembaga mandiri. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran
berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil).
Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian autentik, penilaian diri, penilaian proyek,
ulangan harian (UH), ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), ujian tingkat
kompetensi (UTK), ujian mutu tingkat kompetensi (UMTK), dan ujian sekolah (US).
Penilaian proyek merupakan salah satu bentuk penilaian yang dilakukan oleh pendidik baik
dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Penugasan dapat diberikan oleh pendidik sebagai
tugas secara mandiri (individual) atau berkelompok dalam bentuk proyek. Proyek adalah tugas-
tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
Namun dalam hal ini penilaian proyek juga digunakan untuk penilain oleh satuan pendidikan untuk
menjadi syarat kelulusan. Satuan pendidikan mengoordinasikan penilaian yang berupa ujian
sekolah dan penilaian proyek.
Kegiatan penilaian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menyusun kisi-kisi.
b. Mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen.
c. Melaksanakan penilain.
d. Mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik.
e. Melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan deskripsi
pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.
D. Prosedur Penilaian
Secara umum prosedur penilaian yang dilakukan pendidik dan satuan pendidikan meliputi:
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi
peserta didik yang meliputi kegiatan sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
Pembelajaran berbasis proyek adalah penggerak yang unggul untuk membantu siswa
belajar melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber yang
terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di lapangan baik dari
guru maupun siswa bahwa pembelajaran berbasis proyek menguntungkan dan efektif
sebagai pembelajaran, selain itu memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar
siswa. Hasnawati (2015) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah
sebagai berikut:
1. memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.
2. meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek.
3. membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks
dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran berbasis proyek
adalah membantu siswa agar dapat meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode
pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam kegiatan pemecahan masalah terkait
dengan proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya.
.
C. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Sebagai model yang telah lama diakui kekuatannya dalam mengembangkan
kompetensi siswa, banyak para ahli mengungkapkan keunggulan model ini. Helm dan
Katz dalam Abidin (2001: 170) memandang model ini memiliki keunggulan yakni “dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan akademik siswa, sosial emosional siswa,
dan berbagai keterampilan berpikir untuk dibutuhkan siswa dalam kehidupan nyata”.
Skor
No Aspek yang dinilai
maks
1 Perencanaan 6
Latar Belakang (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Rumusan masalah (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
2 Pelaksanaan 12
a.Pengumpulan data/informasi (akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak
akurat = 1)
b. Kelengkapan data (lengkap= 3; kurang lengkap = 2; tidak
lengkap = 1)
c. Pengolahan/analisis data (sesuai = 3; kurang sesuai = 2; tidak
sesuai = 1)
d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1)
3 Pelaporan hasil 12
a. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1)
b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah =
2; tidak sesuai kaidah = 1)
c. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak
kesalahan =1)
d. Tampilan (menarik= 3; kurang menarik= 2; tidak menarik= 1)
Skor maksimal 30
Rubrik Penilaian
NO Indikator Rubrik
Menyiapkan alat dan 3. Menyiapakan Seluruh alat dan bahan yang diperlukan.
1. bahan 2. Menyiapakan Sebagian alat dan bahan yang diperlukan.
1. Tidak menyiapakan Seluruh alat dan bahan yang diperlukan
Kriteria Penilaian :
Nilai = Jumlah Skor yang Diperoleh X 100
Skor Maksimum
Kriteria minimal yang biasa digunakan adalah 80% dari tujuan atau kompetensi
yang seharusnya dikuasai siswa. Makin tinggi kriterianya makin baik mutu pendidikan
yang dihasilkan. Standar penilaian acuan patokan berbasis pada konsep belajar tuntas atau
mastery learning.
Pengukuran penilaian hasil belajar menggunakan instrumen non tes adalah untuk
mengevaluasi hasil belajar aspek sikap dan keterampilan. Bentuk penilaian yang
menggunakan alat ukur/instrumen non tes yaitu: penilaian unjuk kerja/performance,
penilaian proyek/produk, penilaian potofolio, dan penilaian sikap yang dilengkapi dengan
rubrik penilaian. Alat penilaian yang tergolong teknik non-tes antara lain: a)
kuesioner/angket, b) wawancara (interview), c) daftar cocok (check-list), d)
pengamatan/observasi, e) penugasan, f) portofolio, g) jurnal, h) inventori, i) penilaian diri
(self-assessment), dan j) penilaian oleh teman sejawat (peer assessment). Skala yang sering
digunakan dalam instrumen penilaian non tes antara lain adalah: Skala Thurstone, Skala
Likert, dan Skala Beda Semantik