Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 2

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Oleh :

Ina Yatul Mardiah (20003017)


Cahaya Sha’adah Aiyoti (20003056)
Medioni Putri Sani (20003124)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Hj. Mega Iswari, M.Pd

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan menambah wawasan kita
semua.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Hj. Mega Iswari, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pembelajaran Matematika bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kelompok tekuni.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kami hanyalah
manusia biasa yang memiliki wawasan terbatas dan tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.

Padang, 18 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I ...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................ `1

Latar belakang........................................................................................................................................... 1
Rumusan masalah ..................................................................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN .............................................................................................................................2

Prinsip Belajar Matematika Bagi ABK..................................................................................................... 2


Strategi Pembelajaran Matematika Bagi ABK ........................................................................................ 5
BAB III............................................................................................................................................8

PENUTUP.......................................................................................................................................8

Kesimpulan ............................................................................................................................................... 8
Saran ......................................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan matematika merupakan bagian integral dari pendidikan nasional. Hal ini
dikarenakan matematika merupakan salah satu komponen penting dalam rangka peningkatan
sumber daya manusia (SDM). Oleh sebab itu, pemerintah melalui Dinas Pendidikan
Nasional menetapkan matematika sebagai salah satu bidang studi wajib pada setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat 1 sebagaimana dikutip Hidayati, bahwa setiap
siswa pada jenjang Sekolah Dasar dan Menengah wajib mengikuti pelajaran matematika.
Sistem pembelajaran matematika di sekolah hendaknya memberikan kesempatan dan
pelayanan kepada siswa untuk maju dan berkembang secara optimal sesuai dengan
kecepatannya sendiri, yaitu sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat dan minatnya.
Dalam aktivitas belajar matematika bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung
secara wajar. Terlebih bagi anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Terkadang lancar,
terkadang tidak, terkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, dan terkadang terasa
sangat sulit. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat,
latar belakang serta lingkungan fisik dan sosial masing-masing siswa. Sehingga hasil yang
didapatkan ialah kemajuan belajar siswa-siswa yang setingkat mungkin berbeda. Setiap
individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu menyebabkan perbedaan tingkah
laku di kalangan anak didik

B. Rumusan masalah
1. Apa saja prinsip pembelajaran matematika bagi ABK ?

2. Apa saja strategi pemnelajaran matematika bagi ABK?

C. Tujuan

1. Mengetahui prinsip dan strategi pembelajaran matematika bagi ABK.

1
BAB III

PEMBEHASAN

A. Prinsip Belajar Matematika bagi ABK


1. Tunanetra
a. Prinsip Individual
Prinsip individual merupakan prinsip umum dalam sebuah pembelajaran manapun
(pendidikan umum maupun pendidikan anak berkebutuhan khusus) dimana guru
dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan masing-masing individu. Prinsip
individu ini mengisyaratkan bahwa guru perlu merancang strategi pembelajaran
yang sesuai dengan keadaan si anak.
b. Prinsip kekonkritan atau pengalaman penginderaan
Strategi pembelajaran dalam pendidikan yang digunakan oleh guru harus dapat
memungkinkan anak tunanetra memperoleh pengalaman secara nyata dari apa yang
telah dipelajarinya. Prinsip ini erat kaitannya dengan komponen alat atau media
serta lingkungan pembelajaran. Untuk itu perlu disediakan media pembelajaran
yang bisa mendukung dan relevan.
c. Prinsip totalitas
Strategi pembelajaran yang dilakukan harus memungkinkan siswa untuk
memperoleh pengalaman objek atau situasi secara utuh, caranya dengan guru
mendorong siswa untuk melibatkan semua alat indera secara terpadu dalam
memahami sebuah konsep. Misalnya saja, untuk mendapatkan gambaran tentang
burung, anak tunanetra harus melibatkan indera perabaan untuk mengenali bentuk
dan ukuran, sifat permukaan dan kehangatan. Selanjutnya harus memanfaatkan
pendengaran untuk mengenali suara burung bahkan anak tunanetra bisa
memanfaatkan penciumannya untuk mengenali bau khas burung.
d. Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)
Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra harus bisa mendorong anak
tunanetra agar belajar secara aktif dan mandiri. Anak tunanetra belajar untuk
mencari dan menemukan sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang

2
memudahkan para siswa untuk belajar serta sevagai motivator yang
membangkitkan keinginan anak untuk mau belajar.
2. Tunarungu
a. Prinsip keterarahwajahan
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru harus berdiri di depan sehingga
wajah guru khususnya mulut guru dapat dilihat oleh anak tunarungu tanpa terhalang
apapun, sehingga anak tunarungu dapat memahami apa yang disampaikan oleh
gurunya. Ketika berbicara dengan tunarungu harus berhadapan langsung (face to
face) sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dan pembelajaran dapat
lebih dimengerti.
b. Prinsip keterarahsuaraan
Bagi anak tunarungu suara tidak perlu keras dan kencang, namun guru harus
berbicara jelas dengan artikulasi yang tepat sehingga dapat dipahami oleh
tunarungu. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan tidak sia-sia.
c. Prinsip Keperagaan
Setiap kata yang keluar dari mulut guru hendaknya diulas lebih lanjut hingga anak
tunarungu betul-betul paham maksud dari kata tersebut, kemudian memperagaan
atau mempraktekkannya akan lebih memudahkan anak tunarungu untuk mengerti
apa yang diajarkan serta upayakan semua pembelajaran yang dilakukan dapat
diperagakan secara pengalaman oleh anak sehingga anak mudah memahami dan
mengerti apa yang diajarkan guru.
3. Tunagrahita
a. Prinsip kasih sayang
Dalam kegiatan pembelajaran, anak tunagrahita membutuhkan kasih sayang yang
tulus dari guru. Guru hendaknya berbahasa yang lembut, sabar, rela berkorban, dan
memberi contoh perilaku yang baik, ramah, dan supel, sehingga tumbuh
kepercayaan dari peserta didik, yang akhirnya mereka memiliki semangat untuk
melakukan kegiatan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
b. Prinsip keperagaan
Kelemahan anak tunagrahita yaitu dalam hal kemampuan berfikir abstrak, mereka
sulit membayangkan sesuatu. Hal ini menuntut guru agar dalam kegiatan

3
pembelajaran selalu mengaitkan relevansinya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Oleh karena itu anak-anak perlu dibawa ke lingkungan sosial, maupun alam.
c. Prinsip habilitasi dan rehabilitasi
Habilitas adalah usaha yang dilakukan seseorang agar anak menyadari bahwa
mereka masih memiliki kemampuan atau potensi yang dapat dikembangkan meski
kemampuan yang dapat dikembangkan tersebut terbatas.
Rehabilitas adalah usaha yang dilakukan dengan berbagai macam bentuk dan cara,
sedikit demi sedikit mengembalikan kemampuan yang hilang atau belum berfungsi
optimal.
4. Tunadaksa
Yaitu pelayanan medik, pelayanan pendidikan, dan pelayanan sosial, yang pada
umumnya juga tidak terlepas dari prinsip habilitas dan rehabilitas.
5. Tunalaras
a. Prinsip kasih sayang, Anak tunalaras mempunyai karakteristik sosial emosional
dengan gangguan kepribadian, perlu pendekatan secara psikis dengan kasih sayang
dari semua pihak baik keluaga, dekolah ataupun masyarakat.
b. Prinsip individual, Peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
maka untuk anak tunlaras perlu diperlihatkan sikap prilakunya secara individual
untuk menentukan program yang akan dirancang agar perilaku yang menyimpang
dapat diterapi dengan kegiatan terapi bermain.
c. Prinsip motivasi belajar, Motivasi belajar bagi anak tunalaras bertujuan untuk
memupuk daya akan kekuatandari dalam diri anak, agar mereka bergerak dalam
melakukan kegiatan-kegiatan dalam melakukan terapi bermain. Untuk
membangkitkan notif-motif belajar, dengan cara memberikan materi yang menarik,
media yang sesuai, metoda tepat dan cara menyampaikan pelajaran yang
komunikatif.
d. Prinsip belajar kelompok, Anak tunalaras yang mengalami gangguan sosial
emosional perlu pendekatan dengan cara belajar dalam kelompok untuk
mengembangkan rasa kebersamaan, menghargai pendapat orang lain, tenggang
rasa, dan bekerja secara gotong royong.

4
B. Strategi Pembelajaran Matematika bagi ABK
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
strategi pembelajaran , antara lain:
a. Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran
deduktif dan induktf.
b. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan
heuristic.
c. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan
beregu.
d. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
e. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
2. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
a. strategi deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat
umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Oleh karena itu,
pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran
tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori yang bersifat umum lalu
meningkat ke penerapan teori atau (contoh). Pembelajaran dengan pendekatan
deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan kepada
siswa.
b. Induktif adalah suatu proses bernalar yang bermula dari khusus menuju ke yang
umum dengan memperhatikan unsur fakta setelah terjadi pengamatan. Dengan kata
lain pendekatan induktif memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuaanya melalui konsep-konsep yang khusus hingga umum. Guru
dalam praktek pembelajarannya diawali dengan memberikan contoh-contoh khusus
kemudian sampai kepada generalisasinya.
c. Heuristic adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan (Hamalik, 2001: 219).

5
d. Ekspositorik adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
e. Klasikal adalah pola pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan
dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas.
f. Kelompok adalah suatu kegiatan yang dikerjakan bersama sama dengan memiliki
tujuan yang sama dan visi misi yang sama
g. Individual adalah perancangan aktivitas belajar mandiri bagi siswa.
h. Kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antarsiswa dalam kelompok adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu, dimana siswa belajar
bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggungjawab.
i. Modifikasi perilaku adalah sebuah pendekatan untuk mengubah perilaku anak yang
kita harapkan maupun yang tidak diharapkan. Perilaku yang dipandang positif
diberi perlakuan agar meningkat, sedangkan perilaku negatif adalah yang tidak
diharapkan semakin dikurangi.
3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
a. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan adalah perancangan aktivitas
belajar mandiri bagi siswa.
b. Strategi kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antarsiswa dalam kelompok adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu, dimana siswa
belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggungjawab.
c. Strategi modifikasi tingkah laku adalah sebuah pendekatan untuk mengubah
perilaku anak yang kita harapkan maupun yang tidak diharapkan. Perilaku yang
dipandang positif diberi perlakuan agar meningkat, sedangkan perilaku negatif
adalah yang tidak diharapkan semakin dikurangi.
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
a. Pendidikan integrasi (terpadu) adalah system pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada anak luar biasa belajar bersama-sama dengan anak biasa
(normal) di sekolah umum.

6
b. Pendidikan segregasi (terpisah) dalah layanan pendidikan yang memisahkan anak
berkebutuhan khusus dengan anak normal dalam layanan dalam bidang pendidikan,
sehingga anak berkebutuhan khusus berada disekolah khusus.
c. Penataan lingkungan belajar
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan
model-model pendekatan sebagai berikut;
a. Model biogenetic, Berdasarkan asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh
kecacatan geniti atau biokimiawi sehingga penyembuhannya ditekankan pada
pengobatan, diet, olahraga, operasi, atau mengubah lingkungan.
b. Model behavioral/tingkah laku, Model ini mempunyai asumsi bahwa gangguan
emosi merupakan indikasi ketidakmampuan menyesuaikan diri yang terbentuk,
bertahan, dan mungkin berkembang karena berinteraksi dengan lingkungan, baik
di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, penanganannya tidak hanya ditujukan
kepada anak, tetapi pada lingkungan tempat anak belajar dan tinggal.
c. Model psikodinamika, Model ini berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang
atau gangguan emosi disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam
proses perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, untuk mengatasi gangguan
perilaku itu dapat diadakan pengajaran psikoedukasional, yaitu menggabungkan
usaha membantu anak dalam mengekspresikan dan mengendalikan perasaannya.
d. Model ekologis, Model ini menganggap bahwa kehidupan ini terjadi karena adanya
interaksi antar individu dengan lingkungannya. Gangguan perilaku terjadi karena
adanya disfungsi antara anak dengan lingkungannya. Oleh karena itu, model ini
menghendaki dalam memperbaiki problem perilaku agar mengupayakan interaksi
yang baik antara anak tentang lingkungannya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berikut beberapa prinsip dalam pembelajaran Matematika bagi ABK :
- Tunanetra : Prinsip Individual, Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan, Prinsip
totalitas, dan Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity).
- Tunarungu : Prinsip keterarahwajahan, Prinsip keterarahsuaraan, dan Prinsip Keperagaan.
- Tunagrahita : Prinsip kasih sayang, Prinsip keperagaan, dan Prinsip habilitasi dan
rehabilitasi.
- Tunadaksa : pelayanan medik, pelayanan pendidikan, dan pelayanan sosial, yang pada
umumnya juga tidak terlepas dari prinsip habilitas dan rehabilitas.
- Tunalaras : Prinsip kasih sayang, Prinsip individual, Prinsip motivasi belajar dan Prinsip
belajar kelompok.
Berikut beberapa strategi Pembelajaran Matematika bagi ABK :
- Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra : strategi pembelajaran deduktif dan induktf,
strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic, Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi
pembelajaran dengan seorang guru dan beregu, dan strategi klasikal, kelompok kecil dan
individual.
- Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu : strategi deduktif, Induktif, Heuristic,
Ekspositorik, Klasikal, Kelompok, Individual, Kooperatif, dan Modifikasi perilaku
- Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita : Strategi pembelajaran yang
diindividualisasikan, Strategi kooperatif dan Strategi modifikasi tingkah laku
- Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa : Pendidikan integrasi (terpadu), Pendidikan
segregasi (terpisah) dan Penataan lingkungan belajar
- Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras : Model biogenetic, Model behavioral/tingkah
laku, Model psikodinamika, dan Model ekologis,
B. Saran

Dari pembahasan diatas mungkin saja masih banyak kekurangan dalam penyampaian
materi maupun cara penyusunannya. maka saya selaku penulis mengharapkan saran dari para
pembaca makalah ini dapat mencari referensi tentang anak ADHD ini lebih banyak lagi.

8
DAFTAR RUJUKAN

Aziz, A. N., Sugiman, S., & Prabowo, A. (2016). Analisis Proses Pembelajaran Matematika pada
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner di Kelas Inklusif. Kreano, Jurnal
Matematika Kreatif-Inovatif, 6(2), 111-120.
Dermawan, O. (2013). Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di slb. Psympathic:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 886-897.
Nugroho, A., & Mareza, L. (2016). Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
dalam Setting Pendidikan Inklusi. Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, 2(2), 145-156.
Sunanto, J., & Hidayat, H. (2017). Desain Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Kelas
Inklusif. Jassi Anakku, 16(1), 47-55.

Anda mungkin juga menyukai