Anda di halaman 1dari 4

RESUME PERTEMUAN 11 P.

PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU

ASESMEN ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN

NAMA : AZZAHRA FIRDAUSI SALMA

NIM : 20003054

KELAS : 30005 SENIN 07.00-09.40

DOSEN PENGAMPU : Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd

POKOK MATERI SUB MATERI


Asesmen Anak dengan a. Identifikasi anak dengan hambatan
Hambatan Pendengaran pendengaran
b. Tes pendengaran
c. Asesmen kecerdasan
d. Asesmen kemampuan keterampilan perseptual
dan motorik
e. Asesmen kemampuan perilaku sosial dan
emosi

A. Identifikasi Anak dengan Hambatan Pendengaran


Orang tua yang ’jeli’ akan menangkap tanda-tanda bayi/anak yang kurang
memberikan reaksi terhadap suara di sekitarnya dan akan segera datang ke rumah
sakit guna evaluasi pendengaran, tanpa menunggu usia anak lebih besar.
Pengenalan (deteksi) adanya ketulian yang dini kemudian ditangani (intervensi)
yang dini akan meningkatkan kemampuan anak untuk berbahasa dan bebicara.
Karena pada tahun-tahun pertama kehidupan (0-3 tahun), merupakan masa
perkembangan bahasa dan bicara yang paling kritis. Identifikasi merupakan suatu
kegiatan menemukenali anak-anak berkebutuhan khusus dengan menghimpun data
mengenai anak tersebut. Identifikasi merupakan kegiatan awal untuk menandai
secara kasar mengenai keberadaan ABK. Identifikasi anak dengan gangguan
pendengaran bertujuan untuk melihat reaksi anak terhadap suara yang dilakukan
melaui tes fungsi pendengaran.

B. Tes Pendengaran
Tes pendengaran pada anak tidak bisa ditunda hanya dengan alasan usia anak belum
memungkinkan untuk dilakukan tes pendengaran. Tanpa program skrining
pendengaran, gangguan pendengaran baru diketahui pada usia 18-24 bulan. Tes
pendengaran secara obyektif di bidang audiologi dengan peralatan elektrofisiologik
saat ini sudah banyak dikembangkan di beberapa Rumah Sakit dan klinik seperti
ABR, ASSR, elektroakustik imitans dan OAE yang sangat berharga dalam
diagnostik fungsi pendengaran secara dini tidak tergantung usia. Akan tetapi
masalahnya adalah tidak semua Rumah Sakit memiliki peralatan tersebut dan biaya
pemeriksaan yang relatif mahal. Sekalipun sudah ada tes elektrofisiologik yang
canggih, tes pendengaran dengan pengamatan tingkah laku anak terhadap rangsang
suara (behaviour observation audiometry), tetap harus dilakukan di bidang
audiologi pediatri.

C. Asesmen Kecerdasan
Tingkat kecerdasan anak perlu diukur dengan asesmen kecerdasan. Dengan
asesmen kecerdasan guru dapat menilai kemampuan anak, hambatan apa yang
mempengaruhi tingkat kecerdasaannya dan apa solusi yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan belajarnya. Salah satu bentuk asesmen kecerdasan adalh IST
(inteligenz structure test) yang bertujuan untuk mengukur kecerdasan umum dan
khusus. subtes yang pada IST terdiri dari melengkapi kalimat (SE), persamaan kata
aspek yang diukur adalah kecepatan menangkap dan menyerap informasi, analogi
verbal (AN) berupa anilisis, judgement, dan kesimpulan. GE aspek yang diukur
berupa nalar yang logis, ingatan (ME) yang diukur berupa ingatan, perhatian dan
konsentrasi, dan berhitung (RA) berupa pemecahan masalah praktis dalam
hitungan.
D. Asesmen Kemampuan Keterampilan Perseptual dan Motorik
Kemampuan perseptual berguna untuk memahami segala sesuatu yang ada di
sekitar, sehingga seseorang mampu berbuat atau melakukan tindakan tertentu
sesuai dengan situasi yang dihadapi. Misalnya ketika seseorang sedang bermain
bola, ia dapat melihat bola dan memahami situasi bola, sehingga ia dapat
memainkan bola sesuai dengan situasi. Gangguan pendengaran pada anak
tunarungu dapat menyebabkan munculnya gangguan perseptual motorik karena
keterampilan perseptual motorik dibentuk dari tiga komponen yaitu kesadaran
tubuh, kesadaran ruang, kesadaran arah dan kesadaran tempo. ruang lingkup
perkembangan motorik meliputi:
a. Kemampuan untuk melakukan gerakan kasar (gross motor)
b. Kemampuan untuk melakukan gerakan halus (fine motor)
c. Kemampuan dalam keseimbangan (balance)
d. Kemampuan koordinasi (coordination)

E. Asesmen Kemampuan Perilaku Sosial dan Emosi


Perkembangan sosial emosional pada anak-anak yaitu kemampuan untuk
berinteraksi serta memberikan respon terhadap sesuatu dan bertingkah laku
mengikuti norma masyarakat. Perkembangan ini berjalan sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan anak. Perkembangan sosial emosional adalah salah satu
dominan perkembangan yang sangat penting bagi anak-anak tanpa melihat
ketidakmampuannya. (Hayati dkk, 2014). Dalam konteks ini perkembangan sosial
meliputi dua aspek penting, yaitu kompetensi dan tangung jawab sosial.
Kompetensi sosial yaitu mengambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya
menginginkan sesuatu, ia mau bergantian. Sementara tangung jawab sosial yaitu
antara lain ditunjukan oleh komitmen anak terhadap tugastugasnya, menghargai
perbedaan individual, dan memperhatikan apa yang ada dilingkungannya.
DAFTAR RUJUKAN

Harwanti noviandari. 2019. Identifikasi Dini Guna Mengoptimalkan Kemampuan


Bahasa pada Anak Tuna Rungu Usia Pra Sekolah. Jurnal Psikologi. 6 (1) :
39-53
Ina Agustin. Penerapan identifikasi, Asesmen dan Pembelajaran bagi Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi.
Edustream : Jurnal Pendidikan dasar. 3 (2) : 72-80
Muchamad Irvan. 2020. Urgensi Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan
Khusus Usia Dini. Jurnal Ortopedagogia. 6 (2) : 108-112
Yuwita Dabis. 2019. Asesmen Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini.
Jambura Early Childhood Education Journal. 1 (2) : 55-65

Anda mungkin juga menyukai