Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PEMBELAJARAN ANAK KESULITAN BELAJAR

ASESMEN PERKEMBANGAN GANGGUAN PERILAKU ANAK


BERKESULITAN BELAJAR

Dosen Pengempu :
Dr. Irdamurni, M.Pd

Kelompok 6 :

1. Aviqtry (20003004)
2. Indah Tri Wahyuni (20003112)
3. Rosy Mahersa (20003143)

DEPARTEMEN PEDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang membutuhkan
sedikit pengetahuan tentang salah satu materi Pembelajaran ABB. Materi yang kami angkat dalam
makalah ini tentang Asesmen Perkembangan Gangguan Perilaku Anak Kesulitan belajar

Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Padang, September 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

C. Tujuan .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Instrument Asesmen Perkembangan Perilaku ....................................... 2

B. Analisis Hasil Asesmen Perkembangan Perilaku .................................. 7

C. Interpretasi Kemampuan Perilaku ......................................................... 8

D. Intervensi Gangguan Perilaku ............................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 12

B. Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu dia selalu tumbuh dan
berkembang. Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang
bersifat progresif, teratur dan saling berkaitan. Perkembangan merupakan interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi
perkembangan system neuromuskuler, bicara, emosi dan social. Semua fungsi tersebut
berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Dilihat dari aspek-aspek
perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. Meskipun demikian secara umum para ahli sepakat bahwa ada pola-pola
perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian besar manusia. Jika ada
aspek perkembangan anak yang berjalan di luar pola umum tersebut, mereka dapat
dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan perkembangan. Perbedaan itu ada
yang sifatnya lebih lamban atau lebih cepat dari kebanyakan anak-anak lain yang sebaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa instrument asesmen perkembangan perilaku?
2. Apa analisis hasil asesmen perkembangan perilaku?
3. Apa interpretasi kemampuan perilaku?
4. Apa intervensi gangguan perilaku?
C. Tujuan
1. Mengetahui instrument asesmen perkembangan perilaku
2. Mengetahui analisis hasil asesmen perkembangan perilaku
3. Mengetahui interpretasi kemampuan perilaku
4. Mengetahui intervensi gangguan perilaku
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengembangkan Instrument Asesemen Perkembangan Perilaku


Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku Sosial, meliputi: Perilaku akrab,
Meniru, Persaingan, Kerja sama, Simpati, Empati, Berbagi. Untuk mengetahui perilaku sosial
anak dengan melakukan kegiatan yang menimbulkan interaksi kepada orang lain. Misalnya, Anak
dikondisikan membawa bekal makanan. Kemudian, anak diminta berbagi bekal tersebut kepada
temannya. Dapat diamati bagaimana cara anak merespon atas instruksi tersebut.
Perilaku tidak sosial adalah sikap atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau hukum
yang berlaku dalam masyarakat umumnya. Perilaku tidak sosial biasanya ditunjukkan dengan
kurang bertanggung jawab terhadap apa yang telah ia lakukan. Orang-orang yang memiliki
kepribadian tidak sosial umumnya sering melanggar norma-norma ataupun peraturan yang ada.
Perilaku tidak sosial, meliputi: Negativisme, Perilaku berkuasa, Memikirkan diri sendiri. Untuk
mengetahui apakah anak memiliki perilaku tidak sosial adalah dengan melakukan kegiatan yang
menuntut untuk patuh terhadap aturan yang telah ditetapkan. Misalnya, Anak dikondisikan untuk
berada dalam suatu antrian. Dapat diamati bagaimana cara anak dalam mengantri dengan
beberapa opsi misalnya: mengantri dengan sabar dan sesuai aturan atau menerobos antrian
sehingga melanggar aturan.

Sudarsono (1993), emosi adalah suatu keadaan yang kompleks dari organism seperti
tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam organ tubuh yang
sifatnya luas, biasanya ditambahi dengan perasaan yang kuat yang mengarah ke suatu bentuk
tingkah laku atau perilaku tertentu. Erat hubungannya dengan kondisi tubuh, denyut jantung,
sirkulasi darah, pernapasan, dapat diekspresikan, seperti tersenyum, tertawa, menangis, dapat
merasakan sesuatu seperti merasa senang, merasa kecewa. Perilaku Emosi, meliputi: Kemarahan,
ketakutan, kegembiraan, afeksi. Untuk mengetahui apakah anak memiliki perilaku emosi adalah
dengan melakukan kegiatan yang membutuhkan pengendalian diri terhadap emosi yang muncul
sesuai kondisi di lingkungan sekitar. Misalnya, anak dikondisikan dalam kondisi yang memicu
emosi marah. Dapat diamati bagaimana sikap anak saat marah.
Menurut Sunanto, dkk (2013: 47), perilaku adaptif adalah perilaku yang telah disepakati dan
hidup bersama dengan kelompok masyarakat. Perilaku adaptif, seperti: suka bersosialisasi. Untuk
mengetahui apakah anak berperilaku adaptif adalah dengan melakukan kegiatan yang
menimbulkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Misalnya, anak dikondisikan untuk mematuhi
aturan yang ditetapkan oleh sekolah. Terdapat 2 opsi perilaku yang akan muncul. Dapat diamati
anak akan menaati aturan atau melanggar aturan tersebut.

Perilaku maladaptif artinya yang bersangkutan tidak lagi mampu menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan keadaan sekeliling secara wajar. Menurut Sunanto, dkk (2013: 48), perilaku
maladaptif adalah perilaku –perilaku yang tidak sesuai dengan kondisi perilaku umum yang
berlaku pada suatu kelompok masyarakat. Untuk mengetahui apakah anak berperilaku maladaptif
adalah dengan melakukan kegiatan yang menimbulkan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Misalnya, anak dikondisikan untuk mematuhi aturan yang ditetapkan di rumah. Terdapat 2 opsi
perilaku yang akan muncul. Dapat diamati anak akan menaati aturan atau melanggar aturan yang
telah ditetapkan di rumah.

Dalam rangka menentukan instrumen asesmen perilaku guru/ asesor membuat kisi-kisi
instrumen secara menyeluruh baik dalam salah satu komponen tertentu maupun seluruh
komponen dari perilaku. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat soal atau
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Setelah guru/asesor memahami secara komprehensif tentang keterampilan baik


pengertiannya maupun ruang lingkupnya, maka dengan mudah guru/ asesor membuat tabel kis-kisi
yang berisi kolom-kolom: (1) keterampilan, (2) subketerampilan, dan (3) indikator. Untuk lebih
jelasnya, berikut contoh tabel kisi-kisi instrumen asesmen perilaku.

Instrumen Asesemen Perkembangan Perilaku

No Intrumen Penilaian Ket

Ya Kadang Tidak

1 Perkembangan Social

1.1 Teman Sebaya

Suka menyendiri

Memilih-milih teman

Memiliki banyak teman


Pemalu

Meiliki permasalahan
berteman

Mau berbagi dengan teman

Mementingkan diri sendiri

Ikut merasakan jika temannya


sedih atau bersimpati

Mudah memulai percakapan

Kerja sama dalam bermaian

1.2 lingkungan sekolah

Mudah menyesuaikan diri


dengan lingkungan sekolah

Mau bekerjasama dengan


teman- teman di sekolah

Mau berbagi dengan teman-


teman di sekolah

Bersaing secara sehat dalarn


suatu game

Saling menghargai satu sama


lain

Mengerjakan tugas-tugas yang


diberikan guru

Dapat mematuhi aturan


sekolah

Santun terhadap guru

JUMLAH

2 Perkembangan Emosi
2.1 lingkungan sekolah

Suka bolos sekolah

Suka dongkol/ jengkel ketika


dinasehati guru

Cemas, takut, tegang ketika


disuruh tampil kedapan kelas

Berani tampil di depan kelas

Mudah tersinggung

Suka menangis

Suka melamun di dalam kelas

Mengantuk di dalam kelas

Rajin dalam belajar

Rajin dalam mengerjakan


tugas sekolah

Merasa puas dengan hasil


belajar yang baik

Konsentrasi salam belajar

JUMLAH

Keterangan :
Ya : skor 2
Kadang-kadang : skor 1
Tidak : skor 0

B. Analisis Hasil Asesmen Perkembangan Perilaku


Sama halnya dengan asesmen perkembangan yang lain, pada asesmen perkembangan
perilaku dilakukan dengan cara mengamati perilaku yang dimunculkan atau jawaban yang
diberikan mengenai kemampuan anak dalam berinteraksi sesuai dengan kondisi lingkungan
disekitarnya. Kemudian, hasil pengamatan dari setiap aspek perkembangan perilaku
didokumentasikan dalam bentuk catatan pada lembar observasi atau instrumen untuk
memperoleh hasil yang tepat sasaran. Sebelum kegiatan asesmen dilaksanakan, terdapat hal-hal
yang perlu dipersiapkan yaitu instrumen asesmen dan alat peraga sebagai pendukung
pelaksanaan asesmen disesuaikan dengan ketentuan pada instrumen.
Setelah melalui tahap persiapan, dilanjutkan dengan tahapan pengisian instrumen dengan
memberikan checklist pada kolom hasil dan mendeskripsikan perilaku anak saat asesmen
berlangsung dalam bentuk deskripsi. Seorang anak dikatakan tidak mengalami hambatan dalam
perkembangan perilaku jika mayoritas tugas dapat diselesaikan secara tepat dan sesuai dengan
kriteria kemampuan tertinggi yang telah disepakati (mayoritas menceklis angka 3 (Bisa
Melakukan)). Kriteria kemampuan pada kolom hasil yang telah disepakati seperti yang
tercantum pada contoh diatas meliputi: angka 1, 2 dan 3 dengan keterangan 1 adalah Tidak Bisa,
2 adalah Kurang Bisa melakukan dan 3 adalah Bisa Melakukan. Untuk dapat memperoleh
kesimpulan tersebut, dilakukan analisis hasil tugas atau jawaban siswa yang diperoleh dari
kegiatan asesmen, artinya mendeskripsikan hasil jawaban siswa kemudian
menginterpretasikannya dan membuat kesimpulan berupa kemampuan, hambatan yang dialami
dan kebutuhan belajar anak dalam kemampuan mengekspresikan emosi. Setelah mendapat
kesimpulan ketiga hal tersebut, maka dibuatkan rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau
guru bidang studi dan orang tua sebagai tim Program Pembelajaran Individual (PPI) guna
penentuan tujuan pembelajaran dan penyusunan program pembelajaran berkaitan dengan
pengembangan perilaku positif anak.

C. Interprestasi Hasil Analisis Gangguan Perilaku


Disini kami memberikan contoh dari interpretasi dari asesmen pertama, kedua dan ketiga yang
memperoleh hasil yaitu :
1. Dari kedua aspek anak memiliki persentase tinggi pada aspek perkembangan sosialnya
yaitu pada asesmen pertama anak memperoleh 44,7% , asesmen kedua 52,6% dan
asesmen ketiga 47,3% . Pada aspek perkembangan emosi anak memperoleh 41,6% di
asesmen pertama dan kedua namun mengalami peningkatan pada asesmen ketiga yaitu
45,8%.
2. Pada asesmen pertama kedua dan ketiga aspek perkembangan sosial memiliki persentase
yang lebih tinggi di mana anak memperoleh prilaku yang bermasalah pada pertemanan dan
lingkungan sekolahnya. .
• Curang dalam bermain
• Menganggu teman
• Tidak konsentrasi belajar,dll
Namun pada aspek perkembangan emosi asesmen pertama dan kedua memiliki nilai yang
sama dnamun mengalami peningkatan masalah pada asesmen ketiga
Jadi berdasarkan hasil tersebut kami mengambil kesimpulan bahwa anak memerlukan
penanganan/pembinaan pada kedua aspek yang diamati yaitu sosial dan emosi

D. Intervensi Gangguan Perilaku


Anak dengan gangguan perilaku (conduct disorder) sering bermasalah perilaku seperti
menentang, melanggar, agresif, berkelahi, dan sebagainya. Asesmen perilaku bermasalah perlu
dilakukan sebagai dasar intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan prosedur
Functional Behavior Assessment (FBA) sebagai salah satu pendekatan asesmen perilaku,
menemukan pola perilaku bermasalah anak dengan gangguan perilaku hasil FBA, dan
merumuskan rancangan intervensi berdasarkan hasil FBA.
Prosedur FBA berdasarkan hasil penelitian adalah (1) mendeskripsikan profil dan
karakteristik gangguan perilaku anak, (2) observasi dan analisa ABC perilaku bermasalah, dan (3)
pengisian skala motivasi perilaku bermasalah yang menunjukkan perilaku agresif subjek karena
tangible dan escape. Perilaku menolak pembelajaran subjek karena escape dan tangible. Pola
perilaku bermasalah menunjukkan seluruh subjek sering melakukan agresif fisik dan verbal;
pemicunya situasi tidak terstruktur, tidak diperhatikan, dan menginginkan sesuatu; dan
konsekuensinya adalah terhindar dari tugas, diperhatikan, dan mendapatkan keinginan. Perilaku
melanggar aturan pembelajaran/guru; pemicunya adalah situasi tidak terstruktur dan tidak
menarik, serta menginginkan sesuatu; dan konsekuensinya adalah terhindar dari tugas,
diperhatikan, dan mendapatkan keinginan.
Rancangan intervensi adalah keterampilan sosial, manajemen diri, dan mengatasi masalah di
sekolah sebagai target behaviors; strategi antecedents berupa pengaturan perilaku, pengaturan dan
konsistensi kegiatan dan aturan di sekolah dan pemberian materi ajar yang kontekstual dan sesuai
kemampuan anak; dan strategi consequences berupa penerapan konsekuensi perilaku yang
ditetapkan pada strategu antecedents.

Functional Behavior Assessment (FBA) dilaksanakan dalam beberapa tahap. Kegiatan


pertama adalah mempersiapkan instrumen FBA dan menentukan subjek penelitian berdasarkan
rekomendasi guru di sekolah dan penegakan diagnosis conduct disorder berdasarkan DSM IV.
Tahap berikutnya adalah pelaksanaan prosedur FBA dipaparkan secara singkat dalam bagan
berikut ini.

Data profil dan karakteristik gangguan perilaku subjek berguna untuk mengetahui tipe dan
intensitas gangguan perilaku pada subjek. Prosedur selanjutnya adalah observasi perilaku
menggunakan pendekatan ABC (antecedentbehavior-consequence) yang dilakukan oleh
peneliti dalam tujuh sampai sembilan series pengamatan partisipatif. Hasil pengamatan ABC
perilaku kemudian dikonfirmasi dengan pengisian Skala Motivasi Perilaku Durrand &
Crimmins oleh guru dengan didampingi peneliti.

1. Profil dan Karakteristik Gangguan Perilaku Subjek


Penjelasan mengenai profil dan karakteristik gangguan perilaku subjek terdiri dari
diskripsi mengenai karakteristik dan masalah kemampuan fungsional subjek
(komunikasi, adaptasi, interaksi sosial, dan akademik), ciri-ciri dan penegakan
diagnosis conduct disorder berdasarkan DSM IV, dan analisa hasil Tes Grafis. Secara
lebih singkat, hasil dari asesmen profil dan karakteristik gangguan perilaku.
2. Hasil Observasi dan Analisa Perilaku Pola ABC
Observasi perilaku dengan pola ABC dilakukan dengan mengamati aktivitas anak dan
mencatat perilaku bermasalah yang muncul (behavior), pemicu terjadinya perilaku
bermasalah (antecedents), dan akibat yang mengikuti (consequences). Observasi
dilakukan sebanyak 7-8 kali oleh peneliti. Analisa terhadap observasi ABC Perilaku
menemukan seting, pemicu perilaku bermasalah serta fungsi perilaku. Masing-masing
subjek menunjukkan dinamika perilaku yang berbeda. Pengamatan ABC Perilaku
kepada Subjek AJ dilakukan sebanyak tujuh kali dalam rentang waktu dua minggu.
Pengamatan dilakukan pada seting kelas, istirahat tanpa kegiatan terstruktur, pelajaran
ekstrakurikuler kelompok besar, dan olahraga.
3. Motivasi Perilaku Bermasalah pada Subjek
Pengukuran motivasi perilaku dilakukan untuk mengetahui dasar atau latar belakang
perilaku bermasalah. Motivasi perilaku diukur menggunakan Skala Motivasi Perilaku
Durrand & Crimmins. Pengukuran skala motivasi perilaku dilakukan untuk
mengkonfirmasi temuan observasi perilaku ABC. Hasil pengukuran Skala Motivasi
Perilaku menunjukkan motivasi perilaku bermasalah yang paling dominan pada subjek
adalah tangible (mendapatkan benda atau aktivitas yang disukai) dan escape
(menghindar tugas). Motivasi perilaku bermasalah berikutnya adalah attention (mencari
perhatian).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan


untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku Sosial, meliputi:
Perilaku akrab, Meniru, Persaingan, Kerja sama, Simpati, Empati, Berbagi. Untuk
mengetahui perilaku sosial anak dengan melakukan kegiatan yang menimbulkan
interaksi kepada orang lain. Perilaku tidak sosial adalah sikap atau perilaku yang tidak
sesuai dengan norma atau hukum yang berlaku dalam masyarakat umumnya. Perilaku
tidak sosial biasanya ditunjukkan dengan kurang bertanggung jawab terhadap apa yang
telah ia lakukan. Orang- orang yang memiliki kepribadian tidak sosial umumnya sering
melanggar norma-norma ataupun peraturan yang ada. Perilaku tidak sosial, meliputi:
Negativisme, Perilaku berkuasa, Memikirkan diri sendiri. Untuk mengetahui apakah anak
memiliki perilaku tidak sosial adalah dengan melakukan kegiatan yang menuntut untuk
patuh terhadap aturan yang telah ditetapkan.

B. Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk menyempurnakan makalah agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Hairina, Y. (2013). Intervensi untuk Mengatasi Gangguan Perilaku Menentang Anak dengan
Parent Management Training. Mu’adalah Jurnal Studi Gender Dan Anak, 1(1), 81–89.

Mahabbati, A. (2014). POLA PERILAKU BERMASALAH DAN RANCANGAN


INTERVENSI PADA ANAK TUNALARAS TIPE GANGGUAN PERILAKU (
CONDUCT DISORDER ) BERDASARKAN FUNCTIONAL BEHAVIOR
ASSESSMENT Aini Mahabbati Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Pendahuluan Anak
tunalaras termasuk dari anak. Dinamika Pendidikan, 21(1), 1–21.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=282843&val=7192&title=Pola
Perilaku Bermasalah dan Rancangan Intervensi pada Anak Tunalaras Tipe Gangguan
Perilaku (Conduct Disorder) Berdasarkan Fungsctional Behavior Assesment

Yuwono, I., & Pd. (2019). Instrumen Asessmen Perkembangan.


.

Anda mungkin juga menyukai