Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENJAS ADAPTIF TUNA LARAS

DOSEN PENGAMPU :
BangkitYudhoPrabowo, M.Or

KELOMPOK 6

RIZKA PUTRA A1H121030


ANTOMIUS SIRIMETUK A1H121123
FAJAR RAMADHONI A1H121128
ISTIQOMAH A1H121132
SyahrulFadholi A1H121215
MHD. IIDFI HANIF A1H121218
M. Ferdyan Andaru Dewanata A1H121126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Alhamdulillahirrabil ‘alamin, Segalapuji dan syukurkehadirat Allah Swt.


yang masihmemberikankaruniabesertarahmat dan nikmat-Nya, sehinggasaya bisa
menyelesaikanpenulisanmakalah “AnakBerkebutuhanKhususTunaLaras”
inidengansebaik-baiknya.

Adapuntujuanpenulisanmakalahiniadalahuntukmemenuhitugas mata
kuliahPendidikanAnakBerkebutuhanKhusus dan PermasalahanAnakUsiaDini

dan yang
lebihpentingnyayakniuntukmenambahilmupengetahuankepadakitasebagaimahasis
watentangAnakBerkebutuhanKhususTunaLaras. Sebelumnya,
ucapanterimakasihjugadihaturkankepadasemuapihak yang telahmembantu dan
mendukungdalam proses penyelesaianmakalahini.

Didalammakalahinitentunyatakluput dari kesalahan dan kekurangan, baik


dari segiisinya, bahasa, analisismaupun yang lainnya. Maka dari itu,
komentarmaupunkritik dan
saransangatdibutuhkanolehpenulisuntukmemperbaikihasilkaryakedepannya. Akhir
kata, sekian dan terimakasih.

Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

 Jambi, 12 Maret 2023

                                                                                                   
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Tuna laras................................................................3


B. Faktor Penyebab Anak Tuna laras......................................................5
C. Klasifikasi Anak Tuna laras...............................................................6
D. Karakteristik Anak Tuna laras............................................................7
E. Kebutuhan Pendidikan Anak Tuna laras............................................9
F. Olahraga Yang DapatDilakukanAnak Tuna Laras.............................10

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................19
B. Saran...................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini banyak anak-anak yang mengalami gangguan emosi
dan perilaku diisolasi dari teman-temannya yang lain bukan karena mereka
dikucilkan dari teman-temannya tapi karena mereka mulai berkelahi dengan
kemarahan dan agresi. Merekakasar, merusak, tidakterprediksi,
tidakbertanggungjawab, mudahmarah, membangkang, danlain – lain. Anak-
anaktersebutdigolongkandalamanak-anak tuna laras.

Semakinmeningkatnyajumlahanak-anak tuna
larasmembuatparaahlisemakinmenggalitentanghaltersebut. Anak-
anakdanremaja yang mengalamigangguanemosidanperilakuadalahtipeindividu
yang
sulitdalamberteman.Masalahterbesarbagimerekaadalahuntukmembangunkeakra
bandengan orang lain danmengikatkanemosidengan orang lain yang
dapatmembantumereka. Bahkanjikamerekaberteman,
makamerekaakanbertemandengankelompokteman yang salah.

Lalu dari mana masalahmuncul? Apakahdimulai dari perilakuanak-


anaktunalaras yang membuat orang-orang di sekitarnyamarah, frustasi, dan
terganggu? Ataudimulai dari lingkungansoasial yang
tidaksesuaisertatidaknyaman yang menyebabkananak-anaktersebutmenyerang
orang lain?
Pemikiranterbaiksaatiniadalahbahwamasalahtidakhanyaterdapatpadadirianak-
anakataupun dari lingkungansekitarnya.
Masalahtersebutmunculkarenainteraksisosialantaraanak-
anakdanlingkungansosialtidaksesuai.

Olehkarenaitupadakesempatan kali ini,


sayaakanmembahastentanganak-anak yang
mengalamigangguanemosidanperilakuatau yang biasakitasebutsebagai tuna
laras.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anak tuna laras?
2. Apa faktor penyebab anak tuna laras?
3. Bagaimana klasifikasi anak tuna laras?
4. Bagaimana karakteristik anak tuna laras?
5. Bagaimana kebutuhan pendidikan anak tuna laras?
6. Olahragaapasaja yang dapatdilakukananaktnalaras?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari anak tuna laras.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab anak tuna laras.
3. Untuk mengetahui klasifikasi anak tuna laras.
4. Untuk mengetahui karakteristik anak tuna laras.
5. Untuk mengetahui kebutuhan pendidikan anak tuna laras.
6. Untuk mengetahui olahragaapasajauntuk anak tuna laras.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Tuna Laras


Istilah resmi “tuna laras” baru dikenal dalam dunia Pendidikan Luar Biasa
(PLB). Istilah tuna laras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan
“laras” berarti sesuai. Jadi, anak tuna laras berarti anak yang bertingkah laku
kurang sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan
norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat tempat ia berada.
Penggunaan istilah tuna laras sangat bervariasi berdasarkan sudut pandang
tiap-tiap ahli yang menanganinya, seperti halnya pekerja sosial menggunakan
istilah social maladjustment terhadap anak yang melakukan penyimpangan
tingkah laku. Para ahli hukum menyebutnya dengan juvenile delinquency.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa tuna laras
adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang
dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Sementara itu masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah
anak nakal. Seperti halnya istilah, definisi mengenai tuna laras juga beraneka
ragam. Berbagai definisi yang diadaptasi oleh Lynch dan Lewis (1988) adalah
sebagai berikut.
1. Public Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat)
mengemukakan pengertian tuna laras dengan istilah gangguan emosi, yaitu
gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau
lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat
yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar:
a. ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor
kecerdasan, pengindraan atau kesehatan;
b. ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan teman
dan guru;
c. bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal;
d. perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus;
e. cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-
masalah sekolah.
2. Kauffman (1977) mengemukakan bahwa penyandang tuna laras adalah anak
yang secara kronis dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya
dengan cara sosial yang tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak
menyenangkan tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara sosial
dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.
3. Sechmid dan Mercer (1981) mengemukakan bahwa anak tuna laras adalah
anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan
tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun
telah menerima layanan belajar serta bimbingan, seperti anak lain.
Ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan
belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, saraf atau inteligensia.
4. Nelson (1981) mengemukakan bahwa tingkah laku seorang murid dikatakan
menyimpang jika:
a. menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal
menurut usia dan jenis kelaminnya;
b. penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas tinggi;
c. penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
Dari beberapan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membuat definisi atau
batasan mengenai tuna laras sangatlah sulit karena definisi tersebut harus
menggambarkan keadaan anak tuna laras secara jelas. Beberapa komponen
yang penting untuk diperhatikan adalah:
a. Adanya penyimpangan perilaku yang terus-menerus menurut norma yang
berlaku sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan
penyesuaian diri
b. Penyimpangan itu tetap ada walaupun telah menerima layanan belajar
serta bimbingan
B. Faktor Penyebab Anak Tuna Laras
Penyebab kentuna larasan menurut Sutjihati Somantri (2007: 143-147)
meliputi :
1. Kondisi atau Keadaan Fisik
Masalah kondisi atau keadaan fisik kaitannya dengan masalah tingkah laku
disebabkan oleh disfungsi kelenjar endoktrin yang dapat mempengaruhi
timbulnya gangguan tingkah laku atau dengan kata lain kelenjar endoktrin
berpengaruh terhadap respon emosional seseorang. Disufungsi kelenjar
endoktrin merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatan. Kelenjar
endoktrin ini mengeluarkan hormon yang mempengaruhi tenaga seseorang.
Bila secara terus menerus fungsinya mengalami gangguan, maka dapat
berakibat terganggunya perkembangan fisik dan mental seseorang, sehingga
akan berpengaruh terhadap perkembangan wataknya.
2. Masalah Perkembangan
Setiap memasuki fase perkembangan baru, individu dihadapkan pada
berbagai tantangan atau krisis emosi. Anak biasanya dapat mengatasi krisis
emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru yang berasal dari
adanya proses kematangan yang menyertai perkembangan. Apabila ego
dapat mengatasi krisis ini, maka perkembangan ego yang matang akan
terjadi sehingga individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
atau masyarakat. Sebaliknya apabila individu tidak berhasil menyelesaikan
masalah tersebut maka akan menimbulkan gangguan emosi dan tingkah
laku. Adapun ciri yang menonjol yang nampak pada masa kritis ini adalah

sikap yang menentang dan keras kepala.

3. Lingkungan Keluarga
Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga
memiliki pengaruh yang demikian penting dalam membentuk kepribadian
anak. Keluargamerupakanpeletakdasarperasaanaman (emotional security)
padaanak, dalamkeluarga pula
anakmemperolehpengalamanpertamamengenaiperasaandansikapsosial.Ling
kungankeluarga yang
tidakmampumemberikandasarperasaanamandandasaruntukperkembanganso
sialdapatmenimbulkangangguanemosidantingkahlakupadaanak.Terdapatbeb
erapafaktordalamlingkungankeluarga yang
berkaitandenganmasalahgangguanemosidantingkahlaku,
diantaranyakasihsayangdanperhatian,
keharmonisankeluargadankondisiekonomi.

4. Lingkungan Sekolah
Sekolahmerupakantempatpendidikan yang
keduabagianaksetelahkeluarga.Sekolahtidakhanyabertanggungjawabterhada
pbekalilmupengetahuan,
tetapibertanggungjawabjugaterhadappembinaankepribadiananakdidiksehing
gamenjadiseorangindividudewasa.Timbulnyagangguantingkahlaku yang
disebabkanlingkungansekolahantaralainberasaldari guru
sebagaitenagapelaksanapendidikandanfasilitaspenunjang yang
dibutuhkananakdidik. Perilaku guru yang
otoritermengakibatkananakmerasatertekandantakutmenghadapipelajaran.An
aklebihmemilih bolos danberkeluyuranpada jam pelajaran. Sebaliknyasikap
guru yang
terlampaulemahdanmembiarkananakdidiknyatidakdisiplinmengakibatkanan
akdidikberbuatsesukahatidanberanimelakukantindakan-
tindakanmenentangperaturan.

5. Lingkungan Masyarakat
Di dalam lingkungan masyarakat juga terdapat banyak sumber yang
merupakan pengaruh negatif yang dapat memicu munculnya perilaku
menyimpang. Sikap masayarakat yang negatif ditambah banyak hiburan
yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak merupakan sumber
terjadinya kelainan tingkah laku. Selanjutnya konflik juga dapat timbul pada
diri anak sendiri yang disebabkan norma yang dianut di rumah atau keluarga
bertentangan dengan norma dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.

C. Klasifikasi Anak Tuna Laras


Pengklasifikasian anak tuna laras banyak ragamnya diantaranya sebagai
berikut.
1. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Rosembera dkk. (1992) adalah Anak
tuna laras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang berisiko tinggi dan
rendah. Tingkah laku yang berisiko tinggi, yaitu hiperaktif, agresif,
pembangkang, delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan sosial,
sedangkan yang berisiko rendah, yaitu autisme dan skizofrenia. Secara
umum anak tuna laras menunjukkan ciri-ciri tingkah laku yang ada
persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu kekacauan tingkah laku,
kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif.
2. Sistem klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Quay, 1979
yang dialih bahasakan oleh Moh. Amin, dkk (Astati : 2000) adalah sebagai
berikut.
a. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder)
mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan
dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, hiperaktif.
b. Anak yang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang
pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka, dan penurut. Mereka
tertekan batinnya.
c. Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak
ada perhatian, lambat, tak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan
pendiam. Mereka mirip seperti anak autistik.
d. Anak agresi sosialisasi (socialized-aggressive) mempunyai ciri atau
masalah perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang
bersosialisasi dengan “gang” tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam
perilaku pencurian dan pembolosan. Mereka merupakan suatu bahaya
bagi masyarakat umum.

D. Karakteristik Anak Tuna Laras


Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman
(1986), berdasarkan dimensi tingkah laku anak tuna laras adalah sebagai
berikut.

1. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan ciri-ciri:


suka berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk, membangkang,
menantang, merusak milik sendiri atau milik orang lain, kurang ajar,
lancang, melawan, tidak mau bekerja sama, tidak mau memperhatikan,
memecah belah, ribut, tidak bisa diam, menolak arahan, cepat marah,
menganggap enteng, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam,
pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, suka
bersoal jawab, tak sanggup berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal
berbuat salah, egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah.
2. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri dengan ciri-ciri yaitu
ketakutan, kaku, pemalu, segan, terasing, tak berteman, rasa tertekan, sedih,
terganggu, rendah diri, dingin, malu, kurang percaya diri, mudah bimbang,
sering menangis, pendiam, suka berahasia.
3. Anak yang kurang dewasa dengan ciri-ciri, yaitu pelamun, kaku, berangan-
angan, pasif, mudah dipengaruhi, pengantuk, pembosan, dan kotor.
4. Anak yang agresif bersosialisasi dengan ciri-ciri, yaitu mempunyai
komplotan jahat, mencuri bersama kelompoknya, loyal terhadap teman
nakal, berkelompok dengan geng, suka di luar rumah sampai larut malam,
bolos sekolah, dan minggat dari rumah.
Berikut ini akan dikemukakan karakteristik yang berkaitan dengan
segi akademik, sosial/emosional, fisik/kesehatan anak tuna laras.

1. Karakteristik Akademik
Akibat penyesuaian sosial yang buruk maka dalam belajarnya
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.
b. Sering kali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk
tindakan discipliner.
c. Sering kali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya.
d. Sering kali membolos sekolah.
e. Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu
istirahat.
f. Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan
dari petugas kesehatan atau bagian absensi.
g. Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi.
h. Lebih sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang.
i. Lebih sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda lalu
lintas.
j. Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan.
2. Karakteristik Sosial/Emosional
Karakteristik sosial/emosional anak tuna laras dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Karakteristik sosial
1) Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan ciriciri:
perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar
norma budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah, dan
rumah tangga.
2) Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak
mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap
membangkang atau menentang, dan tidak dapat bekerja sama.
3) Melakukan kejahatan remaja, seperti telah melanggar hukum.
b. Karakteristik emosional
1) Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti
tekanan batin dan rasa cemas.
2) Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan
sangat sensitif atau perasa.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tuna laras ditandai dengan adanya
gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan (Tik). Sering kali
anak merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, ia mudah
mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap kesehatannya, merasa seolah -
olah sakit. Kelainan lain yang berwujud kelainan fisik, seperti gagap, buang
air tidak terkendali, sering mengompol, dan jorok.

E. Kebutuhan Pendidikan Anak Tuna Laras


Kebutuhan pendidikan anak tuna laras diharapkan dapat mengatasi
problem perilaku anak tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Berusaha mengatasi semua masalah perilaku akibat kelainannya dengan
menyesuaikan lingkungan belajar maupun proses pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi anak tuna laras.
2. Berusaha mengembangkan kemampuan fisik sebaik-baiknya,
mengembangkan bakat dan kemampuan intelektualnya.
3. Memberi keterampilan khusus untuk bekal hidupnya.
4. Memberi kesempatan sebaik-baiknya agar anak dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan atau terhadap norma-norma hidup di
masyarakat.
5. Memberi rasa aman, agar mereka memiliki rasa percaya diri dan mereka
merasa tidak tersia-siakan oleh lingkungan sekitarnya.
6. Menciptakan suasana yang tidak menambah rasa rendah diri, rasa bersalah
bagi anak tuna laras. Untuk itu, guru perlu memberi penghargaan atas
prestasi yang mereka tampilkan sehingga mereka merasa diterima oleh
lingkungannya.

F. Olahragaapasaja yang dapatdilakukananaktunalaras


a. Olahraga yang menggunakan alat, misalnya: sepak bola, lempar
bola, permainan musik, seni pahat, seni lukis permainan warna.
b. Olahraga tanpa alat, antara lain: permainan tebak-tebakkan,
permainan bahasa, permainan mendengarkan.
Kegiatan bermain yang akan dilakukan oleh para anak berperilaku agresif ini
hendaknya disesuaikan dengan karakteristik anak. Misalkan anak berperilaku
agresif ini mempunyai karakteristik yaitu selalu menyerang fisik sehingga
perilaku menyimpang mereka diarahkan pada keterampilan seni pahat.
Dengan begitu perilaku mereka dapat disalurkan ke arah positif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut istilah, anak tuna laras adalah anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan
lingkungan. Perilakunyaseringbertentangandengan norma-norma yang terdapat di masyarakat
tempat ia berada. Penggunaan istilah tuna laras sangat bervariasi berdasarkan sudut pandang
tiap-tiap ahli yang mengemukakannya. Faktorpenyebabanak tuna
larasdiantaranyaadalahkondisiataukeadaanfisik, masalahperkembangan, lingkungankeluarga,
lingkungansekolah, lingkunganmasyarakat

Pelayanan untuk anak tuna laras dapat dilakukan dengan teknik penyembuhan dan program
pendidikan berdasarkan pada berbagai model, diantaranya adalah model biogenetik, model
behavioral, psikodinamika, dan model ekologis. Teknikpendekatan/caramengatasimasalah
perilaku anak tuna laras adalah gabungan dari model di atas. Seperti teknik perawatan dengan
obat, modifikasi perilaku, strategi psikodimanika, dan ekologis.

DAFTAR PUSTAKA
Astati. 2000.“Pengantar PendidikanLuarBiasa”.Banten: Balai PenerbitFakultasIlmuPendidikan dan
KeguruanUniversitasTerbuka.

http://eprints.uny.ac.id/9896/3/BAB%205%20-%200810324907.pdf

Anda mungkin juga menyukai