Disusun oleh:
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengenali dan mengetahui anak yang bermasalah?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan anak bermasalah?
3. Bagaimana cara mengatasi anak yang bermasalah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengenali dan mengetahui anak yang
bermasalah.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan anak bermasalah.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak yang bermasalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ada tiga kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk melihat bagaimana
masalah pada anak;
a. Kriteria Statistik. Perkembangan dari rata-rata orang yang biasanya tergambar
dari norma-norma statistik.
b. Kriteria Sosial. Berbeda dengan norma sosial yang ada. Sebagai contoh pada
masyarakat tertentu, ada pranata atau aturan sosial yang mengharapkan perilaku
5
yang sesuai dengan adat istiadat yang sudah turun menurun. Tingkah laku apapun
yang dianggap menyimpang dari aturan sosial tersebut dianggap bermasalah,
aaupun mungkin perilaku tersebut bermaksud lebih baik.
c. Kriteria penyesuaian diri. Menurut kriteria ini merujuk pada perilaku yang
dianggap meresahkan bahkan menggangu perkembangan diri sendiri atau
lingkungan sekitar seperti; perilaku agresif, berbohong, kecemasan yang terus
menerus.
Wood (dalam Gallagher, 1986) menyatakan bahwa suatu definisi perilaku
bermasalah, atau serangkaian perbuatan yang mengikuti definisi itu perlu memiliki
empat elemen yang harus diperhatikan, yaitu;
a) Elemen pengganggu
Anak yang selalu nangis atau sulit diatur belum tentu menjadi sumber
masalah, karena ia mungkin berperilaku demikian disebabkan ada sumber
masalah yang berasal dari teman lain ataupun lingkungan keluarga bahan
lingkungan disekolah.
b) Elemen perilaku bermasalah
Hal yang perlu diingat adalah anatar anak satu dengan anak yang lain
memiliki keunikan atau ciri khas sendiri sehingga menonjolkan bakat minat
anakpun berbeda dalam memilih aktivitas atau kegiatan.
c) Elemen keadaan/lingkungan
Keadaan atau lingkungan tertentu sering kali menjadi faktor pemicu
timbulnya perilaku yang bermasalah. Hal ini mungkin dapat disebabkan anak
yang sensitif atau memang lingkungan yang membuat anak menjadi tertekan,
sehingga munculnya respons-respons yang tidak dikehendaki.
d) Elemen yang terganggu
Dalam hal ini pendidik diharapkan untuk bertindak bijaksana dalam menilai
perilaku anak yang sebenarnya, tanpa harus menerima begitu saja informasi yang
masuk.
Fungsi pendidikan adalah membentuk perilaku anak agar anak dapat
mengikuti proses sosial seperti bermain dengan teman sebaya, berinteraksi dengan
keluarga dan mengikuti proses belajar di dalam kelas. Dalam proses pendidikan ada
beberapa anak yang tidak mampu mengikuti proses belajar di taman kanak-kanak
karena memiliki perilaku yang buruk. Perilaku bermasalah tersebut muncul dalam
gejala oppositional defiant. Perilaku bermasalah oppositional defiant adalah
perilaku yang memiliki kecenderungan untuk menentang dan melawan orangtua
atau guru. Kasus-kasus perilaku menentang dan melawan memang terlihat seperti
gejala yang sepele pada anak namun berdasarkan penelitian, diagnosa gangguan
secara klinis dapat diterapkan terhadap anak usia prasekolah.
Dalam mencapai tingkat perkembangan anak, akan sering ditemukan
berbagai masalah yang akan ditemui. Masalah yang muncul akan bervariasi, mulai
dari perkembangan kemampuan bahasa anak, daya pikir (kognitif), daya cipta
(kreatifitas), keterampilan motorik, dan penyesuaian diri. Masalah yang cenderung
muncul adalah sifat agresif pada anak, contohnya anak suka bertengkar, membuat
kegaduhan dikelas, merusak barang milik orang, merebut mainan temannya,
6
menendang, menjambak, memukul, dan perilaku agresif lainnya yang merugikan
diri sendiri serta orang lain.
Dampak untuk anak yang memiliki perilaku agresif yakni akan dijauhi
teman- temannya, sedangkan dampak untuk anak lain, mereka akan merasa resah,
merasa terancam, dan tidak nyaman, sehingga anak lain yang ingin belajar
dilingkungan sekolah tidak bisa berkonsentrasi. Apabila perilaku agresif pada anak
tidak cepat ditangani, maka akan menjadi kerugian dan berdampak negatif terutama
untuk diri anak itu sendiri.
Ditemukan beberapa masalah-masalah perkembangan sosial dan emosi
pada anak usia dini yaitunya: anak sering takut tampil kedepan serta sering
menangis ketika ditinggal oleh orang tuanya di dalam kelas, sering cemburu kepada
teman-temannya, dan anak juga sering iri hati, ingin tahu yang tinggi serta
hipersensitif dan agresifitas. Identifikasi masalah penelitian ini adalah:
1) Masalah Internal
Masalah internal adalah masalah yang berpangkal dari kondisi
murid itu sendiri. Masalah tersebut bisa disebabkan dari adanya kelainan
fisik maupun kelainan psikis.
a) Kelainan fisik
Anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk
hadir di tengah-tengah temannya yang normal. Kelainan-kelainan yang
terjadi pada fisik diantaranya ialah buta, bermata satu, tuli, kaki kecil
satu, atau bahkan lumpuh total.
b) Kelainan psikis
Kelainan psikis ialah kelainan yang terjadi pada kemampuan
berpikir (kecerdasan) seorang anak. Kelainan psikis dikategorikan pada
kelainan psikis inferior (lemah) maupun kelainan psikis superior (kuat).
Anak-anak memiliki taraf kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda.
7
2) Masalah Eksternal
a) Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal
oleh anak. Orang tua otoriter akan memperlakukan anak secara otoriter.
Anak yang dididik secara otoriter akan tumbuh dan berkembang sebagai
anak yang otoriter dan keras kepala. Anak-anak yang dibesarkan dengan
segala kemudahan juga akan mempunyai kesan bahwa segalanya itu
mudah. Anak akan sangat terpukul jika terpaksa harus menghadapi
beberapa kesulitan, bahkan tidak sedikit anak melakukan
pemberontakan.
b) Pergaulan
Lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah lingkungan
masyarakat atau lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan juga
memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan psikis anak, jika
lingkungan baik, anak akan cenderung menjadi baik, jika lingkungan
jelek anak pun ada kecenderungan memiliki kepribadian jelek.
c) Pengalaman hidup
Pengalaman-pengalaman di masa lalu biasanya tidak mudah
dilupakan oleh siswa, semuanya tersimpan rapi dalam ruang ingatan.
Siswa yang bodoh sering tak diperhatikan oleh gurunya. Suatu saat
ketika siswa berbuat keributan dan ternyata dengan cara itu dia
diperhatikan gurunya, karena siswa tersebut butuh diperhatikan oleh
gurunya, maka sesuai dengan pengalamannya siswa pun senantiasa
berbuat keributan dan keributan baginya menjadi suatu keharusan.
Faktor-faktor perilaku bermasalah pada siswa dipicu oleh banyak
factor yang mempengaruhinya. Emmer dan Evertson (2009:229)
mengemukakan bahwa factor-faktor perilaku bermasalah timbul dari
pemicu stress misalnya perlakuan yang kasar, kematian salah satu
anggota keluarga, orang tua yang tidak bekerja, penyakit yang serius
atau perceraian orang tua yang dialami siswa di rumah atau tempat
lainnya.
8
berpotensi lebih tinggi menjadi pelaku kekerasan. Oleh sebab itu, penting untuk
bisa mengasuh dan memberi bimbingan pada anak sebagai cara mengatasi
kenakalan remaja. Akan tetapi, usahakan untuk tetap bicara dengan ramah dan
tenang.
2) Tetapkan aturan dan batasan pada anak
Cara lain mengatasi kenakalan remaja yaitu tetapkan aturan dan batasan
pada anak sejelas mungkin. Sebagai orangtua, Anda harus bisa menghormati setiap
anggota keluarga dan menghargai setiap pendapat, termasuk anak Anda. Oleh sebab
itu, tanggapi kenakalan anak remaja Anda dengan adil dan sesuai. Hindari marah
secara berlebihan. Sebagai contoh, jika anak Anda melakukan suatu kenakalan dan
sulit diatur, Anda bisa menentukan hukuman yang setimpal sesuai dengan
kesepakatan antara Anda dan anak. Namun jika diperlukan, Anda bisa meminta
pertolongan kepada dinas sosial, misalnya anak Anda diketahui menggunakan obat-
obatan terlarang atau NAPZA.
3) Ajarkan anak cara mengatur perilaku yang baik
Anak yang pernah melakukan atau mengalami kenakalan terkadang masih
sulit untuk mengendalikan perilakunya dengan baik. Sebagai cara mengatasi
kenakalan remaja, Anda harus bisa membantu anak mengatur perilakunya agar bisa
menjadi lebih baik. Dengan mendidik anak cara berperilaku yang baik, Anda bisa
membantu mereka menghindari diri terlibat ke dalam masalah atau kenakalan
lainnya. Anak pun bisa memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi
yang lebih baik dan sukses.
4) Tingkatkan pengetahuan dan pemahaman Anda tentang perkembangan
remaja
Agar bisa memahami segala perilaku anak Anda, penting untuk memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang perkembangan psikologi anak
sebagai remaja. Dengan pemahaman yang cukup, Anda bisa mengetahui respons
yang paling tepat untuk mengahadapi dan menangani perilaku anak Anda, termasuk
jika ia melakukan suatu kenakalan.
5) Ketahui di mana dan dengan siapa anak Anda berada
Buat rumah senyaman mungkin, bukan hanya untuk anak Anda tetapi juga
teman-temannya. Ini bisa membuat anak dan temannya mau bermain dan
menghabiskan waktu di rumah, dibandingkan pergi keluar rumah. Dengan begitu,
Anda bisa lebih mudah mengawasi apa yang anak lakukan, sekaligus mengenal
dengan siapa saja anak berteman.
6) Cari bantuan dan saran ahli
Bila diperlukan, Anda bisa mencari bantuan dan saran dari para ahli, seperti
para petugas di dinas sosial. Anda bisa mencari tahu dan meminta saran terkait
bagaimana cara menjadi orangtua yang baik untuk anak Anda dan kendala apa saja
yang mungkin Anda hadapi. Seperti meminta saran cara mengatasi kenakalan
remaja yang dilakukan oleh anak Anda dan mencegah hal tersebut terjadi kembali
di kemudian hari.
9
7) Biarkan anak menjalani hukuman yang ditetapkan
Jika kenakalan yang dilakukan oleh anak Anda cukup serius, ia mungkin
harus menjalani hukuman sesuai dengan usia anak. Remaja termasuk golongan di
bawah umur yang harus dipisahkan dari orang dewasa saat harus menjalani
hukuman setelah ditetapkan melalui proses hukum atau pengadilan. Oleh karena
itu, remaja yang melakukan kenakalan atau pelanggaran hukum tidak akan masuk
ke dalam penjara umum. Akan tetapi, ia mungkin menjalani hukuman lain, seperti:
• penjara anak,
• tahanan rumah,
• terapi intensif dan konseling,
• terapi perilaku,
• penyitaan barang, atau
• pembayaran denda.
8) Selalu beri dukungan pada anak Anda
Bukan hanya menyalahkan anak saat ia diketahui terlibat kenakalan remaja,
tetapi Anda juga harus bisa memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak
selama mengahadapi masa-masa sulit akibat apa yang telah dilakukan. Setelah
ketahuan melakukan kenakalan, anak mungkin harus menjalani terapi, pengobatan,
atau aktivitas lainnya untuk membantunya pulih dan mengatasi perilaku yang
menyimpang. Selama masa tersebut, Anda diharapkan untuk terus bisa
mendampingi anak agar ia bisa merasa mendapat dukungan dari orang-orang di
sekitarnya, terutama kedua orangtuanya, untuk bisa menjadi lebih baik. Terlebih,
melansir dari jurnal BJPsych Bulletin, remaja yang pernah melakukan kenakalan
diketahui lebih rentan mengalami gangguan mental yang cukup parah,
dibandingkan dengan remaja pada umumnya.
Itu adalah beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai orangtua untuk
mengatasi kenakalan pada remaja. Dengan penanganan yang tepat, Anda juga bica
mencegah anak kembali melakukan kenakalan yang sama.
Di antara berbagai teknik yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk
membantu menangani permasalahan anak adalah sebagai berikut.
a. Latihan
b. Permainan
10
d. Pengkondisian (conditioning)
f. Konseling
G. Follow-Up (Lanjutan)
Jika memang hal tersebut tidak juga bisa mengubah sifat dan perilaku anak
yang bermasalah maka hal yang harus dilakukan adalah dengan menindaklanjuti
hal tersebut kepada seorang yang lebih ahli pada bidang tersebut seperti misalnya
guru BK di sekolah, konselor atau ahli lainnya yang bersangkutan.
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2017), h.1
Muazar Habibi, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Deepublish Publisher,
2015), h. 58
https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/cara-mengatasi-
kenakalan-remaja/
13