Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIMBINGAN BAGI ANAK

BERPERILAKU BERMASALAH
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MATEMATIKA DASAR
DOSEN PENGAMPU: Drs. MASTURI, MM

Disusun Oleh Kelompok 10:

1. Adel Refalia : (202333117)


2. Ridwan Fadlullah : (202333133)
3. Aisyah Nungki Wulandari : (202333138)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling di SD dengan judul “Bimbingan bagi anak berperilaku
bermasalah” dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak khususnya Dosen pengampu Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling di SD, yang telah
membimbing kami Drs. Masturi, MM. Dalam proses penyusunan ini dari awal hingga akhir.

Kami sebagai penulis menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari kalangan semua pembaca untuk perbaikan makalah ini,
agar dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga dengan adanya makalah
ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan semua kalangan pembaca. Terimakasih.

Kudus, 18 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………………………ⅰ

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..ⅱ

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....ⅲ

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………
A. Pengertian Berprilaku Bermasalah………………………………………………..2
B. Bentuk Bentuk berprilaku bermasalah……………………………………………3
C. Karakteristik Perkembangan Anak Berprilaku Bermaslah……………………….4
D. Teknik Teknik dan Mengatasi Anak Berprilaku Bermasalah…………………….5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………….7
B. Saran………………………………………………………………………………7
C. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi guru bkan semata-
mata perilaku itu destruktif atau menganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk
perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama dengan
teman merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik, dan hal
itu merupakan perilaku bermasalah. Guru hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang
nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku murid yang sesungguhnya.

Peserta didik Sekolah Dasar merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap
masalah individu merupakan penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu murid
bermasalah memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap peserta didik yang
bermasalah.

Pendekatan bimbiingan perkembangan membawa implikasi bahwa pengahmpiran


pada perilaku peserta didik yang bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-
masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak yang bermasalah?
2. Apa saja bentuk-bentuk perilaku bermasalah?
3. Apa saja karakteristik perkembangan anak yang berperilaku bermasalah ?
4. Bagaimana teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah ?

C. Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui Pengertian anak yang berperilaku bermasalah
2. Mengetahui bentuk-bentuk bermasalah
3. Mengetahui karakteristik perkembangan anak yang berperilaku bermasalah.
4. Mengetahui teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berperilaku Bermasalah

Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru,
bukan semata-mata perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk
perilaku agresif maupun pasif yang dpat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan
teman. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah”
biasanya tampak di dalam kelas bahkan anak menampakkan perilaku bermasalah itu dalam
keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki-
masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial walaupun maslah itu tidak selamanya
menimbulkan perilaku bermasalah yang kronis. Terhadap peserta didik yang menunjukkan
perilaku bermasalah ini seringkali guru memberikan perlakuan secara langsung dan drastic
yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini
seringkali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan
kepada pemahaman apa yang ada di balik perilaku bermasalah. Bagaimanapun, bukanlah
tugas yang mudah dan seringkali diperlukan bantuan dari pakar bidang pekerjaan-pekerjaan
psikologis. Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu
yang mustahil untuk dilakukan guru.

Dalam pendekatan bimbingan perkembangan, dimungkinkan untuk memberikan


layanan bimbingan, guru membantu seluruh murid. Namun sekali telah memberikan bantuan
terhadap seluruh murid, ada saja murid yang berperilaku bermasalah” biasanya tampak di
dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Memahami perilaku bermasalah
mengandung arti bahwa guru harus lebih sensitif terhadap interaksi antara berbagai kekuatan
dan faktor di dalam lingkungan peserta didik dengan penampilan perilaku peserta didik di
sekolah.

Pada dasarnya setiap peserta didik memilki masalah-maslah emosional dan


penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku
bermasalah” ialah seorang yang memilki masalah lebih banyak atau lebih atau lebih
mendalam yang menjadikan ia menderita karenanya.

Terhadap peserta didik yang menunjukkan perilaku bermaslah ini seringkali guru
meberikan perlakuan secara langsung dan drastic yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk
hukum fisik. Cara lain atau penekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang
diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada kepada pemahaman apa yang
ada di balik perilaku bermasalah Bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah dan seringkali
diperlukan bantuan dari pakar bidang pekerjaan-pekerjaan psikologis (konselor dan ahli
psikologis). Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu
yang mustahil untuk dilakukan guru.

Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ini ialah karena perilaku tersebut
tampil daalm perilaku menghindar atu mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini

2
disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat
mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan.
Penggunaan mekanisme pertahanan diri dalam diri anak sebenarnya dikatakan normal apabila
dalam taraf yang tidak berlebihan (apabila mekanisme pertahanan diri dalam taraf berlebihan
disebut neurotic). Sebab tujuan dari mekanisme pertahanan ini adalah untuk melindungi ego
dan mengurangi kecemasan yang setiap saat diperlukan setiap orang terutama pada anak-
anak.

B. Bentuk-bentuk Perilaku Bermasalah

Dapat membedakan pendekatan sebagai seorang guru atau pendekatan sebagai


seorang pembimbing yang digunakan untuk membantu mengatasi siswa yang bermasalah.
Kebutuhan bimbingan semacam ini sebenarnya tak terbatas bagi siswa yang bermasalah dan
tidak mampu mengatasinya. Melainkan siswa yang tidak bermasalah pun memerlukan,
karena seseorang mengerti bahwa manusia tidak pernah lepas dari masalah. Karena itu,
bimbingan perlu diberikan sebelum individu tersebut terlanjur mengalami kesulitan.

Salah satu perilaku bermasalah adalah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku
mengindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut “mekanisme
pertahanan diri” yang disebabkan oleh karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak
mampu menghadapinya. Kecemasan pada dasarnya adalah bentuk ketegangan psikologis
sebagai akibat dan tidak kepuasan dalam kebutuhan. Disebut “mekanisme pertahanan diri”
karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atu menghindar dari
situasi ketegangan, adapun bentuk-bentuk perilakunya yaitu sebagai berikut:

a. Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukkan dalam bentuk memberikan
penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarntya apa
yang didasarkan bukan merupakan penyebab nyata Karena sebenarnay individu
bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya.
b. Sikap bermusuhan
Sikap ini tampak prilaku agresif menyerang, mengganggu, bersaing, dan
mengecam lingkungan.
c. Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud menceladiri sebagai penyebab utama kesalah
atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak
akan menyukai seseorang yang sekiranya seseorang mengkritik orang lain. Orang ini
memilki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat kuat.
d. Represi
Perilaku represi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan
penyebab yang sebenarnya keluar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-
al yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
e. Komformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam menyelamatkan diri dengan atau terhadap
harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan otrang lain, maka dirinya

3
akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti itu memilki harapan sosial
ketergantungan yang tinggi.
f. Sinis
Perilaku sinis ini muncul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau
berbicara terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir dan
penilaian orang lain terhadap dirinya. Perilaku sinis merupakan perilaku menghindar
dari penilaian orang lain.

C. Identifikasi masalah-masalah karakteristik perkembangan anak yang berkaitan


dengan anak berperilaku bermasalah
Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran
terhadap murid berperilaku bermasalah dapat dilakukan dengan mempelajari tugas-tugas
perkembangan dan karakteristik perkembangan peserta didik. Perilaku bermasalah dapat
dikaji dengan mengkaji kesenjangan antara tugas perkembangan peserta didik yang telah
dicapai dengan yang seharusnya sedangkan. Dalam aspek karakteristik perkembangan dapat
dihampiri dengan mengkaji masalah-masalah yang muncul dengan perkembangan peserta
didik. Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan anak (Sunaryo
Kertadinata. 1990, 1996) adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan fisik dan kesehatan
Pada bagian ini, terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan di
kelas 1, 2 dan 3 sangat lambat dalam beraksi gangguan pertumbuhan gigi,
perkembangan fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih besar dari teman sebayanya.
Sementara itu pada kelas 4, 5, dan 6 terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik
dan kesehatan sangat lambat dalam bereaksi, persoalan gizi. Pertumbuhan fisik tidak
sesuai dengan usia dan lebih kecil dari teman sebayanya.
2. Perkembangan diri
Karakteristik yang lemah pada konsep diri anak tampak lebih berkaitan dengan
kemampuan dan menerima diri sendiri. Kesadaran identitas jenis kelamin mulai
berkembang terutama pada peserta didik kelas 4, 5 dan 6.
3. Perkembangan sosial
Perkembangan hubungan sosial pada anak telah menunjukan kecenderungan orientasi
kelompok yang cukup kuat. Hubungan sosial anak telah diwarnai pula oleh kesadaran
akan identitas diri, walaupun masih berada pada identitas yang lemah.
4. Teknik membantu peserta didik bermasalah
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah yang menggantinya
dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus guru. Bagi guru yang
berperan sebagai guru sekaligus pembimbing. Penanganan dapat ditempuh dengan
menggunakan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental
peserta didik.
Adapun pendekatan perkembangan membawa implikasi bahwa pendekatan terhadap
terhadap peserta didik berperilaku masalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas
perkembangan karakterstik perkembangan peserta didik, yakni sebagai berikut :
1. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaaan dan sikap dalam beriman dan
bertakwa tuhan yang maha Esa.

4
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6. Mempelajari keterampilan fisik yang sederhana yang diperlukan baik untuk
permainan maupun kehidupan.
7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan.
9. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain serta menjalankan peran tanpa
membedakan jenis kelamin.
10. Mengmbangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, tanah air, bangsa dan
negara.

D. Teknik Bimbingan Pada Anak Berperilaku

Secara umum, ada beberapa teknik dalam bimbingan dan konseling. Teknik umum
biasa digunakan pada tahap awal konseling. Teknik umum tersebut diantaranya adalah
perilaku attending, empati, refleksi, eksplorasi, dan paraphrasing (Asmani, 2010). Perilaku
attending adalah teknik mendekati anak yang bermasalah untuk menimbulkan perilaku positif
seperti meningkatkan percaya diri dan mempermudah ekspresi anak. Empati adalah
kemampuan petugas bimbingan dan konseling untuk merasakan apa yang dirasa oleh
anak. Ini adalah suatu teknik untuk menciptakan sikap terbuka anak terhadap guru atau
petugas bimbingan konseling (BK).

Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada anak tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal maupun
nonverbal. Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman anak
sebagai klien. Paraphrasing atau menangkap pesan adalah teknik untuk menyatakan kembali
esensi atau inti ungkapan klien, dan mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.

Disekolah mungkin banyak ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukkan


berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan
berat. Upaya untuk menangani peserta didik yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan
pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:

1. Pendekatan disiplin
2. Pendekatan bimbingan dan konseling
Penanganan peserta didik bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada
aturan dan ketentuan atau tata tertib yang berlaku disekolah beserta hukumannya. Sebagai
salah satu komponen organisasi sekolah, aturan atau tata tertib peserta
didikbeserta hukumannya perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi
terjadinya berbagai penyimpangan perilaku peserta didik. Demikian, sekolah bukan
“lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi/hukuman kepda peserta didik yang
mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan justru

5
kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan
perilaku yang terjadi pada para peserta didiknya.

Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan, yaitu
pendekatan melalui bimbingan dan konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang
memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penangananpeserta
didik bermasalah melalui bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada
upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada.
Penanganan peserta didik bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak
menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengendalikan pada terjadinya kualitas
hubungan interpersonal yang saling percaya diantara konselor danpeserta didik yang
bermasalah, sehingga setahap demi setahap peserta didik tersebut dapat memahami dan
menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya
penyesuaian diri yang lebih baik.

Selain itu ada upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan
menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru.
Bagi guru yang berperan sebagai guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing,
penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan
mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta
didik. Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam upaya
mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang sehat.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar
yang sehat, antara lain:

a. Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok. Dalam


hal ini guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah, jika disekolah tersebut telah
ada konselor atau guru pembimbing.
b. Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan.
Dalam mewujudkan fungsi bimbingan didalam proses pembelajaran, guru dapat
menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok. Metode yang dimaksud adalah
sosiometri, bermain peran dan diskusi.
c. Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan orang tua murid.
Konfrensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan alternatif pemecahan kasus.
d. Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi
disekolah tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar tetapi juga perlu
memperhatikan perkembangan peserta didik. Walaupun kepribadian itu tidak
dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
e. Menaruh kepedulian terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan
dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku bermasalah merupakan suatu persoalan yang juga harus mendapat
perhatian dari guru, perilaku bermasalah ini tidak hanya dapat menganggu dalam proses
pembelajaran tetapi juga merupakan perilaku yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
bekerjasama dengan teman dan merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah
belajar peserta didik.
Sehingga guru harus memperhatikan setiap peserta didiknya. Perilaku bermasalah
ini umumnya timbul karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak mampu
menghadapinya sehingga muncul perlaku yang berupa menolak memalsukan atau
mengacaukan kenyataan. Peserta didik cenderung melakukan pengurangan kecemasan
dan bukan memecahkan masalah yang menyebabkan munculnya kecemasan itu.

B. Saran
Sebagai seorang guru haruslah lebih sensitif terhadap interaksi antara para peserta
didik dan faktor dari dalam lingkungan peserta didik dengan perilaku peserta didik.
Terhadap peserta didik yang berperilaku bermasalah guru harus terlebih dahulu
memahami apa yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bermasalah tersebut, dan
kemudian guru dapat mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki
kesehatan mental peserta didik untuk mengatasi perilaku bermasalah yang dimiliki
peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar.Bandung: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Asmani. (2010). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Dewa. (2013). Masalah pada anak usia sekolah. [Online].


Tersedia :http://dewaeggix.blogspot.com/2013/01/masalah-perkembangan-anak-usia-
sekolah.html. [27 April 2013].

Maulida. (2011). Bimbingan Bagi Anak Bermasalah. [Online]. Tersedia :


Sumber :http://maulida-sambas.blogspot.com/2011_06_01_archive.html. [23 April 2013].

7
DWI LESTARI, DWI LESTARI. , 2020. Peran Bimbingan Konseling Islam Dalam Mengatasi
Karakter Anak Bermasalah Hukum Di Balai Pemasyarakatan Kelas Ii Palopo. Diss. Institut
Agama Islam Negeri Palopo

Rangkuti, Arif Tagor. 4.1 (2021): 43-59. "Pola Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan
Konseling dalam Mengatasi Siswa Bermasalah." Persepsi: Communication Journal

Anda mungkin juga menyukai