Anda di halaman 1dari 19

KEMAMPUAN MEMAHAMI BIMBINGAN

BAGI ANAK BERPRILAKU BERMASALAH

Di Susun Oleh :
1. Syifah Fauziyah 20178600039
2. Citra Yunita 20178600086
3. Simah 20178600088
4. Yuliana 20178600131

Dosen Pembimbing : A. Rahim Suhel, SH., M.Si


Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


KUSUMA NEGARA JAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Sehingga bisa
menyelasaikan makalah dengan judul Kemampuan Memahami Bimbingan Bagi
Anak Berprilaku Bermasalah. Sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas dari mata
kuliah Bimbingan dan Konseling di Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Kusuma Negara Jakarta.

Penyusunan ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan serta kesulitan-
kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan dorongan serta saran-saran
dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambatan dan rintangan serta
kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik.

Kami mohon maaf atas segala kesalahan yang ada dalam Makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitian-
penelitian selanjutnya.

Jakarta, Desember 2020

Team Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian Berprilaku Bermasalah……………………………………………..6

B. Bentuk-Bentuk Berprilaku Bermasalah………………………………………...8

C. Karakteristik Perkembangan Anak Berprilaku Bermasalah………..…………..9

D. Teknik Mengatasi Anaka Berprilaku Bermasalah…………………………….12

E. Solusi yang dilakukan Guru dengan Anaka yang Berprilaku Bermasalah…...15

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………...17

B. SARAN……………………………………………………………………...17

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi
guru bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau menganggu proses
pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang
dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama dengan teman merupakan
perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik, dan hal
itu merupakan perilaku bermasalah. Guru hendaknya menyingkap jauh
dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang
karakteristik perilaku murid yang sesungguhnya.
Peserta didik Sekolah dasar merupakan individu yang khas,
penghampiran terhadap masalah individu merupakan penanganan yang
berbeda. Teknik-teknik membantu murid bermasalah memberikan
wawasan dalam memberikan bantuan terhadap peserta didik yang
bermasalah.
Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa
pengahmpiran pada perilaku peserta didik yang bermasalah dapat
dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan
karakteristik perkembangan peserta didik.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian anak berperilaku yang bermasalah?
2. Apa saja bentuk-bentuk berperilaku bermasalah?
3. Apa saja karakteristik perkembangan anak yang berperilaku
bermasalah?
4. Bagaimana teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah?
5. Apa solusi yang di lakukan guru dengan anak yang berprilaku
bermasalah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian anak berperilaku yang bermasalah.
2. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku bermasalah.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan anak yang berperilaku
bermasalah.
4. Mengetahui teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah.
5. Mengetahui solusi yang di lakukan guru dengan anak yang berprilaku
bermasalah

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Bermasalah


Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi
kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu mengganggu proses
pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif
yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman.
Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang
bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan anak
menampakkan perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi
dengan lingkungannya. Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki
masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial walaupun masalah
itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah yang kronis.
Terhadap peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini
seringkali guru memberikan perlakuan secara langsung dan drastis
yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau
pendekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang
diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada
pemahaman apa yang ada dibalik perilaku bermasalah. Bagaimanapun,
bukanlah tugas yang mudah dan seringkali diperlukan bantuan dari
pakar dibidang pekerjaan-pekerjaan psikologis. Sekalipun demikian
pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang
mustahil untuk dilakukan guru.
Dalam pendekatan bimbingan perkembangan, dimungkinkan untuk
memberikan layanan bimbingan, guru membantu seluruh murid.
Namun sekali telah memberikan bantuan terhadap seluruh murid, ada
saja murid yang berperilaku bermasalah. Guru perlu memahami
perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah” biasanyanya
tampak di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.

7
Memahami perilaku bermasalah mengandung arti bahwa guru harus
lebih sensitif terhadap interaksi antara berbagai kekuatan dan faktor di
dalam lingkungan pesesrta didik dengan penampilan perilaku peserta
didik disekolah.
Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah- masalah
emosional dan penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak
selamanya menimbulkan perilaku bermasalah yang kronis. Kiranya
kita dapat mengaatakan bahwa “peserta didik bermasalah” ialah
seseorang yang memiliki masalah lebih banyak atau lebih mendalam
yang menjadikan ia menderita karenanya. Terhadap peserta didik yang
menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru memberikan
perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan
dalam bentuk hukum fisik. Cara lain atau pendekatan seperti ini
seringkali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan
tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada dibalik
perilaku bermasalah, bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah dan
seringkali diperlukan bantuan dari pakar dibidang pekerjanpekerjaan
psikologis (konselor dan ahli psikologis). Sekalipun demikian
pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang
mustahil untuk dilakukan guru.
Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena
perilaku tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau
mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut
“mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu
dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang
menimbulkan ketegangan. Penggunaan mekanisme pertahanan diri
dalam diri anak sebenarnya dikatakan normal apabila dalam taraf yang
tidak berlebihan (apabila mekanisme pertahanan diri dalam taraf
berlebihan disebutneurotik). Sebab tujuan dari mekanisme pertahanan
diri adalah untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan yang

8
setiap saat diperlukan setiap orang terutama pada anak-anak.

B. Bentuk-Bentuk Berprilaku Bermasalah


Dapat membedakan pendekatan sebagai seorang guru atau
pendekatan sebagai seorang pembimbing yang digunakan untuk
membantu mengatasi siswa yang bermasalah. Kebutuhan bimbingan
semacam ini sebenarnya tak terbatas bagi siswa yang bermasalah dan
tidak mampu mengatasinya. Melainkan siswa yang tidak bermsalah
pun memerlukan, karena seseorang mengerti bahwa manusia tidak
pernah lepas dari masalah. Karena itu, bimbingan perlu diberikan
sebelum individu tersebut terlanjur mengalami kesulitan.
Salah satu perilaku bermasalah adalah karena perilaku tersebut
tampil dalam perilaku mengindar atau mempertahnakan diri. Dalam
psikologi perilaku ini disebut “mekanisme pertahanan diri” yang
disebabkan oleh karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak
mampu menghadapinya. Kecemasan pada dasarnya adalah bentuk
ketegangan psikologis sebagai akibat dan ketidak puasan dalam
kebutuhan. Disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan
perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar
dari situasi ketegangan, adapun bentuk-bentuk perilakunya yaitu
sebagai berikut:
1. Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukan dalam bentuk
memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu,
penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan rasional tetapi
pada dasarnya apa yang didasarkan bukan merupakan penyebab
nyata karena sebenarnya individu bermaksud menyembunyikan
latar belakang perilakunya.
2. Sikap Bermusuhan

9
Sikap ini tampak prilaku agresif menyerang, menganggu, bersaing,
dan mengecam lingkungan.
3. Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab
utama kesalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena
individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai seseorang
yang sekiranya seseorang mengkritik orang lain. Orang seperti ini
memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat kuat.
4. Represi
Perilaku represi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan
menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran.
Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan
penderitaan hidupnya.
5. Komformitas
Perilaku ini ditunjukan dalam menyelamatkan diri dengan atau
terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan
orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan. Orang
seperti ini memiliki harapan sosial ketergantungan yang tinggi.
6. Sinis
Perilaku sinis ini mucul dari ketidakberdayaan individu untuk
berbuat atau berbicara terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini
membuat dirinya khawatir dan penilaian orang lain terhadap
dirinya. Perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari
penilaian orang lain.

C. Karakteristik Perkembangan Anak Berprilaku Masalah


Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa
penghampiran terhadap murid berperilaku bermasalah dapat dilakukan
dengan mengkaji tugas-tugas perkembangan dan karakteristik
perkembangan peserta didik. Perilaku bermasalah dapat dikaji dengan

10
mengkaji kesenjangan antara tugas perkembangan peserta didik yang
telah dicapai dengan yang seharusnya sedangkan Dalam aspek
karakteristik perkembangan dapat dihampiri dengan mengkaji
masalahmasalah yang muncul dengan perkembangan peserta didik itu
sendiri.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik
perkembangan anak (Sunaryo Kertadinata. 1990, 1996) adalah sebagai
berikut :
1. Perkembangan fisik dan kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatan hasil guru, terungkap bahwa
gangguan perkembangan fisik dan kesehatan di kelas 1, 2 dan 3
berupa; sangat lambat dalam beraksi gangguan pertumbuhan gigi,
perkembangan fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih besar dari
teman sebayanya. Sementara itu pada kelas 4, 5, dan 6 terungkap
bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan berupa; sangat
lambat dalam bereaksi, persoalan gizi. Pertumbuhan fisik tidak
sesuai dengan usia dan lebih kecil dari teman sebayanya.
2. Perkembangan diri
Karakteristik yang lemah pada konsep diri anak tampak lebih
berkaitan dengan kemampuan dan menerima diri sendiri.
Kesadaran identitas jenis kelamin milai berkembang terutama pada
peserta didik kelas 4, 5 dan 6.
3. Perkembangan sosial
Perkembangan hubungan sosial pada anak telah menunjukan
kecenderungan orientasi kelompok yang cukup kuat. Hubungan
sosial anak telah diwarnai pula oleh kesadaran akan identitas diri,
walaupun masih berada pada identitas yang lemah.
4. Teknik membantu peserta didik bermasalah
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah
yang menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki
keterampilan khusus guru. Bagi guru yang berperan sebagai guru

11
sekaligus pembimbing. Penanganan dapat ditempuh dengan
menggunakan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki
kesehatan mental peserta didik.
Adapun pendekatan perkembangan membawa implikasi bahwa
pendekatan terhadap terhadap peserta didik berperilaku masalah dapat
dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas perkembangan karakterstik
perkembangan peserta didik, yakni sebagai berikut :
1. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaaan dan sikap dalam
beriman dan bertakwa tuhan yang maha Esa.
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan
berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-
hari
4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya
5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri
6. Mempelajari keterampilan fisik yang sederhana yang diperlukan baik
untuk permainan maupun kehidupan.
7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman
perilaku.
8. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta
keindahan.
9. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain serta menjalankan peran
tanpa membedakan jenis kelamin.
10. Mengmbangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, tanah air,
bangsa dan negara.

12
D. Teknik Mengatasi Anak Berprilaku Bermasalah
Secara umum, ada beberapa teknik dalam bimbingan dan
konseling. Teknik umum biasa digunakan pada tahap awal konseling.
Teknik umum tersebut diantaranya adalah perilaku attending, empati,
refleksi, eksplorasi, dan paraphrasing (Asmani, 2010). Perilaku
attending adalah teknik mendekati anak yang bermasalah untuk
menimbulkan perilaku positif seperti meningkatkan percaya diri dan
mempermudah ekspresi anak. Empati adalah kemampuan petugas
bimbingan dan konseling untuk merasakan apa yang dirasa oleh anak.
Ini adalah suatu teknik untuk menciptakan sikap terbuka anak terhadap
guru atau petugas bimbingan konseling (BK).
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada anak
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal maupun nonverbal. Eksplorasi adalah teknik
untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman anak sebagai klien.
Paraphrasing atau menangkap pesan adalah teknik untuk menyatakan
kembali esensi atau inti ungkapan klien, dan mengungkapkan kalimat
yang mudah dan sederhana.
Di sekolah mungkin banyak ditemukan siswa yang bermasalah,
dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang
merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk
menangani peserta didik yang bermasalah, khususnya yang terkait
dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu :
1. Pendekatan disiplin
2. Pendekatan bimbingan dan konseling
Penanganan peserta didik bermasalah melalui pendekatan
disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan atau tata tertib yang
berlaku disekolah beserta hukumannya. Sebagai salah satu
komponen organisasi sekolah, aturan atau tata tertib peserta
didikbeserta hukumannya perlu ditegakkan untuk mencegah

13
sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku
peserta didik. Demikian, sekolah bukan “lembaga hukum” yang
harus mengobral sanksi/hukuman kepda peserta didik yang
mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga
pendidikan justru kepentingan utamanya adalah bagaimana
berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang
terjadi pada para peserta didiknya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu
digunakan, yaitu pendekatan melalui bimbingan dan konseling.
Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan
pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera,
penangananpeserta didik bermasalah melalui bimbingan dan
konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan
dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada.
Penanganan peserta didik bermasalah melalui bimbingan dan
konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun,
tetapi lebih mengendalikan pada terjadinya kualitas hubungan
interpersonal yang saling percaya diantara konselor danpeserta
didik yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap peserta
didik tersebut dapat memahami dan menerima diri dan
lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya
penyesuaian diri yang lebih baik.
Selain itu ada upaya membantu peserta didik mengatasi
perilaku bermasalah dan menggantinya dengan perilaku yang
efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Bagi guru
yang berperan sebagai guru kelas sekaligus sebagai guru
pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah
dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran
yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan

14
dalam upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar
yang sehat.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk
memperoleh lingkungan belajar yang sehat, antara lain:
a. Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk
bimbingan kelompok. Dalam hal ini guru dapat bekerja sama
dengan konselor sekolah, jika disekolah tersebut telah ada
konselor atau guru pembimbing.
b. Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam
melakukan bimbingan. Dalam mewujudkan fungsi bimbingan
didalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan metode
yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok. Metode
yang dimaksud adalah sosiometri, bermain peran dan diskusi.
c. Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru
dan orang tua murid. Konfrensi kasus ini dimaksudkan untuk
menemukan alternatif pemecahan kasus.
d. Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi
evaluasi. Evaluasi disekolah tidak hanya menekankan kepada
segi hasil belajar tetapi juga perlu memperhatikan
perkembangan peserta didik. Walaupun kepribadian itu tidak
dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
e. Menaruh kepedulian terhadap faktor-faktor psikologis yang
perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi
pembelajaran

15
E. Solusi yang Dilakukan Guru dengan Anak yang Berprilaku
Bermasalah
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar
bidang studi yang sesuai dengan kemampuannya, tetapi juga menjadi
pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa
adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi
bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan
diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan
keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri,
pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti
bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar.
Namun adakalanya di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
sering di temukannya masalahmasalah yang berkenaan dengan belajar
yang dialami siswa tersebut.
Masalah- masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang
berasal dari dalam diri siswa) dan juga oleh faktor eksternal (yang
berasal dari luar siswa itu sendiri). Masalah-masalah yang dialami oleh
siswa apa bila tidak segera diatasi tentunya akan menghambat proses
belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar
tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu
tidak mempunyai masalah yang dapat berpengaruh proses belajar nya.
Jika terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa
tersebut tidak segera ditemukan solusi nya. Siswa akan mengalami
kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah
prestasinya/tidak lulus, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan
belajar. Karena salah satu tujuan siswa bersekolah adalah untuk
mencapai prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan
kemampuannya. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai pemerintah
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

16
masyarakat dan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat menyediakan
tempat untuk belajar yaitu sekolah. Untuk itu, sebagai seorang guru
atau pun pendidik kita harus mengetahui kondisi siswa agar tercipta
proses pembelajaran yang baik dan kondusif.
Adapun upayayang dilakukan oleh seorang gurudalam mengatasi
siswa yang bermasalah dalam proses pembelajaran yaitu
1. Melakukan pendekatan terhadap siswa
2. Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomukasi dengan
orang tua siswa dan wali kelas
3. Melakukan konsultasi secara pribadi. Dengan di adakan nya upaya
seperti itu diharapkan bisa mengurangi masalah-masalah yang ada
pada siswa.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perilaku bermasalah merupakan suatu persoalan yang juga harus mendapat
perhatian dari guru , perilaku bermasalah ini tidak hanya dapat menganggu
dalam proses pembelajaran tetapi juga merupakan perilaku yang dapat
menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman dan merupakan
perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik. Sehingga
guru harus memperhatikan setiap peserta didiknya. Perilaku bermasalah
ini umumnya timbul karena peserta didik menghadapi kecemasan dan
tidak mampu menghadapinya sehingga muncul perlaku yang berupa
menolak memalsukan atau mengacaukan kenyataan. Peserta didik
cenderung melakukan pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan
masalah yang menyebabkan munculnya kecemasan itu.

B. SARAN
Sebagai seorang guru haruslah lebih sensitif terhadap interaksi antara para
peserta didik dan faktor dari dalam lingkungan peserta didik dengan
perilaku peserta didik. Terhadap peserta didik yang berperilaku
bermasalah guru harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi
penyebab terjadinya perilaku bermasalah tersebut, dan kemudian guru
dapat mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki
kesehatan mental peserta didik untuk mengatasi perilaku bermasalah yang
dimiliki peserta didik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar.Bandung:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Asmani. (2010). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Dewa. (2013). Masalah pada anak usia sekolah. [Online]. Tersedia


:http://dewaeggix.blogspot.com/2013/01/masalah-perkembangan-anak-
usiasekolah.html. [27 April 2013].

Maulida. (2011). Bimbingan Bagi Anak Bermasalah. [Online]. Tersedia :


Sumber :http://maulida-sambas.blogspot.com/2011_06_01_archive.html. [23
April

2013].

Amstembun, N.A 1981. Manajemen Kelas. Bandung: IKIP BANDUNG

19

Anda mungkin juga menyukai