Anda di halaman 1dari 16

BIMBINGAN BAGI ANAK BERPERILAKU BERMASALAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Melik Budiarti, S.Sos. MA.

Oleh:
Kelompok 11

Puspita Siwi Mustikaningrum NPM. 2202101065


Wahyu Choyrunisya Salsa Bela NPM. 2202101079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “bimbingan bagi anak berperilaku
bermasalah” tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan
harapan. Adapun tujuan kami menulis makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah dan dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai bimbingan bagi anak berperilaku bermasalah.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Melik Budiarti, S.Sos. MA. sebagai
dosen pengampu mata kuliah bimbingan konseling yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran untuk perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Madiun, 1 Oktober 2023

Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.4 Tujuan Penulisan 2
BAB II: PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian dan jenis perilaku bermasalah 3
2.2 Bentuk-bentuk perilaku bermasalah 4
2.3 Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan
siswa 7
2.4 Teknik membantu siswa yang bermasalah 8
BAB III: PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAPORAN KINERJA 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku bermasalah pada anak merupakan salah satu isu penting dalam
bidang psikologi dan pendidikan. Anak-anak yang mengalami masalah
perilaku seringkali menghadapi berbagai konsekuensi negatif dalam
perkembangan dan kehidupan mereka. Masalah perilaku ini dapat mencakup
beragam hal, seperti agresi, kekerasan, pencurian, konsumsi narkoba, serta
perilaku menyimpang lainnya. Fenomena ini bisa terjadi dalam berbagai
lapisan masyarakat, dan dampaknya dapat sangat merugikan bagi anak,
keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.
Penyebab perilaku bermasalah pada anak dapat sangat kompleks.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi termasuk faktor genetik, lingkungan
keluarga, pola asuh, teman sebaya, pengaruh media, dan masalah kesejahteraan
sosial. Perilaku bermasalah pada anak dapat berdampak negatif terhadap
prestasi akademik, hubungan sosial, dan perkembangan emosional mereka.
Selain itu, jika tidak ditangani dengan baik, perilaku bermasalah pada anak
dapat berlanjut hingga masa dewasa, memberikan dampak jangka panjang pada
kehidupan mereka.
Salah satu pendekatan yang efektif dalam menangani anak-anak dengan
perilaku bermasalah adalah melalui bimbingan. Bimbingan merupakan suatu
proses yang dirancang untuk membantu individu mengatasi masalah-
masalahnya dan mencapai potensi mereka yang sebenarnya. Bimbingan yang
tepat bagi anak berperilaku bermasalah dapat membantu mereka
mengidentifikasi faktor penyebab perilaku negatif, mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional, serta membangun pemahaman yang lebih
baik tentang konsekuensi dari perilaku mereka.
Bimbingan bagi anak berperilaku bermasalah memiliki tujuan untuk
mengubah perilaku negatif menjadi perilaku yang lebih positif dan produktif.
Bimbingan ini juga dapat membantu anak-anak memahami dampak perilaku
mereka pada diri mereka sendiri, keluarga, dan masyarakat. Selain itu,
bimbingan juga dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan
yang diperlukan untuk mengatasi tekanan dan stres dalam hidup mereka,

1
sehingga mereka dapat berfungsi lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan
mereka.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang pentingnya
bimbingan bagi anak berperilaku bermasalah, pendekatan yang dapat
digunakan dalam bimbingan ini, serta hasil yang diharapkan dari proses
bimbingan tersebut. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini
dan pentingnya bimbingan, kita dapat lebih efektif dalam membantu anak-anak
yang menghadapi tantangan perilaku mereka dan memberikan mereka peluang
untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan jenis perilaku bermasalah?
2. Sebutkan bentuk-bentuk perilaku bermasalah!
3. Apa saja masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik
perkembangan siswa?
4. Bagaimana teknik membantu siswa yang bermasalah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan dan memahami pengertian dan jenis perilaku
bermasalah.
2. Untuk menjelaskan dan memahami bentuk-bentuk perilaku bermasalah.
3. Mampu memahami dan menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan
dengan karakteristik perkembangan siswa.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menentukan Teknik membantu siswa
mermasalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan jenis perilaku bermasalah


Perilaku menyimpang atau bermasalah yang sering juga disebut
juvenile delinquency ialah perilaku jahat ( dursila ) atau kejahatan / kenakalan
anak-anak muda merupakan gejala sakit yang disebabkan oleh suatu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku
yang menyimpang. Anak-anak muda yang melakukan penyimpangan atau
jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial mereka menderita cacat
mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat
(Kartono, 2014: 6). Perilaku bermasalah adalah perilaku dimana individu
tidak mau atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma perilaku sosial
atau yang dapat diterima oleh masyarakat umum. Perilaku bermasalah
merupakan isu yang penting bagi guru, tidak hanya mengganggu proses
belajar namun juga sebagai wujud perilaku agresif maupun pasif sehingga
menyebabkan sukar berkolaborasi dengan orang lain. Pemahaman akan sifat
‘bermasalah’ ini sangat diperlukan dikarenakan anak yang mengalami hal
tersebut cenderung memperlihatkan sisi bermasalahnya saat interaksi
langsung dengan lingkungan dalam kesehariannya.
Manusia sebagai seorang makhluk tentunya memiliki berbagai sifat
yang berbeda-beda sehingga anak yang bermasalah pun tidak selamanya
menyebabkan hal-hal yang fatal dalam adaptasi sosial atau emosionalnya.
Dalam mengatasi anak bermasalah tak khayal jika guru kerap memberikan
perlakuan secara tiba-tiba hingga hukuman fisik. Pengentasan masalah
dengan cara tersebut sangat tidak efektif karena diberikan tanpa adanya
pemahaman pasti tentang kondisi psikologi peserta didik. Selama ini, hal
tersebut terus menjadi permasalahan kompleks sehingga kerap diperlukan
bantuan tenaga ahli selain dari guru itu sendiri.
Pemberian layanan bimbingan kepada peserta didik dapat menjadi
bentuk pendekatan bimbingan perkembangan yang diberikan oleh guru dalam
membantu seluruh murid. Akan tetapi, meskipun telah diberi bimbingan, anak
kerap kali tetap berperilaku bermasalah. Guru perlu mengerti dan
mengeksplorasi lebih lanjut terkait perilaku muris melalui observasi terhadap
interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya. Guru akan dapat menemukan

3
alasan seorang murid memiliki perilaku bermasalah dan bahkan mungkin
murid tersebut memiliki masalah yang lebih rumit dan dia mengalami
penderitaan karenanya.
Perkembangan anak bermasalah berbeda dengan anak yang tidak
bermasalah. Masalah yang dialami anak mempengaruhi perkembangannya.
Pentingnya lingkungan terhadap tumbuh kembang anak sangat terlihat jika
membandingkan kondisi anak yang bermasalah dengan yang tidak, dimana
keduanya sama-sama memiliki akal, nurani, pancaindra namun keduanya
tumbuh berbeda karena pengaruh lingkungan yang buruk bagi salah satu
diantaranya. Perbedaan yang terjadi dapat berupa perkembangan fisik,
psikologis, dan moralitas anak.
Berdasarkan kadar penyimpangan, Lemert (1951) mengungkapkan
bahwa penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk:
1. Penyimpangan Primer. Penyimpangan ini berarti peyimpangan yang
sifatnya sementara atau temporer sehingga penyimpangan ini masih
dapat dimaklumi dan diterima oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan
penyimpangan tersebut masih dalam kategori ringan dan tidak
dilakukan berulang ulang. Contoh perilaku menyimpang primer di
sekolah antara lain terlambat dengan alasan jelas seperti ban bocor
atau macet, menunggak suatu iuran sekolah atau kas kelas, tidak
mengerjakan PR karena sakit, tidak melakukan piket, dan lain
sebagainya.
2. Penyimpangan Sekunder adalah perilaku menyimpang lanjutan dari
penyimpangan primer dimana perilakunya sudah tidak mendapat
toleransi masyarakat dan dilakukan berulang-ulang. Penyimpangan ini
merugikan serta mengganggu orang lain sehingga dapat dikenakan
sanksi sosial maupun hukum. Dalam kasus perilaku menyimpang
sekunder di sekolah antara lain bullying, perpeloncoan yang
menyebabkan korban terluka secara fisik dan mental, tindakan
kekerasan, tawuran, pencurian, pemerkosaan, dan lainnya.

2.2 Bentuk-bentuk perilaku bermasalah


Sikap dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran
dan kenormalan respon atau reaksi terhadap lingkungan sosial. Perilaku yang
seharusnya dimiliki oleh siswa sekolah dasar yaitu berperilaku sopan santun,

4
jujur, dan berbuat baik terhadap sesama. Namun, kenyataan yang terjadi
dalam dunia pendidikan sering sekali muncul perilaku bermasalah pada
siswa. Berikut beberapa contoh bentuk perilaku bermasalah :
a. Emosional
Siswa yang mempunyai perilaku emosional sering kali bermain tangan
terhadap temannya, entah memukul atau mencubit. Apabila siswa
tersebut merasa terganggu dan tidak bisa menahan dirinya maka ia
berbuat hal negatif terhadap temannya. Contohnya pada saat jam
pembelajaran berlangsung siswa C memukul teman sebangkunya karena
teman sebangkunya tidak sengaja menyenggol tangan siswa C sehingga
siswa tersebut marah dan meluapkan emosinya kepada temannya.
b. Provokator
Siswa yang melakukan perbuatan tersebut sering mengajak atau
menghasut teman yang lain agar melakukan tindakan yang mengarah ke
hal negatif. Contohnya, apabila siswa tersebut tidak menyukai hal seperti
tidak mau mengerjakan tugas dari guru maka siswa tersebut menyuruh
teman yang lain agar tidak mengerjakannya juga.
c. Membully
Perilaku membully yang sering sekali dilakukan siswa yaitu memangil
nama teman dengan sebutan yang tidak pantas, menghina nama orang tua
bahkan saling mengejek. Terkadang siswa juga melakukan pengancaman
terhadap temannya seperti tidak mau meminjami pensil atau alat tulis
lainnya.
d. Mengganggu
Bentuk perilaku bermasalah ini sering sekali ditemukan pada waktu
pembelajaran berlangsung maupun pada waktu istirahat. Perilaku yang
dilakukan siswa ini sangat mengganggu kegiatan proses belajar dan
bersikap semaunya sendiri. Contohnya siswa A sengaja menganggu atau
menjahili temannya yang sedang fokus menyimak penjelasan guru. Tidak
hanya itu, siswa A mengganggu temannya dengan cara menyembunyikan
penghapus, mencoret-coret buku, dan biasanya suka menempeli
punggung temannya dengan kertas yang ada tulisannya sehingga
membuat tidak nyaman.
e. Berkelahi

5
Perilaku bermasalah seperti ini harus diperhatikan oleh guru, kejadian
yang dialami siswa awalnya mereka saling bercanda. Tetapi pada saat
bercanda ada siswa yang tersinggung maupun di tertawakan siswa lain
sehingga mengakibatkan cekcok dan terjadilah perkelahian. Sering sekali
kejadian ini dialami oleh siswa laki-laki yang emosinya tidak stabil.
perkelahian yang dalami oleh siswa karena saling bercanda tetapi lama
kelamaan hal tersebut menjadi serius.
f. Membolos
Membolos merupakan suatu kesengajaan yang dilakukan siswa untuk
tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran. Membolos juga
merupakan suatu tindakan yang melanggar tata tertib di sekolah.
Membolos adalah hal yang sering dilakukan siswa tanpa surat keterangan
dan ada juga siswa yang membolos dikarenakan orang tua yang bekerja
dari pagi sehingga siswa tersebut kurang pengawasan dari orang tua.
g. Berbicara Kotor
Bebicara kotor menjadi hal yang biasa dilakukan siswa entah itu
disengaja maupun tidak. Siswa yang berbicara kotor didepan teman atau
pada saat jam pembelajaran berlangsung sangat banyak. Siswa berbicara
kotor dikarenakan dari faktor keluarga, lingkungan pergaulan, dan
kurangnya pengawasan dari orang tua.
h. Tidak Mematuhi Tata Tertib
Tata tertib dianggap sepeleh dari beberapa siswa, mulai dari tidak
memakai ikat pinggang, dasi dan bahkan kaos kaki yang tidak sesuai.
Ada juga siswa yang melanggar aturan pada saat jam pembelajaran siswa
tersebut makan di kelas. Namun guru sudah melarang untuk siswa makan
pada saat jam pelajaran tetapi masih banyak siswa yang melanggarnya.
i. Sering Keluar Masuk Kelas
Kejadian ini sering sekali pada saat guru menjelaskan, siswa sering
meminta izin untuk ke toilet. Guru sudah melarang siswa untuk keluar
kelas pada saat jam pelajaran dan hanya memperbolehkan 1 orang siswa.
Namun masih banyak siswa yang keluar dengan temannya pada saat jam
pembelajaran berlangsung dikarenakan siswa tersebut tidak berani untuk
ke toilet sendiri. Ada juga siswa yang meminta izin ke toilet tetapi pergi
ke kantin untuk membeli jajan.

6
2.3 Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan
siswa
Karakteristik perkembangan siswa merujuk pada berbagai aspek dan
tahapan perkembangan yang dialami oleh siswa selama masa pertumbuhan
dan pembelajaran mereka. Karakteristik ini mencakup berbagai aspek seperti
fisik, kognitif, sosial, emosional. Memahami karakteristik perkembangan
siswa penting bagi pendidik, orang tua, dan pihak yang terlibat dalam
pendidikan anak-anak termasuk bimbingan dan konseling, karena hal ini
dapat membantu dalam merancang pengajaran dan pendekatan yang sesuai
dengan kebutuhan individual siswa. Dalam konteks perkembangan, kita dapat
memahami karakteristik perkembangannya dengan cara menganalisis
masalah-masalah yang muncul selama proses perkembangannya. Dengan kata
lain, untuk memahami bagaimana seseorang berkembang, penting untuk
memahami tantangan atau masalah yang mereka hadapi selama proses
tersebut. Berikut adalah beberapa karakteristik perkembangan siswa dan
masalah-masalah yang berkaitan :
a. Perkembangan Fisik
Siswa akan mengalami perubahan fisik yang signifikan seperti
pertumbuhan tubuh, perkembangan seksual, dan perubahan bentuk
tubuh. Masalah yang mungkin timbul dari perubahan ini adalah
kurangnya pengertian atau kecemasan tentang perubahan fisik yang
sedang terjadi.
b. Perkembangan Kognitif
Siswa mungkin mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep atau
masalah kognitif seperti kesulitan berpikir kritis, penalaran, atau
memecahkan masalah. Ini bisa menjadi tantangan dalam pengajaran
dan memerlukan pendekatan pembelajaran yang beragam.
c. Perkembangan Sosial
Siswa mengalami perkembangan sosial yang kompleks selama masa
sekolah. Mereka mungkin mengalami masalah seperti perundungan
(bullying) atau kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-teman
mereka. Pendidik harus berperan dalam menciptakan lingkungan yang
aman dan mendukung.
d. Perkembangan Emosional

7
Siswa dapat mengalami perubahan emosional yang signifikan selama
masa sekolah. Masalah seperti kecemasan, depresi, dan masalah
perilaku dapat muncul. Penting bagi pendidik dan orang tua untuk
mengenali tanda-tanda ini dan memberikan dukungan yang sesuai
karena ini bisa memengaruhi konsentrasi, motivasi, dan prestasi
mereka di sekolah.

2.4 Teknik membantu siswa yang bermasalah


Dalam menangani masalah siswa, guru harus mampu melakukan
identifikasi terhadap masalah siswa secara tepat sehingga dapat melakukan
pengambilan keputusan tindakan yang sesuai. Pada prinsipnya ketika menjumpai
masalah pada siswa perlu dipastikan sumber masalahnya ada pada siswa atau
bukan; karena dapat saja sumber masalah justru pada guru atau teman belajar, atau
bahkan orangtua siswa. Jika yang bermasalah betul-betul siswa sendiri maka
sedapat mungkin guru yang memberikan pertolongan, apalagi masalah yang
muncul saat proses pembelajaran diharapkan dapat diselesaikan oleh guru sendiri
sebagai bagian dari keterampilan melakukan manajemen kelas. Apabila masalah
tidak kunjung selesai atau dari awal telah teridentifikasi bahwa masalah tersebut
cukup berat atau ada tendensi masalah kesehatan/masalah lain yang
kewenangannya di luar kompetensi guru maka dapat segera dilakukan perujukan ke
profesional terkait.
Gejala-gejala perilaku menyimpang sangat mudah dikenali ketika berada di
sekolah. Perilaku menyimpang yang terjadi dapat masuk dalam kategori ringan
sampai berat. Solusi untuk menanggapi persoalan tersebut dapat dilakukan dengan
dua teknik yaitu melalui pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan
konseling.
Pemecahan perkara siswa bermasalah dengan pendekatan disiplin mengacu
pada peraturan serta tata tertib instansi bersama dengan hukumannya. Sekolah
merupakan tempat dimana keberadaan tata tertib sangat dijunjung guna mengatasi
tindakan menyimpang yang dilakukan siswa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
mengedepankan peraturan dengan tujuan menyembuhkan segala bentuk perilaku
menyimpang yang dialami siswa. Adanya sanksi juga bukan semena-mena dalam
menghukum dan tidak setinggi lembaga hukum dalam memberikan sanksi, namun
hukuman yang diberikan tentunya bersifat mendidik seperti membersihkan
lingkungan sekolah atau diberi tugas tertentu yang menunjang kemampuan
kognitifnya
Penanganan anak bermasalag menggunakan pendekatan disiplin membuat
anak jera. Berbeda dengan hal tersebut, pendekatan melalui Bimbingan dan
8
Konseling lebih mengarah pada usaha penyembuhan dengan sarana pelayanan
yang ada. Melalui pendekatan ini, siswa tidak akan menerima sanksi apapun.
Proses ini lebih merujuk pada hubungan atau interaksi antara konselor dan siswa
sehingga anak dapat mengetahui dan mengenal permasalahannya. Diharapkan
dalam proses ini anak mampu menerima diri dan lingkungannya serta dapat
beradaptasi dengan lebih baik. Tentunya dengan teknik ini, hubungan antara
konselor dengan anak akan lebih terjalin dengan bak karena anak akan menaruh
kepercayaan kepada konselor dan konselor dapat memahami lebih apa yang sedang
dirasakan oleh anak tersebut serta memberikan saran atau solusi.
Penanganan yang diberlakukan guna mengatasi perilaku menyimpang anak
berbeda-beda tergantung dari tingkatan perilaku anak seperti apa. Tingkatan
tersebut meliputi ringan, sedang, dan berat.
1. Masalah ringan, hal ini dapat berupa perilaku seperti membolos, malas,
kesulitan belajar, berkelahi dengan teman, bertengkar, berpacaran, atau
mencuri kelas ringan. Kasus ringan seperti ini dapat dibimbing oleh wali kelas
dan guru dengan konsultasi bersama kepala sekolah atau konselor atau bisa
mengadakan kunjungan rumah.
2. Masalah sedang, antara lain gangguan emosional, pacaran dengan perilaku
tidak sesuai norma, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar karena kondisi
keluarga, minum-minuman keras, pencurian tahap sedang, dan melakukan
gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang diatasi dengan bimbingan konselor
dan konsultasi dengan kepala sekolah, tenaga ahli, polisi, atau bisa
mengadakan konferensi kasus.
3. Masalah berat, seperti gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan
narkotika, perilaku kriminalitas, pencabulan, percobaan bunuh diri, serta
perkelahian dengan senjata api atau senjata tajam. Kasus berat memerlukan
alih tangan kepada psikolog dan psikiater, dokter, polisi serta ahli hukum yang
sebelumnya melakukan kegiatan konferensi kasus. Pihak sekolah hanya akan
memberi dukungan verbal dan menyerahkan kasus kepada pihak berwenang.
Penggunaan teknik pendekatan bimbingan dan konseling pada penanganan
siswa bermasalah tidak hanya menjadi tanggungan guru BK atau konselor sekolah,
namun juga melibatkan beberapa pihak lain sesuai dengan kasus siswa sehingga
dapat bersama-sama membantu siswa memperoleh penyelesaian dan
perkembangan pribadi yang optimal serta tidak menyimpang dari norma sosial
yang ada.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku menyimpang atau bermasalah, juga dikenal sebagai juvenile
delinquency, adalah tindakan jahat atau kenakalan yang terjadi pada anak-
anak muda, yang sering disebabkan oleh pengabaian sosial dan pengaruh
lingkungan. Anak-anak muda yang terlibat dalam perilaku menyimpang
seringkali mengalami cacat sosial dan mental akibat pengaruh sosial di
masyarakat. Perilaku bermasalah adalah perilaku di mana individu tidak dapat
atau tidak mau mengikuti norma perilaku sosial yang diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat mengganggu proses belajar dan menyebabkan
perilaku agresif atau pasif yang membuat sulit berkolaborasi dengan orang
lain.
Jenis perilaku bermasalah terdapat dua bentuk penyimpangan, yaitu
penyimpangan primer yang sifatnya sementara dan dapat dimaklumi, serta
penyimpangan sekunder yang merupakan lanjutan dari penyimpangan primer
dan dapat merugikan orang lain dan mendapatkan sanksi sosial atau hukum.
Bentuk-bentuk perilaku bermasalah tersebut antara lain perilaku
emosional menggunakan tindakan fisik, perilaku provokator tindakan negatif,
perilaku membully, perilaku mengganggu, perkelahian, membolos, berbicara
kotor, tidak mematuhi tata tertib, dan sering keluar masuk kelas. Semua
perilaku ini dapat mengganggu proses pembelajaran dan menciptakan
lingkungan yang tidak kondusif di sekolah. Diperlukan upaya pendekatan dan
pengawasan yang tepat untuk mengatasi dan mencegah perilaku bermasalah
ini pada siswa.
Karakteristik perkembangan siswa mencakup aspek fisik, kognitif,
sosial, dan emosional. Penting bagi pendidik, orang tua, dan pihak yang
terlibat dalam pendidikan anak-anak untuk memahami hal tersebut karena
dapat membantu dalam merancang pengajaran dan pendekatan yang sesuai
dengan kebutuhan individual siswa, dan untuk menganalisis tantangan atau
masalah yang mereka hadapi selama proses perkembangannya. Masalah-
masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan siswa adalah
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial,
perkembangan emosional.

10
Penanganan masalah siswa yang bermasalah di sekolah melibatkan
identifikasi masalah dengan tepat, memastikan sumber masalah, dan memilih
tindakan yang sesuai. Sumber masalah bisa berasal dari siswa, guru, teman
belajar, atau bahkan orangtua. Gejala perilaku bermasalah bisa bervariasi dari
ringan hingga berat, dan penanganannya dapat dilakukan melalui pendekatan
disiplin atau pendekatan bimbingan dan konseling. Pendekatan disiplin
mencakup penerapan peraturan sekolah dan sanksi yang bersifat mendidik. Di
sisi lain, pendekatan bimbingan dan konseling lebih fokus pada penyembuhan
melalui pelayanan konseling yang tidak melibatkan sanksi.

3.2 Saran
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bimbingan bagi anak berperilaku
bermasalah. Dengan uraian yang telah kami kemukakan semoga dapat
membuka wawasan bagi kita semua tentang bimbingan bagi anak berperilaku
bermasalah.
Kami juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, H. L., Ghufron, S., & Kasiyun, S. (2020). Perilaku Negatif Siswa:
Bentuk, Faktor Penyebab, Dan Solusi Guru Dalam Mengatasinya.
Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-Sd-An, 7(2).
Hidayah, N., & Ismiradewi. (2020). Modul Pelatihan Untuk Guru : Identifikasi
Dan Penanganan.
Khusna, N. M. (2021). Penanganan Perilaku Bermasalah Pada Siswa Sekolah
Dasar Berbasis Agama (Studi Kasus Di Sd Qurrota A’yun Yogyakarta). Uin
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kusuma, M. P. (2014). Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar
Negeri Delegan 2, Dinginan, Sumberharjo, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta.
Mahabbati, A. (2014). Pola Perilaku Bermasalah Dan Rancangan Intervensi Pada
Anak Tunalaras Tipe Gangguan Perilaku (Conduct Disorder) Berdasarkan
Fungsctional Behavior Assesment. Dinamika Pendidikan, 21(01).
Mazrur, M. (2022). Penanganan Perilaku Siswa Bermasalah Di Sekolah: Sebuah
Analisis Metode Guru Handling Of Problem Student Behavior In School: An
Analysis Of The Teacher Method. Jurnal Hadratul Madaniyah, 9(2), 76–84.
Repita, L. E., Parmiti, D. P., & Tirtayani, L. A. (2016). Implementasi Teknik
Modeling Untuk Meminimalisasi Perilaku Bermasalah Oppositional Defiant
Pada Anak Kelompok B. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 4(2).
Suteja, J. (2016). Pendekatan Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Masalah
Dan Memaksimalkan Potensi Siswa Di Sekolah. Edueksos Jurnal
Pendidikan Sosial & Ekonomi, 2(1).

12
LAPORAN KINERJA

Nama Mandiri Diskusi Hasil


Puspita Siwi Mustikaningrum 50% 50% 100%
Wahyu Choyrunisya Salsa Bela 50% 50% 100%

(Ahman & Rohmana, n.d.; Dr. Maya Kartika Sari et al., n.d.; Silvia, 2019; Waasi, 2022)

13

Anda mungkin juga menyukai