Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
bisa menyelsaikan makalah tentang Aplikasi titik tekan pembelajaran motorik
bagi siswa disekolah.
Makalah ini sudah selesai penulis susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Semoga makalah ini dan bermanfaat serta dapat memberi informasi pada
pembaca. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Bengkulu, 7 November 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Pendidikan


adalah salah satu kunci untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan dalam hidup.
Pendidikan memiliki banyak metode pembelajaran. Suatu pendidikkan dapat
berjalan dengan lancar ketika adanya proses belajar yang baik.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai


tindakan belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Belajar merupakan sesuatu
kebutuhan yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan seseorang tentang
hal baru yang sebelumnya belum diketahui menjadi suatu ilmu baru, dengan
belajar seseorang telah mengalami suatu proses menuju kearah yang lebih baik.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan


keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian
proses dan interaksi belajar. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-
laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah
kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan
belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Kegiatan pembelajaran sering dijumpai pada ruang lingkup sekolah, banyak hal
yang berkaitan dengan pembelajaran salah satunya pembelajaran motorik.

Secara sederhana, pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses


belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, serta variabel
yang mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian motorik. Aspek
pembelajaran motorik dalam pendidikan merupakan aspek yang berhubunngan
dengan tindakan atau prilaku yang ditampilkan oleh para siswa setelah menerima
materi tertentu dari guru.
Pembelajaran motorik merupakan hal penting yang perlu diterapkan secara
baik dan benar dalam aktivitas kegiatan pembelajaran, terutama bagi guru
pendidik terkhusus guru penjas, hal ini dikarenakan gerak berkaitan erat dengan
olahraga dalam hal ini pendidikkan penjaas berperan besar, untuk itu diharapkan
makalah ini bisa memberikan informasi pembelajaran motorik siswa disekolah.
1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana aplikasi titik tekan pembelajaran motorik bagi siswa disekolah?


b) Bagaimana klasifikasi titik tekan pembelajaran motorik?
c) Bagimana titik tekan pasca pembelajaran motorik?
1.3 Tujuan

a) Menjelaskan aplikasi titik tekan pembelajaran motorik bagi siswa disekolah


b) Menjelaskan klasifikasi titk tekan pembelajaran motorik
c) Menjelaskan titik tekan pasca pembelajaran motorik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aplikasi titik tekan pembelajaran motorik bagi siswa disekolah
2.1.1 Konsep Pembelajaran Motorik

Secara garis besar, pembelajaran motorik di sekolah mengacu pada empat


konsep utama. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut:

a) Pelajaran motorik di sekolah adalah suatu proses bagi para siswa untuk
memproleh kemampuan dalam berbagai tindakan. Tentu saja, gerakan atau
tindakan yang di proleh berupa gerakan yang bersifat keterampilan, Dengan
ungkapan lain, tidak semua siswa bisa melakukan gerakan tersebut secara
sempurna, kecuali dilakukan dengan latihan dan pembelajaran.
b) Pelajaran motorik di sekolah dilakukan dengan pengalaman ataupun praktek
langsung oleh para guru siswa dengan bimbingan dan pengawasan guru. Dalam
konsep ini, hal yang ditekankan bukanlah penguasaan materi, tetapi praktik
langsung yang dilakukan oleh para siswa. Pasalnya, pembelajaran motorik
adalah pembelajaran keahlian dalam hal terapan yang hanya bisa diproleh
dengan cara praktek.
c) Untuk mengukur hasil pembelajaran motorik terhadap pasa siswa di sekolah,
para guri tidak bisa mengukur secara langsung dalam waktu singkat. Oleh
karena itu, sebagai gantinya adalah inferred dari prilaku para siswa yang dapat
dilihat secara kasat mata. Di sanalah, guru bisa melihat dan mengukur terjadi
atau tidaknya perkembangan yang signifikan dalam hal pembelajaran motorik.
d)  Hasil pembelajaran motorik di sekolah yang bersifat relative dapat dilihat dari
munculnya perubahan yang permanen dalam prilaku  para siswa, baik yang
ditunjukkan di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
2.1.2 Pembelajaran Motorik dan Pengarunya Terhadap Anak

Dewasa ini, setiap lembaga pendidikan dituntut menekankan pembelajaran


motorik bagi para siswa. Pasalnya, pembelajaran motorik sangan berkaitan erat
dengan perkembangan kehidupan mereka di sekolah maupun luar sekolah.
Dengan ungkapan lain, aplikasi teori pembelajaran motorik di sekolah bukanlah
kegiatan yang sia-sia. Pembelajaran motorik di sekolah berpengahur terhadap
beberapa aspek kehidupan para siswa. Diantaranta adalah sebagai berikut:

a) Dengan pembelajaran motorik yang diadakan di sekolah, para siswa dapat


menemukan hiburan yang nyata, sehingga mereka jauh dari perasaan stress
maupun hal lainya yang dapat mengganggu kondisi psikologis mereka
mengganggu proses belajar secara umun. Mereka akan selalu merasa senang
dengan pembelajaran motorik seperti:
o Bermain bola seperti menangkap, menendang, melempar, menggiring,
mengumpan, dan lain
o Melipat kertas menjadi sebuah karya seni yang sangat indah dan enak di
pandang
o  Aplikasi teori motorik behavior elementaristik yang dilakukan di sekolah,
yaitu perubahan perilaku keterampilan gerak yang dapat diamati, diukur,
dan dinilai secara konkret, yang diproleh dari percobaan-percabaan.
Biasanya, percobaan itu dilakukan pada binatang. Contohnya, seorang
siswa melakukan uji coba dengan tongkat yang digerakkan pada monyet
yang ingib mengambil sesuatu, atau harimau yang buas menjadi jinak.
Keterampilan semcam ini merupan keterampilan yang diproleh dari
pembelajaran motorik.
b) Dengan pembelajaran motorik yang diadakan di sekolah, para siswa dapat
beranjak dari kondisi lemah ke kondisi kuat, atau dari kondisi tidak berdaya
menuju kondisi independen. Misalnya pada bulan-bulan pertama ketika
seorang siswa duduk di bangku sekolah, ia merasa tidak percaya diri untuk
bergaul dengan teman-temanya, sulit beradaptasi, da selalu merasa malu,
sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan pembelajaran motorik di
sekolah, ia bisa bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain dan berbuat
suatu bagi dirinya sendiri. Pembelajaran motorik ini dapt menunjang rasa
percaya diri dan optimism. Pasalnya dengan pembelajaran morotik di sekolah,
ia diajak turut aktif di dalam kelas maupun luar kelas, sehingga kondisi
tersebut bisa meningkatkan pengalamanya.
c) Dengan pembelajaran motorik yang diadakan di sekolah, para siswa dapt
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra sekolah atau usia
kelas awal, mereka bisa dilatih dengan pembelajaran motorik, seperti menulis,
menggambar, melukis dam bari-berbaris, sehingga mereka mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Kondisi ini mempermudah para
guru dalam membimbing para siswa di sekolah.
d) Pembelajaran motorik di sekolah akan menunjang keterampilan para siswa
dalam berbagai hal. Kondisi ini akan memungkinkan merekan dalam bermain
atau bergaul dengan teman sebaya di sekolah mauoun diluar sekolah.
Fenomena tersebut sesuai dengan ungkapan “Sebenrnya yang menyelamatkan
manusia bukanlah pengetahuan mereka, melainkan keterampilan mereka”
Artinya jika sekolah tidak menekankan pentingnya pembelajaran motorik,
maka para siswa akan mengalami hambatan dalam bergaul, bahkan mereka
akan dikucilkan atau menjadi anak terpinggir dari pergaulan. Dengan ungkapan
lain, pelaksanaan pembelajaran motorik di sekolah sangat mempengaruhi
perkembangan kpribadian mereka.
e) Pembelajaran motorik di sekolah akan mendorong para siswa bersikap mendiri
dan berdikari, sehingga mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi,
tanpa banyak bergantung pada orang lain. Pembelajaran motorik di sekolah
mencakup kemampuan yang menyangkut keterampilan fisik dalam
mengerjakan atau pun menyelesaikan sesuatu, sehingga mereka akan terdidik
untuk menyelesaikan masalah yang dialami. Keterampilan tersebut berupa:
o Keterampilan dalam bidang olahraga
o Ketermampilan penguasan dalam menjalankan mesin atau berbagi
peralatan, baik di sekolah maupun luar sekolah.
o  Keterampilan dalam melakukan sesuatu gerakan fisik, seperti seperti
gerakan mengeudi, berlari dan lain-lain.
o  Keterampilan gerakan yang dilakukan oleh para siswa berdasarkan trial
and error ataupun pengetahuan yang telah dimiliki.
o  Mekanisme atau kecakapan maksimal dalam melakukan sesuatu, sehingga
akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal pula.
o Respon motorik yang tampak atau terlihat secara kasat mata terhadap
segala sesuatu, misalnya munculnya respons secara cepat dan tepat ketika
terjadi kerusakan, kecelakaan, dan lain-lain.
o Penyusuaian atau adaptasi berbagai kondisi secara cepat dan terarah,
sehingga para siswa yang menekuni pembelajaran motorik akan dapat
hidup dalam kondisi dan situasi apa pun. Selain itu, menciptakan gerakan-
gerakan sendiri sehingga mendapat hasil dari pembelajaran motorik.

Dengan demikian, apabila setiap sekolah menekankan pembelajaran


motorik terhadap para siswa, mereka akan memiliki kemampuan motorik yang
selalu berkembang dengan baik, sehingga mereka dapat mengembangkan berbagai
hal yang ada dalam diri.
2.1.3 Beberapa Hal Penting dalam Pembelajaran Motorik

Ada beberapa hal penting yang harus diketahui dan dilakukan oleh guru
dalam setiap pembelajaran motorik. Hal-hal penting yang dimaksud adalah
kesiapan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi,
keterampilan motorik dipelajari secara mandiri, serta keterampilan motorik di
pelajari satu per satu.

Adapun penjelasan selengkapnya mengenai berbagai hal penting dalam


pembelajaran motorik tersebut sebgai berikut:

 Kesiapan Belajar

Kesuksesan pembelajaran motorik di tentukan oleh sejauh mana seorang


guru bisa mempersiapkan pembelajaran. Tanpa persiapan yang matang, mustahil
pembelajaran motorik dapat berlangsung secara lancar dan memberikan hasil yang
memuaskan bagi para siswa. Dalam kesiapan belajar, ada beberapa hal yang harus
disipkan dan diperhatikan oleh guru. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Waktu

Guru bisa mengadakan pembelajaran motorik seminggu sekali, seminggu


dua kali, atau dua minggu sekali. Namun yang jelas penentuan harus benar-benar
efisien yaitu pada waktu yang tepat bagi para siswa sehingga mereka tidak merasa
terganggu sedikit pun.

b) Tempat

Guru dapat menetukan tempat pembelajaran motorik di sekolah, lingkngan


sekolah, ataupun luar lingkungan sekolah. Namun di mana pun tempatnya, hal
utama yang menjdi pertimbangan adalah kelancaran dan efektivitas pembelajaran.
Jangan sampai menetukan tempat yang justru membuat para siswa tidak bisa
berkonsentrasi.

c) Peralatan
Hampir semua pembelajaran motorik memerlukan peralatan. Peralatan
sangat menetukan kelancaran jalannya pembelajaran motorik. Peralatan juga bisa
memudahkan para siswa dalam memahami dan menguasai keterampilan motorik.
Sebagai contoh, dalam pelajaran seni tari, garu harus menyediakan peralatan
musik sebagai pengantar gerakan tari. Musik tersebut akan membuat para penari
yang terdiri atas siswa semakin memahami gerakan tari yang dilakukan.
d) Konsep Pembelajaran

Aplikasi pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah tidak bisa terlepas
dari konsep pembelajaran. Sebelum guru mengadakan pembelajaran motorik bagi
para siswa di sekolah, terlebih dahulu ia juga harus membuat konsep
pembelajaran yang akan dilakukannya.
Konsep pembelajaran motorik yang baik adalah konsep yang sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh para siswa, mudah dikerjakan, dan sesuai
dengan kemampuan mereka, serta dapat memberikan hasil yang maksimal. Sebaik
apa pun konsep pembelajaran yang dirancang oleh guru, namun tidak dapt
dilaksanakan oleh guru dan para siswa, maka konsep tersebut tidak akan
memberikan arti apapun. Dalam hal ini, guru perlu merancang konsep
pembelajaran yang wajar.

e) Catatan Penting

Persiapan pembelajaran motorik juga berkaitan dengan catatan-catatan


penting mengenai berbagai hal yang dialami oleh para siswa selama pembelajaran.
Catatan-catatan penting tersebut sangan berguna bagi proses pembelajaran
motorik. Ada beberapa hal penting yang bisa dicatat oleh guru. Di antaranya ialah
sebagai berikut:

o Catatan mengenai karakter pribadi siswa yang penakut, mudah terkejut,


gagap, dan lain-lain. Hal-hal semacam ini perlu diingat oleh guru karena
bisa mempengaruhi proses pembelajaran motorik.
o Riwayat kesehatan para siswa. Misalnya ada seorang siswa yang tidak bisa
terkena udara dingin, panas, debu, mudah capek, dan lain-lain, sehingga
guru perlu menyesuaikan kegiatan pembelajaran motorik dengan
keadaanya.
o Potensi kecerdasan siswa yang dimiliki oleh siswa. Kadang, seorang siswa
yang emepunyai otak cerdas mampu melakukan kegiatan motorik dengan
baik, namun tidak jarang pula seorang siswa yang otaknya cerdas justru
tidak dapat melakukan keterampilam motorik dengan baik. Sebaliknya,
ada seorang siswa yang otaknya biasa-biasa saja justru mampu
menunjukkan keterampilan motorik yang jauh lebih dari pada siswa yang
memiliki otak cerdas. Apabila hal-hal tersebut sudah di persiapkan secara
matang, maka pelaksanaan pembelajaran motorik akan berjalan dengan
lancar.
 Kesempatan Berpraktek

Hal penting lainnya yang harus diketahui oleh seorang guru pembelajaran
motorik adalah kesempatan belajar. Pada hakikatnya, pembelajaran motorik
adalah kegiatan yang memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya bagi para
siswa untuk melakukan pratek.

Sebenarnya, dinilai sebagai suatu kesalahan besar dalam pembelajaran


motorik jika guru terlalu bersifat aktif, sedangkan siswa bersikap pasif. Atau, guru
lebih banyak memberikan contoh, memperagakan, dan melakkan demontrasi,
sedangkan siswa hanya melihat dan mengamati.

Sesungguhnya, yang benar adalah siswa harus melakukan praktik,


sedangkan guru hanya membimbing, mengawasi, member contoh seperlunya,
memberikan penjelasan seputar keterampilan motorik, atau memberikan
revisi/perbaikan apabila terjadi kesalahan.

Oleh karena itu, alokasi waktu pembelajaran motorik harus banyak


diberikan kepada para siswa untuk melakukan praktik motorik agar mereka bisa
merasakan pengalaman langsung dari aplikasi materi pelajaran yang selama ini
mereka dapatkan.

 Model yang Baik

Pembelajaran motorik yang baik perlu dilandasi dengan model yang baik
oleh seorang guru. Adapun yang dimaksud dengan model yang baik adalah guru
mampu merancang kegiatan pembelajaran motorik dengan metode aplikasi yang
menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga mereka semakin bersemangat
dalam kegiatan tersebut. Di antaranya adalah sebagai berikut:
o Merancang pembelajaran motorik dalam bentuk permainan yang
menyenangkan.
o Memberi penghargaan kepada para siswa yang berhasil melakukan
keterampilan motorik yang baik dan benar.
o Melakukan kegiatan pembelajaran motorik doluar lingkungan
sekolah/tidak selalu dalam lingkungan sekolah, sehingga terjadi perubahan
suasana pembelajaran.
o Mengadakan pembelajaran motorik pada waktu yang tepat sesuai
dengansuasana psikologis para siswa

Model pembelajaran motorik yang baik bisa dilihat dari pemberian contoh
keterampilan motorik yang kreatif dari seorang guru untuk ditiru dan di
praktikkan oleh para siswa. Di antaranya adalah sebagai berikut:

o Memberi contoh dalam bentuk film, sehingga para siswaa akan


menyaksikan sebuah gerakan atau keterampilan motorik dalam bentik
audio visual. Misalnya, untuk memberi contoh gerakan motorik dalam seni
tari, guru bisa memutar video tari yang diperagakan oleh penari
professional sehingga para siswa dapat melihat secara langsung. Cara
semacam itu akan meningkatkan semnagat mereka.
o Memberikan contoh gambar yang bisa dilihat oleh paraa siswa mengenai
keterampilan motorik yang sedang dipelajari atau di praktikkan.
o Member contoh langsung kepada para siswa, yaitu guru melakukan
demontrasi di depan mereka. Misalnya guru juga ikut melakukan gerakan
motorik dalam pelajaran senam dan lain-lain.
 Bimbingan

Pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah juga tidak bisa di pisahkan
dari bimbingan yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini, guru harus menyadari
bahwa setiap bimbingan yang diberikan akan sangat berguna bagi perkembangan
kemampuan dan kecerdasan motorik mereka.
Meskipun pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah sebenarnya
lebih banyak menekankan pada praktik secara langsung, namun bukan berarti
bahwa guru sama sekali tidak memberikan bimbingan kepada mereka. Guru tetap
harus memberikan bimbingan seperlunya kepada mereka.

Agar guru tidak terjebak dalam bimbingan yang bersifat doktriner terhadap
para siswa, maka ada beberapa hal yang harus diingat ketika memberi bimbingan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Memberikan bimbingan seperlunya, Apabila para siswa sudah dianggap


paham, guru bisa membiarkan mereka berekspresi bebas.
b) Membuat bimbingan layaknya sebuah diskusi dan dialog antara guru dan para
siswa. Sehingga, ketika guru membimbing mereka, mereka tidak merasa selalu
digurui.
c) Bimbingan sebaiknya diberikan pada awal dan akhir kegiatan agar para siswa
tidak terganggu saat melakuan praktik keterampilam motorik. Apabila mereka
melakukan kesalahan, biarkan dulu mereka selesai melakuan keterampilan
tersebut. Setelah itu, guru bisa member tahu mengenai kesalahan yang di
perbuat.
d) Sebelum memberikan bimbingan atau member tahu kesalahan yang diperbuat
oleh para siswa ketika melakukan keterampilan motorik, sebaiknya guru
terlebih dahulu menanyakan kepada mereka tentang terjadi atau tidaknya
kesalahan. Jika mereka merasa melakukan kesalahan, berarti nalar dan
kepekaan mereka sudah tajam, sehingga guru cukup mengarahkan.
 Motivasi

Hal yang juga harus dianggap penting oleh guru ketika mengadakan
pembelajaran motorik dengan para siswa si sekolah adalah motivasi. Motivasi
tentu berbeda dengan bimbingan. Bimbingan berkaitan dengan materi aplikasi
pembelajaran secara normative, sedangkan motivasi yang diberikan oleh
guruberkaitan dengan kejiwaan dan kondisi psokologis mereka. Dalam
memberikan motivasi kepada mereka, hal yang ditekankan adalah kesadaran dan
keseriusan mereka dalam mengikuti pembelajaran motorik.

Apabila guru berhasil memotivasi para siswa, maka mereka akan selalu
senang mengikuti kegiatan pembelajaran motorik. Dalam hal ini, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan oleh guru. Diantaranya ialah sebagai berikut:

a) Tidak mudah menyalahkan para siswa, sehingga mereka selalu senang


mengikuti pembelajaran motorik.
b) Senantiasa memberi apresiasi terhadap sesuatu yang telah dicapai oleh para
siswa, sekecil apa pun pencapai tersebut. Misalnya ketika seorang siswa bisa
mempraktikkan gerakan balik kanan dengan benar, maka guru perlu
memberikan apresiasi, sehingga siswa tersebut selalu senang mengikuti
kegiatan pembelajaran motorik.
c) Tidak pernah membentukpara siswa atau mengeluarkan kata-kata yang tidak
pantas, seperti bodoh, goblok, tolol, otak udang, dasar ediot, meskipun mereka
melakukan kesalahan.
d) Membantu para siswa denga sabar, meskipun mereka memang sulit mengerti
dan memahami sesuatu yang diajarkan oleh guru. Dalam hal ini, kesabaran
guru adalah semangat bagi mereka.
 Keterampilan Motorik Dipelajari Secara Mandiri

Pembelajaran motorik yang baikdan benar bisa dijalankan dengan praktik


secara mandiri. Artinya, satu keterampilan motorik halus dilakukan oleh satu
siswa, bukan per kelompok. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa benar-benar
merasakan pengalaman mempraktikkan, sehingga hasil dan kemampuan yang di
dapat akan sempurna. Apabila satu keterampilan motorik dilakukan secara
berkelompok, maka keahlian yang di proleh tidak merata.

Hal tersebut memang memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga


cenderung membosankan. Di sinilah, guru dituntut bersabar dalam memandangi
para siswa melakukan percobaan satu per satu. Sebagian contoh, apabila dalam 1
kelas terdapat 40 siswa, kemudian guru mengajarkan cara melakukan tendangan
penaltike arawa gawang, maka 40 siswa tersebut harus melakukan praktik
tendangan penalty satu per satu.

Dengan ungkapan lain, guru mesti mengganggap bahwa semua siswa itu
sama, tanpa perbedaan. Jika seorang siswa melakukan percobaan, maka seluruh
siswa jugaa harus melakukan percobaan.

 Keterampilan motorik dipelajari satu per satu

Hal penting lainnya yang harus diketahui oleh guru pembelajaran motorik
adalah keterampilan motorik sebaliknya dipelajari satu per satu, sehingga para
siswa dapat menguasai secara maksimal. Pembelajaran keterampilan satu per satu
juga berkaitan dengan kemampuan otak siswa. Sebab otak siswa tidak bisa
menyerap semua keterampilan dalam satu waktu sekaligus.

Sebagai contoh sederhana, untuk mempelajari bela diri secara prktik, para
siswa harus mempelajari satu per satu gerakan motorik, yaitu:

a) Memukul
b) Menendang
c) Melempar
d) Mencengkram
2.1.4 Metode Pengembangan Motorik Anak TK

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan pembelajaran. Oleh karena


itu, metode dipilih guru berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan
ditentukan. metode juga merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajran
tertentu.
Setiap guru akan menggunakan metode, sesuai dengan gaya melaksakan
kegiatan pembelajarannya. Namun, harus diingat bahwa pendidikan di TK
mempunyai ciri khas sendiri. Oleh karena itu, ada metode-metode yang lebih
sesuai untuk digunakan di TK dibandingkan metode-metode lainnya. Misalnya
guru TK jarang sekali menggunakan metode ceramah dikelasnya. Pemilihan
metode juga ditentukan oleh karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak
yang akan diajar.

Karakteristik tujuan kegiatan pengembangan motorik anak TK adalah untuk


mengembangkan kemampuan motorik anak, melatih anak gerakan-gerakan kasar
dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan
koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh, dan cara hidup sehat.

Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak guru dapat menetapkan


metode-metode yang menjamin anak tidak mengalami cedera. Oleh karena itu,
guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menentang, bahan dan alat
dipergunakan dalam keadaan baik, serta tidak menimbulkan rasa takut dan cemas
dalam menggunakannya.

Selain itu, dalam pemilihan metode untuk mengembangkan keterampilan


motorik anak, guru perlu menyusaikanya dengan karakteristik anak TK yang
selalu bergerak, susahy untuk diam, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang
bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri secara kreatif,
mempunyai imajinasi dan senang berbicara.

Lebih lanjut dalam menentukan metode untuk megembangkan keterampilan


motorik anak, guru memperhatikan tempat kegiatan, apakah didalam atau diluar
kelas, keterampialan apaka yang hendak dikembangkan melalui berbagai
kegiatan, serta tema dan pola yang dipilih dalam kegitsn pembelajaran itu.
Penetuan tempat kegiatan akan menentukan pula peralatan yang akan
digunakan guru. Misalnya, untuk pengembangan motorik halus anak yang
bertujuan agar anak dapat dapat berlatih menggerakan pergelangan tangan dengan
menggambar dan mewarnai atau menggunting dan menempel maka guru dapat
memilih kegiatan yang diperlukan setiap anak, seperti gunting, kertas, pencil
warna atau buku-buku untuk pola yang akan diguting anak jumlah dan peralatan
diharapkan sesuai dengan jumlah ank sehingga setiap anak dapat berlatih sendiri-
sendiri.

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan


pola gerakan yang dilakukan anak, misalnya dalam kemampuan motorik kasar
anak belajar menggerakan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan
dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketetapan organisasi
tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergerakan pergelangan tangan
agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
2.1.5 Penggunan Metode

Metode yang digunakan adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua
kegiatan motorik yang perlu dikembangkan anak, seperti untuk kegiatan motorik
halus anak dapat diberikan aktivitas menggambar, melipat, membentuk, meronce,
dan sebagainya. Sedangkan utuk kegiatan motorik kasar anak dapat belajar
menangkap bola, menendang, melocat, melompat, dan sebagainya. Guru saat
mengembangkan perkembangan motorik anak adalah keamanan anak. Untuk
menerapkan beberapa metode yang sesuai utuk pengembangan motorik anak guru
perlu menentukan dan merencanakan:

o tujuan kegiatan
o tema atau topik kegiatan
o metode
o tempat kegiatan
o peralatan dan bahan yang akan digambar
o urutan langkah kegiatan apa saja yang nantinya akan dilakukan guru dan anak
didiknya.

selanjutnya, guru perlu melaksanakan  kegiatan yang meliputi:

o kegiatan pembukan/awal
o kegiatan inti
o kegiatan penutup.

Terakhir, guru perlu menentukan evaluasi hasil belajar anak dengan


menentukan dan mengembangan bentuk evaluasi untuk melihat kemampuan anak.
Ada beberapa metode pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan motorik
anak, misalnya metode bermain, karya wisata, demonstrasi, proyek atau
pemberian tugas.

Pemilihan suatu metode pembelajaran ditentukan oleh tujuan yang dicapai


anak, sedangkan metode merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajran
tertentu. Hal- hal yang perlu dilakukan guru dalam pemilihan metode untuk
meningkatkan motorik anak adalah menciptakan lingkungan yang aman dan
kegiatan yang menantang, menyediakan tempat, bahan dan akat yang
dipergunakan dalam keadaan baik, serta membimbing anak mengikuti kegiatan
tanpa menimbulkan rasa takut dan cemas dalam menggunakannya.
2.2 Klasifikasi titik tekan pembelajaran motorik
2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Kecermatan Gerak

Klasifikasi keterampilan motorik ditinjau berdasarkan kecermatan gerak,


dapat dibagi menjadi dua yaitu: (a) keterampilan motorik kasar (gross motor
skills) dan (b) keterampilan motorik halus (fine motor skills) (Singer, l980).
(a) Keterampilan Motorik Kasar.
Keterampilan motorik kasar adalah keterampilan motorik yang melibatkan
otot-otot besar sebagai penggerak utama. Keterampilan motorik kasar
berhubungan dengan besar dan luasnya penggunaan otot-otot dalam tubuh.
Misalnya, berlari, meloncat, memukul dan sebagainya.
Keterampilan motorik kasar berkaitan dengan besar dan luasnya
penggunaan otot-otot dalam tubuh. Keterampilan ini biasanya melibatkan seluruh
otot tubuh, sehingga hampir semua keterampilan olahraga dapat dipertimbangkan
sebagai kelompok keterampilan motorik kasar. Berdasarkan kenyataan yang ada
di lapangan, diantara kegiatan olahraga yang memiliki keterampilan motorik kasar
terdapat aktivitas yang bersifat halus, seperti waktu penyesuaian diri (timing)
untuk ketepatan gerak. Gerak halus tersebut merupakan suatu rangkaian kontinyu
yang turut mendukung keterampilan gerak kasar, namun ciri khusus keterampilan
gerak kasar yang berhubungan dengan otot-otot besar tetap mendominasi kegiatan
ini.
(b) Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus adalah keterampilan gerak yang melibatkan
otot-otot halus sebagai penggerak utama. Sebagai contoh keterampilan menarik
pelatuk senapan, keterampilan melepas anak panah pada cabang olahrag a
panahan dan sebagainya. Keterampilan gerak halus lebih menunjukkan kepada
kualitas gerak yang lembut. Pada gerak ini aktivitas tubuh lebih terbatas pada
ketelitian responsdari berbagai stimulus. Kunci keberhasilan keterampilan motorik
halus ini salah satunya ditentukan oleh koordinasi neuromusculer, terutama untuk
gerak-gerak yang berhubungan dengan ketepatan dan sering bertautan dengan
koordinasi mata tangan. Keterampilan motorik halus ini ada kalanya murni terjadi
berbentuk keterampilan motorik halus seperti main gitar, mengetik dan
sebagainya. Namun tidak jarang juga muncul disela-sela keterampilan motorik
kasar, seperti yang terjadi pada loncat indah, senam irama, dan sebagainya.
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Titik Awal dan Akhir Gerak

Berdasarkan titik awal dan akhir suatu gerak yang dilakukan, keterampilan
motorik dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: (a) keterampilan motorik
diskrit, (b) keterampilan motorik serial, dan (c) keterampilan motorik kontinyu
(Magill, l980; Singer, l980).
a) Keterampilan Motorik Diskrit
Keterampilan motorik diskrit adalah keterampilan yang dapat diketahui
dengan jelas kapan saat dimulai dan kapan saat berakhir (Singer, l980). Sebagai
contoh, gerakan meloncat dalam loncat indah, gerakan mengguling kedepan sekali
dalam senam lantai dan sebagainya. Ciri lain dari keterampilan diskrit biasanya
gerakan dilakukan secara cepat, dan sering membutuhkan dukungan kemampuan
kognitif. Penentuan batas mulai dan berakhirnya suatu keterampilan itu terutama
didasarkan atas struktur keterampilan itu sendiri, dan bukan berdasarkan mulai
diamatinya keterampilan tersebut.
b) Keterampilan Motorik Serial
Keterampilan motorik serial merupakan gabungan dari beberapa
keterampilan motorik terputus yang dilakukan secara berulang-ulang.
Keterampilan ini dapat dilakukan dengan baik apabila stimulus dapat diperkirakan
(diantisipasi), sehingga pada saat tertentu tuntutan respons tidak terlalu berat
mengganggu rangkaian kegiatan, yang mengakibatkan keterampilan yang
ditampilkan lebih stabil. Poulton (l966) dan Travers (l977), berdasarkan hasil
penelitiannya menyimpulkan, penampilan akan menjadi efektif apabila situasi
yang diantisipasi dan penyesuaian diri dipersiapkan (dalam Singer, l980). Contoh
keterampilan motorik berangkai adalah gerakan mengguling ke depan beberapa
kali, latihan smash tenis meja dengan bantuan alat pelempar dan sebagainya.
c) Keterampilan Motorik Kontinyu
Keterampilan motorik kontinyu adalah keterampilan motorik yang tidak
jelas kapan saat dimulai dan kapan saat akhir gerakan. Kegiatan ini sewaktuwaktu
dapat berhenti atau terus berlangsung dan tidak dapat dihentikan. Contoh
keterampilan ini adalah gerakan bermain tenis meja. Dalam bermain tenis meja,
pemain bergerak dalam berbagai macam pola motorik yang harus dilakukan
secara terus menerus sesuai dengan keadaan bola.
2.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Stabilitas Lingkungan

(a)Keterampilan Tertutup
Keterampilan motorik tertutup adalah keterampilan gerak yang dilakukan
dalam kondisi lingkungan yang tidak berubah-ubah, dan gerakan dilakukan
semata-mata dari stimulus dari dalam diri pelaku sendiri tanpa dipengaruhi oleh
stimulus dari luar. Dengan demikian keterampilan tertutup merupakan
keterampilan merespons lingkungan yang stabil, sehingga pelaku dapat
memprediksi lingkungan dengan baik, karena lingkungan tidak berubah-ubah.
Beberapa contoh keterampilan motorik tertutup antara lain: menembak, memanah,
melempar bola, menendang bola diam dan sebagainya.

(b) Keterampilan Terbuka

Keterampilan motorik terbuka adalah keterampilan gerak dimana


lingkungan selalu berubah-ubah sehingga sukar diprediksi, gerakan yang
dilakukan selain karena adanya stimulus dari dalam diri pelaku, juga dipengaruhi
oleh stimulus dari luar. Keterampilan terbuka ada hampir pada semua cabang
olahraga permainan, kunci sukses pelaksanaan keterampilan terbuka tergantung
pada kemampuan pelaku untuk beradaptasi terhadap stimulus yang berubahubah.
Contoh dalam bermain sepakbola, gerakan-gerakan yang dilakukan seorang
pemain selain karena kemauan sendiri, juga harus berdasarkan gerakan
bola,kawan dan lawan bermain. Kesemuanya merupakan stimulus yang harus
diperhatikan dalam melakukan gerakan.
2.3 Titik tekan pasca pembelajaran motorik
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Motorik.

Menurut Suryabrata (l98l) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh


terhadap proses dan hasil belajar, faktor-faktor tersebut adalah:(l) bahan yang
dipelajari; (2) faktor lingkungan yaitu: lingkungan alami dan lingkungan sosial;
(3) faktor instrumental, baik seperangkat alat keras maupun seperangkat alat
lunak; (4) kondisi individu siswa meliputi, minat, motivasi, kecerdasan, bakat dan
kemampuan kognitif. Singer (l980) menjelaskan, dalam proses belajar motorik
perlu mempertimbangkan tiga faktor utama yaitu: (l) Faktor proses belajar, artinya
bagaimana siswa mengolah informasi sehingga terjadi otomatisasi dalam
melakukan gerakan; (2) Faktor-faktor personal meliputi, ketajaman berpikir,
persepsi, intelegensi, ukuran fisik, pengalaman, emosi, kapabilitas, motivasi,
sikap, jenis kelamin dan usia; (3) Faktor-faktor situasi meliputi, situasi alami dan
sosial. Khusus untuk anak usia delapan sampai sembilan tahun perbedaan jenis
kelamin belum banyak berpengaruh terhadap proses belajar motorik (Annarino,
l980).
2.3.2 Usia-Usia Mencapai Tingkat Motorik

Perkembangan motorik pada usia (0-4 TAHUN) ini menjadi lebih halus dan
lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak
terus melaku-kan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permain-an. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olah-raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang,
dll. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini,
antara lain :

a) Anak Usia 5 Tahun

 Mampu melompat dan menari

 Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan

 Dapat menghitung jari – jarinya

 Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita

Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya

Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya


Mampu membedakan besar dan kecil

b) Anak Usia 6 Tahun

Ketangkasan meningkat

Melompat tali

Bermain sepeda

Mengetahui kanan dan kiri

Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan

Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar

c) Anak Usia 7 Tahun

Mulai membaca dengan lancar

Cemas terhadap kegagalan

Peningkatan minat pada bidang spiritual

Kadang Malu atau sedih

d) Anak Usia 8 – 9 Tahun

Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat


Mampu menggunakan peralatan rumah tangga

Ketrampilan lebih individual

Ingin terlibat dalam sesuatu

Menyukai kelompok dan mode

Mencari teman secara aktif.

e) Anak Usia 10 – 12 Tahun

Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan


dengan pubertas mulai tampak

Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur


pakaian sendiri , dll.

Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain

Mulai tertarik dengan lawan jenis.


2.3.3 Kawasan Psikomotorik

Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada


keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan
(action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan demikian
maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk
yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh
tingkat keterampilan fisik tertentu. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Gerakan seluruh badan (gross body movement)

Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang
memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.

2. Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements)

Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan


antara fungsi salah satu lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.

3. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

Komunikasi non verbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi


yang menggunakan symbol-simbol atau isyarat, misalnya; isyarat, dengan tangan,
anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.

4. Kebolehan dalam berbicara (speech behavior)

Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan


koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi dan
kemampuan berbicara.
2.3.4 Usaha-Usaha Mengembangkan Ketrampilan Motorik

Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu


rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan
koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ketrampilan
semacam ini disebut motorik, karena otot, urat, dan persendian terlibat secara
langsung, sehngga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian.
Belajar ketrampilan motorik menuntut kemampuan untuk merangkainkan
sejumlah gerak-gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan
dengan gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang
dilakukan dan mengapa dilakukan begini-begitu. Walaupun belajar ketrampilan
motorik mengutamakan gerakan-gerakan otot-otot, urat-urat dan persendian dalam
tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indra dan pengolahan
secara kognitif yang melibatkan pengatahuan dan pemahaman.

Dalam belajar ketrampilan motorik, gerakan jasmani, persepsi, konsep dan


kaidah, pengetahuan, bahkan sikap, semuanya memegang peranan, namun
pengaturan gerakan-gerakan jasmani dan koordinasi antara gerakan pada berbagai
anggota badan, memegang peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini sebagai
suatu proses belajar tersendiri. Oleh karena itu jalur belajar ketrampilan motorik
bukanlah jalur belajar kemahiran intelektual, belajar sikap atau belajar informasi
verval, meskipun mendapat dukungan dari hasil-hasil yang diperoleh dalam
belajar bidang-bidang itu.

Sifat khas dari belajar ketrampilan motorik adalah latihan, hal ini memegang
peranan pokok untuk mendarah-dagingkan ketrampilan yang sedang dipelajari.
Tanpa latihan orang tidak mungkin menguasai ketrampilannya sampai menjadi
milik jasmani, karena berlatih itu membutuhkan waktu. Suatu konsep dapat
ditangkap dalam waktu singkat, tapi tidak berlaku dalam ketrampilan motorik.
Selain latihan, perlu juga dikuasai prosedur gerak-gerik yang harus diikuti
dan prosedur koordinasi antara anggota-anggota badan. Prosedur ini menjadi
semacam “program mental”. Mempelajari prosedur dikenal dengan istilah “fase
kongitif” dan proses latihan dikenal dengan istilah “fase fiksasi”.

Suatu ketrampilan motorik terdiri atas sejumlah komponen yang merupakan


subketrampilan-subketrampilan atau ketrampilan bagian. subketrampilan-sub-
ketrampilan itu harus dikuasai, karena merupakan bagian inti dalam keseluruhan
ketrampilan. Subketrampilan itukemudian dilatih tersendiri, kemudian
dihubungkan satu sama lain, sehingga sambil berlatih keseluruhan rangkaian
gerak-gerik dan terkoordinasi. Latihan-latihan itu sebaiknya disebarkan dan tidak
dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti-henti. Hal ini penting untuk
mendapatkan umpan balik, demi memungkinkan penyempurnaan, baik dalam
pengaturan waktu maupun dalam peningkatan keluwesan serta kegencarannya.
Umpan balik ini dapat berupa intrinsik maupun ekstrinsik.

Umpan balik intrinsik berbentuk konfirmasi dari otot-otot, urat dan


persendian apakah sudah tepat atau belum, seolah-olah terdapat program motorik,
yang tertanam dalam kejasmanian seseorang yang mengadakan kontrol terhadap
keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Umpan balik ekstrinsik berbentuk konfirmasi
dari lingkungan, apakah rangkaian gerak-gerik sudah tepat atau belum, misalnya
suatu latihan yang diberikan oleh instruktur. Sedangkan menurut konsep Bloom
menjelaskan bahwa terdapat pemilahan

dalam aspek ketrampilan motorik (Ranah Psikomotorik) sebagai berikut:

a)  Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat


antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan
(stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

b)  Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan


akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c) Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu


rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, meurut
contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.

d)  Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu


rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat,
seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.

e) Gerakan yang komplek : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu


ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan
efisien. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang
berurutandan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu
keseluruhan gerak-gerik yang teratur.

f)  Penyesuaian pola gerakan  : mencakup kemampuan untuk mengadakan


perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau
dengan persyaratan khusus yang berlaku. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran

g)  Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik


yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-
orang yang berketrampilan tinggi dan berani berfikir kreatif, akan mampu
mencapai tingkat kesempurnaan ini.

Dari uraian tersebut di atas, nampak peranan dan wujud dari beberapa fase
dalam belajar ketrampilan motorik yaitu :

1) Fase motivasi : sangat berperanan, lebih-lebih bila ketrampilan yang dipelajari


membutuhkan usaha kontinyu dan banyak waktu latihan.
2) Fase konsentrasi : berperan dalam belajar ketrampilan yang menuntut
pengamatan terhadap lingkungan untuk menentukan posisi badan dan
memperkirakan jarak
3) Fase pengolahan : mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri,

baik subketrampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai


koordinasi.
4) Fase menggali : menggali program mental yang tersimpan dalam ingatan
jangka waktu lama, dan program mental ini langsung menjadi masukan bagi
fase prestasi dan tidak disalurkan melalui ingatan jangka waktu singkat.
5) Fase umpan balik : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau
ekstrinsik, yang berperan dalam penyempurnaan ketrampilan sampai semuanya
berjalanotomatis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam aplikasi titik tekan pembelajaran motorik beberapa hal yang harus
diketahui dan dipahami yaitu hal berhubungan dengan konsep pembelajaran;
pembelajaran motorik dan pengarunya terhadap anak; beberapa hal penting dalam
pembelajaran motoric; metode pengembangan motorik anak TK; serta penggunan
metode. Hal ini perlu dipahami dan di perhatikan agar pelaksanan pembelajaran
motoric dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapakan.

Adapun klasifikasi titik tekan pembelajaran motorik terdiri dari: klasifikasi


berdasarkan kecermatan gerak; klasifikasi berdasarkan titik awal dan akhir gerak;
serta klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan. Berdasarkan pelaksanaan gerak
dan stabilitas lingkungan, keterampilan motorik dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: keterampilan tertutup (close skills) dan keterampilan terbuka
(open skill). Berdasarkan titik awal dan akhir suatu gerak yang dilakukan,
keterampilan motorik dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: keterampilan
motorik diskrit, keterampilan motorik serial, dan keterampilan motorik kontinyu.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan terdiri dari: keterampilan
tertutup dan keterampilan terbuka.

Titik tekan pasca pembelajaran motorik berhubungan dengan hasil akhir


yang diperoleh dalam pembelajaran motorik. Adapun hal-hal yang berhubungan
dengan titik tekan pembelajaran motorik: Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Proses dan Hasil belajar motorik, usia-usia mencapai tingkat motorik, usaha-usaha
mengembangkan ketrampilan motorik, dan kawasan psikomotorik.
3.2 Saran

Dalam pembelajaran motorik terdapat beberapa hal yang harus


diperhatian. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membuka pemikiran
kita agar lebih memahami hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran
motorik, agar pembelajaran penjas dapat terlaksana sebaik mungkin. Perlunya
kerjasama antara pemerintah dan pihak sekolah agar tujuan ini dapat terlaksana.

Penyusun berharap makalah ini dapat mempermudah dalam pengaplikasian


pembelajaran motorik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dan Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Matt, J,. 2007. Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media & Nuansa.
Moeslichatoen, R,. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Rahyubi, H,. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Majalengka: Referens.
Roestiyah. 1989. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.
Singer. 1980. Motor Learning and Human Performance. Canada: USA.
Soetjoningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC
Suyono dan Hariyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wingkel, WS,. 2005. Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yudanto. 2006. Upaya Mengembangkan Kemampuan Motorik Anak Prasekolah.
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 3(3).

Anda mungkin juga menyukai