Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
bisa menyelsaikan makalah tentang Dinamika olahraga dan pengembangan nilai.
Makalah ini sudah selesai penulis susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Semoga makalah ini dan bermanfaat serta dapat memberi informasi pada
pembaca. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Bengkulu, 12 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1     Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Nilai-Nilai Sosial dari Olahraga..............................................3
2.2 Peran dan kedudukkan olahraga dalam mengembangkan nilai social......3
2.3 Nilai-nilai social dalam olahraga.............................................................12
1. Persatuan.................................................................................................12
2. Kerjasama dan kekompakan....................................................................12
3. Persahabatan............................................................................................12
4. Saling menghormati................................................................................13
5. Sportifitas................................................................................................13
6. Fairness....................................................................................................13
7. Ketekunan dan Kerja Keras.....................................................................14
2.4 Kontrovensi gender (dalam olahraga)....................................................14
2.5 karakter pahlawan dalam dunia olahraga................................................17
2.6 Peran olahraga dalam pengembangan disiplin dan kerjasama................18
a) Disiplin....................................................................................................18
b) Kerjasama................................................................................................20
BAB III PENUTUP...............................................................................................23
3.1 Kesimpulan...................................................................................................23
3.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai suatu bidang kajian yang
berusaha memahami hakikat sesuatu secara mendalam. Demikian juga dengan
filsafat olahraga merupakan kajian sebagaimana filsafat pada umumnya, berusaha
untuk memahami hakikat, mempersoalkan suatu isu secara kritis, guna
memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dalam bidang keolahragaan. Dalam
bidang keolahragaan, ada beberapa konsep daasar yang memerlukan pemahaman
secara mendalam. Namun sebelum itu, perlu diketahui terlebih dahulu apa
sebanarnya yang dimaksud konsep.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, olahraga kian meluas dan


memiliki makna yang bersifat universal dan unik. Berawal dari sekedar kegiatan
fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktu luang, dan media eksistensi diri,
akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti politik, ekonomi, dan sosial
budaya.

Sebagai sebuah fenomena global, olahraga terbukti memainkan peranan


penting yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek-aspek tersebut. Olahraga
dapat mempengaruhi berbagai aspek nilai hidup dan kebidupan manusia, baik
sebagai individu maupun masyarakat, seperti nilai ekonomi, sosial, moral, politik,
pendidikan, dan lain-lain.

Dinamika olahraga dan pengembangan nilai merupakan salah satu media


yang positif untuk mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan, salah satu
diantaranya mengembangkan nilai-nilai sosial. Sebab dalam olahraga syarat
dengan sejumlah aktivitas yang mencerminkan kehidupan yang sebenarnya,
termasuk kehidupan dalam kaitannya dengan nilai-nilai sosial.

1
Dinamika olahraga dan pengembangan nilai memainkan peranan penting
dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai dalam olahraga sangat ter-
kait dengan tradisi budaya masyarakat yang diwarisikan secara turun menurun
dari satu generasi ke generasi lainya. Karena itu, olahraga merefleksikan nilai-
nilai sosial suatu masyarakat.

2
Dinamika olahraga dan pengembangan nilai memainkan peranan penting
dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai dalam olahraga sangat ter-
kait dengan tradisi budaya masyarakat yang diwarisikan secara turun menurun
dari satu generasi ke generasi lainya. Karena itu, olahraga merefleksikan nilai-
nilai sosial suatu masyarakat.
Terkait dengan dinamika olahraga dan pengembangan nilai ini hal yang
terkait adalah pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Penjaskes sebagai
salah satu subsistem pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah memiliki peran
penting yang sangat sentral dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan yang dimaksut dengan nilai-nilai social dalam olahraga?
2. Bagaimana peran dan kedudukkan olahraga dalam mengembangkan nilai
social?
3. Apa saja nilai-nilai social dalam olahraga?
4. Bagaimana kontrovensi gender (dalam olahraga)?
5. Bagaimana karakter pahlawan dalam dunia olahraga?
6. Bagimana peran olahraga dalam pengembangan disiplin dan kerjasama?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian nilai-nilai social.
2. Memahami peranan dan kedudukkan olahraga dalam mengembangkan
nilai social.
3. Mengetahui nilai-nilai social dalam olahraga
4. Mengetahui kontrovensi gender dalam olahraga.
5. Mengetahui karakter pahlawan dalam dunia olahraga.
6. Mengetahui peran olahraga dalam pengembangan disiplin dan kerjasama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai-Nilai Sosial dari Olahraga


Nilai sosial dari olahraga adalah sebuah proses pembauran tanpa pembatas
suku, ras dan agama. Proses kesetaraan ini dipandu oleh rasa persaudaraan dalam
meningkatkan kemampuan berolahraga. Nilai-nilai olahraga ini mengikuti
perkembangan masyarakatnya yang bisa dilihat dari sistem perekonomian dan
budayanya. Nilai-nilai kejiwaan dan sosial terlihat pada masa masyarakat
komunal primitif. Sejarah menunjukkan zaman tersebut manusia berolahraga
sesuai dengan peradabannya, misal berburu dengan panah atau lempar batu. Tidak
ada pemenang dan pecundang, tidak ada hadiah yang diperebutkan.

2.2 Peran dan kedudukkan olahraga dalam mengembangkan nilai social

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu melaksakan hak-


hak dan kewajibannya. Artinya apabila melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka dapat dikatakan telah menjalankan suatu
peranan. Suatu peranan paling tidak mencakup tiga hal sebagai berikut :

a) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan denganposisi atau tempat


seseorang dalam masyarakat.
b) Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapatdilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individuyang penting bagi
struktur social.

Olahraga memberikan pengaruh secara langsung terhadap perkembangan


nilai-nilai sosial. Olahraga membentuk karakter manusia dengan situasi pada saat
latihan, pertandingan dan interaksi dalam suatu tim sehingga memberikan ilmu
dan kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Peran dan kedudukan
olahraga dalam kehidupan sosial yaitu berperan menyatukan obyek sosial tanpa

3
memandang perbedaan suku, ras, politik, ideology maupun kepercayaan dan
mampu menanamkan jiwa sportifitas kepada para pelaku sosial serta
berkedudukan sebagai tempat belajar, berlatih,berbagi dan bersaing dengan tidak
mengesampingkan norma dan peraturan yang berlaku dalam kegiatan olahraga
tanpa ada kesenjangan dari parapelaku social.

4
Ada beberapa pokok persoalan yang berkaitan dengan olahraga dan
pengembangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan beserta isu dan perdebatanya.
Persoalan tersebut antara lain:
1.Apa dan Mengapa Sosiologi Olahraga
Jika ditelusuri dari struktur ilmu keolahragaan, sosiologi olahraga
merupakan bidang kajian ilmu yang terbilang baru yang berbasis sosial dan
perilaku (Ilmu Pengetahuan Sosial) sejajar dengan bidang kajian lain seperti
psikologi olahrga dan pedagogi olahraga. Dua kelompok ilmu yang lain dari ilmu
keolahragaan adalah berbasis anatomi-fisiologi-fisika (Ilmu pengetahuan Alam)
yang terdiri atas biomekanika olahraga dan kesehatan olahraga, dan berbasis
sejarah dan filsafat (Humaniora) yang terdiri atas filsafat olahraga dan sejarah
olahraga. Perkembangan setiap bidang kajian akan tergantung pada seberapa besar
kontribusi siginifikan yang diberikan oleh bidang kajian tersebut terhadap cara
masyarakat hidup dan menghidupi dirinya, termasuk bidang kajian sosiologi
olahraga.
Konflikasi mengenai isu akan perkembangan sosiologi olahraga di masa
mendatang menjadi fakta bahwa tidak setiap orang memberi dukungan akan
kehadiran ilmu sosiologi olahraga, bahkan seringkali muncul pertanyaan
bagaimana kita berbuat dengan ilmu sosiologi olahraga, namun banyak pula orang
yang memanfaatkan model "scientific expert". Penggunaan model scientific
expert lebih banyak menekankan pada aspek organisasi dan efisiensi, sementara
penggunaan critical approach menekankan pada unsur transformasi sosial dan
pemberdayaan sosial dari kalangan masyarakat yang terping-girkan dan orang-
orang yang tidak memiliki pengaruh. Perbedaan dari kedua pendekatan ini
seringkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai hasil dan kegunaannya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut Bering pula diperdebatkan di kalangan para ahli
yang berkecimpung dalam bidang sosiologi olahraga.
Sebenarnya yang menjadi tujuan utama dari pokok bahasan mengenai apa
dan mengapa dalam kajian ilmu sosiologi olahraga adalah berangkat dari definisi
olahraga. olahraga telah didefinisikan sebagai aktivitas yang melibatkan unsur-
unsur berikut. (1) keterampilan fisik, (2) kompetensi institusional, dan (3) kombi-

4
nasi antara motivasi intrinsik dan ektrinsik pada setiap pelaku olahraga. Hal lain
yang perlu diingat bahwa olahraga hanya menjadi sebuah alas yang
memungkinkan kita untuk memberikan perhatian pada masalah organisasi sosial,
dinamika sosial dan konsekuensi dari visibilitas yang tinggi mengenai popularitas
olahraga di negara-negara di seluruh dunia.
Hal lain yang perlu dicermati adalah sisi lain dari olahraga sebagai wahana
bermain, rekreasi, kontes, dan tontonan. Dalam konteks seperti ini olahraga
menjadi penting dalam mewujudkan arah hidup manusia yang memiliki hasrat
untuk berprestasi. Apabila kita mewujudanya, kita dapat melihat hubungan antara
olahraga dengan Kekuasaan dan tanggung jawab dalam masyarakat dan kita dapat
peduli dengan kontribusi olahraga dalam merubah sesuatu ke arah yang lebih
positif dalam masyarakat.
2. Apa dan Bagaimana olahraga dalam Perspektif Teori Sosial
Pembahasan tentang apa dan bagaimana olahraga dalam perspektif teori
sosial dimaksudkan untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai berbagai
fenomena sosial yang muncul dalam dunia olahraga sehingga diketahui dan
dipahami hubungan antara olahraga dan masyarakat.
Dalam kaitan itu, ada empat kerangka teori yang berhubungan dengan
olahraga dan masyarakat, yaitu: (a) teori fungsionalisme, (b) teori konflik, (c)
teori kritik, dan (d) teori interaksi simbolik. Setiap kerangka teori tersebut dapat
membantu dalam memahami olahraga sebagai sebuah fenomena sosial, dan
keempat teori ini satu sama lain bisa Baling berhubungan. Misalnya, teori
fungsional menawarkan suatu kejelasan mengenai keterlibatan olahraga dalam
kehidupan para atlet dan penonton. Teori konflik mengidentifikasi persoalan
serius dalam olahraga dan menawarkan suatu penjelasan bagaimana dan mengapa
para olahragawan dan penonton diekploitasi untuk urusan bisnis. Sementara teori
kritis menyarankan bahwa olahraga berkaitan erat dengan hubungan sosial yang
kompleks di mana perubahan-perubahan yang muncul selalu terkait dengan aspek
politik, sosial, dan ekonomi. Adapun teori interaksi simbolik menyarankan bahwa
olahraga memerlukan suatu pemahaman akan makna, identitas, dan interaksi yang
dipadukan dengan keterlibatanya dalam olahraga.

5
Kerangka teori tersebut akan memunculkan kebenaran mengenai olahraga.
Namun, hal ini akan bergantung pula pada tujuan dari orangnya. jika tujuanya
diarahkan untuk lebih memahami mengenai olahraga sebagai sebuah fenomena
sosial, maka sebaiknya cukup menggunakan beberapa pendekatan yang berbeda.
Sementara, jika tujuanya adalah olahraga sebagai dasar keterlibatanya dalam
olahraga dan kehiupan sosial, maka sebaiknya menggunakan sebuah kerangka
teori saja. Sebab penggunaan sebuah kerangka teori secara soliter akan memiliki
implikasi yang berbeda dalam hal tindakan dan perubahannya dibandingkan
dengan penggunaan kerangka teori secara bersamaan dan simultan.
3. Olahraga dan Perubahan Paradigma Hidup Manusia
Dalam rentang sejarah manusia sampai saat ini, aktivitas olahraga dan
bermain selalu berhubungan secara integral dengan aspek sosial, politik, dan
ekonomi. Di negara Yunani misalnya, pemain dan kontes olahraga didasarkan
pada kepercayaan mitologi dan agama. Mereka memfokuskan pada minat para
remaja prig dari kalangan masyarakat terpandang. Sementara itu, produknya
berimplikasi terhadap terhadap dunia politik di luar perisitwa tersebut. Umumnya
para atlet direkrut dari masyarakat lapisan bawah dan dibayar atau
diikutsertakannya.
Proses profesionalisme semacam ini terus berkembang hingga diresmikan
asosiasi olahraga profesional pada Tahun 1990. Seperti kita ketahui peristiwa-
peristiwa keolahragaan bagi masyarakat Romawi lebih menekankan pada hiburan
bagi masyarakatnya. Peristiwa olahraga yang digelar didesain untuk upacara dan
persembahan bagi para pemimpin politik dan juga untuk menenteram kan para
pegawai di lingkungan pemerintah. Untuk itu, Para atlet yang direkrut untuk
perisitiwa olahraga seringkali dipaksa untuk bertempur habis-habisan dalam
menghadapi lawannya yang terkadang lawanya itu adalah binatang buas. Tipe
olahraga semacam ini berkembang cukup lama di kerajaan Romawi. Kondisi ini
berbeda dengan aktivitas olahraga di Eropa. Selama abad pertengahan
direfleksikan pada jenis kelamin dan perbedaan status dalam masyarakat.
Keterlibatan mereka dalam aktivitas olahraga mengacu pada perwujudan diri
sebagai satria. Bagi kalangan atas atau orang-orang terhormat permainan dan
aktivitas olahraga telah berkembang menjadi aktivitas di waktu senggang.

6
Lainnya halnya selama awal revolusi industri, ruang untuk bermain yang
secara umum telah membatasi keterlibatan aktivitas olahraga yang hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang kaya mulai bergeser ke olahraga prestasi. Pola
semacam ini mulai berubah di Amerika Serikat selama pertengahan abad 19, dan
dalam perkembangan lebih jauh, mulai diorganisasikanya dalam bentuk cabang-
cabang olahraga yang mengarah pada olahraga prestasi.
Uraian singkat tersebut, menegaskan bahwa aktivitas olahraga telah
memberi pengaruh pada kehidupan manusia, baik, kehidupan agama, mengisi
waktu Luang (rekreasi), patriotisme, dan prestasi. Bahkan dalam
perkembangannya sampai sekarang, di negara-negara maju (khususnya Amerika)
olahraga telah menjadi sebuah kegiatan kombinasi antara bisnis, hiburan,
pendidikan, latihan moral, transfer teknologi, keperkasaan dan deklarasi politik.
Namun demikian, olahraga juga menjadi kontes di mana orang mencari tantangan
dan mencari variasi hidup. Segala sesuatu telah menjadikan olahraga sebagai
bagian penting dalam fenomena sosial dimasa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang.
4. Desain Program Olahraga untuk Anak-Anak
Menurut beberapa literatur, keikutsertaan anak-anak dalam program
olahraga menjadi model dalam membentuk karakter anak kearah yang lebih baik.
Namun, konsekuensi lain dari keikutsertaan tersebut seringkali memunculkan
sikap-sikap yang positif dan negatif pada anak. Hal ini disebabkan setiap
lingkungan yang digunakan oleh anak untuk berolahraga berbeda sehingga
pengalaman yang didapatinya pun berbeda pula.
Sebenarnya mendesain program olahraga untuk anak-anak merupakan
salah satu bentuk pelajaran, khususnya bagi mereka yang taraf ekonominya
kurang menguntungkan. Di Negara-negara industri, program ini memberikan
peluang untuk mengembangkan keterampilan fisik, kepercayaan diri, dan status di
antara teman sebayanya, dan oleh karena wahana bermain terbilang langka, maka
program ini dapat membantu anak-anak dalam mencari teman dan bekerjasama
dalam aktivitas kelompok.
Desain program yang disusun yang penting adalah bahwa mengorganisasi
program olahraga bagi anak-anak yang membuka hasrat untuk mau berupaya.

7
Dengan demikian saat mereka dewasa dapat melanjutkan minatnya menjadi-atlet
yang unggul yang dapat mengharumkan nama bangsa dan negaranya didasarkan
pada tujuan yang berbeda. Misalnya, Banyak orangtua yang berharap dan
memberikan tekanan kepada anak-anaknya agar berprestasi tinggi, banyak pelatih
yang memperlakukan anak dengan cara yang kurang terpuji, banyak pelaku
olahraga menjadi topangan anak-anak, untuk anak yang lainya olahraga itu sangat
membosankan. Banyak kasus-kasus lain mengenai orangtua berselisih paham
dengan pelatih; wasit dicerca oleh orangtua, pelatih atau penonton; anak cedes
karena dikasari oleh lawannya; dan banyak orang dewasa yang lebih menyukai
permainan yang menghasilkan skor (seperti bola basket, baseball, dan football)
dari pada memperhatikan minat anak. Tentu Baja, tidak ada program yang dapat
menjamin bahwa hal ini akan membuat anak-anak aktif, tetapi program-program
yang ada setidaknya dapat diubah guna mengatasi sejumlah persoalan.
5. Agresi dalam Masyarakat: Kontroversi Peran Olahraga
Sampai saat ini masih ada kontroversi peran olahraga dalam kehidupan
masyarakat. Sebagian ada berpendapat bahwa olahraga merupakan obat yang
berpengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat, sementara pendapat lain
yakin bahwa olahraga menjadi penyebab atau pemicu munculnya perilakuperilaku
agresi atau menyimpang. Untuk alasan itu, hubunganantara olahraga dan agresi
merupakan salah satu isu hangat yang berkembang terus dalam masyarakat
sampai saat ini.
Banyak orang yang membantah bahwa olahraga adalah obat untuk
kekerasan yang muncul di masyarakat. Bahkan penelitian dalam kasus seperti ini
terbilang sedikit. Namun, keikutsertaan seseorang dalam olahraga dapat
membantu yang bersangkutan untuk mengurangi rasa kejenuhan atau stres dalam
kehidupanya. Selain itu juga, para atlet dapat belajar mengontrol perilaku mereka
selama berolahraga. Tetapi belajar tersebut mempunyai pengaruh jangka panjang.
Ada perilaku, isu-isu semacam itu masih perlu diungkap dalam penelitian. Di
samping bantahan olahraga sebagai obat, banyak pula orang yang berpendapat
bahwa olahraga adalah penyebab munculnya tindak kekerasan. Penelitian yang
mendukung pernyataan ini sudah banyak, tetapi mereka tidak dapat menunjukan
bahwa apa yang terjadi dalam olahraga mempunyai dampak langung terhadap

8
perilaku keras dalam kehidupan masyarakat. pengalaman berolahraga kadang-
kadang menciptakan rasa frustasi baik bagi pemain maupun penonton. Khususnya
untuk cabang olahraga kontak badan seperti tinju, basket, sepak bola, dsb.
Biasanya olahraga tersebut belajar menggunakan kekerasan dan intimidasi sebagai
strategi, tetapi hal ini tidak diketahui apabila strategi tersebut dibawa keluar dari
konteks olahraga.
Kekerasan di antara penonton dipengaruhi oleh kekerasan di lapangan
permainan, oleh kekacauan, oleh situasi pada pertandingan itu sendiri, dan oleh
unsur-unsur sejarah dan konteks budaya dalam kehidupan penonton. Kekerasan
yang parah di antara para penonton biasanya menandakan bahwa ada sesuatu yang
perlu diubah. Struktur sosial, ekonomi, dan politik masyarakat akan memberi
warna dalam memunculkan tindak kekerasan.
6. Antara Golongan dan Mobilitas Sosial
Hubungan antara golongan dan olahraga tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Oleh karena itu, olahraga tidakdapat eksis jika orang tidak punya waktu,
uang, fasilitas, dan pengalaman oraganisasi. Orang punya uang dan kekuasaan
dapat mengoraganisasi olahraga, karena olahraga memerlukan dukungan
ekonomi.
Pola keikutsertaan dalam olahraga di masyarakat merefleksikan dinamika
dari hubungan antara kelompok. Sejauh ini, mereka sering mengkombinasikan
dengan hubunganya antar jenis kelamin guna menciptakan kondisi. Hubungan
antara golongan juga cukup berarti dalam mensponsori dan mempromosikan
olahraga pada tingkat sekolah menengah. Krisis anggaran dalam penyelenggaraan
olahraga di sekolah telah bisa diatasi melalui pencarian sponsor.
Peluang karier dalam olahraga cukup eksis, tetapi jumlah atlet biasanya
terbatas dan waktunya singkat. Peluang lain, termasuk dalam hal kepelatihan,
kesehatan olahraga, pelatihan dan manajemen. Peluang untuk menjadi atlet
profeisonal sangat terbatas bagi wanita dan kelompok minoritas. Seperti, kulit
hitam jumlahnya terbilang sedikit yang meraih popularitas dalam olahraga.
7. Nilai Sosial dalam Olahraga Komersial
Olahraga komersil adalah jenis olahraga yang pelaksanaan diarahkan pada
orientasi ekonomi. Olahraga komersial ini di bentuk oleh faktor-faktor ekonomi di

9
mana uang menjadi mengemuka pada saat mereka tampil di pentas, dan tidak
jarang hanya demi uang unsur sportifitas terabaikan. Alangkah baiknya apabila
uang itu sebagai pemacu prestasi atlet dan bukan pemicu kebobrokan atlet.
Sejauh ini, olahraga komersil telah mengglobal dan akan terus berkembang
seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia. Olahraga komersial
nampak telah menjadi bagian dari masyarakat masa kini. Perkembanganya
dipadukan dengan urbanisasi, industrialisasi, pengingkatan transportasi, dan
teknologi komunikasi.
Olahraga komersil merupakan bisnis yang unik. Pemilik dan sponsor
adalah orang yang sukses dalam bisnis di mana mereka mampu membayar atlet
berikut timnya sementara mereka Yang peroleh adalah kepuasan dan pengakuan
publik. Investasi dalam olahraga seringkali beresiko, tetapi Investasi tersebut telah
memberikan keuntungan secara meyakinkan untuk pemilik dan sponsor yang
memiliki hak monopoli terhadap atlet atau tim yang dipegangnya.
Olahraga komersial juga telah mengakses ara atlet memasuki panggung
hiburan, para atlet dapat menghangatkan suasana ajang pertandingan berkaitan
dengan hak-hak dan penghasilan menjadi penting. Dalam olahraga profesional isu
mengenai hakhak pemain telah menjadi perhatian utama. Hak mereka terangkat
gajipun meningkat. Gaji mereka akan semakin bertambah dari televisi yang
menyiarkan pertandingan mereka.
Olahraga komersial ini di bentuk oleh faktor-faktor ekonomi di mana uang
menjadi mengemuka pada saat mereka tampil di pentas. Tidak jarang hanya demi
uang unsur sportifitas terabaikan. Alangkah baiknya apabila uang itu sebagai
pemacu prestasi atlet dan bukan pemicu kebobrokan atlet.
8. Dinamika Hubungan Olahraga dengan Media
Media merupakan produk budaya dan wujud dari konstruksi social. Media
dibuat, diorganisasi, dan dikontrol oleh manusia yang ide-idenya didasarkan pada
pengalaman dan persfektif pada dunia. Olahraga dan media perkembangannya
amat bergantung pada yang lain. Olahraga dan media dapat bertahan tanpa yang
lain, tetapi olahraga dan media akan berbeda dari yang ada sekarang. Bentuk-
bentuk komersial dari olahraga tidak akan tersebar luas tanpa dukungan yang lain.

10
Tanpa tayangan olahraga melalui media, orang akan sangat kecil memberikan
perhatian terhadap olahraga.
Media juga dapat bertahan tanpa olahraga. Tetapi akan terbatas, khususnya
surat kabar dan televisi. Sirkulasi surat kabar mungkin akan turun, dan program
televisi pada akhir pekan dan hari libur akan berkurang perhatianya dari pemirsa.
Lebih penting daripada mencoba untuk menentukan apakah olahraga dan media
asing akan bergantung adalah memahami cara-cara menyatukan olahraga kedalam
kehidupan umat manusia..
Pengaruh media olahraga dalam kehidupan kita bergantung kepada
seberapa banyak informasi tentang olahraga yang kita dapatkan melalui media
tersebut dan berapa banyak kita mendapatkan melalui pengalaman langsung.
Pengalaman langsung dengan olahraga mempengaruhi bagaimana kita
menginterpretasikan dan menggunakan apa yang kita baca, dengar, dan lihat di
media. Untuk kepentingan banyak hal, kiranya Perlu dilakukan penelitian dalam
sosiologi olahraga yang mengkaji tentang proses representasi olahraga yang
terjadi melalui media, dan bagaimana penonton televisi memanfaatkan pesan-
pesan kehidupan yang terkandung dalam olahraga melalui media.
9. Hubungan olahraga dengan Politik
Olahraga merupakan bagian integral dari dunia sosial. Sebagai bagian dari
dunia tersebut, olahraga dipengaruhi oleh sosial, politik dan ekonomi. Kehidupan
umat manusia dan hubunganya dengan yang lain setidaknya terkait secara parsial
dengan isu-isu kekuasaan dan kontrol. Untuk itu, politik menjadi bagian dari
olahraga hanya oleh karena politik merupakan bagian dari kehidupan umat
manusia hal tersebut tidak dapat dihindarkan.
Intervensi pemerintah dalam olahraga sesungguhnya terkait dengan
kebutuhan akan sponsor, organisasi dan fasilitas. Fakta tersebut menunjukan
bahwa olahraga adalah bagian penting dari kehidupan masyarakat. Bentuk
keterlibatan pemerintah dalam olahraga adalah ingin merubah masyarakat, seperti:
(1) melindungi dan memelihara masyarakat, (2) mengembangkan kemampuan
fisik dan kebugaran jasmani masyarakat, (3) mengangkat harkat dan martabat
kelompok masyarakat, (4) menanamkan rasa solidaritas antar warga masyarakat,
dan (5) meningkatkan legitimasi sistem politik dan kekuasaan.

11
Peraturan, kebijakan dan pendanaan oleh pemerintah merefleksikan
perjuangan politik antara kelompok dalam masyarakat. Hal ini tidak dimaksudkan
bahwa orang akan selalu untuk saat pemerinah terlibat, tetapi dimaksudkan untuk
saling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat. Contoh, saat dana
diberikan untuk program olahraga elit, sedikit sekali dana diberikan untuk
program olahraga massal. Tentu saja, prioritas dana dapat diperuntukan bagi
olahraga massal daripada olahraga elit, titik persoalan tersebut seringkali menjadi
bahan perdebatan. Inilah proses politik yang menjadi bagian tidak terpisahkan
dalam dunia olahraga dan seringkali memunculkan polemik berkepanjangan.

2.3 Nilai-nilai social dalam olahraga


1. Persatuan
Nilai persatuan merupakan nilai yang mutlak dalam olahraga.Pengertian
persatuan bukan hanya dalam olahraga yang bersifatkelompok saja tetapi juga
individual. Persatuan wujud dalam bentuk keterikatan yang kuat di antara sesama
pemain, pelatih, pengurus dan juga pendukungnya. Tanpa ditunjang adanya
persatuan mustahil suatu individu atau tim dapat melakukan atau bahkan
memenangkan pertandingan dengan baik.

2. Kerjasama dan kekompakan


Aspek kerjasama sangat penting dalam sebuah olahraga, terutamaolahraga
yang dilakukan secara berkelompok. Kerjasama dan kekompakan mutlak
dilakukan jika sebuah tim menginginkankemenangan dalam suatu permainan.
Bagaimanapun tingginya skillindividual yang dimiliki para pemain serta bagusnya
pelatih maupunofficial yang ada, jika tidak dibarengi dengan kerjasama yang
kuatmaka akan sia-sia saja. Kerjasama dalam hal ini bukan hanya intern diantara
para atlet saja tetapi semua pihak yang bertanggungjawabterhadap tim, termasuk
pelatih dan seluruh official di dalamnya.

3. Persahabatan
Meskipun dalam sebuah kompetisi antar kelompok masing-masing tim
saling berhadapan, bersaing secara sengit dan berusahamengalahkan satu sama
lain, namun begitu permainan usai atau di luaracara permainan, masing-masing
individu atau kelompok tetap harusmenganggap lawannya sebagai sahabat. Jangan
sampai beberapainsiden yang terjadi di dalam pertandingan dibawa-bawa keluar,

12
yang justru memperuncing masalah. Para pemain sepatutnya dapat memilah-milah
antara urusan pribadi dengan urusan kemanusiaan.
Ketika bermain, setiap atlet dituntut untuk berusaha semaksimalmungkin
dapat mengalahkan lawannya, berjuang sekuat-kuatnya. Namun ketika
pertandingan selesai, terlepas kalah atau menang setiap atlek tetap harus
memperlakukan lawannya secara terhormat danmanusiawi, sehingga tidak boleh
menghina, dicederai atau merendahkannya, tetapi disikapi sebagai “teman
bermain” atau partner untuk membentuk suatu permainan bersama. Jadi didalam
kompetesi terdapat kooperasi, dan didalam kooperasi terdapat kompetisi yang
kesemuanya terikat oleh aturan yang disepakati sebagai norma-norma yang akan
menjamin kelancaran, ketertiban, dan keamanan suatu permainan.

4. Saling menghormati
Penghormatan di antara masing-masing individu maupun timdalam
olahraga menunjukkan adanya penghargaan serta ketulusan satusama lain yang
sudah menjadi kewajiban bersama. Meskipun di antaramereka terdapat berbagai
perbedaan, mulai dari latar belakang politik,ekonomi, sosial, budaya, geografis,
dan lain-lain, namun tetap harusdipandang sama dan dihormati sebagaimana
layaknya.

5. Sportifitas
Aspek sportifitas merupakan salah satu segi yang sangat penting dalam
dunia olahraga. Dengan sportifitas dimaksudkan bahwa individu atau kelompok
bersikap kesatria, gentle, dan jujur dalam permainan. Dalam pengertian ini pemain
berlaku fair dan terbuka, tidak melakukan kecurangan maupun tipu daya tertentu
terhadap lawan-lawannya. Sportifitas lebih menunjukkan adanya sikap tanggung
jawab seorangatlet. Sikap sportif yang menjunjung tinggi kejujuran menjadi tolok
ukur, sekaligus asas kompetisi yang sehat dan bermutu. Sportifitas lebih
menunjukkan adanya sikap tanggung jawab seorang atle.

6. Fairness
Ditandai dengan sikap obyektif yang terbuka dan tidak memihak. Dalam
olahraga, sikap fair nes s atau fair play mengacu pada permainan yang bersih,
tidak curang atau dikotori tipu muslihat, baik yang berasal dari para atlet sendiri
maupun wasit dalam pertandingan. Karena itu,mutu dari suatu olahraga dapat

13
dikatakan baik kalau dilakukan secara fair , di mana semua pihak melakukannya
dengan cara-cara yang jujur dan adil.

7. Ketekunan dan Kerja Keras


Hal ini terlihat bagaimana para atlet dan seluruh tim sejak awal,dalam
jangka waktu tertentu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahunsecara rutin berlatih
menempa diri, mempersiapkan pertandingan yangdihadapi. Sampai pada
gilirannya mereka membuktikankemampuannya, yang berakhir dengan kekalahan
maupun kemenangan. Cerminan dari kerja keras dan ketekunan tersebut benar-
benar adaketika mereka menjalani proses demi proses yang melelahkan. Prosesini
jelas membutuhkan kesabaran dalam menahan diri, maupun keseriusan dalam
berlatih. Ini merupakan bagian dari perjuangan. Beberapa nilai yang dijelaskan di
atas, sesungguhnya tidak berdiri sendiri, melainkan terkait satu sama lain. Nilai-
nilai yang satu memiliki sifat komplementer terhadap yang lain, yang dalam
prakteknya saling menunjang. Terlepas dari adanya beberapa kekurangan di sana
sini, dalam bidang keolahragaan kita dewasa ini, namun hal tersebut tidak
mereduksi pentingnya kandungan nilai-nilai luhur itu sebagai sumber inspirasi
untuk ditransformasikan dalam kehidupan kebangsaan.
Meskipun bidang keolahragaan hanyalah bagian kecil dari sub sistem
kehidupan kita, namun eloklah kiranya jika nilai-nilai itu, secara luas dapat
diterapkan sebagai model.Peranan yang melekat pada diri seseorang harus
dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam
masyarakatmerupakan unsur statis yang menunjukkan tempat indvidu dalam
masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri.

2.4 Kontrovensi gender (dalam olahraga)


a) Perbedaan gender dalam olahraga
Diskriminasi terhadap wanita dalam olahraga baru didokumentasikan dan
dianggap sebagai masalah pada tahun 1970-an. Di mana tim olahraga wanita
menerima dana yang lebih rendah dari tim pria. Tahun 1974 budget program
olahraga pria lima kali lipat budget untuk wanita. Bahkan pada tingkat Universitas
perbedaannya sampai 100 kali lipat.

14
Diskriminasi terlihat dalam hal fasilitas dan peralatan. Wanita
menggunakan gedung olahraga yang usang di mana pria dibuatkan gedung yang
baru. Wanita memakai peralatan bekas tim pria, jika tidak ada yang bekas
terkadang tim wanita tidak mempunyai apa-apa. Dalam menggunakan fasilitas
yang sama, wanita mendapatkan giliran jadual yang tidak fair.
Wanita tidak mendapatkan perhatian yang cukup mengenai latihan seperti
halnya pria. Sering kali untuk menuju ke pertandingannya, tim wanita harus
menggunakan bis padahal tim pria mendapatkan pelayanan pesawat. Liputan
media untuk berita tentang olahlraga wanita juga kurang, padahal olahraga pria
selalu mendapatkan perhatian media surat kabar, radio bahkan televisi. Sampai
adanya persamaan pada setiap bidang di atas, maka wanita tidak bisa dikatakan
mendapatkan peluang yang sama dengan pria dalam program sekolah.
Pada tingkat masyarakat, meski partisipasi olahraga wanita telah
meningkat, diskriminasi masih kentara. Misalnya pada penggunaan fasilitas,
program yang tersedia dan pengurus yang ditugaskan untuk kegiatan olahraga
wanita. Hal ini juga terjadi untuk tingkat olahraga amatir nasional.
b) Mempertahankan Perbedaan Mitos
o Mitos Fisiologi
Adanya kepercayaan bahwa partisipasi olahraga menyebabkan efek fisik
yang berbahaya bagi wanita. Mitos ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Partisipasi yang keras dalam olahraga dapat mengganggu kemampuan
untuk melahirkan, Hal ini disebabkan bahwa latihan fisik akan memperkeras
otot pelvis, sehingga tidak akan cukup fieksibel untuk melahirkan secara
normal.
2. Aktivitas pada beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan
payudara wanita. Mitos ini tetap ada meskipun uterus adalah organ internal
yang sangat anti getaran dan lebih terlindung dibanding organ vital pria.
3. Struktur tulang wanita lebih lemah, sehingga akan memudahkan terjadinya
cedera. Meski ukuran tubuh wanita umumnya lebih kecil dari pada pria, namun
tulang mereka tidak lebih lemah. Bahkan, karena berat badan dan berat otot
wanita lebih ringan, maka tulang mereka menghadapi bahaya yang lebih
sedikit dibanding pria.

15
4. Keterlibatan yang aktif membuat masalah pada menstruasi. Menurut para
ginekolog, "aktivitas olahraga tidak mempengaruhi menstruasi." (Wyrick,
1974). Memang bagi atlet dalam periode latihan yang keras, sering mengalami
keterlambatan menstruasi. Namun hal ini disebabkan oleh kurangnya
persentasi lemak tubuh, Jadi masalah ini akan hilang jika latihan ketat ini
berakhir. Penari balet professional sering mengalami perubahan siklus
menstruasi, namun hal ini juga berakhir jika latihan ketat mereka dihentikan.
5. Keterlibatan dalam olahraga mengakibatkan timbulnya otot yang menonjol dan
tidak menarik. Padahal suatu tubuh yang dikondisikan dengan baik akan
menjadi menarik. Kondisi fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image
tubuh dan meningkatnya sifat responsif fisik. Otot yang menonjol dihasilkan
oleh hormon androgen yang lebih banyak terdapat pada kaum pada. Namun hal
ini bervariasi antar individu.
Kelima mitos tersebut, jelas sangat tidak beralasan bagi wanita untuk tidak
berpartisipasi dalam olahraga, sehingga upaya untuk menghindari orang yang
masih menganut mitos tersebut di atas, adalah melalui pendidikan. Jadi
pendidikan adalah penting untuk menghilangkan mitos yang tidak berdasarkan
ilmu pengetahuan ini.
o Mitos Performansi
Pola diskriminasi juga terlihat dengan argumentasi bahwa wanita tidak bisa
tampil lebih baik dari pria. Hal ini sangat menghambat karena akan membatasi
peluang, sehingga membatasi wanita untuk membangun kemampuannya.
Sebelum masa puber, perbedaan performansi antara anak laki-laki dan perempuan
disebabkan oleh pengalaman bukan oleh faktor fisik ataupun potensi
performansinya. Bahkan wanita rnempunyai keuntungan yang lebih baik karena
mereka lebih cepat dewasa. Setelah masa puber, keuntungan ada di pihak pria
karena hormon dan perbedaan pertumbuhan yang menyebabkan rata-rata pria
lebih besar dan lebih kuat dari rata-rata wanita. Hal ini bisa digunakan sebagai
dasar untuk membagi-bagi olahraga, namun bukan alasan untuk menutup peluang
bagi wanita.
Jika pengalaman dan peluang bagi wanita dan pria sama, maka perbedaan
ini akan hilang secara bertahap. Pada beberapa cabang olahraga perbedaan ini

16
mungkin akan tetap ada, namun pada cabang-cabang lainnya perbedaan ini malah
bisa terjadi sebaliknya. Misalnya pelari marathon wanita, Grete Waitz dari
Norwegia mencatat waktu 2 jam 25 menit 41 detik pada New York City
Marathon, waktu yang lebih baik dari pemenang pria saat itu. Pada cabang
olahraga yang membutuhkan daya tahan dan bukan kekuatan, maka wanita akan
lebih baik daripada pria. Karena itu tidak masuk akal jika mencegah peluang pria
pada cabang ini, dan juga tidak masuk akal untuk mencegah wanita pada cabang
lain hanya karena ada kemungkinan bahwa pria akan mengunggulinya.

2.5 karakter pahlawan dalam dunia olahraga


Pahlawan adalah seorang yang dengan segenap keikhlasan hati berkorban
berusaha mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik. Aktivitas untuk melatih
tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan
untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Dalam pertandingan olahraga seseorang pemain bisa saja disebut sebagai
pahlawan, apabila dia bisa memenangkan pertandingan tersebut dengan usaha dan
pengorbanan sendiri serta memperoleh pencapaian hasil yang meksimal
(juara).Seseorang dapat dikatakan sebagai pahlawan dalam olahraga jika orang
tersebut dapat menjunjung tinggi nama klub ataupun Negara yang dibelanya
dengan pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya. Selain itu seseorang dapat
dikatakan sebagai pahlawan jika orang tersebut sudah mendapat pengakuan dari
masyarakat atas jasanya. Karakter pahlawan bisa ditumbuh kembangkan dan
diterapkan dalam usia sedini mungkin.
Karakter pahlawan dalam olahraga berkaitan erat dengan kesuksesan dan
kemenangan seorang atlet dalam suatu pertandingan, seorang atlet dapat
memperoleh kemenangan apabila dia sudah mempunnyai karakter sebagai
seorang juara dan sifat professional. Berikut ada beberapa teknik yang bisa kita
lakukan untuk membangun kekuatan mental dan penampilan juara.
a) Menerima Kegagalan
Sebelum benar-benar sukses, umumnya seorang atlet merasakan
kegagalan. Tanpa kegagalan, atlet tak akan pernah mendorong dirinya terlalu
keras. Kegagalan adalah cara membangun diri terhebat yang pernah ada. Saat

17
kalah, atlet akan mencoba mencari tahu mengapa ia bisa gagal, dan bagaimana
mencegah agar kegagalan itu muncul kembali.
b) Latihan Mental

Bagi atlet, latihan mental adalah memvisualisasikan latihan yang sudah


dijalani ke dalam otak, sehingga saat tiba waktunya pertandingan, sang pemain
sudah tahu harus melakukan apa. Sebenarnya tidak ada yang namanya benar-
benar bakat, yang ada hanyalah kita yang terus berlatih dan mencoba.
c) Membayangkan Kesuksesan
Teknik seperti ini biasa dilakukan atlet golf Tiger Woods dan Chuck
Liddel. Bagi seorang pegolf, mereka tidak pernah diburu waktu, seperti halnya
sepakbola yang harus serba cepat bertindak. Sebelum memukul bola, mereka
membayangkan bola akan melambung, terpental ke rumput, dan masuk ke lubang.
Ini akan membawa energi positif untuk mendapatkan hasil maksimal.

d) Menetapkan Tujuan
Dalam olahraga pertarungan, ada istilah semakin banyak anda berdarah
saat latihan, semakin sedikit darah yang dikeluarkan saat pertarungan yang
sebenarnya. Anda harus tetap fokus saat berlatih dengan cara menetapkan tujuan.
Buat target dan kapan harus diselesaikan. Target-target itu dapat menjadi
pengingat dan pemberi motivasi untuk mendapatkan kemajuan.

e) Dukungan tim
Kekuatan mental bisa didapat dari luar diri. Seseorang yang tepat di dekat
Anda adalah cara terbaik mendapatkan sukses. Memiliki orang-orang yang
mampu mendukung Anda seperti keluarga, kerabat, teman, sahabat, kekasih
(kalau punya), adalah salah satu cara bagaimana tujuan Anda dalam hidup bisa
tercapai.

2.6 Peran olahraga dalam pengembangan disiplin dan kerjasama


a) Disiplin
Prinsip mengontrol diri sendiri merupakan hal yang penting dalam disiplin 
Atlet  yang menunjukkan kebiasaan selalu menepati ketentuan, peraturan dan nilai
yang
hubungannya dengan sikap penuh rasa tanggung jawab, karena atlet yang disiplin

18
cenderung untuk menepati, mendukung dan mempertahankan nilaiyang diantutny
a. Rasa tanggung jawab untuk memenuhi dan mematuhi dan mematuhi nilai-
nilai tersebut akanberkembang menjadi sikap dan berdampak panjang terhadap ke
hidupan sehari-hari. 
Disiplin bukan sikap yang dibawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat
kepribadian sejak lahir juga akan ikut menentukan. Disiplin latihan merupakan
salah satu aspek psikologis yang sangat penting bagi atlet. Menurut Sudibjo,
disiplin seseorang terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap
nilai-nilai yang berlaku. Disiplin latihan atlet adalah kesadaran dan ketaatan atlet
terhadap ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
latihan. Disiplin dalam olahraga, berarti taat dan tanggung jawab terhadap
ketentuan, tata tertib, program latihan, peraturan pertandingan, dan nilai-
nilai yang berlaku dalam pertandingan.
Menurut Sudibyo setyobroto (1993) ada dua disiplin, yaitu disiplin semua
dan disiplin diri :
1. Disiplin Semua
Disiplin yang dilakukan atlet dalam salah satu kegiatan hanya karena
terpaksa, takut dihukum, hanya karena diperintah dan tanpa disertai kesadara,
akan dapat menimbulkan “disiplin semua”. Disiplin semua adalah sikap atlet yang
tampaknya selalu patuh dan menurut perintah,tetapi karena tidak disertai
kesendian psikologis dan tidak disertai kesadaran untuk melakukan perintah-
perintah.
2. Disiplin Diri
Disiplin yang ditanamkan atas dasar kesadaran dapat menumbuhankan
disiplin diri atau self discipline. Disini atlet apabila dikembangkan lebih lanjutkan
menimbulkan pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam untuk mematuhi
segala nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku. Jadi atlet yang
memiliki disiplin diri sendiri sudah memiliki kesadaran untuk melatih sendri.
o Ciri-Ciri Atlet yang Disiplin
 Konsisten dengan rencana yang telah dibuat
 Berusaha untuk datang selalu tepat waktu
 Tidak membuang waktu untuk perbuatan yang tidak bermanfaat

19
 Mampu mengendalikan diri untuk perbuatan yang merugikan
 Mampu menanggung resiko bahkan penderitaan untukmelakukan hal
yang bermanfaat dan menjadi tujuan hidupnya
o Ciri-Ciri Atlet yang tidak Disiplin
 Tidak konsisten dengan rencana yang telah dibuat
 Tidak tepat waktu
 Menggunakan waktu untuk perbuatan yang tidak jelasmanfaatnya
 Tidak mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan
 Tidak berani menanggung resiko bahkan penderitaan untukmelakukan
hal yang bermanfaat dan menjadi tujuan hidupnya.

b) Kerjasama
o Makna kerja sama
 Kerjasama atau kooperasi (cooperation) adalah gejala saling mendekati
untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama (polak, M.
1985). Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat
dijumpai dalam seluruh proses sosial di masyarakat, diantara person
dengan person, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan
person.
 Pada umumnya kerjasama menganjurkan persahabatan, akan tetapi
kerjasama dapat dilakukan diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau
bahkan bertentangan. Kerjasama atau kooperasi diantara dua pihak yang
bertentangan dinamakan “antagonic cooperation”, merupakan suatu
kombinasi yang amat produktif dalam masyarakat modern.
 Sifat ketergantugan manusia memungkinkan dan mengharuskan setiap
insan/kelompok social untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau
kelompok lain. Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam
suatu hubungan yang bermakna adalah hubungan kerjasama.
o Syarat-syarat kerja sama
Pencapaian kerja sama menurut persyaratan tertentu yang harus
dipengaruhi oleh anggota yang terlibat. Syarat-syarat tersebut adalah :
1. Kepentingan yang sama
2. Keadilan

20
3. Saling pengertian
4. Tujuan yang sama
5. Saling membantu
6. Saling melayani
7. Tanggung jawab
8. Penghargaan
9. Kompromi
o Jenis kerja sama
Pola kerjasama ditinjau dari kedudukan atau status pelaku kerja sama,
dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
1.Kerjasama setara, yaitubentuk kerja sama yang terjadi antar orang yang
mempunyai posisi yang sama.
2.Kerjasama tak setara, yaitu pola kerja sama yang terjadi antar orang yang
berbeda namun ke dua pihak sling membutuhkan untuk kepentingan masing-
masing.
Kerjasama ditinjau dari proses kerjanya dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
a. Kerjasama berkawanan ko-aksi yaitu kerjasama yang dilakukan oleh yang
memiliki pekerjaan sama, mereka berkumpul untuk menambah kesenangan
kerja.
b. Kerjasama suplementer yaitu kerjasama yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang sama, namun tak dapat dilakukan sendiri.
c. Kerjasama berdifferensiasi yaitu kerjasama yang dilakukan melalui pembagian
kerja secara teratur, pekerjaan terbagi-bagi tidak sama.
o Tahap-tahap kerjasama
1.Menyendiri (bekerja sendiri)
2.Mengamati dan mengenal lingkungan.
3.Merasa tertarik dan mengadakan penyesuaian diri.
4.Terbuka untuk memberi dan menerima.
o Kerjasama Internal dan Eksternal
Kerjasama internal adalah kerjasama dalam lingkungan kelompok atau
masyarakat yang bersangkutan misal internal dalam suatu perkumpulan
olahraga,yang strukturnya terdiri atas : Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-seksi

21
seperti pembinaan prestasi, Humas, Pertandingan dan perwasitan, Kesehatan,
Riset dan pengembangan serta para anggota nya.
Kerjasama eksternal adalah kerjsama yang dilakukan dengan pihak luar
kelompok atau luar masyarakat atau luar perkumpulan olahraga yang
bersangkutan. Kerja sama yang dilakukan adalah dapat dari sudut pandang
persepsi dan kognisi,motivasi dan kebutuhan kepuasan, tujuan , organisasi, saling
ketergantungan dan interaksi.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nilai sosial dari olahraga adalah sebuah proses pembauran tanpa pembatas
suku, ras dan agama. Proses kesetaraan ini dipandu oleh rasa persaudaraan dalam
meningkatkan kemampuan berolahraga.

Peran dan kedudukan olahraga dalam kehidupan sosial yaitu berperan


menyatukan obyek sosial tanpa memandang perbedaan suku, ras, politik, ideology
maupun kepercayaan dan mampu menanamkan jiwa sportifitas kepada para
pelaku sosial serta berkedudukan sebagai tempat belajar, berlatih,berbagi dan
bersaing dengan tidak mengesampingkan norma dan peraturan yang berlaku
dalam kegiatan olahraga tanpa ada kesenjangan dari parapelaku social.

Adapun Persatuan, Kerjasama dan kekompakan, Persahabatan, Saling


menghormati, Sportifitas, Fairness Ketekunan dan Kerja keras.

Dalam olahraga terjadi kontrovensi gender dimana didunia olahraga


memelikki perbedaan yang segnifikan baik itu secara fasilitas, penghargaan
maupun pandangan yang berkaitan dengan jenis kelamin. Hal ini pada dasarnya
dipengaruhi oleh mitos yang sudah berkembang dikalangan masyarakat, baik itu
mitis fisologi maupun mitos performansi.

Seseorang dapat dikatakan sebagai pahlawan dalam olahraga jika orang


tersebut dapat menjunjung tinggi nama klub ataupun Negara yang dibelanya
dengan pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya. Karakter pahlawan berkaitan
erat dengan mental juara adapun berikut merupakan karakter mental juara:
menerima kegagalan, latihan mental, membayangkan kesuksesan, menetapkan
tujuan dan dukungan tim.

23
Olahraga sangat berperan dalam pengembangan Kedisplinan, semakin
disiplin seorang atlet maka akan semakin mudah dalam meraih kesuksesan, Selain
pengembangan kedisplinan olahraga juga mempunnyai peranan yang sangat
penting dalam pengembangan kerjasama terutama kerjasama dalam tim, seorang
atlet juga diberikan wawasan agar tidak egois dan mampu bekerjasama dalam tim.

24
3.2 Saran

Dalam konsepnya olahraga selalu mengalami perubahan sesuai dengan


perkembangan zaman, olahraga merupakan aktivitas yang dapat berdampak
positif maupun negative, bagi olahragawan hendaknya dapat menjunjung tinggi
nilai sportifitas, kkedisplinan, kerjasama dan juga rasa saling menghargai
sehinggan efek negative dari suatu pertandingan dapat dihindari.

Pemerintah hendaknya juga memberikan tanggapan dan juga penghargaan


kepada atlet yang mempunnyai prestasi dan mengharumkan nama bangsa, yang
secara tidak langsung menjadi pahlawan dalam dunia olahraga. Masyarakt juga
harus mulai menyadari dan menghilangkan pandangan sebelah mata terhadap
jenis kelamin yang dapat membatasi ruang bagi perempuan terkhususnya dalam
megembangkan bakat yang dimilkkinya dalam bidang olahraga.

24
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Kadir Ateng, 1986. Asas dan landasan Penjas. DIKTI: Jakarta.

Dikti, 1983. Program Akta mengajar Bidang Studi Pendidikan Olahraga .


Jakarta.

Dirjen PLS, 1983. Konsepsi Pembinaan Penjas dan Olahraga di dalam dan
diluar sekolah secara terpadu. Jakarta.

H.J.S. Sudarta,2010. Sejarah dan Filsafat Olahraga. Alfabelta: Bandung

Nugroho Noto Suasanto dan Yusman Basri, 1981. Olahraga Nasional


Indonesia. Departemen P & K: Jakarta.

Susanto Giriwijoyo, 1995. Olahraga Kesehatan. Depdikbud: WIP Bandung.

Sumardiyanto, 2000. Sejarah Olahraga. Depdiknas: Jakarta.

Aditya, Frasetya Vady. 2015. Mental sebagai kunci kesuksesan.


htt://www.panditfootball.com/sainsbola/171079/FVA/150211/mental-
sebagai-faktor-kunci-kesuksesan-dalam-sepakbola. Di akses pada 12
Mei 2018 pukul 9:52 WIB

Gunarsa, Singgih, dkk. 1987. Psikologi Olahraga. Jakarta: BPK-GM.

25
MAKALAH
SEJARAH DAN FILSAFAT OLAHRAGA
DINAMIKA OLAHRAGA DAN PENGEMBANGAN NILAI

DI SUSUN OLEH :

Nama kelompok : Verori Yosefta 17190016


Didit domi saputra 17190028
Febi saputra 17190030
Deki pratama 17190019
Agung wicaksono 17190027
Pendri kurniawan 17190017
Dosen pengampu: Tito parta wibowo, M.Pd

PROGRAM STUDI PENJASKESREK


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai