Anda di halaman 1dari 110

NILAI-NILAI KARAKTER REMAJA MUSLIM DALAM KANDUNGAN

NOVEL BIDADARI BERMATA BENING

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh:

FAUZAN RIYAN ABDILLAH


NIM: 143111180

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2018

i
NOTA PEMBIMBING

Perihal : Skripsi Sdr. Fauzan Riyan Abdillah


NIM : 14.31.1.1.180
Kepada :
Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Surakarta
Di Surakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Setelah membaca dengan seksama dan memberikan perbaikan seperlunya,
maka dengan ini kami selaku pembimbing menyatakan bahwa skripsi saudara:
Nama : Fauzan Riyan Abdillah
NIM : 143111180
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Remaja Muslim Dalam
Kandungan Novel Bidadari Bermata Bening Karya
Habiburrahman El Shirazy
Telah memenuhi persyaratan untuk diujikan di hadapan penguji (munaqosyah)
guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 15 Agustus 2018


Pembimbing,

Hamdan Maghribi, S. TH.I., M.PHIL.


NIP. 19810725 201503 1 002

ii
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim dalam


Kandungan Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy
yang disusun oleh Fauzan Riyan Abdillah telah dipertahankan di depan Dewan
Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta pada hari
Jum’at tanggal 24 Agustus 2018 dan dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Penguji I, : Yayan Andrian, S.Ag., M.Ed Mgmt . (..…………….)


Merangkap Ketua NIP. 19731231 200112 1 006

Penguji II, : Hamdan Maghribi, S. TH.I., M.PHIL. (…..………….)


Merangkap Sekretaris NIP. 19730715 199903 2 002

Penguji Utama : H. Muh. Fajar Shodiq. M.Ag. (.…....………..)


NIP. 19691029 200003 1 001

Surakarta, 29 Agustus 2018


Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Giyoto, M. Hum


NIP. 19670224 200003 1 001

iii
PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang atas karunia-Nya skripsi
sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini penulis perembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang dengan ikhlas telah merawat, membimbing, mendidik,
mendoakan serta memberi dukungan moril maupun materil sehingga penulis
dapat melanjutkan ke jenjang perkuliahan serta mampu menyelesaikan studi
S-1.
2. Bapak Hamdan Maghribi, S.TH.I., M.PHIL selaku pembimbing, yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini dengan segenap doa dan
ilmunya.
3. Teman-teman kelas F yang senantiasa memberikan dukugan dan bantuannya
baik moril maupun materil.
4. Almamater IAIN Surakarta.

iv
MOTTO

ِ ِ
ُ ْ‫إِمَّنَا بُعث‬
ْ ‫ت ألُتَمَم َم َكا ِرَم األ‬
‫َخالق‬

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. (H.R Ahmad).

Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia! (Ir. Soekarno).

v
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fauzan Riyan Abdillah


NIM : 143111180
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Nilai-Nilai


Karakter Remaja Muslim Dalam Kandungan Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy”, adalah hasil karya atau penelitian saya sendiri
dan bukan plagiat dari karya orang lain. Apabila di kemudian hari ditemukan
bahwa skripsi ini adalah hasil plagiasi, saya siap dikenakan sangsi akademik.

Surakarta, 15 Agustus 2018


Yang menyatakan,

Fauzan Riyan Abdillah


NIM: 14.31.1.1.1.80

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tercurah kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim Dalam Kandungan
Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy”. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Mudhofir Abdullah, S.Ag., M.Pd, selaku Rektor IAIN Surakarta
2. Dr. H. Giyoto, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Bahasa IAIN
Surakarta yang telah memberikan persetujuan penelitian kepada penulis untuk
melakukan penelitian skripsi ini.
3. Drs. Suluri, M.Pd, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Surakarta.
4. Hamdan Maghribi, S. TH.I., M.PHIL selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Surakarta, beserta staff yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Orangtua beserta keluarga besar saya, atas do’a dan motivasinya kepada
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman saya, khususnya PAI kelas F angkatan 2014. Terimakasih telah
memberikan semangat, do’a dan kebersamaannya selama ini.
8. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan Bapak / Ibu / Saudara mendapat pahala dari Allah
SWT Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

vii
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.

Surakarta, 22 Agustus 2018


Penulis,

Fauzan Riyan Abdillah

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv
MOTTO... ................................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Penegasan Istilah ...................................................................................11
1. Nilai ............................................................................................... 11
2. Karakter Remaja Muslim .............................................................. 12
3. Novel Bidadari Bermata Bening ................................................... 14
C. Identifikasi Masalah ..............................................................................15
D. Pembatasan Masalah..............................................................................15
E. Rumusan Masalah .................................................................................16
F. Tujuan Penelitian ...................................................................................16
G. Manfaat Penelitian .................................................................................16
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ...........................................................................................18
1. Pengertian Nilai ............................................................................. 18
2. Karakter Remaja Muslim .............................................................. 20

ix
a. Pengertian Karakter ................................................................ 20
b. Karakter Menurut Sudut Pandang Islam ................................ 25
3. Novel ............................................................................................. 31
a. Pengertian ............................................................................... 31
b. Unsur-Unsur Novel ................................................................ 32
B. Telaah Pustaka .......................................................................................34
C. Kerangka Teoritik ..................................................................................37
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................................42
B. Data dan Sumber Data ...........................................................................42
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................43
D. Teknik Keabsahan Data .........................................................................44
E. Teknik Analisis Data .............................................................................45
BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .......................................................................................47
1. Biografi Habiburrahman El Shirazy .............................................. 47
2. Karya dan Prestasi Habiburrahman El Shirazy ............................. 48
a. Karya Habiburrahman El Shirazy .......................................... 48
b. Prestasi Habuburrahman El Shirazy ....................................... 49
B. Analisis Data .........................................................................................50
1. Unsur-Unsur Novel Bidadari Bermata Bening.............................. 50
a. Tema ....................................................................................... 50
b. Alur ......................................................................................... 50
c. Tokoh dan Penokohan ............................................................ 52
d. Latar........................................................................................ 55
e. Amanat ................................................................................... 56
2. Sinopsis Novel Bidadari Bermata Bening ..................................... 56

x
C. Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim Dalam Novel Bidadari Bermata
Bening.... ................................................................................................62
1. Karakter kepada Allah dan Rasul .................................................. 63
a. Mencintai Allah ...................................................................... 63
b. Meyakini Allah ....................................................................... 64
c. Mencintai Nabi dan Rasul ...................................................... 65
d. Rajin beribadah....................................................................... 67
e. Berbakti kepada Allah ............................................................ 68
2. Karakter kepada diri sendiri .......................................................... 69
a. Bercita-cita mulia ................................................................... 69
b. Kreatif ..................................................................................... 70
c. Bersikap adil ........................................................................... 71
d. Mencintai ilmu ....................................................................... 72
e. Menjauhi sikap iri ................................................................... 73
f. Menjaga kesucian diri ............................................................ 74
g. Senantiasa berbuat dengan ikhlas ........................................... 75
h. Bersikap rendah hati ............................................................... 77
i. Senantiasa bersyukur .............................................................. 78
j. Memanfaatkan waktu dan kesempatan................................... 79
k. Bertanggung jawab ................................................................. 80
l. Bersikap gigih dan tidak berputus asa .................................... 81
m. Berperilaku sabar .................................................................... 82
n. Menepati janji ......................................................................... 83
3. Karakter kepada sesama manusia .................................................. 84
a. Memuliakan orang tua dan guru ............................................. 84
b. Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan ciptaan
Allah ....................................................................................... 86
c. Berbakti kepada bangsa dan negara ....................................... 87

xi
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................89
B. Saran...... ................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................92
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................97

xii
ABSTRAK

Fauzan, 2018, Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim dalam Kandungan Novel


Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy, Skripsi: Program
Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN
Surakarta.
Pembimbing : Hamdan Maghribi, S. TH.I., M.PHIL.
Kata Kunci: Nilai-nilai Karakter, Remaja Muslim, Novel, Habiburrahman El
Shirazy
Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah kurangnya pengenalan
dan pemahaman karakter remaja Muslim pada diri remaja Muslim Indonesia.
Banyak generasi muda Islam Indonesia yang nilai-nilai karakternya tidak
mencerminkan karakter-karakter seorang Muslim. Hal ini agaknya disebabkan
oleh pengenalan nilai-nilai karakter Islam yang tidak efektif. Pengenalan nilai-
nilai karakter Islam sebenarnya dapat dilakukan melalui media alternatif, di
antaranya adalah melalui karya sastra, khususnya novel. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim Dalam Kandungan
Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yang
berarti sumber-sumber data berasal dari arsip-arsip kepustakaan. Data primer
dalam penelitian ini adalah novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman
El Shirazy, sementara data sekunder yang digunakan adalah data-data
kepustakaan yang terkait dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi, sementara teknik keabsahan data
menggunakan teknik triangulasi data. Penelitian ini menggunakan analisis isi
(content analysis) sebagai teknik analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puluh dua poin karakter
remaja Muslim yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening, poin-poin
tersebut dikelompokkan kedalam tiga induk karakter utama, yakni: 1) Nilai
karakter kepada Allah dan Rasul: mencintai Allah, meyakini Allah, mencintai
rasul, rajin beribadah, berbakti kepada Allah. 2) Nilai karakter kepada diri sendiri:
bercita-cita mulia, kreatif, bersikap adil, mencintai ilmu, menjauhi sikap iri,
menjaga kesucian diri, senantiasa berbuat dengan ikhlas, bersikap rendah hati,
senantiasa bersyukur, memanfaatkan waktu dan kesempatan, bertanggung jawab,
bersikap gigih dan tidak berputus asa, berperilaku sabar, menepati janji. 3)
Karakter kepada sesama manusia: memuliakan orang tua dan guru, menjaga
hubungan baik dengan sesama manusia, berbakti kepada bangsa dan Negara.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban dunia pada abad ini tidak pernah terlepas dari isu-isu

globalisasi yang tidak terkontrol. Globalisasi menjangkit ke seluruh dunia

bagaikan wabah. Fenomena ini tak terkecuali juga terjadi pada masyarakat

Indonesia, penyebaran informasi global mempengaruhi tiap ranah kehidupan

manusia. Era globalisasi ditandai dengan maraknya penggunaan internet dan

media sosial, informasi tersebar dengan amat cepat dan mudah diakses oleh

siapa saja. (Panjaitan & Prasetya, 2017:174).

Globalisasi menyebar dengan amat cepat, membuat jarak antar benua

seperti tak punya arti. informasi yang berasal dari ujung dunia dapat

tersampaikan kepada masyarakat indonesia dalam kurun waktu yang relatif

sama (Nurhaidah dan Musa, 2015: 2). Masalah timbul kemudian, membahas

globalisasi bukanlah menyangkut hal-hal positif semata, namun banyak nilai-

nilai negatif yang senantiasa menyertainya. Masalah ini utamanya ditemui

dalam bentuk budaya dan nilai yang saling bertolak belakang satu sama lain.

Globalisasi menghasilkan sebuah fenomena mempengaruhi dan

dipengaruhi, serta pertentangan antara nilai-nilai dan budaya yang berbeda,

yang pada akhirnya akan berakibat penghapusan bagi nilai-nilai yang kalah.

Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa pertemuan dan pertentangan

nilai tersebut justru menghasilkan nilai-nilai baru. (Azizy, 2003: 20)

1
2

Pertemuan antara informasi global dan budaya-budaya Indonesia tidak

pelak juga dapat mengikis nilai-nilai karakter agama yang dimiliki oleh

remaja Muslim Indonesia. Remaja-remaja Indonesia yang dahulu memiliki

karakter agama Islam yang kental, kini telah mengalami degradasi yang amat

drastis. Hal ini terlihat melalui kutipan salah satu berita online berikut ini:

Jakarta, CNN Indonesia-Seorang siswa SMA Negeri 1 Torjun,


Sampang, Jawa Timur berinisial HI Menganiaya guru kesenian
bernama Budi Cahyono hingga meninggal dunia. Kepala Bidang
Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Frans
Barung Mangera menceritakan kronologi kejadian tersebut.
Berdadarkan keterangan yang diperoleh Frans, peristiwa itu terjadi
pada Kamis, 1 Februari 2018, sekitar pukul 13.00 WIB.
Menurut keterangan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Torjun, Amat,
insiden bermula saat Budi sedang memberikan materi pelajaran
seni lukis di ruang kelas. Mendapati HI terlihat tidak
memperhatikan pelajaran dan justru mengganggu teman-temannya,
Budi memutuskan untuk menegur HI, namun teguran tersebut tidak
dihiraukan. Budi kemudian mengambil tindakan dengan mencoret
pipi HI menggunakan cat lukis. HI yang tidak menerima tindakan
Budi langsung memukul guru tersebut. Keduanya pun dilerai oleh
siswa dan dibawa ke ruang guru untuk menjelaskan dudu
perkaranya kepada kepala sekolah, setelah mendengar penjelasan
keduanya, Budi diijinkan untuk pulang lebih awal.
Tidak lama kemudian, kepala sekolah mendapat kabar bahwa Budi
mengeluh sakit pada bagian lehernya, tidak sadarkan diri serta
didiagnosa mengalami kematian batang otak. Budi akhirnya
meninggal dunia pada Kamis 1 Februari 2018, pukul 21.40 WIB.
(m.cnnindonesia.com/nasional/20180202124909-12-273/kronologi-
siswa-aniaya-guru-hingga-tewas-di-sampang, diakses 28 Agustus
2018)

Kutipan berita online tersebut dapat kita jadikan gambaran mengenai

kondisi karakter remaja Muslim yang ada di sekitar kita, kewajiban menuntut

ilmu dikesampingkan hanya karena nafsu yang mendorong mereka untuk

membolos dan mengkonsumsi rokok yang justru tidak baik bagi kesehatan.

Hal ini tentu saja berkebalikan dengan kondisi karakter remaja Muslim yang
3

kita dapati ada pada generasi awal Islam, mereka akan berjalan berpuluh-

puluh kilometer untuk berguru pada ulama dan mendapatkan ilmu darinya.

Degradasi karakter remaja Muslim akibat globalisasi adalah sebuah isu

yang amat mendesak untuk ditangani, hal ini menjadi urgen karena karakter

adalah pondasi bagi setiap bangsa, hilangnya karakter berarti hilangnya

identitas bangsa. Arnold Toynbee dalam Saptono (2011: 16) mengungkapkan

bahwa dari dua puluh satu peradaban yang pernah dicatat oleh manusia,

Sembilan belas diantaranya hancur bukan karena penaklukan oleh bangsa

lain, melainkan karena buruknya moral masyarakatnya. Saptono kemudian

menegaskan bahwa yang dimaksud Toynbee di atas adalah pelemahan

karakter.

Cicero dalam Saptono (2011: 15) mengingatkan rakyat Roma dengan

sebuah kalimat, “Kesejahteraan sebuah bangsa dimulai dari karakter kuat

warganya”. Jika pelemahan karakter telah mampu mencegah sebuah bangsa

dari meraih kesejahteraan, bahkan berujung pada hancurnya sebuah

peradaban, maka dapat dibayangkan dampak yang sama juga dapat terjadi

pada umat beragama yang kehilangan karakter aslinya.

Lickona dalam Wibowo (2012: 15-16) mengungkapkan bahwa sebuah

bangsa sedang menuju kehancuran jika ditemui 10 tanda-tanda berikut: (1)

meningkatnya kekerasan remaja, (2) meningkatnya ke tidak jujuran, (3)

fanatik pada kelompok, (4) tidak hormat pada orang tua, (5) kaburnya nilai

baik dan buruk, (6) memburuknya pengunaan bahasa, (7) maraknya narkoba,
4

alkohol, seks bebas, (8) rendahnya tanggung jawab, (9) menurunnya etos

kerja, (10) saling curiga dan tidak peduli.

Berdasarkan paparan Lickona di atas, dapat kita simpulkan bahwa

generasi kita saat ini, khususnya para remaja, tengah berada di ujung krisis

karakter yang dapat mengantarkan bangsa ini menuju kehancuran. Generasi

muda Indonesia saat ini dapat kita sepakati bersama memiliki sebagian besar

dari tanda-tanda yang diungkapkan oleh Thomas Lickona tentang ciri-ciri

sebuah bangsa sedang menuju kehancuran.

Remaja Indonesia saat ini dapat juga disebut dengan millenial

generation, atau generasi millenial. Bennet dalam Bolton dkk. (2013: 245)

mendefinisikan generasi millenial sebagai generasi yang menghabiskan

seluruh waktu hidup mereka dalam lingkungan digital, yang mana kehidupan

mereka sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi. Generasi milenial hidup

bersama dengan teknologi yang telah mapan, hal ini membuat mereka hidup

dengan gaya yang instan dan lebih mudah terpapar oleh nilai-nilai sekitar

melalui teknologi. Kendati generasi milenial disebut sebagai generasi yang

dapat mengubah Indonesia (Faisal, 2017: 3), kelompok demografi ini juga

kerap diidentikan dengan banyak hal negatif, terbukti dengan banyaknya

remaja abad ini yang terpapar konten-konten negatif yang dibawa oleh

kecanggihan teknologi, khususnya internet (Rahardian, 2014: 10-11).

Salah satu gambaran buruk dari meresapnya unsur negatif

perkembangan teknologi di Indonesia adalah maraknya penggunaan media

sosial sebagai basis penyebaran informasi palsu (Astuti, 2017: 230). Bahkan
5

Juliswara (2017: 143) mengungkapkan bahwa berita palsu (hoax), ujaran

kebencian dan bentuk-bentuk ungkapan berbau intoleran telah digunakan

dalam alat berpolitik, guna mendukung atau menjatuhkan tokoh politik

tertentu. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, karena berdasarkan survei

yang dilakukan APJII (Astuti, 2017: 230) menunjukkan bahwa pengguna

dominan internet di Indonesia pada tahun 2016 adalah remaja usia 15-25

tahun.

Menilik kondisi generasi muda Indonesia saat ini menghilangkan

keraguan kita, bahwasanya bangsa Indonesia memang tengah mengalami

krisis karakter yang harus segera ditangani, begitu juga dengan pemulihan

nilai-nilai karakter agama Islam yang telah luntur utamanya dikalangan

remaja. Karakter dalam terminologi Islam lebih umum disebut sebagai

Akhlak, hal ini senada dengan konsep akhlak yang dirumuskan oleh para

cendikiawan Islam masa lalu seperti Ibnu Miskawaih, dan Al-Zarnuji, “bahwa

tujuan utama pendidikan akhlak adalah terbentuknya perilaku positif dalam

diri anak didik”. (Majid dan Andayani, 2011: 10).

Menurut Abu Hamid al Ghazali dalam Subur (2015: 64), akhlak adalah

sifat yang berasal dari dalam yang kemudian menghasilkan perbuatan-

perbuatan spontan tanpa berfikir terlebih dahulu. Pendapat Abu hamid

mengenai definisi akhlak di atas, sejalan dengan pemikiran Thomas Lickona

(2013: 25) mengenai karakter, bahwa karakter adalah “tindakan ketika kita

tidak terlihat oleh orang lain”. Meskipun penggunaan istilah Akhlak lebih

familiar dalam lingkungan Islam, dalam penelitian ini peneliti akan tetap
6

menggunakan istilah karakter untuk memudahkan pembahasan pada ranah

umum.

Islam diturunkan ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak dan

budi pekerti manusia, sebagaimana hadits Rasulullah berikut ini:

ِ ِ
ُ ْ‫إِمَّنَا بُعث‬
ْ ‫ت ألُتَمَم َم َكا ِرَم األ‬
‫َخالق‬
Artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. (H.R Ahmad).

Atas dasar itulah kemudian Rasulullah benar-benar memfokuskan dakwahnya

untuk melakukan pembentukan, penyempurnaan, dan penguatan karakter.

Hasil dari usaha Rasulullah dalam pengajaran karakter inilah yang kemudian

menjadi pondasi bagi peradaban Islam selanjutnya. (Muwafik, 2002: 2).

Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang istimewa, beliau berhasil

merubah karakter bangsa Arab yang sebelumya larut dalam kebodohan yang

dalam, menjadi sebuah bangsa yang besar, bahkan mengalahkan peradaban

Romawi di Eropa. Alfred Martine, seorang orientalis barat, dalam Athiyah

(2010: 206) menuturkan bahwa metode pengajaran Islam yang digunakan

oleh Nabi Muhammad dalam memperbaiki karakter dan sistem sosial bangsa

Arab terbukti efektif walaupun belum pernah dipakai oleh bangsa lainnya.

Berbekal al-Quran sebagai petunjuk, Rasulullah menyampaikan risalah

tauhid, menyeru manusia untuk meninggalkan berhala dan kembali

menyembah Allah, serta menyempurnakan sikap dan perilaku manusia. Allah

berfirman dalam Q.S. al-Baqoroh, [2] 1-2 berikut ini:

‫ني‬ ِ ‫ ََٰذلِك الْ ِكتاب ََل ري َۛب فِ َِۛيه ه ًدى لمِْلمت‬.‫امل‬


‫مق‬
َ ُ ُ َ َْ ُ َ َ
7

Artinya: “Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Departemen Agama RI, 2004: 2).

Al-Quran mengandung banyak sekali pengajaran karakter, baik itu yang

berhubungan dengan perkara ushul maupun furu’, selain itu, pengajaran

karakter dalam Islam juga dapat ditemui dalam hadits dan sunnah Nabi

Muhammad (Ulil, 2012: 65-66). Nabi Muhammad diutus ke muka bumi

untuk sebuah tujuan, yakni memberantas kebodohan yang menjangkiti setiap

umat manusia. Didasari oleh ajaran al-Quran yang arif dan lurus, serta

dibawakan oleh pribadi Rasulullah yang berkarakter sempurna, dakwah Islam

mampu mengkonversi karakter jahiliyah menjadi karakter tauhid yang

melahirkan generasi berkarakter Islam.

Nabi Muhammad berhasil mencetak generasi terbaik Islam, yang

bahkan mampu menjadikan peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya.

Sebut saja Mushab bin Umair, yang rela meninggalkan kemakmuran sukunya

untuk meniti jalan Islam yang penuh perjuangan, atau Muhammad al-Fatih

sebagai contoh lain, yang mampu menaklukan konstantinopel pada usia yang

masih sangat muda.

Islam memiliki konsep karakter yang nilai-nilainya diambil dari al-

Quran dan Hadits rasulullah, menjadikan nilai-nilai karakter Islam sempurna,

sebab disandur dari kitab Allah yang paling sempurna dan perilaku Nabi

Muhammad yang tanpa cela. Dalam sebuah hadits, Aisyah R.a pernah

ditanyai oleh Sa’ad bin Hisyam bin Amr R.a mengenai akhlak Rasulullah,

kemudian Aisyah R.a menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Quran.

Riwayat ini kemudian dijelaskan oleh Imam Nawawi, bahwa makna kalimat
8

tersebut adalah bahwa Rasulullah mengamalkan al-Quran, patuh pada

ketentuannya, beradab dengannya, mengambil pelajaran darinya,

mentadaburi, dan membacanya dengan baik. (Ulil, 2012: 66).

Al-Quran adalah petunjuk yang paling benar, tiada keraguan atas apa

yang tercantum dalam al-Quran, Allah bersabda dalam Q.S. al-Baqarah ayat 2

berikut ini:

‫ني‬ ِ ‫ََٰذلِك الْ ِكتاب ََل ري َۛب فِ َِۛيه ه ًدى لمِْلمت‬


‫مق‬
َ ُ ُ َ َْ ُ َ َ
Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa”. (Departemen Agama RI, 2004: 2).

Namun celakanya, remaja Muslim pada masa ini telah jauh dari ajaran-ajaran

al-Quran. Karakter mereka tidak mencerminkan nilai-nilai Islam yang

terkandung di dalam al-Quran. Remaja Muslim masa kini seakan-akan tidak

mengenal karakter dari agamanya sendiri. Mereka lebih senang mengadopsi

nilai-nilai karakter bangsa barat yang cenderung liberal, seperti seks bebas,

mabuk-mabukan, dan sebagainya.

Lemahnya karakter Islam yang dimiliki oleh remaja Muslim Indonesia

tak pelak membuat kita bertanya-tanya, ada apa dengan pendidikan nilai-nilai

karakter di negeri ini. Rendahnya nilai-nilai karakter Islam pada diri remaja

telah memunculkan persepsi, bahwa pendidikan di madrasah-madrasah telah

gagal menanamkan nilai-nilai karakter Islam kepada remaja-remaja Muslim.

Karakter Islam sebenarnya dapat ditanamkan tidak hanya melalui

pendidikan di sekolah atau madrasah semata, namun juga dapat disampaikan

melalui bahan bacaan yang berkualitas. Karya sastra adalah salah satu solusi
9

yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter Islam. Nyoman

Kutha (2014: 232) mengungkapkan bahwa karya sastra adalah elemen

penting dalam pendidikan karakter, karena di dalam karya sastra terdapat

contoh-contoh yang berisi teladan, hikmah dan nasehat serta konsekuensi atas

segala perbuatan yang dapat membentuk karakter pembaca.

Melalui karya sastra, pembaca dapat dengan mudah menyerap nilai-

nilai karakter yang terselip di dalamnya. Pembaca karya sastra dapat

menyelami karakter tiap-tiap tokoh, dan bagaimana dunia merespon tindakan

yang dilakukan tokoh dengan lebih nyata. Unsur imajinasi yang tertuang

dalam karya sastra dapat membimbing pembaca dalam berpikir, bertindak

dan berkarya sesuai dengan nilai-nilai yang ada. (Wibowo, 2013: 20).

Pendidikan karakter melaui kerya sastra bahkan telah diterapkan di Amerika

Serikat, cerita-cerita dari McGuffey Reader, buku yang berisi berbagai cerita

tentang kebajikan dan kepahlawanan, menjadi bahan bacaan ketika guru

mempraktikkan ketrampilan membaca pada anak. (Lickona, 2013: 9).

Suhardini dalam Agus (2013: 19), mengungkapkan bahwa pengajaran

sastra memiliki tautan erat dengan pengajaran karakter, hal ini disebabkan

sastra selalu membicarakan nilai hidup dan kehidupan, yang berarti berkaitan

langsung dengan pembentukan karakter manusia. Pendapat-pendapat ahli di

atas sekiranya telah cukup membuktikan pentingnya sastra dalam

menanamkan nilai-nilai karakter, termasuk karakter Islam yang mungkin

tersirat di dalam sebuah karya sastra.


10

Salah satu bentuk karya sastra yang paling populer adalah novel. Novel

juga merupakan karya sastra yang mudah diterima oleh masyarakat

Indonesia, terbukti meskipun minat baca masyarakat Indonesia relatif rendah

dalam ranking dunia, namun banyak judul novel Indonesia yang terjual

berjuta-juta eksemplar dan bahkan menjadi populer di luar negeri, sebut saja

novel karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul “Bidadari Bermata

Bening”. Novel remaja ini tidak hanya ringan dibaca oleh siapa saja, namun

juga sarat akan makna untuk menjadi pelajaran bagi manusia, khususnya

remaja Muslim.

Novel Bidadari Bermata Bening ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy,

penulis yang telah menerbitkan karya-karya sukses di pasaran Indoneisa,

sebut saja novel Ayat-ayat Cinta yang kini telah sampai pada buku kedua dan

bahkan telah berhasil menembus layar bioskop Indonesia. Beliau adalah salah

satu dari banyak penulis Indonesia yang menempuh jalan kepenulisan fiksi,

khususnya novel-novel remaja sebagai jalan dakwah. Novel Bidadari Bermata

Bening mengisahkan kehidupan Ayna, seorang santriwati miskin yang

memendam rasa cinta pada seorang putra penerus pesantren, Gus Afif. Novel

ini dapat dikatakan merupakan novel cinta remaja, namun dibungkus dalam

batas-batas yang diatur oleh Agama Islam sehingga layak dibaca dan

dijadikan teladan oleh remaja-remaja Muslim Indonesia.

Novel Bidadari Bermata Bening berlatar di sebuah pondok pesantren di

Jawa Tengah. Pembaca akan disuguhi dengan paragraph-paragraf yang jamak

ditemui dalam kehidupan santri dan santriwati di pondok pesantren pada


11

umumnya Sebagai alumni pondok pesantren, Habiburrahman El Shirazy

mampu mengadaptasi adegan-adegan nyata yang kerap dialami santri-santri

di pondok pesantren dengan alami tanpa kesan dibuat-buat. Banyak juga

faedah yang dapat pembaca ambil dari novel ini, karena banyak sekali nilai-

nilai Islam, termasuk karakter Islam yang diselipkan kedalam tiap-tiap

paragraph, sehingga pembaca tidak merasa digurui ketika membaca novel

Bidadari Bermata Bening.

Novel Bidadari Bermata Bening amat layak dijadikan bahan bacaan

yang berkualitas, khususnya bagi kalangan remaja yang membutuhkan

perbaikan karakter dan penyadaran akan identitas remaja Muslim yang

sesungguhnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai kandungan nilai-nilai

karakter remaja Muslim dalam novel Bidadari Bermata Bening dalam sebuah

skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim Dalam

Kandugan Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El

Shirazy”.

B. Penegasan Istilah

Untuk mencegah pemahaman dan penafsiran yang salah terkait istilah-

istilah yang dipakai di dalam judul penelitian ini, penulis menegaskan istilah-

istilah tersebut dalam pembahasan di bawah ini:

1. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat, menurut

Kluckhon, dalam Mustari (2014: X) nilai adalah sebuah standar yang


12

abadi. Lebih spesifik, nilai dapat diartikan harga, makna, isi dan pesan,

semangat atau jiwa yang tersurat serta tersirat dalam fakta, konsep dan

teori, sehingga bermakna secara fungsional. Nilai juga difungsikan untuk

mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang,

karena nilai adalah standar perilaku. (Subur, 2015: 51).

Frankel dalam Subur (2015: 52) mendefinisikan nilai sebagai berikut:

“A value is an idea, a concept about semeone thinks is important in life.

Values are ideas about the warth of thinking, they are concepts, abstra”.

Dengan kata lain, nilai adalah konsep yang dianggap berharga dan

memiliki peran penting dalam kehidupan, konsep-konsep inilah yang

kemudian menjadi dasar dari perilaku manusia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah

sebuah konsep abstrak yang tidak berubah seiring dengan perubahan

zaman, yang mana konsep tersebut berisi sesuatu yang berharga dalam

kehidupan masyarakat, sekaligus berfungsi sebagai pengendali dan dasar

perilaku manusia.

2. Karakter Remaja Muslim

Dharma Kesuma (2011: 11) mengungkapkan bahwa karakter adalah

nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Sedangkan Scerenko dalam

Muchlis dan Haryanto (2011: 42), mendeskripsikan karakter sebagai

“suatu atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi,

ciri etis dan kompleksitas mental seseorang, suatu kelompok atau bangsa”.
13

Nyoman Kutha mengutip pendapat Fromm (2014: 128), bahwa

karakter adalah sebuah sistem permanen dari dorongan-dorongan di luar

insting yang mana melalui sistem tersebut manusia berperilaku dan

bertindak di dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pendapat lainnya

menyatakan bahwa karakter adalah kumpulan tingkah laku baik pada diri

manusia, tingkah laku tersebut merupakan hasil dari kesadaran diri dalam

menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya dalam mengemban amanah dan

tanggung jawab. (Sudewo, 2011: 13).

Karakter di dalam terminologi Islam lebih jamak disebut sebagai

akhlak. Menurut Abu Hamid al Ghazali dalam Subur (2015: 64), akhlak

adalah sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-

perbuatan yang dilakukan tanpa memikirkan konsekuensi yang timbul

setelahnya. Berdasarkan pendapat Abu Hamid tersebut, dapat dikatakan

bahwa definisi karakter dan akhlak adalah sama.

Berdasarkan pendapat yang dikutip dari para ahli di atas, karakter

dapat disimpulkan dalam sebuah kalimat sebagai sebuah konsep tindakan

dan tingkah laku yang mana tindakan tersebut tidak didasari oleh faktor

eksternal namun berasal dari kesadaran diri untuk berbuat, hal ini

kemudian menjadi ciri khas seorang individu, bangsa dan negara.

Remaja adalah istilah yang tergolong baru dalam dunia psikologi

perkembangan. Istilah ini baru muncul pada awal abad kedua puluh, ketika

Eropa telah memasuki periode industri modern. Diane dkk. (2008: 534)

Mendeskripsikan remaja sebagai sebuah masa dimana terjadi perpindahan


14

dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang diikuti oleh perubahan

fisik, kecerdasan, dan psikososial.

Harold Alberty dalam Achmad (2011: 55), menyatakan bahwa periode

masa remaja dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam

masa hidup manusia yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-

kanak sampai datang awal masa dewasa. Secara detail dapat dikatakan

bahwa masa remaja berlangsung dari umur 11-13 tahun, hingga umur 18-

20 tahun.

3. Novel Bidadari Bermata Bening

Novel Bidadari Bermata Bening ditulis oleh Habiburrahman El

Shirazy, penulis yang namanya melejit bersama novel Ayat-ayat Cinta.

Novel ini diteritkan oleh Republika Penerbit pada tahun 2017 dengan

jumlah halaman sebanyak 337 lembar. Bidadari Bermata Bening

mengisahkan kehidupan Ayna dan Gus Afif, yang saling mencintai namun

terhalang oleh posisi mereka yang di dalam pandangan masyarakat pondok

pesantren tidak wajar untuk dipertemukan di dalam sebuah pernikahan.

Ayna yang hanya merupakan seorang khadimah, pembantu bagi nyai

di sebuah pondok pesantren, jatuh hati kepada Gus Afif, putra pemimpin

pondok yang juga merupakan penerus pondok pesantren tersebut. Ayna

dan Gus Afif sebenarnya saling mencintai satu sama lain, namun seorang

penerus pondok pada umumnya dinikahkan dengan putri penerus pondok

lainnya, sementara seorang Ayna yang miskin dan yatim Piatu dipandang
15

tidak layak untuk disandingkan dengan putra seorang pemimpin pondok

pesantren.

Novel ini akan lebih banyak menceritakan kisah perjuangan Ayna dan

Gus Afif dalam memperjuangkan cinta mereka, juga menempuh

kehidupan yang keras. Novel Bidadari Bermata Bening menyajikan Ujian

dan godaan duniawi yang menimpa tokoh-tokoh didalam novel ini, dan

bagaimana mereka berpegang teguh kepada ajaran Agama Islam untuk

menyelesaikannya.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman karakter sejati seorang Muslim dikalangan remaja

Muslim Indonesia.

2. Tergerusnya karakter Islam dalam diri remaja Muslim karena pengaruh

negatif dari globalisasi.

3. Adanya nilai-nilai karakter remaja Muslim yang belum terekspos oleh

pembaca dalam novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El

Shirazy.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari meluasnya

penelitian yang dapat menimbulkan banyak tafsiran yang keluar dari pokok

bahasan utama. Dikarenakan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti

membatasi masalah hanya pada “Nilai-nilai Karakter Remaja Muslim


16

Dalam Kandungan Novel Bidadari Bermata Bening Karya

Habiburrahman El Shirazy”.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta

pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut: Apa saja nilai-nilai karakter remaja Muslim yang

terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El

Shirazy?.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan

tujuan penelitian sebagai berikut: bahwasannya penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apa saja kandungan nilai-nilai karakter remaja Muslim dalam

novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Secara teori, penelitian ini diharapkan mampu menggali lebih luas

mengenai penggunaan karya sastra dalam pendidikan Islam, lebih-lebih

pada penanaman karakter Islam melalui karya sastra. Selain itu, penelitian

ini juga diharapkan mampu memperkaya wawasan mengenai karakter, dan

penanaman karakter Islam di pesantren, serta menunjukkan karakter

seorang remaja Muslim yang sesuai dengan agama Islam.


17

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat

sebagai berikut:

a. Manfaat bagi pembaca

Menanamkan kepada pembaca akan pentingnya karakter Islam bagi

remaja Muslim.

b. Manfaat bagi membangun wawasan akademis

1) Menambah pengetahuan mengenai seluk beluk nilai karakter Islam

bagi remaja Muslim.

2) Menjadi alternatif dalam pendidikan karakter bagi remaja Muslim.

c. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan penulis terkait

pengajaran karakter terkait dengan penerapannya dalam pendidikan

Agama Islam di sekolah dan madrasah.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Nilai

Mustari (2014: X), mendeskripsikan nilai sebagai suatu prinsip

umum yang menjadi dasar ukuran atau sebuah standar untuk menilai

sesuatu, atau nilai dasar yang menjadi acuan suatu tindakan dan cita-cita

dalam masyarakat. Mustari juga menyatakan bahwa nilai adalah konsep

tentang pembentukan mental yang dirumuskan dari tingkah laku manusia,

nilai juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang baik, penting dan dihargai.

Frankel dalam Subur (2015: 52) mendefinisikan nilai sebagai “an

idea, a concept about semeone thinks is important in life. Values are ideas

about the warth of thinking, they are concepts, abstract”. Dapat dikatakan

bahwa nilai berarti konsep abstrak yang dianggap berharga dan memiliki

peran penting dalam kehidupan, konsep-konsep inilah yang kemudian

menjadi dasar dari perilaku manusia.

Zakiyah dan Rusdiana (2014: 14-15) mengutip pendapat para ahli

mengenai definisi nilai sebagai berikut:

a. Max Scheler mengatakan bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak

tergantung pada apapun serta bersifat abadi.

18
19

b. Immanuel Kant menerangkan bahwa nilai adalah sesuatu yang tidak

bergantung pada materi, berdiri sendiri sebagai nilai tanpa tergantung

pada apapun.

c. Dali Guno dan Kartono Kartini (2003) menyatakan bahwa nilai adalah

hal yang dianggap penting dan baik,

d. Ahmad Tafsir (1990) mengemukakan bahwa nilai adalah esensi dan

ide yang ada dalam dunia ideal manusia.

e. H. M. Rasjidi (1986), nilai adalah gagasan yang dipengaruhi oleh

fakta-fakta.

f. Ngalim Purwanto (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan yang

dipengaruhi oleh adanya adat istiadat, etika, kepercayaan, dan agama.

Shaver dalam Subur (2015: 52) mendefinisakn nilai sebagai dasar

dalam menilai sesuatu. Definisi Shaver mengenai nilai dapat dikatakan

mengandung tiga elemen utama, yakni:

a. Pertama, nilai adalah sebuah konsep bukan suatu perasaan. Nilai

memiliki standar yang rasional.

b. Kedua, nilai berada di dalam pikiran, terbebas dari dunia sadar dan

pengaruh manusia lainya.

c. Ketiga, nilai bersifat dimensional, bukan mutlak, artinya dapat berbeda

tergantung kepada dimensi waktu dan tempat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah

sebuah konsep abstrak yang tidak berubah seiring dengan perubahan


20

zaman, yang mana konsep tersebut berisi sesuatu yang berharga dalam

kehidupan masyarakat, sekaligus berfungsi sebagai pengendali dan dasar

setiap perilaku manusia dalam masyarakat tersebut.

2. Karakter Remaja Muslim

a. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani, Karasso yang mana jika

diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti “cetak biru”, “format dasar”,

atau “sidik”, layaknya sidik pada sidik jari. (Saptono, 2011: 18). Agus

Wibowo (2013: 11) mengungkapkan bahwa karakter berakar dari

bahasa latin, yaitu “kharakter”, “kharassein”, dan ”kharax”, yang

bermakna “tools for marking”, dan “to engrave” yang berarti alat untuk

mengukir atau memberi tanda.

Nyoman Kutha (2014: 128), menuturkan bahwa karakter berasal

dari bahasa Yunani, charakter, yang berarti alat untuk mengukir, yang

dalam perkembangan selanjutnya dikembangkan sebagai sifat, ciri-ciri

yang menandai kepribadian seseorang dan sekaligus membedakannya

dengan sifat orang lain. Karakter dalam definisi ini dinyatakan sebagai

corak yang khas pada sesuatu.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter didefinisikan

sebagai “sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain” (Sofyan, 2010: 272). Robert

Marine, sebagaimana dikutip oleh Muchlas dan Hariyanto (2011: 42),


21

menggambarkan karakter sebagai “gabungan yang samar-samar antara

sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan, yang membangun kepribadian

seseorang”.

Muchlas dan Hariyanto (2011: 42-43) kemudian merumuskan

karakter dengan bahasanya sendiri, karakter diartikan sebagai nilai yang

menjadi dasar perilaku dan tata nilai interaksi antar manusia, yang juga

membangun kepribadian seseorang. Karakter terbentuk baik karena

pengaruh hereditas (gen), maupun atas pengaruh lingkungan, yang

membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan

perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Ditjen Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan Nasional

dalam Subur, (2015: 67) karakter merupakan cara berpikir khas tiap

individu yang menjadi dasar berperilaku, menjalani hidup, dan bekerja

sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

W.B. Sauders seperti dikutip subur (2015: 67), menjelaskan bahwa

karakter adalah sifat nyata yang khusus ada pada tiap individu, juga

dapat diartikan sebagai sejumlah atribut yang dapat diamati pada

individu.

Thomas Lickona dalam Agus (2013: 12) mengungkapkan bahwa

karakter adalah “a reliable inner dispotion to respond to situations in a

morally good way”. Secara garis besar kalimat tersebut dapat diartikan
22

sebagai “sebuah rangsangan dari dalam diri guna merespon sebuah

situasi dengan perilaku yang baik secara moral”.

Erie Sudewo (2011:13) menyatakan bahwa karakter adalah

“kumpulan tingkah laku baik dari seorang manusia, tingkah laku

tersebut adalah perwujudan dari kesadaran menjalankan peran, fungsi,

dan tugasnya mengemban amanah dan tanggung jawab”. Sedangkan

pendapat lain menyatakan bahwa karakter adalah jati diri yang berupa

kualitas batiniah atau rohaniah manusia yang ditampakkan dalam sikap

dan perbuatan. (Maksudin, 2012: 3).

Berdasarkan beberapa paparan ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa karakter adalah sifat dasar nan khas yang dimiliki oleh manusia

dalam merespon keadaan dan kondisi sekitarnya dengan perilaku yang

sesuai dengan moral yang ada dalam msayarakat setempat. Karakter

adalah pondasi dasar yang membentuk corak khusus pada manusia,

suku, maupun bangsa.

Karakter dibentuk oleh nilai-nilai dasar yang ada dalam

kehidupan manusia, nilai-nilai tersebut kemudian menjadi pondasi

penyokong karakter yang mana karakter individu didasari olehnya.

Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman budaya yang amat

beragam, melahirkan nilai-nilai karakter yang beragam pula. Menurut

Muhammad Yaumi (2014: 82-83), nilai-nilai karakter bangsa Indonesia

diambil dari falsafah dan dasar hidup Bangsa Indonesia, yakni Pancasila
23

dan UUD 1945. Nilai-nilai tersebut dirangkum dalam delapan belas

poin nilai-nilai karakter berikut ini:

1) Religius

Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur

Perilaku yang selalu berusaha menjadikan dirinya sebagai orang

yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3) Toleran

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan pemikiran orang lain.

4) Disiplin

Tindakan yang mencerminkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai permasalahan dan tugas.

6) Kreatif

Berpikir dan berkarya dengan dasar menghasilkan sesuatu yang

unik dan baru.


24

7) Mandiri

Sikap dan perilaku yang mencerminkan ketidak tergantungan pada

orang lain.

8) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan nilai

kesamaan hak dan kewajiban antar umat manusia.

9) Rasa ingin tahu

Dorongan untuk selalu menambah pengetahuan akan hal-hal baru.

10) Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan berdasarkan asas

kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi serta kelompok.

11) Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

negara.

12) Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan menghargai pencapaian orang lain serta

berusaha menghasilkan prestasi.

13) Bersahabat

Tindakan yang mencerminkan penerimaan pada orang lain.


25

14) Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang mengutamakan keselamatan

dan ketentraman bersama.

15) Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan

yang memberikan tambahan ilmu.

16) Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang mencerminkan upaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, serta

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.

17) Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin meringankan beban moral

maupun sosial orang lain dan kepada masyarakat yang

membutuhkan.

18) Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk berupaya melaksanakan tugas

dan kewajiban yang diembankan kepada dirinya, baik terhadap diri

sendiri maupun masyarakat dan lingkungan.

b. Karakter Menurut Sudut Pandang Islam

Konsep karakter dalam dunia Islam kerap disamakan dengan

akhlak, dalam pengertian lebih lanjut karakter atau akhlak mulia


26

dijelaskan sebagai bentuk akhir dari proses pembangunan pondasi

akidah agama yang kokoh (Marzuki, 2015: 23). Sumber karakter dalam

Islam menurut Syafri (2012: 65-66), merujuk kepada al-Quran dan

hadits Nabi Muhammad.

Ibnu Burdah (2013: XII) menggolongkan nilai-nilai karakter

Islam kedalam 20 poin berikut ini :

1) Cinta kepada Allah dan segala ciptaan-Nya

2) Yakin kepada Allah dan menjunjung kejujuran

3) Bercita-cita Mulia

4) Berjuang demi cita-cita

5) Bersemangat menuntut ilmu

6) Rajin berdoa dan beribadah serta menjauhi maksiat

7) Menjauhi sikap iri dan bersikap ikhlas

8) Bersikap rendah hati

9) Bersikap sederhana

10) Tidak menyia-nyiakan masa muda

11) Memanfaatkan waktu dan kesempatan

12) Menghindari berkeluh kesah

13) Bersikap hormat pada orang tua dan guru

14) Pandai bergaul dan memilih teman

15) Hidup mandiri dan bertanggung jawab

16) Menjaga kedamaian hidup dan kebersamaan


27

17) Bersikap gigih

18) Bersikap sabar

19) Berbakti kepada bangsa

20) Mencari bekal untuk kehidupan akhirat

Sedangkan Syafri (2012: 85-97) menggolngkan karakter Islam

kedalam empat pokok karakter, yakni:

1) Karakter kepada Allah dan Rasul

2) Karakter Pribadi dan kepada keluarga

3) Karakter bermasyarakat dan ber-muamalah

4) Berakidah Tauhid

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi karakter

dalam Islam beserta nilai-nilai karakter yang terkandung didalamnya,

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa poin nilai-nilai

karakter pokok yang seharusnya dimiliki oleh setiap Muslim, termasuk

remaja Muslim, yakni:

1) Karakter kepada Allah dan Rasul

a) Mencintai Allah

b) Meyakini Allah

c) Mencintai Nabi dan Rasul

d) Rajin beribadah

e) Berbakti kepada Allah


28

2) Karakter kepada diri sendiri

a) Bercita-cita mulia

b) Kreatif

c) Bersikap adil

d) Mencintau ilmu

e) Menjauhi sikap iri

f) Menjaga kesucian diri

g) Senantiasa berbuat dengan ikhlas

h) Bersikap rendah hati

i) Senantiasa bersyukur

j) Memanfaatkan waktu dan kesempatan

k) Bertanggung jawab

l) Bersikap gigih dan tidak berputus asa

m) Berperilaku sabar

n) Menepati janji

3) Karakter kepada sesama manusia

a) Memuliakan orang tua dan Guru

b) Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia

c) Berbakti kepada bangsa dan Negara

c. Pengertian Remaja Muslim

Remaja adalah sebuah masa dalam rentang pertumbuhan manusia,

di mana pada tahap ini manusia mengalami transisi dari masa kanak-
29

kanak menuju dewasa, istilah adolesence (masa muda) kerap digunakan

untuk menyatakan masa remaja. Witherington dalam Rumini dan

Sundari (2004: 54) mendeskripsikan bahwa masa remaja terjadi dalam

kurun waktu 12-15 tahun (preadolesence) hingga usia 15-18 tahun (late

adolesence).

Terdapat beragam penafsiran oleh para ahli terkait istilah remaja,

yang mana penafsiran-penafsiran tersebut dipengaruhi oleh latar

belakang akademis masing-masing penafsir. Berikut ini adalah

pengertian remaja menurut beberapa ahli: (Juntika dan Agustin, 2011:

56).

1) Charlote Buhler

Masa remaja adalah masa di mana manusia memiliki kebutuhan isi-

mengisi dan berinteraksi dengan manusia lainnya.

2) Spranger

Spranger menyatakan bahwa remaja adalah sebuah periode di mana

manusia tumbuh disertai dengan perkembangan kejiwaan yang

mendasar.

3) Hoffman

Menurut Hoffman, masa remaja adalah suatu periode pembentukan

sikap-sikap berdasarkan segala sesuatu yang dialami oleh individu

dalam hidupnya.
30

4) Conger

Menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa kritis pencarian jati

diri yang mungkin dapat menjadi periode terbaik ataupun terburuk

dalam masa hidup individu.

Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat diambil sebuah

kesimpilan bahwa remaja adalah suatu masa dalam periode hidup

manusia, yang umumnya berlangsung dari kurun waktu 12-18 tahun, di

mana manusia mengalami perkembangan fisik dan mental secara

signifikan. Pada masa ini manusia memerlukan pengaragan dan

bimbingan guna menemukan jati dirinya.

Mendefinisikan Istilah Muslim tidak dapat dilepaskan dari

pembahasan arti kata Islam. Islam berasal dari kata salima, yang berarti

selamat, kemudian dari kata tersebut terbentuk kata aslama yang dapat

diartikan sebagai “menyerahkan diri”, atau “tunduk dan patuh” (Jamal,

2011: 285). Hal ini senada dengan firman Allah dalam Q.S al-Baqarah

[2] ayat 112 berikut ini:

ٌ ‫ند َربِمِه َوََل َخ ْو‬


‫ف‬ َ ‫َجُرهُ ِع‬ ِ ِِ
ْ ‫َسلَ َم َو ْج َههُ مّلِل َوُه َو ُُْمس ٌن فَلَهُ أ‬ْ ‫بَلَ َٰى َم ْن أ‬
‫َعلَْي ِه ْم َوََل ُه ْم ََْيَزنُو َن‬

Artinya: “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri


kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada
sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati”. (Departemen Agama RI, 2004: 21).
31

Sementara itu, Muhammad Farooq (2008: 3) mendefinisikan

bahwa Muslim adalah:

a person who freely and willingly accepts the supreme power


of god and strives to organize his or her life in accordance
with his commandments. Hence, a Muslim is any person any
where in the world whose obedience, allegiance, and loyalty
are to the one and only God (Allah).

Kalimat di atas dapat berarti bahwa Muslim adalah orang-orang di

seluruh dunia yang dengan sukarela menyerahkan diri pada Allah dan

menjalankan hidup berdasarkan tuntunan Allah dan tunduk patuh

padanya.

Gardet dalam Shahab Ahmed (2015: 5) mendeskripsikan Muslim

sebagai “one who submits to God”, bahwa Muslim adalah orang-orang

yang menyerahkan diri kepada Allah. Dari pengertian-pengertian yang

telah diungkapkan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa

definisi dari kata Muslim adalah, umat yang memeluk Islam, bisa juga

diartikan sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Allah. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa remaja Muslim adalah remaja yang memeluk

agama Islam dan berserah diri serta mencari keselamatan kepada Allah.

3. Novel

a. Pengertian

Endah Priyanti (2010: 124) memaparkan bahwa kata novel

berasal dari bahasa latin, novellus. Kata novellus berakar dari kata

novus, yang berarti baru. Novel dikatakan baru karena karya sastra ini
32

terbentuk dari karya sastra yang telah lebih dulu ada, yakni puisi dan

drama. Pendapat lain diungkapkan oleh Abrams dalam Antilan (2010:

62), bahwa novel berasal dari bahasa Italia, novella, yang jika diartikan

kedalam bahasa indonesia kurang lebih berarti “sebuah barang baru

yang kecil”.

H.B. Jassin dalam Antilan (2010: 63), memaparkan bahwa novel

merupakan cerita mengenai episode kehidupan manusia yang tidak

biasa di mana episode tersebut menghasilkan krisis yang

memungkinkan perubahan nasib bagi tokoh-tokoh di dalamnya.

Berdasarkan pendapat ahli yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa novel adalah karya sastra baru yang berisi potongan

kisah hidup manusia yang unik dan penuh krisis kehidupan.

b. Unsur-Unsur Novel

Secara garis besar besar sebuah novel disusun oleh unsur-unsur

ekstrinsik yakni unsur yang membangun dari luar cerita (Lestari .dkk,

2016: 187), dan unsur-unsur intrinsik (unsur yang membangun dari

dalam). Berikut ini adalah unsur-unsur intrinsik yang ada dalam novel:

1) Tokoh

Sudjiman dalam Esti (2013: 70) mendefinisikan tokoh sebagai

individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam

berbagai peristiwa dalam cerita.


33

2) Tema

Stanton dan Kenny dalam Esti (2013: 71) menyatakan bahwa tema

adalah suatu makna yang terkandung di dalam cerita. Sementara itu,

Hartoko dan Rahmanto dalam Esti (2013: 72) menuturkan bahwa

“tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya

sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur sistematis

dan yang menyangkut perasaan-perasaan atau perbedaan-

perbedaan”.

3) Latar

Latar adalah tempat kejadian, waktu kejadian dari sebuah cerita.

(Ismawati, 2013: 72). Kosasih (2008: 58) mengungkapkan bahwa

latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya perbuatan tokoh

atau peristiwa yang dialami tokoh.

4) Plot

Esti (2013: 73) menerangkan bahwa plot merupakan struktur atau

urutan terjadinya peristiwa-peristiwa dalam novel.

5) Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penulis melalui

cerita. (Ismawati, 2013: 73).

6) Sudut pandang

Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam membawakan

cerita. (Kosasih, 2008: 57).


34

Sementara itu, unsur-unsur ekstrinsik novel menurut Kosasih

(2008:61) adalah sebagai berikut:

1) Latar belakang pengarang, meliputi asal daerah atau suku bangsa,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, dan ideologi

pengarang.

2) Kondisi sosial budaya, merunut pada kondisi sosial dan budaya dari

lingkungan sebuah novel dibuat.

3) Tempat atau kondisi alam, novel yang dibuat oleh pengarang yang

tinggal di kawasan perkotaan akan berbeda dengan novel karangan

pengarang yang hidup di pedalaman desa.

B. Telaah Pustaka

Kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang

penelitian atau sumber pustaka yang relevan dengan bidang atau topik

tertentu. (Setyosari, 2013: 95). Wina Sanjaya (2013: 205) menjelaskan kajian

pustaka sebagai kegiatan menggali kembali bahan-bahan pustaka seperti buku

atau dokumen, mempelajari dan menilai prosedur dan hasil penelitian sejenis

yang pernah dilakukan orang lain di waktu lampau, serta mempelajari

laporan-laporan hasil observasi dan hasil survei tentang masalah yang terkait

dengan topik permasalahan yang akan diteliti.

Sebuah kajian pustaka penting sifatnya dalam sebuah penelitian. Kajian

pustaka berguna dalam me-review penelitian yang telah ada berkaitan dengan

persamaan topik bahasan yang ada di dalamnya, kendati memiliki perspektif


35

masalah yang tidak sama. Dengan kata lain, kajian pustaka digunakan untuk

membedakan sebuah penelitian dengan penelitian terdahulu yang telah ada.

Penulis menemukan sebuah judul penelitian yang membahas mengenai

novel Bidadari Bermata Bening. Meskipun demikian, penulis tidak

menemukan judul penelitian yang benar-benar memiliki kesamaan dengan

judul penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini. Berikut ini adalah

judul skripsi yang relevan dengan judul penelitian penulis:

1. Penelitian berjudul Nilai Religius Dalam Novel Bidadari Bermata Bening

Karya Habiburrahman El-Shirazy Dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar

Sastra Di SMA , yang ditulis oleh Rosi Okta, mahasiswi jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung, tahun 2018. Penelitian tersebut membahas mengenai kandungan

nilai religius dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman

El Shirazy. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada empat nilai

religius yang terkandung di dalam novel Bidadari Bermata Bening, yakni:

nilai religius pertama menyangkut hubungan manusia dengan Allah

dengan jalan ibadah dan menjauhi larangan Allah, nilai religius kedua

digambarkan sebagai hubungan baik manusia dengan sesamanya, dan nilai

religius ketiga yang meliputi perasaan hubungan batin antara manusia

dengan Allah, serta nilai religius terakhir yang merupakan penerimaan

kebesaran Allah melalui ciptaan dan fenomena alam. Penelitian ini juga

menemukan fakta bahwa novel Bidadari Bermata Bening layak dijadikan


36

alternatif bahan ajar di SMA. Penelitian ini berbeda dengan penelitian

yang akan penulis lakukan dikarenakan fokus judul penelitian yang akan

diteliti pada penelitian ini adalah ada tidaknya kandungan nilai-nilai

karakter dalam novel Bidadari Bermata Bening.

2. Skripsi oleh Nursiti, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Universitas Muhammadiyah Purworejo tahun 2013, yang berjudul Kajian

Nilai Pendidikan Karakter Tokoh Remaja dalam Novel Negeri Lima

Menara Karya Ahmad Fuadi dan Alternatif Pembelajaran di SMA.

Penelitian ini menghasilkan dua poin kesimpulan yakni, (a) novel Negeri

Lima Menara mengandung nilai-nilai karakter yang tercermin pada tokoh-

tokoh remaja dalam novel tersebut. Nilai-nilai karakter tersebut adalah,

religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, peduli, dan tanggung

jawab. (b) Pembelajaran novel Negeri Lima Menara dapat diterapkan

dalam pembelajaran sastra untuk kelas XI SMA, yakni pada kompetensi

dasar mengungkapkan hal-hal menarik dan dapat diteladani dari tokoh

dengan indikator pencapaian siswa menyampaikan intisari novel Negeri

Lima Menara, menemukan nilai-nilai karakter tokoh remaja dalam novel

Negeri Lima menara, dan menghubungkan nilai-nilai karakter tokoh

remaja dalam novel Negeri Lima Menara dengan kehidupan sehari-hari

sehingga memberikan dampak yang baik bagi karakter siswa. Penelitian

ini berbeda dengan penelitian yang hendak peneliti lakukan dikarenakan

novel yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah novel
37

Negeri Lima Menara, sementara penelitian yang hendak peneliti lakukan

adalah terkait kandungan nilai-nilai karakter Muslim dalam novel Bidadari

Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

3. Skripsi karya Evita Pratiwi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi dan

Pengembangannya Sebagai Media Pembelajaran Sastra Berbasis Animasi

Untuk Siswa Madrasah Aliyah (MA). Penelitian ini menunjukkan bahwa

kurang lebih ada tujuh belas nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel

Negeri Lima Menara, serta pengembangan media pembelajaran sastra

berbasis animasi yang berfokus pada empat nilai pendidikan karakter.

Penelitian ini tidak sama dengan fokus penelitian yang hendak penulis

lakukan dikarenakan penelitian betujuan menemukan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam novel Negeri Lima Menara, sedangkan

penelitian yang hendak penulis lakukan adalah untuk menemukan

kandungan nilai-nilai karakter remaja Muslim dalam Bidadari Bermata

Bening.

C. Kerangka Teoritik

Penyebaran informasi secara global telah menjelma menjadi pedang

bermata dua, di satu sisi globalisasi memberikan kita informasi-informasi

bermanfaat, namun di sisi lain juga membawa budaya-budaya masyarakat

dunia yang tidak sesuai dengan kebudayaan dan karakter bangsa. Hal tersebut
38

kemudiam menjadi persoalan bagi sebuah bangsa, tidak terkecuali bangsa

Indonesia.

Qodri Azizy (2003: 20) mengemukakan sebuah pendapat yang

menunjukkan sisi berbahaya dari globalisasi, globalisasi dapat menghasilkan

pertemuan nilai-nilai budaya dan agama, yang kemudian memunculkan

fenomena mempengaruhi, dan dipengaruhi, serta pertentangan nilai-nilai

berbeda yang pada akhirnya menghapus suatu nilai dan memunculkan nilai

lainnya sebagai pemenang, walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya

kerjasama antar nilai dan menghasilkan sintesa dan antitesa baru. Globalisasi

yang tidak tersaring dapat berakibat pada terhapusnya budaya dan karakter

bangsa, bahkan termasuk pula karakter Islam yang harusnya ada pada tiap

manusia.

Conger mengungkapkan bahwa remaja merupakan masa paling rentan

dalam siklus hidup manusia, pada masa ini mereka menemukan karakternya

dan menjadi pribadi yang diharapkan oleh masyarakat, atau justru mengalami

krisis karakter berkelanjutan karna pencarian karakter yang tidak terpenuhi

(Nurihsan dan Agustin, 2011: 56-57). Remaja Islam yang tidak mengenal

karakteristik dari agamanya sendiri akan menghasilkan generasi Islam yang

kehilangan identitasnya. Allah berfirman dalam Q.S an-Nisa [4] ayat 9:

‫ِض َعافًا َخافُوا َعلَْي ِه ْم فَ ْليَ تم ُقوا م‬


َ‫اّلِل‬ ً‫ين لَْو تََرُكوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُمِريمة‬َ
ِ ‫ولْيخش الم‬
‫ذ‬ َ ْ ََ
ً ‫َولْيَ ُقولُوا قَ ْوًَل َس ِد‬
‫يدا‬
39

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”. (Departemen Agama RI, 2004: 101).

Dalam ayat tersebut, Allah melarang kita untuk meninggalkan generasi

yang lemah, lemah di sini juga dapat diartikan sebagai pelemahan karakter

Islam. Hal ini dapat dipahami, mengingat pelemahan karakter dapat berakibat

amat fatal pada sebuah peradaban, seperti yang diungkapkan oleh Arnold

Toynbee dalam Saptono (2011: 16) bahwa “Dari dua puluh satu peradaban

dunia yang dapat dicatat, sembilan belas hancur bukan karena penaklukan

dari luar, melainkan karena pembusukan moral dari dalam”.

Salah satu penyebab degradasi karakter Islam adalah tidak

tersampaikannya nilai-nilai karakter tersebut melalui pendidikan formal di

sekolah-sekolah. Banyak guru dan tenaga pengajar yang belum secara

optimal mampu menanamkan nilai-nilai karakter Islam pada siswanya,

sehingga nilai-nilai karakter Islam yang harusnya ada dan dikenal oleh remaja

Muslim tidak mereka miliki dan ketahui. Salah satu penyebab dari tidak

dikenalnya nilai-nilai karakter Islam pada remaja Muslim adalah karena

monotonnya pendidikan karakter yang diterapkan di lembaga-lembaga

pendidikan, hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan beberapa alternatif, salah

satunya adalah mengenalkan nilai karakter Islam melalui Novel.

Pengenalan nilai-nilai karakter Islam dipandang efektif, hal ini

dikarenakan pembaca karya sastra, novel utamanya, dapat menyelami


40

karakter tiap-tiap tokoh, dan bagaimana dunia merespon tindakan yang

dilakukan tokoh dengan lebih nyata. “Sastra melalui unsur imajinasinya,

mampu membimbing pembaca pada keluasan berpikir, bertindak, berkarya

dan sebagainya”. (Wibowo, 2013: 20).

Bidadari Bermata Bening adalah salah satu contoh novel Indonesia

yang sarat akan nilai-nilai karakter Islam. Bidadari Bermata Bening

mengisahkan perjuangan hidup Ayna dan Gus Afif dalam menjalani

kehidupan di sebuah pondok pesantren di Jawa Tengah. Di dalam novel ini

sang pengarang mengisahkan kehidupan sehari-hari Ayna, seorang pembantu

bagi pemimpin pondok pesantren di Jawa Tengah. Rasa cinta Ayna pada Gus

Afif, penerus pondok pesantren tempat ia tinggal dan menuntut ilmu terbentur

status sosial mereka berdua. Kendati halangan yang begitu besar didepan

mereka, Ayna dan Gus Afif tetap berusaha memperjuangkan cinta dan cita-

cita mereka tanpa mengorbankan akhlak dan melupakan Allah sebagai Dzat

yang paling layak untuk dicintai. Didalam novel ini, pembaca akan

disuguhkan dengan paragraph-paragraf penyita emosi dan sarat akan nilai-

nilai karakter remaja Muslim yang layak untuk dibaca dan dijadikan teladan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

Globalisasi yang tidak terkontrol dapat membawa bahaya terhadap bangsa

Indonesia, khususnya degradasi karakter remaja Muslim yang telah dialami

bangsa Indonesia saat ini. Hal inilah yang membuat pengenalan kembali nilai-

nilai karakter Islam menjadi urgen, selain hal tersebut, pendidikan karakter di
41

lembaga-lembaga pendidikan formal yang disampaikan secara konvensional

dirasa kurang berhasil dalam menanamkan nilai-nilai karakter Islam, sehingga

dibutuhkan alternatif lain, yakni novel. Novel tidak hanya menjadi bahan

hiburan, namun juga mampu dijadikan sumber dalam penanaman nilai-nilai

karakter Islam, sehingga diharapkan remaja Muslim dapat kembali mengenal

dan menyerap nilai-nilai karakter Islam yang telah hilang dari diri mereka.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset

kepustakaan atau library research, dengan kata lain penelitian ini menitik

beratkan pada kegiatan mengumpulkan data-data dari sumber kepustakaan

layaknya buku, jurnal, majalah, dan sebagainya. Mestika Zed (2008:3)

mendeskripsikan riset kepustakaan sebagai serangkaian kegiatan yang

berhubungan dengan metode pengumpulan data-data pustaka, membaca dan

mencatat, serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini pada umumnya

tidak memerlukan riset lapangan, namun cukup dilakukan dengan

menganalisa koleksi perpustakaan.

Di dalam penelitian ini pengumpulan data dan informasi lainnya

dilakukan dengan menganalisa sumber-sumber kepustakaan. Sumber-sumber

kepustakaan tersebut dapat berupa buku, jurnal, majalah, Koran dan sumber

kepustakaan lainnya bila diperlukan, serta sesuai dengan pokok bahasan

penelitian.

B. Data dan Sumber Data

Data merupakan fakta-fakta yang diperoleh dengan alat-alat tertentu

seperti pengertian, ukuran-ukuran, dan lain sebagainya. Keterangan-

42
43

keterangan tentang suatu fakta juga disebut data. (Ndraha, 1981:76). Adapun

jenis data-data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Ndraha (1982: 78), mendeskripsikan data primer sebagai sebuah “data

yang langsung berkaitan dengan objek riset, tidak berkaitan dengan apakah

data tersebut mendukung atau melemahkannya”. Sumber data primer dari

penelitian ini adalah novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman

El Shirazy yang diterbitkan oleh Republika Penerbit pada tahun 2017.

2. Data Sekunder

a. Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya:

Mekar Surabaya.

b. Ibnu Burdah. 2013. Pendidikan Karakter Islami. Jakarta: Penerbit

Erlangga

c. Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi, Esti Ismawati (2012: 81-82) menjelaskan bahwa

“metode dokumentasi adalah alat pengumpulan data dengan cara menyelidiki

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

sebagainya”. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada:


44

1. Sumber data primer berupa novel Bidadari Bermata Bening yang

diterbitkan oleh Republika Penerbit pada tahun 2017.

2. Sumber data sekunder berupa buku-buku pendukung, majalah, surat kabar,

jurnal, maupun referensi dari internet.

Berdasarkan sumber data primer serta sumber-sumber data sekunder

sebagai pendukung, akan dilakukan analisa menggunakan metode

dokumentasi guna menemukan kandungan nilai-nilai karakter remaja Muslim

dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

D. Teknik Keabsahan Data

Dialam penelitian ini, teknik keabsahan data yang digunakan adalah

teknik triangulasi. Menurut Lexy J. Moelong (2014: 330), triangulasi adalah

“teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu dari yang

lain atau sumber yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh tersebut”. Sementara itu,

Ryan L. Nelson dkk. (2013: 48) mendeskripsikan triangulasi sebagai berikut:

“A systematic process of comparing and contrasing data from different data

collection procedures, contexts, and time frames to assist in achieving a high

degree of authenticity should be used”.

Lebih lanjut, jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi data. Denzin dalam David Hales (2010: 14) menyatakan

bahwa triangulasi data adalah “sebuah tipe triangulasi yang menggunakan


45

berbagai sumber data, termasuk waktu, ruang, dan manusia”. Sementara itu,

Phil dan Susan (2009: 2) mendeskripsikan bahwa triangulai data adalah:

Data triangulation entails obtaining data from different sources, or


at different times under different conditions, but would not include
studies where these comprise the independent variables in an
experiment.

Singkatnya, dua pendapat di atas menerangkan bahwa triangulasi data

memanfaatkan data yeng berasal dari berbagai sumber. Triangulasi dalam

penelitian ini memanfaatkan beberapa data kepustakaan, seperti buku,

majalah, dan surat kabar serta jurnal, guna melakukan perbandingan dan

analisis terhadap data primer yakni novel Bidadari Bermata Bening Karya

Habiburrahman El Shirazy.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Uwe Flick (2013: 5). adalah

“classification and interpretation of linguistic (or visual) material to make

statement about implicit and explicit dimension and structures of meaning-

making in the material and what is represented in it”, menurut Sugiyono

(2011: 244), analisis data adalah:

Sebuah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang


diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, mimilih nama penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri.

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan content analysis

(analisis isi) untuk menganalisis data. Cole dalam Elo dan Kyngas (2008:
46

107) menyatakan bahwa analisis isi adalah “sebuah metode dalam

menganalisa pesan-pesan komunikasi tertulis, verbal, maupun berbentuk

visual”. Sementara itu, Hsieh dan Shannon dalam Zhang dan Wildemuth

(2006: 1) mendeskripsikan analisis isi sebagai sebuah metode penelitian

untuk memperoleh interprestasi yang akurat terhadap isi dari data (berupa

Teks) melalui klasifikasi dan identifikasi tema serta pola secara sistematis.

Analisis isi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah analisis isi dari

novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

Prosedur analisis data menggunakan pendekatan content analysis yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat kriteria nilai-nilai karakter Muslim berdasarkan analisis data-

data sekunder yang telah diperoleh.

2. Membaca dan menganalisis novel Bidadari Bermata Bening.

3. Mengidentifikasikan kandungan nilai-nilai karakter remaja Muslim yang

terkandung di dalam novel Bidadari Bermata Bening berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Mengelompokkan nilai-nilai karakter remaja Muslim yang ditemukan

dalam kandungan novel Bidadari Bermata Bening berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Melakukan pembahasan lebih lanjut atas nilai-nilai karakter remaja

Muslim yang telah ditemukan di dalam novel Bidadari Bermata Bening.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Biografi Habiburrahman El Shirazy

Habiburrahman El Shirazy adalah seorang novelis, sutradara, dai,

sastrawan, penceramah dan pemimpin pondok pesantren yang lahir di

Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 30 September 1976. Beliau saat ini

genap berumur 42 tahun dan masih rutin beraktifitas dalam dunia sastra

dan dakwah, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Novelis kenamaan Indonesia yang kerap disapa kang Abik ini

mengawali pendidikannya di SD Negeri Sembungharjo, Semarang.

Pendidikan menengah ia tamatkan di MTs Futuhiyyah 1, Mranggen.

Sementara menempuh pendidikan tingkat menengah, Habiburrahman El

Shirazy juga mempelajari kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Anwar,

Mranggen, Demak dibawah asuhan K. H. Abdul Bashir Hamzah. Pada

tahun 1992 kang Abik meneruskan sekolah tingkat atasnya di MAN 1 PK

(program khusus) Surakarta, dan berhasil lulus pada tahun 1995. Setelah

memperoleh ijazah Madrasah Aliyah, Habiburrahman El Shirazy

memutuskan untuk meneruskan kuliah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan

Hadits Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. kang Abik berhasil lulus dan

memperoleh gelar Lc pada tahun 1999. Tidak berhenti sampai disitu,

47
48

beliau juga berhasil menamatkan S2 di The Institute For Islamic Studies,

yang juga bertempat di Kairo, Mesir.

Habiburrhaman El Shirazy telah menampakkan bakat dalam bidang

seni dan sastra semenjak beliau menuntut ilmu di Madrasah Aliyah. Ia

pernah menyutradarai sebuah teater yang diberi judul Teater Mbambung di

Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari, Surakarta pada tahun 1994. Beliau

juga telah banyak menjuarai berbagai lomba pembacaan puisi, diataranya

adalah lomba baca puisi tingkat SLTA se Jawa Tengah. Kang Abik juga

piawai berpidato, dibuktikan dengan keikutsertaanya dalam lomba pidato

tingkat remaja se-eks Karesidenan Surakarta pada tahun 1994, dan berhasil

meraih juara 1 dalam kompetisi tersebut. Kecintaanya pada dunia

kepenulisan mengantarkan Habuburrahman El Shirazy meraih berbagai

penghargaan bergengsi, sebut saja Pena Award 2005, The Most Favorite

Book and Writer 2005, dan IBF Award 2006, serta PARAMADINA Award

2009.

2. Karya dan Prestasi Habiburrahman El Shirazy

a. Karya Habiburrahman El Shirazy

1) Wa Islama (1999)

2) Sang Kyai dan Sang Durjana (2000)

3) Darah Syuhada (2000)

4) Ar Rasul (2001)

5) Biografi Umar bin Abdul Aziz (2002)


49

6) Menyucikan Jiwa (2002)

7) Rihlah Ilallah (2004)

8) Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)

9) Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)

10) Ayat-Ayat Cinta (2004)

11) Di Atas Sajadah Cinta (2004)

12) Ketika Cinta Bertasbih (2007)

13) Ketika Cinta Bertasbih 2 (2002)

14) Dalam Mihrab Cinta (2007)

15) Ayat-Ayat Cinta 2 (2016)

16) Bidadari Bermata Bening (2017)

b. Prestasi Habuburrahman El Shirazy

1) Juara II lomba menulis artikel se-MAN 1 Surakarta (1994)

2) Juara I lomba baca puisi religius tingkat Jawa Tengah (1994)

3) Juara I lomba pidato remaja tingkat Karesidenan Surakarta (1994)

4) Juara I lomba baca puisi Bahasa Arab tingkat Jawa Tengah dan

DIY (1994)

5) Penghargaan Pena (2005)

6) The Most favorite Book and Writer (2005)

7) Penghargaan IBF (2006)

8) Penghargaan PARAMADINA (2009)


50

B. Analisis Data

1. Unsur-Unsur Novel Bidadari Bermata Bening

a. Tema

Tema utama yang diusung oleh Habiburrahman El Shirazy dalam

novel Bidadari Bermata Bening adalah perjuangan Ayna dan Afif dalam

memperjuangkan cinta dan cita-cita mereka tanpa mengorbankan ajaran

agama dan karakter Islam yang telah mereka peroleh dari pendidikan

pondok pesantren.

Bidadari Bermata Bening mengisahkan perjalanan hidup Ayna,

remaja berprestasi, lagi alim dan bijaksana namun hidup sebatang kara

tanpa ayah maupun ibu yang menemaninya. Didalam novel ini diceritakan

bagaimana kisah Ayna dalam menghadapi cobaan dan tantangan

kehidupan yang keras, namun tetap dapat dilalui tanpa menggadaikan

ajaran agama Islam.

b. Alur

Alur Menurut Kosasih (2006: 56), dapat dirinci kedalam 5 tahap,

yakni: (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik memuncak, (4)

klimaks, dan (5) pemecahan masalah. Berikut ini adalah pemaparan alur

dalam novel Bidari Bermata Bening:

1) Pengenalan

Pengenalan diawali dengan paragraph-paragraf yang mengisahkan

kehidupan sehari-hari Ayna dan Gus Afif, serta santri dan santriwati
51

di pondok pesantren, disusul dengan pengenalan tokoh secara lebih

lanjut bersamaan dengan berjalannya cerita.

2) Timbulnya konflik

Konflik demi konflik menimpa para tokoh dalam novel ini. Diawali

dengan pertengkaran antara Ayna dan Neneng yang berakar pada

fitnah yang diucapkan Neneg pada almarhum ibu Ayna, dilanjutkan

dengan perjodohan yang dipaksakan oleh paman dan bibi Ayna.

3) Konflik memuncak

Ujian terberat bagi Ayna adalah keharusan menikah dengan pemuda

korup yang tidak dicintainya, atau memutuskan silaturahmi dengan

satu-satunya kerabat yang ia miliki. Ayna akhirnya memilih untuk

menikah atas paksaan paman dan bibinya, demi menjaga silaturahmi

dan hubungan baik dengan keluarga pamannya.

4) Klimaks

Puncaknya konflik bagi Ayna adalah kejadian dimana ia nyaris

dijual kepada polisi bejat yang selalu memanfaatkan suap demi

kepentingan pribadinya.

5) Pemecahan masalah

Ayna bertemu ibu Rosidah dan mulai mampu merintis usaha halal

dan hidup mandiri, juga menambah ilmunya. Cerita Bidadari

Bermata Bening diakhiri dengan kesuksesan Ayna dalam

menghadapi cobaan kehidupan, dan dipertemukannya ia dengan laki-


52

laki yang amat ia cintai, Gus Afif dalam sebuah pernikahan dan

kehidupan mereka menuntut ilmu serta berkeluarga di Aman,

Yordania.

c. Tokoh dan Penokohan

1) Tokoh protagonis

a) Ayna Mardeya (Ayna)

Tokoh utama dalam novel Bidadari Bermata Bening, selain

memiliki prestasi yang amat membanggakan, Ayna juga

merupakan pribadi yang memiliki karakter mulia. Kendati Ayna

adalah salah satu siswa peraih nilai ujian nasional terbaik se-

Indonesia, namun ia tidak lantas bersikap sombong dan

melupakan Allah sebagai maha pengabul doa. Ia juga

menunjukkan sikap yang amat berani, selama benar menurut

ajaran Islam dan petuah guru-guru serta orang tuanya.

b) Muhammad Afifuddin (Gus Afif)

Merupakan tokoh utama laki-laki yang digambarkan sebagai

pemuda Islam yang soleh lagi banyak ilmu. Menguasai Bahasa

Arab dan Inggris, serta hafal kitab suci al-Qur’an. Gus Afif

merupakan tokoh dengan karakter keras kepala, berpegang teguh

pada kebenaran yang diyakini oleh-nya.


53

c) Kyai Sobron Ahsan Muslim

Merupakan seorang kyai pemimpim Pondok Pesantren Kanzul

Ulum, Secang Magelang. Beliau dideskripsikan sebagai seorang

Kyia yang berilmu tinggi, lagi penyabar dan penyayang tidak

hanya kepada keluarganya, namun juga kepada santri-santri dan

santriwati Pondok Pesantren Kanzul Ulum, serta warga Desa

Secang, Magelang.

d) Nyai Nur Fauziyah

Sosok ibu kedua bagi Ayna yang kasih sayangnya kepada Ayna

menyebabkan Ayna amat patuh dan hormat kepada Nyai

Fauziyah. Bersikap penyabar seperti suaminya, Kyai Sobron,

namun juga dapat bersifat keras kepala pada momen-momen

tertentu.

e) Ibu Rosidah

Ibu Rosidah adalah pengusaha sukses yang pernah diselamatkan

oleh Ayna dari sasaran pencopet, sejak saat itu ibu Rosidah

belajar agama dari Ayna dan menganggap Ayna sebagai anak

serta tempatnya mewariskan ilmu kewirausahaan. Beliau adalah

sosok ibu ketiga bagi Ayna, setelah Ibu kandungnya dan Nyai

Fauziyah.
54

2) Tokoh antagonis

a) Pakde Darsun

Merupakan sosok paman Ayna yang sama sekali tidak peduli

dengan kebaikan Ayna, bahkan rasa bencinya telah membuatnya

rela menjual Ayna demi ambisinya menjadi seorang kepala desa.

b) Bude Tumijah

Istri Pakde Darsun yang memiliki sikap sama buruknya dengan

suaminya, bahkan memiliki sikap licik dan pintar bersandiwara,

serta terbukti tidak setia pada suaminya.

c) Haryo Bagus Karloto (Yoyok)

Suami pertama Ayna yang merupakan pemuda yang gemar

melakukan maksiat dan miskin pengetahuan agama, menikah

dengan Ayna atas dorongan nafsu dan hasrat politik.

d) Kusmono

Pengusahat korup yang kaya raya dengan berbagai bisnis haram

yang dijalankan dengan praktek suap menyuap. Merupakan

mertua Ayna yang amat tega menjual Ayna demi terbebas dari

jeratan hukum.

e) Brams Margojaduk

Seorang petinggi kepolisian yang gemar menerima suap dan

bermain wanita. Calon suami Ayna sebelum ia melarikan diri


55

sehari menjelang pernikahan, pada akhirnya mati kelebihan obat-

obat terlarang di sebuah kamar hotel.

d. Latar

1) Latar tempat

Latar tempat yang dipakai di dalam novel Bidadari Bermata Bening

cukup beragam, diantaranya adalah pondok pesantren fiksi bernama

Kanzul Ulum, yang berlokasi di Magelang, kemudian beranjak ke

kampung halaman Ayna yang berlokasi di Kabupaten Grobogan,

selanjutnya kota Bogor sebagai kota tempat Ayna merintis bisnisnya,

serta Amman, Yordania, dimana Ayna dan Afif akhirnya belajar

disana seusai menikah.

2) Latar waktu

Habiburrahman El Shirazy tidak secara spesifik menuliskan latar

waktu yang digunakan di dalam novel Bidadari bermata bening,

namun jika ditilik dari salah satu ungkapan Gus Asif dalam novel

tersebut, yang menyatakan bahwa kondisi Mesir kala itu relatif tidak

aman usai percobaan kudeta yang dilakukan oleh militer Mesir,

(Habiburrahman, 2017: 328) dan mengingat bahwa kudeta militer

Mesir terjadi pada tahun 2013, secara kasar dapat disimpulkan

bahwa latar waktu novel Bidadari Bermata Bening adalah pada

kurun tahun 2007 hingga 2015.


56

e. Amanat

Amanat yang dapat pembaca ambil dari novel Bidadari Bermata Bening

adalah, bahwa remaja harus memiliki sikap pantang menyerah dan

berprinsip sesuai ajaran Agama Islam. Pemuda tidak boleh takluk pada

hawa nafsu dan godaan duniawi, serta harus senantiasa memiliki

semangat untuk sukses dan menambah ilmu pengetahuan, baik yang

bersifat bekal untuk akhirat, maupun ilmu yang berkaitan dengan

kesuksesan duniawi. Novel Bidadari Bermata Bening juga mengajarkan

kita untuk senantiasa tolong menolong sesama manusia, karna roda

kehidupan akan selalu berputar.

2. Sinopsis Novel Bidadari Bermata Bening

Bidadari Bermata Bening mengisahkan perjalanan hidup Ayna

Mardeya, sesosok remaja lagi cerdas luar biasa, yang menuntu ilmu di

sebuah pondok pesantren di Secang, Magelang, Kanzul Ulum namanya.

Ayna lahir dari pernikahan pasangan Abdullah Jalal, pria Yordania yang

berprofesi sebagai dosen, dan Istiqomah, seorang tenaga kerja Indonesia

yang mengadu nasib di Yordania. Ayah Ayna meninggal dunia sebelum

Ayna lahir, sementara ibunya meninggalkan Ayna ketika ia sedang belajar

di pondok pesantren Kanzul Ulum. Satu-satunya kerabat Ayna yang tersisa

hanyalah keluarga pamannya yang tidak peduli terhadap kebaikan Ayna.

Sikap dan kepribadian Ayna yang baik, penyabar, dan perhatian

kepada sesama membuat ia disukai oleh banyak orang, khususnya


57

pimpinan Kanzul Ulum Kyai Sobron dan istrinya, Nyai Fauzaiyah. Bahkan

Gus Afif, putra pemimpin pondok diam-diam menaruh hati kepada Ayna,

sebagaimana Ayna mencintai Gus Afif sejak pertama mereka bertemu.

Namun status kedua pemuda tersebut, yang mana Gus Afif merupakan

pewaris pondok pesantren, dan Ayna sebagai santriwati yatim-piatu yang

hanya seorang khadimah membuat mereka menyembunyikan jauh-jauh

rasa cinta dalam hati mereka. Namun kepribadian Ayna yang luar biasa

dan kecantikannya yang di atas rata-rata tersebut juga sering

mendatangkan cobaan baginya. Salah satu konflik yang dialami Ayna

dikarenakan rasa iri teman-temannya adalah ketika ia difitnah sebagai anak

seorang pezina oleh Neneng, salah satu santri di Kanzul Ulum.

Ayna tidak lantas diam saja melihat penghinaan tanpa dasar yang

ditujukkan kepada ibunya, ia melawan dengan gigih demi menjaga nama

ibu yang telah melahirkan dan mendidiknya hingga ajal menjemput. Ayna

yang telah dibakar amarah, membocorkan tindakan Neneng yang

melakukan kecurangan dalam mengerjakan ujian nasional, Neneng yang

murka menjadi kalap dan berusaha menyerang Ayna, namun gagal dan

justru mencelakai dirinya sendiri, kepalanya terbentur dan mengalami

gegar otak. Ayna sadar akan resiko yang mungkin ia tanggung dengan

melawan Neneng, namun baktinya pada orang tua membiaskan bahaya

bagi dirinya sendiri. Atas izin Allah, Ayna dapat menyelesaikan


58

permasalahannya dengan Neneng secara damai berkat mediasi antara Kyai

Sobron dan orang tua Neneng.

Hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh santri dan santriwati Kanzul

Ulum tiba, hari kelulusan. Para santri hampir seluruhnya didampingi oleh

orang tua atau wali-nya, namun Ayna yang hanya memiliki keluarga

pakde-nya yang hampir-hampir tidak menganggap Ayna sebagai saudara,

duduk sendiri bersama santriwati lainya, tanpa pendamping. Namun siapa

sangka, hari kelulusan yang dihadiri oleh sebagian besar pejabat dan

ulama-ulama Jawa Tengah itu merupakan hari yang amat spesial bagi

Ayna, ia dinobatkan sebagai santri berprestasi nomor satu dengan

perolehan nilai ujian nasional yang hampir sempurna. Ia mendapat pujian

dari berbagai pejabat yang hadir, bahkan beberapa diantaranya

menawarkan beasiswa dan kesempatan masuk universitas tanpa tes.

Sungguh, hari itu Ayna telah membuat Pondok Pesantren Kanzul Ulum

bangga.

Malang nasib bagi Ayna, kendati prestasi yang telah ia capai

membuatnya sangat mungkin untuk meneruskan kuliah di kampus-kampus

prestisius di Indonesia, bahkan dunia, status Ayna sebagai santriwati

miskin lagi yatim-piatu membuatnya tertahan sebagai khadimah, pembantu

pesantren meski setelah ia lulus. Nasib malang tersebut nyaris berubah

menjadi kebahagiaan, ia dilamar oleh Kyai Yusuf Badrudduja, seorang

kyai muda yang amat tersohor keilmuan serta kesalihannya. Namun


59

sebagai seorang santriwati yang amat menghormati orang tuanya,

termasuk pakde dan bude yang telah kejam kepadanya, Ayna memutuskan

untuk meminta pertimbangan kerabat Ayna yang masih tersisa tersebut

sebelum memutuskan menerima lamaran Kyai Yusuf.

Demi meminta restu pakde dan budenya yang tinggal di sebuah desa

kecil di kabupaten Grobogan tempat ia lahir, Ayna pulang ke kampung

halamannya tersebut dengan harapan diterima dengan baik oleh kakak

beda ayah dari ibunya, pakde Darsun dan istrinya, bude Tumijah.

Sesampainya di kampung halaman, Ayna kaget melihat rumah

peninggalan ibunya, yang biasanya terlihat kumuh karena dijadikan

kandang kambing oleh pamannya, kini telah tampak lebih baik dengan

lantai keramik dan penerangan yang memadai. Sikap keluarga pakdenya

yang acap kali acuh tak acuh pada Ayna kini telah menjadi lebih hangat

terkecuali si kecil Aripah, yang memang selalu baik kepada Ayna, sikap

angggota keluarga pakdenya yang lain bertolak belakang dari kesan hangat

dan bersahabat, namun kini semua itu berubah. Otak Ayna cerdas betanya-

tanya atas keanehan yang ia jumpai di kampung halaman, namun hatinya

yang suci tidak mampu menerka-nerka rencana-rencana jahat yang

mungkin direncanakan oleh keluarga pakdenya itu. Ayna untuk sekejap

merasakan bahagianya memiliki sanak saudara, namun itu semua tidak

berlangsung lama. bibit-bibit konspirasi jahat mulai terlihat oleh mata

Ayna.
60

Semua kebaikan yang ditunjukkan oleh keluarga pakdenya beberapa

hari terakhir Ayna pulang kampung hanyalah kamuflase belaka, yang tidak

lain hanyalah usaha untuk memaksa Ayna agar mau dijodohkan dengan

pemuda yang tidak Ayna kenal, apalagi cintai, namun berasal dari keluarga

kaya raya, Yoyok namanya. Rencana jahat tersebut semakin melukai hati

Ayna ketika terungkap bahwa Yoyok bukanlah pemuda salih yang berasal

dari keluarga baik-baik. Ayah Yoyok, Kusmono, adalah gembong

perbuatan-perbuatan maksiat di Kabupaten Purwodadi dan sekitarnya,

Yoyok sendiri terkenal sebagai pemabuk, penjudi, pemain wanita dan

selusin perbuatan masksiat lainnya. Namun apa daya Ayna, ia yang sedari

kecil diajari untuk menghormati orang tua dan menjaga silaturahmi, tidak

kuasa menolak perjodohan yang dirancang oleh pamannya. Gus Afif yang

dating dan menyatakan kesediaanya untuk menikahi Ayna-pun tidak

mampu menghindarkan Ayna dari takdir pahit yang menanti dirinya.

Kenyataan pahit diterima Ayna dengan otak yang jernih, akad nikah

dilangsungkan namun syarat harus mampu membaca al-Quran dan hafal

surat Yasin yang diajukan Ayna membuatnya tetap suci selama Yoyok

tidak mempu memenuhi syarat tersebut.

Hari-hari menjadi istri Yoyok dilalui Ayna sebagai sebuah ujian

untuk menguji cintanya kepada Allah dan Gus Afif, putra Kyai Sobron

yang hingga detik itu masih ia cintai dengan sepenuh hati. Sebagian besar

harta yang dimiliki oleh keluarga Yoyok diketahui Ayna diperoleh dari
61

jalan yang tidak halal, sehingga Ayna harus berusaha seteliti mungkin

untuk hanya memakan makanan yang dibeli dengan uang halal. Maka

Ayna hanya mau menerima uang dari hasil berjualan beras, satu-satunya

usaha halal yang dimiliki oleh keluarga Yoyok. Hingga pada suatu hari

kesempatan untuk lepas dari jeratan pernikahan dengan Yoyok muncul,

Ayna secara kejam dijual untuk dinikahkan dengan Brams Margojaduk,

seorang polisi korup dan bejat demi membebaskan Yoyok dan ayahnya

dari ancaman penjara akibat ketahuan menyuap anggota dewan. Tanpa

ragu Ayna kabur dari kampung halamannya dan merantau tanpa tujuan

pasti, setelah resmi diceraikan oleh Yoyok. Yoyok dan ayahnya-pun tetap

dijebloskan ke penjara, bahkan pakde Darsun yang juga terbukti menerima

uang hasil korupsi juga turut merasakan jeruji besi.

Babak baru dalam kehidupan Ayna-pun dimulai. Setelah terbebas

dari cengkraman Yoyok dan Brams Margojaduk, Ayna merantau dan

bertemu dengan berbagai macam orang. Tujuan utama Ayna adalah

menemui ibu Nurjanah, teman ibunya semasa menjadi TKW dulu, yang

prihatin kepada kisah hidup Ayna namun tidak mampu membantu karna

kemiskinan yang menimpa dirinya sendiri. Pertemuan Ayna dengan Ratih,

seorang wanita pekerja kafe yang justru memanfaatkan kepolosan Ayna

membuat Ayna belajar bahwa tidak semua manusia berkelakuan baik dan

bersedia menolong tanpa pamrih. Beruntung Ayna dipertemukan Allah

dengan ibu Rosidah, seorang pengusaha sukses yang mengajarkan banyak


62

ilmu bisnis dan tempat bernaung bagi Ayna. Hidup Ayna perlahan-lahan

mulai berubah ke arah yang lebih baik. Ia berhasil menjadi asisten

kepercayaan bu Rosidah, bahkan telah dianggap layaknya anak sendiri.

Ayna juga mampu merintis usaha ”Roti Barokah”, perusahaan roti yang ia

dirikan dengan bantuan ibu Rosidah.

Setelah sukses secara materil dan dewasa secara keilmuwan, Ayna

akhirnya dipertemuakan kembali dengan cinta pertama dan satu-satunya,

Gus Afif. Suasana haru mewarnai perjumpaan mereka. Setelah melalui

berbagai ujian, Ayna dan Afif akhirnya bertemu kembali dan sepakat

untuk menikah. Pernikahan dilangsungkan dengan meriah, ribuan tamu

diundang, mulai dari teman-teman Ayna dan alumni Pondok Pesantren

Kanzul Ulum, hingga para pejabat dan ulama-ulama penting di Jawa

Tengah. Setelah menikah, Ayna dan Afif memutuskan untuk belajar dan

hidup bersama di Amman, Yordania. Kisah Ayna dan Afif-pun berakhir

dengan bahagia, yang turut menjadi akhir novel Bidadari Bermata Bening.

C. Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim Dalam Novel Bidadari Bermata


Bening

Setelah membaca, menelaah dan menganalisa isi novel Bidadari

Bermata Bening, dapat diuraikan kandungan nilai-nilai karakter remaja

Muslim yang terkandung dalam novel tersebut adalah sebagai berikut:


63

1. Karakter kepada Allah dan Rasul

a. Mencintai Allah

Rasa cinta kepada Allah di antaranya dapat tercermin dari seberapa

besar keimanan seorang hamba. Allah berfirman dalam Q.S al-Baqarah

[2] ayat 165 berikut ini:

‫ب مه‬
ِ ‫اّلِلِ والم‬ ِ ِ َ ‫اّلِلِ أ‬ ِ ‫مخ ُذ ِمن د‬ ِ ‫ماس من ي ت‬ ِ
‫ين‬
َ َ ‫َند ًادا َُيبُّونَ ُه ْم َك ُح م‬
‫ذ‬ ‫ون م‬ ُ َ َ ِ ‫َوم َن الن‬
ِ‫آمنوا أَش ُّد حبًّا ِم ِّۗلِلِ ولَو ي رى الم ِذين ظَلَموا إِ ْذ ي رو َن الْع َذاب أَ من الْ ُق موَة ِمّلِل‬
َ َ ْ ََ ُ َ ََ ْ َ ‫َ ُ َ ُ م‬
.‫اب‬ِ ‫يد الْع َذ‬ ِ ‫َجيعا وأَ من م‬ ِ
َ ُ ‫اّلِلَ َشد‬ َ ً َ
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
(Departemen Agama RI, 2004: 31)

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia yang mencintai Allah adalah

manusia yang percaya kepada Allah, termasuk di antara mereka yang

beriman adalah hamba-hamba yang senantiasa bersyukur dan

mengingat Allah dalam setiap kesempatan. Karakter mencintai Allah

dalam novel Bidadari Bermata Bening dapat kita temukan dalam

kebiasaan tokoh-tokoh di dalam novel ini yang senantiasa mengingat

Allah, salah satunya tercermin dalam kutipan novel berikut ini:

“Baca bismillah dulu, baca doa dulu!”, kata Ayna sambil


tersenyum.
“Oh iya lupa. Bismillahhirrahmanirrahim. Rabbi zidni ilma
warzuqni fahma waj’alni min ‘ibaadikas salehin. Aamiin”.
64

Didalam kutipan novel diatas, kita dapati bahwa Ayna menginggatkan

untuk menyebut nama Allah, mengingat Allah dan berdoa sebelum

melakukan aktifitas. Tidakan tersebut merupaka cerminan rasa cinta

kepada Allah.

b. Meyakini Allah

Yakin kepada Allah atas segala kemudahan dan cobaan yang

dialami oleh setiap manusia adalah salah satu karakter terpenting bagi

seorang Muslim. Berikut ini adalah paragraf yang mencerminkan sikap

percaya kepada Allah dalam novel Bidadari Bermata Bening:

Ayna mengendarai motornya sambil memperbanyak membaca


sholawat. Sholawat adalah doa keselamatan dan kesejahteraan.
Siapa mengirim satu sholawat kepada baginda nabi, maka
Allah akan mengirimkan sepuluh sholawat kepadanya. Orang
itu dalam jaminan keselamatan Allah SWT. Seperti itu pak
Kyai Sobron Ahsan Muslim, suami bu Nyai Fauziyah,
pengasuh utama pesantren di mana ia belajar, mengajarkan.
(Habiburrahman, 2017: 6).

Didalam paragraf tersebut digambarkan bahwa Ayna adalah

cerminan remaja Muslim yang meyakini Allah dengan sepenuh hati, ia

sadar bahwa keselamatannya adalah kehendak Allah, maka ia

memasrahkan diri kepada Allah, dengan jalan mengucapkan sholawat

sebagai doa. Paragraf kutipan novel diatas sejalan dengan firman Allah

dalam surat Yunus [10]: 3, bahwa Allah adalah sang maha pengatur

segala urusan, Q.S Yunus [10]: 3 sebagai berikut:


65

ٍ ِ ِ َ ‫ات و ْاألَر‬ ِ ِ ‫إِ من ربم ُكم م‬


‫استَ َو َٰى‬ْ ‫ض ِِف ستمة أَمَّيم ُثُم‬ ْ َ ‫اّلِلُ المذي َخلَ َق ال مس َم َاو‬ ُ َ
ِۚ ‫ه‬
‫َعلَى الْ َعْر ِش يُ َدبِمُر ْاأل َْمَر َما ِمن َش ِفي ٍع إِمَل ِمن بَ ْع ِد إِ ْذنِِه ََٰذلِ ُك ُم م‬
‫اّلِلُ َربُّ ُك ْم‬
ِۗ
‫م‬
.‫اعبُ ُدوهُ أَفَ َال تَ َذكُرو َن‬
ْ َ‫ف‬

Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan


langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan
memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian
itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu
tidak mengambil pelajaran?”. (Departemen Agama RI, 2004: 279).

c. Mencintai Nabi dan Rasul

Mencintai Rasulullah dan nabi-nabi lainnya merupakan karakter Islam

yang amat mulia. Allah berfirman dalam Q.S al-Jumu’ah Ayat 2 yang

berbunyi sebagai berikut:

‫آَّيتِِه َويَُزمكِي ِه ْم‬ ِ ِ ِ


َ ‫ني َر ُس ًوَل ممْن ُه ْم يَْت لُو َعلَْي ِه ْم‬
َ ‫ث ِِف ْاأل مُميِم‬َ ‫ُه َو المذي بَ َع‬
ٍ ِ‫ض َال ٍل ُّمب‬ ِ ِ ِْ ‫وي علِممهم الْ ِكتَاب و‬
.‫ني‬ َ ‫اْل ْك َمةَ َوإِن َكانُوا من قَ ْب ُل لَفي‬ َ َ ُ ُ ُ ََُ

Artinya: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata”. (Departemen Agama RI, 2004:
808)

Ayat diatas menerangkan bahwa Allah menurunkan rasul-rasul dan para

nabi kemuka bumi, dan menyertai mereka dengan tugas berat

mengajarkan kitab Allah dan mensucikan manusia di muka bumi

dengan agama tauihid. Nabi dan rasul memikul tugas berat di pundak
66

mereka, meskipun demikian para nabi dan rasul tidak pernah

melupakan tugasnya tersebut, karna kecintaan mereka kepada umatnya.

Sebagai umat Nabi Muhammad, kita wajib mencintai beliau dengan

mengikuti sunnah-nya. Allah berfirman dalam Q.S an-Nisa [4] ayat 59

yang berbunyi:

‫ه‬ ِ‫م‬
‫ُوِل ْاأل َْم ِر ِمن ُك ْم فَِإن‬ ِ ‫ول َوأ‬ ِ ‫اّلِل وأ‬
َ ‫َطيعُوا المر ُس‬ ِ
َ َ‫ين َآمنُوا أَطيعُوا م‬ َ ‫ََّيأَيُّ َها الذ‬
‫ول إِن ُكنتُ ْم تُ ْؤِمنُو َن ِِب مّلِلِ َوالْيَ ْوِم‬ ِ ‫اّلِلِ والمرس‬ ِ ٍ
ُ َ ‫تَنَ َاز ْعتُ ْم ِِف َش ْيء فَ ُرُّدوهُ إ ََل م‬
.‫َح َس ُن ََتْ ِو ًيال‬ ‫أ‬
‫و‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫خ‬ ‫ك‬ ِ‫ْاْل ِخ هِر ََٰذل‬
ْ َ ٌَْ َ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Departemen Agama RI,
2004: 114)

Mencintai Rasulullah berdasarkan ayat di atas juga merupakan bentuk

cinta dan patuh kepada Allah, yang pada diri setiap remaja Muslim

karakter tersebut merupakan sebuah keharusan. Bentuk kecintaan

kepada nabi dan rasul juga Nampak dalam kutipan novel Bidadari

Bermata Bening berikut ini:

Ayna mengendarai motornya sambil memperbanyak membaca


sholawat. Sholawat adalah doa keselamatan dan kesejahteraan.
Siapa mengirim satu sholawat kepada baginda nabi, maka
Allah akan mengirimkan sepuluh sholawat kepadanya. Orang
itu dalam jaminan keselamatan Allah SWT. Seperti itu pak
Kyai Sobron Ahsan Muslim, suami bu Nyai Fauziyah,
pengasuh utama pesantren di mana ia belajar, mengajarkan.
(Habiburrahman, 2017: 6)
67

Kecintaan Ayna kepada Nabi Muhammad membuatnya terbiasa

melafalkan sholawat untuk beliau. Disamping itu, bersholawat untuk

nabi juga dapat mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan bagi

orang yang mengamalkannya.

d. Rajin beribadah

Ibadah adalah bentuk kepatuhan dan kecintaan seorang hamba kepada

tuhannya, seseorang Muslim yang mengaku beragama Islam harus

menyertai pengakuannya tersebut dengan ibadah ikhlas hanya kepada

Allah. Seorang Muslim harus rajin beribadah, terlebih bagi para remaja

yang raga dan jiwanya masih muda dan kuat untuk melakukan banyak

ibadah, terlebih ibadah wajib. Allah berfirman dalam Q.S al-Dzarizat

[51] ayat 56 berikut ini:

ِ ‫اْلنس إِمَل لِي عب ُد‬ ِْ ‫وما خلَ ْقت‬


.‫ون‬ ُ ْ َ َ ِْ ‫اْل من َو‬ ُ َ ََ
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Departemen Agama RI, 2004:
756)

Manusia harus senantiasa beribadah karena pada hakikatnya mereka

diciptakan di muka bumi hanya untuk beribadah. Habiburrahman El

Shirazy menampakkan karakter remaja Muslim, giat beribadah dalam

sebuah paragraf berikut ini:

Ayna menanggis. Itulah untuk pertama kalinya sejak ia masuk


pesantren, ia kehilangan waktu sholat. Maghrib telah lewat. Ia
merasa sangat berdosa, ia merasa sangat menderita. Ia
68

merenguk satu kenikmatan dunia, tapi kehilangan satu nikmat


ibadah. (Habiburrahman, 2017: 130).

Didalam paragraf tersebut diceritakan bahwa Ayna yang meskipun

hanya kehilangan satu waktu sholat maghrib, hatinya sangat kecewa

dan merasa amat berdosa kepada Allah. Ia menganggap setiap ibadah

kepada Allah adalah kenikmatan, maka ketika kenikmatan beribadah

telah ia lewatkan Ayna merasakan kesedihan yang amat dalam.

e. Berbakti kepada Allah

Berbakti kepada Allah ditunjukkan dengan menjauhi larangan Allah

dan mematuhi setiap perintahnya. Didalam novel Bidadari Bermata

Bening ditunjukkan sikap berbakti kepada Allah, yakni mematuhi

perintah Allah untuk menutup aurat.

Usai sholat ashar, Rohmatun mengajak Ayna untuk melihat


panggung wayang kulit. Salah satu keistimewaan dalam
Haflah Akhirussanah di pesantren itu yang jarang ditemui di
pesantren lain adalah adanya pertunjukkan wayang kulit
semalam suntuk. Tradisi ini dimulai oleh mbah Muslim untuk
nguri-uri budaya leluhur sekaligus mendekatkan pesantren
dengan masyarakat secara luas. Yang unik, semua yang terlibat
dalam pertunjukkan wayang kulit dari dalang, sinden sampai
penabuh gamelan diminta untuk bertata karma secara Islami.
Sinden, misalnya, tidak akan ditemukan berpakaian ketat
dengan memamerkan belahan dada dan leher. Mereka akan
berpakaian sopan, rapid an anggun berkerudung.
(Habiburrahman, 2017: 42)

Pengalan novel di atas sejalan dengan perintah Allah untuk menutup

aurat yang termaktub dalam Q.S al-Ahzab [33] ayat 59 berikut ini:
69

‫ني َعلَْي ِه من ِمن‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ‫ك وب نَات‬ ِ ِ


َ ‫ني يُ ْدن‬
َ ‫ك َون َساء الْ ُم ْؤمن‬ ُّ ِ‫ََّيأَيُّ َها الن‬
َ َ َ ‫مِب قُل مأل َْزَواج‬
.‫يما‬ ِ‫اّلِل َغ ُفورا مر‬
‫ح‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ن‬ِۗ ‫جالبِيبِ ِه ِۚن َٰذلِك أَدَن أَن ي عرفن فال ي ؤذي‬
ً ً ُ‫َ َ م َ َ ْ ََٰ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ م‬

Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak


perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(Departemen Agama RI, 2004: 602)

2. Karakter kepada diri sendiri

a. Bercita-cita mulia

Bercita-cita tinggi adalah salah satu karakter yang harus dimikili oleh

remaja Muslim. Didalam novel Bidadari Bermata Bening kita dapat

menemukan nilai karakter bercita-cita mulia dalam kutipan paragraf

berikut:

“Mas Afif dengar baik-baik, mas. Aku sangat yakin semua


impian yang kau bayangkan, dan yang aku bayangkan bahwa
kita akan menikah lalu pergi ke Mesir akan jadi kenyataan.
Demi Allah, kau tidak boleh pesimis mas”. (Habiburrahman,
2017: 202)

Kutipan novel tersebut mengambarkan bagaimana Ayna memiliki cita-

cita untuk menuntu ilmu agama di Mesir, dan menikah dengan laki-laki

sholeh yang ia cintai. Hal tersebut sejalan dengan firman Allah tentang

kebaikan dunia dan akhirat, yakni dalam Q.S an-Nisa [4] ayat 134

berikut ini:
70

ِ‫اب الدُّنْيَا و ْاْل ِخرِۚة‬ ِ‫اّلِل‬ ِ‫يد ثَواب الدُّنْيا فَع‬


َ َ َ ُ ‫من َكا َن يُِر‬
ُ‫اّلِل‬
‫َوَكا َن م‬ َ َ ُ ‫و‬
َ ‫ث‬
َ ‫م‬ ‫ند‬
َ
ِ ‫ََِسيعا ب‬
.‫ص ًريا‬ َ ً

Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia


merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Departemen Agama RI, 2004:
131)

b. Kreatif

Kreatif adalah satu karakter yang penting dimiliki oleh remaja Muslim,

hal ini diperlukan agak umat Islam tidak tertinggal dari peradaban

orang-orang non-Muslim. Allah berfirman dalam Q.S al-Imran [3] ayat

191:

‫ُجنُوِبِِ ْم َويَتَ َف مكُرو َن ِِف َخ ْل ِق‬ ‫ودا َو َعلَ َٰى‬ ِ ‫الم ِذين ي ْذ ُكرو َن م‬
ً ُ‫اّلِلَ قيَ ًاما َوقُع‬ ُ َ َ
‫اب‬ ِ َ‫ِب ِط ًال سبحان‬ ‫ت ََٰه َذا‬ ِ ‫ال مسماو‬
ِ ‫ات َو ْاأل َْر‬
َ ‫ك فَقنَا َع َذ‬ َ َ ُْ َ َ ‫ض َربمنَا َما َخلَ ْق‬ ََ
.‫النما ِر‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Departemen Agama RI, 2004: 96)

Didalam ayat di atas, Allah menfirmankan tentang manusia-manusia

yang senantiasa berfikir, dan mengambil hikmah dari pemikirannya itu.

Didalam novel Bidadari Bermata Bening terdapat kutipan yang

merupakan cerminan dari ayat di atas, yakni paragraf berikut:


71

Ayna bukan jenis pekerja yang hanya menunggu perintah


atasan. Ia adalah pekerja yang kreatif dan pikirannya jalan.
Dalam waktu tidak lama, ia tahu jenis-jenis kue kesukaan sang
majikan. Maka diam-diam di kamar kos-nya ia membuat
adonan dan ia bawa ke kantor lalu ia masak dengan oven yang
ada di dapur kantor. Begitu kue matang, ia hidangkan pada bu
Rosidah, dan tamu yang datang. Juga ia bagi pada teman-
teman. Tak heran jika dirnya disayang oleh majikan dan
dicintai oleh hampir semua karyawan. (Habiburrahman, 2017:
259)
Ayna mempunyai karakter kreatif, sehingga ia mampu melakukan hal-

hal yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh orang lain, sehingga ia

dapat meraih kesuksesan dengan cepat.

c. Bersikap adil

Bersikap adil dalam setiap kesempatan adalah kewajiban, terkhusus

bagi para penegak hukum dan hakim. Allah berfirman dalam Q.S an-

Nisa [4] ayat 58 berikut ini:

ِ ِ َ ‫اّلِل َيْمرُكم أَن تُؤُّدوا ْاألَم‬


ِ ‫ني الن‬
‫ماس أَن‬ َ ْ َ‫اَنت إِ َ ََٰل أ َْهل َها َوإِذَا َح َك ْمتُم ب‬ َ َ ْ ُ ُ َ َ‫إِ من م‬
ِ ‫اّلِل َكا َن ََِسيعا ب‬
.‫ص ًريا‬ ‫م‬
‫ن‬ ِ
‫إ‬ ِ
‫ه‬ِۗ ِ‫ََتكموا ِِبلعد ِِۚل إِ من اّلِل نِعِما يعِظكم ب‬
َ ً َ‫م‬ ُ ُ َ ‫مَ م‬ ْ َْ ُ ُ ْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (Departemen Agama RI, 2004: 113)

Didalam ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa bersikap adil adalah

kewajiban, sehingga karakter adil amat penting bagi setiap manusia,

khususnya remaja Muslim. Contoh dari sikap adil dapat ditemui dalam

kutipan novel Bidadari Bermata Bening berikut ini:


72

“Awalnya saya mengira ada tindak criminal terhadap Neneng.


Terutama ketika mendengar perngakuan sepihak dari Neneng.
Setelah saya mendengar semuanya dan melihat video tadi, saya
jadi tahu yang jadi trouble maker justru si Neneng. Jadi,
mbakyu Yeti dan mas Boni, sebaiknya permasalahan ini tidak
diperpanjang. Neneng yang salah.” (Habiburrahman, 2017: 37)

d. Mencintai ilmu

Allah adalah Dzat yang maha berilmu, sebagaimana Allah amat

mencintai manusia yang memiliki ilmu pengetahuan tinggi. Allah

memerintahkan setiap hamba-Nya untuk memperbanyak menuntut

ilmu, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S al-Mujadillah [58] ayat 11

berikut ini:

‫س فَافْ َس ُحوا يَ ْف َس ِح‬ ِ ِ‫ين َآمنُوا إِ َذا قِيل لَ ُك ْم تَ َف مس ُحوا ِِف الْ َم َجال‬ ِ‫م‬
َ ‫ََّيأَيُّ َها الذ‬
َ
ِ ‫اّلِل الم ِذين آمنوا ِمن ُكم والم‬ ِ ِ ‫ه‬
‫ين‬ ‫ذ‬
َ َ ْ ُ َ َ ُ َ َْ ُ ُ َ ُ ُ َ َ َ ْ ‫اّلِلُ لَ ُك‬
‫م‬ ‫ع‬
ِ ‫ف‬‫ر‬ ‫ي‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ز‬‫انش‬ ‫ف‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ز‬ ‫انش‬ ‫يل‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫إ‬‫و‬ ‫م‬ ‫م‬
.ٌ‫اّلِلُ ِِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِري‬ ٍِۚ ‫أُوتُوا الْعِْلم درج‬
‫ات َو م‬ َ ََ َ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (Departemen Agama RI, 2004: 793)

Didalam ayat di atas, Allah akan melapangkan jalan orang yang

menuntut ilmu, maka selama masih diberi umur, kita harus senantiasa

berusaha untuk menambah ilmu dan mencintai ilmu pengetahuan.

Didalam novel Bidadari Bermara Bening terdapat beberapa paragraf

yang menunjukkan nilai-nilai karakter mencintai ilmu pengetahuan,


73

salah satunya adalah ketika para santriwati mengungkapkan rencananya

untuk tetap menuntut ilmu di berbagai tempat meski telah lulus, seperti

dalam paragraf berikut ini:

“Belasan santriwati masih ramai berbincang dan berkelakar di


taman sekolah, tak jauh dari kantor guru. Mereka
membicarakan rencana-rencana setelah lulus. Ada yang ingin
belajar lagi di pesantren di kota lain untuk fokus menghafal al-
Quran, ada yang ingin melanjutkan belajar di kampus-kampus
umum terkenal seperti UI dan UGM, aday yang ingin mencari
beasiswa kuliah di Mesir, ada yang ingin belajar di Yaman, ada
juga yang berterus terang akan bekerja membantu orang tua.
(Habiburrahman, 2017: 17)

e. Menjauhi sikap iri

Iri adalah sikap tidak suka atas kebahagiaan yang menimpa orang lain,

iri adalah salah satu penyakit hati yang harus segera diobati. Allah

melarang umatnya untuk memiliki karakter iri, sebagaimana firman-

Nya dalam Q.S an-Nisa [4] ayat 32 berikut ini:

‫يب ِمّمما‬ ‫ص‬ ِۚ ‫وَل ت تمنموا ما فضمل اّلِل بِِه ب عضكم على ب ع‬
ِ َ‫ض لمِ ِلرج ِال ن‬
ٍ
ٌ َ‫م‬ ْ َ َٰ ََ ْ ُ َ ْ َ ُ‫ََ ََ َ ْ َ َ َ م‬
ِۗ ‫صيب ِّمما اكتس ِۚب واسأَلوا اّلِل ِمن ف‬ ِ ِ ‫ه‬
‫ضلِ ِه إِ من م‬
‫اّلِلَ َكا َن‬ َْ َ ‫م‬ ُ ِ ‫س‬ ِ
ْ َ َ ْ َ َ ْ ‫ا ْكتَ َسبُو َ م َ َ ٌ م‬
‫ن‬ ‫اء‬ ‫لن‬ ‫ل‬‫و‬ ‫ا‬
ِ ٍ ِ
ً ‫ب ُك ِمل َش ْيء َعل‬
.‫يما‬

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
(Departemen Agama RI, 2004: 108)
74

Didalam ayat di atas Allah telah melarang umat-Nya untuk bersifat iri

kepada orang lain, karena sesungguhnya Allah memberikan

kebahagiaan kepada manusia berdasarkan takaran masing-masing.

Habiburrahman El Shirazy dalam novel Bidadari Bermata Bening

mengajak pembaca untuk ikut gembira atas kebahagiaan orang lain,

demi menjauhi sikap iri dan dengki, sebagaimana dikutip dalam

paragraf berikut:

“Saya sebagai teman satu kelas, dan satu kamar juga ikut
bangga, bahkan sanggat bangga”. Sambung Zulfa ketika Ayna
melepas pelukannya pada mbak Ningrum. (Habiburrahman,
2017: 13)

f. Menjaga kesucian diri

Menjaga kesucian diri adalah kewajiban setiap umat Islam, terlebih bagi

kaum perempuan. Namun pada kenyataanya, pada jaman ini banyak

sekali remaja yang telah melakukan hubungan seksual diluar nikah,

bahkan hingga berkali-kali. Didalam novel Bidadari Bermata Bening

beberapa kali ditampakkan bahwa Ayna adalah pribadi yang sangat

menjaga kesucian dirinya, dengan menjaga jarak terhadap laki-laki

yang bukan mahram-nya.

“Pak Budi dan bu Rosmalia Sari, ini kuncinya. Sri Aripah dan
Dwi Atikah, ini kuncinya. Sudah, cuma dua kamar”.
“Lha saya dimana, mas?” Tanya Ayna.
“Nanti di hotel sebelah sama mas Yoyok”.
“Satu kamar?”.
“Iya”.
“Saya tidak mau, tidak mungkin saya sekamar berdua dengan
lelaki!”. (Habiburrahman, 2017: 129).
75

Dialog diatas agaknya dapat mengambarkan pendirian tegas Ayna

tentang usaha menjaga kesuciannya dengan tidak berdua sekamar

dengan laki-laku bukan mahram. Allah berfirman dalam Q.S an-Nur

[24] ayat 33 berikut ini:

‫ين‬ ِ ‫ضلِ ِِۗه والم‬ ِ ‫ف الم ِذين ََل ََِي ُدو َن نِ َكاحا ح مَّت ي ْغنِي هم م‬ ِ ‫ولْيستَ ْع ِف‬
َ َ ْ َ‫اّلِلُ من ف‬
‫ذ‬ ُ ُ َ ُ َٰ َ ً َ ََْ
‫ه‬ ِ ‫ي ب ت غو َن الْ ِكت‬
‫وه ْم إِ ْن َعلِ ْمتُ ْم فِي ِه ْم َخْي ًرا‬ ِ
ُ ُ‫ت أَْْيَانُ ُك ْم فَ َكاتب‬ْ ‫اب ّمما َملَ َك‬ َ َ ُ َ َْ
ِۚ
‫آَت ُك ْم َوََل تُ ْك ِرُهوا فَتَ يَاتِ ُك ْم َعلَى الْبِغَ ِاء إِ ْن‬ َ ‫اّلِلِ الم ِذي‬
‫وهم ِممن م ِال م‬ ُ ُ‫َوآت‬
ِۚ
‫اّلِلَ ِمن بَ ْع ِد‬ ُّ ‫اْلَيَاةِ الدُّنْيَا َوَمن يُ ْك ِر‬
‫هه من فَِإ من م‬ ْ ‫ض‬ ِ ُّ ‫أَرد َن ََت‬
َ ‫صنًا لمتَ ْب تَ غُوا َعَر‬ َ َْ
.‫ور مرِح ٌيم‬ ِ ِ
ٌ ‫إ ْكَراه ِه من َغ ُف‬
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah
menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang
memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan
mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan
berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri
mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan
duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka)
sesudah mereka dipaksa itu”. (Departemen Agama RI, 2004: 494)

g. Senantiasa berbuat dengan ikhlas

Ikhlas adalah dasar diterimanya setiap perbuatan sebagai ibadah yang

berpahala. Tanpa didasari rasa ikhlas, ibadah tidak akan bernilai apapun

di hadapan Allah, keikhlasan adalah hal yang amat penting. Pembaca

dapat menyerap nilai-nilai karakter ikhlas dalam novel Bidadari


76

Bermata Bening, sebagaimana terselip dalam kutipan novel di bawah

ini:

Bu Nurjannah menemuinya dan membayar dua belas ribu dinar


yang ia hutang dari ibunya, tunai. Dengan ditambah infak dari
bu Rosidah dan beberapa orang dermawan bisa untuk membeli
dua rumah tipe 21 di sebuah perumahan di pinggir Kota Bogor.
Rumah itu sepenuhnya diwakafkan untuk dakwah memcina
anak-anak jalanan dan dhuafa. Ayna meniatkan seluruh biaya
yang ia keluarkan untuk Bait Ibni Sabil pahalanya untuk kedua
orang tuanya. (Habiburrahman, 2017: 270)

Kutipan novel tersebut menjelaskan bagaimana Ayna dan tokoh-tokoh

dalam Bidadari Bermata Bening dengan ikhlas membantu sesama

manusia, tanpa disertai dengan keingginan ingin dipuji sedikitpun.

Karakter ikhlas seperti yang ditunjukkan dalam kutipan novel tersebut

sejalan dengan firman Allah dalam Q.S az-Zumar [39] ayat 2-3:

‫ين‬ ِ ِِ ِ ‫اّلِل ُمُْلِ م‬ ِ َ‫إِ مَن أَنزلْنا إِلَيك الْ ِكتاب ِِب ْْل ِق ف‬
ُ ‫ين أَََل مّلِل ال مد‬
َ ‫صا لهُ ال مد‬ ً َ‫اعبُد م‬ ْ ‫َ َ ْ َ َ َ َم‬
ِۚ ِ
ِ‫اّلِل‬
‫وَن إِ ََل م‬ ‫ب‬ِ
‫ر‬ ‫ق‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ ‫م‬
‫َل‬ِ‫إ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫م‬ ‫اء‬ ‫ي‬ِ‫ل‬‫َو‬‫أ‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ون‬ ‫د‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ذ‬ ‫م‬ ِ ‫م‬
َ ُ‫ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ ُ َ م‬ ُ َ َ َ ُ ‫اْلَال‬
‫اَّت‬ ‫ين‬ ‫ذ‬ ‫ل‬‫ا‬‫و‬ ‫ص‬ ْ
ِۗ ِ ِ ِ
‫اّلِلَ ََل يَ ْه ِدي َم ْن‬‫م‬ ‫ن‬‫م‬ ِ
‫إ‬ ‫ن‬ ‫ُزلْ َف َٰى إِ من م‬
َ ‫اّلِلَ ََْي ُك ُم بَْي نَ ُه ْم ِِف َما ُه ْم فيه ََيْتَل ُفو‬
.‫ب َك مف ٌار‬ ِ
ٌ ‫ُه َو َكاذ‬

Artinya: 2) “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al


Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya. 3) Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di
antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan
sangat ingkar. (Departemen Agama RI, 2004: 658)
77

h. Bersikap rendah hati

Rendah hati adalah sikap yang wajib dimiliki oleh setiap manusia.

Manusia yang hakikatnya hanyalah mahkluk ciptaan Allah, tidak

berhak untuk menyombongkan apapun yang ada pada dirinya, ataupun

segala hal yang telah ia capai, karena semua itu hanyalah pemberian

dari Allah. Allah berfirman dalam Q.S ash-Shu’ara [26] ayat 215

berikut ini:

‫ني‬ِ ِ َ‫أَفَرأَيت إِن متمعن‬


َ ‫اه ْم سن‬
ُ ْ َ َْ
Artinya: “dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (Departemen Agama
RI, 2004: 529)

Ayat diatas secara khusus melarang Nabi Muhammad untuk

menyombongkan dirinya diatara umatnya, namun secara umum juga

melarang setiap manusia untuk berlaku tinggi hati. Karakter rendah diri

yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening dapat dijumpai

dalam paragraf berikut ini:

“Bismilllah, Alhamdulillah. Was Shalatu was salamu’ala


Rasulillah, ‘amma ba’du. Saya merasa tidak layak berdiri di
sini dan menerima predikat ini. Saya yakin ada yang lebih
layak dari saya. Karenannya saya tidak layak memberikan
sambutan. Saya memohon kepada ayahanda saya selama saya
belajar di sini, abah saya, Romo Kyai Sobron untuk mewakili
almarhum orang tua saya”. (Habiburrahman, 2017: 71)

Meskipun Ayna adalah santriwati cerdas yang telah meraih nilai ujian

nasional dengan pencapaian hampir sempurna, ia tetap rendah hati dan

tidak melupakan jasa guru-guru yang telah mendidiknya. Karakter


78

rendah hati harus senantiasa dibudayakan dalam hati setiap remaja

Muslim.

i. Senantiasa bersyukur

Habiburrahman El Shirazy dalam beberapa kesempatan menuliskan

karakter Ayna sebagai remaja yang senantiasa bersyukur kepada Allah,

saat mendapat cobaan maupun ketika mendapatkan kenikmatan. Salah

satunya dapat dijumpai dalam paragraf berikut:

Ayna merasa tidak bisa menunggu lagi. Sebab ia nyaris sudah


dua minggu hanya makan roti kering dan air. Ketika bekalnya
tinggal seratus ribu ia belikan roti kering yang ia makan
sepotong ketika sahur dengan air putih dan sepotong ketika
berbuka. Kemana-mana ia jalan kaki. Dalam kondisi seperti
itulah ia merasakan jadi hamba Allah paling lemah. Tidak ada
yang tahu kecuali dirinya dan Allah, bahwa malam-malam ia
pernah mengambil sisa nasi kotak tetangga kamarnya yang
dibuang ke tempat sampah. Ternyata sisa nasi kotak dengan
sisa-sisa ayam bakarnya yang bagi sebagian orang tidak
berharga, bagi orang lain bisa jadi sangat berharga. Ia sampai
menangis ketika menyadari bahwa ia merasakan begitu
nikmatnya makan sisa-sisa nasi orang lain. Disitu ia merasakan
kebesaran nikmat Allah. (Habiburrahman, 2017: 258).

Bersyukur adalah salah satu kewajiban yang harus senantiasa dilakukan

oleh setiap Muslim. Allah memerintahkan kepada seluruh mahkluknya

untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun, dalam Q.S Ibrahim [14]

ayat 7 sebagai berikut:

‫ِ ه‬
‫يدنم ُك ْم َولَئِن َك َفْرُُْت إِ من َع َذ ِاِب لَ َش ِدي ٌد‬
َ ‫َوإِ ْذ ََتَذم َن َربُّ ُك ْم لَئِن َش َكْرُُْت َألَز‬
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
79

sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Departemen Agama RI, 2004:


346)

j. Memanfaatkan waktu dan kesempatan

Kesempatan dan waktu adalah hal berharga yang tidak dapat ditebus

oleh harta sebanyak apapun. Seorang remaja Muslim dituntut harus

memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan sebaik mungkin, diantara

contohnya adalah dengan memperbanyak menuntut ilmu pada masa

muda. Habiburrahman El Shirazy seakan-akan mengajak kaum muda

untuk memperbanyak menuntut ilmu selagi masih sempat, seperti yang

tertulis dalam kutipan novel Bidadari Bermata Bening berikut ini:

Saat masih muda, saat masih dalam fase menuntut ilmu


sebaiknya tidak memikirkan kecuali ilmu. Ingat, ilmu tidak
akan didapat kecuali dengan dikejar sungguh-sungguh.
Sedangkan jodoh sudah disediakan oleh Allah. Kalau saat kau
harus mengejar ilmu malah mengejar jodoh, kau bisa kecewa
kalau ternyata yang kau kejar bukan jodohmu, dan ilmu sudah
pergi jauh dari jangkauanmu. (Habiburrahman, 2017: 56).

Allah memerintahkan umat manusia untuk senantiasa memanfaatkan

waktu, karena Muslim yang tidak memanfaatkan waktunya dengan baik

termasuk kedalam kaum yang merugi, seperti yang termaktub dalam

Q.S al-Ashr [103] ayat 1-3 berikut ini:

ِ ‫اْلنسا َن لَِفي خس ٍر إِمَل الم ِذين آمنوا وع ِملُوا ال م‬


ِ ‫اْل‬ ِ ِ ِ ْ ‫والْ َع‬
‫ات‬َ ‫ص‬ َ َ َُ َ ُْ َ ْ ‫صر إ من‬ َ
‫اص ْوا ِِبل م‬
.‫ص ِْب‬ َ ‫اص ْوا ِِب ْْلَِمق َوتَ َو‬
َ ‫َوتَ َو‬
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
80

menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Departemen Agama RI,


2004: 913)

k. Bertanggung jawab

Tanggung jawab berarti bersedia dan siap menerima konsekuensi atas

perbuatan yang telah dilakukan. Allah berfirman dalam Q.S as-Syafaat

[37] ayat 22-24, tentang bertanggung jawab berikut ini:

ِ‫اّلِل‬
‫ون م‬ ِ ‫اح ُشروا الم ِذين ظَلَموا وأ َْزواجهم وما َكانُوا ي عب ُدو َن ِمن د‬
ُ ُْ َ ََ ْ ُ َ َ َ ُ َ ُ ْ
‫ِ ِ ِ ِِ ِ ه‬
.‫وه ْم إِنم ُهم م ْسئُولُو َن‬
ُ ‫وه ْم إ َ ََٰل صَراط ا ْْلَحيم َوق ُف‬
ُ ‫فَ ْاه ُد‬

Artinya: 22) “(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-


orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-
sembahan yang selalu mereka sembah. 23) selain Allah; maka
tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. 24) Dan tahanlah mereka
(di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya.
(Departemen Agama RI, 2004: 635)

Ayat di atas menerangkan tentang orang-orang kafir yang akan

mendapatkan hukuman atas kelakuan mereka yang menduakan Allah

dan berbuat kesyirikan. Setiap perbuatan akan di minta pertanggung

jawabannya, walaupun sekecil apapun perbuatan tersebut. Allah

berfirman dalam Q.S al-Zalzalah [99] ayat 6-8 berikut ini:

َ ‫ك أ َْو َح َٰى ََلَا يَ ْوَمئِ ٍذ ِمثْ َق‬


ُ‫ال ذَ مرةٍ َخْي ًرا يََره‬ َ ‫َخبَ َارَها ِِبَ من َربم‬
ْ‫ثأ‬ ُ ‫يَ ْوَمئِ ٍذ َُتَ مِد‬
َ ‫َوَمن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق‬
.ُ‫ال َذ مرةٍ َشًّرا يََره‬

Artinya: 6) “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka. 7) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
81

dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. 8) Dan barangsiapa


yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula. (Departemen Agama RI, 2004: 909)

Habiburrahman El Shirazy mengambarkan Ayna sebagai tokoh

berkarakter berani bertanggung jawab, terbukti dari kutipan paragraf

novel Bidadari Bermata Bening berikut ini:

“Ummi, mohon maafkan saya kalau saya dianggap bersalah.


Saya siap menaggung hukuman apapun yang diberikan kepada
saya. Namun jujur, saya merasa tidak bersalah sama sekali”.
(Habiburrahman, 2017: 25).

Didalam paragraf tersebut, Ayna menyatakan rela dihukum dengan

hukuman apapun jika ia terbukti bersalah atas tuduhan yang diberikan

kepadanya.

l. Bersikap gigih dan tidak berputus asa

Allah melarang keras bagi setiap mahkluk-Nya untuk menyerah dan

berputus asa, karena hanya orang-orang kafirlah yang merasa bahwa

Allah tidak akan memberikan rahmat padanya, sebagaimana firman

Allah dalam Q.S Yusuf [12] ayat 87 berikut ini:

ِ‫َخ ِيه وََل تَيأَسوا ِمن مرو ِح م ه‬


ِ ِ
ُ‫اّلِل إِنمه‬ ْ ُ ْ َ ‫ف َوأ‬ َ ‫وس‬ ُ ُ‫ِن ا ْذ َهبُوا فَتَ َح مس ُسوا من ي‬ ‫ََّيبَِ م‬
.‫اّلِلِ إِمَل الْ َق ْوُم الْ َكافُِرو َن‬
‫َس ِمن مرْو ِح م‬
ُ ‫ََل يَْيأ‬
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir". (Departemen Agama RI, 2004: 311)

Ayat diatas telah melarang kita untuk berputus asa, karena perilaku

tersebut merupakan karakter orang-orang kafir yang tidak mempercayai


82

rahmat Allah. Habiburrahman El Shirazy mengajarkan pembaca novel

Bidadari Bermata Bening untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah,

meski cobaan berat menimpa. Didalam paragraf dibawah ini dijelaskan

betapa malangnya kehidupan Ayna, meski demikian ia tidak pernah

berputus asa dan berusaha, sehingga ia mendapatkan hasil manis

sebagai buah pengharapannya kepada Allah.

“Dia santri yang luar biasa. Yatim piatu. Ditinggal wafat


ayahnya sejak dalam kandungan ibunya. Di pesantren ini, dia
memikul pekerjaan yang lebih berat dari teman-teman
seusianya. Dia khadimah. Dialah dan khadimah-khadimah
yang lainnya yang setiap hari bangun lebih pagi dari yang lain
untuk menyiapkan sarapan pagi para santri. Demi Allah, setiap
pekerjaan yang dibebankan kepadanya diselesaikan dengan
tuntas. Dia tidak akan menyerah sampai amanahnya
tertunaikan. Meski sedemikian bebannya, dia berhasil
menuliskan sejarah emas bagi pesantren ini. Ketika ia diberi
waktu untuk fokus belajar saat menghadapi UN, dia mampu
mencetak prestasi yang belum pernah dicetak santri-santri
sebelumnya. Yaitu meraih nilai UN 55,60. Bahasa Indonesia
8,9, Bahasa Inggris 9,5, ekonomi 9,8, matematika waduh ini
edan banget, matematika 10. Rata-rata nilainya 9,2. Ananda
Ayna silakan maju”. (Habiburrahman, 2017: 70)

m. Berperilaku sabar

Allah memerintahkan kepada setiap mahkluknya untuk berperilaku

sabar dalam menghadapi cobaan, karena pada hakikatnya Allah akan

senantiasa memberikan cobaan dan ujian kepada mahkluknya. Allah

menjanjikan kabar gembira bagi hamba-hambanya yang berlaku sabar.

sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Baqarah [2] ayat 155 berikut

ini:
83

ِ ‫ْاأل َْم َو ِال َو ْاألَن ُف‬ ‫ص ِمم َن‬ ِ ‫اْلو‬ ِ ٍ


‫س‬ ٍ ‫وع َونَ ْق‬
ِ ُ‫اْل‬
ْ ‫ف َو‬ َْ ْ ‫َولَنَ ْب لَُونم ُكم بِ َش ْيء مم َن‬
.‫ين‬ِ
‫ر‬ ِ‫صاب‬‫م‬ ‫ال‬ ِ
‫ر‬ ‫ش‬
‫م‬ ِِۗ ‫والثممر‬
ِ ‫ات وب‬
َ ََ ََ َ

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan


sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(Departemen Agama RI, 2004: 29)

Sabar adalah salah satu karakter utama yang wajib dimiliki oleh remaja

Muslim, baik dalam menjalani kehidupan duniawi, ataupun sabar dalam

menunaikan ibadah dan cobaan Allah. Habiburrahman El Shirazy

memasukkan nilai kesabaran dalam karakter Ayna, terlihat dari kutipan

novel Bidadari Bermata Bening berikut ini:

“Bukan masalah pinter, tapi masalah mental dan habitus


keluarga. Jika Ayna lulus aliyah, lalu lanjut mondok di sini jadi
khadimah bu nyai, itu sebuah kemajuan luar biasa. Daripada
lulus aliyah jadi TKW di Arab, kayak ibunya!”. Ayna
terhenyak mendengar kalimat yang menusuk itu. Ia menahan
emosinya. (Habiburrahman, 2017: 3).

Meskipun Ayna mendapati dirinya direndahkan, bahkan harkat

martabat ibunya mulai disinggung, ia tetap berusaha untuk sabar dan

menahan amarahnya. Hal tersebut ia lakukan demi menjaga kerukunan

dan kebaikan bersama.

n. Menepati janji

Janji adalah sebuah hutang, maka harus ditepati. Salah satu karakter

remaja Muslim yang dapat ditemukan dalam kandungan novel Bidadari


84

Bermata Bening adalah berusaha menepati janji dengan sungguh-

sungguh. Hal tersebut dapat ditemui dalam paragraf berikut:

Di pojok dapur, di tempat yang agak gelap, bu nyai Nur


Fauziyah mendengar pembicaraan itu dengan air mata meleleh.
Demi memenuhi janji membelikan mainan bagi cucunya, Ayna
sampai harus berhutang. (Habuburrahman, 2017: 54).

Paragraf diatas menampaakan bagaimana Ayna berusaha menepati

janjinya, meski dalam keterbatasan dan ketidak mampuannya sebagai

seorang remaja miskin yang sebatang kara. Perilaku Ayna dalam

menjaga janji tersebut selaras dengan firman Allah dalam Q.S al-Isra

[17] ayat 34 berikut ini:


‫ه‬ ِ ِ َ ‫وََل تَ ْقربوا م‬
‫َشدمهُ َوأ َْوفُوا‬ ْ ‫ال الْيَتي ِم إِمَل ِِبلمِت ه َي أ‬
ُ ‫َح َس ُن َح م ََّٰت يَْب لُ ََ أ‬ َ َُ َ
‫ه‬
.‫ِِبلْ َع ْه ِد إِ من الْ َع ْه َد َكا َن َم ْسئُ ًوَل‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya”. (Departemen Agama RI, 2004: 389)

3. Karakter kepada sesama manusia

a. Memuliakan orang tua dan guru

Ibu dan ayah kandung adalah orang tua yang wajib kita muliakan,

dengan cara menghormati mereka, melaksanakan perintah dan larangan

mereka, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama. Guru sebagai

sosok yang memberikan pndidikan bagi kita di sekolah, merupakan

pengganti orang tua kandung ketika mereka tidak ada. Allah berfirman

dalam Q.S al-Isra [17] ayat 23 yang isinya adalah sebagai berikut:
85

ِۚ
‫ند َك‬َ ‫ك أمََل تَ ْعبُ ُدوا إِمَل إِ مَّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َس ً َْ َ م‬
ِ
‫ع‬ ‫ن‬ ‫غ‬‫ل‬
ُ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬ِ
‫إ‬ ‫اَن‬ َ ُّ‫ض َٰى َرب‬
َ َ‫َوق‬
‫َح ُد ُُهَا أ َْو كِ َال ُُهَا فَ َال تَ ُقل مَلَُما أ ٍم‬
‫ُف َوََل تَْن َهْرُُهَا َوقُل مَلَُما قَ ْوًَل‬ ِ
َ ‫الْكبَ َر أ‬
.‫َك ِرْيًا‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia”. (Departemen Agama RI, 2004:
387)

Ayat tersebut membicarakan mengenai perlakuan seorang anak kepada

orang tuanya, yang mana Allah telah melarang seorang anak untuk

berkata kasar pada orang tuanya, bahkan perkataan “ah”-pun dilarang

oleh Allah. Menilik ayat tersebut, dapat dibayangkan bahwa perbuatan

dzalim kepada orang tua dapat mendatangkan murka Allah. Didalam

novel Bidadari Bermata Bening, Habiburrahman El Shirazy

mengambarkan Ayna sebagai sosok remaja yang amat memuliakan

orang tua. Ayna sangat menghormati dan mematuhi petuah dari bu nyai

Fauziyah yang merupakan sosok ibu pengganti, dan guru agama bagi

Ayna.

“Gus Afif, mohon dengarkan. Setelah ibuku wafat, saat itu aku
kelas satu aliyah, aku lalu memutuskan untuk tetap di
pesantren dengan menjadi khadimah. Sejak itu, ummi sudah
aku anggap sebagai ibuku sendiri. Sabda beliau sacral bagiku,
seperti sabda ibuku sendiri. Aku pulang ke sini karena sabda
ummi. Demi Allah, kalau yang meminta aku menjadi istrimu
adalah bu nyai Fauziyah, ibumu, aku tidak akan menolaknya.
Tapi jika beliau tidak merestui, seribu kali kau minta,
86

meskipun jujur saya memiliki perasaan yang sama dengan


njenengan, aku tidak bisa mengabulkannya”. (Habiburrahman,
2017: 154).

b. Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan ciptaan Allah

Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan mahkluk hidup

lainnya merupakan sebuah bentuk ibadah yang kaitannya dengan

sesama ciptaan. Tanpa hubungan baik yang dijaga antar mahkluk hidup,

tidak akan pernah tercipta ketentraman dan kedamaian di dunia,

sehingga Islam datang salah satunya adalah untuk mengajak manusia

saling kenal mengenal dan menjaga hubungan baik. Hal ini juga

ditampakkan oleh Habiburrahman El Shirazy sebagai salah satu

karakter remaja Muslim, yakni pada kutipan paragraf berikut:

Waktu tujuh hari yang diultimatum pakdenya telah lewat.


Berarti ia dengan terpaksa memilih apa yang dirancang oleh
pakde dan budenya. Tepatnya buka begitu, ia memilih
mengorbankan diri demi mempertahankan tali kekeluargaan.
Demi bakti kepada ibunya. Ia berharap bahwa perbuatannya itu
ditulis oleh Allah sebagai amal saleh, dan pahalanya dikirim
kepada ibu, nenek, kakek, dan ayahnya di alam barzakh sana.
(Habiburrahman, 2017: 141).

Didalam kutipan novel tersebut dapat kita temui bahwasanya

dibandingkan memikirkan kepentingan dirinya sendiri, Ayna justru

memilih mengorbankan diri untuk menikah dengan laki-laki ahli

maksiat yang dijodohkan kepadanya, demi menjaga tali persaudaraan

antara dirinya dan keluarga pamannya. karakter terpuji yang

ditampakka oleh Ayna tersebut amat selaras dengan perintah Allah


87

untuk menjaga tali silaturahmi yang termaktub dalam Q.S Muhammad

[47] ayat 22-23 berikut ini:

‫ض َوتُ َق ِطمعُوا أ َْر َح َام ُك ْم‬ِ ‫فَ َه ْل َع َسْي تُ ْم إِن تَ َولمْي تُ ْم أَن تُ ْف ِس ُدوا ِِف ْاأل َْر‬
.‫ص َارُه ْم‬ ِ ‫أُوَٰلَئِ م‬
َ ْ‫َص مم ُه ْم َوأ َْع َم َٰى أَب‬
َ ‫اّلِلُ فَأ‬
‫ين لَ َعنَ ُه ُم م‬
َ ‫ك ال ذ‬
َ
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan
ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”.
(Departemen Agama RI, 2004: 734)

Didalam ayat diatas Allah menyatakan bahwa orang orang yang

membuat kerusakan dengan memutuskan tali silaturahmi adalah

manusia-manusia yang akan mendapat laknat dari Allah. Karakter Ayna

yang mengedepankan ketentraman bersama di atas kepentingan pribadi

dapat kita jadikan contoh karakter remaja Muslim.

c. Berbakti kepada bangsa dan negara

Sikap nasionalisme adalah karakter yang amat penting dimiliki oleh

setiap manusia, termasuk pemuda Indonesia yang menjadi harapan bagi

Indonesia yang lebih baik. Allah menjelaskan persoalan nasionalisme

ini didalam Q.S Ibrahim [14] ayat 35 berikut ini:

ِ ِ َ َ‫وإِ ْذ ق‬
‫اجنُ ْب ِِن َوبَِ م‬
‫ِن أَن نم ْعبُ َد‬ ْ ‫اج َع ْل ََٰه َذا الْبَ لَ َد آمنًا َو‬
ْ ‫ب‬‫ال إِبْ َراه ُيم َر ِم‬ َ
.‫َصنَ َام‬
ْ ‫ْاأل‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.
(Departemen Agama RI, 2004: 351)
88

Didalam ayat tersebut, Allah mengingatkan manusia untuk mendoakan

kemakmuran negerinya masing-masing, kemakmuran yang dimaksud

meliputi segala aspek dalam kehidupan, namun utamanya adalah

kemakmuran dalam permasalahan agama. Sebagai generasi muda

Indonesia, kita diwajibkan mendoakan negara kita dan memberikan

yang terbaik demi Indonesia. Didalam Bidadari Bermata Bening,

Habiburrahman El Shirazy berusaha menyelipkan contoh sederhana

dari karakter cinta tanah air dalam kutipan novel berikut ini:

Suasana religius yang kental berpadu dengan jiwa kebangsaan


yang kokoh. Seluruh santri dan hadirin menyayikan lagu
kebangsaan itu dengan penuh semangat dan penghayatan.
(Habiburrahman, 2017: 64)

Didalam kutipan novel Bidadari Bermata Bening tersebut, kita dapat

menangkap semangat kebangsaan yang tinggi dalam menyanyikan lagu

kebangsaan Indonesia. Sikap seperti ini sudah sepatutnya ditularkan

kepada seluruh rakyat Indonesia, utamanya remaja yang merupakan

generasi harapan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait Nilai-Nilai Karakter

Remaja Muslim dalam Kandungan Novel Bidadari Bermata Bening Karya

Habiburrahman El Shirazy, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat Nilai-

Nilai Karakter Remaja Muslim yang terkandung dalam Novel Bidadari

Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy. Adapun nilai-nilai

karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karakter kepada Allah dan Rasul

a. Mencintai Allah

b. Meyakini Allah

c. Mencintai Nabi dan Rasul

d. Rajin beribadah

e. Berbakti kepada Allah

2. Karakter kepada diri sendiri

a. Bercita-cita mulia

b. Kreatif

c. Bersikap adil

d. Mencintau ilmu

89
90

e. Menjauhi sikap iri

f. Menjaga kesucian diri

g. Senantiasa berbuat dengan ikhlas

h. Bersikap rendah hati

i. Senantiasa bersyukur

j. Memanfaatkan waktu dan kesempatan

k. Bertanggung jawab

l. Bersikap gigih dan tidak berputus asa

m. Berperilaku sabar

n. Menepati janji

3. Karakter kepada sesama manusia

a. Memuliakan orang tua dan Guru

b. Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia

c. Berbakti kepada bangsa dan Negara

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian terhadap Nilai-Nilai Karakter Remaja

Muslim dalam Kandungan Novel Bidadari Bermata Bening Karya

Habiburrahman El Shirazy saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai

berikut:

1. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan penggunaan karya sastra

sebagai alternatif dalam penanaman karakter Islam, khususnya kepada

kaum remaja yang merupakan generasi penerus bangsa.


91

2. Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy

merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang sarat akan nilai-nilai

karakter Islam, yang amat sesuai bagi generasi muda Muslim Indonesia

yang pada masa ini mulai kehilangan karakter mereka sebagai remaja

Muslim.
92

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid & Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Agus Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Karakter

Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Ahmed, Shahab. 2016. What is Islam?, The Importance of Being Islamic. New

Jersey: Princeton University Press.

Antilan Purba. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bolton, N. Ruth .dkk. 2013. Undertanding Generation Y and Their Use of Social

Media: A Review and Research Agenda. Journal of Service Management,

24(3): 245.

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Mekar

Surabaya.

Dharma Kesuma. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Elo, Satu & Kyngas, Helvi. 2008. The Qualitative Content Analysis Process.

Journal of Advanced Nursing, 62(1): 107.

Endah T. Priyanti. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.

Jakarta: Bumi Aksara.

Engkos Kosasih. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.


93

Esti Ismawati. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa & Sastra.

Yogyakarta: Ombak.

Esti Ismawati. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Flick, Uwe. 2013. The Sage Handbook of Qualitative Data Analysis. London:

Sage.

Hales, David. 2010. An Introduction to Triangulation. Jeneva: UNAIDS.

Ibnu Burdah. 2013. Pendidikan Karakter Islami. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Juntika Nurihsan & Mubiar Agustin. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk

Karakter. Terjemahan oleh Juma Abdu Wamaungo. 2012. Jakarta: Bumi

Aksara.

. 2004. Character Matters (Persoalan Karakter). Terjemahan

oleh Juma Abdu Wamaungo & Jean Autunes Rudolf Zien. 2013. Jakarta:

Bumi Aksara.

M. Athiyah Al-Abrasyi. 2010. Biografi Muhammad. Yogyakarta: Darul Hikmah.

Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah

Mestika Zed. 2014. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.
94

Misbahuddin Jamal. 2011. Konsep Al-Islam dalam Al-Quran. Jurnal Al-Ulum,

11(2): 285.

Moelong, J. Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mohamad Mustari. 2014. Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta:

Rajawali Pers.

Muchlas Samani & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Krakter.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad Faisal. 2017. Generasi Phi (Pengubah Indonesia). Jakarta: Republika

Penerbit.

Muhammad Yaumi. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan

Implementasi. Jakarta: Prenamedia Group.

Nelson L. Ryan, Abendroth, Kathleen, & Lynch, Karen. 2013. Ethnography from:

Handbook of Qualitative Research in Communication Disorders, (Online),

(http://www.routledgehandbooks.com/doi/10.4324/9780203798874, diakses

19 Mei 2018).

Nurhaidah & M. Insya Musa. 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi

Kehidupan Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar. 3(3): 2.

Nyoman K. Ratna. 2014. Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam

Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Papalia, E. Diane. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).

Terjemahan oleh A. K Anwar. 2008. Jakarta: Kencana.


95

Punaji Setyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana.

Qiqi Y. Zakiyah & H. A. Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai Kajian Teori dan

Praktik di Sekolah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga.

Sri Rumini & Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya.

Subur. 2015. Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah. Yogyakarta: Kalimedia.

Talizidhuhu Ndraha. 1981. Research: teori, metodologi, adminiistrasi. Jakarta:

PT. Bina Aksara.

Turner, Phil & Turner, Susan. 2009. Triangulation in Practice. Journal of Virtual

Reality-Mediated Presence: Virtual Riality, Mixed Environments and Social

Networks, 13(3): 2.

Ulil A. Syafri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Vibriza Juliswara. 2017. Mengembangkan Model Literasi Media Yang

Berkebhinekaan Dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di

Media Sosial. Jurnal Pemikiran Sosiologi, (4)2: 143.

Wina Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:

Kencana.
96

Yanti D. Astuti. 2017. Peperangan Generasi Digital Native Melawan Digital Hoax

Melalui Kompetisi Kreati. INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi, 47(2):

230.

Zhang, Yan & Wildemuth, M. Barbara. 2006. Qualitative Analysis of Content.

Appliaction of Social Research Methods to Question in Information and

Library Science, (Online), (http://www.researchgate.net/publication/265746,

diakses 20 Mei 2018).


97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai