Anda di halaman 1dari 106

1

PERAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN SEKS


PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS III
DI UPTD SD NEGERI 1 MEKARJATI
KECAMATAN HAURGEULIS
KABUPATEN INDRAMAYU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:
LAILA FAJAR MUSFIROH
NIM: 1819.01.02.0004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) AL-AMIN INDRAMAYU
2023
PERAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN SEKS
PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS III
DI UPTD SD NEGERI 1 MEKARJATI
KECAMATAN HAURGEULIS
KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh:
LAILA FAJAR MUSFIROH
NIM: 1819.01.02.0004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) AL-AMIN INDRAMAYU
2023

2
3
4
5
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO :

Jika kamu ada di jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah. Jika itu berat
untukmu, maka berlari-lari kecillah. Jika kamu Lelah, maka berjalanlah. Jika
itupun tidak mampu, merangkaklah. Namun, jangan pernah berhenti ataupun
berbalik arah. (Imam Syafi’i).

Aku tak pernah menyesali diamku tapi aku berkali-kali menyesali diamku. (Umar
Bin Khattab).

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia berhasil, tapi berusahalah untuk


menjadi manusia yang berguna. (Albert Enstein)

PERSEMBAHAN:

Alhamdulillah dengan izi Allah SWT. skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT, karena atas Rahmat dan karunianya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
2. Kedua orang tua penulis yaitu, bapak Rebiyanto dan Almh ibu Sumari
yang telah senantiasa memberikan dukungan, motivasi, serta doa
terbaiknya sehingga penulis bisa meneyelasikan masa studi S1 dengan
lancar. Kalian sangat berarti bagi penulis.
3. Dosen pembimbing, Pak Fiqih Amarullah,S.H.I,. M.Pd.I dan Ibu Sugiarti,
S.S., M.A yang telah sabar dalam membimbing sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Untuk kakak Abu Mustofa dan adik Agus Setiawan terimakasih telah
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mari kita berjuang
bersama dalam membahagiakan bapak dan almh. ibu dengan jalan kita
masing-masing.
5. Teman-teman prodi PGSD Angkatan 2018 yang telah berjuang bersama
dari awal perkuliahan hingga pada penyelesaian skripsi ini. Terimakasih
telah berbagi semangat dan motivasinya. Sukses selalu untuk kita semua.
6. Teman-temen seperjuangan yang tanpa henti selalu memberikan bantuan
dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian
skripsi ini. Semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh Allah SWT.

6
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang sedalam-
dalamnya atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Sekolah dalam Pendidikan Seks pada
Anak Sekolah Dasar Kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan
Haurgeulis Kabupaten Indramayu.” Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna
memenuhi persyaratan sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Sekolah
Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Al-Amin Indramayu untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD). Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada sang pemberi Cahaya di tengah kegelapan kehidupan ini, Nabi
Muhammad SAW., juga kepada para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan
kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman nanti. Amin
Semua manusia yang hidup pasti memiliki masalah, taka ada manusia
hidup yang tak memiliki permasalahan. Permasalahan ada untuk melengkapi
peroses kehidupan saat ingin mencapai sesuatu. Demikian pula dengan
penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis alami. Namun,
alhamdulillah dengan izin Allah dan usaha penulis, akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terim kasih serta doa semoga Allah SWT. memberi
limpahan berkah kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Masduki, M.Pd.I selaku ketua STKIP Al-Amin Indramayu


2. Bapak Fiqih Amrullah, S.H.I,. M.Pd.I. selaku Dosen Pembimbing I
dan Ibu Sugiarti, S. S., M.A. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
dengan sabar dan penuh kasih sayang membimbing penulis sehingga
penulis termotivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh Dewn Penguju yang telah menguji dan memberikan catatan
yang berharga atas kekurengan yang ada dalam skripsi ini.
4. Seluruh Staf dan Karyawan STKIP Al-Amin Indramayu yang telah
memberikan perhatian dan pelayanan terbaiknya sehingga dapat
melancarkan tugas-tugas penulis dalam menyelesaikan studi.
5. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak
mungkin disebutkan satu per-satu.

Mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak yang

disebutkan di atas, senantiasa mendapatkan ganjaran pahala yang berlibat

7
8
ABSTRAK

Laila Fajar Musfiroh, NIM: 1819.01.02.0004. Peran Sekolah dalam Pendidikan


Seks pada Anak Sekolah Dasar Kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati
Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.

Masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana peran sekolah dalam
pendidikan seks pada anak kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan
Haurgeulis Kabupaten Indramayu? (2) Bagaimana bentuk pendidikan seks pada
anak kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu? (3) Bagaimana dampak dari pendidikan seks pada anak kelas III di
UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu?.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui peran sekolah dalam pendidikan seks
pada anak kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis
Kabupaten Indramayu. (2) Mengetahui bentuk pendidikan seks pada anak kelas III
di UPTD SD Negeri di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis
Kabupaten Indramayu. (3) Mengetahui dampak dari pendidikan seks pada anak
kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang mengambil


lokasi di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan
sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
wawancara (interview), pengumpulan data observasi (pengamatan), dan
dokumentasi. Teknik penjamin keabsahan data menggunakan triangulasi sumber,
triangulasi metode, triangulasi penelitian. Analisis data dilakukan mulai dari
reduksi data, mendisplay data dan menarik kesimpulan .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran sekolah dalam pendidikan seks


pada anak kelas III sudah dilakukkan melalui pengajaran, pengawasan, dan
pemberi ganjaran. Pengajaran dilakukan di dalam kelas dan ada pada materi
pembelajaran di tema 1 yaitu pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Pengawasan dilakukan dengan adanya tata tertib sekolah yang tertulis maupun
tidak tertulis. Pemberi ganjaran dilakukan ketika anak melakukan pelanggaran tata
tertib atau ketika anak berprestasi. (2) Bentuk-bentuk pendidikan seks di UPTD
SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu adalah
dengan memisahkan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan, memisahkan
barisaan antara laki-laki dan perempuan saat upacara dan senam, serta melalui
program sekolah yaitu Kultum Jumat dan Salat Duha (3) Dampak dari pendidikan
seks di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu adalah peserta didik sudah memahami adanya batasan dalam bergaul
antara laki-laki dan perempuan serta memahami hal-hal yang pantas dan tidak
pantas dilakukan.

9
ABSTRACT

Laila Fajar Musfiroh, NIM: 1819.01.02.0004. The Role of Schools in Sex


Education for Class III Elementary School Children at UPTD SD Negeri 1
Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu Regency.

The problems of this research are (1) What is the role of schools in sex
education for class III children at UPTD SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis
District, Indramayu Regency? (2) What is the form of sex education for class III
children at UPTD SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu
Regency? (3) What is the impact of sex education on class III children at UPTD
SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu Regency? The objectives
of this research are (1) To determine the role of schools in sex education for class
III children at UPTD SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu
Regency. (2) Knowing the form of sex education for class III children at UPTD
SD Negeri UPTD SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu
Regency. (3) Knowing the impact of sex education on class III children at UPTD
SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu Regency.

This type of research is descriptive qualitative research which took place


at UPTD SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu Regency. The
data sources used are primary and secondary data sources. Data collection
methods in this research used interview methods, observation data collection and
documentation. Techniques for ensuring data validity use source triangulation,
method triangulation, research triangulation. Data analysis is carried out starting
from data reduction, displaying data and drawing conclusions.

The results of the research show that the school's role in sex education
for grade III children has been carried out through teaching, supervision and
providing rewards. Teaching is carried out in the classroom and is based on
learning material in theme 1, namely human growth and development.
Supervision is carried out by means of written and unwritten school rules.
Rewards are given when children violate rules or when children excel. (2) The
forms of sex education at UPTD SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District,
Indramayu Regency are by separating seats between men and women, separating
rows between men and women during ceremonies and gymnastics, as well as
through school programs namely Friday Kultum and Duha Prayer (3) The impact
of sex education at UPTD SD Negeri 1 Mekarjati, Haurgeulis District, Indramayu
Regency is that students already understand the existence of boundaries in
associating between men and women and understand things that are appropriate
and inappropriate to do.

10
11
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................v
MOTO DAN PERSEMBAHAN PENULIS.................................................................vi
KATA PENGANTAR..................................................................................................viii
ABSTRAK........................................................................................................................x
DAFTAR ISI..................................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................5
C. Fokus Masalah............................................................................................................6
D. Perumusan Masalah....................................................................................................7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................................................7
F. Tinjauan Pustaka........................................................................................................8
G. Kerangka Pemikiran.................................................................................................11
H. Sistematika Penulisan...............................................................................................13
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................15
A. Peran Sekolah...........................................................................................................15
B. Pendidikan Seks........................................................................................................21
C. Anak Sekolah Dasar.................................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................36
A. Pendekatan dan Metode Penelitian...........................................................................36
B. Langkah-langkah Penelitian.....................................................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................42
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian..........................................................................42
B. Temuan Penelitian ...................................................................................................52

12
C. Pembahasan Temuan Penelitian...............................................................................59
BAB V PENUTUP.........................................................................................................64
A. Kesimpulan ..............................................................................................................64
B. Saran ........................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................69

13
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Identitas Sekolah UPTD SD Negeri 1 Mekarjati.......................................... 44

Tabel 1.2 Keadaan Pesrta didik Kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati ....................47

Tabel 1.3 Struktur Kurikulum UPTD SD Negeri 1 Mekarjati .....................................51

Tabel 1.5 Sarana dan Prasarana ....................................................................................52

14
DAFTAR GAMBAR

Tabel 1.1 Diagram Pemikiran....................................................................................... 12

Tabel 1.2 Diagram Struktur Organisasi UPTD SD Negeri 1 Mekarjati....................... 46

15
DAFTAR LAMPIRAN

Lampran 1: Biodata Penulis ..............................................................................................

Lampiran 2: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing...........................................

Lampiran 3: Surat Permohonan Izin Penelitian..................................................................

Lampiran 4: Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian.............................................

Lampiran 5: Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi.............................................................

Lampiran 6: Surat Keterangan Cek Plagiarisme................................................................

Lampiran 7: Lembar Wawancara........................................................................................

Lampiran 8: Petikan Wawancara........................................................................................

Lampiran 9: Dokumentasi Penelitian..................................................................................

16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepanjang tahun 2021 kasus kekerasan seksual semakin marak terjadi.

Beberapa waktu belakangan ini kasus kekerasan seksual di Indonesia semakin

banyak diperbincangkan di media sosial. Mulai dari kasus pelecehan seksual

mahasiswa di beberapa perguruan tinggi, kasus pemerkosaan dan pemaksaan

aborsi dengan korban NWR dan pelaku RB, pencabulan anak oleh orang tua,

paman, kakek, dan tetangganya, serta pemerkosaan dan pemaksaan kehamilan

pada santriwati di sejumlah pondok pesantren. Bahkan dilihat dari catatan

komnas perempuan 2020, kenaikan kasus kekerasan seksual mencapai 19

persen. Sebagian besar terjadi pada ranah personal yaitu 10 persen dan

sisanya pada ranah publik. Dari berita tersebut dapat disimpulkan bahwa

kekerasan seksual dapat terjadi kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun.

Terlebih lagi sebagian besar pelaku adalah orang terdekat korban yaitu dari

keluarga sendiri. Rumah dan sekolah yang seharusnya menjadi tempat

teraman bagi anak justru dapat menjadi tempat yang rawan akan kekerasan

seksual. 1

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) cabang Indramayu berkomitmen

untuk konsentrasi melakukan pendampingan terhadap perempuan dan anak

yang menjadi korban kekerasan. Hal ini lantaran angka kasus sesuai catatan

yang dimiliki oleh sekertaris cabang KPI Kabupaten Indramayu, Yuyu

1
Ellyvon pranita, “Kasus kekerasan seksual semakin terkuak, apa penyebabnya? Ini kata
komnas perempuan.” Kompas.com diakses pada Februari 8, 2022,
https://amp.kompas.com/sains/read /2021/12/12/130200423/kekerasan-seksual-semakin-terkuak-
apa-penyebabnya-ini-kata-komnas

17
Khoerunnisa mencatat kasus kekerasan seksual pada anak masih

terbilang tinggi. Tercatat di unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA)

Porles Indramayu yaitu, jumlah kasus KDRT ada 44 kasus. Kemudian 30

kasus persetubuhan anak, 9 kasus pencabulan anak, 1 kasus perdagangan

manusia, dan 21 kasus penganiayaan anak. Kekerasan seksual bukan hanya

persetubuhan namun pencabulan, pemaksaan kehamilan, serta pemaksaan

aborsi merupakan bentuk kekerasan seksual yang nyata terjadi saat ini. 2

Meski sudah ada UU Pasal 9 ayat 1a Nomor 35 Tahun 2014 tentang

perlindungan anak dari kekerasan seksual dan kejahatan, tetapi faktanya

kasus kekerasan seksual semakin marak terjadi. Diduga salah satu

penyebabnya karena kasus kekerasan seksual masih menggunakan pasal-pasal

dalam KUHP yang belum jelas mengatur jaminan dan perlindungan hak-hak

anak sebagai korban sehingga sanksi bagi pelaku menjadi lebih ringan. Jika

dibandingkan dengan ancaman pidana yang terdapat di UU perlindungan

anak sehingga tidak memberikan efek jera terhadap pelaku. Psikolog anak

dan keluarga, Anna Surti Ariani dalam wawancaranya dengan kompas.com

menjelaskan bahwa salah satu cara agar anak dapat melindungi diri dari kasus

kekerasan seksual adalah dengan memberikan pendidikan seks. Pendidikan

seks masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia karena menurut mereka

pendidikan seks mengajarkan tentang berhubungan seks. Kurang cocok untuk

dibicarakan apalagi diajarkan kepada anak. Padahal sebenarnya, pendidikan

2
“Kasus kekerasan masih tinggi KPI Komitmen dampingi perempuan dan anak,”
radarcirebon.com, diakses pada Februari 7, 2022, https://rakcer.radarcirebon.com/kasus-
kekerasan-masih-tinggi-kpi-komitmen-dampingi-perempuan-dan-anak/

18
seks yang diajarkan kepada anak yaitu konsep tentang mengenal dan menjaga

anggota tubuh mereka. 3

Upaya pencegahan kekerasan seksual secara preventif adalah dengan

pendidikan terkhusus lagi pendidikan agama untuk membentuk moral

masyarakat. Agama Islam juga mengajarkan tentang pendidikan seks.

Perintah tentang perempuan untuk menutup auratnya dengan cara

mengulurkan pakaian keseluruh tubuh mereka terdapat pada firman Allah

Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi:

ۗ ‫ٰيَاُّيَه ا الَّنُّيِب ُق ْل َاِّلْز َو اِج َك َو َبٰن ِت َك َو ِنَس ۤاِء اْلُم ْؤ ِمِنَنْي ُي ْد ِنَنْي َعَلْيِه َّن ِم ْن َج اَل ِبْيِبِه َّن‬
﴾۵۹﴿ ‫ٰذ ِلَك َاْد ىٰن ٓ َاْن ُّيْع َر ْفَن َفاَل ُيْؤ َذْيَن ۗ َو َك اَن الّٰل ُه َغُفْو ًر ا َّر ِح ْيًم ا‬
Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Q.S. Al Ahzab [33]: 59.4

Islam mengatur perempuan untuk menutup seluruh tubuhnya kecuali

wajah dan telapak tangan. Islam ingin memberikan keamanan dan

kenyamanan bagi perempuan dan laki-laki. Seorang laki-laki dorongan

seksnya dapat timbul hanya dengan melihat saja. Berbeda dengan perempuan,

dorongan seksnya dapat timbul karena adanya sentuhan dan rabahan. Aturan

berpakaian laki-laki dalam Islam tidak seketat perempuan. Selain itu, pakaian

sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan. Islam mengatur seorang

laki-laki muslim tidak boleh memakai pakaian yang menyerupai perempuan

dan begitupun sebaliknya. Agama Islam merupakan agama yang sempurna


3
Holy kartika nurwigati sumartiningtyas, “Pelecehan seksual pada anak marak, Psikologi
ingatkan pentingnya pendidikan seksual,” Kompas.com, diakses pada Desember 13, 2021,
https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/13/110100223/pelecehan-seksual-pada-anak-marak-
psikologi-ingatkan-pentingnya-pendidikan?page=2
4
Abdul AzizAbdul Rauf, Al-Qur’an Hafalan Mudah (Bandung: Cardoba,2018), 426.

19
dalam mengatur urusan hidup manusia. Salah satunya masalah pakaian yang

telah dijelaskan di atas. Tentang pakaian sebagai pembeda antara laki-laki dan

perempuan serta pakaian sebagai pelindung dari kejahatan. Semua diatur

dalam surah Al-Ahzab ayat 59. 5

Masalah seks tidak hanya diajarkan kepada orang yang sudah dewasa

tetapi, masalah seks juga perlu diajarkan sejak usia anak sedini mungkin.

Salah satunya pada anak usia 8-9 tahun. Menurut dokter Fadhil Rizal Makarin

dalam artikelnya di halodoc.com menjelaskan karakteristik anak usia 8-9

tahun ini akan mengalami percepatan pertumbuhan. Baik secara bahasa,

sosial, edukasi, emosional, maupun mental. Sebagian besar anak usia 8 tahun

menunjukkan peningkatan kognitif. Contohnya, anak cendrung mengajukan

pertanyaan-pertanyaan sehingga anak mendapatakan informasi yang cukup

untuk menarik kesimpulan. Anak usia 9 tahun berada pada transisi puncak

masa remaja. Dalam banyak hal, mereka dapat dianggap anak-anak yang jauh

lebih mendiri. Jadi anak pada usia 8-9 tahun yang berada di kelas III sekolah

dasar perlu adanya perhatian yang lebih untuk memenuhi rasa ingin tahu

mereka dan membekali peserta didik untuk menghadapi transisi puncak

remaja melalui pendidikan formal, informal, maupun nonformal. 6

Mengingat banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang

tahun 2021 ini. Peran orang tua dan sekolah menjadi tempat utama dalam

mengajarkan pendidikan seks pada anak. Salah satu SD di Haurgeulis yaitu

UPTD SD Negeri 1 Mekarjati penulis menemukan bahwa anak kelas III di


5
Abu Ubaidah, Kesucian Pendidikan Seks dalam Islam (Yogyakarta: K-Media, 2020),
71-76.
6
Fadhli rizal makarim, “Tahap perkembangan anak usia 8-9 tahun”, Halodoc.com,
diakses pada tanggal Februari 5, 2022, https://www.halodoc.com/artikel/tahap-perkembangan-
anak=usia=8-9-tahun.

20
sana bermain saling sentuh anggota tubuh yang ditutup oleh pakaian, dan ada

laporan dari peserta didik bahwa ada satu peserta didik yang membuka

celana dihadapan peserta didik lainnya, serta mengumpat menggunakan

istilah alat kelamin dalam bahasa daerah.

Dalam meluruskan pengetahuan seks yang benar dapat dilakukan melalui

pendidikan seksual. Pendidikan seksual memberikan pengetahuan yang benar

kepada peserta didik tentang nama, fungsi serta cara menjaga anggota tubuh.

Peran sekolah dalam memberikan pendidikan seks pada anak sekolah dasar

dengan pemahaman materi pengenalan bagian tubuh, cara menjaga tubuh dan

menumbuhkan rasa malu.

Berdasarkan permasalahan tersebut pendidikan seks pada anak sekolah

dasar sangat penting diajarkan sedini mungkin. Pemahaman pendidikan seks

dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah memiliki peran masing-

masing dalam memberikan pemahaman pendidikan seks pada anak. Peneliti

melakukan penelitian ini untuk mengetahui peran sekolah dalam pendidikan

seks pada anak sekolah dasar kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.

B. Identifikasi Masalah

Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini tentang peran sekolah

dalam pendidikan seks pada anak sekolah dasar III di UPTD SD Negeri 1

Mekarjati kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu. Dari masalah utama

tersebut selanjutnya dirinci dalam permasalahan sebagai berikut:

1. Banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia.

21
2. Kasus pelecehan seksual pada anak di Indramayu menjadi kasus urutan

kedua setelah kasus KDRT menurut PPA cabang Indramayu.

3. Pendidikan seks pada anak masih dianggap tabu.

4. Pendidikan seks tidak diajarkan kepada anak.

5. Ancaman hukuman kasus kekerasan seksual pada anak ringan.

6. Hukuman yang diberikan tidak membuat pelaku jera.

7. Anak usia 8-9 tahun tidak mempunyai tempat untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan mereka.

8. Peserta didik kelas III bermain saling sentuh anggota tubuh yang ditutup

oleh pakaian.

9. Ada peserta didik kelas III mengumbar aurat dihadapan teman-temannya

di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati.

10. Ada peserta didik mengumpat dengan menggunakan istilah alat kelamin

dalam bahasa daerah.

C. Fokus Masalah

Pendidikan seks pada anak sekolah dasar masih perlu perhatian karena

membentuk pemahaman awal tentang seks tidaklah mudah perlu adanya kerja

sama yang baik antara sekolah dan orang tua peserta didik. Peran sekolah

dalam pendidikan seks pada anak sekolah dasar sangat penting untuk bekal

peserta didik menjaga diri dari kejahatan-kejahatan seksual. Dalam penelitian

ini penulis lebih memfokuskan penelitian tentang peran sekolah dalam

pendidikan seks, bentuk pendidikan seks, dan dampak dari pendidikan seks di

sekolah dasar kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati.

D. Perumusan Masalah

22
Beberapa fokus masalah tentang peran sekolah dalam pendidikan seks

pada anak sekolah dasar kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan

Haurgeulis Kabupaten Indramayu telah dirinci. Dari perincian tersebut

selanjutnya dapat diajukan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana peran sekolah dalam pendidikan seks pada anak kelas III di

UPTD SD Negeri 1 Mekarjati?

2. Bagaimana bentuk pendidikan seks pada anak kelas III di UPTD SD

Negeri 1 Mekarjati?

3. Bagaimana dampak dari pendidikan seks pada anak kelas III di UPTD

SD Negeri 1 Mekarjati?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkap peran sekolah

dalam pendidikan seks pada anak kelas III di UPTD SD Negeri 1

Mekarjati. Adapun beberapa tujuan penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran sekolah dalam pendidikan seks pada anak

Kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati.

b. Untuk mengetahui bentuk pendidikan seks pada anak kelas III di

UPTD SD Negeri 1 Mekarjati.

c. Untuk mengetahui dampak dari pendidikan seks pada anak kelas III

di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati.

2. Manfaat Penelitian

23
Temuan-temuan dalam penelitian ini selain untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk dapat

memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis sebagai

berikut:

a) Secara Teoretis, penelitian ini dapat mengetahui peran sekolah dalam

pendidikan seks pada anak sekolah dasar kelas III di UPTD SD

Negeri 1 Mekarjat Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.

Selain itu, penelitian ini dapat mengetahui dampak yang terjadi dari

peran sekolah dalam pendidikan seks di sekolah.

b) Secara Praktis, penelitian ini dapat memberikan pandangan tentang

pendidikan seks untuk peserta didik di sekolah. Menambah wawasan

dan pengalaman dalam penelitian peran sekolah dalam pendidikan

seks pada anak sekolah dasar.

F. Tinjauan Pustaka

Terkait dengan judul penelitian ini yakni peran sekolah dalam pendidikan

seks pada anak sekolah dasar kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu, terdapat beberapa literatur lain

yang peneliti temukan dari hasil penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian Mochamad Bagus Tri Mario Adi (2019) yang berjudul

“Pembentukan Moral Peserta Didik Melalui Pendidikan Seks” (Tesis).

Tesis ini membahas tentang pembentukan moral peserta didik melalui

pendidikan seks (studi multi situs di SDN Sambibulu Sidoarjo dan SDI

Darut Taqwa Surabaya). Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik penyajian data dan

24
analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik pengumpulan

data adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pendidikan seks sangat berperan

dalam perkembangan peserta didik, memberikan pengetahuan akan

seksualitasnya. Dengan demikian dari adanya pendidikan seks

diharapkan dapat membentuk moral peserta didik yang baik. 2) SDN

Sambibulu menyajikan pendidikan seks melalui pembelajaran

terintegrasi dalam materi Pendidikan Agama Islam, serta menyajikan

dalam kegiatan penunjang seperti kajian hari Jum’at dan tradisi

bersalaman antar peserta didik yang sudah baligh dengan guru yang

berlawan jenis hanya sebatas isyarat merapatkan kedua tangan di dada 3)

Faktor pendukung di SDN Sambibulu yaitu adanya materi yang sudah

tersajikan dalam Pendidikan agama islam memudahkan guru dalam

penyampaian pendidikan seks, kemudian faktor penghambatnya adalah

persepsi orang tua dalam menganggap pendidikan seks adalah masalah

yang tabu dan kurangnya pengawasan orang tua di rumah.7

2. Penelitian Lailatul Masruroh (2019) yang berjudul “Peran Orang Tua

dalam Pendidikan Seks Terhadap Anak Usia Dini Pada Keluarga

Muslim Di Kampung Bina Kara Baru Kecamatan Putra Rumbia

Kabupaten Lampung Tengah” (Skripsi). Berdasarkan hasil penelitian ini,

peran orangtua di Kampung Bina Karya Baru orangtua kurang berperan

aktif, disebabkan oleh terbatasnya tingkat pendidikan atau pengetahuan

7
Mochamad Bagus Tri Mario Adi, Tesis: “Pembentukan Moral Peserta Didik Melalui
Pendidikan Seks” (Surabaya:UIN Sunan Ampel, 2019).

25
tentang seks yang dimiliki oleh orangtua, sehingga mengakibatkan

kurangnya peran orang tua untuk memberikan informasi pendidikan seks

yang benar pada anak. Peran orangtua di Kampung Bina Karya Baru

terhadap pendidikan seks pada anak usia dini dalam mengenalkan,

menyampaikan, memberikan dan mengajarkan pendidikan seks pada

anaknya masih banyak yang belum berperan dengan baik sebagaimana

mestinya, dikarenakan faktor penghambat yaitu faktor ekonomi dan

sosial budaya, faktor ekonomi keluarga yang masih rendah, sehingga

orangtua sibuk dengan aktivitas pekerjaan atau mata pencaharian dalam

keseharian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut membuat lalai

tentang pentingnya peran orang tua dalam mengenalkan pendidikan seks

kepada anak sejak usia dini.8

3. Penelitian Peni Wahyu Agustina dan Asri Kusumaning Ratri (2018) yang

berjudul “Analisis Tindak Kekerasan Seksual pada Anak Sekolah Dasar”

(Jurnal). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif

berjenis studi fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan

berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang dilakukan pada dua

lembaga yang menangani kasus kekerasan seksual pada anak sebanyak

lima korban. Hasil penelitiannya adalah: (1) pelaku kekerasaan seksual

pada anak adalah orang dewasa laki-laki yang memiliki kedekatan

dengan anak; (2) faktor penyebab kekerasan seksual pada anak adalah:

(a) kurangnya pengawasan orang tua, (b) kurangnya perhatian dan

kedekatan orang tua terhadap anak, (c) pengasuhan yang kurang


8
Masruroh Lailatul, Skripsi: “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seks Terhadap Anak
Usia Dini Pada Keluarga Muslim Di Kampung Bina Kara Baru Kecamatan Putra Rumbia
Kabupaten Lampung Tengah” (Lampung: IAIN Metro, 2019), vi.

26
seimbang, dan (d) pendidikan seks dasar anak yang sangat terbatas; dan

(3) dampak kekerasan seksual dapat menyebabkan anak kesulitan

berkonsentrasi dalam pelajaran, bahkan ada korban yang nilai

akademiknya turun karena hal ini. Oleh karena itu, pendampingan orang

tua dalam pendidikan seks dasar pada anak diperlukan sebagai langkah

pencegahan anak dari bahaya kekerasan seksual. 9

Persamaan penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan di atas dengan

peneliti adalah tujuan penelitiannya yaitu; (1) Mendeskripsikan peran sekolah

dalam pendidikan seks di sekolah dasar. (2) Objek penelitiannya yaitu,

tentang pendidikan seks pada anak sekolah dasar. (3) Teknik pengumpulan

data, yaitu wawancara observasi, dan dokumentasi. Perbedaannya adalah

penelitian sebelumnya mencari tahu peran orang tua sedangkan peneliti

mencari tahu peran sekolah dalam pendidikan seks pada anak sekolah dasar.

G. Kerangka Pemikiran

Pendidikan seks merupakan pengajaran penyadaran dan penerangan

tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar mengerti

masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan,

sehingga jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur

kehidupan, ia telah mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan

diharamkan.10 Oleh karena itu, pendidikan seks perlu diajarkan di lingkungan

keluarga maupun di lingkungan sekolah. Orang tua dan sekolah mempunyai

9
Peni Wahyu Agustina dan Asri Kusumaning Ratri, “Analisis Tindak Kekerasan Seksual
pada Anak Sekolah Dasar,” STKIP PGRI Tulungagung, no.2 (2018).
10
Suraji dan Sofia Rahmawati, Pendidikan Seks Bagi Anak (Yogyakarta: Pustaka
Fahima,2008), 57.

27
peran penting dalam pembentukan pemahaman awal pendidikan seks pada

peserta didik. Sekolah memiliki peran yaitu kepala sekolah membuat aturan

memisahkan toilet laki-laki dan perempuan, memisahkan plot tempat duduk

laki-laki dan perempuan serta sekolah membuat program kerohanian seperti

kultum hari Jumat, salat Duha, dan BTQ, sedangkan wali kelas memberikan

pendidikan seks melalui kegiatan pembelajaran yaitu pendidikan jasmani

serta membenarkan pemahaman peserta didik yang masih keliru di sela-sela

pembelajaran. Oleh karena itu, peserta didik dapat memahami pendidikan

seks dengan benar.

Sekolah

Pendidikan Seks

Peran sekolah dalam pendidikan Bentuk pendidikan seks di


seks: sekolah:
1. membuat peraturan tentang 1. Kultum hari Jum’at
pembatasan antara laki-laki dan 2. Memisahkan plot tempat
perempuan duduk antara laki-laki dan
2. menumbuhkan rasa malu perempuan
3. membenarkan pemahaman 3. Memisahkan toilet laki-laki
peserta didik yang masih keliru dan perempuan

Pemahaman pendidikan
seks pada peserta didik

1.1 Gambar tabel kerangka pemikiran

28
H. Sistematika Penulisan

Tujuan digunakan sistematika penulisan dalam penelitian adalah untuk

memudahkan peneliti dalam menyusun laporan yang sisteamtis, sehingga

diperoleh deskripsi data yang jelas dan mendetail mengenai hasil dari

penelitian yang sedang dilakukan. Adapun sistematika penulisan dalam

penulisan skripsi ini dibagi kedalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal,

bagian isi, dan bagian akhir. Secara lebih rinci ketiga bagian tersebut dapat

penulis jabarkan sebagai berikut:

1. Bagian awal, bagian ini dapat juga disebut sebagai bagian muka skripsi

yang yang terdiri atas: halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan

keaslian skripsi, lembar pengesahan, moto dan persembahan, kata

pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

lampiran.

2. Bagian Isi, merupakan bagian utama skripsi yang di dalamnya memuat:

a) Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang

masalah, identifikasi masalah, fokus kajian, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,

dan sistemtika penulisan.

b) Bab II Kajian Teoretis. Bab ini terdiri atas uraian tentang teori-teori

atau konsep yang berkaitan dengan hakikat peran sekolah dalam

pendidikan seks, pendidikan seks di sekolah dasar, dan anak sekolah

dasar.

c) Bab III Metodologi Penelitian. Berisi tentang pendekatan dan

metode penelitian, langkah-langkah penelitian meliputi lokasi dan

29
objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,

serta analisis data.

d) Bab IV Hasil Penelitian. Terdiri dari deskripsi umum lokasi

penelitian, temuan penelitian, dan pembahasan terhadap hasil temuan

penelitian. Terdiri dari peran sekolah dalam pendidikan seks pada

anak sekolah dasar kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.

e) Bab V Penutup. Bab terakhir ini berisi kesimpulan, implikasi dan

rekomendasi.

3. Bagian Akhir, dalam skripsi yang penulis susun pada bagian akhirnya

memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

30
BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Peran Sekolah dalam Pendidikan Seks

Peran sekolah adalah memberdayakan dan memajukan sekolah tentu

harus melibatkan seluruh komponen pendidikan seperti kepala sekolah, guru,

dan komite sekolah. Komponen-komponen pendidikan memiliki peran vital

masing-masing dalam pendidikan di sekolah. Salah satunya pendidikan seks

yang masih sering dianggap tabu untuk dibicarakan di sekolah.

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan salah satu ujung tombak yang

berpengaruh dalam memajukan sebuah sekolah. Peran vital yang harus

dilakukan oleh kepala sekolah yaitu:

a) Membentuk hubungan yang harmonis antara sekolah, orang tua,

masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat.

b) Saling membatu antara sekolah dan masyarakat karena adanya

manfaat, arti, dan pentingnya peranan masing-masing.

c) Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada

di masyarakat dan ikut bertanggung jawab atas suksesnya

pendidikan di sekolah.11

Mulyasa mengartikan kepala sekolah sebagai salah satu komponen

pendidikan yang paling berperan dalam memajukan sekolah. Kepala

sekolah merupakan penanggung jawab dari penyelenggaraan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya,

11
E Mulyasa, Menjadi kepala sekolah yang profesional (Bandung: PT Karya Remaja
Rosada, 2011), 187.

31
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana juga sebagai

supervisor di sekolah yang dipimpinnya. Tujuan sekolah yang tercapai

secara efektif dan efesian juga karena kepala sekolah yang menjalankan

perannya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian

motivasi, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi, dan inovasi. Menurut

Mulyasa kepala sekolah dan guru bertanggung jawab atas manajemen

pendidikan di sekolah. 12

Peran kepala sekolah menurut Purwanto ada sepuluh macam, yaitu

sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli, mengawasi hubungan antar

anggota-anggota, mewakili kelompok, bertindak sebagai pemberi

ganjaran, bertindak sebagai wasit, pemegang tanggung jawab, sebagai

seorang pencipta, dan sebagai seorang ayah. Penjabaran peran kepala

sekolah sebagai berikut:

a) Sebagai pelaksana, kepala sekolah menjadi seorang pemimpin tidak

boleh memikirkan kepentingan pribadi. Sebagai seorang pemimpin,

kepala sekolah harus bisa melihat kepentingan bersama.

b) Sebagai perencana, kepala sekolah harus pandai dalam membuat dan

menyusun perencanaan, sehingga dalam bertindak tidak

sembarangan, tetapi memiliki tujuan dan sudah dipertimbangkan.

c) Sebagai seorang ahli, kepala sekolah harus mempunyai keahlian

yang berkaitan dengan tugas jabatannya, sehingga dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik.

12
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesinal dalam Konteks Menyukseskan MBS
dan KBK. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014), 85.

32
d) Mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok, kepala

sekolah harus dapat membangun hubungan yang harmonis antar

anggota sehingga tidak menimbulkan perselisihan dan konflik.

e) Mewakili kelompok, kepala sekolah harus menyadari bahwa nama

baiknya akan berdampak pada nama baik sekolah begitupun

sebaliknya.

f) Bertindak sebagai pemberi ganjaran baik hukuman ataupun pujian.

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah berhak memberikan

penghargaan kepada anggota yang berprestasi dan berhak memberi

hukuman kepada anggota yang melanggar aturan.

g) Bertindak sebagai wasit dan penengah, kepala sekolah sebagai

seseorang yang akan diminta untuk menengahi permasalahan di

sekolah. karenanya, ia harus memiliki sikap netral dan tidak

memihak golongan.

h) Pemegang tanggung jawab para anggota kelompok, sebagai seorang

pemimpin kepala sekolah juga bertanggung jawab atas tindakan

yang dilakukan guru dan stafnya,

i) Sebagai pencipta atau memiliki cita-cita, kepala sekolah hendaknya

memiliki cita-cita yang dapat dicapai untuk memajukan sekolah.

j) Bertindak sebagai ayah, tindakan kepala sekolah terhadap para guru

dan staf baiknya mencerminkan tindakan ayah kepada anaknya yaitu

membimbing dan menyayangi.13

13
Purwanto, Evaluasi Hasi Belajar(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 50.

33
2. Guru Kelas

Peran guru dalam pembelajaran di kelas sangat penting. Menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban untuk:

a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis, dan dialogis

b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan

c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.14

Mulyasa mengidentifikaikan sedikitnya sembilan belas peran guru

dalam pembelajaran yaitu, Guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar,

guru sebagai pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasihat,

guru sebagai inovator, guru sebagai model dan panutan, guru sebagai

pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai penggerak kreativitas, guru

sebagai pandangan, guru sebagai pekerja rutin, guru sebagai pemindah

kemah, guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai aktor, guru sebagai

emansipator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengawet, guru

sebagai kulminator.15 Peran guru saat kegiatan belajar-mengajar menurut

Sofan Amri yaitu, guru sebagai korektor, inspirator, informator,

14
Depdiknas, Undang-undang RI No.20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
15
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan
profesional (Bandung: Rosada Karya, 2007), 37.

34
organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstator,

pengelolaan kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.16

Dilihat dari peran guru di atas, dapat disimpulkan bahwa peran

seorang guru adalah membantu memenuhi semua aspek kebutuhan

belajar-mengajar peserta didik di kelas. Selain mengajar guru juga

dituntut untuk mendidik agar membentuk kepribadiaan peserta didik.

Oleh karena itu, guru harus mempunyai pribadi yang baik agar dapat

menjadi contoh bagi peserta didik.

3. Komite Sekolah

Komite sekolah merupakan struktur yang berisi orang tua atau wali

peserta didik yang bertugas bersama sekolah dalam memajukan mutu

sekolah. Komite sekolah juga memiliki peran penting dalam pengambilan

keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah. Sri Renani

pantjastuti, dkk menyebutkan bahwa komite sekolah memiliki beberapa

peran yaitu:

a) Pemberi Pertimbangan.

Komite sekolah meemiliki peran sebagai badan yang

memberikan pertimbangan kepada sekolah. Dalam hal ini,

pertimbangan tentang merumuskan kebijakan, program, dan kegiatan

sekolah, termasuk juga dalam merumuskan visi, misi, dan tujuan

sekolah.

b) Pemberi Dukungan
16
Sofan Amri. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah dasar dan Menengah. (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakarya,2013), 30.

35
Komite sekolah memiliki peran sebagai badan yang memberikan

dukungan berupa dana, tenaga, dan pikiran berupa gagasan. Tujuan

utamanya yaitu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

c) Melakukan Pengawasan

Komite sekolah memiliki peran sebagai badan yang melakukan

pengawasan sosial kepada sekolah. Pengawasan ini bermaksud agar

hubungan sosial di sekolah berjalan harmonis dan dinamis.

d) Mediator

Komite sekolah sebagai mediator antara sekolah dengan orang

tua dan masyarakat. Peran mediator ini diharapkan akan

terbangunnya hubungan yang baik dan sebagai kunci keberhasilan

upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.17

Faktor utama terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual pada anak

adalah kurangnya pengetahuan serta lemah akan tipu daya, membuat

anak menjadi sasaran paling mudah untuk dijadikan korban. Pendidikan

seks yang kurang diperoleh anak dari orang tua dan sekolah akan

berdampak fatal bagi pemahaman seks pada anak. Peran sekolah sangat

penting dalam membentuk pemahaman seks awal anak. Peran sekolah

itu meliputi peran kepala sekolah, guru, dan komite sekolah yang

bekerja sama membangun pemahaman pendidikan seks pada anak.

B. Pendidikan Seks di Sekolah Dasar


17
Sri Renani pantjastuti, dkk, Komite Sekolah Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan
(Yogyakarta: Hikayat, 2008), 81-83.

36
1. Pengertian Pendidikan Seks di Sekolah Dasar

Pendidikan seks merupakan upaya pengajaran, penyadaran, dan

penerangan tentang masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia

mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan

perkawinan.18 Pada dasarnya pendidikan seks adalah memposisikan

perempuan sebagai perempuan dan laki-laki sebagai laki-laki dalam

fungsi sekualitasnya.19 Melalui tahapan-tahapan pengenalan seks yang

benar, anak dapat melindungi diri dari pelecehan seksual dan

penyimpangan seksual. Pendidikan seks adalah salah satu aspek tersulit

dan terpelik dalam proses mengasuh anak, kesalahan dan pengabaian

paling ringan saja yang dilakukan oleh orang tua ataupun pendidik akan

mendorong anak ke jurang kehancuran.20

Dari beberapa pengertian pendidikan seks dapat disimpulkan bahwa

pendidikan seks merupakan upaya pengajaran untuk meluruskan

pemahaman tentang seks, fungsi biologis kelamin, kehamilan dan

sebagainya. Lebih awal dari itu, untuk anak sekolah dasar dapat

dipahamkan tentang mengenal anggota tubuh, cara merawat, dan

mengetahui fungsi anggota tubuh mereka.

2. Tujuan Pendidikan Seks di Sekolah Dasar

18
Abdullah nasih ulwan, pendidikan seks untuk anak ala nabi (Jakarta: Pustaka Iltizam,
2009), 21.
19
Abu Ubaidah, Kesucian pendidikan seks dalam Islam (Yogyakarta: K-Media, 2020),
11.
20
Ibrahim amini, anakmu amanatnya “rumah sebagai sekolah utama” (Jakarta: Al-Huda,
2006), 8.

37
Menurut Halstead secara garis besar pendidikan seks yang diberikan

sejak dini memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti

pertumbuhan, masa puber, dan kehamilan

b) Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan

c) Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan

seksual

d) Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan

e) Mendorong hubungan yang baik

f) Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual

g) Mengurangi kasus infeksi melalui seks

h) Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan

perempuan di masyarakat.21

Menurut Muhammad Abduh dan Murfiah Dewi Wulandari dalam

jurnal “Model Pendidikan Seks Pada Anak Sekolah Dasar Berbasis

Teori Perkembangan Anak” memiliki sasaran tujuan untuk anak, orang

tua, dan masyarakat. Tujuan pendidikan seks pada anak sekolah dasar

adalah sebagai berikut:

a) Pendidikan seks pada anak sekolah dasar bertujuan untuk

mengenalkan anggota-anggota tubuhnya, sehingga anak mampu

merawat dan menjaga anggota tubuhnya dengan baik.

b) Pendidikan seks pada anak sekolah dasar bertujuan untuk merubah

pola pikir orang tua, guru, dan masyarakat tentang pendidikan seks,

21
M. Roqib, Jurnal: “Pendidikan seks anak usia dini” Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan vol13 No.2 (2008): 271-286.

38
sehingga mereka mampu memeberikan dan mendiskusikan

mengenai pendidikan seks kepada anak sesuai tingkat

perkembangannya.

c) Pendidikan seks pada anak sekolah dasar bertujuan untuk memberi

kesadaran terhadap orang tua, guru, dan masyarakat tentang

pentingnya menjaga anak-anak dari tindakan kekerasan dan

pelecehan seksual.22

Pendidikan seks bukan hanya diajarkan kepada orang dewasa.

Pendidikan seks juga perlu diajarkan pada usia sedini mungkin

mengingat anak-anak juga dapat menjadi korban kekerasan seksual.

Materi pendidikan seks yang diajarkan pada anak sekolah dasar meliputi,

pengetahan fungsi dan cara menjaga anggota tubuh agar tidak terjadi

penyakit di masa yang akan datang serta mengajarkan orang tua, guru,

dan masyarakat untuk dapat memberikan pemaham tentang seks pada

anak dengan benar.

3. Teknik Pendidikan Seks Anak Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar yaitu dari usia 7-12 tahun. Pada usia

tersebut anak akan terus bertanya tentang hal-hal yang belum anak

ketahui, sampai anak dapat menyimpulkan dan mempunyai jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam menyampaikan pendidikan seks

pada anak perlu adanya teknik agar anak dapat merasa nyaman dan

mudah diterima sehingga dapat menyimpulkan dengan benar. Menurut

22
Muhammad abduh dan murfiah Dewi Wulandari, Jurnal: “Model Pendidikan Seks pada
Anak Sekolah Dasar Berbasis Teori Perkembangan Anak” Univversitas Muhammadiyah
Surakarta, ISBN: 978-602-361-045-7 (2016): 409.

39
Nurhayati Syaifuddin dalam jurnal “Pendidikan Seks pada Anak Usia

Dini” menyebutkan teknik pendidikan seks untuk anak sekolah dasar

dengan sebagai berikut:

a) Membantu anak agar ia merasa nyaman dengan tubuhnya

b) Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka

merasakan kasih sayang dari orang tuanya secara tulus

c) Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak

boleh dilakukan di depan umum seperti membuka baju atau celana

seharusnya membuka baju atau celana dilakukan di kamar mandi

atau kamar. Anak diberi tahu tentang hal-hal pribadi yang tidak

boleh disentuh dan dilihat orang lain

d) Mengajarkan anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-

laki dan perempuan

e) Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar

yang mampu menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah

atas bentuk serta fungsi tubuhnya sendiri

f) Mengajarkaan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada

setiap bagian tubuh dan fungsinya

g) Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada

mereka untuk kalau pembicaraan seks adalah pribadi

h) Memberikan dukungan dan suasana kondusif agar anak mau

berkonsultasi kepada orang tua untuk setiap pertanyaan pada tentang

seks

40
i) Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks dengan memberikan

pemahaman kepada anak tentang susunan keluarga (nasab) sehingga

memahami struktur sosial dan ajaran agama terkait dengan pergaulan

laki-laki dan perempuan.23

Nurul Chomaria memberikan metode penyampaian pendidikan seks

dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Seks pada Anak.”

Menurutnya, pembekalan pendidikan seks kepada anak membutuhkan

metode sebagai berikut:

a) Berilah pemahaman tentang seks terhadap anak berdasarkan nilai

agama serta nilai mora sehingga segala sesuatu yang menyangkut

seksualitas langsung dikaitkan dengan ajaran agama

b) Beri rasa aman terhadap anak dengan adanya komunikasi yang baik

c) Sesuaikan penjelasan mengenai seks dengan usia dan tingkat

pemahaman anak

d) Batasi penjelasan atau jawaban hanya pada pertanyaan anak saja,

tidak harus terlalu melebar dan jauh.24

Teknik pendididikan seks untuk anak yang terpenting adalah

membuat anak merasa nyaman dan aman berbicara tentang tubuhnya.

Tahap selanjutnya yaitu, selalu memberikan pemahaman dan contoh

sikap yang dapat membentuk pemahaman anak tentang pendidikan seks.

Teknik dalam menyampaikan pendidikan seks juga sesuai dengan

23
M. Roqib, Jurnal: “Pendidikan seks anak usia dini” Jurnal pemikiran Alternatif
Pendidikan vol13 No.2 (2008): 277.
24
Nurul Chomaria, Pendidikan Seks untuk Anak (Solo: Aqwam, 2012), 16-19.

41
perkembangan anak sehingga bahasanya perlu diperhatikan agar mudah

dipahami oleh anak.

4. Tahapan dalam Pendidikan seks di Sekolah Dasar

Pendidikan seks diajarkan secara bertahap, yaitu dengan tidak

memulai langkah-langkah baru sebelum langkah-langkah sebelumnya

selesai tertanam pada diri anak. Hal ini disesuaikan dengan pertumbuhan

fisik dan jenis kelamin anak.

a) Proses pendidikan seks Islam menurut Madani yang dilakukan

secara bertahap sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan wawasan anak

b) Jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), karena kedua jenis ini akan

berbeda kematangannya dalam masalah seks.25 Menurut para peneliti

kematangan pada perempuan lebih cepat dibandingkan pada laki-

laki. Dalam tahap ini pendidikan seks bagi anak perempuan lebih

ringkas waktunya dibandingkan dengan anak laki-laki karena masa

balig anak laki-laki berkisar antara 13, 14 atau 15 tahun, sedangkan

pada perempuan tingkat kematangan seksnya berkisar antara usia 9

atau 10 tahun.

Adapun tahapan pemberian pendidikan seks pada anak yaitu, usia 6-

9 tahun menurut Syarif ash Shawwaf yaitu diajarkan adab tentang

meminta izin dan menjaga pandangan. Lalu pada usia 10-14 tahun anak

dijauhkan dari hal-hal yang erat kaitannya dengan hubungan seks, serta

25
Madani, Yusuf, Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam Panduan bagi Orang Tua,
Guru, Ulama, dan Kalangan Lainnya. (Jakarta, Pustaka Zahra: 2003), 101.

42
diajarkan kepadanya tentang pengetahuan dasar tanda balig dan mandi

besar.26

Berdasarkan tahap pendidikan seks di atas dapat diartikan bahwa

proses pemberian pendidikan seks pada anak harus sesuai dengan masa

pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia 6-9 tahun anak tentang

tentang adab sedangkan pada usia 10-14 tahun anak diajarkan tentang

tanda-tanda balig. Perlu diperhatikan pula antara anak laki-laki dan

perempuan karena kematangan pada anak perempuan lebih cepat

waktunya dari pada anak laki-laki.

5. Materi Pendidikan Seks di Sekolah Dasar

Perkembangan seks pada manusia bersifat kompleks. Berbeda

dengan binatang yang perkembangan seks hanya untuk mempertahankan

generasi dan dilakukan pada musim tertentu dan berdasarkan dorongan

insting. Pada manusia seksual berkaitan dengan biologis, fisiologis,

psikologis, sosial dan norma yang berlaku.27

Materi pendidikan seks di tingkat sekolah dasar ada di kurikulum

pendidikan jasmani dan kesehatan pada standar kompetensi “Menerapkan

Budaya Hidup Sehat” di kelas V dan VI sedangkan kelas I-IV tergabung

pada pelajaran tematik. Di kelas III sendiri ada pada tema I yaitu

pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup di sub tema 2

pertumbuhan dan perkembangan manusia. Materi yang diajarkan

26
Ash Shawwaf Syarif, ABG Islami Kiat-Kiat Efektif Mendidik Anak dan Remaja
(Bandung: Alfabeta, 2003), 210.
27
Ida Bagus Gde Manuaba, Memahami Kesehatan Reproduksi pada Wanita (Jakarta:
Arcan, 1999), 13.

43
meliputi perbedaan pengertian, contoh, dan sikap menghadapi

pertumbuhan dan perkembangan pada manusia.

C. Anak Sekolah Dasar

1. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun

2010, sekolah dasar adalah salah satu pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan umum. Pendidikan sekolah dasar

ditempuh selama 6 tahun yang ditunjukan pada anak yang berusia 6-12

tahun. Sekolah dasar merupakan sekolah tingkat pertama yang harus

diikuti oleh peserta didik yang berada di Indonesia. Layaknya sebagai

sekolah, sekolah dasar memiliki tujuan besar yang berguna bagi negara

dan peserta didik itu sendiri. Pendidikan sekolah dasar bertujuan sebagai

landasan utama dalam membangun pengetahuan, kecerdasan, dan

kepribadian agar peserta didik dapat mandiri dan dapat melanjutkan ke

jejang pendidikan yang lebih tinggi lagi.28

2. Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Perkembangan pada masa anak-anak akhir merupakan kelanjutan

masa awal remaja. Masa ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba

saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan pada masa

anak-anak akhir ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah

dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar

dalam pola kehidupannya. Oleh karena itu, masuk ke kelas satu

merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan


28
Kurniawan, M.I. (2015) Tri pusat pendidikan sebagai sarana pendidikan karakter anak
sekolah dasar. PEDAGOGI: Jurnal pendidikan, 4(1), 41-49.

44
terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Anak-anak masa

akhir atau sekolah dasar memiliki tugas-tugas perkembangan dalam

perjalanan kehidupannya, antara lain:

a) Perkembangan Fisik

Masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode

pertumbuhan fisik yang lambat dan relative seragam. Masa ini sering

juga disebut sebagai periode tenang sebelum pertumbuhan yang

cepat menjelang masa remaja.

b) Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, pemikiran anak usia sekolah dasar disebut

pemikiran operasional konkret. Operasi adalah hubungan yang logis

antara konsep-konsep atau skema-skema, sedangkan operasional

konkret adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek

dan peristiwa nyata (konkret dan dapat diukur).29

c) Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Dapat diartikan juga sebagai suatu proses belajar

untuk menyesuaikan diri terhadap masyarakat agar dapat bersatu dan

saling bekerja sama.Masa akhir anak-anak merupakan suatu masa

perkembangan di mana anak-anak mengalami sejumlah perubahan-

perubahan yang cepat dan menyiapkan diri untuk memasuki masa

remaja serta bergerak memasuki masa dewasa. Pada masa ini mereka

mulai sekolah dan kebanyakan anak-anak sudah mempelajari

29
Hurlock, Eizabeth B. Psikologi Perkembangan.Alih Bahasa Tjandrasa &
Zarkasih (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), 112.

45
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan manusia, serta mulai

mempelajar berbagai keterampilan praktis.30

d) Perkembangan Moral

Moral adalah kebiasaan, tata cara atau adat. Menurut Santrock

perkembangan moral berkaitan dengan aturan tentang sikap manusia

dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral

bergantung dari perkembangan kecerdasan. Dengan berubahnya

kemampuan menangkap dan mengerti, anak-anak bergerak ke

tingkat perkembangan moral yang lebih tinggi. Pada waktu

perkembangan kecerdasan mencapai tingkat kematangannya,

perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangannya.

Bila hal ini tidak terjadi, maka individu dianggap sebagai orang yang

tidak matang secara moral.31 Untuk itu Kohlberg membagi tahap

perkembangan moral sesuai dengan tingkat kecerdasan menjadi tiga

tingkatan yang masing-masing tingkatan terdapat dua tahap yaitu:

1) Moralitas prakonvensional, aturan dianggap sebagai faktor

eksternal.

(a) Orientasi pada hukuman dan kepatuhan, yaitu menilai

kebaikan dan keburukan berdasarkan konsekuensi yang

diterima.

(b) Orientasi pada pemuasan kebutuhan, yaitu mengikuti aturan

dalam rangka memuaskan orang lain atau mendapatkan

reward.
30
Susanto Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana, 2012). 25.
31
John W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidu.(Jakarta:
Erlangga, 2002). 72.

46
2) Moralitas konvensional, menganggap peraturan sebagai

kesepakatan bersama sehingga aturan perlu ditaati.

(a) Orientasi pada label anak baik, melakukan tindakan moral

dalam rangka mendapatkan penilaian positif dari orang lain.

(b) Orientasi pada mempertahankan aturan sosial, menilai

kebaikan berdasarkan tuntutan masyarakat yang dituangkan

dalam peraturan hukum.

3) Moralitas pasca konvensional, menentukan nilai kebaikan

berdasarkan prinsip keadilan yang universal.

(a) Orientasi pada kesejahteraan manusia, memandang

peraturan dan hukum sebagai alat untuk mencapai

kesejahteraan umat manusia.

(b) Orientasi pada kesadaran sendiri, memandang kebaikan

berdasarkan prinsip etis yang diyakini individu. 32

Menurut uraian di atas anak usia 7-12 tahun masuk dalam

moralitas konvensional karena anak mengikuti peraturan karena

adanya pengaruh dari luar. Pengajaran adalah suatu aktivitas belajar-

mengajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik.

Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola

pengajaran, sedang peserta didik sebagai penerima pengajaran dan

mengubah diri dari pengajaran yang didapat.

e) Perkembangan Bahasa

32
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran .(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004). 85.

47
Budiamin memaparkan perkembangan bahasa pada anak

sekolah dasar umumnya memiliki potensial yang berbeda-beda.

Perkembangan bahasa peserta didik dapat berkembang dengan baik

apabila tercipta pembelajaran yang bersifat efektif. Bahasa

berkembang sepanjang masa sekolah. Peserta didik makin mampu

memahami serta mahir dalam berbahasa secara lisan, tulisan,

maupun bahasa tubuh. Faktor utama perkembangan bahasa peserta

didik yang baik adalah lingkungan yang kondusif sejak dini.33

Berdasarkan penjelasan tentang perkembangan di atas pada

masa perkembangan fisik anak sekolah dasar cenderung lambat dan

dinamis. Pada masa perkembangan kognitif, anak sekolah dasar

cenderung berpikir konkret karena anak akan mudah memahami

ketika dikaitkan dengan perostiwa sehari-hari. Pada masa

perkembangan sosial anak sekolah untuk pertama kalinya belajar

tentang cara bersikap dan bertindak kepada sesama manusia maka

dari itu bimbingan sangat diperlukan. Perkembangan moral anak

sekolah dasar terdapat pada moralitas konvensional yang mana anak

mengikuti peraturan karena adanya pengaruh dari luar. Pada masa

perkembangan moral anak sekolah dasar banyak dibentuk karena

adanya hukuman ketika melanggar aturan. Faktor pendorong utama

perkembangan bahasa anak yang baik dari terbentuknya lingkungan

yang kondusif sejak dini.

3. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

33
M.surya,dkk., Kapita selekta Pendidikan SD. (Jakarta: Universitas terbuka, 2003). 16-
20.

48
Peserta didik tingkat SD umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun

sampai 12 atau 13 tahun, mereka berada pada fase operasional konkret.

Ciri khas yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses

berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih

terikat dengan objek yang bersifat konkret. Objek konkret tersebut adalah

sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra.

Piaget dalam Susanto menyatakan bahwa setiap tahapan

perkembangan kognitif pada anak, mempunyai karakteristik berbeda.

Secara garis besar perkembangan kognitif anak dikelompokkan menjadi

empat tahap, yaitu:

a) Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum

memasuki usia sekolah

b) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan

kognitifnya masih terbatas. Anak masih suka meniru perilaku orang

lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat dan anak

mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu

mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif

c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak

sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, mempunyai

kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan

benda yang bervariasi tingkatannya, selain itu anak sudah mampu

berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa yang

konkret

49
d) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini anak

sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik

pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkordinasikan dua

ragam kemampuan kognitif secara simultan (serentak) maupun

berurutan.34

Sumantri dan Nana Syaodih menyebutkan ciri-ciri karakteristik anak

usia sekolah dasar sebagai berikut:

a) Senang Bermain

Anak usia sekolah dasar umumnya menyukai sekali permaian.

Guru harus dapat mengubah pembelajaran yang rumit menjadi

sebuah permainan yang mudah dipahami oleh anak. Di sini guru

dituntut untuk berkreativitas dan berinovasi dalam membuat

pembelajaran menjadi menyenangkan.

b) Senang Bergerak

Pada usia sekolah dasar perkembangan motorik anak sudah baik

sehingga anak gemar bergerak mencoba hal baru seperti, memanjat

dan melompat. Dalam pembelajaran di ruang kelas guru harus

menyusun rencana pembelajaran yang meembuat anak bergerak

bukan hanya duduk dan menulis saja.

c) Senang Bekerja dalam Kelompok

34
Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta : Prenada
Media Group, 2015), 77.

50
Pada masa ini, hubungan anak sekolah dasar dengan teman

sebaya cendrung baik karena mereka untuk pertamma kalinya

memiliki teman. Guru harus mampu mengajarkan aturan dan

larangan dalam kelompok serta mmemiliki hubungan yang baik

antar anggota kelompok.

d) Senang Merasakan atau Melakukan Seseuatu Secara Langsung.

Pada usia anak sekolah dasar mereka merasa berantusias belajar

hal baru karena memang sekolah dasar merupakan sekolah pertama

bagi mereka. Guru harus mampu mengajarkan anak sekolah dasar

hal-hal baru dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk

merasakan dan mencobanya.35

Berdasarkan penjelasan di atas, karakteristik anak sekolah dasar

berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak mulai dapat

berfikir secara sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa yang

bersifat konkret. Oleh karena itu, anak perlu pembelajaran yang

menyenangkan di sekolah. Memahami materi dengan memberi contoh

peristiwa sehari-hari yang sering peserta didik alami dengan begitu

peserta didik menjadi lebih mudah untuk membentuk pemahamannya

sendiri.

BAB III
35
M. Sumantri dan Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Universitas
Terbuka,2006), 20.

51
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu tata cara, langkah, atau prosedur

yang ilmiah dalam mendapatkan data untuk tujuan penelitian dan kegunaan

tertentu.36 Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi ilmiah yaitu, peneliti sendiri adalah instrumennya. Metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk menyelidiki,

menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan

dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan

melalui pendekatan kuantitatif.

B. Langkah-langkah Penelitian

1. Lokasi dan Objek Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di UPTD SD Negeri 1

Mekarjati. Berlokasi di Jalan Cimandiri, Desa Mekarjati, Kecamatan

Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45264. Objek penelitian

yaitu peserta didik kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan

Haurgeulis Kabupaten Indramayu yang berjumlah 26 orang. Terdiri dari

11 laki-laki dan 15 perempuan pada tahun ajaran 2021/2022.

2. Data dan Sumber Data


36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2018), 2.

52
Sumber data adalah sumber yang diinginkan seseorang peneliti

mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam

sebuah penelitian.37 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

a) Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung

dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.38 Data primer

adalah data yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah kepala sekolah dan

wali kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Hurgeulis

Kabupaten Indramayu.

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data penunjang dan

perbandingan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Sumber

data sekunder adalah data yang secara tidak langsung berkaitan

dengan masalah yang dibahas dan tidak dijadikan bahan utama

dalam analisis penelitian.39 Dalam penelitian ini, sumber data

sekunder yang digunakan yaitu referensi buku serta penelitian

sebelumnya untuk mendukung data-data di atas.

3. Teknik Pengumpulan Data

37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 110.
38
Suharsimi, Arikunto, prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 26.
39
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Prestasi
Pustaka, 2012), 131.

53
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di

sini penulis menggunakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

informasi yang akurat dengan cara antara lain:

a) Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang.

yang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari

seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu.40 Wawancara digunakan oleh peneliti

untuk menilai keadaan, misalnya, untuk mencari data tentang sikap

sesorang terhadap masalah yang dibahas. Proses wawancara ini

dilakukan peneliti dengan mewawancarai kepala Sekolah dan wali

kelas III secara langsung mengenai peran sekolah dalam

pendidikan seks pada peserta didik kelas III di UPTD SD Negeri 1

Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.

b) Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan

terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan tersebut.41 Peneliti

dalam mengamati peran sekolah dalam pendidikan seks terhadap

peserta didik dengan cara terjun langsung ke UPTD SD Negeri 1

Mekarjati untuk melihat seluruh aktivitas yang menjadi fokus

penelitian. Contohnya, kegiatan pembelajaran di UPTD SD Negeri

40
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2010), 180.
41
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), 220.

54
1 Mekarjati dalam menyampaikan pendidi-kan seks terhadap

peserta didik kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati.

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data, mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasati, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya.42

Dokumentasi diperlukan untuk menunjang informasi yang tidak

didapatkan dari teknik wawancara dan observasi. Metode

dokumentasi dalam penelitian ini, penulis gunakan

untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah, keadaan

perekonomian dan sosial budaya peserta didik kelas III di UPTD

SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten

Indramayu.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif difokuskan selama proses di

lapangan, bersamaan dengan pengumpulan data.

Ketika dalam penelitian kualitatif lapangan, peneliti menganalisis

data yang akan diteliti itu sejak sebelum terjun ke Sekolah UPTD SD

Negeri 1 Mekarjati, setelah meneliti di sekolah dan setelah melakukan

keduannya. Dilanjutkan dalam memfokuskan penelitian yang sedang

diteliti di Sekolah bersama dengan mengumpulkan data.

42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 274.

55
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

dimana data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan tentunya dapat

diinformasikan kepada orang lain.43 Teknik analisis data yang penulis

gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis model Milles

dan Huberman yang terdiri dari data reduction, dan display, dan

conclusion atau verification. Reduksi yang berarti merangkum memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data display atau penyajian dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori dan langkah selanjutnya adalah

penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Tahap yang dilakukan dalam penelitian ini pertama, reduction atau

pengumpulan data yang dilakukan dalam observasi dan wawancara dari

kepala sekolah dan wali kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati. Setelah

data terkumpul proses kedua yaitu display atau reduksi data, pada tahap

ini peneliti memilih data yang relevan dan bermakna sehingga fokus pada

data-data yang dapat mengarah untuk memecahkan masalah. Proses ke

tiga yaitu conclusion atau penyajian data, pada tahap ini data yang sudah

dipilih dapat disajikan dalam bentuk tulisan, gambar, grafik, dan tabel.

Proses terakhir yaitu verification atau penarikan kesimpulan, penarikan

kesimpulan ini dapat dilakukan selama proses penelitian berlangsung

yaitu ketika data sudah cukup memadai untuk menarik kesimpulan

sementara. Setelah data sudah benar-benar terkumpul maka dapat ditarik

kesimpulan akhir.
43
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 89.

56
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

57
1. Sejarah UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

UPTD SD Negeri 1 Mekarjati ini didirikan pada tahun 1982. Pada

tahun tersebut masih terdapat satu bangunan gedung yang menjadi pusat

aktivitas kegiatan belajar mengajar. Beberapa bangunan gedung mulai

dibangun sejalan dengan perkembangan pendidikan. Pada saat ini sudah

ada empat bangunan gedung yang terdiri dari ruang kelas 1-6, ruang

perpustakaan, kantor guru, kantor kepala sekolah dan TU, musala, dan

kantin sekolah.

Letak sekolah dasar ini berada di Desa Mekarjati Kecamatan

Haurgeulis. Berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk

membuat sekolah ini menjadi salah satu sekolah terfavorit, bersaing

dengan beberapa sekolah negeri dan swasta tidak membuat UPTD SD

Negeri 1 Mekarjati dilupakan. Berbagai prestasi telah membuktikan

bahwa UPTD SD Negeri 1 Mekarjati dapat bersaing dengan sekolah-

sekolah negeri unggulan yang berada di tengah Kecamatan Haurgeulis.

2. Identitas Sekolah

Setiap sekolah maupun lembaga pendidikan sudah pasti memiliki

identitas sebagai persyaratan sebuah lembaga dibangun dan sebagai

bahan informasi untuk masyarakat, maka di bawah ini identitas UPTD

SD Negeri 1 Mekarjati sebagai berikut:

NO

1 Nama Sekolah UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

2 NPSN 20215785

58
3 Jenjang Pendidikan SD

4 Status Sekolah Negeri

5 Alamat Sekolah Jl. Cimandiri, Babakan Jati No.3

RT/RW 16/05

Kode Pos 45264

Kelurahan Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis

Kabupaten/Kota Indramayu

Provinsi Jawa Barat

Negara Indonesia

6 No. Telp -

7 Posisi Geografis Lintang -6 Bujur 107

8 SK Pendirian 420.10.SIP.032/Kep.26-Sekret

9 Tanggal SK Pendirian 1981-05-05

10 Status Kepemilikan Pemerintah Daerah

11 SK Izin Oprasional NOMOR: 1 TAHUN 2018

12 Tanggal SK Izin 1910-01-10

Oprasional

13 Luas Tanah Milik 1,824 M2

(m2)

14 Email uptdsdi.mekarjati@gmail.com

15 Sumber Listrik PLN

16 Akses Internet Axis

Tabel 1.1 Identitas sekolah UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

59
3. Tujuan, Visi, dan Misi UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Visi, misi, dan tujuan memiliki fungsi penting dalam mengarahkan

cita-cita sebuah organisasi atau lembaga. Sebuah organisasi yang

mempunyai visi, misi, dan tujuan pasti lebih mengetahui arah yang akan

diambil untuk mencapai cita-cita. Begitupun dengan sekolah, disini

peneliti akan menyajikan visi,misi, dan tujuan UPTD SD Negeri 1

Mekarjati yaitu sebagai berikut:

a) Visi Sekolah

Visi merupakan deskripsi luas tentang gambaran masa depan

sebuah lembaga atau organisasi. Gambaran yang ingin UPTD SD

Negeri 1 Mekarjati inginkan di masa depan adalah “Menciptakan

Siswa Yang Religius, Terampil, Sehat Jasmani dan Rohani.”

b) Misi Sekolah

Misi merupakan target yang akan digunakan untuk mencapai

visi. Misi yang digunakan dalam mewujudkan visi UPTD SD Negeri

1 Mekarjati adalah sebagai berikut:

1) Membentuk generasi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak

mulia

2) Meningkatkan mutu lulusan

3) Menyukseskan wajar dikdas 9 tahun

4) Menumbuhkan bakat dan minat siswa

5) Membentuk siswa yang memiliki disiplin tinggi dalam segala

hal

6) Membudayakan hidup bersih dan sehat.

60
c) Tujuan Sekolah

Tujuan merupakan penjabaran tentang cara mencapai misi yang

ingin dicapai sekolah. Tujuan dari penjabaran misi UPTD SD Negeri

1 Mekarjati adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan iman dan taqwa

2) Memajukan dan memperkembangkan ilmu dam pengetahuan

keterampilan untuk kemajuan umat dalam pembangunan

masyarakat, bangsa, dan negara

3) Meningkatkan kualitas pembelajaran

4) Meningkatkan kualitas lulusan

5) Meningkatkan kualitas pendidikan

6) Membiasakan hidup bersih dan sehat

4. Struktur Organisasi Sekolah

Suatu organisasi pasti memiliki yang namanya struktur organisasi,

baik itu pada organisasi pemerintahan, kemasyrakatan, dan pendidikan.

Struktur organisasi memiliki peran penting dalam sebuah organisasi. Salah

satunya struktur organisasi sekolah dibuat untuk memperjelas mengenai

tugas, peran, dan tangungg jawab dari masing-masing komponen

pendidikan. Berikut peneliti menyajikan struktur organisasi dari UPTD SD

Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis yaitu:

Ketua Komite Sekolah Kepala Sekolah


Nandi Sunardi, S.Pd.,MM.Pd
Midrik Santoso, SH NIP.

Bendahara
Kusnen
61
Tata Usaha
Retno Pangastuti

Guru Guru Guru Guru Guru Guru


Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI
Euis Julaeha, Sa’amin, Erma S.R, Nur’alim Kusnen, S.Pd Suhendang,
S.Pd S.Pd S.Pd S.Pd.SD

Tabel 1.2 Gambar Struktur Organisasi UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Tabel struktur organisasi sekolah UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

menunjukkan bahwa antara komite dan kepala sekolah memiliki

kedudukan yang sama untuk memajukan sekolah. Pada bagan dapat

diketahui bahwa pendidik berjumlah 8 orang dengan pesrentase 62,5%

sudah bergelar S1 dan sisanya masih dalam proses studi S1.

5. Keadaan Peserta Didik

Setiap sekolah pasti ingin mempunyai peserta didik yang

berintegritas, berkompeten, dan berprestasi dalam segala bidang,

begitupun dengan UPTD SD Negeri 1 Mekarjati yang berupaya mendidik

62
peserta didik dengan baik sehingga memiliki prestasi yang dapat

dibanggakan. Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2021/2022 yaitu

179 orang. Di kelas 3 berjumlah 26 orang, berikut peneliti berikan data

yang berkaitan dengan keadaan kelas III di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

yaitu:

No Nama Peserta Didik L/P Agama Alamat Pekerjaan

Orang Tua

1 Ahmad L Islam Jl. Buruh

Taufiqurrohman Cimandiri

2 Alfia Syifatul Hidayat P Islam Jl. Karyawan

Cimandiri Swasta

3 Allysa Noviyanti P Islam Jl. Wir Buruh

4 Andrian Nurhafiz Jana L Islam Jl. Galur Buruh

Harapan

5 Azhar Rizki Hidayat L Islam Jl. Buruh

Cimandiri

6 Darmin Wijaya L Islam Jl. Pedagang

Lapangan Kecil

7 Dinda Trisya Azahra P Islam Blok. Tidak

Babakan bekerja

Jati III

8 Dini Luvianti P Islam Jl. Petani

Cisadane

9 Fahri Rizki Aditiya L Islam Jl. Babakan Buruh

63
Maja

10 Fathan Azzaky L Islam Jl. Wiraswasta

Cimandiri

11 Fauzan Hamami L Islam Jl. Buruh

Lapangan

12 Gafrilla Tri Sansheva L Islam Jl. Wiraswasta

Cimandiri

13 Muhammad Rafi L Islam Babakan Pedagang

Akbar Jati III Kecil

14 Nafisa Aulia Desfarni P Islam Blok Buruh

Babakan

Jati III

15 Nailah Levina P Islam Lapangan Pedagang

Kecil

16 Natasya Septia Aulia P Islam Jl. Babakan Buruh

Maja

17 Nurfadlillah P Islam Blok Buruh

Lapangan

18 Putri Zulhaefani P Islam Jl. Wir Karyawan

Swasta

19 Rahma Azzahra Syaila P Islam Jl. Wiraswasta

Lapangan

20 Renata Anindia Putri P Islam Babakan Buruh

Maja

64
21 Rifal Febriansyah L Islam Babakan Buruh

Maja

22 Siti Aisyaeni Fadillah P Islam Lapangan Karyawan

Swasta

23 Tarwi P Islam Blok Buruh

Lapangan

24 Umayah Siti Nurjanah P Islam Jl. Galur Wiraswasta

Harapan

25 Nuke P Islam Jl. Pedagang

Cimandiri Kecil

26 Cinta Oktavia P Islam Blok Buruh

Babakan

Jati III

Table 1.2 Tabel Keadaan Peserta Didik Kelas III UPTD SD Negeri 1
Mekarjati

Dari tabel keadaan peserta didik kelas III UPTD SD Negeri 1

Mekarjati menunjukkan bahwa peserta didik kelas III berjumlah 26 orang

dengan 10 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Semua peserta didik

kelas III beragama Islam. Peserta didik rata-rata berdomisili di

Jl.Cimandiri dan sekitarnya. Pekerjaan orang tua peserta didik kelas III

sebagian besar adalah buruh dan sisanya adalah karyawan swasta dan

pedagang kecil.

6. Struktur Kurikulum

65
Kurikulum sangat penting dalam dunia pendidikan, dari kurikulum

sebuah lembaga pendidikan dapat menempuh kegiatan pengajaran yang

baik dan tercapainya tujuan pembelajaran yang baik, untuk itu peneliti

akan memaparkan susunan kurikulum beserta mata pelajaran yang

digunakan oleh UPTD SD Negeri 1 Mekarjati adalah sebagai berikut:

KOMPONEN MUATAN Kelas dan Alokasi Waktu

PELAJARAN Perminggu

Muatan Nasional I II III IV V VI Jml

A Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti 4 4 4 4 4 4 24

2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5 31

3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7 48

4. Matematika 5 6 6 6 6 6 35

5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3 9

6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3 9

B Kelompok B

7. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4 24

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, 4 4 4 4 4 4 24

66
dan Kesehatan

Muatan Lokal

1. Pendidikan Budi Pekerti 2 2 2 2 2 2 12

2. Bahasa Indramayu 2 2 2 2 2 2 12

Jumlah 34 36 38 40 40 40 228

Table 1.3 Struktur kurikulum UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kurikulum UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis

tahun ajaran 2021/2022 menggunakan kurikulum penyempurnaan dari

kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013. Di kelas III sendiri ada

delapan mata pelajaran, dua diantaranya merupakan mata pelajaran muatan

lokal dengan 36 jam jumlah jam pelajaran perminggunya.

7. Sarana dan Prasarana

Dalam mencapai tujuan pendidikan diperlukan penunjang untuk

menciptakan pembelajaran yang bermakna, penunjang yang diperlukan

yaitu sarana dan prasarana yang lengkap. Berikut peneliti sajikan data

sarana dan prasaran yang dimiliki UPTD SD Negeri 1 Mekarjati sebagai

berikut:

No Jenis Bangunan Jumlah Kondisi Bangunan

Baik Rusak

1 Ruang Kelas 6 

67
2 Ruang Guru 1 

3 Ruang Kepala Sekolah 1 

4 Toilet Guru 3 

5 Toilet Peserta Didik 3 

6 Ruang Perpustakaan 1 

7 Musala 1 

Jumlah 16 13 3

Tabel 1.4 sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati seluruhnya

memliki 16 ruangan dengan 13 ruangan dalam kondisi baik dan 3

ruangan dalam kondisi rusak. Bangunan yang rusak adalah 3 toilet untuk

peserta didik.

B. Temuan Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu, dengan menggunakan

menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi secara

mendalam ditemukan data-data hasil penelitian sebagai berikut:

1. Peran Sekolah dalam Pendidikan Seks pada Anak Kelas III di UPTD

SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten

Indramayu

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak setelah rumah. Di

sekolah anak belajar tentang banyak hal. Peran sekolah dalam pendidikan

seks ini akan sangat berpengaruh dalam membentuk pemahan awal anak

68
mengenai pendidikan seks. Di sekolah anak mendapatkan banyak

pengetahuan yang belum didaptkan di rumah. Anak juga dibimbing oleh

guru untuk berprilaku yang baik.

Peran sekolah begitu besar dalam mendidik penerus bangsa. Salah

satunya peran sekolah dalam meneruskan pemahanman pendidikan seks

yang telah di terima anak bersama orang tua di rumah. Pendidikan seks

yang masih dianggap tabu oleh masyarakat jika diajarkan kepada anak.

Pendidikan seks merupakan pendidikan yang berkelanjutan jika, salah

satu tahap terlewatkan maka pemahaman pendidikan seks yang diterima

akan menyimpang. Penulis mewawancari bapak kepala sekolah UPTD

SD Negeri 1 Mekarjati, beliau mengemukakan bahwa:

“Secara khusus memang tata tertib sekolah mengenai pendidikan seks


tidak ada namun secara umum ada ya seperti tempat duduk dipisahkan
antara laki-laki dan perempuan, kemudian saat berbaris dilapangan
dikelompokkan antara laki-laki dan perempuan, itu aturan-aturannya tapi
tidak tertuliskan”44

Dilanjut mengenai peran sekolah dalam pendidikan seks ini oleh Ibu Erma

selaku wali kelas III, menurut beliau sebagai berikut:

“Saya biasanya selalu memberikan nasihat sebelum pembelajaran dimulai,


terkadang juga saya memberikan nasihat ketika ada permasalahan dikelas
ya kondisional saja. Jika permasalahannya serius saya akan mengundang
orang tua untuk berdiskusi mengenai permasalahan itu. Sejauh ini tidak
ada kasus tentang kekerasaan seksual. Hanya saja perkataan-perkataan
kasar yang masih beberapakali saya dengar. Dan untuk materi pendidikan
seks di kelas III ini ada dipelajaran tematik di tema I Pertumbuhan dan
Perkembangan Makhluk Hidup. Pembahasannya masih sederhana
mengenai perbedaan pertumbuhan dan perkembangan serta contoh-contoh
pertumbuhan dan perkembangan pada manusia serta saya nasihati tentang
44
Wawancara dengan Nandi Sunardi (Kepala Sekolah), Tanggal 12 Desember 2022 jam
09.15 WIB

69
sikap menghadapi pertumbuhan dan perkembangan pada manusia. Seperti
ketika sudah besar anak harus belajar mandiri dan tidak bergantung pada
ayah dan ibunya..45

Selanjutnya peran sekolah dalam pendidikan seks menurut guru PJOK

yaitu:

“Dalam pelajaran PJOK sebenarnya ada materi yang berkaitan dengan


pendidikan seks di kelas III yaitu pada materi hidup sehat, namun
pembelajaranya masih dasar-dasarnya saja yaitu tentang merawat dan
menjaga anggota tubuh saja. Kalau di kelas V dan VI materinya sudah
tentang kesehatan reproduksi.”46

Terakhkir hasil wawancara bersama guru PAI Bapak Ridwan mengenai

peran sekolah dalam pendidikan seks yaitu

“Ya saya berusaha menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak, agar


dapat diterapkan di kehidupan. Terkait dengan pendidikan seks ini saya
mengajarkan tentang batasan aurat, mahram, dan hal-hal yang diharamkan
oleh agama Islam”47

Hasil wawancara dari narasumber mengenai peran sekolah dalam

pendidikan seks pada anak sekolah dasar kelas III di UPTD SD Negeri 1

Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu yaitu, peran

sekolah cukup besar dalam membentuk pemahaman seks pada anak dari

membentuk kebiasaan yang benar seperti, pengelompokan barisan saat

upacara dan senan serta teman semeja. Aturan penggunaan WC dan tata

tertibnya seperti menutup pintu, membersihkan hajatnya, dan tidak

berlama-lama di WC. Dari kebiasaan-kebiasaan itu anak sadar tentang

perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta anak dapat

45
Wawancara dengan Erma Sulistianingsih Rahman (Wali Kelas III), Tanggal 14
Desember 2022 jam 10.00 WIB
46
Wawancara dengan Deni (Guru PJOK), Tanggal 15 Desember 2022 jam 09.00 WIB
47
Wawancara dengan M. Ridwan Sidiq (Guru PAI), Tanggal 16 Desember 2022 jam
09.00 WIB

70
mengelompokkan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Anak juga

sadar dalam menjaga kebersihan dan merawat anggota tubuhnya.

Peran sekolah dalam pendidikan seks juga cukup berpengaruh dalam

meneruskan pemahaman pendidikan seks yang telah diterima di rumah

bersama orang tua. Di sekolah anak selalu dibimbing dan diajarkan oleh

guru untuk membiasakan yang benar. Contohnya ketika anak mengumpat

dengan nama alat kelamin dalam bahasa daerah akan diberikan teguran

dan nasihat agar tidak diulangi kembali. Namun, jika sudah ditegur dan

dinasihati anak masih terus mengulanginya lagi maka wali kelas akan

bertindak untuk memanggil orang tua anak tersebut dan berdiskusi

mengenai masalah anaknya di sekolah.

2. Bentuk Pendidikan Seks pada Anak Kelas III di UPTD SD Negeri 1

Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu

Bentuk pendidikan seks di sekolah memiliki peran penting dalam

membentuk pemahaman anak tentang pendidikan seks. Memberikan

pendidikan seks harus secara bertahap sesuai dengan kematangan usia

anak. Dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia SD harus sangat

diperhatikan dalam memilih bahasa. Bahasa yang digunakan haruslah

bahasa yang dapat dipahami oleh anak. Menurut kepala sekolah bentuk-

bentuk pendidikan seks yang ada di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati adalah

sesebagai berikut:

“Bentuk pendidikan seks di sekolah dasar adalah dengan mulai


mengajarkan edukasi seks pada anak dengan cara memberikan penjelasan
tentang perbedaan jenis kelamin pada anak dan kenalkan secara perlahan
fungsi bagian tubuh mereka.” 48
48
Wawancara dengan Nandi Sunardi (Kepala Sekolah), Tanggal 12 Desember 2022 jam
09.15 WIB

71
Dijabarkan kembali oleh wali kelas III Ibu Erma tentang bentuk-bentuk

pendidikan seks yang dilakukan di dalam kelas yaitu:

“Diluar pelajaran tematik yang membahas tentang pertumbuhan dan


perkemabangan pada manusia saya juga mengenalkan identitas anak
dengan memberitahu perbedaan ciri-ciri tubuh anak laki-laki dan
perempuan serta memberikan pengarahan mengenai bagian tubuh mana
yang tidak boleh disentuh oleh lawan jenis. Jika mendapati anak yag suka
berbicara kotor akan saya nasihati di kelas dan memberikan peringatan
untuk jangan diulang kembali”49

Dijelaskan lagi ketika pada mata pelajaran PJOK mengenai bentuk

pendidikan seks yang disampaikan oleh Bapak Deni sebagai berikut:

“Mengenai aturan yang tertulis memang tidak ada hanya saja


membiasakan anak untuk mengelompakkan dirinya antara laki-laki dan
perempuan seperti pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan
perempuan serta kelompok belajar ketika praktik olahraga dilapangan saya
pisahkan juga. Saya selalu memberikan arahan dalam menggunakan WC
yang benar. Seperti menutup pintu WC ketika digunakan. Memebersihkan
WC setelah digunakan serta melarang anak untuk membuang hajat
sembarangan.”50

Dan hasil wawancara terakhir dalam sudut pandang pelajaran PAI menurut

Bapak Ridwan yaitu:

“Kalau dalam pelajaran PAI di kelas III ini materinya masih umum belum
terlalu rinci tapi kadang juga saya kaitkan serta saya berikan peringatan
agar menjaga aurat dan bermain dengan sewajarnya saja. Setiap hari
Jum’at diadakan kultum Jumat selama 30 menit yang materinya seputar
agama Islam dan tidak jarang berhubungan tentang menjaga sikap dalam
bergaul dengan teman. Selain itu setiap pelajaran PAI saya akan mengajak
anak untuk Salat Duha di musala sekolah untuk membentuk karakter
islami pada anak.”51

Dari hasil wawancara bersama kepala sekolah dan para guru

mengenai bentuk pendidikan seks pada anak kelas III di UPTD SD Negeri

49
Wawancara dengan Erma Sulistianingsih Rahman (Wali Kelas III), Tanggal 14
Desember 2022 jam 10.00 WIB
50
Wawancara dengan Deni (Guru PJOK), Tanggal 15 Desember 2022 jam 09.00 WIB
51
Wawancara dengan M. Ridwan Sidiq (Guru PAI), Tanggal 16 Desember 2022 jam
09.00 WIB

72
1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu yaitu, berupa

peraturan tidak tertulis mengenai peraturan penggunaan WC seperti

menutup pintu WC saat sedang digunakan, membersihkan WC saat selesai

digunakan, tidak membuang hajat sembarangan.52

Bentuk pendidikan seks juga berupa nasihat yang bapak/ibu guru

lakukan kepada siswa yang mengumpat dengan kasar salah satunya

mengumpat dengan nama alat kelamin dalam bahasa daerah. Selain itu.

guru juga menasihati jika ada anak yang bermain berlebihan seperti saling

sentuh anggota tubuh yang tertutup pakaian atau bermain saling membuka

kerudung. Bentuk pendidikan seks berupa pengajaran yang sudah

terintegrasi dalam pelajaran tematik, PJOK, dan PAI. Anak diberikan

pemahaman tentang pendidikan seks dari segi kesehatan dan keagamaan.53

3. Dampak dari Pendidikan Seks pada Anak Kelas III di UPTD SD

Negeri 1 Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu

Sekecil apapun pendidikan seks yang dilakukan sekolah akan

berdampak kepada pemahaman peserta didik. Lambat laun peserta didik

akan memiliki pandangan dalam melakukan sesuatu. Salah satu dampak

yang terlihat menurut kepala sekolah bapak Nandi Sunardi dalam

wawancara sebagai berikut:

“Ya anak sudah mulai mengerti adanya perbedaan dan diterapkan bahwa
dirinya sebagai perempuan dan dirinya sebagai laki-laki dari adanya tata
tertib anak lebih memahami oh ternyata perempuan dan laki-laki harus ada
pemisahnya”54

52
Hasil wawancara dengan Nandi Sunardi (Kepala Sekolah), Tanggal 12 Desember 2022
jam 09.15 WIB
53
Hasil wawancara dengan guru Kelas III, Guru PAI, dan Guru PJOK
54
Wawancara dengan Nandi Sunardi (Kepala Sekolah), Tanggal 12 Desember 2022 jam
09.15 WIB

73
Diperjelas lagi oleh wali kelas III yaitu ibu Erma Suliatianingsih Rahman

dalam wawancaranya, menurut beliau sebagai berikut:

“Ya anak-anak sudah mulai dapat mengikuti nasihat yang saya berikan
salah satunya tidak berbicara kasar, namun perlu dibimbing terus menerus
untuk merubah kebiasaan berbicara kasar itu.”55

Tidak hanya oleh wali kelas III dampak yang dirasakan juga dialami oleh

guru PAI bapak Ridwan, dibawah ini hasil wawancaranya:

“Yang saya lihat anak-anak sudah dapat saling mengingatkan tentang


larangan yang saya berikan, contohnya anak mau menegur teman
perempuan yang duduknya tidak sopan sehingga memperlihatkan auratnya
atau ketika ada anak perempuan yang membuka kerudung di kelas akan
ditegur dan diberikan alasannya bahwa auratnya kelihatan.”56

Dirasakan juga oleh guru PJOK yaitu Bapak Deni dalam wawancaranya

sebagai berikut:

“Anak-anak sudah mulai mengikuti arahan yang saya berikan, seperti tidak
membuang hajat di sembarang tempat, mengikuti peraturan penggunaan
WC, dan mulai sadar untuk merawat kebersihan dan kesehatan dirinya.
Hasil wawancara mengenai dampak pendidikan seks yang telah

diajarkan di sekolah yaitu anak sudah mulai melaksanakan nasihat yang

guru sampaikan seperti anak salah tidak mengumpat saat marah tetapi

belajar beristigfar, anak sudah dapat menegur teman yang terlihat auratnya

Peserta didik sudah mulai melaksanakan peraturan di sekolah contohnya

peraturan tentang penggunaan WC, anak sudah tidak membuang hajat di

sembarang tempat, anak mematuhi aturan penggunaan WC seperti

menutup pintu saat menggunakan WC dan Memebersihkan WC setelah

digunakan Peserta didik juga sudah memiliki pengetahuan pendidikan seks

55
Wawancara dengan Erma Sulistianingsih Rahman (Wali Kelas III), Tanggal 14
Desember 2022 jam 10.00 WIB
56
Wawancara dengan M. Ridwan Sidiq (Guru PAI), Tanggal 16 Desember 2022 jam
09.00 WIB

74
melalui pembelajaran di kelas bersama guru seperti ketika membuka aurat,

kita akan mendapatkan dosa dan ketika kita membuang hajat disembarang

tempat akan mengganggu kesehatan dan lingkungan sekitar.57

C. Pembahasan Temuan Penelitian.

1. Peran Sekolah dalam Pendidikan Seks di UPTD SD Negeri 1

Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu

Peran sekolah juga cukup besar untuk membentuk pemahaman anak

tentang pendidikan seks. Sekolah memiliki peran pengajaran, pemberi

nasihat, membimbing, dan pembuat aturan.58 Pada pembelajaran di kelas

III mengenai pendidikan seks sudah ada di pelajaran tema 1 yaitu,

pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pada pelajaran PJOK di

bab budaya hidup sehat pada materi menjaga kebersihan pakaian dan cara

penggunaan jamban/peturasan dan merawat anggota tubuh. Pada pelajaran

PAI di bab 4 ayo salat secara tidak langsung anak akan belajar tentang

batasan aurat masalah mahram dan pada materi sikap terpuji anak

diajarkan untuk bersikap disiplin, tanggung jawab, dan bersyukur dengan

begitu anak akan belajar menghargai orang lain. Sesuai dengan peran

sekolah dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik. Diluar materi

pembelajaran di kelas guru juga selalu memberikan nasihat dan teguran

sampai sanksi tentang permasalahan yang terjadi pada anak seperti saling

mengumpat dengan bahasa kotor bahkan sampai mengumpat dengan nama

alat kelamin dalam bahasa daerah. Jika ada peserta didik yang memiliki

masalah yang serius seperti bermain saling sentuh bagian tubuh yang
57
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru kelas III, Guru PAI, dan Guru PJOK.
58
E. mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Profesional

75
tertutup pakain maka wali kelas akan memanggil orang tua peserta didik

dan berdiskusi mengenai masalah tersebut. Diharapkan dengan terus

dibimbing dan diberikan pembelajaran tentang pendidikan seks oleh guru,

peserta didik dapat membentuk dan meneruskan pemahamannya sendiri

dari yang telah guru sampaikan di sekolah.

Peran sekolah cukup berpengaruh dalam meneruskan pemahaman

pendidikan seks pada anak. Di sekolah anak selalu dibimbing melakukan

kegiatan yang positif seperti Salat Duha, Kultum Ju'mat, dan Sabtu bersih.

Jika ada anak yang membolos saat ada kegiatan tersebut maka guru tidak

segan untuk menugur dan memberikan hukuman. Di sekolah anak di

tuntut untuk mengikuti tata tertib sekolah dengan begitu anak akan tetbiasa

untuk bersikap menaati aturan dan diharapkan anak dapat menerapkan

sikap disiplin tersebut di manapun. Kegiatan positif tersebut sebenarnya

sudah diterapkan bersama orang tua di rumah. Sekolah hanya meneruskan

kegiatan-kegiatan positif tersebut dilingkup yang lebih besar dari rumah

2. Bentuk-bentuk Pendidikan Seks di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu

Pendidikan seks merupakan pendidikan yang berkelanjutan dari

kecil hingga dewasa nanti. Pendidikan seks tidak selalu disampaikan

dengan cara berceramah saja namun jauh lebih baik pendidikan seks

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kebiasaan untuk

menggunakan pakaian yang menutup aurat jika keluar rumah,

membiasakan peserta didik untuk tidak mengumpat bila sedang marah

tapi, belajar untuk beristigfar. Berdasarkan wawancara bersama kepala

76
sekolah UPTD SD Negeri 1 Mekarjati aturan secara tertulis mengenai

pendidikan seks tidak ada namun peraturan-peraturan tidak tertulis yang

diterapkan ada seperti pemisahan teman semeja serta pemisahan barisan

saat upacara dan senam. Selain itu, saat pelajaran bersama wali kelas juga

selalu diberikan nasihat untuk bermain yang sewajarnya dengan teman.

Kalau dalam pelajaran PJOK anak belajar tentang merawat anggota

tubuh dengan cara berpakaian yang rapih. Anak diajarkan dibiasakan

untuk membuat kelompok berdasarkan teman laki-laki dengan laki-laki

dan perempuan dengan perempuan. Anak juga diberikan pemahaman

tentang pentingnya merawat anggota tubuh dengan cara tidak membuang

hajat sembarangan karena akan merdampak bagi kesehatannya.

Selanjutnya dalam pelajaran PAI anak belajar untuk menjaga aurat

tubuh dan masalah mahram serta hal yang diharamkan dalam Islam, selain

itu ada program kultum Jumat yang materinya membahas mengenai

menjaga aurat, mahram, perbuatan halal dan haram serta dampak ketika

kita melakukannya.

3. Dampak Pendidikan Seks di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu

Hasil dari sebuah pembembelajaran adalah tindakan yang mulai

berubah dari tindakan itu maka akan terlihat dampaknya. Begitupun

dengan ajaran tentang pendidikan seks yang telah bapak ibu guru

sampaikan di sekolah. Menurut hasil wawancara peneliti dengan bapak

kepala sekolah, dampaknya adalah anak sudah dapat mengelompokkan diri

berdasarkan jenis kelaminnya. Misalnyaa ketika anak diperintahkan

77
berbaris anak sudah paham bahwa barisnya sesuai dengan jenis kelamin.

Saat anak perempuan duduk di dalam kelas sudah otomatis akan memilih

duduk semeja dengan teman perempuannya begitupun dengan anak laki-

laki. Tidak jarang ketika diperintahkan untuk duduk bersama teman lawan

jenisnya anak akan menolak. Kesadaran akan adanya perbedaan antara

anak laki-laki dan perempuan sudah ada.

Dampak yang dirasakan oleh wali kelas III anak sudah dapat

memahami hal yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Namun

pengetahuan ini tanpa dibarengi dengan kesadaran untuk bertindak akan

percuma. Tidak sedikit juga masih ada yang menganggap sebagai lelucon

dan wajar dilakukan. Misalnya, bermain saling sentuh anggota tubuh yang

tertutup pakaian, mengumpat teman dengan istilah alat kelamin dalam

bahasa daerah, dan mengumbar aurat dihadapan teman-temannya.

Dalam pelajaran PJOK anak sudah paham tentang perbedaan

antara laki-laki dan perempuan mengenai tugasnya masing-masing. Anak

dapat mengerti tentang perbedaan laki-laki dan perempuan

Menurut guru PAI dampak dari pembelajaran pendidikan seks

yaitu anak sudah mengetahui batasan aurat. Anak juga sudah mulai saling

mengingatkan bila ada teman yang terlihat auratnya. Namun,

pembimbingan harus terus dilakukan karena anak masih mudah

terpengaruh oleh lingkungan luar. Kerja sama antara sekolah dan orang tua

dirumah sangat diperlukan untuk membentuk lingkungan yang kondusif

bagi anak.

78
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran sekolah dalam pendidikan seks di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

Kecamatan Haurgelis Kabupaten Indramayu yaitu, dengan membuat

peraturan untuk menertibkan peserta didik seperti, peraturan penggunaan

WC yang membuat peserta didik tidak membuang hajat di sembarang

tempat. Pemberian nasihat, teguran hingga sanksi ketika ada anak yang

melanggar aturan tersebut atau berbuat yang kurang pantas seperti

mengumpat dengan nama alat kelamin dalam bahasa daerah saat marah.

Pengajaran di dalam kelas, materi tentang pendidikan seks sudah

terintegrasi dalam pembelajaran tema, PJOK, dan PAI yang memberikan

79
pemahaman peserta didik seperti mewajibkkan untuk menutup aurat

karena menjalankan perintah Allah.

2. Bentuk pendidikan seks di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan

Haurgeulis Kabupaten Indramayu yaitu, peraturan tidak tertulis yang

diterapkan seperti pemisahan teman semeja serta pemisahan barisan saat

upacara dan senam. Selain itu, saat pelajaran bersama wali kelas juga

selalu diberikan nasihat untuk bermain sewajarnya saja dengan teman.

Pada pelajaran PJOK anak belajar tentang merawat anggota tubuh

dengan cara berpakaian yang rapih. Anak diajarkan dibiasakan untuk

membuat kelompok berdasarkan teman laki-laki dengan laki-laki dan

perempuan dengan perempuan. Anak juga diberikan pemahaman tentang

pentingnya merawat anggota tubuh salah satu contohnya yaitu, tidak

membuang hajat sembarangan karena akan berdampak bagi

kesehatannya. Pada pelajaran PAI ada program kultum Jumat yang

materinya membahas mengenai menjaga aurat, mahram, perbuatan halal

dan haram serta dampak ketika kita melakukannya.

3. Dampak pendidikan seks di UPTD SD Negeri 1 Mekarjati Kecamatan

Haurgeulis Kabupaten Indramayu yaitu, Kesadaran akan adanya

perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan sudah ada. Peserta didik

sudah dapat memahami hal yang pantas dan tidak pantas dilakukan.

Contohnya anak tidak bermain saling menyentuh anggota tubuh yang

tertutup pakaian, dan anak belajar untuk tidak umpatan tapi beristigfar

saat sedang marah. Peserta didik mulai sadar untuk merawat anggota

tubuhnya dengan benar Contohnya, anak sudah berpakaian dengan rapih

80
dan tidak lupa untuk menutup kancing celana atau rok setelah pergi dari

WC, membuang hajat di WC dan menutup pintu WC tidak lupa untuk

menyiram hajatnya setelah selesai. Peserta didik sudah mengetahui

batasan aurat. Anak juga sudah mulai saling mengingatkan bila ada yang

terlihat auratnya

B. Saran

Hasil penelitian ini menemukan beberapa penemuan yang dapat menjadi

bahan acuan untuk masa depan. Saran dari peneliti untuk sekolah formal

maupun non formal diantaranya sebagai berikut:

1. Sebagai seorang pendidik harus memiliki prilaku yang mulia, baik di

lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sebab perilaku

pendidik yang baik akan menjadi pusat keteladanan peserta didik dalam

berperilaku dan bertindak.

2. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak. Diharapkan

sekolah dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi pesrta didik.

Untuk itu warga sekolah harus saling menghormati dan menyayangi agar

tercipta lingkungan sekolah yang kondusif.

3. Peserta didik dapat lebih peka terhadap masalah yang terjadi saat ini,

belajarlah untuk menjaga diri dari bahaya-bahaya yang mengancam. Ilmu

pengetahuan yang telah diajarkan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Perkembangan teknologi yang semakin canggih akan membuat modus

kekerasan seksual juga semakin berkembang. Diharapkan untuk

81
penelitian tentang pendidikan seks lebih dikembangkan lagi sesuai

dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Daftar Pustaka

Abduh, M dan murfiah Dewi Wulandari. (2016). Model Pendidikan Seks Pada
Anak Sekolah Dasar Berbasis Teori Perkembangan Anak. Jurnal
Univversitas Muhammadiyah Surakarta, ISBN: 978-602-361-045-7 (2016):
409.
Adi, M.B.T.M. (2019). Pembentukan Moral Peserta Didik Melalui Pendidikan
Seks. Tesis. Surabaya: UIN Sunan Ampel
Agustina, P.W. dan Asri Kusumaning Ratri. (2018). Analisis Tindak Kekerasan
Seksual pada Anak Sekolah Dasar. STKIP PGRI Tulungagung.
Amini, Ibrahim. (2006). anakmu amanatnya rumah sebagai sekolah utama.
Jakarta: Al-Huda.
Amri Sofan (2013). Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah dasar dan Menengah.
(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik
Jakarta: Rineka Cipta.
Chomaria, Nurul. (2012). Pendidikan Seks untuk Anak. Solo: Aqwam.
Hurlock, Eizabeth B. (1999) Psikologi Perkembangan.Alih Bahasa Tjandrasa &
Zarkasih. Jakarta: Penerbit Erlangga.

82
Lailatul, Masruroh. (2019). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seks Terhadap
Anak Usia Dini Pada Keluarga Muslim Di Kampung Bina Kara Baru
Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Lampung:
IAIN Metro.
Manuaba, I.B.G. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi pada Wanita. Jakarta:
Arcan.
Mulyana, Deddy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Mulyasa, (2007). Menjadi Guru Profesional menciptakan pembelajaran kreatif
dan profesional. Bandung: Rosada Karya.
Mulyasa, E. (2011). Menjadi kepala sekolah yang profesional. Bandung: PT
Karya Remaja Rosada.
Mulyasa, E. (2014). Menjadi Kepala Sekolah Profesinal dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta:Prestasi Pustaka.
Pantjastuti, S.R. dkk. (2008). Komite Sekolah sejarah dan prospeknya di masa
depan. Yogyakarta: Hikayat.
Rauf, A.A.A. (2018). Al-Qur’an Hafalan Mudah, Bandung: Cardoba.
Rohani, Ahmad. (2004). Pengelolaan Pengajaran .Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Roqib, M. (2008). Pendidikan seks anak usia dini. Jurnal pemikiran Alternatif
Pendidikan vol13 No.2, 271-286.
Roqib, M. (2008). Pendidikan seks anak usia dini” Jurnal pemikiran Alternatif
Pendidikan vol13 No.2, 277.
Sugiyono, (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), 220.
Sumantri, M dan Nana Syaodih. (2006). Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:
Universitas Terbuka.
Suraji dan Sofia Rahmawati. (2008). Pendidikan Seks Bagi Anak Yogyakarta:
Pustaka Fahima.
Surya,M,dkk. (2003). Kapita selekta Pendidikan SD. Jakarta: Universitas terbuka.
Susanto, Ahmad. (2015). Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta :
Prenada Media Group.
Syarif, A.S. (2003). ABG Islami Kiat-Kiat Efektif Mendidik Anak dan Remaja.
Bandung: Alfabeta.
Ubaidah, A. (2020). Kesucian Pendidikan Seks dalam Islam. Yogyakarta: K-
Media.
Ulwan, A.N. (2009) pendidikan seks untuk anak ala nabi. Jakarta: Pustaka
Iltizam.

83
Yusuf, Madani. (2003). Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam Panduan bagi
Orang Tua, Guru, Ulama, dan Kalangan Lainnya. Jakarta, Pustaka Zahra.
Makarim, F.R. Tahap perkembangan anak usia 8-9 tahun. Halodoc.com, diakses
dari, https://www.halodoc.com/artikel/tahap-perkembangan-anak=usia=8-9-
tahun pada tanggal 5 Februari, 2022
Pranita, Ellyvon (2022). Kasus kekerasan seksual semakin terkuak, apa
penyebabnya? Ini kata komnas perempuan. Kompas.com diakses dari
https://amp.kompas.com/sains/read /2021/12/12/130200423/kekerasan-
seksual-semakin-terkuak-apa-penyebabnya-ini-kata-komnas pada 8
Februari 2022.
Sumartiningtyas, H,K,N. (2021). Pelecehan seksual pada anak marak, Psikologi
ingatkan pentingnya pendidikan seksual. Kompas.com, diakses dari
https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/13/110100223/pelecehan-
seksual-pada-anak-marak-psikologi-ingatkan-pentingnya-pendidikan?
page=2 pada 13 Desember 2021.
_ _ _. (2021). Kasus kekerasan masih tinggi KPI Komitmen dampingi perempuan
dan anak. Diakses dari radarcirebon.com, pada 7 Februari, 2022

BIODATA PENULIS

Laila Fajar Musfiroh, lahir pada tanggal 10 Nopember 1999


di Desa Mekarjati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu. Putri kedua dari Bapak Rebiyanto dan Alm. Ibu
Sumari. Alamat rumah Blok Kiarakurung RT.009 RW.004
Desa Situraja Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu. Penulis
menyelesaikan pendidikan tingkat TK di RA Al-Ikhlas cabang
Kiarakurung pada tahun 2005, menamatkan SD di SDN
Kiarakurung pada tahun 2012, menamatkan SMP di SMPN 1 Haurgeulis pada
tahun 2015, menamatkan tingkat SMA di SMKN 1 Gantar pada tahun 2018, serta
melanjutkan pendidikan S1 di STKIP Al-Amin Indramayu, masuk pada tahun
ajaran 2018/2019 dan sedang menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat
menyandang gelar S.Pd.

84
Organisasi yang pernah diikuti selama menempuh pendidikan SD sampai
kuliah adalah: SMP-SMK aktif dalam ekstrakulikuler wajib pramuka. Tahun 2022
telah mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD) di ranting cabang Haurgeulis.
Selama kuliah aktif dalam organisasi PMII dan sudah mengikuti MAPABA di PK
PMII STKIP Al-AMIN serta SIG di STKIP NU Kaplongan. Pernah menjadi
aggota kabinet BEM Al-Amin masa bakti 2019/2020. Pernah menjadi panitia inti
KPUM STIT dan STKIP Al-Amin Indramayu pada periode 2019/2020.
Pekerjaan yang pernah dilakukan selama lulus SMK yaitu; menjadi
Menjadi guru honorer di UPTD SDN 1 Mekarjati dari tahun 2019-sekarang.
Menjadi Pembina pramuka aktif di gugus depan UPTD SDN 1 Mekarjati dari
tahun2020-sekarang.

85
86
87
88
89
90
91
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Variable Sub variable Indikator Sumber Sumber
instrumen pengumpulan
data
Peran 1. Bagaimana 1. Apakah 1. Kepala 1. Wawancara
sekolah peran sekolah sekolah
dalam sekolah memberikan 2. Observasi
pendidikan dalam pendidikan 2. Wali
seks pada pendidikan seks pada anak kelas III
anak seks pada sekolah dasar 3. Dokumentasi
anak kelas III
sekolah
sekolah 3. Peserta
dasar kelas
dasar kelas didik
III III 2. Apakah
kondisi sarana kelas III
dan prasarana
sudah layak
atau tidak

2. Bagaimana 1. Pemahaman
bentuk sekolah tentang
pendidikan pengertian
seks pada pendidikan
anak seks pada anak
sekolah
dasar kelas 2. Pengaruh
III pendidikan
seks pada
perilaku anak

3. Bagaimana 1. Dampak positif


dampak
pendidikan 2. Dampak
seks pada negative
anak
sekolah
dasar kelas
III

92
Wawancara Kepala Sekolah

Tanggal Wawancara : 14 Desember 2022

Waktu wawancara : 10.00 WIB

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan
Nama : Nandi Sunardi, S.Pd.,MM.Pd
Jabatan : Kepala sekolah plt UPTD SD Negeri 1 Mekarjati
B. Hasil wawancara
1. Bagaimana pengertian pendidikan seks untuk anak sekolah dasar?
Jawab: pendidikan seks yang dimaksudkan Menurut pendapat saya
adalah pengenalan secara sederhana mengenai fungsi dan tugas dari
masing-masing gender jadi secara umum dikaitkan dengan pendidikan
bahwasanya anak atau peserta didik ini mengenal dirinya sebagai
gendernya, bila laki-laki ya sebagai laki-laki tugas pokoknya sebagai
laki-laki untuk perempuan juga sama seperti itu mengenai kekhususan
pendidikan seks diawali dari gender perempuan ya karena perempuan
sudah mulai harus dikenalkan lebih dulu seperti yang kita ketahui
bahwasanya Ada masa-masa khusus di gender perempuan Ya
minimalnya usia 10 sampai 12 tahun sudah mengalami menstruasi dan
harus disampaikan kepada anak. Tapi kalau secara kompleksnya
mengenai anatomi tubuhnya dan lainnya
2. Apakah pernah terjadi kasus pelecehan ataupun kekerasan seksual?
Jawab: bentuk pendidikan seks di sekolah dasar adalah dengan Mulai
mengajarkan edukasi seks pada anak dengan cara memberikan
penjelasan tentang perbedaan jenis kelamin pada anak dan kenalkan
secara perlahan fungsi bagian tubuh mereka.
3. Adakah tata tertib di sekolah yang berkaitan tentang pendidikan seks?
Jawab: tata tertib secara tertulis tidak ada, namun aturan tidak tertulis
ada misalnya pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan
begitu juga dengan Barisan saat upacara dan senam.

93
4. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana dalam menunjang
pendidikan seks pada anak kelas III?
jawab: sarana dalam menunjang pendidikan seks seperti toilet siswa
untuk saat ini dalam kondisi rusak toilet siswa bergabung dengan toilet
guru.
5. Bagaimana pemahaman pendidikan seks pada anak kelas III?
Jawab: ya anak sudah mulai mengerti adanya perbedaan dan
diterapkan bahwa dirinya sebagai perempuan dan dirinya sebagai laki-
laki dari adanya tata tertib anak lebih memahami Oh ternyata
perempuan dan laki-laki harus ada pemisahnya.

94
Wawancara Guru

Tanggal Wawancara : 14 Desember 2022

Waktu wawancara : 10.00 WIB

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan
Nama : Erma Sulistianingsih Rahma, S.Pd
Jabatan : Wali Kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati
B. Hasil wawancara
1. Bagaimana pengertian pendidikan seks untuk anak sekolah dasar?
Jawab: ia menurut saya pendidikan chef itu sebenarnya lebih mengarah
kepada anak kelas tinggi yang sudah mulai mengalami pubertas
Sedangkan untuk anak kelas rendah ini hanya pengenalan pengenalan
awal tentang anggota tubuh mereka saja.
2. Bagaimana bentuk pendidikan seks yang diajarkan di kelas III?
Jawab: Pembelajaran di dalam kelas ada di tema 1 pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup dan sub tema 1 ada materi pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Saya selalu membimbing anak- anak jika
ada yang melanggar aturan akan saya tegur dan nasihati.
3. Adakah tata tertib di sekolah yang berkaitan tentang pendidikan seks?
Jawab: tata tertib tertulis tidak ada namun saya menerapkan peraturan
di kelas tentang izin ke toilet harus ditemani satu orang dan tidak boleh
ada yang izin ke toilet bersama-sama atau rombongan dikhawatirkan
nanti anak malah bermain-main di toilet.
4. Bagaimana pemahaman pendidikan seks anak kelas III?
Jawab: menurut saya anak kelas 3 ini sudah bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk namun pendampingan perlu dilakukan
karena anak-anak masih mudah terpengaruh dari pergaulan lingkungan
di luar.
5. Bagaimana pengaruh pendidikan seks pada perilaku anak di kelas III?

95
Jawab: anak Jawab: ya anak dapat mengetahui alasan dibuatnya
peraturan seperti itu sehingga anak paham Hal apa yang baik dilakukan
dan tidak baik untuk dilakukan.

96
Wawancara Guru

Tanggal Wawancara : 15 Desember 2022

Waktu wawancara : 10.00 WIB

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan
Nama : Deni, S.Pd
Jabatan : Guru PJOK UPTD SD Negeri 1 Mekarjati
B. Hasil wawancara
1. Bagaimana pengertian pendidikan seks untuk anak sekolah dasar?
Jawab: Menurut pendapat saya, pendidikan seks secara spesifik itu
adalah pendidikan yang membahas tentang perbedaan antara laki-laki
dan perempuan berdasarkan biologisnya.
2. Bagaimana bentuk pendidikan seks yang diajarkan di kelas III?
Jawab: membiasakan anak untuk mengelompokkan dirinya antara laki-
laki dan perempuan seperti kelompok belajar ketika praktik olahraga di
lapangan saya pisahkan.
3. Adakah tata tertib di sekolah yang berkaitan tentang pendidikan seks?
Jawab: di tata tertib tertulis tidak ada, hanya peraturan secara lisan saja
tentang ya tidak boleh berkata kasar dan tidak boleh bermain yang
berlebihan seperti anak-anak laki-laki yang suka iseng menggoda anak
perempuan.
4. Bagaimana pemahaman pendidikan seks anak kelas III?
Jawab: anak-anak sudah paham dan mengerti masalah pengelompokan
antara laki-laki dan perempuan misalnya ketika berbaris dan membagi
kelompok anak sudah dapat membentuk kelompoknya sendiri sesuai
dengan jenis kelaminnya.
5. Bagaimana pengaruh pendidikan seks pada perilaku anak jawab: anak
sudah tahu batasan antara laki-laki dan perempuan namun yang perlu
dibimbing terus karena ya pergaulan anak sekarang sudah luas Apalagi
sudah memiliki hp kadang masih ditemukan bahasa bahasa yang tidak
pantas untuk diucapkan

97
Wawancara Guru

Tanggal Wawancara : 16 Desember 2022

Waktu wawancara : 09.00 WIB

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan
Nama : Muhamad Ridwan Sidiq
Jabatan : Guru PAI UPTD SD Negeri 1 Mekarjati
B. Hasil wawancara
1. Bagaimana pengertian pendidikan seks untuk anak sekolah dasar?
Jawab: ya Saya sedikit tahu mengenai pendidikan seks pendidikan waktu
itu Ilmu yang membahas tentang Kesehatan Reproduksi namun lebih luas
dari itu pendidikan seks juga membahas tentang sikap moral dan perilaku
peserta didik.
2. Bagaimana bentuk pendidikan seks yang diajarkan di kelas III?
Jawab: ya Saya mengerjakan pada anak di kelas menggunakan metode
ceramah untuk kelas 3 ini materinya masih sebatas menjaga aurat dan hal
yang tidak boleh dilakukan antara lawan jenisnya Nah dari materi itu
saya sisihkan pendidikan seks hanya sebatas pengetahuan dasar untuk
anak SD saja. Lalu sekolah juga memiliki program keagamaan seperti
salat Dhuha dan kultum hari Jumat yang materinya juga sering tentang
pergaulan dan tingkah laku anak.
3. Adakah tata tertib di sekolah yang berkaitan dengan pendidikan seks?
Jawab: ya Saya mengerjakan pada anak di kelas menggunakan metode
ceramah untuk kelas 3 ini materinya masih sebatas menjaga aurat dan hal
yang tidak boleh dilakukan antara lawan jenisnya Nah dari materi itu
saya sisihkan pendidikan seks hanya sebatas pengetahuan dasar untuk
anak SD saja. Lalu sekolah juga memiliki program keagamaan seperti
salat Dhuha dan kultum hari Jumat yang materinya juga sering tentang
pergaulan dan tingkah laku anak.
4. Bagaimana pemahaman pendidikan seks anak kelas III?

98
Jawab: ya anak sudah mengetahui hal apa saja yang tidak pantas
dilakukan antara lawan jenis tapi masih perlu pengawasan dan bimbingan
soalnya kadang anak gampang terpengaruh oleh hal-hal buruk contohnya
berkata kasar atau permainan yang berlebihan dengan lawan jenisnya.
5. Bagaimana pengaruh pendidikan seks pada perilaku anak di kelas III?
Jawab: pengaruhnya ya anak paham tentang dirinya dan perilaku apa saja
yang tidak pantas dilakukan titik tapi bisa jadi ketika kita melarang
sesuatu kepada anak anak akan semakin penasaran dan ingin tahu ketika
tidak ada bimbingan dan maka dikhawatirkan anak akan salah dalam
memahaminya.

99
Wawancara Peserta didik kelas III

Tanggal Wawancara : 19 Desember 2022

Waktu wawancara : 09.15

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan
Nama : Fathan
Jabatan : Peserta Didik Kelas III UPTD SD Negeri 1
Mekarjati
B. Hasil wawancara
1. Apakah tahu bagian anggota tubuh mana saja yang tidak boleh di
sentuh oleh orang lain?
Jawab: kepala, dada, dan alat kelamin
2. Apakah tahu Batasan aurat laki-laki dan Perempuan?
Jawab: laki-laki dari perut sampai litut kalua Perempuan dari ujung
kepala sampai ujung kaki
3. Dari mana adik tahu tentang anggota tubuh yang tidak boleh di sentuh
dan batasan aurat?
Jawab: pak Ridwan
4. Apakah pengetahuan yang tadi disebutkan diterapkan?
Jawab: ya saya terapkan juka keluar rumah harus memakai baju yang
sopan.

100
Wawancara Peserta didik kelas III

Tanggal Wawancara : 19 Januari 2023

Waktu wawancara : 09.25

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan
Nama : Gaffi
Jabatan : Peserta Didik Kelas III UPTD SD Negeri 1
Mekarjati
B. Hasil wawancara
1. Apakah tahu bagian anggota tubuh mana saja yang tidak boleh di
sentuh oleh orang lain?
Jawab: bagian yang tertutup oleh pakaian
2. Apakah tahu Batasan aurat laki-laki dan Perempuan?
Jawab: laki-laki dari badan sampai lutut kalua Perempuan kepala,
badan dan kaki juga.
3. Dari mana adik tahu tentang anggota tubuh yang tidak boleh di sentuh
dan batasan aurat?
Jawab: dari mamah dan pak Ridwan
4. Apakah pengetahuan yang tadi disebutkan diterapkan?
Jawab: iya tidak membuka pakaian di sembarang tempat.

101
Wawancara Peserta didik kelas III

Tanggal Wawancara : 19 Januari 2023

Waktu wawancara : 09.35

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan

Nama : Andrian

Jabatan : Peserta Didik Kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

B. Hasil wawancara

1. Apakah tahu bagian anggota tubuh mana saja yang tidak boleh di sentuh
oleh orang lain?
Jawab: bagian badan dan alat kelamin
2. Apakah tahu Batasan aurat laki-laki dan Perempuan?
Jawab: laki-laki dari perut sampai lutut kalau Perempuan semuanya
kecuali muka dan telapak tangan
3. Dari mana adik tahu tentang anggota tubuh yang tidak boleh di sentuh
dan batasan aurat?
Jawab: dari mamah dan guru di sekolah
4. Apakah pengetahuan yang tadi disebutkan diterapkan?
Jawab: iya dirumah juga dan di sekolah juga dengan memakai pakaian
yang sopan.

102
Wawancara Peserta didik kelas III

Tanggal Wawancara : 19 Januari 2023

Waktu wawancara : 09.45

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan

Nama : Putri

Jabatan : Peserta Didik Kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

B. Hasil wawancara

1. Apakah tahu bagian anggota tubuh mana saja yang tidak boleh di sentuh
oleh orang lain?
Jawab: semuanya apalagi kalua sama orang yang tidak dikenal atau
teman laki-laki
2. Apakah tahu Batasan aurat laki-laki dan Perempuan?
Jawab: Perempuan semuanya kalua laki-laki semuanya juga tapi kepala
ngga termaksuk
3. Dari mana adik tahu tentang anggota tubuh yang tidak boleh di sentuh
dan batasan aurat?
Jawab: dari guru di sekolah
4. Apakah pengetahuan yang tadi disebutkan diterapkan?
Jawab: kalua di rumah ngga pake kerudung kalua mau pergi-pergi atau
berangkat sekolah pakai kerudung

103
Wawancara Peserta didik kelas III

Tanggal Wawancara :19 Januari 2023

Waktu wawancara : 09.55

Tempat : UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

A. Identitas Informan

Nama : Allysa

Jabatan : Peserta Didik Kelas III UPTD SD Negeri 1 Mekarjati

B. Hasil wawancara

5. Apakah tahu bagian anggota tubuh mana saja yang tidak boleh di sentuh
oleh orang lain?
Jawab: badan
6. Apakah tahu Batasan aurat laki-laki dan Perempuan?
Jawab: laki-laki dari perut sampai kaki kalua Perempuan semuanya
7. Dari mana adik tahu tentang anggota tubuh yang tidak boleh di sentuh
dan batasan aurat?
Jawab: dari mamah dan guru di sekolah
8. Apakah pengetahuan yang tadi disebutkan diterapkan?
Jawab: iya tapi kadang di rumah ngga pakai kerudung pakai kerudungnya
kalua pergi sekolah dan mengaji saja.

104
Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Bapak/ibu Guru

105
Wawancara dengan peserta didik kelas III

106

Anda mungkin juga menyukai