Anda di halaman 1dari 78

IMPLEMENTASI KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KELAS IV DI


MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HIDAYAH
KOTA JAMBI

SKRIPSI

RISKA AMELIA
NIM.204190004

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023

1
IMPLEMENTASI KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KELAS IV DI
MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HIDAYAH
KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


pendidikan

RISKA AMELIA
NIM.204190004

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023

2
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya sehingga, penulis dapat
menyelesaikan pendidikan serta karya ilmiah dengan rasa penuh tanggung jawab
dan sholawat berangkaikan salam tak terhingga selalu tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW , Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Alm. Ambok Sessuk bin Sammeng yang biasanya penulis sebut dengan
sebutan fuang ambok atau kakek yang memotivasi penulis untuk terus lanjut
kependidikan yag lebih tinggi dan berhasil membuat penulis bangkit dari kata
menyerah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagaimana
perwujudan terakhir dari penulis untuknya sebelum beliau kembali
kerahmatullah. Terima kasih sudah mengantarkan penulis berada ditempat
ini,meskipun pada akhirnya perjalanan ini harus penulis lewati tanpa engkau
temani lagi.
2. Kedua orang tua tercinta yakni Ambok Ngandro dan Besse Rosnaini, terima
kasih tak terhingga sudah melahirkan,merawat dan membesarkan penulis
dengan penuh cinta, selalu berjuang untuk kehidupan penulis, memanjatkan
doa luar biasa untuk anaknya serta kerja keras mati matian agar penulis bisa
mendapat gelar sarjana.
3. Keluarga besar ibu dan keluarga besar bapak tersayang yang sangat
bersemangat mendoakan dan mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini.

3
MOTTO

“Terus mengeluh hanya akan menunjukkan betapa lemahnya dirimu”

(Monkey D Luffy)

4
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena telah


melimpahkan rahmat-nya berupa kesehatan, kesempatan, dan pengetahaan
sehingga skripsi ini dapat dirampungkan. Shalawat dan salam atas Nabi
Muhammad SAW pembawa risalah pencerahan bagi manusia. Penulisan skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik guna mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian
skripsi ini tidak terlepas dari pihak yang memberikan motivasi baik moral maupun
material, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. H. Su’aidi Asyari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
2. Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., M. El, Dr. As’ad, .M.Pd, Dr. Bahrul Ulum, MA,
selaku Warek I, II, III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd. I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Dr.Risnita, M.Pd, Dr. Najmul Hayat, M.Pd.I dan Dr. Yusria, S.Ag, M.Ag
selaku Wadek I, II,III Fakultas Tabiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
5. Ibu Ikhtiati, M.Pd.I selaku ketua Prodi dan Ibu Nasyariah Siregar, M.Pd.I
selaku sekretaris prodi, serta seluruh dosen prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
6. Bapak Dr.Mahluddin, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nasyariah
Siregar, M.Pd.I selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan mencurahkan pemikirannya mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pemilihan penerima beasiswa
bidikmisi tahun 2019 yang telah memberikan penulis kesempatan

5
mendapatkan beasiswa tersebut sehingga penulis dapat melanjutkan
pendidikan S1 dan dapat membuktikan bahwa dibalik keterbatasan ekonomi
seseorang mampu mewujudkan impian jika sudah terbesit didalam hati “jika
kita mau mengejar ilmu pasti akan selalu ada jalan yang terbuka”
8. Ibu Dra. Hj. Nikmatus Saidah, M.Pd selaku kepala madrasah dan ibu Nur Ilmy
Desaryanty S.Pd selaku wali kelas IV, serta seluruh siswa siswi kelas IV di
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Hidayah Kota Jambi yang telah membantu
dan memberikan kemudahan data dilapangan
9. Abi Habil Maulida Ibrahim dan Ummi Zumaila Izdiyana,HQ serta seluruh
santri Ponpes Anwarul Muwajahah yang yang selalu memanjatkan
doa,memberikan semangat dan dukungan
10. Kak Rizki Indah Oktalia S.Pd dan Kak Andi Naga Wulan S.Pd yang selalu
membersamai meniti pahitnya kehidupan hingga diusia penulis sekarang,
terima kasih sudah menguatkan dan menjadi panutan.
11. Teman-teman seperjuangan kelas A PGMI angkatan 2019 yang menemani
pahit manisnya perjuangan dalam menimba ilmu dikelas
12. Teruntuk para sahabat tercinta, yang selalu memberikan motivasi, semangat,
dan dukungan tanpa henti sehingga secara tidak langsung membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Teruntuk Sitti Juhriah, Sagita Nugraha S.Pd,
Nurmala Sari, Hervika, Novi Alyati, Wanda Gustina Sari, Besse Nurmillah,
Fitri Ana, Dewi Suryanti, Eka Lovita Sari, Metia Vinli, Yusria, Andi Maryam,
Musytira, geng alumni SD otw sarjana,pasukan bocil, geng keluarga cemara
kalian adalah orang orang pilihan yang selalu berada dibalik layar,
membersamai dalam perjuangan dan selalu mau direpotkan, terima kasih
semoga dilancarkan hingga mencapai gelar sarjana.
Jambi, 21 Juni 2023
Penulis

Riska Amelia
204190002

6
ABSTRAK

Nama : Riska Amelia


Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Implementasi Keterampilan Abad 21 Dalam Pembelajaran
Tematik Pada Kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Hidayah Kota Jambi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan


implementasi keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik pada
kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Kota Jambi. Aspek
yang diamati dalam implementasi keterampilan abad 21 meliputi
bagaimana proses implementasi keterampilan abad 21 didalam
pembelajaran tematik, apa saja faktor yang mempengaruhi
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik dan bagaimana
upaya mengatasi permasalahan dalam mengimplementasikan
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus
dan bersifat deskriptif. Lokasi penelitian dilaksanakan di kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Kota Jambi. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi,wawancara dan dokumentasi.
Data dianalisis melalui analisis domain, analisis taksonomi, analisis
komponensial, amalisis temakultural. Teknik pemeriksaan keabsahan
data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa guru

7
ABTRACT

Name : Riska Amelia

Study Progam : Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education (PGMI)

Thesis Title :

8
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

9
DAFTAR GAMBAR

10
11
DAFTAR LAMPIRAN

12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta.(Kulle, 2006). Sebagaimana telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an
tentang arti penting pendidikan berikut ini: (surah Al-Mujadilah ayat 11)

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini menerangkan keutamaan orang-orang yang berlapang-lapang


dalam majelis. Bahwa Allah akan memberikan kelapangan untuk mereka. Ayat ini
juga menunjukkan keutamaan ahli ilmu. Bahwa orang-orang yang beriman dan
berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam
Tafsir Al Munir menjelaskan, tingginya derajat itu akan didapatkan oleh orang-
orang yang berilmu baik di dunia maupun di akhirat.

Sejalan dengan ayat tersebut dapat dilihat bahwa saat ini kita sedang
dihadapkan dengan abad 21 dimana seluruh manusia dituntut untuk menuntut

13
ilmu lebih untuk menghadapi zaman khususnya abad 21. Karena Abad ke-21
dikenal dengan masa industri “industrial age” dan juga masa pengetahuan
“Knowledge age” dalam hal ini semua upaya pemahiran keterampilan melalui
pembiasaan diri dan juga pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai hal dengan
pengetahuan. Namun pengetahuan saja tidak cukup untuk menghadapi era abad 21
karena disamping pengetahuan, keterampilan juga harus dikembangkan dengan
seimbang untuk menghadapi zaman abad 21, pada revolusi industry ini sistem
pembelajaran harus yang inovatif dengan keterampilan abad 21 sehingga mampu
meningkatkan kelulusan dengan keterampilan abad 21 (Hanifa Mardhiyah et al.,
2021)

Abad 21 merupakan abad dimana pengetahuan dan perkembangan informasi


maju begitu cepat, laju pengetahuan tersebut meliputi berbagai bidang salah
satunya pendidikan. Abad 21 menuntut peningkatan keterampilan siswa yang
disebut keterampila abad 21. (Etistika Yuni Wijaya et al., 2016) Hal ini sejalan
dengan karakteristik skills masyarakat abad ke-21 yang dipublikasikan oleh
Partnership of 21st Century Skill mengidentifikasikan bahwa pembelajaran pada
abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan kompetitif yang
diperlukan pada abad ke-21 yang berfokus pada pengembangan
keterampilan,seperti (critical thinking, communication, collaboration and creative
thinking. Keempat keterampilan tersebut biasa dikenal dengan sebutan
keterampilan abad 21 atau lebih dikenal dengan sebutan 4C.(Prihadi, 2018)
Keterampilan abad 21 yang pertama, Critical Thinking ( berpikir kritis ),
Johnson mengemukakan bahwa tujuan sesorang berpikir kritis ialah untuk
mencapai pemahaman yang lebih dalam. Selain itu kritis merupakan cara berfikir
teratur yang melibatkan pengetahuan, metode,penyelidikan, penalaran logis, serta
kecendrungan untuk menyelesaikan dan mempertimbangkan masalah secara
bijaksana Sehingga berbagai pertanyaan akan timbul untuk dapat menemukan
sebab dan akibat yang terjadi. (Prihadi, 2018). Berdasarkan hasil obsevasi peneliti
melihat cara guru dalam mengimplementasikan keterampilan Critical Thinking
( berpikir kritis ) yakni siswa kelas IV ditugaskan untuk membaca teks cerita

14
tentang kisah pahlawan pejuang nusantara pada pembelajaran tematik muatan
bahasa Indonesia,lalu anak diberi kesempatan untuk menyimpulkan informasi
yang didapat melalui teks bacaan, dan menjawab soal yang guru berikan sehingga
siswa dapat meningkatkan wawasan, menambah pengetahuan, melatih berfikir
kritis, serta memecahkan masalah dan mencapai indikator keterampilan Critical
Thinking ( berpikir kritis ) yaitu mampu memberikan kesimpulan dari data yang
tersedia,mampu menjawab pertanyaan.
Comunication (komunikasi), Komunikasi dapat dimaknai sebagai proses
seseorang maupun kelompok orang menciptakan serta menggunakan sejumlah
informasi agar saling terhubung dengan lingkungan sekitar (Prihadi, 2018),
Memasuki abad 21 yang serta teknologi tidak menjadikan siswa lebih kreatif dan
berdaya saing akan tetapi melemahkan keterampilan komunikasi siswa. Penelitian
Weaver & Pier diperkuat oleh survey yang dilakukan NACE (National
Association of Colleges and Employeers) pada tahun 2019 mengindikasikan
bahwa sebanyak 67,5% siswa memiliki keterampilan komunikasi yang rendah.
Rendahnya keterampilan komunikasi dapat berpengaruh pada kemampuan
memproses informasi, kesulitan mengintegrasikan pikiran dan ucapan, dan
kesulitan beradaptasi dengan lingkungan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat guru telah
mengimplementasikan keterampilan Comunication (komunikasi), dengan
menekankan budaya komunikasi yang baik, baik itu dari segi penyampaian
maupun bahasa seperti membedakan cara berbicara antara guru dan temannya,
selanjutnya dalam pembelajaran tematik muatan bahasa Indonesia materi
membaca puisi guru meminta siswa untuk maju didepan kelas ,namun guru
terlebih dahulu mencontohkan cara membaca puisi dengan baik, selanjutnya siswa
akan mempraktekan membaca puisi dengan suara yang lantang dan bersemangat
sehingga hal ini mencapai indikator keterampilan Comunication (komunikasi)
yakni siswa mampu berkomunikasi dengan baik, percaya diri dalam
menyampaikan gagasan baik lisan maupun tulisan serta mampu berinteraksi,
Collaboration (kolaborasi) Keterampilan kolaborasi adalah proses belajar
yang diterapkan secara bersama-sama untuk menyatukan perbedaan pendapat

15
serta pemikiran untuk medengarkan saran dalam diskusi kelompok maupun kelas
dan mendukung satu sama lain (Juliyantika & Batubara, 2022). Keterampilan
kolabaorasi dapat melatih siswa untuk bersinergi, bekerja sama, bertanggung
jawab dengan diri sendiri atau orang lain. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil
penelitian PISA (Programme for International Students Assessment),menyatakan
bahwa keterampilan kolaborasi merupakan keterampilan yang penting untuk
mendorong keberhasilan seseorang dan juga dapat meningkatkan aspek sosial.
(Nadhiroh & Trilisiana, 2020). Berdasarkan hasil obsevasi peneliti melihat cara
guru dalam mengimplementasikan keterampilan kolaborasi dengan cara mengajak
siswa membentuk kelompok yang dipilih secara berhitung sehingga tidak ada
kecemburuan social dan menjelaskan peraturan yang diperbolehkan dan dilarang
saat berkelompok,lalu siswa mengerjakan tugas yang diberikan dan saling bekerja
sama dengan baik seperti dalam pembelajaran tematik muatan ipa tentang
membentuk benda mengapung dan benda tidak terapung.

Creative Thinking (berpikir kreatif), kreativitas yaitu potensi yang

penting bagi diri anak. Kreatif juga dapat di artikan proses berpikir dalam
menemukan ide, gagasan inovatif, memiliki daya guna dan dapat dipahami.
Proses berpikir ini juga dapat digunakan dalam proses pemecahan masalah selain
menghasilkan produk, selain itu keterampilan berpikir kreatif merupakan
kemampuan untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan keterampilan imajinatif(Kumalasani & Kusumaningtyas, 2022).
Hal ini sejalan dengan dengan pembelajaran tematik, dimana pembelajaran
tematik juga berorientasi pada metode pembelajaran konkret siswa dan
memfasiltasi siswa dan guru mendapatkan kesempatan untuk pembelajaran
kooperatif dan interaktif dikelas.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti melihat guru telah


mngimplementasikan keterampilan creative thinking dengan mengajarkan cara
membuat berbagai kreativitas seperti kolase dari biji bijian, kaligrafi dan hasil
akhirnya ditempelkan pada dinding dan benda benda mengapung dan tidak

16
mengapung sesuai dengan materi tematik muatan ipa,dan terlihat siswa begitu
imajinatif hal ini dilakukan dengan tujuan akan melatih siswa untuk mengeksplor
pengetahuan dan imajinasi siswa. Sehingga mencapai indikator yakni mampu
mengemukaka ide secara konseptual dan dituang dalampraktikal.

Setelah melihat penjelasan dari keempat keterampilan tersebut maka


dapat kita tarik kesimpulan bahwa guru kelas IV MI Nurul Hidayah Kota Jambi
telah mengimplementasikan keterampilan abad 21 dalam pembalajaran tematik
dan telah mencapai salah satu dari pada indikator keterampilan masing masing.

Dari beberapa jurnal yang peneliti temukan, banyak yang mengkaji satu
persatu keterampilan abad 21 namun tidak ada yang membahas secara
komprehnsif keempat keterampilan abad 21 ini. Dengan demikian peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul IMPLEMENTASI
KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK
PADA KELAS IV DI MI NURUL HIDAYAH KOTA JAMBI yang mana
penelitian ini akan digunakan sebagai penelitian skripsi.

B. Fokus Permasalahan
1. Proses implementasikan keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik
pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi
3. Upaya mengatasi permasalahan implementasi keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi

C. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang peneliti jabarkan diatas, maka rumusan
permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik
pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi?

17
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi keterampilan abad
21 dalam pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota
Jambi?
3. Apa saja upaya dalam mengatasi permasalahan implementasi keterampilan
abad 21 dalam pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota
Jambi?

D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan bagaimana implementasi keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul
Hidayah Kota Jambi
3. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam
implementasi keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik pada kelas IV
di MI Nurul Hidayah Kota Jambi

E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a) Diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para
guru dan calon guru khususnya guru SD/MI dalam mempersiapkan
keterampilan abad 21
b) Memberikan kontribusi pemikiran kepada MI Nurul Hidayah Kota Jambi
dalam mengimplementasikan berbagai hal yang terkait dengan proses
keterampilan pembelajaran abad 21 kepada peserta didik dan juga guru MI
Nurul Hidayah Kota Jambi
c) Memberikan khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan
d) Bagi guru kelas VI MI Nurul Hidayah Kota Jambi, menambah wawasan
dan pengetahuan dalam implementasi pembelajaran abad 21 pada proses
pembelajaran tematik kelas VI.

18
e) Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara
langsung tentang implementasi pembelajaran abad 21 baik dalam proses,
kendala,dan juga upaya.
2. Secara Praktis
a) Bagi penulis digunakan sebagai penyelesaian tugas akhir.
b) Bagi penulis, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu

19
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN STUDI RELEVAN

A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Implementasi
Menurut Rimaru (dalam Rita Prima Bendriyanti dan Leni
Natalia Zulita, 2012), implementasi merupakan suatu proses mendapatkan
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
Dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan(Irawan & Simargolang, 2018)
2. Abad 21
Abad 21 disebut sebagai abad pengetahuan,pada abad 21 ini
ditandai dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang cukup pesat
dalam segala aspek kehidupan,akibatnya pada abad ini mengalami
perubahan perubahan yang cukup sigifikan dalam berbagai bidang
kehidupan. Abad 21 ini memiliki tuntutan yang sangat tinggi untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,tututan ini
menyebabkan perubahan dalam tata kehidupan manusia diabad 21,
sehingga manusia diabad 21 ini dituntut untuk memiliki keterampilan yang
berinovasi dan berkarakteristik. Menurut pendapat ahli revolusi industry
4.0 juga disebut sebagai revolusi industry yang akan mengubah pola dan
relasi antar manusia dan mesin. (Hanifa Mardhiyah et al., 2021)
Oleh karena itu untukmenghadapi berbagai tantangan dan
tuntutan pada abad global saat ini perlunya pembelajaran dan praktek di
abad 21 untuk mempersiapkan generasi abad 21 yang berkualitas.
3. Keterampilan Abad 21
a. Pengertian Keterampilan Abad 21
“Keterampilan abad ke-21 merupakan serangkaian kecakapan
yang harus dimiliki seseorang dalam menghadapi tantangan abad ke-
21, jenis-jenis kecakapan ini sangat beragam. Menurut Partnership for

20
21st Century Skills (P21) Keterampilan abad ke-21 bersifat lebih
internasional, multikultural, dan saling berhubungan. Teknologi dan
informasi telah mengubah cara kita belajar, sifat pekerjaan yang dapat
dilakukan, dan makna hubungan sosial. mengidentifikasi kecakapan
abad ke-21 menjadi beberapa aspek, yaitu life and career skills,
learning and innovation skills-4C, information, media, and technology
skills. Diantara ketiga aspek tersebut, aspek learning and innovation
skills 4C merupakan aspek yang penting dikuasai oleh peserta didik.
(Saputra, 2019)
Aspek ini meliputi Critical Thinking (Berfikir Kritis),
Communication (Komunikasi), Collaboration (Kolaborasi), Creative
Thinking (Berfikir Kreatif) dan kemudian dikenal dan disingkat
menjadi 4C. Keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang
harus dimiliki pada abad 21. (Achmad Ali Fikri, 2021)

4. Keterampilan Critical Thinking (Berfikir Kritis)


a. Keterampilan Critical Thinking (Berfikir Kritis)
Kata kritis berasal dari Bahasa Yunani, yaitu critikos dengan arti
yang membedakan. Kata kritis diturunkan dari Bahasa Yunani Kuno
krites yang artinya orang yang memberikan pendapat, beralasan
dengan analisis atau dengan pertimbangan atau dengan pengamatan.
Secara etimologi, berpikir kritis mengandung makna suatu kegiatan
mental yang dilakukan seseorang untuk dapat memberikan
pertimbangan dengan menggunakan ukuran atau dengan standar
tertentu. (Wong Lieung, 2019)
Krulik dan Rudnik mendefinisikan berpikir kritis adalah
berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua
aspek dari situasi masalah. termasuk di dalam berpikir kritis adalah
mengelompokan, mengorganisasikan, mengingat, dan mengan
alisis informasi. Berpikir kritis juga dapat didefinisikan sebagai
pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk

21
memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan . Namun dari
sekian banyak pendapat, para ahli sepakat bahwa berpikir kritis itu
adalah sebuah kebiasaan untuk bisa membuka diri untuk menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan sebuah
permasalahan (Mahanal, 2017)
Selain itu alasan pentingnya keterampilan berpikir kritis bagi
siswa Sekolah Dasar adalah untuk menghadapi dan menyikapi ledakan
informasi di era digital, membangun kualitas berpikir, sikap ketelitian
dan berpikir rasional di dalam diri siswa, mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir logis, mengorganisasi masalah, dan
memecahkan berbagai jenis masalah. (Juliyantika & Batubara, 2022)
Berdasarkan kajian terhadap beberapa judul penelitian di
Indonesia, ditemukan fakta bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
sekolah dasar masih cukup rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan
banyaknya penelitian yang berupaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa tingkat sekolah dasar.
Beberapa penelitian memberikan gambaran betapa pentingnya
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang terfokus
pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Dalam penelitian tersebut
dijelaskan cara seseorang menghadapi dan mencari solusi terbaik bagi
segala persoalan yang ada. Keterampilan berpikir kritis harus mulai
ditanamkan sejak dini. Dalam hal ini, sekolah dasar menjadi titik awal
dalam penanaman sikap dan keterampilan berpikir kritis.(Wong
Lieung, 2019)
Dengan demikian pentingnya seseorang memiliki keterampilan
berpikir kritis menciptakan tuntutan baru bagi dunia pendidikan.
Lembaga pendidikan memiliki tugas untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis sejak dini. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal perlu megupayakan berbagai cara dan pendekatan
dalam kegiatan pembelajaran untuk dapat mewujudkan harapan serta
tuntutan perubahan zaman.

22
b. Karakteristik Critical Thinking (Berfikir Kritis)
Terdapat 4karakteristik berpikir secara kritis yaitu(Lubis et al., 2022):
1) Berpikir secara kritis diartikan sebagai sebuah proses dan bukan
hasil final, sehingga jalannya prosedur berpikir kritis melalui
posedur bertanya secara berkesinambungan berkenaan dengan
pendapat berdasrkan sebuah argumen, hingga orang tersebut dapat
memahami suatu konteks permasalahan.
2) Berpikir kritis merupakan suatu aktivitas produktif dan positif,
sehingga orang yang berpikir krtitis akan menemukan bermacam
kemungkinan serta pilihan lain, hingga mengantisipasi konsekuensi
dari tindakan yang dilakukannya.
3) Berpikir secara kritis mempunyai aspek emosional dan juga aspek
rasional.
4) Berpikir secara kritis didasarkan pada fleksibilitas, rasa ingin tahu,
keraguan, dan kejujuran.

c. Unsur Dasar Critical Thinking (Berfikir Kritis)


Keenam unsur dasar berpikir kritis ini dapat di padukan menjadi satu
kata yang dikenal dengan FRISCO dan dapat diuraikan sebagai berikut
(Wasahua, 2022):
1) Focus (fokus), adalah memusatkan perhatian pada informasi yang
menggambarkan suatu isu, pertanyan, atau masalah. ”Informasi
apa yang terdapat pada masalah?”, Apa yang ditanyakan?”, dan
”Apa yang ingin dibuktikan?”. Fokus sangat tegantung pada
bagaimana orang tersebut menggunakan penalarannya dan
menarik kesimpulan dari suatu masalah. Tanpa dapat memusatkan
perhatian pada masalah atau pertanyaan, maka dipastikan orang
tersebut tidak akan dapat memecahkan masalah.
2) Reason (argumentasi atau alasan), adalah alasan-alasan atau

23
pertimbangan untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam
menggunakan alasan/argumentasinya seorang siswa harus
menggunakan bukti-bukti yang mendukung terhadap penarikan
sebuah kesimpulan.
3) Inference (penyimpulan), dalam menarik sebuah kesimpulan maka
harus dilihat apakah alasan atau pertimbangan yang dikemukakan
tersebut dapat diterima atau tidak. Di dalam menarik kesimpulan
ada dua macam kesimpulan yang dipakai, yaitu kesimpulan
sebagai. proses (langkah) dan kesimpulan sebagai hasil (produk).
Kesimpulan sebagai langkah adalah mencari bukti-bukti yang
diajukan untuk memecahkan suatu masalah atau harus
menggunakan langkah-langkah lain yang berbeda. Kesimpulan
sebagai suatu hasil atau produk adalah apakah alasan atau
pertimbangan tersebut dapat diterima atau tidak.
4) Situation (menghubungkan masalah dengan situasi sehari-hari),
ketika pemikiran dipusatkan pada pengambilan keputusan, maka
hal-hal yang berhubungan dengan masalah terutama yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, akan memberikan arti
atau mempermudah seseorang untuk mengambil suatu keputusan.
5) Clarity (kejelasan), Kejelasan adalah menjelaskan hasil dari
penarikan kesimpulan. Menjelaskan ”Apa yang dimaksud”, ”Apa
yang ditanyakan”, ”Bagaimana caranya”, dan ”Dapatkah
menggunakan cara lain”.
6) Overview (mengecek kembali hasil), mengecek kembali yang
didapatkan. Pada langkah ini meminta siswa untuk memeriksa
kembali apakah yang sudah ditemukan, diputuskan,
dipertimbangkan, dijelaskan, dan kesimpulan yang diambil sudah
benar atau masih terdapat kesalahan didalamnya. Dari keenam
unsur dasar dalam berpikir kritis FRISCO yang telah
dikemukakan, sangatlah berkaitan erat dan saling mendukung
antara unsur yang satu dengan yang lainnya, sehingga satu sama

24
lainnya tidak dapat dipisahkan.

d. Faktor Faktor Critical Thinking (Berfikir Kritis)


Faktor yang mendukung kemampuan berpikir secara kritis siswa
yaitu adanya fasilitas sekolah yang memadai mulai dari lingkungan
hingga pemakaian media pembelajaran yang diberikan oleh guru,
dengan adanya media dan lingkungan sekolah yang mendukung akan
memudahkan siswa berpikir kritis gunasolusi dari permasalahan yang
sedang dipelajarinya. Selain itu faktor dalam diri siswa juga dapat
mendukung kemampuan berpikir kritisnya, hal ini dapat dilakukan
guru dengan memberi semangat kepada siswa agar siswa merasa
tertarik dengan pembelajaran yang dilakukannya. Kurikulum 2013
dapat menjadi faktor pendukung lainnya bagi siswa guna
memaksimalkan kemampuan berpikir kritis, hal ini karena kurikulum
2013 menggunakan pendekatan ilmiah serta pembelajaran yang
berpusat pada siswa.(Juliyantika & Batubara, 2022)

e. Langkah langkah Mengembangkan Keterampilan Critical Thinking


(Berfikir Kritis)
terdapat tujuh langkah untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa guna mendapatkan pemahaman yang tinggi yaitu(Mahanal,
2017) :
1) Questions at issue, yaitu siswa dapat menjelaskan suatu
permasalahan dalam soal.
2) Purpose, siswa dapat mengungkapkan tujuan yang dicapai.
3) Information, siswa dapat mengetahui masalah yang diberikan.
4) Concepts, siswa dapat mengerti langkah yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
5) Assumtions, siswa dapat menemukan langkah apa yang dapat
dilakukan guna menyelesaikan suatu permasalahan.

25
6) Points of view, siswa dapat membuat langkah sistematika guna
menyelesaikan permasalahan.
7) Interpretation and inference, siswa dapat membuat simpulan hasil
berdasarkan langkah yang ditempuh guna menyelesaikan masalah

f. Indikator Keterampilan Critical Thinking (Berfikir Kritis)


Siswa dikatakan telah memiliki keterampilan Critical Thinking
(Berfikir Kritis) apabila telah mencapai indikator yang telah
ditetapkan,yakni;

Table 2.1 Indikator Keterampilan Critical Thinking (Berfikir Kritis)

No Indikator Keterampilan Critical Thinking (Berfikir Kritis)

1 Mampu bertanya dan menjawab pertanyaan


2 Mampu mengidentifikasi perbedaan
3 Mampu memecahkan masalah
4 Mampu memberikan kesimpulan dari data yag tersedia baik
lisan maupun tulisan
5 Mampu mengevaluasi

5. Keterampilan Collaboration (Kolaborasi),


a. Keterampilan Kolaborasi (Collaboration)
Keterampilan kolaborasi adalah keterampilan bekerja sama
antara dua atau lebih siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan
dnegan berbagi tanggung jawab, akuntabilitas, terorganisir dan peran
utnk mencapai pemahaman bersama tentang masalah dan solusinya.
Senada dengan pendapat di atas (Tuti &Mawardi ) keterampilan
kolaborasi adalah proses belajar kelompok yang setiap aggotanya
menyumbangkan informasih, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-

26
sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. (Nurwahidah
et al., 2021)
Kolaborasi adalah suatu proses bekerjasama, berkoordinasi, dan
mengandung unsur ketergantungan yang positif dalam suatu kelompok
yang mengarah pada tujuan bersama yang hendak dicapai. Sedangkan
pengertian keterampilan kolaborasi adalah suatu kemampuan dalam
melakukan tukar pikiran atau gagasan dan juga perasaan antarsiswa
pada tingkatan yang sama, selanjutnya (Keterampilan kolaborasi wajib
dimiliki siswa sebagai keterampilan hidup (life skill) karena dapat
membantu siswa mengembangkan pentingnya dimensi sosial dan
pribadi seorang siswa.(Fahmi et al., 2020)
Dapat disimpulkan beberapa pendapat yang dikemukan oleh
para ahli di atas, bahwa keterampilan kolaborasi adalah proses
pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk tim/kelompok untuk saling
bertukar pikiran, menyalurkan pendapat dan saling bekerja sama untuk
mencapai suatu hasil atau tujuan bersama yang diinginkan.
Dalam sejarah tercatat beberapa hasil kolaborasi sangat besar
pengaruhnya, misalnya negara Amerika Serikat, pernah menjadi negara
jajahan Inggris karena adanya perang saudara di negara tersebut, namun
dengan adanya kolaborasi dari tokoh-tokoh semacam George
Washington, Thomas Jefferson dkk yang bekerja secara kolaborasi
dengan tokoh-tokoh masyarakat, maka lahirlah bangsa Amerika pada 4
Juli 1776, dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia tercatat ada jiwa
besar, tenggang rasa dan toleransi yang tinggi dari para tokoh muslim
yang tergabung dalam PPKI, yang merubah dan menghilangkan tujuh
kata yang ada pada Sila Pertama Pancasila, karena mereka menghargai
pendapat tokohtokoh non muslim, bahwa Indonesia bukan milik
muslim semata tetapi menjadi milik bersama seluruh bangsa tanpa
membedakan suku, agama, ras dan golongan. (Apriono, 2013)

b. Tiga Komponen Berkolaborasi

27
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan berkolaborasi, bila
memenuhi tiga komponen kemampuan berkolaborasi (tiga dimensi
kolaborasi) yaitu (Putu Arnyana, 2007):
1) menunjukkan kemampuan bekerja secara efektif dan menghargai
keberagaman anggota tim;
2) Menunjukan fleksibilitas dan kemauan untuk menerima pendapat
orang lain dalam mencapai tujuan bersama, dan
3) mengemban tanggung jawab bersama dalam bekerja kolaboratif dan
menghargai kontribusi setiap anggota tim

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kolaboratif. (Suryani, 2016)


1) Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan
membagi tugas sendiri-sendiri
2) Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.
3) Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,
mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan
jawabanjawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang
ditemukan sendiri.
4) Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan
masalah, masingmasing siswa menulis laporan sendiri-sendiri
secara lengkap.
5) Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya
diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk
melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di
depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati,
membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegitan
ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.
6) Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan
elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan
yang akan dikumpulan.
7) Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah

28
dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.
8) Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada
pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

d. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Kolaborasi Siswa


Terdapat keterampilan yang mempengaruhi keberhasilan sebuah
usaha kolaboratif yang dilakukan oleh siswa, keterampilan tersebut
terbagi ke dalam empat tingkatan (Fahmi et al., 2020), yaitu;
1) Forming (membentuk), yaitu keterampilan paling dasar dan dimiliki
untuk menciptakan kelompok pembelajaran yang kooperatif.
2) Functioning (memfungsikan), yaitu keterampilan siswa dalam
mengelola kegiatan kelompok atau menyelesaikan tugas dan
menjaga hubungan kerja antarsiswa agar efektif.
3) Formulating (merumuskan), yaitu keterampilan untuk membangun
konsep dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan untuk
memacu penggunaan cara atau strategi penalaran tingkat tinggi,
serta memaksimalkan penguasaan suatu materi yang diajarkan dan
4) Fermenting (mengembangkan), yaitu keterampilan menstimulasi
rekonseptualisasi materi yang sedang dipahami, konflik kognitif,
dan pencarian yang informasi lebih banyak serta
mengkomunikasikan kesimpulan dari seseorang

e. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kolaborasi


Pembelajaran kolaborasi menekankan adanya prinsip-prinsip kerja.
Prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
kolaborasi tersebut adalah sebagai berikut (Husain, 2020):
1) Setiap anggota melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dan saling ketergantungan
2) Individu-individu bertanggung jawab atas dasar belajar dan
perilaku masing-masing
3) Keterampilan kooperatif dibelajarkan, dipraktekkan dan balikan

29
(feedback) diberikan berdasarkan bagaimana sebaiknya latihan
keterampilan tersebut diterapkan
4) Kelas atau kelompok didorong ke arah terjadinya pelaksanaan
suatu aktivitas kerja kelompok yang kohesif.

f. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif


Dalam menerapkan pembelajaran kolaboratif, menurut Driver dan
Leach, lingkungan kelas yang berperspektif konstruktivis antara lain
sebagai berikut (Husain, 2020):
1) Siswa tidak dipandang secara pasif, tetapi aktif untuk belajar
mereka sendiri
2) Belajar mengutamakan proses aktif siswa mengkonstruksi makna
3) Pengetahuan tidak bersifat out there, tetapi terkonstruk secara
personal dan secara social
4) Guru juga membawa konsepsi mereka ke dalam situasi belajar,
tidak hanya dalam hal pengetahuan mereka, tetapi juga pandangan
mereka terhadap belajar dan mengajar yang dapat memengaruhi
cara mereka berinteraksi dengan siswa di dalam kelas
5) Pengajaran bukan mentransmisi pengetahuan tetapi mencakup
organisasi situasi di dalam kelas dan desain tugas yang
memudahkan siswa menemukan makna
6) Kurikulum bukan sesuatu yang perlu dipelajari tetapi program-
program tugas belajar, bahan-bahan, sumber-sumber lain, dan
wacana dari mana siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka.

Demikianlah dalam pembelajaran kolaboratif diciptakan


lingkungan sosial yang kondusif untuk terlaksananya interaksi yang
memadukan segenap kemauan dan kemampuan belajar siswa.
Lingkungan yang dibentuk berupa kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari empat atau lima siswa pada setiap kelas dengan anggota
kelompok yang sedapat mungkin tidak bersifat homogen. Artinya,

30
anggota suatu kelompok diupayakan terdiri dari siswa laki-laki dan
perempuan, siswa yang relatif aktif dan yang kurang aktif, siswa yang
relatif pintar dan yang kurang pintar.

g. Manfaat Keterampilan Kolaborasi(Apriono, 2013)


1) prestasi belajar lebih tinggi,
2) pemahaman lebih mendalam,
3) mengembangkan keterampilan kepemimpinan,
4) meningkatkan sikap positif,
5) meningkatkan harga diri,
6) belajar secara inklusif,
7) merasa saling memiliki, dan
8) mengembangkan keterampilan masa depan.

h. Indikator Keterampilan Colaboration( Kolaborasi )


Siswa dikatakan telah memiliki keterampilan Colaboration
(kolaborasi) apabila telah mencapai indikator yang telah
ditetapkan,yakni;

Table 2.2 indikator keterampilan Colaboration (kolaborasi)


No Indikator

1 Peserta didik dapat bekerja sama


2 Toleransi
3 Mengerjakan tugas tepat waktu
4 Bertanggung jawab
5 Mengahargai pendapat
(Fahmi et al., 2020)

31
6. Keterampilan Creative Thinking ( Berfikir Kreatif)
a. Keterampilan Berfikir Kreatif(Creative Thinking)
Berfikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur-
unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibelitas, dan elaborasi. Hal tersebut
menunjukan bahwa berfikir kreatif dapat mengembangkan daya pikir
yang mencangkup wawasan dengan unsur unsur yang luas. Berfikir
kreatif dapat menghasilkan pemikiran yang bermutu. Sesuai dengan
pendapat Sani yang menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan
kemampuan mengembangkan ide yang tidak biasa, berkualitas, dan
sesuai tugas. Hal ini merupakan pengembangan diri terhadap ideide
baru yang memiliki mutu yang baik.(Febrianti et al., 2016)
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan ,
bahwa berfikir kreatif adalah sebuah proses yang mengembangkan ide-
ide yang tidak biasa dan menghasilkan pemikiran yang baru yang
memiliki ruang lingkup yang luas
Namun tidak disangka proses pembelajaran selama ini
cenderung dikonsentrasikan untuk melatih keterampilan berpikir kritis
semata. Kesistematisan berpikir menggunakan bukti dan kelogisan
dalam menalar informasi menjadi andalan pendidik saat mengemas
proses pembelajarannya. Porsi belajar yang mengendepankan
keterampilan berpikir kreatif pun pastinya menipis. Acap kali sebagian
pendidik melihat keberagaman jawaban atau solusi yang ditawarkan
peserta didik sebagai sebuah kekeliruan berpikir. Akhirnya,
interpretasi pendidik terhadap hasil belajar pun menjadi dangkal dan
terbatas. Padahal, berpikir kreatif merupakan suatu proses yang
digunakan untuk mendatangkan gagasan-gagasan baru.(Blegur &
Tlonaen, 2017)

b. Karakteristik Berfikir Kreatif(Creative Thinking)


Dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (Sari et al., 2020):
a) ketegori pengetahuan, berkaitan dengan potensi bernalar yang

32
menyebar,
b) kategori sikap,berkaitan dengan perilaku serta perasaan seseorang.

c. Faktor Pendorong Berfikir Kreatif(Creative Thinking) yaitu


(Febrianti et al., 2016):
1) Kepekaan dalam melihat lingkungan : peserta didik sadar bahwa
berada di tempat yang nyata.
2) Kebebasan dalam melihat lingkungan : mampu melihat masalah
dari segala arah.
3) Komitmen kuat untuk maju dan berhasil : hasrat ingin tahu besar.
4) Optimis dan berani mengambil risiko : suka tugas yang menantang.
5) Ketekunan untuk berlatih : wawasan yang luas.
6) Lingkungan kondusif, tidak kaku, dan otoriter.
Hal diatas menunjukan bahwa faktor pendorong berfikir
kreatif merupakan tindakan dalam meningkatkan berpikir kreatif
peserta didik dengan ide yang luas.
d. Manfaat Keterampilan Berfikir Kreatif(Creative Thinking)
Bagi seorang anak didik Pentingnya mengoptimalkan potensi
kreatif sejak usia sekolah dasar dengan begitu anak mampu bersaing di
abad 21 dan dengan ini banyak sekali terdapat manfaat, antara
lain(Sari et al., 2020):
1) Mengembangkan imajinasinya, dengan hal tersebut membuat ia
bisa mengoptimalkan potensi dirinya sendiri hal demikian sifatnya
penting karena merupakan hal pokok dari suatu individu,
2) diartikan sebagai potensi dirinya dalam mencari metodemetode
baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang ditemuinya,
3) menyibukkan anak dengan suatu hal yang inovatif sangat berguna
bahkan membuat ia merasa bahagia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari nilai-nilai kreatif
seseorang, akan dapat melahirkan gagasan-gasasan, temuan,
ciptaan atau teknologi modern yang nantinya membantu manusia

33
dalam menjalankan aktivitasnya

e. Langkah langkah Berfikir Kreatif(Creative Thinking)


Menurut Wallas (Handoko, 2017) langkah-langkah proses berpikir
kreatif meliputi empat tahap, yaitu;
1) Tahap Persiapan, yaitu proses tahapan seseorang mempersiapkan
diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari
jawaban, bertanya kepada orang lain dan sebagainya.
2) Tahap Inkubasi, yaitu kegiatan mencari dan menghimpun
data/informasi tidak dilanjutkan. Pada tahap ini, individu seakan-
akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut dalam
arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi
menyimpannya dalam alam pra-sadar. Tahap inkubasi enting
artinya penting artinya dalam proses timbulnya inspirasi yang
merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru yang
berasal dari daerah pra-sadar atau timbul dalam keadaan
ketidaksadaran penuh.
3) Tahap Iluminasi, adalah tahap timbulnya “insight” atau “aha-
erlebnis”. Saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta
proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti
munculnya inspirasi atau gagasan baru.
4) Tahap Verifikasi, atau disebut juga tahap evaluasi adalah tahap
dimana ide atau kreasi baru ter sebut harus diuji terhadap realitas.
Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan kata
lain, proses divergen (pemikiran kreatif) haru diikuti oleh proses
konvergensi (pemikiran kritis)

f. Indikator Keterampilan Berfikir Kreatif(Creative Thinking)


Siswa dikatakan telah memiliki keterampilan berfikir Kreatif
(Creative Thinking) apabila telah mencapai indikator yang telah
ditetapkan,yakni;

34
Tabel 2.3 indikator keterampilan berfikir kreatif (Creative Thinking)
No Indikator
1 Memahami makna kreativitas
2 Memahami kegunaan inovasi
3 Mengemukakan ide secara konseptual dan dituang dalam
praktikal
(Yuliani, 2017)

7. Keterampilan Communication (Komunikasi)


a. Keterampilan Komunikasi (Communication )
Berdasarkan Permendikbud No 81a Tahun 2013 mengenai
keterampilan komunikasi menyatakan bahwa “Kegiatan komunikasi
dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan untuk menyampaikan
hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan yaitu
sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat, jelas dan mengembangkan
kemampuan bahasa yang baik dan benar.”Diharapkan proses
pembelajaran dapat membantu mengembangkan keterampilan
komunikasi peserta didik.(Putri et al., 2020)
Selain itu menurut (Naza, 2021) komunikasi dapat diartikan
komponen komponennya saling terkait, dan bahwa komunikatornya
beraksi dan beraksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.
Komunikasi yang dilakukan manusia itu menggunakan alat
penghubung berupa lambang-lambang dalam bentuk bahasa lisan,
tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah
dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan. Komunikasi dapat
dimaknai sebagai proses seseorang maupun kelompok orang
menciptakan serta menggunakan sejumlah informasi agar saling

35
terhubung dengan lingkungan sekitar
Namun faktanya banyak penelitian yang menyebutkan bahwa
sebagian siswa berkomunikasi merupakan hal yang tidak sulit, tetapi
beda halnya jika siswa dituntut untuk berbicara di depan kelas. Mereka
tidak akan kesulitan jika mereka berkomunikasi dengan teman mereka
sendiri dalam bahasa sehari-hari. Tetapi mereka akan kesulitan jika
diharuskan berbicara didepan kelas, didepan teman yang banyak dan
didepan guru mereka. Terutama dalam hal menyampaikan pendapat,
argumentasi, usulan maupun menjawab pertanyaan dari guru.
Kebanyakan dari siswa takut dan sulit untuk mengungkapkan
pendapatnya ketika pembelajaran sedang berlangsung. Siswa takut dan
kurang percaya diri dalam menyampaikan argumentasi. (Fitriah et al.,
2020).
Oleh karena itu Pentingnya keterampilan berkomunikasi juga
diperlukan untuk mencapai hasil belajar khususnya diabad 21 ini
Keterampilan berkomunikasi sangat dibutuhkan untuk tujuan mencapai
keberhasilan dalam belajar pembelajaran para peserta didik.
Bersamaan dengan keterampilan berkomunikasi, peserta didik akan
lebih mudah mengkomunikasikan berbagai hal yang dapat menyangkut
materi pembelajaran, baik berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Keterampilan
berkomunikasi menjadi aspek vital dalam menjalani kehidupan.
(Ningrum & Putri, 2021)

b. Komponen Keterampilan Komunikasi


Komunikasi melingkupi lima komponen yang terlibat dan harus
agar proses komunikasi berjalan dengan baik Adapun kelima
komponen tersebut yaitu (Pratiwi et al., 2022):
1) Komunikator, adalah yang menyampaian pesan kepada orang lain
2) Komunikan, adalah yang menerima pesan dari orang lain.
3) Pesan, adalah sesuatu yang disampaikan dapat berupa informasi,

36
perasaan, instruksi, dan lain-lain.
4) Media, adalah bentuk atau cara pesan itu disampaikan, media dapat
berupa lisan, tertulis, film, dan bentuk lainnya.
5) Efek, perubahan yang terjadi pada komunikan sesuai dengan

c. Komunikasi yang Efektif


Komunikasi yang Efektif Komunikasi yang efektif mendukung untuk
kelancaran pencapaian tujuan komunikasi, ada beberapa tata cara
berkomunikasi yang efektif yaitu(Marfuah, 2017):
1) Melihat lawan bicara Pembicaran menatap bola mata ataupun
kening lawan bicaranya, sehingga tidak terjadinya
ketersinggungan, tidak menghadapkan tatapan ke arah kanan atau
kiri, dan menatap dengan pandangan yang tidak marah atau sinis.
2) Suaranya terdengar jelas Percakapan harus memperhatikan keras
atau tidak suara, tidak hanya terdengar samar-samar, sehingga akan
menimbulkan ketidakjelasan inti dari percakapan.
3) Ekspresi wajah yang menyenangkan Ekspresi wajah merupakan
gambaran dari hati seseorang, sehingga tidak menampilkan
ekspresi yang tidak enak.
4) Tata bahasa yang baik Penggunaan bahasa sesuai dengan lawan
bicaranya, misalnya saja saat berbicara dengan anak balita, maka
gunakan bahasa sederhana.
5) Pembicaraan mudah dimengerti, singkat dan jelas Pemilihan tata
bahasa yang baik dan kata-kata yang mudah dimengerti, sehingga
tidak menimbulkan kebingungan lawan bicara.
Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat disimpulkan
kriteria orang yang berkomunikasi secara efektif, yaitu melihat
lawan bicara, suaranya terdengar jelas, ekspresi wajah yang
menyenangkan, tata bahasa yang baik, serta pembicaraan mudah
dimengerti, singkat dan jelas.
d. Tahapan Pengembangan Keterampilan Kumunikasi

37
Guru dalam mengembangkan keterampilan komunikasi siswa
tersebut dengan menggunakan beberapa cara, yaitu (Budiono &
Abdurrohim, 2020):
1) Guru merancang pembelajaran berupa pemilihan metode,
pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan interaksi baik antar guru dan siswa maupun siswa
dengan siswa dengan cara membuat kelompok-kelompok kecil
dalam mengerjakan persoalan. Dalam hal ini guru menerapkan
model pembelajaran berbasis proyek guna mendukung siswa untuk
mengembangkan keterampilan komunikasinya;
2) Guru memberikan contoh secara langsung bagaimana
menyampaikan informasi dengan baik, terlihat dari bahasa yang
digunakan oleh guru dalam berkomunikasi dengan siswa guru
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah di pahami oleh siswa;
3) Guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
bertanya dan menyampaikan pendapat, cara tersebut dilakukan
oleh guru agar siswa terbiasa untuk berbicara dan berani
menyampaikan pendapat. Hal tersebut dilakukan oleh guru kepada
semua siswa tidak hanya beberapa siswa saja, sehingga semua
siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi mereka;
4) Guru memberikan perhatian lebih kepada siswa yang cenderung
pasif dalam proses pembelajaran, guru terlihat seringkali
memberikan motivasi kepada siswa yang cenderung pasif tersebut
dan banyak memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk
berani berbicara dan menyampaikan pendapat;
5) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berani bertanya
dan menyampaikan pendapat, terlepas dari apa yang disampaikan
sudah tepat atau tidak guru tetap memberikan apresiasi dan
mengajak temanteman siswa yang lain untuk memberikan tepuk
tangan. Hal tersebut dilakukan oleh guru agar siswa semakin

38
percaya diri untuk berani berkomunikasi sehingga dengan proses
bimbingan dan arahan yang terus dilakukan guru, keterampilan
komunikasi siswa dapat berkembang lebih optimal.

e. Manfaat Keterampilan Berkomunikasi


Manfaat Keterampilan Berkomunikasi Siswa Keterampilan
berkomunikasi siswa yang tinggi mempunyai beberapa manfaat yaitu
(Marfuah, 2017):
1) Mempermudah siswa untuk berdiskusi Siswa dalam berdiskusi
melakukan berbagai tindakan, seperti bertanya, menjawab,
berkomentar, mendengar penjelasan, dan menyanggah.
2) Mempermudah untuk mencari informasi Seorang individu yang
mempunyai motif untuk mengetahui sesuatu yang baru, maka
mereka akan segera mencari informasi tersebut.
3) Mempercepat mengevaluasi data Keterampilan berkomunikasi
mendukung siswa untuk dapat mengevaluasi data yang ada. Data
tersebut, misalnya berbagai pendapat yang muncul dalam diskusi
kemudian siswa menyimpulkannya.
4) Melancarkan membuat hasil kerja atau laporan Keterampilan
berkomunikasi akan mendukung hasil belajar siswa. Guru dapat
menilai dari hasil laporan siswa saat diskusi.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan manfaat
keterampilan berkomunikasi, yaitu mempermudah siswa untuk
berdiskusi, mempermudah untuk mencari informasi, mempercepat
mengevaluasi data, dan memperlancar membuat hasil kerja atau
laporan
f. Indikator Keterampilan Komunikasi (Communication )
Keterampilan dalam berkomunikasi memiliki indikator pencapaian
dalam proses pembelajaran, yaitu

Table 2.4 Indikator Keterampilan Komunikasi ( Communication)

39
No Indikator
1 Berkomunikasi dengan baik
2 Dapat berinteraksi
3 Percaya diri dalam menyampaikan gagasan secara lisan
maupun tulisan
(Pratiwi et al., 2022)

8. Berikut Karakteristik Guru Pada Abad 21


a. Minat baca guru harus tinggi
b. Guru harus memiliki kemampuan menulis karya ilmiah.
c. Guru mampu bertransformasi secara kultural. Pandangan “teacher
centered” pada kultur pembelajaran sebelumnya harus dapat
bertransformasi ke arah “student centerd”. Jadikan siswa sebagai
subyek belajar yang dapat berkembang dan mengkonstruksi
pengetahuannya secara maksimal. (Putu Arnyana, 2007)
Sedangkan Karakteristik pembelajaran abad 21 dalam berbagai
konteks yakni : 1) Pemecahan Masalah. Memecahkan berbagai jenis
masalah yang tidak biasa dengan cara konvensional dan inovatif,. 2)
Komunikasi dan Kolaborasi. Mengartikulasikan pemikiran dan
gagasan secara efektif menggunakan keterampilan komunikasi lisan,
tertulis, dan nonverbal dalam berbagai bentuk dan konteks, 3)
Keterampilan Informasi,. Untuk bersaing dan bertahan pada masa
sekarang ini, maka setiap orang harus memiliki kemampuan atau
keterampilan berpikir fungsional dan kritis yang terkait dengan
informasi, media, dan teknologi. 4). Menggunakan dan Mengelola
Informasi. 5). Analisis Media. Membuat Produk Media. Memahami
dan memanfaatkan alat. (Rosnaeni, 2021)

9. Keterampilan Abad 21 yang harus dimiliki Guru;(Rizal et al., 2018)


a. Life and career skills (kecakapan hidup dan berkarir) yaitu

40
keterampilan yang lebih mengutamakan pada karir dan kehidupan
sosial. Salah satu contohnya guru mampu menyesuaikan diri dengan
siswa dalam proses belajar mengajar dan guru dapat membina
hubungan yang baik dengan guru, pegawai dan kepala sekolah. .
b. Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi)
yaitu keterampilan yang berkaitan dengan inovasi yang kreatif dan
mau belajar secara terus menerus. Salah satu contohnya guru mampu
memunculkan ide-ide baru kepada siswa dan dapat menciptakan
suasana kelas yang aktif.
c. Information media and technology skills (keterampilan teknologi dan
media informasi) yaitu orang yang mampu menguasai berbagai macam
teknologi dan menguasai teknologi komunikasi dan informasi. Salah
satu contohnya guru mengikuti berbagai pembelajaran online untuk
menambah wawasan dan dapat memberi contoh materi dengan
menampilkan video menarik yang berkaitan dengan pelajaran.

41
B. Studi Relevan
Penelitian ini didasarkan pada hasil yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Adapun hasil penelitian ini antara lain;

No Nama Judul Penelitian/ Perbedaan Persamaan


Peneliti Jenis Penelitian
1 Indah Penerapan metode a. Lokasi penelitian Informan
Saputri inkuiri terbimbing berbeda merupakan
yang dapat b. Mata pelajaran warga
meningkatkan berbeda sekolah
kemampuan berfikir c. Hanya membahas dasar
kritis siswa kelas V satu keterampilan
pada mata pelajaran abad 21
IPA materi sifat sifat d. jenis penelitian
cahaya di SDN penelitian
Punukan,tahunajaran tindakan kelas
2013/2014,
2 Dhesta Peningkatan a. Lokasi penelitian Informan
Yolandi keterampilan berbeda merupakan
kolaborasi dan hasil b. Mata pelajaran warga
belajar hasil debit berbeda sekolah
untuk siswa kelas V c. Hanya membahas dasar
SDN kentungan satu keterampilan
denga model abad 21 jenis
pembelajaran STND penelitian
penelitian
tindakan
kelas
3 Laelatul Implementasi a. Lokasi penelitian Informan
Badriyah keterampilan berbeda merupakan

42
komunikasi pada b. Mata pelajaran warga
pembelajaran bidang berbeda sekolah
bahasa Indonesia c. Hanya membahas dasar
kelas 3 SDN karang satu keterampilan
tengah simpang abad 21
cilacap d. jenis penelitian
kualitatif
( obsevasi-
wawancara-
dokumentasi )
4 Wahyu Upaya a.Lokasi penelitian Informan
Intan Meningkatkan berbeda merupakan
Pratiwi Kemampuan berfikir e. Mata pelajaran warga
kreatif siswa pada berbeda sekolah
pelajaran IPS f. Hanya membahas dasar
menggunakan satu keterampilan
outdoor study kelas abad 21
3 SDN 2 Tanjung g. jenis penelitian
Gunung tahun penelitian
pelajaran 2018/2019 tindakan kelas

Dari beberapa penelitian terdahulu belum ada yang membahas


secara komprehensif, oleh karena itu penulis ingin mengangkat dari ke 4
poin keterampilan abad 21.

43
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus dan bersifat deskriptif. Menurut
Denzin penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang mana
prosedur penelitiannya menghasilkan data deskriptif yang berupa
kata kata tertulis ataupun lisan dari perilaku orang orang yang
diamati. Sedangkan jenis penelitian studi kasus adalah suatu
bentuk penelitian yang memiliki sifat kekhususan,dapat dilakukan
dengan pendekatan kualitatif dengan sasaran perorangan maupun
kelompok bahkan masyarakat luas. Sedangkan stake
menambahkan bahwa penekanan studi kasus adalah
memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan
bukan untuk mendapatkan generalisasi,kasusnya dapat bersifat
komplek maupun sederhana dan waktu untuk mempelajari dapat
pendek atau panjang.
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di MI Nurul Hidayah Kota Jambi, sekolah ini
dipilih karena merupakan salah satu madrasah yang menghasilkan
peserta didik berprestasi dan peserta didik lulusan terbaik dan
tentunya telah mengimplementasikan keterampilan abad 21.
Mengetahui fakta tersebut peneliti menyimpulkan jika madrasah
ini menjadi tempat ideal untuk melakukan penelitian guna
mengetahui lebih dalam bagaimana proses implementasi
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik pada kelas IV di
MI Nurul Hidayah Kota Jambi

44
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek
Subjek merupakan suatu bahasan yang sering dilihat pada suatu
penelitian. Manusia, benda, ataupun lembaga( organisasi ) yang
sifatnya keadaannya akan diteliti adalah sesuatu yang didalam
dirinya melekat atau terkandung obyek penelitian. Dalam penelitian
kualitatif subjek penelitian sering juga disebut dengan istilah
informan. Informan adalah orang yang dipercaya menjadi
narasumber atau sumber informasi oleh peneliti yang akan
memberikan informasi secara akurat untuk melengkapi data
penelitian. Hal tersebut juga dipaparkan oleh sugiyono didalam
bukunya Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D bahwa
informan adalah sebutan bagi sampel dari penelitian kualitatif.
Sampel dari kualitatif bukan dinamakan responden tetapi sebagai
narasumber atau partisipan,informan, teman dan guru dalam
penelitian. Oleh karena itu informan yang peneliti jadikan sebagai
narasumber yakni kepala sekolah, wali kelas sekaligus guru tematik,
siswa.
b. Objek
Dalam kamus besar bahasa indonesi, objek adalah hal, perkara,atau
orang yang menjadi focus dari sebuah penelitian. Jika kita bicara
tentang objek penelitin, objek inilah yang akan dikupas dan
dianalisis oleh peneliti berdasarkan teori teori yang sesuai dengan
obyek penelitian. Objek yang dijadikan sumber dalam penelitian ini
adalah keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik pada
kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk

45
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data primer antara lain observasi, wawancara dengan menggunakan
instrument yang telah disiapkan , dan dokumentasi.(Mukhatar, 2010)
Dalam penelitian ini sumber informasinya adalah Kepala sekolah,
Guru wali kelas IV dan siswa kelas IV.Peneliti mengumpulkan semua
data yang kemudian disajikan dalam skripsi ini sebagai hasil usaha
gabungan dari apa yang dilihat dan apa yang didengar yang kemudian
dicatat secara rinci oleh peneliti tanpa ada sesuatu yang ditinggalkan
sedikit pun juga agar data data yang ada menjadi valid. Data yang
dimaksud meliputi keterangan tentang
a) Bagaimana implementasi keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota
Jambi
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi keterampilan abad
21 dalam pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah
Kota Jambi
c) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam
mengimplementasikan keterampilan abad 21 dalam pembelajaran
tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak diperoleh secara
langsung oleh peneliti, data biasanya berupa data dokumentasi dan
arsip-arsip resmi Sumber data sekuder yaitu data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari MI Nurul Hidayah Kota Jambi sebagai
penunjang dari sumber pertama. dengan bentuk data yang
tersusun.seperti gambaran umum sekolah tersebut. (Arfani &
Sugiyono, 2014)
a. Histori dan Geografis
b. Struktur Organisasi
c. Kedaan Guru dan Siswa

46
d. Keadaan Sarana dan Prasarana

D. Teknik Pengumpulan Data


Yang termasuk teknik dan instrumen pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan pengamatan secara
langsung terhadap obyek yang sedang diteliti. Dengan menggunakan
alat indera ( terutama mata ) atas kejadian yang berlangsung dan dapat
ditangkap pada waktu kejadian berlangsung. menurut (Mukhatar,
2010) Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk mengetahui
bagaimana implementasi keterampilan abad 21 dalam pembelajaran
tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi, Faktor yang
mempengaruhi bagaimana implementasi keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi,
serta upaya dalam mengatasi permasalahan dalam implementasi
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik pada kelas IV di MI
Nurul Hidayah Kota Jambi
2. Wawancara
Wawancara merupakan data yang sering digunakan didalam
penelitian kualitatif. Wawancara dapat digunakan apabila peneliti
menemukan permasalahan yang harus diteliti dan peneliti berkeinginan
untuk mengetahui hal hal yang berhubungan dengan informasi lebih
mendalam.. Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu
didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. (Moh.Mukhlis,
2012)
Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data
dan informasi secara detail dengan melalui dialog.

47
a. Instrument Keterampilan Berfikir Kritis
1) Bagaimana proses implementasi keterampilan berfikir kritis
abad 21 pada pembelajaran tematik dikelas IV ?
2) Indikator apa saja yang telah dicapai siswa dalam
mengimplementasikan keterampilan berfikir kritis abad 21
pada pembelajaran tematik dikelas IV?
3) Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi implementasi
keterampilan berfikir kritis abad 21 dikelas IV ?
4) Apa saja upaya mengatasi permasalahan dalam
mengimplementasikan keterampilan berfikir kritis abad 21
dikelas IV ?

Keterampilan Komunikasi
1) Bagaimana proses implementasi keterampilan komunikasi
abad 21 pada pembelajaran tematik dikelas IV ?
2) Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi implementasi
keterampilan komunikasi abad 21 dikelas IV ?
3) Indikator apa saja yang telah dicapai siswa dalam
mengimplementasikan keterampilan komunikasi abad 21 pada
pembelajaran tematik dikelas IV?
4) Apa saja upaya mengatasi permasalahan dalam
mengimplementasikan keterampilan komunikasi abad 21
dikelas IV ?

Keterampilan Kolaborasi
1) Bagaimana proses implementasi keterampilan kolaborasi abad
21 pada pembelajaran tematik dikelas IV ?
2) Indikator apa saja yang telah dicapai siswa dalam
mengimplementasikan keterampilan kolaborasi abad 21 pada
pembelajaran tematik dikelas IV?

48
3) Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi implementasi
keterampilan kolaborasi abad 21 dikelas IV ?
4) Apa saja upaya mengatasi permasalahan dalam
mengimplementasikan keterampilan kolaborasi abad 21 abad
21 dikelas IV ?

Keterampilan Berfikir Kreatif


1) Bagaimana proses implementasi keterampilan berfikir kreatif
abad 21 pada pembelajaran tematik dikelas IV ?
2) Indikator apa saja yang telah dicapai siswa dalam
mengimplementasikan keterampilan berfikir kreatif abad 21
pada pembelajaran tematik dikelas IV?
3) Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi implementasi
keterampilan berfikir kreatif abad 21 dikelas IV ?
4) Apa saja upaya mengatasi permasalahan dalam
mengimplementasikan keterampilan berfikir kreatif abad 21
dikelas IV ?

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.(Mukhatar, 2010)
Dokumentasi dalam penelitian ini, berhubungan dengan proses
dan gambaran umum MI Nurul Hidayah Kota Jambi. Dengan
menggunakan wujud dokumen sebagai bahan kajian dapat berupa foto,
gambar, surat yang keseluruhannya tersimpan di lembaga, dan
perseorangan.

E. Teknik Analisis Data

49
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analis spradley,yaitu model analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh
James Spradley pada tahun1980, Spradley menyebutkan ada 4 tahapan
dalam analisis data kualitatif, yaitu domain, taksonomi, komponensial, dan
tema kultural. (Moleong, 2009)
1. Analisis Domain
Analisis Domain dalam penjelasan (Sugiyono, 2009) dilakukan
untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang
situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Data diperoleh dari
grand tour dan minitour questions. Hasilnya adalah gambaran umum
tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam, masih
di permukaan, namun sudah menemukan domain-domain atau kategori
dari situasi sosial yang diteliti
Di sini, dalam permulaan penelitian, peneliti mengumpulkan
data apa saja yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran umum
dari implementasi Keterampilan abad 21 dalam pembelajaran tematik
pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi.
Kemungkinan data yang bisa digunakan dalam penelitian
dikumpulkan satu per satu. Kemudian data yang berhasil dipisah-
pisahkan berdasarkan kebutuhan peneliti dan dilakukan pengamatan
terhadap data tersebut, sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan
awal. Setelah didapatkan gambaran secara umum, peneliti mulai
menyusun pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang masih
bersifat umum, guna mendapatkan konfirmasi dari kesimpulan awal.
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti mencoba melewati
beberapa prosedur untuk mendapatkan izin dan mengobservasi.
(Sugiyono, 2009)
2. Analisis Taksonomi
Analisis Taksonomi adalah kelanjutan dari Analisis Domain.
Domain-domain yang dipilih oleh peneliti, perlu diperdalam lagi

50
melalui pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data dilakukan
secara terus menerus melalui pengamatan, wawancara mendalam dan
dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi banyak. Dengan
demikian domain-domain yang telah ditetapkan menjadi cover term
oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan mendalam.(Sugiyono,
2009)
Di sini, peneliti mulai melakukan pengamatan lebih mendalam
terhadap data yang telah disusun berdasarkan kategori. Pengamatan
lebih terfokus kepada masing-masing kategori, sehingga mendapatkan
gambaran lebih terperinci dari data masing-masing data yang telah
terkumpul. Apabila data yangterkumpul dianggap kurang, peneliti
akan melakukan pengumpulan data kembali dengan kriteria data yang
lebih spesifik. selanjutnya peneliti melanjutkan pembuatan pedoman
wawancara dengan menambahkan beberapa pertanyaan yang mampu
mengkonfirmasi temuan peneliti dalam analisistaksnomi.
3. Analisis Komponensial
Analisis Komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan adalah
perbedaan dalam domain atau kesenjangan yang kontras dalam
domain. Data ini dicari melalui observasi, wawancara lanjutan, atau
dokumentasi terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat
triangulasi tersebut, sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada
setiap elemen akan dapat ditemukan. Setelah ditemukan kesamaan ciri
atau kesamaan pola dari data dari analisis taksonomi, selanjutnya
peneliti melakukan pengamatan yang lebih dalam untuk
mengungkapkan gambaran atau pola-pola tertentu dalam data.
(Sugiyono, 2009)
Dalam hal ini, peneliti melakukannya dengan mereka-reka data
dengan rasio-rasio yang digunakan dan hal-hal lain. Setelah ditemukan
gambaran tertentu, atau pola-pola tertentu dari data, selanjutnya
peneliti melanjutkan pembuatan pedoman wawancara dengan
menambahkan beberapa pertanyaan yang mampu mengkonfirmasi

51
temuan peneliti dalam analisis komponensial.

52
4. Analisis Tema Kultural
Analisis Tema Kultural, menurut Faisal (1990) dalam (Sugiyono,
2009) merupakan upaya mencari “benang merah” yang
mengintegrasikan lintas domain yang ada. Dengan ditemukan benang
merah dari hasil analisis domain, taksonomi, dan komponensial
tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu “konstruksi
bangunan” situasi sosial/obyek penelitian yang sebelumnya masih
gelap atau remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka
menjadi lebih terang dan jelas. Gambaran atau pola-pola tertentu yang
ditenukan dalam data, kemudian oleh peneliti dihubung-hubungkan,
dan direka-reka sehingga bisa terlihat gambaran secara utuh dan
menyeluruh dari data yang telah terkumpul.
Selanjutnya peneliti melanjutkan pembuatan pedoman wawancara,
dengan menambahkan beberapa pertanyaan untuk mengkonfirmasi
temuan dari peneliti, peneliti melakukan kembali analisis data dengan
urutan yang sama dengan metode wawancara untuk mendapatkan
konfirmasi dari temuan peneliti. Setelah analisis yang sama dilakukan
pada data hasil wawancara, kemudian peneliti melakukan analisis tema
kultural antara hasil analisa data hitungan dengan analisa data
wawancara. Bisa saja terjadi, saat analisa tema kultural antara hasil
analisa hitungan wawancara, ditemukan “benang merah” yang berbeda
dengan kesimpulan awal dari peneliti. (Sugiyono, 2009)
Sehingga ketika analisis ini sudah selesaikan, peneliti sudah
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yangada.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lahir diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap

53
data itu. Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan sumber
yakni membandingkan dan menggecek balik drajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan. (Moleong, 2009)
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasilwawancara

1. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan


apa yang dikatakanya secara pribadi.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang


situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu.

3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai


pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, danpemerintah.

4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang


berkaitan. Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka
dimaksud untuk menggecek kebenaran dan keabsaan data-data yang di
peroleh di lapangan tentang implementasi keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran tematik pada kelas IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi
dari sumber hasil observasi, wawancara maupun melalui dokumentasi,
sehingga dapat dipertanggung jawab seluruh data yang diperoleh di
lapangan dalam penelitiantersebut.. (Moleong, 2009)

54
BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Kota
Jambi
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Hidayah Jambi berdiri sejak tahun
1987. Saat itu berbentuk Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah
(MDTA), beroperasional pada sore hari dari pukul 14:30 sampai pukul
17:00 WIB. Berdasarkan Piagam Pendirian Madrasah Swasta yang
dikeluarkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi
Jambi Nomor We/6/Kpts/PP.03.2/87/1992 tanggal 19 desember 1992,
terbitlah nomor statistic madarasah 112157102027.MDTA lalu
berubah bentuk menjadi MI, dan masih tetap beroperasional pada sore
hari seperti sebelumnya.
Pada tahun 2005, MI Nurul Hidayah Jambi mulai beroperasional
pada pagi hari, terdiri dari 1 kelas dengan jumlah Siswa-siswi
sebanyak 32 Orang, tanpa menerapkan shift atau pembagian
kedatangan Siswa-siswi. Adapun pada sore harinya, dibentuklah
kembali MDTA. Pada tahun 2010. Berdasarkan Keputusan Kepala
Kantor Kementerian Agama Kota Jambi Nomor :
Kd.05/10/6.a/PP.00/241/2010 tanggal 4 maret 2010, diterbitkan Nomor
Statistik Madrasah (NSM yang baru 111215710001)
Keberadaan lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yayasan
Pendidikan Nurul Hidayah Jambi ini, mendapat sambutan yang positif
dari masyarakat, khususnya masyarakat kelurahan Pasir Putih, dan
umumnya masyarakat kota Jambi. Hal ini terbukti dengan semakin
meningkatnya jumlah Siswa-siswi yang masuk kelembaga pendidikan
ini setiap tahunnya. Dan karena keterbatasan sarana yang
ada ,utamanya ruang kelas belajar, maka setiap tahun MI Nurul
Hidayah Jambi membatasi jumlah Siswa-siswi yang diterima. Hingga

55
saat ini, tahun pelajaran 2020/2021, Siswa-siswi MI Nurul Hidayah
Jambi berjumlah 948 orang, terdiri dari 31 rombongan belajar.

2. Profil Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Kota Jambi


Nama Madrasah :Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah
Kota Jambi
NSM : 111215710001
Akreditasi Madrasah :A
Tahun Berdiri : 1987
Alamat Lengkap Madrasah :Jl. Sutan Syahrir, Lrg.Basuki
RT.09
Kel. Pasir Putih Kec. Jambi
Selatan,
Kota Jambi, Provinsi Jambi
No. Telp.0741 - 573950
Nama Kepala : Dra. Hj.Nikmatus Saidah, M.Pd.I
No. Telp / HP : 0813 6646 1080
Nama Yayasan :Yayasan Pendidikan Islam Nurul
Hidayah
Alamat Yayasan : Jl. Sutan Syahrir, Lrg.Basuki
RT.09 Kel. Pasir Putih Kec. Jambi
Selatan, Kota Jambi, Provinsi Jambi
No. Telp.0741 - 573950
No. Rek. Madrasah : MIS Nurul Hidayah / 5635-01-
015235-53-3
No Akte PendirianYayasan : No.40 / 28 September 2001
Kepemilikan Tanah : Yayasan
Luas Tanah : 1655 m2
Status Bangunan : Yayasan
LuasBangunan : 1067 m2

56
3. VISI dan MISI Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Kota Jambi
a. Visi Madrasah
Terwujudnya Madrasah Berkualitas dengan guru dan siswa
yang berakhlak mulia dan berpengetahuan luas serta peduli
terhadap kesehatan dan lingkungan berdasarkan IMTAQ &
IPTEK
b. Misi Madrasah
1) Menumbuh kembangkan kreativitas dan meningkatkan
professional guru dalam melaksanakan tugas serta
mempersiapkan metode yang menarik dan bervariasi
2) Melengkapi sarana dan prasarana yang ada serta
mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya
fisik, dan manusia agar memberikan hasil terbaik bagi
perkembangan peserta didik.
3) Menanamkan akhlaqul karimah secara terpadu dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mewujudkan nuansa islami dalam semua aspek baik
didalam maupun diluar madrasah
5) Menciptakan lingkungan yang sehat bersih, indah,
nyaman, aman dan tertib.
6) Menumbuhkan semangat kepedulian dalam memelihara
lingkungan

57
4. Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Table 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan MI Nurul


Hidayah Kota Jambi

STATUS
NO NAMA JK JABATAN
KEPAGAWAIAN
Dra.Hj.Nikmatus Kepala
1 P PNS
Saidah,M.Pd.I Madrasah
Fathimatuzzuhro, Guru Mata
2 P PNS
S.Pd.I Pelajaran
Waka P
3 Hj. Murniati, S.Pd.I P
Kesiswaan NS
Guru Mata
4 Ngatini , S.Pd.I P PNS
Pelajaran
Guru Mata
5 Yusniarti, S.Pd.I P PNS
Pelajaran
Guru Mata
6 Ernida, S.Ag P PNS
Pelajaran
7 Afifatul Umi, S.Pd.I P Guru Kelas PNS
Ilhami Amsal,
8 L Guru Kelas PNS
S.Pd.I
Moneka Angraini,
9 P Guru Kelas PNS
S.Pd.I
10 Hasnarti, S.Pd.I P Guru Kelas PNS
Amirullah Guru Mata
11 L PNS
Siregar,S.Pd.I Pelajaran
Guru Mata
12 Khadijah S.Pd.I P NON PNS
Pelajaran
Miftahul Hasanah, Waka
13 P NON PNS
S.Pd.I Kurikulum

58
14 Mas Ayunis, S.Ag P Guru Kelas NON PNS
Guru Mata
15 Ade Hasrizal, S.Pd.I L NON PNS
Pelajaran
16 Jumiati, S.Pd.I P Guru Kelas NON PNS
17 Supani, S.Pd.I L Guru Kelas NON PNS
18 Rukana, S.Pd P Guru Kelas NON PNS
19 Hernawati, M.Pd P Guru Kelas NON PNS
Muhammad Kali Waka
20 Patang Nababan, L Humas dan NON PNS
S.Pd.I Sarpras
Wenny
21 P Guru Kelas NON PNS
Aqmarina,S.Pd
Wasiatun Nafi’ah,
22 P Guru Kelas NON PNS
M.Pd
Qurrotul A’yuni, Guru Mata
23 P NON PNS
S.Pd.I Pelajaran
24 Nurdin, S.Pd.I L Guru Kelas NON PNS
Zidatun Ni’mah,
25 P Guru Kelas NON PNS
S.Pd.I
Nora Wulandari,
26 P Guru Kelas NON PNS
S.Pd
27 Yulia, M.Pd P Guru Kelas NON PNS
Maya Wiranty,
28 P Guru Kelas NON PNS
S.Pd.I
Endah Jumas
29 P Guru Kelas NON PNS
Priyono, S.Pd
30 Ela Sulawari, S.Pd P Guru Kelas NON PNS
Reza Satria Putra,
31 L Guru Kelas NON PNS
S.Pd
Siti Annisa
32 P Guru Kelas NON PNS
Nurzanah, S.Pd

59
33 G.Suryansyah, S.Pd L Guru Kelas NON PNS
34 Adi Mustafa, S.Sos L Guru Kelas NON PNS
Nadya Ayu
35 P Guru Kelas NON PNS
Hafidzah, S.Kom
Guru Mata
36 Ahmad Sobirin L NON PNS
Pelajaran
Muhammad Husnul Guru Mata
37 L NON PNS
Khulqi, S.Pd Pelajaran
Nur
38 IlmyDesaryanti, P Guru Kelas NON PNS
S.Pd
Kintan
39 P Guru Kelas NON PNS
Praditasari,S.Pd
Guru Mata
40 Mursalim,S.Pd L NON PNS
Pelajaran
Debby
41 P Guru Kelas NON PNS
Anggraini,S.Pd
Riski Arif Kuria,
42 L Guru Kelas NON PNS
S.Sos
Dora Aulia
43 P Guru Kelas NON PNS
Harahap, S.Pd
Ahmad Fadholi,
44 L Guru Kelas NON PNS
S.Pd
Dewi Nur Cahyati, Guru Mata
45 P NON PNS
S.Pd Pelajaran
Muhammad Ali Guru Mata
46 l NON PNS
Fikri, S.Pd Pelajaran
Guru Mata
47 Umar Said, S.Ag NON PNS
Pelajaran
48 Rosita Ilhami, S.Pd P Guru Kelas NON PNS
49 Billy Saputra L Kepala Tata NON PNS

60
Usaha
Staf Tata
50 Siti Rania, S.Kom P NON PNS
Usaha
Windy Rahmawati,
51 P Pustakawan NON PNS
S.Pd
Staf
52 Yuliana P NON PNS
Koperasi
53 Elly Yana P Staf Kantin NON PNS
Staf
54 Elya P NON PNS
Kebersihan
Staf
55 Ngatini P NON PNS
Kebersihan
Staf
56 Atika P NON PNS
Kebersihan
Staf
57 Rusdan L NON PNS
Keamanan
Staf
58 Suwarno L NON PNS
Keamanan
Kepala
59 Yendra Saputra L NON PNS
Keamanan
Sumber : Bagian TU MI Nurul Hidayah Kota Jambi

61
Tabel 4.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No Keterangan Jumlah

Pendidik

1 Guru PNS Diperbantukan Tetap 11 Orang

2 Guru TetapYayasan 37 orang

3 Guru Honorer -

4 Guru Tidak Tetap -

Tenaga Kependidikan

1 Satpam 3 orang

2 Tenaga Kebersihan 3 orang

3 Tenaga Tata Usaha 2 orang

4 Tenaga Perpustakaan 1 orang

5 Penjaga Kantin 2 orang

Sumber : Bagian TU MI Nurul Hidayah Kota Jambi

Tabel 4.3 Data Siswa MI Nurul Hidayah Kota Jambi


Tahun 2022/2023

62
JUMLAH SISWATAHUN AJARAN2022/2023
Kelas 1 Jumlah siswa 153
Jumlah Rombel 5
Kelas 2 Jumlah siswa 140
Jumlah Rombel 5
Kelas 3 Jumlah siswa 154
Jumlah Rombel 5
Kelas 4 Jumlah siswa 185
Jumlah Rombel 6
Kelas 5 Jumlah siswa 156
Jumlah Rombel 5
Kelas 6 Jumlah siswa 160
Jumlah Rombel 5
JUMLAH Jumlah siswa 948
Jumlah Rombel 31

63
Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana MI Nurul HidayahKota Jambi
No Jenis Jml Jml Jml Kategori kerusakan
Prasarana Ruang Ruang Ruang Ringan Sedan Berat
Kondisi Kondisi g
Baik Rusak
1 Ruang Kelas 31 31 - - - -
2 Perpustakaan 1 1 - - - -
3 R.Lab IPA - - - - - -
4 R. Lab 1 1 - - - -
Komputer
5 R. Lab Bahasa - - - - - -
6 R. Pimpinan 1 1 - - - -
7 R. Guru 2 2 - - - -
8 R.Tata Usaha 1 1 - - - -
9 R. Konseling - - - - - -
10 R. Tempat 1 1 - - - -
Ibadah
11 R.UKS 1 1 - - - -
12 Toilet 13 13 - - - -
13 Gudang 4 4 - - - -
14 R.Sirkulasi 1 1 - - - -
15 Tempat - - - - - -
Olahraga
16 R. - - - - - -
Keterampilan
17 R. Kantin 2 2 - - - -
18 R. Pramuka 1 1 - - - -
19 R. Yayasan 1 1 - - - -

64
B. Hasil Penlitian
Temuan dan Pembahasan
1. Keterampilan Berfikir Kritis
a. Proses Implementasi Keterampilan Berfikir Kritis Dalam
Pembelajaran Tematik Pada Kelas IV di MI Nurul Hidayah
Kota Jambi
Diperoleh data tentang proses guru dalam mengimplementasikan
keterampilan berfikir kritis dalam pembelajaran tematik pada kelas
IV di MI Nurul Hidayah Kota Jambi. Berdasarkan wawancara
bersama ibu Nur Ilmy Desaryanti, S.Pd selaku wali kelas IV
mengenai bagaimana proses implementasi keterampilan berfikir
kritis dalam pembelajaran tematik pada kelas IV mengatakan
bahwa
“ untuk melatih keterampilan berfikir kritis siswa
khususnya dalam pembelajaran tematik, saya
mencoba memberikan soal berbasis Higher Order
Thinking Skill( HOTS ) didalam pembelajaran
tematik siswa. hal tersebut dilakukan karena
penilaian pembelajaran HOTS dapat mempengeruhi
kemampuan berfikir siswa.”

Sejalan dengan pendapat musrikah (satu ) pada dunia pendidikan


Higher Order Thinking Skill( HOTS ) mampu diterapkan sebab
kemampuan berfikir krtitis siswa dapat dilatih dan ditingkatkan,
sehingga banyak Negara yang menggunakan Higher Order
Thinking Skill( HOTS ) sebagai bagian yang tak terpisahkan
dikelas. bahkan menurut Puspendik, keterampilan berfikir tinggi
atau sering disebut Higher Order Thinking Skill( HOTS )
merupakan salah satu modal setiap insan dalam rangka
menghadapi tantagan hidup yang semakin kompleks dimasa depan
apalagi pada abad 21 ini.. Tak haya itu Pudjiastuti juga
menyatakan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi Higher
Order Thinking Skill( HOTS ) adalah kemampuan berfikir bukan
hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk

65
tanpa melakukan pengolahan, kemampuan ini meliputi
kemampuan pemecahan masalah, keterampilan berfikir kritis,
berfikir kreatif, beragumen, dan pengambilan keputusan keputusan.
(satu ).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hasil
wawancara dan hasil penelitian ditemukan berbeda, hal ini
dikarenakan pada soal tipe Higher Order Thinking Skill( HOTS )
yang diberikan guru kepada siswa pada saat ulangan harian tanggal
…… hanya ditemukan aspek mengingat ( C1 ), memahami ( C2 ),
menerapkan ( C3 ), dan menganalisis( C4 ) dan tidak ditemukan
aspek mengevaluasi ( C 5 ) dan aspek mencipta ( C6 ). Sehingga
soal ulangan yang telah dibuat oleh guru masih tergolong LOTS.
Adapun naskah soal ulangan harian tema 5 didapatkan soal muatan
IPA dan dapat dianalisis sebagai berikut;
1) Gaya otot adalah
Dari soal diatas dapat dianalisis bahwa siswa sedang dites
tentang pemahaman gaya otot. Soal tersebut pada tingkatan C2
dengan tingkatan “memahami”. Soal ini termasuk dalam
kategori soal “LOTS”
2) Bagian tubuh yang menggunakan gaya otot saat menggayuh
sepeda adalah
Dari soal diatas dapat dianalisis siswa diminta untuk mengingat
bagian tubuh yang digunakan saat menggayuh sepeda. Soal
tersebut pada tingkatan C1
3) Lengkapi tabel berikut
Dari soal diatas dapat dianalisis bahwa siswa diminta untuk
melengkapi tabel sesuai gambar . Soal tersebut pada tingkatan
C4 dengan “menganalisis”. Soal ini termasuk dalam kategori
soal “HOTS” dan berkarakteristik soal “HOTS” mengukur
berfikir krits
4) Tulislah aktivitas yang mempengaruhi gaya otot

66
Dari soal diatas dapat dianalisis bahwa siswa diminta untuk
manentukan aktivitasyang mempengaruhi gaya otot . Soal
tersebut pada tingkatan C1 dengan “menuliskan”. Soal ini
termasuk dalam kategori soal “HOTS” dan berkarakteristik
soal “LOTS” mengukur berfikir krits
5) Apa yang sebaiknya dilakukan agar aktivitas pada gambar b
lebih muda dilakukan! Mengapa hal tersebut terjadi
Dari soal diatas dapat dianalisis bahwa siswa diminta untuk
melengkapi tabel sesuai gambar . Soal tersebut pada tingkatan
C3 dengan “menentukan”. Soal ini termasuk dalam kategori
soal “HOTS” dan berkarakteristik soal “HOTS” mengukur
berfikir krits

Taksnomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi oleh


Anderson dan Krathwohl dan dikenal dengan Taksonomi
Anderson menyebutkan tingkat kognitif siswa yaitu mengingat
( C1 ), memahami ( C2 ), menerapkan ( C3 ), dan
menganalisis( C4 ) dan tidak ditemukan aspek mengevaluasi
( C 5 ) dan aspek mencipta ( C6 ). Tanujaya menyebutkan
bahwa level satu sampai 3 merupakan kemapuan berfikir
tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skill (LOTS),
sedangkan empat sampai enam merupakan kemampuan berfikir
tingkat tinggi atau HOTS
Jadi dapat disimpulkan bahwa soal yang dikerjakan siswa
pada ulangan harian tidak sesuai dengan soal berfikir kritis,
karena menurut Taksnomi Bloom soal berbasis HOTS itu
mencapai level menganalisis( C4 ) mengevaluasi ( C 5 ) dan
aspek mencipta ( C6 ) sehingga soal tersebut masih dikatakn
soal Lower Order Thinking Skill (LOTS.

67
2. Keterampilan Komunikasi
a. Proses Implementasi Keterampilan Komunikasi Dalam
Pembelajaran Tematik Pada Kelas IV di MI Nurul Hidayah
Kota Jambi
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Nur Ilmy Desaryanti,
S.Pd selaku wali kelas IV mengenai bagaimana proses
implementasi keterampilan komunikasi dalam pembelajaran
tematik pada kelas IV pada hari sebagai berikut:

“untuk melatih keterampilan komunikasi siswa,


saya sering menerapkan metode diskusi dalam
pembelajaran tematik, baik diskusi dengan skala
kecil dan juga besar, karena metode diskusi tidak
hanya mendorong siswa untuk bertukar
ide,pendapat tetapi juga dapat mendorong siswa
untuk berbicara didalam kelompok atau didepan
kelas sehingga siswa lama kelamaan mampu
memiliki keterampilan komunikasi.”

Hal ini juga disampaikan informan yakni salah satu siswa kelas IV
yang bernama Aurelia pada saat diwawancarai tanggal34, sebagai
berikut;

“Ibuk ilmi sering sekali suruh bentuk kelompok,


kadang berdua, kadang ber empat, kadang ber lima.
Nanti kalo sudah ngerjain tugas kadang disuruh
maju kedepan buat sampein dan lihatin hasil
tugasnya”

Bahkan hal ini didukung oleh pendapat safitri yang


menyatakan bahwa pembelajaran yang disertai dengan diskusi
mampu memotivasi siswa untuk menyampaikan idea tau gagasan

68
berdasarkan apa yag mereka amati sehingga keterampilan
komunikasi siswa semakin terarah dan membaik karena antusias
atau semangat siswa untuk menerima pelajaran dan didukung guru.
Pendapat tersebut sejalan dengan temuan budiono dan abdurrahim
( 2020 ) bahwa guru memiliki peranan penting dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi siswa,semakin sering
guru melakukan komunikasi dengan siswa maka semakin baik pula
motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, implementasi keterampilan
komunikasi pada pembelajaran tematik dicontohkan dengan
pembelajaran yang menerapkan metode diskusi

69
3. Keterampilan Kolaborasi
a. Proses Implementasi Keterampilan Kolaborasi Dalam
Pembelajaran Tematik Pada Kelas IV di MI Nurul Hidayah
Kota Jambi
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Nur Ilmy Desaryanti,
S.Pd selaku wali kelas IV mengatakan proses implementasi
keterampilan kolaborasi dalam pembelajaran tematik pada kelas IV
sebagai berikut:
“ jadi ketika pembelajaran berlangsung khususnya
pembelajaran tematik, saya menemukan kelemahan
siswa terutama pada saat diskusi kelompok seperti,
bercerita dengan teman yang lain, bermain main,
tidak ada kerja sama tim, sehingga hanya satu dua
siswa yang mengerjakan, nah jadi untuk melatih
keterampilan kolaborasi siswa saya menggunakan
Project Based Learnig. karena bias mengarahkan
siswa untuk terus aktif dan terjun langsung untuk
menghasilkan proyek .”

Sebagaimana mutawally mengatakan bahwa salah satu model


pembalajaran yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan
kolaborasi siswa yaitu Project Based Learnig. Project Based
Learnig merupakan proses pembelajaran yang secara langsung
melibatkan siswa untuk menghasilkan proyek dan mendorong
siswa agar aktif belajar dengan berkolaborasi memecahkan
masalah. Bahkan penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
pembelajaran yang dapat melatih keterampilan abad 21 harus
pembelajaran yang berpusat pada siswa, kerja sama tim, serta
pembelajaran yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari hari
siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat siswa yang sudah


menerapkan Project Based Learnig pada tema 4 subtema 3 muatan
ipa materi bunyi dan pendengaran, terlihat siswa sedang membuat
gitar sederhana menggunakan kotak sepatu dan karet, sebagian

70
besar siswa sudah memiliki keterampilan kolaborasi yang cukup
bagus, hal tersebut dapat dilihat dari siswa yag berperan aktif
dalam kelompok ketika melakukan diskusi perencanaan proyek,
para siswaa juga sudah bias menunjukan kerja tim yang cukup
bagus dan sikap menghargai ketika ada siswa yang memberikan
pendapat, selain itu sebagian besar siswa juga dapat bekerja secara
produktif untuk membuat proyek. Hasil proyek siswa juga
memuaskan, para siswa dapat membuat proyek tersebut dengan
perintah guru. Hal ini juga dibuktikan oleh hasil wawancara
dengan salah satu informan yakni siswa kelas IV yakni
Muhammad Ozil, yang mengatakan bahwa;
“ iya bener, ibuk sering ngajak buat tugas proyek
jadi awal awalnya cuman beberapa yang mau
kerjain dikelompok,banyak yang cerita yang main,
tapi karena sudah sering buat kelompok dankerjain
tugas praktek dan selalu diarahin ibuk ilmi, kita
semua kompak deh, karena kalo tidak ada yang ikut
bantu kelompoknya nanti ibuk dak kasih nilai”

Sehingga dapat disimpulkan siswa kelas IV telah mencapai dan


memenuhi indikator kolaborasi abad 21 dalam pembelajaran
tematik yakni dapat bekerja sama, mengerjakan tugas tepat waktu,
bertanggung jawab, dan menghargai pedapat.

71
4. Keterampilan Berfikir Kreatif
a. Proses Implementasi Keterampilan Berfikir Kreatif Dalam
Pembelajaran Tematik Pada Kelas IV di MI Nurul Hidayah
Kota Jambi
Berdasarkan wawancara dengan ibu Nur Ilmy Desaryanti,S.Pd
selaku wali kelas IV menyebutkan bahwa;
“untuk mengasa keterampilan berfikir kreatif dalam
pembelajaran tematik saya menggunakan
pembelajaran Project Based Learning, karena
dengan ini pada pembelajaran tematik terpadu dapat
membuat siswa lebih kreatif dan percaya diri dalam
menyelasaikan proyek.”

Hal ini didukung oleh

72
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali Fikri, (2021). Keterampilan Guru Dalam Membimbing Diskusi Pada
Pembelajaran Abad 21. Journal of Education and Teaching, 2(1), 1–7.

Apriono,D. (2013). Pembelajaran Kolaboratif: Suatu Landasan untuk Membangun


Kebersamaan dan Keterampilan Kerjasama. Diklus, XVII(September), 292–
304.

Arfani, J.W., & Sugiyono, S. (2014). Manajemen Kelas Yang Efektif: Penelitian
Di Tiga Sekolah Menengah Atas. Jurnal Akuntabilitas Manajemen
Pendidikan, 2(1), 44–57.

Aslamiah, A.,Abbas, E. W., & Mutiani, M. (2021). 21st-Century Skills and Social
Studies Education. The Innovation of Social Studies Journal, 2(2), 82.

Badriyah,L.(2021). Pada Pembelajaran Bidang Bahasa Indonesia Sampang


Cilacap Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. IAIN
Purwokerto.

Blegur,J.,&Tlonaen,Z.A. (2017). Keterampilan Berpikir Kreatif dan


Hubungannya dengan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Kejaora, 2(1), 60–
67.

Budiono, H., & Abdurrohim, M. (2020). Peran Guru Dalam Mengembangkan


Keterampilan Komunikasi (Communication) Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Teratai. Jurnal IIkatan Alumni PGSD UNARS, 8(1), 119.

Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, & Amat Nyoto. (2016). Transformasi
Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan. Jurnal Pendidikan, 1(7), 263–278.
http://repository.unikama.ac.id/840/32/263-278 Transformasi Pendidikan
Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era
Global .pdf. diakses pada; hari/tgl; sabtu, 3 November 2018. jam; 00:26, wib.

Fahmi, A. N., Pendidikan, P. T., Negeri, U., Maret, S., Videoscribe, S., Info, A.,

73
& Videoscribe, S. (2020). Profil Keterampilan Kolaborasi Mahasiswa Pada
Rumpun Pendidikan MIPA. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, 17(03),
229–238.

Febrianti, Y., Djahir, Y., & Fatimah, S. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir
Kreatif Peserta Didik dengan Memanfaatkan Lingkungan pada Mata
Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Profit, 3(1),

Fitriah, P. I., Yulianto, B., & Asmarani, R. (2020). Meningkatkan Keterampilan


Komunikasi Siswa Melalui Penerapan Metode Everyone Is A Teacher Here.
Journal of Education Action Research, 4(4), 546.

Handoko, H. (2017). Pembelajaran Matematika Model Savi Berbasis Discovery


Strategy Materi Dimensi Tiga Kelas X. Jurnal EduMa, 6(1), 85–95.

Hanifa Mardhiyah, R., Aldriani, Sekar Nurul Fajriyah Chitta, F., & Rizal Zulfikar,
M. (2021). Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai Tuntutan
dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jurnal Pendidikan, 12(1),
187–193.

Husain, R. (2020). Penerapan Model Kolaboratif Dalam Pembelajaran Di Sekolah


Dasar. E-Prosiding Pascasarjana Universitas Negeri …, 1(2012), 12–21.

Indah Saputri, N. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


Kelas V Melalui Inkuiri Terbimbing pada Mata Pelajaran IPA di SDN
Punukan,Wates Kulon Progo Tahun Ajaran 2013/2014. Universitas Negri

Intan Pratiwi, W. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif


Siswa pada Pelajaran IPS Menggunakan Outdor Study di Kelas III SDN 2
Tanjung Gunung Badegan Tahun Pelajaran 2018/2019. \IAIN Ponorogo.

Irawan, M. D., & Simargolang, S. A. (2018). Implementasi E-Arsip Pada Program


Studi Teknik Informatika. Jurnal Teknologi Informasi, 2(1), 67.

Juliyantika, T., & Batubara, H. H. (2022). Tren Penelitian Keterampilan Berpikir


Kritis pada Jurnal Pendidikan Dasar di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(3),

74
Kulle, H. (2006). Nilai-Nilai Tarbawi Dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11. In
Jurnal Al-Asas: Vol. Vol.4 (Issue No.1, p. 14).

Kumalasani, P. M., & Kusumaningtyas, D. I. (2022). Keterampilan Abad 21


Dalam Model-Model Pembelajaran Berpendekatan. Jurnal Riset Pendidikan
Dasar, 05(April), 74–81.

Lubis, R. R., Tinggi, S., Islam, A., Syahputri, R., & Kritis, B. (2022). Berpikir
Kritis SMA. Jurnal Nizhmiyah, XII(1), 1–8.

Mahanal, S. (2017). Peran Guru Dalam Melahirkan Generasi Emas Dengan


Keterampilan Abad 21. Seminar Nasional Pendidikan HMPS Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Halu Oleo, 1(September 2014), 1–16.

Marfuah, M. (2017). Improving Students’ Communications Skills Through


Cooperative Learning Models Type Jigsaw. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,

Moh.Mukhlis. (2012). Pembelajaran Tematik. Jurnal Fenomena, IV(14), 66.

Moleong, L. J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. In Remaja Rosdakarya.

Mukhatar. (2010). Penerapan Manajemen Berbasis Aktivitas. Jurnal Riset


Akuntansi Going Concern, 12(2), 86.

Nadhiroh, P. S., & Trilisiana, N. (2020). Keterampilan Kolaborasi Mahasiswa


Teknologi Pendidikan dalam Mata Kuliah Kewirausahaan Berbasis Proyek.
Jurnal Epistema, 1(1), 23–30.

Naza, D. R. K. (2021). Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Menggunakan


Model Think Pair Share (Tps) Berbantuan Media Ular Tangga. Jurnal
Prasasti Ilmu, 1(3), 28–35.

Ningrum, A. R., & Putri, N. K. (2021). Hubungan Antara Keterampilan


Berkomunikasi dengan Hasil Belajar IPS pada Peserta Didik Kelas V SD.
TJurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 7(2), 177–186.

Nurwahidah, Taufik, S., Mirawati, B., & Indriati. (2021). Meningkatkan

75
Keterampilan Kolaborasi Siswa Menggunakan Lembar Kerja Siswa Berbasis
Saintifik. Reflection Journal, 1(2), 70–76.

Pratiwi, E. A., Witono, A. H., & Jaelani, A. K. (2022). Keterampilan Komunikasi


Siswa Kelas V SDN 32 Cakranegara Kecamatan Sandubaya Kota Mataram
Tahun Ajaran 2021/2022. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(3b), 1639

Prihadi, E. (2018). Pengembangan Keterampilan 4C melalui Metode Poster


Comment pada Mata Pelajarann PAI dan Budi Pekerti. Rabbani, 5, 464–479.

Putri, A. J., Arsil, A., & Kurniawan, A. R. (2020). Analisis Pencapaian


Keterampilan Komunikasi Pada Proses Pembelajaran. JRPD (Jurnal Riset
Pendidikan Dasar), 3(2), 154–161.

Putu Arnyana, I. B. (2007). Pembelajaran Untuk Meninngkatkan Kompetensi 4C (


Communication, Collaboration, Critical Thingking dan Creative Thingking)
Untuk Menyongsong Era Abad 21. International Journal of Science and
Mathematics Education, 5(3), 461–482.

Risdianto, E. (2019). Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0.


Research Gate, April(January), 1–16.

Rizal, F., Abdullah, R., Oktaviani, & Yuliansa. (2018). Tinjauan Keterampilan
Abad 21 di Kalangan Guru Kejuruan. Journal Cived Teknik Sipil, xx(x), 4.

Rosnaeni, R. (2021). Karakteristik dan Asesmen Pembelajaran Abad 21. Jurnal


Basicedu, 5(5), 4341–4350. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1548

Saputra, R. (2019). Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk


Mengembangkan Ketrampilan Abad ke-21. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Sari, k.p.s.n & Irdamurni, I. (2020). Pengembangan Kreativitas Dan Konsep Diri
Anak Sd. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 44.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif,Kuantitatif,R & D. Alfabeta.

76
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Evaluasi. Jurnal Penelitian Pendidikan,
7(1), 79.

Sulistiyawati, D. Y. R. (2020). Peningkatan Keterampilan Kolaborasi Dan Hasil


Belajar Materi Debit Untuk Siswa Kelas V Sdn Kentungan Dengan Model
Stad. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Suryani, N. (2016). Implementasi Model Pembelajaran Kolaboratif untuk


Meningkatkan Ketrampilan Sosial Siswa. Jurnal Harmoni IPS, 1(2), 1–23.

Wasahua, S. (2022). Konsep Pengembangan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif


Peserta Didik di Sekolah Dasar. Horizon Pendidikan, 16(2), 72–82.

Wong Lieung, K. (2019). Pengaruh Model Discovery Learning terhadap


Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Karlina. Journal of
Primary Education, 1(2), 73–82.

Yuliani, H. (2017). Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Siswa Sekolah Menengah


Di Palangka Raya Menggunakan Pendekatan Saintifik. Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 3(1), 48.

77
LAMPIRAN

78

Anda mungkin juga menyukai