SKRIPSI
Oleh:
Nur Fauziah
1110011000010
i
pustakawan dan sekolah belum maksimal bekerjasama dalam membangun
generasi yang melek informasi.
ii
ABSTRACT
Assalamualaikum Wr.Wb
iii
4. Bapak Dr.H.Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta .
5. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA selaku dosen akademik yang telah banyak
memberikan pengarahan dalam menjalankan perkuliahan dari awal sampai di akhir
perkuliahan.
6. Desen Pembimbing skripsi Yudhi Munadi, M.Ag yang senantiasa memberikan
bimbingan, dan arahan yang bermanfaat serta motivasi yang membangun kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kepada dosen PAI
beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu.
8. Pimpinan perpustakaan fakultas tarbiyah dan perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu pelayanan fasilitas buku-buku
demi terselesaikannya skripsi ini.
9. Ibu kepala sekolah SMPN 27 Jakarta Helia Askarina, S.Si yang telah mengizinkan
melakukan penelitian dan observasi dengan pelayanan yang sangat baik.
10. Segenap guru-guru PAI SMPN 27 Jakarta yang telah sabar dan ikhlas dalam
membantu penelitian skripsi ini.
11. Kakakku, Muhammad Zaki, SH dan adik-adikku Lia Kamaliah dan Muhammad
Akrom Fahmi karena kalian yang menjadi motivator untukku agar selalu
memberikan yang terbaik.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan Eva Fauziyah, Fitri Handayani, Reni Anggraeni,
Debi Utami Rizki, Widya Rafika, Maisaroh dan seluruh sahabat PAI 2010
Khususnya PAI kelas A, karena kalian yang selalu menjadi tempat bertukar fikiran
dalam penulisan skripsi ini, dan juga pengalaman bersama kalian yang tak akan
pernah terlupakan.
iv
konstruktif diharapkan penulis untuk mengevaluasi laporan penelitian ini agar lebih
baik lagi. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi kebutuhan serta menambah
pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
Nur Fauziah
v
DAFTAR ISI
A. Upaya.....................................................................................................7
1. Pengertian.................................................................................................7
2. Jenis-Jenis Upaya.....................................................................................7
B. Guru ......................................................................................................9
1. Pengertian Guru...............................................................................9
C. Literasi Informasi ................................................................................12
1. Pengertian Literasi Informasi ........................................................12
2. Ciri Orang yang Memiliki Literasi Informasi ...............................16
3. Model Literasi Informasi ...............................................................16
D. Pendidikan Agama Islam ....................................................................19
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................19
vi
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..................................................21
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah ................................24
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ....................................25
D. Hasil Penelitian yang Relevan.............................................................28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................59
B. Saran ...................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sudarsono, Blasius, et. Al. (2009) Literasi Informasi: Pengantar untuk Perpustakaan
Sekolah, Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
2
Fitrihana, Noor, 2009. Peningkatan Kompetensi Literasi Informasi di Internet.
http://batikyogya.wordpress.com/ diakses pada tanggal 20 Nopember 2014 jam 09.12
1
2
telekomunikasi. Informasi yang ada tidak hanya dalam bentuk tercetak seperti
buku, surat kabar, majalah tetapi juga dalam bentuk elektronik seperti internet,
pangkalan data dan sebagainya.
Berkembangnya informasi seperti sekarang ini menyebabkan terjadinya
ledakan informasi (information explosion) yang tidak bisa dihindarkan. Hal
tersebut sangat wajar mengingat banyaknya informasi yang tersedia baik tertulis,
terekam maupun digital yang setiap saat bertambah yang beredar dikalangan
masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, masyarakat secara potensial dapat terjebak dalam jutaan
informasi yang terus bertambah dan semakin kompleks. Untuk mencegahnya,
setiap orang harus memiliki kemampuan dalam mencari, menggunakan, dan
mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien serta dapat
mengembangkannya menjadi pengetahuan baru. Kemampuan ini lebih dikenal
dengan istilah information literacy yang dalam bahasa indonesia lebih dikenal
dengan literasi informasi atau melek informasi. The Southern Association of
Collage and Schools mendefinisikan literasi informasi sebagai kemampuan
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi untuk menjadi pelajar
sepanjang hayat dan mandiri.3 Dan jelaslah bahwa dengan memiliki litersi
informasi kita memiliki kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal
yang berhubungan dengan kegiatan informasi. Literasi informasi bermanfaat
dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup
tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar terus-menerus.
Peserta didik dalam hal ini siswa diharapkan memperoleh keterampilan
literasi informasi, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah, serta pada gilirannya menambah motivasi untuk belajar.
Keterampilan mencari dan menemukan informasi menjadi faktor pendukung dan
semacam fasilitas untuk belajar secara lebih aktif dan efisien. Seseorang yang
sudah melek informasi dianggap akan mampu menjelajahi lautan dan belantara
informasi yang semakin lama semakin luas dan rumit, baik yang menggunakan
3
Ida Farida dkk, Information Literacy Skills: Dasar Pembelajaran Seumur Hidup, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2005), h. 30
4
4
Webber Johnston, “As we may think: Information Literacy as a discipline for thr
information age” Research strategies, 20 (3), 108-121 (2006)
5
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2008) hal. 61
6
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke 2, hal 130
5
dalam penulisan skripsi ini adalah “Upaya Guru dalam Pengembangan Literasi
Informasi Siswa pada Mata Pelajaran PAI”.
B. Identifikasi Masalah
1. Guru/pendidik kurang memahami tentang konsep literasi informasi
2. Kurangnya pelatihan untuk siswa dalam mengembangkan literasi
informasi
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah pada upaya yang
dilakukan oleh guru dalam mengembangkan literasi informasi siswa pada
mata pelajaran PAI
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Sejauh mana pemahaman guru terhadap konsep literasi informasi?
2. Bagaimana upaya guru tersebut dalama mengembangkan literasi informasi
siswa pada mata pelajaran PAI?
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Sekolah penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu sarana
monitoring dan evaluasi, untuk membantu mengembangkan literasi
informasi siswa, khususnya pada mata pelajaran PAI
6
KAJIAN TEORI
A. Upaya
1. Pengertian Upaya
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata upaya berarti usaha,
ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari
jalan keluar, dsb).1
Menurut Soeharto “Upaya adalah aspek yang dinamis dalam
kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan
suatu upaya”. Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara, juga
dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis,
terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar tidak meluas atau
timbul.
Adapun yang dimaksudkan upaya disini adalah upaya informan
selaku guru untuk mencoba dan mencari cara terbaik dan bermanfaat
agar dapat mengembangkan literasi informasi siswa SMPN 27 Jakarta
pada mata pelajaran PAI.
2. Jenis-Jenis Upaya
a. Upaya preventif memiliki konotasi negatif yaitu sesuatu masalah atau
suatu hal yang berusaha untuk dicegah. Adapun sesuatu yang
dimaksud itu mengandung bahaya baik bagi lingkup personal, maupun
global.
Dalam lingkup pendidikan masalah yang dimaksud adalah
berbagai hal yang dapat menghambat perkembangan pendidikan baik
1
Hasan, Alwi. Et.al, (ed.), “upaya”. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007). Ed. 3, Cet. Ke-4, hal. 1250.
7
8
itu dari siswa, guru, kepala sekolah dan unsur – unsur yang yang
terkait didalamnya.
b. Upaya preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan kondisi
yang telah kondusif atau baik, jangan sampai terjadi keadaan yang
tidak yang baik.
c. Upaya kuratif, adalah upaya yang bertujuan untuk membimbing siswa
kembali kepada jalur yang semula, dari yang mulanya menjadi siswa
bermasalah menjadi siswa yang bias menyelesaikan masalah dan
terbebas dari masalah. Upaya ini juga berusaha untuk membangun
rasa kepercayaan diri siswa agar bias bersosialisasi dengan
lingkungannya.
d. Upaya adaptasi adalah upaya yang berusaha untuk membantu
terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya sehingga
dapat timbul kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah. Upaya –
upaya tersebut dapat juga dilakukan dalam mengahadapi maraknya
penyebaran ajaran islam sempalan, pada siswa. Pada suatu daerah
yang masyarakatnya pernah terpengaruh ajaran islam sempalan ini
misalnya, maka gabungan antara kelima upaya diatas efektif sekali
untuk dilakukan. Jika upaya preventif gagal dilaksanakan, maka
langkah selanjutnya adalah pelaksanaan, maka langkah selanjutnya
adalah pelaksanaan upaya kuratif sebagai langkah awal penyembuhan.
Pembinaan kembali suatu masyarakat atau individu menjadi individu
yang memiliki rasa percaya diri dan sosialisasi yang tinggi adalah
merupakan suatu upaya yang berat.
Oleh sebab itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak antara
lain, keluaraga, guru, pustakawan, teman sejawat dan komunitas
lainnya dalam melaksanakan upaya koretif dan preservatif
selanjutnya.
9
B. Guru
1. Pengertian Guru
Al-Qur’an telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya
dalam pendidikan dan fungsi fundamental mereka dalam pengkajian
ilmu-ilmu Ilahi serta aplikasinya. Isyarat tersebut, salah satunya terdapat
dalam firman-Nya berikut ini:
Artinya: “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-
ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al
Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana”.(QS. Al-Baqarah: 129)2
2
Tim Pustaka Al-Kautsar, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2009), h. 20
10
3
H. Ihsan Hamdani, H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h. 93
4
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 8,
h. 39
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 20070, Cet. VII, h. 75
6
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), Edisi kedua, h. 5
11
7
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), Cet. III, h. 6
8
E. Mulyasa, “Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”, dalam
Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. III, h.
246
12
C. Literasi Informasi
1. Pengertian Literasi Informasi
Literasi Informasi pertama kali ditemukan oleh pemimpin American
Information Industry Association Paul G. Zurkowski pada tahun 1974
dalam proposalnya yang ditujukan kepada The National Commission on
Libraries and Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat. Menurut
Zurkowski “seorang pekerja memerlukan kemampuan khusus untuk
menggunakan beraneka ragam sumber informasi dalam melaksanakan
tugasnya”. Orang yang memiliki kemampuan inilah yang disebut sebagai
orang yang information literate. Pendapat ini menjadikan pustakawan
dan pendidik juga mulai sadar akan pentingnya literasi informasi bagi
kalangan masyarakat umum. Hal ini terkait erat dengan bagaimana
masyarakat menggunakan perpustakaan dan beragam sumber informasi
lainnya. Perlu ditekankan bahwa keberadaan perpustakaan di negara
maju sudah dianggap sebagai suatu organisasi pengetahuan masa depan.9
Pengertian Literasi Informasi secara umum adalah kemelekan atau
keberaksaan informasi. Menurut kamus bahasa inggris pengertian
literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan membaca dan
information adalah informasi. Maka literasi informasi adalah kemelekan
terhadap informasi.10 Walaupun istilah literasi belum begitu familiar dan
menjadi istilah yang asing di kalangan masyarakat. Seseorang dikatakan
melek informasi berarti literat terhadap informasi.
Seseorang harus mempunyai kemampuan literasi informasi agar
tidak terjebak oleh jutaan informasi di era informasi yang sangat
9
Blasius Sudarsono, Literasi Informasi (Information Litercy): Pengantar untuk
Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Perpustakaan Nasional ri, 2007), h. 10
10
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia = An English-Indonesia
Dictinor, (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 361
13
berkembang saat ini. Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah
ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya: “Alif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an)
yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung” (Q.S. Al Baqarah : 1-5)
11
Ida Farida dkk, Information Literacy Skills: Dasar Pembelajaran Seumur Hidup,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 30
12
Ibid, h. 30-31
15
yang logis dan mempertahankannya. Jika ada hal yang baru, orang itu
tidak akan ragu-ragu mempelajarinya untuk kemudian menanggapi
dengan kritis dan selektif. Biasanya orang yang memiliki literasi
informasi akan mempunyai banyak pertanyaan. Dari informasi baru yang
diperolehnya, orang yang memiliki informasi akan dapat menolak
pendapat yang salah atau mungkin membahayakan baik bagi dirinya
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa orang yang memiliki literasi informasi adalah seorang
yang berpandangan kritis.
Tabel 1.1
6 Keterampilan 12 Langkah
1. Merumuskan Masalah
1. Perumusan Masalah
2. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan
2. Strategi pencarian 3. Menentukan sumber
informasi 4. Memilih sumber terbaik
5. Mengalokasi sumber secara intelektual dan
3. Alokasi dan akses fisik
6. Menemukan informasi di dalam sumber
17
tersebut
7. Membaca, mendengar, meraba dan
4. Pemanfaatan
sebagainya.
informasi
8. Mengekstraksi informasi yang relevan
9. Mengorganisasikan informasi dari berbagai
5. Sintesis sumber
10. Mempresentasikan informasi tersebut
11. Mengevaluasi hasil (efektivitas)
6. Evaluasi
12. Mengevaluasi proses (efesiensi)14
b. Empowering 8
Selain big6, model literasi informasi lain yang diakui dan
banyak diadaptasi oleh berbagai institusi dan individu adalah
empowering eight. Empowering eight adalah model literasi informasi
yang dihasilkan dari pertemuan dua workshop di Srilanka tahun 2004
dan di India tahun 2005. Workshop tersebut dihadiri oleh 10 negara
asia selatan dan asia tenggara termasuk Indonesia.15
Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah
berupa resource-based learning, yaitu suatu kemampuan untuk
belajar berdasarkan pada sumber datanya. Menurut model ini, literasi
informasi terdiri atas kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi topik/subjek, sasaran audiens, format yang
relevan, jenis sumber
2) Mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan
topik
3) Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan
mengumpulkan kutipan yang sesuai
14
Diao Ai Lien dkk, Literasi Informasi: tujuh langkah knowledge management, (Jakarta:
Penerbit Universitas Atma Jaya, 2010), Edisi II, h. 4
15
Ibid, h. 4
18
16
Ibid, h. 5
17
Ibid, h. 5
18
Alan, Bundy. (2004). Australian and New Zealand Information Literacy Framework:
Principle, Standards and Practice. Diakses pada 04 Desember 2014 dari http://www.caul
.edu.au/infoliteracy/InfoLiteracyFramework.pdf
19
19
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet.
1, h. 10.
20
Ibid, h. 11
20
21
Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan diIndonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 3.
22
http://www.depdiknas.co.id, 18 November 2014
23
http://www.depag.co.id, 18 November 2014
24
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h.
130
21
25
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press,
2002), Cet. I, h. 37
26
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2002), Cet. 1, h. 15
27
Ibid, h. 16
28
Ibid, h. 19
22
29
Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 36
30
Ibid, h. 39
23
31
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta
Media), h. 206
32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta
Media), h. 145
24
Oleh karena itu, ilmu tentang keimanan ini disebut juga Tauhid.
Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun Iman yang
enam, yakni percaya kepada Allah SWT, kepada para Rasul Allah
SWT, kepada para Malaikat, kepada Kitab-Kitab Suci yang
diturunkan kepada para Rasul Allah SWT, kepada Hari Kiamat,
kepada Qadha’ dan Qadar.34
b. Ibadah (Ilmu Fiqih)
Dalam pengertian yang luas, ibadah itu adalah segala bentuk
pengabdian yang ditujukan kepada Allah SWT semata yang diawali
oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu
Fiqih. Selain membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan
sosial, seperti perdagangan (jual-beli), perkawinan, perceraian,
kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad),
politik (pemerintahan), makanan, minuman, pakaian dan lain
sebagainya.35
c. Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau
kitab suci lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Membaca Al-
Qur’an juga merupakan suatu ilmu yang mengandung seni, yakni
seni baca Al-Qur’an. Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah
pengenalan huruf hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi
tanda baca dan tanda berhenti, dan lain sebagainya. Ruang lingkup
pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang
memerlukan banyak latihan dan pembiasaan.36
d. Akhlak
Akhlak merupakan bentuk bathin dari seseorang. Pengajaran
akhlak berarti pengajaran tentang bentuk bathin seseorang yang
keliatan pada tindak tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini
34
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 86
35
Ibid, h. 86
36
Ibid, h. 90
27
40
Ibid, h. 112
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Latar Penelitian
1. Latar Fisik
SMPN 27 Jakarta berada di tengah-tengah komplek perumahan.
Lokasi untuk menjangkau sekolahnya pun sangat strategis, dapat ditempuh
dengan jalan kaki, naik angkot, ojek ataupun naik kendaraan pribadi.
Bangunan sekolah merupakan bangunan pemerintah yang berdiri sejak
1976. Dari tahun ke tahun selalu bertambah jumlah ruangan kelasnya agar
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar.
Terdapat bagian depan gedung sekolah ada sebuah pagar sebagai pintu
utama untuk masuk ke dalam sekolah. Dibagian depan gedung sekolah
sekolah terdapat sebuah masjid dan gereja sehingga memudahkan para
komunitas sekolah untuk beribadah ataupun praktek ibadah sesuai dengan
agamanya. Ada 4 gedung dalam sekolah ini, gedung utama terdiri dari 3
lantai sedangkan 3 gedung lainnya hanya terdiri dari 1 lantai. Pada gedung
utama terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru-guru, staff TU serta
ruang kelas. Gedung sekolah ini baru direhab pada tahun 2010. Adapun
jumlah kelas secara keseluruhan berjumlah 21 kelas dan berjumlah 744
siswa.
2. Latar Sosial
Lingkungan sosial yang tercipta di SMPN 27 cukup harmonis dan
religius. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hubungan baik antar guru dan
29
30
C. Metode Penelitian
Menurut Mardalis metode diartikan sebagai “suatu cara atau teknis yang
dilakukan dalam proses penelitian”. Sedangkan penelitian itu sendiri sebagai
upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh
fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk
mewujudkan kebenaran.1 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau upaya
untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai
1
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. VI, h. 24
31
status gejala yang ada atau kejadian apa saja yang terjadi saat penelitian
dilakukan. Metode deskriptif merupakan prosedur, pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggabungkan, melukiskan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. Penelitian
deskriptif umumnya bertujuan mendefinisikan secara sistematis, faktual dan
akurat terdapat suatu populasi atau daerah tertentu mengenai berbagai sifat
dan faktor tertentu.2 Adapun menurut. E Kristi Poerwandari menyatakan
bahwa “dalam penelitian kualitatif sampel tidak diambil secara acak tetapi
justru dipilih mengikuti kriteria tertentu”.3 Dalam penelitian penulis hendak
mendapatkan gambaran mengenai pemahaman seorang guru terhadap konsep
literasi informasi dan upaya guru dalam mengembagkan literasi informasi
pada siswa di SMPN 27 Jakarta.
D. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah data yang berbentuk non angka,
seperti kalimat-kalimat, foto atau rekaman suara dan gambar.
E. Informan
Informan yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti melalui
narasumber yang bersangkutan. Dalam penelitian ini narasumber yang
bersangkutan adalah guru PAI di SMPN 27 Jakarta.
Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snow ball,
yaitu penggalian data melalui wawancara mendalam dari satu informan ke
informan lainnya dan seterusnya sampai peneliti tidak menemukan informasi
baru lagi atau informasi yang diberikan tidak berkualitas lagi.4
2
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 54
3
E. Kristi Poerwanari, Pendkatan kualitatif dalam penelitian psikologi, (Jakarta: LP3ES,
1998), Cet.1,h.102
4
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Poposal dan Laporan
Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004), h. 75
32
7
A. Chaedar Alwasilah, Op.Cit, h. 110
8
Ibid, h. 111
35
9
Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Trsito,1988), h.126
10
Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2000, h. 177
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif, (Bandung : Alfabeta,
1988), h. 124
36
12
ibid, h.334
13
ibid, h.375
37
14
Sugiyono.Op.cit.334
15
Lexi.J.Moloeng, op.cit, h.3
38
melakukan analisis kualitatif, harus belajar mengodekan data dengan baik dan
mudah. Keunggulan penelitian sebagian besar terletak pada keunggulan
pengodean data”.16
Akan tetapi, dalam berbagai literatur mengenai penelitian kualitatif di
indonesia, tidak banyak orang yang membicarakan tata cara atau teknik-
teknik dalam pengodean, meskipun pengodean merupakan hal yang penting
dalam proses analisis.17 Karenanya langkah penting pertama sebelum analisis
dilakukan adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh.
Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data
secara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran
tentang topik yang yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti
akan dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.18
Penulis melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut. Pertama, data pendukung dan data utama ditranskripkan. Kemudian,
transkip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan diserahkan dengan
menggunakan kategorisasi atau pengkodingan agar mempermudah proses
pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan,
diterjemahkan dan dianalisa dan memperoleh jawaban dari pertanyaan
penelitian.
16
http://josephrdaniel.wordpress.com/2013/08/16/coding-sebuah-proses-penting-dalam-
penelitian-kualitatif/
17
Ibid.
18
E. Kristi Poerwanari, Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi, (Jakarta:
LP3ES, 1998), Cet.1,h.102
BAB IV
HASIL PENELITIAN
39
40
2
Abin Syamsuddin, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996), h. 23
42
3
Ibid, h. 24
4
Dorothy, Williams and Caroline Wavell (2006). Information Literacy in The Classroom:
Secondary School Teachers’ Conceptions. Final Report on Research Funded by Robert Gordon
Univercity. http://www.rgu.ac.uk/files/
43
5
Abin Syamsuddin, Op, Cit, h
44
6
Association of Collage and Research Libraries. (2000). Information Competency
Standards for Higher Education. Chicago: Association of Collage and Reaearch Libraries.
Diakses pada 02 Desember 2014. Dari http://www.ala.org/content/NavigationMenu/ACRL/
Standards_and_Guidelines/Information_Literacy_Competency_Standards_for_Higher_Education.
htm
45
7
Mark Hepworth (1999). A Study of Undergraduate Information Literacy and Skills: the
inclussion of information Literacy and Skills in the Undergraduate Curriculum.
http://www.ifla.org/IV/ifla65/papers/107-124e.htm-42k-
8
Umi Proboyekti. (2008). Literasi Informasi: Identifikasi Masalah/ Kebutuhan Informasi.
Diakses 02 Desember 2014, dari http://lecturer.ukdw.ac.id
46
maka akan muncul hal-hal yang negatif bila tidak diarahkan secara
benar.
Dalam melakukan penelusuran biasanya menggunakan search
engine sebagai alat bantu. Informan 1 mengaku terkadang ia
mengajarkan kepada siswa untuk menggunakan pencarian khusus.
Dalam melakukan penelusuran Informan 1 mengaku mengajarkan
siswa untuk mengganti strategi penelusuran bila tidak menemukan
informasi yang dibutuhkan. Selain itu, sumber informasi yang biasa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi siswa adalah buku
agama Islam, Al-Qur’an dan video. Hal ini seperti yang dilakukan
oleh banyak orang lainnya yang menggunakan sumber informasi ini
untuk menemukan informasi yang sifatnya sebagai pengetahuan
agama. Begitu juga dengan ketiga informan lainnya.
Seperti halnya diungkapkan oleh informan 4 yaitu ketika siswa
diberi tugas untuk mencari informasi tentang salah satu topik
pelajaran pada mata pelajaran PAI maka ia lebih banyak mengajarkan
kepada siswa untuk mencari informasi tersebut di google dan yahoo.
Karena menurutnya itu lebih mudah digunakan untuk anak seumuran
siswa SMP.
Seseorang pun dapat dikatakan melek informasi bila ia dapat
menggunakan alat bantu pencarian dengan pertimbangan atas
pemahaman dan pengetahuan mereka mengenai search engine
tersebut. Menurut ALA, “Pengetahuan mengenai search engine atau
sistem temu kembali akan sangat membantu dalam menyusun strategi
penelusuran atau pencarian yang efektif dan efisien. Hal ini
dikarenakan setiap sistem database memiliki keunikan tersendiri”.
Padahal untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan
cepat dan tepat, kita harus dapat mengetahui lebih banyak mengenai
internet. Karena selain search engine google, masih banyak search
engine lain (Khazanah Islam, Dakwah Islam dll) yang dapat dijadikan
alat bantu. Ataupun misalnya seorang siswa ingin mencari tentang
47
9
Dorothy, Williams and Louisa Coles. Op, Cit.
48
ketika masuk ke dalam kelas, emosi mereka harus stabil agar proses
belajar mengajar di dalam kelas berlangsung dengan efektif. Sebelum
masuk ruangan kelas dan mulai belajar biasanya siswa-siswanya
merasakan suasana hati yang berbeda-beda. Hal ini dimungkinkan karena
usia siswa-siswi yang masih labil dan dalam tahap pencarian jati diri.
Dalam menstabilkan emosi siswa-siswi ini, informan 1 biasanya
melakukan tadarus Al-Qur’an secara bersama-sama. Setelah melakukan
itu secara bersama-sama, ia baru memulai melakukan diskusi mengenai
materi hari itu. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh Informan 2
tergolong menarik karena juga menggunakan film.
Sedangkan informan 1 metode yang ia terapkan masih tergolong
konvensional. Kegiatan belajar mengajar dalam kelas ia banyak
melakukan ceramah diskusi. Tetapi ia juga berusaha meningkatkan daya
kritis siswa dengan melakukan adanya diskusi.
Dalam penelitian ini, usaha yang dapat dilakukan guru untuk
menjadikan siswa kritis adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat untuk di gunakan dalam kelas. Dalam kelas guru
memfasilitasi kegiatan belajar siswanya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa guru SMPN 27 menerapkan berbagai metode pembelajaran
dikelas yang hampir sama.
SMPN 27 tidak secara eksplisit mencantumkan literasi informasi
sebagai suatu hasil belajar yang harus dimiliki oleh setiap bagian dari
komunitas sekolah. Tetapi tujuan pembelajaran dari SMPN 27 yang
berlandaskan pembelajaran sepanjang hayat merupakan satu indikasi
yang dapat dijasikan ukuran dalam melakukan kegiatan belajar mengajar
di sekolah. Untuk itu SMPN 27 sendiri memberikan satu sarana untuk
mencapai tujuan tersebut.
57
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa walaupun belum mengetahui
dan memahami secara mendalam mengenai konsep literasi informasi namun
informan sudah mulai mengarahkan siswanya untuk dapat menjadi individu
yang selalu berpikir kritis dan pembelajar sepanjang hayat. Sebagaimana
tujuan akhir dari literasi informasi. Informan sudah berusaha membuat suatu
metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, misalnya dengan membuat
suatu trigger untuk dapat menghidupkan diskusi di kelas dan menstimulasi
cara berpikir siswa agar terbiasa memecahkan masalah, adanya diskusi
kelompok dan presentasi hasil diskusi untuk menambah rasa percaya diri
siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan literasi informasi yang mengharapkan
semua individu dapat belajar bagaimana caranya belajar –leraning how to
learn.
Pelatihan yang selama ini diberikan dari pihak guru untuk para siswa
secara berkala memiliki sedikit manfaat dalam mengembangkan literasi
informasi siswa. Akan tetapi yang perlu dilakukan adalah pelatihan khusus
mengenai literasi informasi siswa agar para siswa dapat memahami secara
mendalam bagaimana cara menjadi siswa ataupun individu yang literate.
Penelusuran informasi di internet juga masih dalam pengembangan
karena selama ini guru hanya mengajarkan siswa untuk menggunakan search
engine yang menurut mereka familiar bukan karena memahami dari fungsi
search engine itu sendiri. Hal ini membuktikan bahwa guru belum dapat
menguasai literasi informasi dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi
untuk dapat mengembangkan literasi informasi siswa.
Strategi penelusuran informasi yang diterapkan juga masih belum
sistematis. Walaupun mereka mengaku siswa-siswi selalu mendapatkan
informasi yang mereka butuhkan tetapi sistematika penelusuran masih belum
59
60
efektif. Selain itu kegiatan yang dilakukan di dunia maya hanya sebatas
pencarian informasi yang sifatnya pengetahuan umum, tetapi dalam
melakukan pencarian penelitian ilmiah masih belum banyak digali. Selain itu
mereka belum banyak memanfaatkan fasilitas di intenet secara maksimal
misalnya email, forum diskusi dll.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca dan pihak sekolah
terkait dengan penelitian yang telah dilakukan ini diantaranya adalah:
1. Guru harus dapat lebih meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa
dalam menunjang prestasi belajarnya. Terutama kemampuan dalam
melakukan penelusuran informasi dan memanfaatkan sumber-sumber
informasi yang tersedia, seperti sarana perpustakaan. Oleh karena itu,
perpustakaan pun dala hal ini harus dapat mengakomodir kebutuhan
informasi siswa SMNPN 27.
2. Dengan meningkatnya teknologi informasi menuntut adanya perubahan
pada kemampuan dalam mengakses dan memanfaatkan informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi dapat memudahkan proses belajar
mengajar di SMPN 27.
3. Perlu adanya dukungan dari pihak sekolah SMPN 27 untuk dapat
meningkatkan literasi informasi siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan mengenai konsep dan pemahaman literasi
informasi. Serta perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana dalam
menunjang kegiatan belajar mengajar, misalnya dengan menambah koleksi
sumber informasi di perpustakaan dan juga menambah kecepatan akses
internet yang masih jauh kurang.
4. Penerapan literasi informasi dalam proses pembelajaran dirasakan masih
perlu banyak ditingkatkan. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara
guru dengan pustakawan untuk mewujudkan terciptanya komunitas yang
lebih literate terhadap informasi. Dalam hal ini guru harus lebih proaktif
untuk mengajak pustakawan dan anggota komunitas sekolah lainnya untuk
61
NIM : 1110011000010
BAB I
No Halaman Paraf
No Judul Buku
Footnote Referensi Pembimbing
Literasi Informasi: pengantar untuk
1 1, 8
perpustakaan sekolah
Peningkatan Kompetensi Literasi
2 2
Informasi di Internet
School Libraries and Information Literacy
3 3
BAB II
No Halaman Paraf
No Judul Buku
Footnote Referensi Pembimbing
8 Mushaf Al-Qur’an dan 1
Terjemahannya
9 Filsafat Pendidikan Islam 2 93
BAB III
No Halaman Paraf
No Judul Buku
Footnote Referensi Pembimbing
25 Mardalis, Metode Penelitian 1 24
BAB IV
No Halaman Paraf
No Judul Buku
Footnote Referensi Pembimbing
35 Pokoknya Penelitian Kualitatif 1 105
PEDOMAN WAWANCARA
Mengakses Informasi
1. Apakah Bapak/Ibu tahu apa yang dimaksud dengan literasi/melek informasi?
2. Menurut Bapak/Ibu, apa sih yang dimaksud dengan kebutuhan informasi?
3. Apakah bapak/ibu tahu kebutuhan informasi siswa itu seperti apa?
4. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan kebutuhan informasi siswa?
5. Apakah selama ini bapak/ibu mempunyai kendala dalam menentukan
kebutuhan informasi siswa dan menentukkan jenis dan sumber informasi
dalam memenuhinya?
Mengevaluasi Informasi
1. Untuk mata pelajaran PAI ini, dimana bapak/ibu mengeksplor informasi yang
dibutuhkan oleh siswa?
2. Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menerapkan
strategi penelusuran yang efektif?
3. Apa pertimbangan bapak/Ibu untuk menggunakan alat bantu dalam melakukan
pencarian informasi yang diajarkan kepada siswa?
4. Mengapa bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menyeleksi dan
merekam informasi yang relevan untuk mata pelajaran PAI?
5. Apakah bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk menyimpan informasi
yang didapat? Teknologi seperti apa yang digunakan?
6. Apakah siswa yang bapak/ibu ajarkan pernah mengalami kendala dan kesulitan
dalam mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif?
7. Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk mengevaluasi
hasil perolehan informasi yang mereka dapatkan (efektivitas)?
8. Apakah mereka juga mengevaluasi proses (efesiensi), bagaimana caranya?
Penggunaan Informasi
1. Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa cara mengektraksi
informasi yang relevan?
2. Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa agar dapat
mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber?
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengajarkan kepada siswa untuk
mempresentasikan informasi tersebut?
4. Apakah dalam hal mengembangkan literasi informasi siswa, bapak/ibu
mendengarkan masukan orang lain?
Lampiran 3
TRANSKIP WAWANCARA