SKRIPSI
Oleh :
NIM. E1E018039
UNIVERSITAS MATARAM
2022
MOTTO
“Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling
jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi”
(Thomas A Ed)
i
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
iii
PERSETUJUAN SKRIPSI
iv
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb alam semesta yang telah mencurahkan seluruh
rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta kemudahan dalam setiap langkah sehingga
Persembahan tugas akhir ini dan rasa terimaksih saya ucapkan untuk:
1. Kedua orang tua tersayang saya yaitu bapak (Jasman) besar terimakasih saya
ucapkan untuk segala kasih sayang serta dukungan lebihnya sampai sejauh ini.
Saya sangat bangga memiliki bapak sepertimu. Tidak lupa juga ucapan
terimakasih kepada ibunda tercinta (Reni Kusmariani) yang menjadi motivasi dan
Karunia Perdani, dan Fera Sonia Fidya terimakasih sudah membantu dan
memberikan dukungan serta do’a untuk kelancaran proses penyusunan tugas akhir
ini.
3. Terimakasih untuk sahabatku Ari Nashiruddin Zaini, Putri Aulia, Nia Mau’izah,
Dian Ayu, Nisak, Faras, Aisyah, Elin, Cici, dan Itak yang telah menjadi bagian
penyemangat dan tempat berkeluh kesah selama menyelesaikan tugas akhir ini
4. Teruntuk diriku terimakasih sudah sabar serta tetap kuat ketika lelah dan
menghadapi segala cobaan yang datang selama menyelesaikan tugas akhir ini.
vi
KATA PENGANTAR
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan
kelulusan pada Program Studi Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram. Skripsi ini terdiri dari enam
Bab yaitu, Bab 1 berisi latar belakanh, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional. Bab II berisi kajian teori dan penelitian yang
relevan. Bab III berisi pendekatan dan jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian,
jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan
data. Bab IV berisi hasil penelitian dengan pemaparan data hasil penelitian. Baba V
berisi pembahasan dari hasil penelitian. Bab VI berisi kesimpulan dan saran.
Penulis
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan serta dukungan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D. Rektor Universitas Mataram
2. Prof. Dr. H. A Wahab Jufri, M.Sc. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan,
4. Dr. Siti Istiningsih, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
5. Khairun Nisa, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing I, yang telah memberi arahan dan
6. Baiq Niswatul Khair, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II, yang telah memberi
8. Teruntuk yang terkasih dan pahlawan tanpa tanda jasa yaitu kedua orang tua yang
10. Kepada bapak dan ibu guru MI Raudlatul Jannah Al Ma’arif Darek yang telah
11. Keluarga besar Kelas A Reguler Pagi 2018 yang telah berjuang bersama-sama.
viii
Oleh :
E1E018039
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to describe the implementation of the school literacy movement on
the reading ability of fourth grade students at MI Raudlatul Jannah Al Ma'arif,
describe the factors supporting the implementation of the school literacy movement
on the reading ability of fourth grade students at MI Raudlatul Jannah Al Ma'arif,
describe the inhibiting factors for implementing the school literacy movement. school
literacy movement on the reading ability of fourth grade students at MI Raudlatul
Jannah Al Ma'arif. The approach used is a qualitative approach with the type of
qualitative descriptive research. Data collection techniques using interviews,
observation and documentation. Analysis of the data used is an interactive model
analysis (interactive model analysis). This analysis consists of three main
components, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The
results of the research on the implementation of the school literacy movement
program at MI Raudlatul Jannah Al Ma'arif are still at the development stage. Factors
supporting the school literacy movement on reading skills are reading angles,
adequate reading books and internet access. Inhibiting factors are teachers
experiencing difficulties in procuring books, damaged libraries, and unruly students.
DAFTAR ISI
MOTTO .............................................................................................................. i
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
ABSTRAK....................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 58
xiii
DAFTAR TABEL
Ma’arif ............................................................................................................. 43
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil wawancara guru kelas IV, Senin 14 Februari 2022 pukul
Gambar 4.2 Wawancara kepala sekolah, Senin 14 Februari 2022 pukul 09.25
WITA .............................................................................................................. 37
Gambar 4.4 Wawancara kepala sekolah, Senin 14 Februari 2022 pukul 10.00
WITA ............................................................................................................... 39
Gambar 4.5 Wawancara guru kelas IV, Selasa 15 Februari 2022 pukul 09.00
WITA .............................................................................................................. 41
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, hal ini
dikuasai siswa, dalam semua jenjang pendidikan melalui kegiatan membaca, siswa
Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Walaupun
informasi dapat ditemukan melalui media lain seperti media audio visual, tetapi peran
membaca tidak dapat digantikan sepenuhnya. Oleh karena itu kemampuan membaca
harus mendapat perhatian lebih, terutama pada saat siswa berada di bangku sekolah
dasar agar kemampuan membaca siswa dapat berkembang dengan baik di masa
depan.
dan bagian yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia. Kemudian menurut Nurhadi
(2010:13) membaca merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks
berarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal
pembaca. Faktor internal yaitu meliputi intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi,
tujuan membaca dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal berupa sarana
1
2
rumit artinya proses eksternal dan internal yang saling berhubungan membentuk
pembelajaran yang berkualitas agar proses transfer ilmu kepada siswa berlangsung
secara optimal. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 yang bunyinya :
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa”. Dilihat
dari indikator kemampuan membaca yaitu, (1) kemampuan menangkap arti kata dan
ungkapan yang digunakan penulis; (2) kemampuan menangkap makna tersurat dan
makna tersirat; dan (3) kemampuan membuat kesimpulan. Maka sangat penting untuk
menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang
Gerakan literasi sekolah merupakan salah satu hal yang dimuat dalam Peraturan
Budi Pekerti. Gerakan literasi sekolah merupakan salah satu program yang sangat
penting di terapkan pada bidang pendidikan, karena program tersebut mampu untuk
berusaha untuk membiasakan warga sekolah untuk memiliki wawasan yang luas.
kata “literat” yang tersurat dalam pengertian yang menyatakan bahwa gerakan literasi
pada pengertian literasi dalam konteks gerakan literasi sekolah yaitu mampu
Raudlatul Jannah Al Ma’arif berlokasi di Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya,
peneliti, sekolah ini merupakan salah satu madrasah di Darek yang menjadi pilihan
favorit para orang tua untuk menyekolahkan anaknya, hal tersebut dilihat dari
sekolah yang memiliki siswa terbanyak kedua di desa Darek. Selain itu MI Raudlatul
Jannah Al Ma’arif juga merupakan salah satu yayasan pondok pesantren di Darek
yang melaksanakan gerakan literasi sekolah dengan berstatus swasta. Hal tersebut
dilaksanakan pada bulan agustus lalu yang artinya pelaksanaan gerakan literasi pada
sekolah ini masih sangat awal. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian
guna mengungkap seperti apa kegiatan dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah
dari pelaksanaan gerakan literasi pada madrasah tersebut masih dengan kurun waktu
tertentu. Sedangkan jika dilihat dari kondisi yang seharusnya, pelaksanaan gerakan
literasi khususnya pada kemampuan membaca memerlukan kurun waktu yang cukup
lama dengan pelaksanaan yang rutin, serta dilengkapi faktor pendukung seperti sarana
prasarana yang memadai. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memilih
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
Secara teoritis, penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan kajian dalam
sekolah. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti
lainnya.
membaca siswa.
peneliti tentang gerakan literasi. Dan dapat menjadikan kajian relevan bagi
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah perlu diberikan lingkup penelitian.
1.5.2 Pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang dianalisis adalah kegiatan yang
1.6.1 Gerakan literasi sekolah adalah program dari pemerintah yang bertujuan untuk
pekerti sebagai pembelajaran sepanjang hayat. Adapun pada penelitian kali ini
portofolio siswa yang telah dikumpulkan guru selama gerakan literas sekolah
dilaksanakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Literasi
sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Literasi disebut juga dengan
atau literasi di era digital saat ini merupakan kemampuan membaca, menulis,
melukis, menari ataupun kemampuan melakukan kontak dengan berbagai media yang
literasi di era digital saat ini merupakan kemampuan memandang pengetahuan secara
tentang pengertian literasi yang telah di ungkapkan oleh para ahli maka peneliti
disini bukan hanya kemampuan membaca dan menulis yang terdapat didalamnya
ada. Kemampuan literasi dasar dapat diperoleh dengan cara membaca, menulis,
9
10
dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum gerakan literasi
sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tujuan khusus gerakan
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
menjadi sekolah sebagai komunitas yang memiliki komitmen dan budaya membaca
yang tinggi serta memiliki kemampuan menulis komprehensif. Ditinjau dari segi
tujuan umum dan tujuan khusus dari gerakan literasi sekolah yaitu dapat disimpulkan
beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Hal ini di tujukan
11
agar siswa meningkatkan minat membaca buku dari gerakan literasi sekolah. Dari
beberapa tujuan gerakan literasi menurut para ahli, maka peneliti menyimpulkan
bahwa tujuan dari gerakan literasi adalah untuk menciptakan lingkungan sekolah
strategi membaca.
diprediksi
peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi
membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan
dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra
pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru
bermakna.
diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat untuk
literasi sekolah adalah dalam memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran yang
kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk siswa perlu merefleksikan kekayaan
keberagamaan
masyarakat luas. Pelaksanaan literasi tidak dibatasi oleh komunitas tertentu dan
instansi tertentu. Program literasi bisa dilaksanakan oleh siapa saja dan di mana saja.
Namun dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yaitu di sekolah memiliki ruang
lingkup yang lebih jelas. Adapun ruang lingkup gerakan literasi Sekolah di sekolah
2.1.4.2 Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga
2.1.4.3 Lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa
lingkup literasi ada tiga yaitu lingkungan fisik sekolah, lingkungan sosial dan afektif,
14
dan lingkungan akademik. Ketiga ruang lingkup literasi tersebut mencakup semua hal
bisa dilaksanakan oleh siapa saja tanpa dibatasi oleh komunitas atau instansi tertentu.
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Gerakan literasi sekolah
secara umum tahapan gerakan literasi sekolah dilakukan dalam tiga tahap sebagai
berikut.
literasi siswa.
2.1.5.3 Tahap pembelajaran : kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan untuk
secara kreatif. Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan menanggapi teks buku
bacaan pengayaan dan buku pelajaran, dalam tahap ini ada tagihan yang
tahapan dalam gerakan literasi sekolah yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan,
dan tahap pembelajaran. Tujuan dari tahapan pembiasaan yaitu untuk meningkatkan
minat dan daya baca siswa. Pada tahap pengembangan bertujuan untuk
kemampuan memahami teks dengan berpikir kritis dan kreatif. Dalam tahap ini ada
tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca
No Tahapan Kegiatan
1. Pembiasaan (belum ada
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
tagihan) pelajaran, melalui kegiatan membaca buku dengan nyaring
atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati.
2. Penggunaan lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi
antara lain, a) penyediaan perpustakaan sekolah, sudut
baca, dan area baca yang nyaman; b) pengembangan
sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah); dan c)
penyediaan koleksi teks cetak, visual dan digital maupun
multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga
sekolah; d) pembuatan bahan karya teks (print-rearch
materials).
2. Pengembangan 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
pelajaran, melalui kegiatan membacakan buku dengan
nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, atau
membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan
non akademik. Contoh membuat peta cerita (story map)
dan bincang buku.
Pengembangan lingkungan fisik, sosial, dan afektif,
sekolah yang kaya literasi, serta menciptakan ekosistem
sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran
terhadap pengetahuan dengan berbagai kegiatan antara lain
(a) memberikan penghargaan terhadap capaian positif,
kepedulian sosial, dan semangat belajar siswa.
Penghargaan ini dapat dilakukan pada setiap upacara
bendera hari senin atau peringatan lain; (b) kegiatan
akademik lain yang meendukung terciptanya budaya
literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di
lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan kota / daerah
dan taman bacaan masyarakat, dll)
pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di
perpustakaan sekolah, perpustakaan kota / daerah, taman
17
No Tahapan Kegiatan
bacaan masyarakat, atau sudut baca kelas dengan berbagai
kegiatan antara lain; (a) membacakan buku dengan
nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama,
membaca terpadu, menonton film pendek dan membaca
teks visual / digital (materi dari internet); (b) siswa
merespon teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi,
melalui sekolah, wisata perpustakaan kota / daerah dan
taman bacaan masyarakat.
2. pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di
perpustakaan sekolah, perpustakaaan kotaa / daeerah,
taman bacaan masyarakat, atau sudut baca kelas dengan
berbagai kegiatan antara lain; (a) membacakan buku
dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama,
membaca terpadu, menonton film pendek dan membaca
teks visual/digital (materi dari internet); (b) siswa
merespon teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi,
melalui beberapa kegiatan sederhana, seperti menggambar,
membuat peta konsep, berdiskusi dan berbincang tentang
buku.
3. Pembelajaran (ada
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
tagihan akademik) pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan
nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, daan
membaaca terpadu diikuti kegiatan dengan tagihan non-
akademik dan akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan dengan
tagihann akademik di kurikulum 2013.
3. Pelaksanaan berbagai strategi untuk memahami teks dalam
semua mata pelajaran.
penggunaan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik
disertai beragaam bacaan (cetak, visual, auditori, digital),
yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk dapat
memperkaya peengetahuan dalam mata pelajaran.
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016)
mempunyai tiga tahapan yaitu, tahap pembiasan, tahap pengembangan dan tahap
yang berbeda-beda. Pada tahap pembiasaan, siswa membaca selama 15 menit baik
fisik sekolah yang kaya literasi seperti penyediaan perpustakaan. Pada tahap
masyarakat, atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan seperti membacakan
buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, membaca terpadu,
menonton film pendek dan membaca teks visual/digital. Pada tahap terakhir yaitu
pembelajaran langkah kegiatannya adalah lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku dengan nyaring, membaca
dalam hati, membaca bersama, membaca terpadu diikuti dengan kegiatan lain dengan
beda bagi setiap orang. Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekedar
kata-kata yang dilisankan itu dapat dipahami atau tidak Mujiyanto (2000:46)
membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan. Jika diperhatikan secara
tetapi lebih dari itu. Zuchdi (2007:19) mendefinisikan membaca sebagai penafsiran
yang bermakna terhadap bahasa tulis. Hal ini berarti membaca bukan hanya
simbol tersebut. Definisi membaca ini sejalan dengan pendapat Runikasari (2008:01)
bahwa membaca merupakan suatu proses pemberian makna pada materi yang
suara dari bahasa oral untuk mendapatkan pengertian. Pada saat proses pemberian
makna tersebut pembaca tidak begitu saja menerima secara mentah-mentah atau
sederhana apa yang dibacanya namun pembaca berusaha untuk menafsirkan makna
Menurut Rahim (2007:02) aktivitas membaca ini melibatkan banyak hal, tidak
sebagai proses psikolinguistik, pembaca secara simultan atau terus menerus menguji
dan menerima atau menolak hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses membaca
mengaitkan berbagai hal yang dimiliki untuk memahami pesan yang disampaikan
penulis. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca adalah
kegiatan atau proses pemberian makna pada bahasa tulis dengan menggunakan
pengetahuan tentang huruf-huruf tertulis yang dimiliki dan juga melibatkan aktivitas
yang diperoleh dan mengasah pembaca untuk berpikir dalam memahami suatu
bacaan/informasi.
topik lalu mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya,
pertanyaan yang spesifik. Menurut Rahim (2007:11) tujuan membaca mencakup : (1)
informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi
untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengonfirmasikan atau menolak prediksi, dan (8)
membaca di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa tujuan membaca berbeda
anak, karena kemampuan ini adalah syarat utama memasuki jenjang pendidikan
(2017:257).
beberapa aspek yang harus dinilai dalam mengukur kemampuan membaca yang
Apabila semua aspek tersebut terpenuhi maka kemampuan membaca siswa dapat
penelitian yang terdahulu yang sesuai atau yang memiliki kesamaan dengan
penelitian yang kita lakukan harus memiliki tolak ukur yang dijadikan sebagai acuan
untuk penyusunan penelitian. Pada kajian penelitian yang relevan ini, peneliti
22
dan perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu.
2.2.4.1 Penelitian yang dilakukan oleh Niwati T.A 2019/2020. Skripsi Institut Agama
Perbedaan dari penelitian ini adalah fokus penelitian yang dibahas adalah
penelitian kali ini lebih berfokus pada bagaimana pelaksanaan gerakan literasi
Sekolah. Perbedaan dari penelitian ini adalah berfokus pada sumber data
untuk siswa yang digunakan yaitu penelitian terdahulu menggunakan kelas II,
Penelitian ini berangkat dari suatu masalah yang sering terjadi atau terlihat
sebagai sarana dalam menumbuhkan kemampuan membaca. Oleh karena itu, melalui
Permasalahan
Jika siswa tidak melaksanakan gerakan literasi secara rutin, dan pelaksanaannya tidak dilaksanakan
dalam jangka waktu lama, maka pelaksanaan gerakan literasi pada kemampuan membaca akan sulit
terlihat
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
Mendeskripsikan tentang bagaimana proses pelaksanaan gerakan literasi sekolah, faktor penghambat
gerakan literasi sekolah, dan faktor pendukung gerakan literasi sekolah pada kemampuan membaca
siswa kelas IV di MI Raudlatul Jannah Al Ma’arif.
BAB III
METODE PENELITIAN
berbagai nuansa sesuai bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat atau
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
Tempat atau lokasi merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam
penelitian. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dapat
digali melalui tempat maupun lingkungannya. Dari lokasi atau tempat terjadinya
24
25
suatu peristiwa, secara kritis dapat ditarik simpulan yang berkaitan dengan
salah satu madrasah di Darek yang menjadi pilihan favorit para orang tua untuk
tersebut dibandingkan dengan sekolah lainnya yang ada di Darek dan pada
Sebuah data tidak akan mungkin dapat diperoleh tanpa sumber data. Pada
adapun sumber data yang dapat digali untuk mendapatkan berbagai informasi
sumber data yang dapat diperoleh dari guru kelas IV adalah karakteristik siswa,
kondisi siswa dan juga evaluasi dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah, serta
berlangsung, dan siswa dari kelas IV yang mudah diajak berkomunikasi. Siswa
memiliki peran penting dalam menjalankan serta menjaga semua hal terkait
dapat menentukan teknik pengumpulan data yang tepat, sesuai dengan kondisi,
dan waktu yang tersedia serta pertimbangan lain demi efektifnya penelitian.
deskriptif, maka metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai
berikut :
secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian. Pada saat
melakukan penelitian, peneliti mengamati semua yang dilihat dan didengar pada
yang dilihat dan didengar selama observasi akan dicatat dan direkam dengan teliti
oleh peneliti, hal ini dapat memudahkan peneliti untuk menganalisis dan
masalah yang diteliti. Observasi ini dilakukan kepada guru kelas IV dan juga
siswa dari kelas IV. Data yang diperlukan yaitu tentang proses pelaksanaan
gerakan literasi sekolah, faktor penghambat serta faktor pendukung yang dihadapi
27
pada pelaksanaan gerakan literasi sekolah pada kemampuan membaca siswa kelas
3.3.2 Wawancara
3.3.3 Dokumentasi
yang digunakan dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah, serta portofolio siswa
yang berasal dari kumpulan lembar kerja siswa selama pelaksanaan literasi.
mengumpulkan sebuah data. Pedoman yang digunakan pada penelitian ini adalah
kelas maupun di luar kelas. Berikut adalah lembar pedoman observasi yang akan
peneliti gunakan :
saja terhadap objek penelitian tetapi peneliti tetap mengingat data yang diperlukan
untuk penelitian. Adapun tabel kisi-kisi wawancara yang akan digunakan oleh
dan untuk dijadikan acuan dalam mengumpulkan data ataupun informasi terkait
sekolah
untuk mencari dan menyusun data secara sistematis. Teknik analisis data yang
31
digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model
abstraksi data dari fieldnote, Sutopo (2002:91). Pada tahap ini peneliti memilih
data, menggolongkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Kemudian men
dapat ditarik. Peneliti dalam hal ini mencatat dan merekam ujaran, sikap serta
pembicaraan antara guru dan siswa yang terjadi selama proses pelaksanaan
literasi.
bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini
merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis. Sajian data
ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai
kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang
ada.
sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat. Kesimpulan
yang dikemukakan akan valid apabila didukung dengan bukti yang valid juga.
tingkat kebenaran dan derajat kepercayaan. Pada bagian ini peneliti perlu
menguraikan tentang usahanya yang akan ditempuh untuk mendapatkan data yang
kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
telah disusun. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian berdasarkan hasil
wawancara bersama guru kelas IV, kepala sekolah, observasi siswa, dan
Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas IV,
Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh adalah data tentang
33
34
gerakan literasi sekolah dan hambatan yang dialami selama pelaksanaan gerakan
Agustus sampai dengan 20 februari 2022, berikut disajikan paparan data hasil
penelitian. Paparan data ini sesuai dengan tujun penelitian yakni untuk
diperoleh dari wawancara dengan guru kelas IV dan kepala sekolah MI Raudlatul
mulai terlaksana secara rutin pada bulan agustus 2021 dan sesuai dengan ketiga
pembiasaan pada bulan agustus sampai awal bulan september. Kegiatan pada
tahap pembiasaan yaitu membaca dalam hati buku non-pelajaran selama 15 menit
sebelum jam pelajaran dimulai, tahap pembiasaan ini bertujuan hanya untuk
september sampai bulan februari. Sehingga pada saat ini gerakan literasi di MI
mana dalam proses pelaksanaannya yaitu yang pertama membaca satu buku dalam
1. Siswa dan guru mendiskusikan jenis buku bacaan yang akan dibaca
3. Siswa diberi waktu membaca buku yang dibagikan mulai dari hari senin
2. Siswa diminta untuk menceritakan kembali isi bacaan terhadap apa yang ia
3. Siswa diminta untuk menuliskan kembali isi cerita yang telah dibaca
Gambar 4.1 Hasil wawancara guru kelas IV, Senin 14 Februari 2022 pukul 08.32 WITA
terkait kegiatan gerakan literasi sekolah yaitu untuk menciptakan generasi gemar
membaca, kegiatannya berupa satu minggu satu buku untuk masing-masing siswa,
kegiatan ini baru terlaksana pada beberapa kelas saja terutama di kelas IV. Hal ini
belum merata terlaksana karena beberapa halangan dari wali kelas masing-masing
dalam mengatur cara atau posisi pembelajaran yang menyenangkan serta sesuai
37
dengan kondisi siswa, sehingga kegiatan tersebut tidak terlaksana secara merata di
Gambar 4.2 Wawancara kepala sekolah, Senin 14 Februari 2022 pukul 09.25 WITA
guru kelas IV dan kepala sekolah MI Raudlatul Jannah Al Ma’arif pada hari senin
14 Februari 2022 jam 08.27 sampai selesai, dapat diketahui bahwa dalam
pada tahap pengembangan. Hal ini bisa dilihat dari tujuan dan kegiatan yang
adalah minggu literasi, pada kegiatan ini masing-masing siswa diberikan satu
buku untuk dibaca secara berulang selama satu minggu, baik dibaca di sekolah
38
maupun di rumah. Kemudian setiap hari minggu para siswa diminta untuk
membacakan atau menceritakan kembali isi bacaannya dan disimak oleh guru.
Setelah itu siswa diminta untuk menuliskan rangkuman dari isi bacaan tersebut,
hal ini melatih siswa dalam mengembangkan kemampuanya untuk memahami isi
Gambar 4.3 a) menulis kembali isi bacaan; b) menempelkan hasil dipohon literasi
memahami isi bacaan dan mengaitkan dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis,
satu minggu satu buku. Pada tahap pengembangan ada tagiahan non-akademik
yaitu menceritakan kembali isi bacaan yang dilaksanakan setiap hari minggu.
Serta rangkuman isi bacaan yang dibuat sendiri oleh siswa dengan menggunakan
bahasa sendiri dan ditempel di pohon literasi yang berada di kelas IV.
39
kemampuan membaca
sekolah adalah beragam buku bacaan yang menggunakan gambar, di mana buku
bacaan ini dibagikan kepada para siswa untuk keperluan kegiatan minggu literasi
yaitu satu buku satu minggu. Selain itu buku-buku ini juga dimanfaatkan dalam
sudut baca yang telah dibuat di kelas IV. Selain buku, sekolah juga menyediakan
akses internet untuk membantu para guru dalam mengembangkan media dan
mencari buku bacaan ketika kegiatan literasi berlangsung. berikut paparan dari
informan.
Gambar 4.4 Wawancara kepala sekolah, Senin 14 Februari 2022 pukul 10.00 WITA).
kepala sekolah MI Raudlatul Jannah Al Ma’arif pada hari senin 14 Februari 2022
jam 10.00 sampai selesai, dapat diketahui bahwa fasilitas yang disediakan sekolah
berupa buku-buku bacaan keluaran terbaru, sudut baca di kelas IV, dan akses
internet. Terutama dengan adanya sudut baca di kelas sangat membantu mengisi
40
waktu luang siswa dengan membaca buku-buku yang tersedia di sudut baca
sekolah tidak hanya kemauan dari guru atau siswa yang dapat menunjang
juga fasilitas yang mendukung proses pelaksanaan gerakan literasi sekolah agar
program gerakan literasi sekolah terlaksana dengan lancar, selain itu dengan
membaca
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru kelas IV dan
adalah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru maupun siswa agar
tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurut ibu Nuraini guru kelas
IV bahwa tugas dan tanggung jawab guru adalah mengatur cara atau posisi
Gambar 4.5 Wawancara guru kelas IV, Selasa 15 Februari 2022 pukul 09.00 WITA
sumber belajar di MI sudah tidak layak untuk digunakan sehingga para guru harus
Berdasarkan data hasil wawancara guru kelas IV dan kepala sekolah dapat
kegiatan gerakan literasi sekolah memerlukan buku yang cukup banyak, dengan
42
melakukan pengadaan buku karya bergambar secara pribadi, dan untuk mencari
dan mengumpulkan buku tersebut harus dengan teliti agar sesuai dengan kondisi
terdapat pada siswa, di mana siswa yang belum lancar membaca sangat susah
untuk diatur dan guru memerlukan strategi mengajar yang efektif untuk
bersama dengan guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan
maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan yaitu tentang
kondusif. Agar data di atas dapat dipercaya peneliti telah menyediakan transkip
Ma’arif :
43
Tabel 4.1 Transkip hasil observasi siswa kelas IV MI Raudlatul Jannah Al Ma’arif
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada siswa kelas
digunakan dapat dilihat dari hasil tabel dikatakan bahwa dari 15 orang siswa yang
diobservasi, siswa yang aktif melakukan diskusi untuk membahas buku yang
dibaca terdiri dari 10 orang siswa sedangkan 5 orang siswa lainnya tidak
melakukan diskusi secara aktif untuk membahas buku yang akan dibaca. Peneliti
menanyakan alasan kenapa siswa tidak mau melakukan diskusi, jawabannya pun
berbeda-beda. “saya tidak ikut diskusi ibu guru karena malu” alasan siswa 1.
“saya lebih suka langsung baca buk daripada diskusi dulu kelamaan” Kata siswa
2. “saya malas diskusi ibu guru karena rasanya sama aja lebih baik langsung
baca buku yang saya suka” kata siswa 3. “kalau diskusi terus saya bosan buk”
kata siswa 4. Dari berbagai alasan di atas dapat diketahui bahwa siswa yang tidak
dikarenakan tidak adanya strategi baru yang menyenangkan dari guru dalam
proses berdiskusi untuk membahas buku yang akan dibaca, sehingga siswa
cenderung merasa bosan ketika melakukan proses diskusi dan memilih untuk
bebas membaca apa saja yang mereka mau. Dari hasil observsi tentang siswa yang
sedangkan 3 siswa lainnya tidak. Hal ini dapat diketahui saat peneliti melakukan
observasi ada siswa yang ketika membaca bersama siswa tersebut diam karena
belum lancar membaca, masih kesulitan mengenal beberapa huruf, dan ada yang
dibaca, diketahui bahwa ada 13 siswa yang sudah paham terhadap isi bacaan yang
mereka baca. Hal ini dapat peneliti ketahui pada saat siswa tersebut ditanya
langsung oleh guru tentang buku yang dibaca dan mereka bisa menjelaskannya
mampu memahami isi bacaan, penyebabnya adalah karena siswa tersebut belum
bisa membaca lancar dan satu siswa masih kesulitan mengenal huruf sehingga
tidak bisa memahami bacaan tersebut tanpa bimbingan khusus dari guru.
membaca jawaban dari seorang siswa adalah karena mereka tidak mendapatkan
bimbingan dari orang tua ketika mereka berada di rumah, sehingga mereka lebih
memilih untuk bermain daripada belajar membaca. Alasan lainnya siswa kesulitan
45
membaca karena tidak sering dibiasakan untuk berlatih membaca dan hanya
sempat membaca jika berada di sekolah saja. Sedangkan 13 orang siswa lainnya
berjalan dengan kondusif, dan ada 7 siswa yang menyatakan kegiatan literasi tidak
membawa buku untuk kegiatan literasi dari rumah, di sini peneliti menemukan
ada 5 siswa yang membawa buku dari rumah untuk kegiatan literasi dan 10 siswa
lainnya tidak membawa buku dari rumah untuk kegiatan literasi, adapun jika
kegiatan literasi dimulai mereka menunggu dibagikan buku oleh guru untuk
mereka baca, jika tidak dibagikan maka mereka tidak membaca. Observasi
ketersediaan media yang memadai untuk kegiatan literasi dari sekolah. Terakhir
perpustakaan sendiri buk, pas perpustakaan ditutup saya masuk lewat jendela
yang rusak, disana ada banyak buku bu guru tapi kotor”. Sedangkan 14 siswa
kegiatan literasi, alasan dari kebanyakan siswa dikarenakan mereka tidak pernah
Ma’arif sudah berjalan secara kondusif terutama dalam kegiatan satu buku satu
minggu dan kegiatan minggu literasi telah dilaksankan secara rutin di kelas IV,
dan telah didukung oleh beberapa fasilitas yang disediakan dari sekolah berupa
buku cerita bergambar dan sudut baca di kelas IV, serta media-media yang
ditemukan banyak siswa yang sudah mampu membaca dan hanya sedikit siswa
yang tidak lancar membaca, namun selain faktor pendukung, dalam pelaksanaan
hambatan yang dihadapi guru kelas IV yaitu kesulitan dalam menemukan cara
untuk mendampingi siswa yang masih belum bisa dan kurang lancar membaca.
ini dalam kondisi rusak sehingga menjadi kendala untuk kegiatan literasi.
BAB V
PEMBAHASAN
berupa kegiatan serta suasana dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah, faktor
terkait kegiatan gerakan literasi sekolah yaitu untuk menciptakan generasi gemar
membaca, terdapat sudut baca di kelas IV yang dibuat oleh guru bersama siswa
kelas IV. Sudut baca kelas merupakan bagian dari pojok kelas yang dilengkapi
fasilitas berupa koleksi bahan bacaan yang ditata secara menarik dengan tujuan
dapat menarik minat baca siswa Faizah (2016:03). Sudut baca kelas merupakan
salah satu sarana untuk mendukung pelaksanaan literasi sekolah. Sesuai buku
panduan gerakan literasi sekolah halaman 24 tentang ketersedian sudut baca kelas,
seyogyanya sudut baca kelas tersedia. fakta di lapangan menunjukkan hal yang
47
48
sama. Pada penelitian ini ditemukan fakta bahwa kelas IV sudah memiliki sudut
gerakan literasi sekolah. Sekolah ini sudah berupaya untuk melaksanakan gerakan
ini masing-masing siswa diberikan satu buku untuk dibaca secara berulang selama
satu minggu, baik dibaca di sekolah maupun di rumah. Kemudian setiap hari
minggu para siswa diminta untuk membacakan atau menceritakan kembali isi
bacaannya dan disimak oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk menuliskan
rangkuman dari isi bacaan tersebut, hal ini melatih siswa dalam mengembangkan
ditempelkan pada pohon literasi yang ada di dalam kelas. Berdasarkan paparan di
atas, hal ini sejalan dengan Faizah (2016:27) yang menyatakan bahwa di mana
tahapan pengembangan ini lebih bertujuan untuk mempertahankan minat baca dan
dinamakan kegiatan minggu literasi. Serta rangkuman isi bacaan yang dibuat
sendiri oleh siswa dengan menggunakan bahasa sendiri dan ditempel di pohon
masih berada pada tahap pengembangan. Sehingga pada tahap pengembangan ini
perlu didukung oleh fasilitas membaca yang lebih memadai seperti ruang
perpustakaan yang nyaman, koleksi buku yang variatif, dan jumlah bacaan yang
aplikasi untuk mencatat pengunjung, aktivitas membaca, dan sarana literasi lain
Ma’arif sudah cukup terlaksana sesuai buku panduan gerakan literasi sekolah.
Sekolah ini sudah berupaya untuk melaksanakan gerakan literasi sekolah sebagai
salah satu program yang digagas pemerintahan. Hal ini dilihat dari adanya
kegiatan gerakan literasi sekolah yang sesuai dengan tahapan yang dijalankan
pada MI tersebut yakni kegiatan satu minggu satu buku yang melatih kemampuan
membaca siswa. Kegiatan ini didukung dengan adanya sudut baca di dalam kelas
adalah kesulitan dalam menyediakan buku cerita bergambar dan buku karya
bergambar, sementara tugas guru tidak hanya menyediakan buku saja. Hal
tersebut menjadi salah satu faktor penghambat yang dirasakan oleh ibu Nuraini
51
literasi adalah tersedianya buku cerita dan karya bergambar Faizah (2016:06).
Faktor kedua, kondisi perpustakaan yang kurang luas dan rusak sehingga
keluarga dan lingkungan pendidikan, dalam hal ini guru dan perpustakaan.
perpustakaan selalu menjadi fokus sentral dalam hal akses bahan bacaan karena
tidak luas, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2019:59)
kurang luas dan nyaman. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya persiapan dalam
Faktor penghambat lainnya terdapat pada siswa dan guru, di mana siswa
yang belum lancar membaca sangat sulit untuk diatur dan guru memerlukan
strategi mengajar yang efektif untuk mendampingi kelompok siswa yang belum
pendampingan siswa yang belum bisa membaca dengan lancar. Guru dalam hal
ini perlu memahami beberapa komponen dalam gerakan literasi sekolah agar tidak
dalam gerakan literasi sekolah. Kurang pahamnya guru terhadap komponen atau
melaksanakannya.
Faktor yang terakhir berkaitan dengan siswa yang susah diatur dan
diarahkan. Faktor ini menjadi salah satu faktor tidak terlaksananya kegiatan
Kurniawati (2019:59) bahwa siswa menjadi salah satu faktor penghambat dalam
kegiatan membaca yang dilaksanakan oleh guru karena siswa menjadi sasaran
dalam kegiatan literasi menjadikan siswa susah untuk diatur dan diarahkan. Hal
minat baca peserta didik adalah usia yang kurang menguntungkan. Perkembangan
jiwa pada masa ini dipengaruhi oleh faktor pembawaan internal dan faktor
Syah (2010:10)
Berdasarkan paparan dari guru kelas IV dan kepala sekolah di atas dapat
penyebab lainnya. Yakni faktor penyebabnya adalah bahwa guru masih kurang
pada kemampuan membaca. selain itu dilihat dari kondisi perpustakaan yang tidak
53
adalah, ketersediaan buku bacaan yang memadai. Ketersediaan buku bacaan yang
cukup memadai adalah salah satu pendukung dalam menerapkan minat dan
budaya membaca. Karena jika siswa menemukan buku bacaan yang sesuai,
sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku. Buku bacaan atau sumber
sekolah pada kemampuan membaca, sehingga buku bacaan harus memadai Akbar
(2017:42-52).
Faktor kedua, tersedianya sudut baca di kelas IV. Karena kondisi ruang
kelas yang cukup luas sehingga untuk pembuatan sudut baca di kelas dapat
dan prasarana menjadi salah satu faktor pendukung terlaksananya gerakan literasi
sekolah dikarenakan hal tersebut menjadi salah satu faktor penunjang penerapan
dimanfaatkan guru sebagai wadah untuk mengeksplor berbagai macam jenis buku
bacaan non cetak untuk selanjutnya di cetak, hal ini dilakukan karena kurangnya
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2019:59) guru merasa kesulitan dalam
internet dan diri sendiri untuk menyediakan berbagai jenis buku bacaan. sehingga
mengharuskan para guru untuk mencari sendiri buku bacaan dari internet untuk
kegiatan litersai pada kemampuan membaca, di sini guru secara mandiri mencari
dan menyediakan buku bacaan yang cukup memadai. Dengan adanya akses
untuk siswa dan dapat menyediakan berbagai jenis buku di sudut baca kelas,
6.3 Simpulan
berikut:
membaca siswa kelas IV di MI adalah sebagai berikut. a). Satu buku satu minggu.
sebagai berikut: a) Guru kesulitan dalam menyediakan buku cerita bergambar dan
buku karya bergambar, b) Kondisi perpustakaan yang kurang luas dan rusak
sehingga tidak layak pakai, c) Guru masih kurang memahami beberapa komponen
dalam gerakan literasi sekolah, d) faktor penghambat yang terakhir terdapat pada
siswa, di mana terdapat beberapa siswa yang susah diatur dan diarahkan selama
55
56
buku cerita guru mengalami kesulitan, namun buku cerita tetap tersedia dengan
jumlah yang cukup, b) Ruang kelas yang cukup luas shingga tersedianya sudut
dimanfaatkan guru sebagai wadah untuk mengeksplor berbagai macam jenis buku
bacaan.
6.4 Saran
1. Guru harus lebih berusaha untuk aktif mencari informasi terkait komponen
yang ada pada tahap pembelajaran pada gerakan literasi sekolah. Dan mampu
literasi sekolah dapat berjalan sesuai dengan buku panduan gerakan literasi
sekolah.
membaca siswa, misal mengajak para orangtua untuk donasi buku bacaan agar
guru tidak terlalu kewalahan dalam penyediaan buku cerita secara pribadi.
57
kegiatan gerakan literasi sekolah. Dalam hal ini, pemerintah harus lebih gencar
sekolah pada kemampuan membaca agar hasil penelitiannya dapat lebih baik dan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, F., & Ibda, H. (2018). Media literasi sekolah: Teori dan praktik. CV.
Pilar Nusantara.
Faizah, Dewi Utami dkk. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah
Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Mujiyanto, Yant. dkk. (2000). Puspa Ragam Bahasa Indonesia. Surakarta : UNS
Pustaka Utama
59
LAMPIRAN
62
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Nama :
No. Absen :
LAMPIRAN 4
HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN 5
No. Absen : 02
No. Absen : 03
Nama : Al Khalifaturrahman
No. Absen : 04
No. Absen : 05
Ya Tidak
No. Absen : 06
No. Absen : 07
No. Absen : 08
No. Absen : 10
No. Absen : 12
No. Absen : 13
No. Absen : 14
No. Absen : 15
LAMPIRAN 6
PEDOMAN DOKUMENTASI
LAMPIRAN 7
1 Guru Kelas IV
2 Kepala Sekolah
3 Siswa Kelas IV
80
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
LAMPIRAN 11