Anda di halaman 1dari 112

STRATEGI KOMUNIKASI MENGGUNAKAN BUKU PEDOMAN

MADRASAH AL-QUR’AN METODE NGALAH DALAM


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN

(Studi kasus di Taman Pendidikan Al-Qur’an Baiturrohim Kampung


Anyar Sukolilo Jabung)

SKRIPSI

Disusun oleh :
FATHUL ULUM
NIM 20181930411001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO
MALANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kitab suci Al-Qur’an merupakan Kalamullah yang diwahyukan kepada

Muhammad SAW dengan cara bertahap dibawa malaikat Ruhul Amin (Jibril),

bernilai ibadah bagi yang membaca. Untuk bisa membaca Al-Qur’an dapat diperoleh

melalui tarbiyah yang di dalamnya terdapat proses pengiriman ilmu, dilaksanakan

dengan tiga perlakuan yaitu: 1) lisan (membaca), 2) tulisan atau gambar, 3) serta

kelakuan atau etika/akhlaq.1

Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah,

Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW

melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat manusia. 2 Al-Qur’an adalah kitab

yang berisi ilmu yang wajib untuk diberikan terlebih dahulu pada anak anak, sebab

dengan memberikan pengajaran Al-Qur’an dapat menimbulkan benih rasa

beragama. Memberikan pengajaran tentang Al-Qur’an mampu menumbuhkan sifat-

sifat mahmudah bagi manusia, terlebih bila di ajarkan pada masa usia dini.

Sebagai awal upaya untuk mencetak generasi Islam yang berwawasan Qur’an

(orang yang mempunyai pengetahuan tentang Al-Qur’an) adalah mendidik mulai

usia anak dan menanamkan kecintaan yang tinggi terhadap Al-Qur’an serta

berusaha untuk mempelajarinya dengan baik. Bidang pendidikan dan pengajaran

mempunyai peranan yang sangat penting. Membaca Al-Qur’an merupakan suatu hal

yang utama bagi umat muslim. Sebab dengan membaca Al-Qur’an maka kita akan

mendapatkan nilai ibadah dan diberikan pahala oleh Allah SWT, apabila benar dan

1 1
Ahmad Hariandi, “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Alquran Siswa Di SDIT
Aulia Batanghari,” Jurnal Gentala Pendidikan Dasar 4, no. 1 (2019): 10–21.
2
Rosdian Dian Rosdian, Mutammimul Ula, and Risawandi Risawandi, “Sistem Pengenalan Dan
Penerjemahan Al-Qur’an Surah Al –Waqi’Ah Melalui Suara Menggunakan Transformasi Sumudu,” TECHSI
- Jurnal Teknik Informatika 11, no. 1 (2019): 97.

1
mengikuti kaidah bacaan juga hukum tajwid dalam bacaan Al-Qur’an. Untuk

mencetak seorang muslim yang ahli Al-Qur’an diperlukan sebuah metode atau tatacara

dalam pengajaran Al-Qur’an. Selain itu strategi komunikasi yang baik dalam metode

pembelajaran sangatlah dibutuhkan.

Strategi komunikasi dapat diartikan sebagai strategi yang memberikan

kerangka kerja yang berisi kombinasi aktifitas komunikasi yang dapat menyebabkan

perubahan dalam pengetahuan, pendapat, sikap, kepercayaan atau tingkah laku dari

komunitas target yang penting untuk memecahkan masalah dalam suatu jangka

waktu tertentu dan menggunakan sumber daya tertentu pula. 3 Strategi komunikasi

merupakan paduan dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan

manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu

tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat

menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti

kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari

situasi dan kondisi.

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Merupakan lembaga pendidikan non

formal yang berfokus untuk mengenalkan, menghafalkan, mempelajari dan

mengamalkan hal-hal yang ada di dalam Al-Qur’an untuk melahirkan generasi

bangsa yang tidak buta dalam membaca Al-Qur’an serta dapat memiliki bacaan Al-

Qur’an yang baik dan tartil. Oleh sebab itu, lebih baik orang tua mendekatkan anak

kepada hal-hal baik mulai dari memasukan ke lembaga pendidikan agama seperti

Madrasah atau Taman Pendidikan Al-Qur’an. Agar anak dapat memiliki kemampuan

membaca Al-Qur’an yang baik dan pondasi keagamaan yang kuat, jika tidak anak

akan tidak kenal dengan Al-Qur’an dan tidak bisa membaca Al-Qur’an.

3
Bustanol Arifin, “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah Dalam Membina Masyarakat Pedesaan,”
Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi 2, no. 2 (2019): 109–126.

2
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang berbasis madrasah Al-Qur’an di

Malang Salah satunya ada TPQ Baiturrohim yang dipimpin oleh Bapak Sulis. TPQ

Baiturrohim merupakan lembaga pendidikan Al-Qur’an untuk menyelenggarakan

pembelajaran Al-Qur’an secara keseluruhan dalam aspek peribadatan dan

kemasyarakatan yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang berwawasan,

berakhlak dan berkarakter Qur’ani. Sehingga melatih pembentukan budi pekerti

yang baik untuk memberikan pondasi kokoh bagi anak-anak (kepala TPQ

Baiturrohim). TPQ Baiturrohim mempunyai beberapa tingkatan pendidikan Al-

Qur’an mulai dari isti’dad, jilid 1, jilid 2, jilid 3, tajwid serta ghorib. TPQ Baiturrohim

sudah memiliki banyak santri dari dusun kampung anyar sukolilo jabung. Terdapat

kurang lebih 10 orang pendidik atau ustadz serta ustadzah yang kompeten dan

sudah mengikuti Sanad (jalur guru yang bersambung hingga Rosulullah) Al-Qur’an

sehingga dapat mengajar para santri di TPQ Baiturrohim.

Kesulitan pengajaran Al-Qur’an bagi anak anak merupakan hal yang lumrah.

Diantara kesulitan membaca al-Qur’an yang dialami anak-anak adalah banyak ayat-

ayat panjang yang sulit bagi anak untuk membaca seperti tidak lancar, tidak fasih

dalam membaca bagian yang terpisah dalam belajar bersama. Kesulitan itu

disebabkan karena ilmu tajwid belum diajarkan pada level dasar, terkadang anak

hanya menghafal melalui bimbingan guru. Oleh karena itu pendidik harus

menggunakan bermacam macam strategi dengan variasi cara yang pas, jitu, efektif,

ketika membimbing cara membaca Al-Qur’an.

Salah satu metode yang dipilih sebagai landasan belajar ialah madrasah Al-

Qur’an. Madrasah Al-Qur’an dinilai mampu memberikan hasil peningkatan yang

cukup signifikan dengan adanya Khotaman (yang dimasud Khotaman ialah

tasyakuran yang dilaksanakan bagi santri yang telah lulus ujian tashih santri

madrasah Al-Qur’an) bersamaan dengan kegiatan imtihan (perayaan diakhir tahun

3
pelajaran menjelang datangnya bulan suci Ramadhan) ditahun pertama

penerapannya. Strategi komunikasi pembelajaran dengan metode madrasah Al-

Qur’an dirasa cukup membuahkan hasil dan penerapannya juga cukup mudah untuk

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Sehingga dalam tiga tahun terakhir

(yakni tahun 2020-2022) TPQ Baiturrohim telah mencetak beberapa santri lulusan

dengan kemampuan membaca yang baik dan benar.

Berdasarkan latar belakang di atas, alasan penulis memilih strategi

komunikasi menggunakan metode madrasah Al-Qur’an sebagai kegiatan penelitian

ialah metode madrasah Al-Qur’an merupakan salah satu metode yang baru yang

dirasa cukup efektif dalam membantu pengajar Al-Qur’an dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an dan mencetak lulusan santri dengan kredibilitas

Qur’an yang mumpuni seperti yang berada di TPQ Baiturrohim. dapat dilihat pula

pentingnya sebuah strategi komunikasi dalam meningkatkan kemampuan membaca

seorang satri sangat berperan penting dalam mencetak santri muda yang

berwawasan Qur’ani, apalagi jika taman Pendidikan Al-Qur’an tersebut berada di

pedesaaan yang tidak terikat oleh pondok pesantren. Maka pemilihan Strategi

komunikasi dan metode sangatlah perlu untuk diperhatikan. Disini penulis

bermaksud untuk mengetahui lebih dalam dengan cara melakukan penelitian

berjudul: “Strategi Komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an

metode ngalah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, yang

mengambil tempat penelitian di TPQ Baiturrohim Kampung Anyar Sukolilo Jabung.

Diharapkan dengan adanya peneltian ini dapat menambah perkembangan dan

khazanah keilmuan bagi peneliti khususnya, dan meciptakan generasi Qur’ani di

TPQ Baiturrohim.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

4
dirumuskan beberapa rumusan masalah yang menjadi permasalahan utama

dalam penelitian, antara lain:

1) Bagaimanakah bentuk buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode

ngalah?

2) Bagaimanakah bentuk strategi komunikasi yang digunakan dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an?

3) Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam strategi

komunikasi tersebut?

4) Bagimana hasil capaian dari penerapan strategi komunikasi tersebut?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui bentuk metode madrasah Al-Qur’an di TPQ Baiturrohim

2) Untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an

3) Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam strategi

komunikasi tersebut

4) Untuk mengetahui hasil capaian dari penerapan strategi komunikasi

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kemudahan penerapan metode madrasah Al-Qur’an dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an.

2) Mudahnya meniru dan mempraktikkan secara langsung dalam kegiatan

belajar Al-Qur’an.

3) Manfaat dari penemuan faktor pendukung strategi komunikasi tersebut

ialah penggunaan strategi komunikasi bisa lebih ditingkatkan lagi.

4) Manfaat dari penemuan faktor penghambat strategi komunikasi tersebut

ialah peneliti dapat menemukan solusi terhadap hambatan tersebut.

5
5) Manfaat dari hasil capaian penerapan strategi komunikasi ialah peneliti

dapat mengukur seberapa efektifitas penggunaan Strategi Komunikasi

menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

6) Secara teoritis

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran realitas sosial

yang ada di masyarakat, khususnya mengenai bentuk Strategi

Komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode

ngalah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an santri di

TPQ Baiturrohim Desa Sukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.

2) Memberikan pemahaman mengenai bentuk metode madrasah Al-Qur’an.

3) Memberikan gambaran faktor pendukung dan juga faktor penghambat

dalam proses strategi komunikasi yang digunakan.

4) Memberikan gambaran hasil akhir dari pembelajaran Al-Qur’an

menggunakan metode madrasah Al-Qur’an.

7) Secara praktis

1) Bagi peneliti

Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan serta pemahaman yang

berhubungan dengan Strategi Komunikasi menggunakan buku pedoman

madrasah Al-Qur’an metode ngalah dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an di TPQ Baiturrohim Desa Sukolilo Kecamatan

Jabung. Selain itu dapat meningkatkan kompetensi di dalam bidang

penelitian.

2) Bagi lembaga

6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan

pengetahuan lebih dalam mengenai Strategi Komunikasi menggunakan

buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an santri di TPQ Baiturrohim dan juga

menambah ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca.

3) Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan bisa digunakan referensi oleh peneliti lalin

dalam mengkaji keilmuan strategi komunikasi

1.5 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka peneliti membatasi masalah yang

akan dikaji dalam beberapa hal:

1) Bentuk metode madrasah al-Qur’an di TPQ Baiturrohim.

2) Informasi yang digali hanya mengenai bentuk Strategi Komunikasi

menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

3) Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan strategi komunikasi

tersebut.

4) Hasil capaian dari strategi komunikasi yang telah dilaksanakan.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teoritis

2.1.1. Pengertian Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer

sering dinyatakan sebagai "kiat yang digunakan oleh para jenderal untuk

memenangkan suatu peperangan". Dewasa ini istilah strategi sudah digunakan oleh

semua jenis organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula

tetap dipertahankan hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi

yang menerapkannya, karena dalam arti yang sesungguhnya, manajemen puncak

memang terlibat dalam satu bentuk "peperangan" tertentu. 4

Mc. Leod mengatakan bahwa secara harfiah dalam bahasa Inggris kata

“strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melakasanakan stratagi yakni siasat

atau rencana. Sedangkan menurut Slamet, strategi adalah suatu rencana tentang

cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sasaran yang ada untuk

mreningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam kontek ini adalah pembelajaran. 5

Selain definisi-definisi strategi yang sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus,

Hamei dan Prahalad yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting.

Mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahannya sebagai berikut :

"Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa

meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang

tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan

4
Nurul Mubarok, “Strategi Pemasaran Islami Dalam Meningkatkan Penjualan Pada Butik Calista,” I-
ECONOMICS: A Research Journal on Islamic Economics 3, no. 1 (2017): 73–92.
5
Muhammad Asrori, “PENGERTIAN, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP STRATEGI
PEMBELAJARAN,” no. 50 (2018): 453–456.

8
demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan

bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang

baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core

competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis

yang dilakukan".6

Menurut para ahli yang mengemukakan tentang pengertian Strategi diantaranya

adalah :

1. Steiner dan Milner mengemukakan strategi adalah penetapan misi

perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan meningkatkan kekuatan

eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan implementasi secara tepat

sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.

2. Hamdun Hanafi adalah penetapan tujuan jangka panjang yang dasar dari

suatu organisasi dan pemilihan alternatif tindakan dan alokasi sumber daya

yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Johnson dan Scholes yang dimaksud strategi ialah arah dan ruang lingkup dari

sebuah organisasi atau lembaga dalam jangka panjang, yang mencapai

keuntungan melalui konfigurasi dari sumber daya dalam lingkungan yang

menantang, demi memenuhi kebutuhan pasar dan suatu kepentingan. 7

Pada dasarnya strategi merupakan suatu perencanaan yang dibuat untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi berfungsi sebagai suatu rancangan atau

arah dalam proses kegiatan yang dijalankan demi tujuan tersebut. Adanya strategi

yang digunakan dalam sebuah kegiatan, ditujukan agar proses pelaksanaan kegiatan

dapat berjalan sesuai prekdiksi atau dapat dilihat tentang bagaimana

perkembangannya. Semakin baik seseorang merancang dan membuat strategi, maka

akan memungkinkan dirinya untuk memiliki peluang keberhasilan yang baik dan

6
H. Abd. Rahman Rahim and Enny Radjab, Dimensi Manajemen Strategi, 2004.
7
Mubarok, “Strategi Pemasaran Islami Dalam Meningkatkan Penjualan Pada Butik Calista.”

9 9
teratur. Strategi sendiri merupakan suatu perencanaan yang dijalankan secara

bertahap dalam jangka waktu tertentu.

Strategi dapat didefinisikan menjadi dua perspektif yang berbeda yaitu yang

pertama dari perspektif mengenai apa yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi,

dan yang kedua dari perspektif mengenai apa yang pada akhirnya dilakukan oleh

sebuah organisasi, apakah tindakannya sejak semula memang sudah demikian

direncanakan atau tidak.

Strategi dalam komunikasi adalah cara mengatur Pelaksanaan operasi

komunikasi agar berhasil. Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan

dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah, tetapi juga

harus menunjukkan taktik operasionalnya. Menurut Priyatna dan Ardianto tujuan

strategi komunikasi sebagai cara untuk membangun kesadaran harus

memperhatikan hal-hal seperti pemahaman terhadap proses komunikasi, kejelasan

pesan, daya persuasi,dan juga kelengkapan pesan.8

2. Pengertian Komunikasi

Komunikasi menurut Effendy dalam bahasa inggris yaitu communication,

berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Maksudnya adalah sama makna, hal ini mengindikasikan bahwa setiap

kegiatan komunikasi dilakukan untuk mencapai persamaan makna bagi

komunikator dan komunikan.9 Carl I. Hovland dalam Effendy juga mendefinisikan

komunikasi sebagai “The process by which an individual (the communicator)

transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals

(communicatees).” (Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan

8
Soraya Ratna Pratiwi, Susanne Dida, and Nuryah Asri Sjafirah, “Strategi Komunikasi Dalam Membangun
Awareness Wisata Halal Di Kota Bandung,” Jurnal Kajian Komunikasi 6, no. 1 (2018): 78.
9
Sepriadi Saputra, “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dalam Kegiatan Pembelajaran Melalui Media
Whatsapp Group,” Profesional: Jurnal Komunikasi dan Administrasi Publik 7, no. 1 (2020): 11–21.

10
perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain

(komunikan). Pada pengertian yang dikemukakan oleh Carl, komunikasi diartikan

sebagai proses dalam menyampaikan pesan yang sebagian besar pesannya berada

dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan untuk mengubah perilaku.

Banyak pengertian komunikasi yang dikemukakan para ahli salah satunya

penegrtian komunikasi yang dikemukakan oleh Mulyana, yang dirangkum dari

berbagai definisi pengertian komunikasi menurut para ahli, diantaranya adalah :

1. Everett M.Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah

tingkah laku mereka.10

2. Theodore M.Newcomb, Komunikasi merupakan setiap tindakan komunikasi

dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang

diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

3. Harold D. Lasswell menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab

pertanyaan: “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui

saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya.11

Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur

sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

1) Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang

menyampaikan pesan atau informasi.

2) Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa,

gambar dan sebagainya.

10
Ibid.
11
Mubarok and made dwi Andjani, Komunikasi Antarpribadi Dalam Masyarakat Majemuk, Dapur Buku,
2014.

11
3) Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan

bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan

media sebagai penyampai pesan.

4) Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang

yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

5) Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.12

KOMUNIKAN PESAN MEDIA

KOMUNIKATOR EFEK

Gambar 2.1
Bagan Teori komunikasi menurut harold Laswell

12
Ibid.

12
Disini peneliti mengambil kesimpulan bahwa komunikasi merupakan
kebutuhan manusia dalam melakukan hubungan dengan manusia lain baik dalam
bentuk mempengaruhi orang lain, mengekspresikan diri maupun untuk
mempelajari tentang dunia orang lain. Dalam melakukan komunikasi dapat
dilakukan dengan cara langsung maupun melalui media masa baik dalam bentuk
verbal dan non verbal. Di dalam berkomunikasi, kamonikator juga dituntut untuk
menggunakan kata-kata yang baik. Berkenaan dengan perkataan yang baik ini Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqoroh ayat 263:

‫ص َدقٍَة يَّْتَبعُ َها اَ ًذى ۗ َوال ٰلّهُ َغيِن ٌّ َحلِْي ٌم‬ ِ ٌ ‫َقو ٌل َّمعرو‬
َ ‫ف َّو َم ْغفَرةٌ َخْيٌر ِّم ْن‬ ْ ُْ ْ
Artinya : “perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah

yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha

Kaya lagi Maha Penyantun”.13

3. Jenis Komunikasi Verbal Dan Non Verbal

Pada umumnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain karena

manusia tidak hanya makhluk individu tetapi juga makhluk sosial yang selalu

mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak

semua orang terampil berkomunikasi, oleh sebab itu dibutuhkan beberapa cara

dalam menyampaikan informasi. Berdasarkan cara penyampaian informasi dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu komunikasi verbal dan non verbal. 14

1) Komunikasi verbal ( Lisan )

Yang terjadi secara langsung serta tidak dibatasi oleh jarak , dimana kedua

belah pihak dapat bertatap muka. Contohnya dialog dua orang Yang terjadi

secara tidak langsung akibat dibatasi oleh jarak. Contohnya komunikasi lewat

telepon.

13
Desi Damayani Pohan and Ulfi Sayyidatul Fitria, “Jenis Komunikasi,” Journal Educational Research and
Social Studies 2 (2021): 29–37.
14
Ibid.

13
2) Komunikasi nonverbal ( Tertulis )

 Naskah, yang biasanya digunakan untuk menyampaikan kabar yang

bersifat kompleks.

 Gambar dan foto akibat tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata atau

kalimat.

4. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi adalah paduan perencanaan komunikasi (communication

planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi

tersebut harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis

harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. Jadi dengan demikian strategi

komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan

guna melancarkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada

pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 15

Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi komunikasi merupakan

paduan dari perencanaan dan manajemen komunikasi yang dilakukan oleh

organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Arifin Anwar Menyatakan bahwa

elemen yang harus diperhatikan didalam merumuskan strategi komunikasi adalah

pengenalan khalayak, pesan, metode, media, dan komunikator. 16

Penetapan strategi dalam perencanaan komunikasi tentu saja kembali kepada

elemendari komunikasi, yakni who says what, to whom through what channels,

and with what effects. Karena itu strategi yang dijalankan dalam perencanaan

komunikasi harus diawali dengan langkah-langkah sebagai berikut :

15
Arifin, “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah Dalam Membina Masyarakat Pedesaan.”
16
Asep Sudarman, “Strategi Komunikasi Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar
Zakat Maal,” Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi 2, no. 1 (2019): 35–54.

14
1. Pengenalan Khalayak

Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang berisifat

psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan

kelompoknya. Disamping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya satu

pesan saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya

terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan- pesan lain yang datang dari sumber

(komunikator) lain dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan sesudahnya.

2. Penyusunan Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasi, maka langkah selanjutnya dalam

perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi.

Syarat utama dalam memengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu

membangkitkan perhatian.

3. Penetapan Teknik (metode)

Dalam dunia komunikasi pada teknik penyampaian atau mempengaruhi itu dapat

dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan menurut bentuk

isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang pertama, semata-

mata melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan

perhatian dari isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari

segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.

4. Penggunaan Media

Penggunaan media sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh

khalayak adalah suatu hal yang merupakan keharusan, sebab media dapat

menjangkau khalayak yang cukup besar. Media merupakan alat penyalur, juga

mempunyai fungsi social yang kompleks.

2.1.2. Taman Pendidikan Al-Qur’an Baiturrohim

15
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Baiturrohim merupakan salah satu taman

pendidikan Al-Qur’an di dusun kampung anyar yang berdiri pada tahun 2006. TPQ

Baiturrohim pada mulanya menggunakan metode Iqra’ sebagai metode

pengajarannya dan masih sedikit pengajar Al-Qur’an di TPQ tersebut. Seiring

berjalannya waktu jumlah murid di TPQ Baiturrohim kian bertambah dan

kebutuhan pengajarpun juga bertambah, sehingga pada tahun 2015 TPQ

Baiturrohim mengubah metode pengajarannya dari metode Iqra’ ke metode Qira’ati.

Pengajaran Qira’ati tidak berjalan begitu lama karena Ustadz pengampu

metode tersebut atau pembawa metode tersebut telah pindah rumah. Sehingga di

tahun 2018 metode Madrasah Al-Qur’an mulai dikenalkan dan TPQ Baiturrohim

juga mulai menerapkannya dan digunakan sebagai metode pengajaran hingga

sekarang.

2.1.3. Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an merupakan tuntutan mendesak

bagi lembaga-lembaga TPQ saat ini. Masalah pokok yang sering dihadapi oleh anak

didik di TPQ adalah lemahnya kemampuan membaca Al-Qur’an. Hal ini ditandai

dengan indikasi seperti: (1) lemahnya anak didik di dalam mengenal huruf hijaiyah,

(2) kesulitan anak dalam membedakan huruf-huruf hijaiyah tertentu (contoh tsa-sa,

dha-dza), (3) anak-anak kesulitan dalam membedakan panjang pendeknya

harokat/tanda baca.17

Peningkatan adalah proses, cara atau perbuatan meningkatkan (usaha,

kegiatan, dll). Peningkatan adalah proses, cara perbuatan untuk menaikkan sesuatu

atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu, kesesuatu yang lebih baik lagi

daripada sebelumnya. Peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh

pengajar (guru) untuk membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran,

17
Muslikah Suriah, “Metode Yanbu ’ a Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran Pada
Kelompok B-2 RA Permata Hati Al-Mahalli Bantul,” Jurnal Pendidikan Madrasah 3, no. 2 (2018): 291–299.

16
Pembelajaran dikatakan meningkat apabila adanya suatu perubahan dalam proses

pembelajaran, hasil pembelajaran dan kualitas pembelajaran mengalami perubahan

secara berkualitas. Kamus besar bahasa Indonesia. Istilah Peningkatan berasal dari

kata tingkat yang berarti berlapis-lapis dari sesuatu yang tersusun sedemikian rupa,

sehingga membentuk suatu susunan yang ideal sedangkan Peningkatan adalah

kemajuan dari seseorang dari Sesuatu yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa

menjadi bisa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) WJS. Poerwadarminta

kemampuan memiliki kata dasar mampu yang berarti kuasa (sanggup melakukan

sesuatu). Jadi kemampuan memiliki arti kesanggupan, kecakapan dan kekuatan.

Sedangkan membaca memiliki arti melihat tulisan dan mengerti atau dapat

melisankan apa yang tertulis itu. Membaca merupakan salah satu aktivitas belajar.

Hakikat membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit karena

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang bertujuan untuk memahami arti

atau makna yang ada dalam tulisan tersebut. 18

2.2. Penelitian Terdahulu

Setelah melakukan Peninjauan dan Pengamatan, penulis bermaksud

melakukan penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi menggunakan buku

pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an;". Dalam Melakukan penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa karya ilmiah terdahulu yang dirasa dekat dengan kajian dalam penelitian

ini. Sebagai referensi, dan menjadikan beberapa penelitian tersebut sebagai acuan

maupun sebagai bahan pembelajaran.

Beberapa Penelitian tersebut diantaranya adalah:

Pertama, penelitian skripsi Muhammad Sholeh dengan judul “Strategi


18
Teti Nurhayati, Cici Euis Nurunnisa, and Husni, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Anak Usia Dini Melalui Penerapan Metode Iqra’,” Tarbiyat al-Aulad 3, no. 1 (2018): 1–6, https://riset-
iaid.net/index.php/TA/article/view/123.

17
Komunikasi Ustad Khosyi’in Dalam Meningkatkan Minat Baca Al-Qur’an Pada

Forum Bapak-Bapak Di Dusun Cebur Desa Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang Tahun 2019-2020”.19 Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

dengan menggunakan tiga teknik pengumpulan data, meliputi observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dalam

pelaksanaan strategi komunikasi Ustad Khosyi’in dalam meningatkan minat baca

Al-Qur’an pada forum bapak-bapak di dusun cebur desa kalibeji kecamatan

tuntang semarang melalui beberapa proes anatara lain: membuat perencanaan,

melakukan pendekatan secara individual, memberikan arahan serta menentukan

metode yang tepat untuk di terapkan pada kalangan bapak-bapak.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis terdapat dalam

penggunaan jenis penelitian deskriptif kualitatif, Penggunaan Observasi dan

wawancara sebagai tehnik pengumpulan data, serta dalam topik pembahasan

menyangkut dalam Strategi Komunikasi.

Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah subjek penelitian dimana

subjek dalam penelitian tersebut adalah Ustad Khosyi’in sedangkan subjek dalam

penelitian ini adalah Madrasah Al-Qur’an. Objek penelitian dimana objek penelitian

tersebut adalah strategi komunikasi ustad Khosyi’in dalam meningkatkan Minat

baca Al-Qur’an dalam forum bapak-bapak dusun cebur. Sedangkan objek dalam

penelitian ini adalah Strategi Komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah

Al-Qur’an metode ngalah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

Kedua, penelitian skripsi Anisah dengan judul “Strategi Komunikasi

Ustadzah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri Di TPQ Al-

19
Muhammad Sholeh, “STRATEGI KOMUNIKASI USTAD KHOSYI’IN DALAM MENINGKATKAN
MINAT BACA AL-QUR’AN PADA FORUM BAPAK-BAPAK DI DUSUN CEBUR DESA KALIBEJI
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019-2020,” INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) SALATIGA, 2020.

18
Maunah Desa Kepuh Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon”. 20 Hasil Penelitian

ini menunjukan bahwa Strategi komunikasi dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an santri di TPQ AlMaunah yang digunakan oleh ustadzah yaitu

memiliki beberapa tahapan diantaranya: Menumbuhkan minat santri dalam

membaca Al-Qur’an, Memberikan pembelajaran dan bimbingan sesuai dengan

metode qiroati, Membuat santri fokus dan konsentrasi pada saat pembelajaran,

Memberikan motivasi dalam belajar membaca Al-Qur’an yang baik sesuai dengan

metode yang diterapkan di TPQ.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis terdapat dalam

penggunaan jenis penelitian deskriptif kualitatif, Penggunaan Observasi dan

wawancara sebagai tehnik pengumpulan data, serta dalam topik pembahasan

menyangkut dalam Strategi Komunikasi.

Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah subjek penelitian dimana

subjek dalam penelitian tersebut adalah Ustadzah di TPQ Al-Maunah sedangkan

subjek dalam penelitian ini adalah Madrasah Al-Qur’an. Objek penelitian dimana

objek penelitian tersebut adalah Strategi Komunikasi Ustadzah Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri Di TPQ Al-Maunah Desa

Kepuh Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Sedangkan objek dalam

penelitian ini adalah strategi komunikasi madrasah Al-Qur’an dalam meningkatkan

bacaan Al- Qur’an.

Ketiga, penelitian jurnal M. Rifai, Abdullah dengan judul “Pengembangan

Strategi Komunikasi Dinas Pariwisata Dan Kominfo Dalam Meningkatkat

Wisatawan Di Air Terjun Pletuk Desa Jurug Sooko Ponorogo”. 21 Tipe penelitian ini

20
Anisah, “STRATEGI KOMUNIKASI USTADZAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBACA AL-QUR’AN SANTRI DI TPQ AL-MAUNAH DESA KEPUH KECAMATAN PALIMANAN
KABUPATEN CIREBON,” 2021.
21
Muhammad Rifa’i and Abdullah, “PENGEMBANGAN STRATEGI KOMUNIKASI DINAS
PARIWISATA DAN KOMINFO DALAM MENINGKATKAT WISATAWAN DI AIR TERJUN PLETUK
DESA JURUG SOOKO PONOROGO,” Jurnal Heritage 7, no. 1 (2019).

19
menggunakan metode penelitian kualitatif yakni dengan menyajikan data dalam

bentuk deskripsi berupa naratif, kata-kata, ungkapan, pendapat dan gagasan yang

dikumpulkan oleh peneliti dari beberapa sumber. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Dinas Pariwisata dan Kominfo melakukan strategi komunikasi dalam

meningkatkan wisatawan di Air terjun Pletuk Desa Jurug Sooko Ponorogo. Strategi

yang digunakan yaitu pengenalan khalayak, penyusunan pesan, penetapan metode

dan penggunaan media. Adapun faktor yang mendukung strategi komunikasi yang

dilakukan Dinas Pariwisata dan Kominfo yaitu adanya potensi wisata SDA Air

terjun Pletuk Desa Jurug Sooko Ponorogo, perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi, serta pertumbuhan ekonomi Desa Jurug Sooko PonorogoSelanjutnya

faktor penghambat jalannya strategi komunikasi Dinas Pariwisata dan Kominfo

Ponorogo yaitu kurangnya kesadaran masyarakat akan adanya pariwisata dan

ketersediaan dana dan infrastuktur yang masih perlu di benahi.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis terdapat dalam

penggunaan jenis penelitian deskriptif kualitatif, Penggunaan Observasi dan

wawancara sebagai tehnik pengumpulan data, serta dalam topik pembahasan

menyangkut dalam Strategi Komunikasi.

Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah subjek penelitian dimana

subjek dalam penelitian tersebut adalah Dinas Pariwisata Dan Komunfo sedangkan

subjek dalam penelitian ini adalah Madrasah Al-Qur’an. Objek penelitian dimana

objek penelitian tersebut adalah Pengembangan Strategi Komunikasi Dinas

Pariwisata Dan Kominfo Dalam Meningkatkat Wisatawan Di Air Terjun Pletuk Desa

Jurug Sooko Ponorogo. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Strategi

Komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah

dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

20
2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Strategi Buku
Komunikasi Pedoman
Madarasah
Hafal Huruf
Al-Qur’an
Hijaiyah + Harokat,
Jilid 1 Metode
Makhrojan, Paham
Ngalah
Komunikasi Angka Arab

Stabil Panjang-
Jilid 2
Pendek
Klasikal,
Stabil Dengungnya, Bertahap, Drill
TPQ
Jilid 3 Baca Mujawwad
Baiturrohim
Murottal

Keterangan
Mengurai Ayat Meningkatkan
= Pemilihan Metode Tajwid Dengan Benar Kemampuan
= Tahapan Belajar
= Target
Membaca Al-
= Sistem Pengajaran Paham Ghorib, Hafal Qur’an
= Hasil Ghorib Komentar Ghorib

21
2.4 Variabel dan Indikator

2.4.1 Variabel Penelitian

Variabel berasal dari bahasa inggris Variabel dengan arti: “ubahan”, “faktor

tak tetap”, atau “gejala yang dapat diubahubah”. Istilah variabel dapat diartikan

bermacam-macam. Menurut Sugiyono, variabel penelitian pada dasarnya adalah

suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.22 Kelinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs)

atau sifat yang akan dipelajari, sehingga merupakan representasi konkrit dari

konsep abstrak.23 Sebagai contoh tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status

sosisal, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja dan lain-lain. Di bagian lain

Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel

itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Keddles dalam Surahman

menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti

mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.24

Variabel penelitian dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sudut peran dan sifat.

Dilihat dari segi perannya, variabel ini dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu :

1. Variabel dependent (terpengaruh) ialah variabel yang dijadikan sebagai faktor

yang dipengaruhi oleh sebuah atau sejumlah variabel lain.

2. Variabel independent (mempengaruhi) ialah variabel yang berperan memberi

pengaruh kepada variabel lain.25

Variabel independent dilihat dari perannya dapat pula dibedakan dalam dua jenis

yaitu variabel prediktor dan variabel kontrol. Yang pertama adalah variabel yang
22
Rafika Ulfa, “Variabel Penelitian Dalam Penelitian Matematika,” Al-Fathonah: Jurnal Pendidikan dan
Keislaman 1, no. 1 (2019): 342–251.
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Sangkot Nasution, “Variabel Penelitian,” Raudhah 05, no. 02 (2017): 1–9.

22
dijadikan sebagai sebuah variabel independent pada suatu pengamatan atau analisa.

Sedangkan variabel control suatu variabel yang diduga sebagai variabel lain yang

kemungkinan dapat menguji hubungan varibel independent dan dependent. Itulah

sebabnya variabel kontrol sering disebut juga variabel pengganggu atau penekan.

Dikatakan sebagai variabel kontrol apabila suatu variabel dijadikan sebagai

pengontrol untuk memastikan apakah benar sebuah variabel independent tertentu

mempunyai pengaruh terhadap suatu variabel independent atau ada pengaruh

lain.26

Sesuai dengan judul penelitian tentang “Strategi komunikasi Menggunakan Buku

Pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah Dalam Meningkatkan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an “. Dalam penelitian ini hanya terdapat dua variabel yaitu

variabel X dan Y, dengan rincian sebagai berikut :

1) Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas (X) adalah variabel yang menurut peneliti akan

mempengaruhi variabel dependen (terikat) dalam suatu eksperimen. 27 Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah Strategi Komunikasi menggunakan buku pedoman

madrasah Al-Qur’an metode ngalah. Sebab variabel ini tergolongan sebagai variabel

control yang bersifat mempengaruhi.

2) Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang menurut peneliti akan dipengaruhi oleh

variabel lain dalam suatu eksperimen.28 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Karena variabel ini adalah variabel

yang dipengaruhi.

2.4.2 Indikator

26
Ibid.
27
Hardani Ahyar et al., Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, 2020.
28
Ibid.

23
Indikator Variabel adalah yang dipecahkan menjadi kategori- kategori data

yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Adapun indikator variabel dalam penelitian

ini adalah:

1. Variabel Strategi Komunikasi menggunakan buku pedoaman madrasah Al-Qur’an

metode ngalah dengan indikator capaian sebagai berikut :

1) Bentuk strategi komunikasi

2) Bentuk penerapan strategi komunikasi.

3) Media yang digunakan dalam penerapan strategi komunikasi.

4) Kesesuaian pemilihan strategi komunikasi dan penggunaannya.

2. Variabel Meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan indikator

sebagai berikut :

1) Ada tidaknya peningkatan kemampuan membaca Al_Qur’an.

2) Persentase keberhasilan dari penggunaan strategi komunikasi.

3) Ada tidaknya capaian hasil yang bisa dilihat.

4) Banyaknya jumlah lulusan

2.5 Hipotesis

Menurut Abdullah (2015) hipotesis adalah pernyataan formal menyajikan

hubungan yang diharapkan antara variabel independen dan variabel dependen. 29

Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya melalui

penelitian. Bisa ditarik kesimpulan sederhana bahwa dalam hipotesis terdapat

beberapa komponen penting yakni dugaan sementara, hubungan antar variabel dan

uji kebenaran.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak strategi komunikasi

menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di TPQ Baiturrohim kampung anyar

29
Jim Hoy Yam and Ruhiyat Taufik, “Hipotesis Penelitian Kuantitatif,” Jurnal Ilmu Administrasi 3, no. 2
(2021): 96–102.

24
sukolilo jabung.

Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari, hipotesis

dapat diklasifikasikan berdasarkan rumusannya dan proses pemerolehannya. 30

1. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis penelitian dibedakan menjadi :

1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis

dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.

2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis

kerjadan sering disingkat Ho.

2. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis penelitian dibedakan menjadi:

1) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan

untuk menghasikan teori baru (pada penelitian kualitatif).

2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori

ilmiah yang telah ada (pada penelitian kuantitatif).

Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini:

1) Hipotesis nihil : Tidak ada peningkatan kemampuan membaca santri setelah

menerapkan strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-

Qur’an metode ngalah.

2) Hipotesis kerja : Ada peningkatan kemampuan membaca santri setelah

menerapkan strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-

Qur’an metode ngalah.

30
Ahmadriswan Nasution, “Bahan Ajar Fsa Angkatan Ke-21 Tahun 2020 Pengujian Hipotesis,”
Pusdiklat.Bps.Go.Id (2020): 4.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah mixed method (penelitian

gabungan antara kualitatif dan kuantitatif). Metode penelitian campuran

merupakan satu jenis metode yang dianggap baru dibandingkan dengan metode

penelitian lainnya. Secara konsep umum metode campuran merupakan penelitian

yang menggabungkan dua jenis metode, yaitu kuantitatif dan kualitatif. 31 Alan

Bryman dalam buku Mixing Methods : Qualitative and Quantitative karya Julia

Brannen ; menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif memiliki kelebihan dan

kekurangan, demikian juga penelitian kualitatif juga, penggabungan adalah cara

untuk melengkapi atau menyempurnakan(diadopsi dari Julia Brannen:1997:84). 32

Dalam mixed method research peneliti menggunakan metode atau teknik

penelitian kualitatif pada satu fase dan menggunakan metode dan teknik penelitian

kuantitatif pada fase yang lain atau sebaliknya, sedangkan mixed model research di

mana peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam satu proses

penelitian. Oleh karena itu, mixed research dapat dilakukan secara serempak

(concurrent) dan dapat pula secara sekuensial (sequential), dalam satu masalah

atau aspek yang ingin diteliti sehingga didapat hasil yang lebih utuh dan

komprehensif terhadap suatu fenomena atau masalah yang diteliti. 33


31
Iskandar, Nehru, and Cicyn Riantoni, Metode Penelitian Campuran, 2021,
https://books.google.co.id/books?id=nkQjEAAAQBAJ&lpg=PA37&ots=ScSzCEuTsc&dq=metode
penelitian campuran dengan model triangulasi bersamaan .PDF&lr&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q&f=false.
32
Mustaqim, “Metode Penelitian Gabungan Kuantitatif Kualitatif / Mixed Methods Suatu Pendekatan
Alternatif,” Jurnal Intelegensia 04, no. 1 (2016): 1–9, https://ejournal.unisnu.ac.id/JI/article/view/1351.
33
M.Pd. Prof. Dr. A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabung, Syria
Studies, vol. 7, 2017, https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/
548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://think-asia.org/handle/11540/8282%0Ahttps://www.jstor.org/stable/
41857625.

27 26
Penelitian menggunakan pendekatan ini dilakukan dalam dua fase dalam

waktu berbeda. Pertama dengan analisis data kulaitatif untuk mencari bentuk

strategi komunikasi yang digunakan dan analisis data kuantaitaif untuk mencari

hasil capaian peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an dari penerapan

strategi komunikasi tersebut.

3.1.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan Desain Sekuensial Eksploratori (Kualitatif-

Kuantitatif). Desain metode campuran ini juga bersifat sekuensial, dimana proses

penelitian dilakukan dalam dua fase dalam waktu berbeda. Ciri dari desain

eksploratori adalah fase pertama yang dilakukan adalah proses pengumpulan dan

analisis data kualitatif, selanjutnya hasil dari analisis data kualitatif digunakan

sebagai dasar dalam pengumpulan data kuantitatif. 34

Penelitian gabungan dengan menggunakan strategi eksploratoris sekuensial,

diawali dengan pengumpulan dan analisa data dengan penelitian kualitatif sebagai

tahap pertama, dan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan penelitian

kuantitatif berdasarkan hasil tahap pertama. Oleh karena itu prioritas utama

menggunakan penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi/menjelajahi masalah yang

diteliti. Proses pengabungan diawali pada saat menghubungkan hasil analisis data

kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif.35

3.2. Tahapan Penelitian

Untuk melaksanakan penelitian diperlukan beberapa tahap yang harus

dilakukan. Terdapat tiga garis besar tahap-tahap penelitian, yaitu tahap

perencanaan, pelaksanaan penelitian dan tahap pelaporan penelitian. Kegiatan

penelitian merupakan suatu proses yangg digunakan untuk memperoleh atau

mendapatkan suatu pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang di hadapi

34
Iskandar, Nehru, and Cicyn Riantoni, Metode Penelitian Campuran.
35
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabung, vol. 7, p. .

27
yang dilakukan secara sistematis, dan logis.36

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian.

1. Tahap Perencanaan

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus melaksanakan beberapa

persiapan yang terdiri dari :

b. Tema/Topik Penelitian

Untuk memilih tema atau topik penelitian, seorang peneliti harus memiliki

kepekaan terhadap kehidupan yang dihadapi. Seorang peneliti dapat memilih tema

dari berbagai sumber seperti:

1) Fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan

2) Kajian kepustakaan

3) Informasi yang diberikan oleh pihak lain.

b. Mengidentifikasi Masalah

Pada tahap ini, seorang peneliti harus terlebih dahulu mencari apa masalah yang

akan di teliti.

c. Merumuskan Masalah

Dalam tahapan ini, peneliti membuat rumusan masalah dari penemuan masalah

yang ada berdasarkan masalah-masalah yang akan diteliti. Buatlah secara

operasional dan membuat batasan-batasan masalahnya terutama dalam

menentukan ruang lingkup masalah yang diteliti.

d. Mengadakan studi pendahuluan

Tahapan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti, dengan begitu maka akan diketahui keadaan atau kedudukan

masalah yang akan diteliti. Hasil yang didapat dari studi pendahuluan berguna

untuk menyusun kerangka teoritis tentang pemecahan masalah dalam bentuk

36
Ismail Nurdin and Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, 2019.

28
hipotesis yang akan di uji kebenarannya melalui pelaksanaan penelitian lapangan.

Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan melakukan studi dokumenter,

kepustakaan dan studi lapangan.

e. Merumuskan hipotesis

Hipotesa merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dari

masalah yang sedang di teliti.

f. Menentukan sampel penelitian

Dalam tahapan ini merupakan untuk menentukan obyek yang akan diteliti.

Keseluruhan obyek yang diteliti disebut sebagai populasi penelitian.

g. Menyusun rencana penelitian

Tahap ini merupakan pedoman selama melaksanakan penelitian sebagai suatu pola

perencanaan harus dapat mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan

kegiatan pelaksanaan penelitian yang memuat hal-hal berikut :

 Masalah yang diteliti dan alasan mengapa melakukan penelitian

 Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan

 Tujuan dilakukannya penelitian

 Manfaat atau kegunaan penelitian

 Dimana dilakukannya penelitian

 Jangka waktu pelaksanaan penelitian

 Organisasi kegiatan dan pembiayaan

 Hipotesis yang di ajukan

 Teknik pengumpulan dan pengolahan data

 Sistematis laporan yang di rencanakan

 Merumuskan alat penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan tahap persiapan, seorang peneliti selanjutnya melakukan tahap

29
pelaksanaan kegiatan penelitian yang meliputi, pengumpulan data dan menganalisis

data.

a. Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data didasarkan pada pedoman yang sudah dipersiapkan

dalam rancangan penelitian. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penelitian dan

dijadikan sebagai dasar untuk menguji hipotesis yang diajukan.

b. Analisis Data

Tahapan ini dilakukan setelah data terkumpul semua kemudian dilakukan analisis

dan hipotesis yang diajukan dan diuji kebenarannya melalui analisis tersebut.

Jika jenis data yang dikumpulkan itu berupa data kualitatif, maka pengolahan

datanya dilakukan dengan cara menarik kesimpulan deduktif-induktif, namun jika

data yang dikumpulkan berupa jenis data kuantitatif atau berbentuk angka-angka,

maka analisis yang digunakan menggunakan analisis kuantitatif atau statistika

sebelum menarik kesimpulan secara kualitatif.

3. Tahap penulisan Laporan

Penulisan pelaporan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses penelitian.

Tahapan ini yaitu membuat laporan mengenai hasil penelitian secara tertulis.

Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat mengkomunikasikan hasil

penelitiannya kepada para pembaca atau penyandang dana. Untuk kepentingan

publikasi, maka penelitian harus dilaporkan kepada orang-orang yang

berkepentingan. Bentuk dan sistematik laporan penelitian dapat berupa artikel

ilmiah, laopran, skripsi, thesis atau disertasi. Tahap laporan penelitian ini

merupakan tahap akhir dalam sebuah proses penelitian.

3.3 Fokus Penelitian dan Kehadiran Peneliti

3.3.1. Fokus penelitian

Menurut Moleong (2014:97) fokus penelitian merupakan inti yang

30
didapatkan dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh

dari studi kepustakaan ilmiah.37 Dalam penelitian ini dapat memfokuskan masalah

terlebih dahulu supaya tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak

sesuai dengan tujuan penelitian ini. Maka peneliti ingin memfokuskan untuk

meneliti Strategi Komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an

metode ngalah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada TPQ

Baiturrohim dusun kampung anyar desa sukolilo kecamatan jabung.

3.3.2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam riset ini sebagai pastisipatoris (PAR). Penelitian

Participatory Action Research merupakan salah satu model penelitian yang mencari

sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan

sosial. Perubahan sosial yang dimaksud adalah bagaimana dalam proses

pemberdayaan dapat mewujudkan tiga tolak ukur, yakni adanya komitmen bersama

dengan masyarakat, adanya local leader dalam masyarakat dan adanya institusi

baru dalam masyarakat yang dibangun berdasarkan kebutuhan. 38 Penelitian ini

membawa proses penelitian dalam lingkaran kepentingan orang dan

menemukan solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan

aksi dan refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis.

PAR (Participatory Action Research) melibatkan pelaksanaan penelitian

untuk mendefinisikan sebuah masalah maupun menerapkan informasi ke dalam

aksi sebagai solusi atas masalah yang telah terdefinisi. PAR (Participatory Action

Research) adalah “penelitian oleh, dengan, dan untuk orang” bukan “penelitian

terhadap orang”. PAR (Participatory Action Research) adalah partisipatif dalam arti

bahwa ia sebuah kondisi yang diperlukan dimana orang memainkan peran kunci di

37
TE Wicaksono, “Metode Penellitian,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2020):
1689–1699, http://repository.stiedewantara.ac.id/1164/5/BAB III.pdf.
38
Abdul Rahmat and Mira Mirnawati, “Model Participation Action Research Dalam Pemberdayaan
Masyarakat,” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 6, no. 1 (2020): 62.

31
dalamnya dan memiliki informasi yang relevan tentang sistem sosial (komunitas)

yang tengah berada di bawah pengkajian, dan bahwa mereka berpartisipasi dalam

rancangan dan implementasi rencana aksi itu didasarkan pada hasil penelitian.

3.4 Lokasi dan Subyek Penelitian

Peneliti memilih lokasi di TPQ Baiturrohim yang merupakan salah satu

lembaga pendidikan Al-Qur’an yang terletak di Kelurahan Sukolilo Kecamatan

Jabung Kabupaten Malang. Adapun hal yang menjadi dasar pemilihan TPQ

Baiturrohim ialah penggunaan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah

yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini. Subyek dalam penelitian ini

akan berfokus pada bentuk strategi komunikasi yang dijalankan pada TPQ

Baiturrohim dan capaian hasil penerapannya.

3.5. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama),

sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada.

3.5.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan

(Nasution, Nasution, & Damanik, 2009). Seumber data primer dalam penelitian

kualitatif secara umum berupa kata-kata (narasi) dan tindakan. Data berupa kata-

kata dan tindakan dapat digali melalui tehnik pencarian data: wawancara dan

observasi (pengamatan).39

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari wawancara yang dilakukan

dengan pengasuh taman pendidikan Al-Qur’an Baiturrohim. Data yang di gali antara

39
Hary Hermawan, “Metode Kualitatif Untuk Riset Pariwisata,” Jurnal Komunikasi (2018): 20.

32
lain: awal mula pendirian TPQ, metode yang digunakan, bentuk strategi komunikasi

yang dijalankan, serta hasil capaian dari strategi tersebut.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiyono (2017;193) adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Artinya sumber data penelitian

diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku

catatan, bukti yang telah ada atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak

dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan

pengumpulan data dengan cara berkunjung ke Perpustakaan Pusat Kajian, pusat

arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya. 40

3.5.3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan :

1. Data Kualitatif, analisis yang dilakukan terhadap data-data yang non angka

seperti hasil wawancara dan bacaan dari buku-buku yang terkait dengan

penelitian.

2. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau data yang berupa angka.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan

data atau fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data

yang valid. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

metode observasi, wawancara, penyebaran angket dan dokumentasi.

1) Observasi

Morris (1973: 906) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat

suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan

tujuan ilmiah atau tujuan lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi merupakan

40
MN Ningtyas, “Metode Penelitian,” Metode Penelitian, no. 2013 (2014): 32–41.

33
kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan semua kemampuan daya

tangkap pancaindera manusia. 41

Weick (1976: 253); Selltiz, Wrightsman, dan Cook (1976: 253); Kriyantono,

(2006: 110-111); dan Bungin, (2011: 121) mendefinisikan observasi sebagai suatu

proses melakukan pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodeaan

serangkaian perilaku dan suasana berkenaan dengan organisme, sesuai dengan

tujuan-tujuan empiris. Weick (1976: 253) secara lebih dalam menyebutkan bahwa

observasi tidak hanya meliputi prinsip kerja sederhana, melainkan memilik

karakteristik yang begitu komplek.42

Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data yang mana secara

langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan meningkatkan nilai-

nilai keagamaan dilingkungan sekitar.

Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Mengamati bentuk kegiatan belajar mengaji yang dilakukan oleh anak- anak

di TPQ Baiturrohim.

2. Mengamati faktor penghambat anak dalam membaca Al-Qur‘an di TPQ

Baiturrohim.

3. Mengamati strategi komunikasi guru mengaji dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an di TPQ Baiturrohim.

4. Mengamati capaian atau hasil dari penerapan strategi komunikasi yang

digunakan.

2) Wawancara

Teknik wawancara merupakan cara sistematis untuk memperoleh informasi-

informasi dalam bentuk pernyataan-pernyataan lisan mengenai suatu obyek atau

41
Hasyim Hasanah, “TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data
Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial),” At-Taqaddum 8, no. 1 (2017): 21.
42
Ibid.

34
peristiwa pada masa lalu, kini, dan akan datang. 43 Menurut Sugiono (2018:103)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti,dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hai-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Peneliti melakukan

wawancara tidak terstuktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yangtelah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya.44

Penelitian kualitatif umumnya menggunakan wawancara tidak berstruktur atau

semi berstruktur (Holloway & Wheeler, 1996).45

1. Wawancara terstruktur

Wawancara ini disebut juga wawancara terkendali, yang dimaksudkan adalah

bahwa seluruh wawancara didasarkan pada suatu sistem atau daftar pertanyaan

yang ditetapkan sebelumnya. Wawancara terstruktur ini mengacu pada situasi

ketika seorang peneliti melontarkan sederet pertanyaan kepada responden

berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentu atau terbatas. Namun, peneliti

dapat juga menyediakan ruang bagi variasi jawaban, atau peneliti dapat juga

menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak menuntut keteraturan, hanya saja

pertanyaan telah disiapkan terlebih dahulu oleh peneliti.

2. Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah proses wawancara yang menggunakan

panduan wawancara yang berasal dari pengembangan topik dan mengajukan

pertanyaan, penggunaanya lebih fleksibel daripada wawancara tertsruktur. Tujuan


43
Ida Bagus GDE Pujaastawa, “Teknik Wawancara Dan Observasi Untuk Pengumpulan Bahan Informasi,”
Universitas Udayana (2016): 4.
44
H. Mar’atusholihah, W. Priyanto, and A.T. Damayani, “Pengembangan Media Pembelajaran Tematik Ular
Tangga Berbagai Pekerjaan,” Jurnal Mimbar PGSD Undiksha 7, no. 3 (2019): 253–260,
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/19411.
45
Imami Nur Rachmawati, “Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif: Wawancara,” Jurnal
Keperawatan Indonesia 11, no. 1 (2007): 35–40.

35
dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

3. Wawancara tak terstruktur

Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Ciri dari wawancara tak

terstruktur adalah kurang di intrupsi atau arbiter, biasanya teknik wawancara ini

digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal,

dengan waktu wawancara dan cara memberikan respon jauh lebih bebas iramanya

dibanding wawancara terstruktur.

3) Penyebaran Angket

Menurut Arikunto (2000) angket adalah sejumlah pertanyaan yang

digunakan untuk memperoleh informasi dalam arti laporan tentang dirinya, atau

hal lain yang ia ketahui. Sejalan dengan pendapat Ridwan (2007) angket adalah

cara pegumpulan data dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis

untuk memperoleh informasi dan responden sesuai dengan permintaan

pengguna.46 Pada penelitian ini, angket yang diberikan pada responden berisi

pertanyaan mengenai garis besar yang telah disusun oleh peneliti yakni terkait

bentuk strategi komunikasi yang diterapkan oleh pengajar TPQ Baiturrohim dan

hasil capaian dari penerapan strategi komunikasi. Penyajian angket tersebut

menggunakan skala likert untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat

seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial. 47

Terdapat dua bentuk pertanyaan dalam skala likert, yaitu bentuk pertanyaan
46
Mohamad Sodik, Yosef Farhan Dafik Sahal, and N. Hani Herlina, “Pengaruh Kinerja Guru Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Alquran Hadis,” Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 1 (2019): 97.
47
Viktor Handrianus Pranatawijaya et al., “Penerapan Skala Likert Dan Skala Dikotomi Pada Kuesioner
Online,” Jurnal Sains dan Informatika 5, no. 2 (2019): 128–137.

36
positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk pertanyaan negatif untuk

mengukur skala negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan

bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5.

4) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya,

maupun elektronik. Dokumen yang diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan

dan dipadukan (sintesis) membentuk satu kajian yang sistematis, terpadu dan

utuh.48 Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi yang

disimpan atau didokumentasikan seperti dokumen, soft file, data otentik dan

arsip lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dapat digunakan

sebagai pelengkap dari data yang diperoleh dalam kegiatan wawancara dan

observasi.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan evaluasi dari sebuah situasi dari sebuah

permasalahan yang dibahas, termasuk didalamnya peninjauan dari berbagai aspek

dan sudut pandang, sehingga tidak jarang ditemui permasalahan besar dapat dibagi

menjadi komponen yang lebih kecil sehingga dapat diteliti dan ditangani lebih

mudah.49

Teknik analisis data yang digunakan menggunakan teknik analisis data kualitatif

dengan model Miles dan Huberman yaitu dengan kegiatan data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification.50

48
Natalina Nilamsari, “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif,” Wacana 13, no. 2 (2014):
177–181.
49
Muhajirin and Maya Panorama, Pendekatan Praktis Metode Penelitian Kualitatif Dan KUantitatif, Idea
Press Yogyakarta, vol. 1, 2017.
50
Septian Raibowo, Yahya Eko Nopiyanto, and Muhammad Khairul Muna, “Pemahaman Guru PJOK
Tentang Standar Kompetensi Profesional,” Journal Of Sport Education (JOPE) 2, no. 1 (2019): 10.

37
1. Pengumpulan data (Data collection) dilakukan dengan jalan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Data-data dari lapangan itu kemudian dicatat

dalam catatan lapangan berbentuk deskriptif tentang apa yang dilihat, apa yang

didengar, dan apa yang dialami atau dirasakan oleli subjek penelitian.

2. Reduksi data (data reduction). Data diperoleh dari lapangan yang jumlahnya

cukup banyak sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data

dilakukan dengan membuat rangkuman data yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi dan analisis dokumen administrasi dan perangkat

pembeljaran guru. Kemudian dilakukan pemilihan dan pengelompokan hal-hal

yang pokok kemudian dicari tema dan pola yang sesuai dengan fokus penelitian.

3. Penyajian data (data display). Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian

kualitatif adalah berbentuk teks naratif dari data catatan lapangan. Penyajian

data dilakukan dengan menyampaikan data hasil reduksi kedalam bentuk tabel

atau grafik untuk mempermudah dalam memahami karena lebih terorganisir dan

tersusun dengan pola hubungan.

3.8. Pengecekan Keabsahan Data

1. Uji Kredibilitas (Credibility)

Dalam penelitian kuantitatif, kredibilitas disebut validitas internal. Dalam penelitian

kualitatif, data dapat dinyatakan kredibel apabila adanya persamaan antara apa

yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang

diteliti.51 Di dalam uji kredibilitas peneliti memilih metode triangulasi data sebagai

metode pengecekan keabsahan data. Satori dan Komariah (2011) menjelaskan

penelitian kualitatif tidak hanya mendeskripsikan data semata melainkan deskripsi

tersebut berasal dari hasil wawancara, observsi dan dokumentasi yang harus shahih

51
Arnild Augina Mekarisce, “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian Kualitatif Di Bidang
Kesehatan Masyarakat,” JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT : Media Komunikasi Komunitas
Kesehatan Masyarakat 12, no. 3 (2020): 145–151.

38
sesuai kesyaratan perisetan kualitatif dengan melakukan triangulasi. 52 Metode

triangulasi merupakan metode dalam pengumpulan informasi serta sumber yang

sudah terdapat.

2. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk menyatakan sejauhmana data yang didapatkan

melalui instrumen penelitian (dalam hal ini kuesioner) akan mengukur apa yang

ingin diukur.53 Oleh karena itu kalau peneliti menggunakan kuesioner dalam

pengumpulan data, maka kuesioner yang disusun oleh peneliti itu harus dapat

mengukur apa yang akan diukur, dan untuk memastikan itu sebelum instrumen

penelitian itu digunakan perlu lebih dahulu diuji validitasnya.

Uji validitas menggunakan korelasi Person Correlation, Data dikatakan valid

apabila nilai korelasi data tersebut melebihi 0,3 yang diperoleh melalui analisis data

dengan menggunakan SPSS version 23.0 for windows.

b. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan hubungan logis antara dua atau lebih variabel

berdasarkan teori yang masih harus diuji kembali kebenarannya. Pengujian yang

berulang-ulang atas hipotesis yang sama akan semakin memperkuat teori yang

mendasari atau dapat juga terjadi sebaliknya, yaitu menolak teori. 54

BAB IV

TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Bentuk Strategi Komunikasi yang digunakan

1. Komunikasi Pendidikan

52
Andarusni Alfansyur and Mariyani, “Seni Mengelola Data : Penerapan Triangulasi Teknik, Sumber Dan
Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial,” Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah
5, no. 2 (2020): 146–150, http://journal.ummat.ac.id/index.php/historis.
53
Prof. Ma’ruf Abdullah, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Aswaja Pressindo, 2015.
54
riza bahtiar sulistyan Ratna wijayanti daniar, noviansyah rizal, Metode Penelitian Kuantitatif, 2021.

39
Komunikasi pendidikan adalah aspek komunikasi dalam dunia pendidikan

atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan. Komunikasi ini berlangsung

dalam suasana yang bebas, akrab dan bertujuan serta bertanggung jawab.

Komunikasi pendidikan juga merupakan suatu tindakan yang memberikan

kontribusi yang sangat penting dalam pemahaman dan praktik interaksi serta

tindakan seluruh individu yang terlibat dalam dunia pendidikan. 55

Taman pendidikan Al-Qur’an merupakan sebuah lembaga pendidikan yang

bertugas untuk memberikan pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang berorientasi pada

Al-Qur’an, seperti cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Maka perlu jika

dibutuhkan sebuah strategi komunikasi yang relevan dengan dunia pendidikan.

Makna komunikasi pendidikan secara sederhana adalah komunikasi yang terjadi

dalam suasana pendidikan. Disini komunikasi tidak lagi bebas tetapi dikendalikan

dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Unsur-unsur komunikasi

menurut harold laswell meliputi 5 hal yakni: adanya komunikator, pesan, media,

komunikan, dan efek. Dari kelima unsur tersebut dapat dikaitkan dengan

komunikasi yang berada dalam lembaga pendidikan dalam hal ini Taman

Pendidikan Al-Qur’an. Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas

jika ingin menyampaikan materi pelajaran kepada santri atau komunikan. Setelah

itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung

(dengan tatap muka) maupun tidak langsung (dengan media). Guru juga harus

menyesuaikan topik pembahasan materi pelajaran yang sesuai dengan santri atau si

komunikan dan juga harus menentukan maksud dari pesan yaitu materi pelajaran
411
agar terjadi efek dari si komunikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

4.2. Taman Pendidikan Al-Qur’an Baiturrohim

55
Rafika Audina, “Strategi Komunikasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Proses
Belajar Mengajar Di Sd Muhammadiyah 20” (2020).

40
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Baiturrohim berdiri pada tahun 2006.

Nama Baiturrohim sendiri diambil dari nama mushollanya sendiri yaitu

“Baiturrohim” yang berdiri sejak tahun 2000-an. Sejarah awal berdirinya TPQ

Baiturrohim berawal dari proses belajar dirumah kemudian beralih tempat ke

musholla. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan narasumber

Ustadz Sulis yang merupakan pengasuh sekaligus takmir Musholla Baiturrohim.

Berikut hasil wawancara dari Ustadz Sulis.

“ Ya perkiraan berdirinya TPQ ini tahun 2006, ketika Dina masih masuk taman

kanak-kanak”.56

Dina yang dimaksud oleh ustadz sulis ialah putri pertama beliau.

“Pertama saya mengajak dina beserta ayu untuk balajar Al-Qur’an dirumah.

Proses belajar tersebut berjalan hampir tiap hari setelah sholat ashar, hingga

pada suatu waktu sedang hujan dan ruang tamu saya kebocoran, kemudian

saya ajak pindah ke musholla sebagai tempat belajar. Hingga lama di kemudian

hari banyak tetangga yang datang dan menitipkan anak-anaknya untuk belajar

pada saya.”57

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dipahami bahwa berdirinya TPQ

Baiturrohim dilatarbelakangi oleh proses pembelajaran Al-Qur’an yang dilakukan

oleh Ustadz Sulis didalam rumahnya. Kemudian beralih ke musholla dikarenakan

atapnya bocor ketika hujan dan kemudian lama-kelamaan banyak tetangga yang

menitipkan anaknya pada Ustadz Sulis untuk diajarkan tentang Al-Qur’an.

1) Identitas Lembaga

Nama Lembaga : Baiturrohim

Status : -

Nomor Telp /Hp : 089534342780

56
Ustadz Sulis, Wawancara, 2022.
57
Ibid.

41
Alamat : Dusun Kampung Anyar

Desa : Sukolilo

Kecamatan : Jabung

Kabupaten : Malang

Tahun Berdiri : 6 Juli 2006

Nama Pimpinan : Muhammad Sulis

Yayasan :-

Waktu Belajar : Ba’da Ashar

Tempat Belajar : Di Musholla

Status Tempat Belajar : Wakaf

Status Tanah : -

Luas Tanah : 150 M2

No. Sertifikat Tanah : -

Luas Bangunan : 150 M2

Rombongan Belajar : 5

Materi Pembelajaran : Al-Qur’an, dan Tajwid

42
Gambar 4.1
Taman Pendidikan Al-Qur’an Baiturrohim

4.2 Bentuk Buku Pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

1) Sejarah Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

Pembuat buku madrasah Al-Qur’an metode Ngalah adalah santri Pondok

Pesantren Ngalah yang masih menimba ilmu dengan semangat bekerja keras dan

berkarya demi menghasilkan sebuah konsep metode pendidikan Al-Qur’an yang

membawa banyak manfaat untuk kemaslahatan manusia, bukan golongan atau

kelompok tertentu.

Munculnya semangat ini berawal dari sebuah persoalan karena banyak lahir

metode baca Al-Qur’an hingga saat ini yang dirasa oleh sebagian masyarakat yang

caranya kurang menjunjung sikap luwas luwes, dan ada juga kental dengan misi

kepentingan metode itu sendiri baik yang terikat oleh ormas, politik atau golongan

tertentu sehingga kerap sekali bertabrakan dengan nilai-nilai kemasyarakatan.

Maka dari itu berangkat dari pesan Romo K.H M. Sholeh Bahruddin yang berbunyi

“santri Ngalah harus bisa mengayomi semuanya tanpa membeda-bedakan metode

43
dan dijegal oleh metode lain” dan juga “Santri Ngalah harus bermisi kemanusiaan

agar tidak beerbenturan dengan yang lain”.

Spirit moril inilah yang menjadi penyemangat lahirnya sebuah konsep atau

metode baca Al-Qur’an “Metode Ngalah” yang diprakarsai oleh santri Pondok

Pesantren Ngalah Pasuruan yang mulai disusun pada awal tahun 2011 (setelah

pondok Ngalah tidak lagi mamakai metode Qiraati atau yang lainnya).

Di tengah-tengah proses penyusunannya, ketika itu Pondok Ngalah kembali

memakai ejaan lama yaitu “KAIDAH BAGDADIYAH” dari sini juga banyak diambil

pelajaran bahwa perlunya disusun sebuah kitab metode baca Al-Qur’an agar mudah

dipelajari oleh semua usia, yang mengacu pada kata kunci kitab KAIDAH

BAGDADIYAH tersebut dan melestarikan tradisi setoran atau makhrojan yang

menjadi ciri khas Pondok Ngalah.

Selain dari pada itu konsep dan prinsip pengajarannya meneladani dan

mengikuti langkah-langkah ulama’ Al-Qur’an KH. Dachlan Salim Zarkasyi

Rahimullah Alaih, yang salah satu karyanya adalah Metode Qiraati. Hal ini dilakukan

sebagai ungkapan rasa ta’dhim dan ikroman kepada beliau karena memang banyak

ilmu yang didapat khususnya tentang baca Al-Qur’an selama di Pondok Pesantren

Ngalah memakai Metode Qiraati.

2) Pengertian Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah merupakan salah satu Metode praktis

belajar membaca Al-Qur’an yang mana mengacu pada Kaidah Baghdadiyah sebagai

dasar pemikiran runtutan metode pembelajarannya (Pokok Pembahasan Belajar),

sedangkan latihan sebagai belajar murid diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an yang ada,

dengan menyesuaikan Kaidah Baghdadiyah (Pokok Pembahasan).

44
Gambar 4.2
Buku Pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

3) Visi dan Misi Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

a. Visi

”Terbinanya bacaan Al-Quran yang mujawwad dan murattal, dan menjadikan

Al-Quran sebagai pedoman hidup.”

b. Misi

- Membentuk para guru Al-Quran yang professional

- Menjadikan suasana pembelajaran yang kondusif

- Meyampaikan pembelajaran dengan sanser (santai tapi serius)

- Menyampaikan metode belajar Al-Quran dengan praktis

4) Motto Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

ِ ِ ‫الصالِح واَأْل ْخ ُذ بِال‬ ِ


‫اَأْلصلَ ِح‬
ْ ‫ْجديْد‬ َ َ ْ َّ ‫اَل ُْم َحافَظَةُ َعلَى ال َقديْ ِم‬

“Menjaga nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih

baik”

GAMAN = Gampang Manfaat

5) Sikap Buku Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

45
Luas Luwes tapi Tegas (demi terjaganya kemurniaan Al-Qur’an) dalam artian

luas dan luwes siapapun boleh menggunakan tapi harus sesuai dengan jalurnya

dalam Al-Qur’an yang mana sesuai dengan aturan dalam pengguna Madrasah Al-

Qur’an Metode Ngalah, Tegas berarti tidak semena-mena mengggunakan metode ini

(beda dengan buku biasa) dan nantinya disampaikan dengan secara moral. Dan

kalau ada yang menggunakan dengan tanpa izin baik dengan cara mengfotocopi,

menggunakan, dan merubahnya, dalam hal ini boleh-boleh saja, dan sewaktu-waktu

kami berhak melihat perkembangan dari penggunanya, dan kami tidak bertanggung

jawab atas pembelajaran yang digunaknnya.

6) Amanah buku Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah dan pengguna

Buku ini dalam pengembangan dan penyebarannya tidak seperti buku-buku

pada umumnya, sebab buku ini mempunyai misi dan amanah khusus, buku tidak

dijual melalui pasar bebas melainkan melalui koordinator-koordinator yang

bersedia berpegang teguh pada misi dan amanah tersebut.

Amanah buku Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah ialah :

1. Jangan memberikan bacaan Al-Qur’an yang salah, artinya Guru hendaknya

menguasai bacaan Al-Qur’an yang mujawwad dan murattal serta

menguasai Gharib dan tajwid, paling tidak mempunyai sanad Al-Qur’an

2. Jangan asal jual buku, berikan kepada guru yang lulus tashih atau yang mau

dibina, artinya buku Metode Ngalah tidak diperjual belikan di

umum/dipasar, ruko, dan jalan-jalan akan tetapi membelinya melalui

kantor Metode Ngalah atau coordinator yang telah diamanahi.

3. Guru yang belum lulus hendaknya dibina bacaan Al-Qur’an sampai lulus.

Belum Lulus boleh mengajar akan tetapi tetap diberi brifingan sampai

layak menjadi guru ngaji yang sesuai dengan bacaan Al-Qur’an yang baik

dan benar

46
4. Guru yang lulus atau dalam proses pembinaan hendaknya diberikan

petunjuk mengajar/memberikan metodologi pengajaran yang baik dan

benar

5. Menjujung tinggi nilai sikap luwas, luwes dan tegas

6. Pengajaran dan pemanfaatannya harus menjungjung misi kemanusian

bukan golongan atau kelompok tertentu, hal ini karena Al-Qur’an hanyalah

milik Allah semata.

7. Mengadakan Tadarrus Bersama tiap bulan

Gunanya ialah :

a) Sebagai musyafahah guru Metode Ngalah agar sesuai dengan

kemurnian Al-Quran dan menyambung sanad Al-Quran. (Gus Fadlan

memberi pengetahuan tentang segala bidang Al-Qur’an)

b) Sebagai Pengajian Rutinitas “Metode Ngalah” sama halnya dengan

senenan, selasaan.

c) Sebagai media untuk mempererat hubungan dengan alumni

d) Sebagai sarana untuk membahas Metode Ngalah agar lebih baik

e) Ikatan Pengguna Metode Ngalah tetap terjaga

8. Mengadakan silaturrahim wilayah tiap dua taun sekali

Gunanya ialah Sebagai ikatan pengguna Metode Ngalah agar tetap

terjalinnya komunikasi yang baik dengan pusat Metode Ngalah, dan agar

mengetahui Pondok Pesantren Ngalah serta mendapatkan bimbingan dari

Romo Yai, Gus Fadlan atau tokoh Al-Qur’an yang lainnya.

9. Ada jadwal Ujian Santri minimal setahun sekali. sebagai syarat mengikuti

Sanadul Qur’an karena bersanad harus menguasai baca Al-Qur’an dengan

baik dan benar sesuai yang dikehendaki Gus Fadlan, Diantaranya materi

yang diujikan sebagai berikut:

47
a) Materi fasohah

b) Materi tartil

c) Materi tajwid

d) Materi gharib

e) Materi Juz Amma

f) Materi tambahan (Sholat dan do’a harian) bersifat sunnah, tapi yang

terpenting adalah tatacara sholat.

7) Cara penggunaan Metode Ngalah

1) Izin terlebih dahulu pada H. Agus Ahmad Fadlan/Romo Yai

Hal ini semata-mata etika dan menghormati rasa ta’dziman dan waikroman

kepada beliau, agar memperoleh kemudahan dan kelancaran dalam

membimbing murid-muridnya, serta mendapatkan do’a restu beliau

sebagai ujung tombak mata rantai sanad Al-Qur’an Metode Ngalah.

Bagaimana kalau tidak tanpa izin? Ya tidak apa-apa sikap kita

menganjurkan kepada mereka yang lebih afdol dan lebih baik, dan kami

tidak bertanggung jawab atas semuanya baik salah mengajar, salah bacaan

dan faham salah.

2) Pembinaan Metode Ngalah kepada Pengurus Struktural Madrasah Al-Quran

Pondok Pesantren Ngalah

Dilakukan semacam ini tidak lain hanya bertujuan menjaga kemurniaan Al-

Qur’an agar tidak salah baca dan salah faham mengenai Al-Qur’an,

pembimbingan metodologi ini dianjurkan orang yang sudah punya sanad

Al-Qur’an, karena dalam hal pengajaran Al-Qur’an bersifat qot’i (pasti)

tidak bisa diubah-ubah dalam bacaannya sesuai dengan aturan dalam

pengajaran Al-Qur’an, hal ini bisa dibangun dengan cara pembinaan dan

sanad Al-Qur’an, sedang yang tidak mempunyai sanad diperbolehkan

48
mengajar Metode Ngalah dengan melakukan pembinaan dan tetap

diajarkan dan memberikan solusi atau saran untuk dilakukan pembinaan

sampai dia mempunyai sanad Al-Qur’an.

8) Makna Logo “Metode Ngalah”

Gambar 4.3
Logo Metode Ngalah

Bundar : Mendunia/Netral/tidak membeda-bedakan metode yang lain,

apabila ingin memakai Metode Ngalah Ini, silahkan!

Warna Hijau : Selalu dikaitkan dengan warna alam yang menyegarkan,

membangkitkan energi dan juga mampu memberi efek

menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi. Warna ini

elegan, menyembuhkan, meinmbulkan perasaan empati terhadap

orang lain. Nuansa hijau dapat meredam stres, memberi rasa aman

dan perlindungan. Namun hijau juga bisa menimbulkan perasaan

terperangkap.

Warna Kuning : Adalah warna matahari, cerah, membangkitkan energi dan mood,

warna yang penuh semangat dan vitalitas, komunikatif dan

mendorong ekspresi diri, memberi insprirasi, memudahkan pikiran

secara logis dan merangsang kemampuan intelektual(cocok sebagai

warna atau aksen di ruang belajar).

Tulisan Ngalah/pego : Sebagai Lambang “Metode Ngalah”

Al-Quran : Sebagai pedoman hidup seluruh umat islam

49
Bintang : Ta’dziman kepada Wali 9 yang telah membabat tanah jawa

dan membawa agama Islam

Melingkar Putih: sebagai bentuk rahmatal lil’alamin

9) Struktur Kepengurusan Madrasah Al-Qur’an Ngalah

Pengasuh : KH. M. Sholeh Bahruddin

Penasehat : Agus H. Ach. Fadlan

Penaggung Jawab : Biro Pendidikan Pusat

Kepala : M. Ainul Yaqin, M.PdI

Sekretaris : Khisbul Maulana El Romadhon

Bendahara : Jamaludin, ST

Bag. Pentashih : Sugeng Wicaksono

Bag. Metodologi : M. Syifaul Qulub, S.PdI

M. Khoiron, S.Kom

Bag. Keguruan : M. Muhsinin Syuaibi, M.EI

Kesiswaan : Khotibul Umam

Kasyiful Anwar

Ari Gunawan

4.3. Bentuk Strategi Komunikasi yang digunakan Pengajar Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Bentuk strategi komunikasi yang digunakan dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an pada TPQ Baiturrohim ialah mengacu pada teori

komunikasi Harold Laswell dengan menggunakan media sebagai penyampaian

pesannya. Bentuk Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang

menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan

50
akibat atau hasil apa?. Terlebih lagi jika masuk pada dunia pendidikan, maka ke lima

unsur tersebut akan sangat cocok

Terkait dengan teori diatas, maka dapat digambarkan unsur komunikasi pendidikan

yang berada pada TPQ Baiturrohim sebagai berikut:

KOMUNIKAN PESAN MEDIA

KOMUNIKATOR EFEK

a. Komunikator = guru

b. Pesan = materi yang akan diajarkan

c. Media = buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah

d. Komunikan = santri

e. Efek = meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an

Penggunaan media berupa buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah

menjadi kunci strategi komunikasi yang dijlankan, mengingat didalam buku ini

memuat strategi atau cara ataupun metode pembelajaran Al-Qur’an. Jadi dapat

disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam penerapan strategi komunikasi

untuk meninngkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an ialah buku pedoman

madarasah Al-Qur’an metode ngalah. Pengajaran Al-Qur’an menggunakan buku

madarasah Al-Qur’an metode ngalah sering dinamakan metode madrasah Al-Qur’an

atau metode MQ.

Bentuk Metodologi Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah adalah sebagai berikut:

51
1. Tahapan Metodologi Ngalah

1) Jilild 1

Jilid 1 ialah tingkatan pertama dalam belajar Al-Qur’an dengan materi pengenalan

makhroj huruf, nama huruf, serta angka arab.

Gambar 4.4
Buku MQ jilid 1

a. Target pencapaian penguasaan pada murid jilid 1

1. Mampu membaca dengan LCTB (Lancar Cepat Tepat dan benar)

2. Membaca dengan jelas dan buka mulut

3. Menguasai makhrojan

4. Mengerti huruf hijaiyah

5. Mengerti harokat dan angka arab

6. Menguasai materi tambahan

b. Ketentuan

 Halaman 1-15

52
 Latihan baca huruf hijaiyah / lafadz yang berharakat fathah saja dengan

tepat dan benar

 Mengerti membaca huruf hijaiyah asli

 Makhrojan

Gambar 4.5

Buku MQ Jilid 1 halaman 1


Gambar 4.6

53
Buku MQ Jilid 1 halaman 15
 Halaman 16-17

 Latihan baca lafadz yang berharakat fathah dan kasrah

Gambar 4.7
Buku MQ jilid 1 halaman 16

 Halaman 18-20

 Latihan baca lafadz yang berharakat fathah, kasrah dan dhummah serta

huruf sambung

54
Gambar 4.8
Buku MQ jilid 1 halaman 18

Gambar 4.9
Buku MQ jilid 1 halaman 19
 Halaman 21-24

 Latihan baca lafadz yang berharakat tanwin, coret dua diatas fathatain,

coret dua dibawah kasrahtain, dhummah dua dhummatain

55
Gambar 4.10
Buku MQ jilid 1 halaman 21

Gambar 4.11
Buku MQ jilid 1 halaman 22

Gambar 4. 12
Buku MQ jilid 1 halaman 23

 Rekomendasi sebagai bahan tashih jilid 1

56
 Santri disuruh membaca halaman 24 dengan lancar dan tepat

 Mampu menjawab pertanyaan nama harakat, huruf hijaiyah dan angka

arab.

Gambar 4.14
buku MQ jilid 1 halaman 24

c. Metodologi Pengajaran Jilid 1

1. 10 menit : materi tambahan diluar jam pelajaran

2. 10 menit : klasikal baca praga

- Membaca praga dengan ketentuan 10 menit, apabila waktu telah habis

sedangkan membaca praga tidak selesai maka dilanjutkan pada waktu

klasikal praga kedua.

- Untuk pembacaan halaman pertama guru membaca keseluruhan sambil

diikuti murid.

3. 30 menit : individual

Kenaikan halaman dengan ketentuan:

57
- Salah Dua kali, guru berhak memberi contoh satu kali, apabila masih

tidak bisa membaca dengan target jilid 1, maka tercatat L- pada

halaman tersebut.

- Jika poin atas tidak bisa sampai lima kali maka dinaikkan pada

halaman selanjutnya, akan tetapi guru tetap mengontrol pada

kekurangan tersebut.

4. 10 menit klasikal baca praga kedua.

Membaca latihan makhrojan mulai awal sampai akhir

Gambar 4.15
Penerapan strategi komunikasi menggunakan peraga dalam jilid 1

58
Gambar 4.16
Penerapan strategi komunikasi baca simak dalam jilid 1
2) Jilid 2

Jilid 2 ialah tingkatan kedua dalam belajar Al-Qur’an dalam metode MQ dengan

target materi lancar panjang-pendeknya bacaan.

Gambar 4.17
Buku MQ jilid 2

a. Target pencapaian pada murid jilid 2

1. Bacaannya tidak boleh menyeret

2. Rapi panjang pendek

3. Tidak tawallud dalam melafadkan huruf sukun dan menyesuaikan

makhorijul khuruf

4. Membaca dengan LCTB (Lancar Cepat Tepat dan Benar)

b. Ketentuan

 Halaman 1-4

 Mad Thabi’i (fathah diikuti alif)

59
 Sampaikan dengan sendirinya kalau ada fathah berdiri juga dibaca

panjang

Gambar 4.18
Buku MQ jilid 2 halaman 1

 Halaman 5-6

 Mad Thabi’i (kasrah diikuti ya’ sukun)

 Sampaikan dengan sendirinya kalau ada kasrah berdiri juga dibaca

panjang

60
Gambar 4.19
Buku MQ jilid 2 halaman 5

 Halaman 7

 Mad Thabi’i (dhummah diikuti wawu sukun)

 Sampaikan dengan sendirinya apabila ada dhummah terbalik juga

dibaca panjang

Gambar 4.20
Buku MQ jilid 2 halaman 7

 Halaman 8-9

 Bacaan lin (layyin)

 Fathah diikuti wawu sukun dibaca AU

 Fathah diikuti ya’ sukun dibaca AI

 Sampaikan juga apabila pada latihan baca terdapat bacaan mim sukun

(mingkem)

61
Gambar 4.21
Buku MQ jilid 2 halaman 8

 Halaman 10-19

 Latihan membaca huruf sukun (tidak tawallud)

Tawallud ialah pembacaan huruf sukun dengan bunyi e

 Pada bab ra’ sukun, sampaikan juga huruf harus ditekan ketika

bertasydid yang ada pada latihan baca

62
Gambar 4.22
Buku MQ jilid 2 halaman 10

Gambar 4.23
Buku MQ jilid 2 halaman 19

63
 Rekomendasi bahan tashih jilid 2

 Membaca latihan baca yang panjang-panjang (satu baris) yang terletak

pada halaman 12, 15, 17 dan 19

 Usahakan sekali baca benar dan lancar

c. Metodologi Pengajaran Jilid 2

1. 10 menit : materi tambahan diluar jam pelajaran, disesuaikan dengan

ketentuan

2. 10 menit: klasikal baca praga

- Membaca praga dengan ketentuan 10 menit, apabila waktu telah habis

sedangkan membaca praga tidak selesai maka dilanjutkan pada waktu

klasikal praga kedua

3. 30 menit : individual

Kenaikan halaman dengan ketentuan:

- Salah Dua kali, guru berhak memberi contoh satu kali, apabila masih

tidak mampu membaca dengan target jilid 2 maka tercatat L- pada

halaman tersebut.

- Jika poin atas tidak bisa sampai lima kali maka dinaikkan pada

halaman selanjutnya, akan tetapi guru tetap mengontrol pada

kekurangan tersebut.

4. 10 menit klasikal baca praga kedua

Membaca lanjutan dari pembacaan peraga pertama.

64
Gambar 4.24
Pembelajaran baca simak jilid 2

Gambar 4.25
Proses penyampaian materi di jilid 2

3) JILID 3

Jilid 3 ialah tahapan ketiga dari madrasah Al-Qur’an metode ngalah dengan target

materi mngerti dan paham tentang bacaan hukum bacaan tajwid.

65
Gambar 4.26
Buku MQ jilid 3

a. Target pencapaian pada murid jilid 3

1. Mampu membaca dengan bertajwid

2. Stabil dengung tercapai

3. Mampu membaca dengan sifat makhorij al-Huruf

b. Ketentuan

 Halaman 1-17

 Bacaan dengung (ghunnah, ikhfa’ haqiqi, idgham bighunnah, iqlab,

idgham mitsli, ikhfa’ syafawi)

 Huruf yang bertasydid selain nun dan mim hanya ditekan (halaman 3-5)

66
Gambar 4.27
Buku MQ jilid 3 halaman 1 tentang ghunnah

Gambar 4.28
Buku MQ jilid 3 halaman 17 tentang ikhfa’ syafawi

 Halaman 18-22

 Bacaan tidak berdengung (idgham bilaghunnah, idzhar)

67
 Halaman 23-30

 Ada pelajaran idgham mutamasilain, mutaqaribain, mutajanisain,

qalqalah, lafdzul jalalah)

 Idzhar wajib, mad wajib muttasil, mad jaiz munfashil.

 Khusus halaman 24 dianggap lancar apabila santri mampu meniru

bacaan ustadz

 Halaman 31-45

 Ada pelajaran waqaf

 Latihan baca awal surah (mafatikhus suwar)

c. Metodologi Pengajaran Jilid 3

1. 10 menit : materi tambahan diluar jam pelajaran, disesuaikan dengan

ketentuan

2. 10 menit: klasikal baca praga

- Membaca praga dengan ketentuan 10 menit, apabila waktu telah habis

sedangkan membaca praga tidak selesai maka dilanjutkan pada waktu

klasikal praga kedua

3. 30 menit : individual

Kenaikan halaman dengan ketentuan:

- Salah Dua kali, guru berhak memberi contoh satu kali, apabila masih

tidak mampu membaca dengan target jilid 3 maka tercatat L- pada

halaman tersebut.

- Jika poin atas tidak bisa sampai lima kali maka dinaikkan pada

halaman selanjutnya, akan tetapi guru tetap mengontrol pada

kekurangan tersebut.

4. 10 menit klasikal baca praga kedua

Membaca lanjutan dari pembacaan peraga pertama.

68
Gambar 4.29
Penerapan strategi komunikasi di jilid 3

Gambar 4.30
Pembelajaran baca simak jilid 3

4) Juz Amma dan Al-Qur’an

a. Target pencapaian pada murid Juz Amma

1. Mampu membaca dengan bertajwid

69
2. Stabil dengung tercapai

3. Mampu membaca dengan sifat makhorij al-Huruf

4. Mampu membaca dengan lancar dan bertajwid

b. Target pencapaian pada murid Al-Qur’an

1. Mampu membaca dengan lancar dan bertajwid

2. Belajar waqof washol dengan tepat

3. Ibtida’ wan-nihayah terkondisikan

c. Metodologi Pengajaran Juz Amma dan Al-Qur’an

1. 10 menit : materi tambahan diluar jam pelajaran, disesuaikan dengan

ketentuan

2. 10 menit: klasikal baca al-Qur’an

- Membaca praga dengan ketentuan 10 menit, apabila waktu telah habis

sedangkan membaca praga tidak selesai maka dilanjutkan pada waktu

klasikal praga kedua

- 05 menit guru baca murid menirukan

3. 30 menit : individual

Kenaikan halaman dengan ketentuan:

- Salah Dua kali, guru berhak memberi contoh satu kali, apabila masih

tidak mampu membaca dengan target jilid 1 maka tercatat L- pada

halaman tersebut.

- Jika poin atas tidak bisa sampai lima kali maka dinaikkan pada

halaman selanjutnya, akan tetapi guru tetap mengontrol pada

kekurangan tersebut.

4. 5 menit klasikal baca Juz amma atau al-Qur’an

5) GHARIB

a. Target pencapaian pada murid Gharib

70
1. Mampu membaca dengan lancar dan bertajwid

2. Belajar waqof washol dengan tepat

3. Ibtida’ wan-nihayah terkondisikan

4. Menguasai bacaan ghorib dengan+hafal komentar

b. Metodologi Pengajaran Gharib dengan jumlah waktu 60 menit, dengan

ketentuan:

1. 10 menit: materi tambahan diluar jam pelajaran, disesuaikan dengan

ketentuan

2. 10 menit: klasikal baca al-Qur’an

- Membaca praga dengan ketentuan 10 menit, apabila waktu telah habis

sedangkan membaca praga tidak selesai maka dilanjutkan pada waktu

klasikal praga kedua

3. 30 menit : individual

Kenaikan halaman dengan ketentuan:

- Guru memberikan pemahaman pada pokok bahasan, Salah Dua kali

guru berhak memberi contoh satu kali, apabila masih tidak mampu

membaca dengan target gharib maka tercatat L- pada halaman

tersebut.

- Jika poin atas tidak bisa sampai lima kali maka dinaikkan pada

halaman selanjutnya, akan tetapi guru tetap mengontrol pada

kekurangan tersebut.

4. 10 menit evalusai pembelajaran, contoh hafalan, tanya jawab, dan

membaca bersama

6) Tajwid

a. Target pencapaian pada murid tajwid

1. Mampu membaca dengan lancar dan bertajwid

71
2. Belajar waqof washol dengan tepat

3. Ibtida’ wan-nihayah terkondisikan

4. Menguasai urai dan teori tajwid dengan lancar

b. Metodologi Pengajaran tajwid dengan jumlah waktu 60 menit, dengan

ketentuan:

1. 10 menit : materi tambahan diluar jam pelajaran, disesuaikan dengan

ketentuan

2. 10 menit: klasikal baca al-Qur’an

- Membaca praga dengan ketentuan 10 menit, apabila waktu telah habis

sedangkan membaca praga tidak selesai maka dilanjutkan pada waktu

klasikal praga kedua

3. 30 menit penjelasan dan individual

Kenaikan halaman bisa dilakukan setiap hari melihat kondosi

murid:

- Guru memberikan penjelasan tentang pokok pembahasan tajwid dari

segi baca dan standarisasi dengung, panjang dan cara pembacaannya,

kemudian individual dengan membaca al-Qur’an, uraian tajwid dan

penguasaan tajwid, apabila tidak mampu guru berhak memberi contoh

satu kali, apabila masih tidak mampu target tajwid maka tercatat L-

pada halaman tersebut.

- Jika poin atas tidak bisa sampai lima kali maka dinaikkan pada

halaman selanjutnya, akan tetapi guru tetap mengontrol pada

kekurangan tersebut.

4. 10 menit evalusai pembelajaran, contoh hafalan, tanya jawab, dan

membaca bersama

72
4.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Strategi Komunikasi

Menggunakan buku pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah di TPQ

Baiturrohim

1. Faktor Pendukung

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, penulis menemukan

beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan strategi

komunikasi Menggunakan buku pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah di

TPQ Baiturrohim.

Ustadz Sulis (US), sebagai pengasuh TPQ Baiturrohim menyampaikan

bahwasannya terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan

strategi komunikasi Menggunakan buku pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode

Ngalah di TPQ Baiturrohim. Berikut penuturan hasil wawancaranya.

“pertama kali ketika saya ingin menerapkan metode MQ, saya matur ke ndalem

kyai Muzaki Nur salim untuk minta izin sekaligus do’a restu dari beliau, setelah

itu beliau dawuh “Sampeyan ketemu mawon kaliyan siswanto cak lis,

kersane di bantu”, setelah itu saya menemui ustadz siswanto untuk minta

bantuan menerapkan metode MQ ini disini.”

“setelah itu, ustadz siswanto tiap minggu kesini untuk memberi pembelajaran

tentang MQ kepada santri disini dan juga beliau mau untuk mengisi kelas

finishing MQ di sini.”

“selain itu saya juga sudah memberitahukan kewali santri jika kepingin anak-

anaknya cepet bisa membaca Al-Qur’an dengan baik agar di bantu juga

pengarahan waktu belajar anak dirumah dan Alhamdulillah, banyak yang

setuju dan siap menjadi teman belajar anak dirumahnya masing-masing”

Dalam wawancara di atas, penulis melihat bahwa US mendapatkan

dukungan restu langsung dari Kyai Muzaki Nur Salim dan juga bantuan pengajaran

73
langsung dari Ustadz Siswanto yang merupakan ketua Madrasah Al-Qur’an Metode

Ngalah cabang malang tentang Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah. Selain itu juga

pihak wali santri juga berperan penting dalam proses belajar anak, sehingga wali

santri turut membantu atau mengawasi belajar anaknya dirumah maka kesempatan

untuk berkembang menjadi lebih besar.

2. Faktor penghambat

Kemudian selain faktor dukungan diatas, ada juga beberapa faktor

penghambat dalam penerapan strategi komunikasi Menggunakan buku pedoman

Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah di TPQ Baiturrohim, berikut pemaparannya.

“ya ada. Meski sudah terbantu oleh ustadz siswanto, kadang-kadang masih ada

kelas yang kosong, ya gak ada gurunya begitu.”

“Alasan lain ya sifat malas dari anak didik, wong masih kecil masih seneng

bermain dan lupa dengan belajarnya”

Kemudian peneliti melanjutkan sebab dari ketidakhadiran gurunya tersebut. Dan Us

memaparkan sebagai berikut.

”Sebagian guru pengajar disini bekerja secara system shif, jadi jika masuk kerja

pasti tidak bisa masuk mengajar dikelas. Sebagian juga masih sekolah SMK dan

mengikuti ekskul drumband sehingga jika ada Latihan atau undangan pasti

tidak bisa masuk ngajar.”

Dari hasil wawancara diatas, peneliti menemukan bahwa kekosongan kelas yang

dilatarbelakangi kesibukan dari pengajar menjadi faktor penghambat penerapan

strategi komunikasi Menggunakan buku pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode

Ngalah di TPQ Baiturrohim.

Dari penyataan para narasumber di atas, dapat penulis simpulkan ke

dalam tabel di bawah ini faktor pendukung dan penghambat dalam strategi

komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah di

74
TPQ Baiturrohim. Berikut tabel kategorisasi faktor pendukung dan penghambat

menurut hasil wawancaradi atas.

Tabel 1.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Strategi Komunikasi Menggunakan Buku

Pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah Di TPQ Baiturrohim.

Tabel 4.1
Faktor pendukung dan penghambat strategi komunikasi

NO FAKTOR PENDUKUNG FAKTOR PENGHAMBAT


Izin berupa Do’a restu dari Kyai
1. Guru ada yang bekerja
Muzaki Nur Salim

Bantuan pengajaran dari Ustadz


2. Guru masih pelajar sekolah
Siwanto

Antusiasme wali santri dalam

mengarahkan anaknya untuk


3. Kemalasan santri
terus belajar dirumah (nderes)

75
4.5 Hasil Capaian Dari Penerapan Strategi Komunikasi Menggunakan Buku

Pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

Peneliti menyajikan data dan hasil yang diperoleh dari lapangan melalui

angket yang berhubungan dengan penelitian. Agar hasil capaian dari penerapan

strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode

ngalah dapat diketahui, maka dari itu peneliti melakukan penyebaran angket.

Berdasarkan penyebaran angket yang dilakukan peneliti terhadap beberapa

pengajar di TPQ Baiturrohim maka peneliti mendiskripsikan hasil penyebaran

angket sebagai berikut:

Kisi-kisi Angket :

Tabel 4.2
Kisi-kisi angket

No. Kuesioner
Variabel (1) Indikator (2) Ukuran (3) Skala (5)
(4)

Hasil Capaian Pengalaman Lama


1 Ordinal
Penerapan Mengajar Mengajar

Strategi Strategi Penggunaan

Komunikasi Komuniasi Strategi 2 Ordinal

Komunikasi

Bentuk

Strategi 3 Ordinal

Komunikasi

Penerapan

Strategi 4 Ordinal

Komunikasi

Penggunaan 5 Ordinal

76
Media Belajar

Bentuk Media
6 Ordinal
Belajar

Kesesuaian

Penggunaan

Strategi
7 Ordinal
Komunikasi

Dengan Media

Belajar

Penerimaan

Penggunaan
8 Ordinal
Strategi

Komunikasi

Keikutsertaan
9 Ordinal
Santri

Implementasi

Strategi 10 Ordinal

Komunikasi

Capaian Hasil Peningkatan

Hasil
11 Ordinal
Kemampuan

Membaca

Persentase 12 Ordinal

Peningkatan

77
Bentuk
13 Ordinal
Capaian

Lulusan 14 Ordinal

Jumlah
15 Ordinal
Lulusan

Bentuk

Strategi 16 Ordinal

Pemebelajaran

Bentuk Bimbingan 17 Ordinal

Penerapan Motivasi 18 Ordinal

Strategi Keikutsertaan
19 Ordinal
Komunikasi Bimbingan

Kepuasan

Santri Dalam 20 Ordinal

Bimbingan

Angket pengukuran capaian hasil strategi komunikasi bertujuan untuk

memahami tentang hasil capaian dari penerapan strategi komunikasi menggunakan

buku pedoman madrasah al-qur’an metode ngalah. Berikut ini tabel frekuensi yang

menjadi dasar untuk melakukan analisis deskriptif berkaitan dengan data hasil

angket yang telah disebarkan bagi pengajar TPQ Baiturrohim. Dapat diketahui

jumlah responden mencapai 6 orang, para responden pengguna yang mengisi

angket ini adalah pengajar aktif di TPQ Baiturrohim dusun kampung anyar desa

sukolilo kecamatan jabung.

Pertanyaan dalam angket pengukuran capaian hasil strategi komunikasi dibagi

menjadi 3 bagian yaitu:

78
 Bagian A tentang Strategi Komunikasi, terdiri dari 10 pertanyaan

 Bagian B Capaian Hasil, terdiri dari 5 pertanyaan

 Bagian C Bentuk Penerapan Strategi Komunikasi, terdiri dari 5 pertanyaan

Tiap item pertanyaan tersebut dianalisis secara deskriptif dengan hasil jawaban

responden pada angket sebagai berikut:

A. Strategi Komunikasi

Item pertanyaan pada bagian A berkaitan dengan Penerapan Strategi

Komunikasi, pada bagian ini terdapat 10 pertanyaan yang bertujuan untuk

mengetahui tentang pengalaman mengajar dan penerapan strategi komunikasi.

Hasil jawaban responden pada angket dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.3
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 1

1. Sudah berapa lama anda mengajar di TPQ baiturrohhim?

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid C. < 1 tahun 1 16.7 16.7 16.7

B. > 1 tahun 2 33.3 33.3 50.0

A. > 5 tahun 3 50.0 50.0 100.0

Total 6 100.0 100.0

79
Grafik 4.1
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 1

Pada pertanyaan nomor 1, sesuai dengan tabel 4.4 dan grafik frekuensi 4.1

dapat diketahui dari jumlah total 6 orang responden, jawaban terbanyak yakni 3

responden atau 50 % menjawab > 5 tahun sebagai ukuran pengalaman mengajar

guru, dan 2 responden atau 33,3 % menjawab > 1 tahun sebagai ukuran pengalaman

mengajar guru dan 1 responden atau 16,7 % sebagai pengajar yang belum mencapai

1 tahun di TPQ Baiturrohim.

Tabel 4.4
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 2

2. Apakah di TPQ Baiturrohim menerapkan sebuah strategi komunikasi

dalam proses pembelajarannya?

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

80
Valid A. Iya
6 100.0 100.0 100.0
menggunakan

Grafik 4.2
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 2

Pada pertanyaan nomor 2, sesuai dengan tabel 4.4 dan grafik frekuensi 4.2

yang berkaiatan dengan penerapan strategi komunikasi dalam proses pembelajaran

di TPQ Baiturrohim, keseluruhan responden atau 100 % memilih jawaban Iya

menggunakan. Maka berdasarkan persentase tersebut dapat disimpulkan jika di

TPQ Baiturrohim memang menerapkan strategi komunikasi dalam meningkatkan

kemampuan membaca santri.

Tabel 4.5
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 3

3. Bentuk strategi apakah yang diterapkan pada TPQ Baiturrohim?

81
Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Strategi komunikasi


6 100.0 100.0 100.0
pembelajaran

Grafik 4.3
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 3

Pada pertanyaan nomor 3, sesuai tabel 4.5 dan grafik frekuensi 4.3 terkait

bentuk strategi komunikasi, keseluruhan responden atau 100 % memilih jawaban

Strategi komunikasi pembelajaran. Maka berdasarkan persentase tersebut dapat

disimpulkan bahwa bentuk strategi komunikasi yang diterapkan pada TPQ

bairurrohim ialah strategi komunikasi pembelajaran.

Tabel 4.6
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 4

4. Bagaimana penerapan strategi komunikasi yang dilaksanakan pada TPQ

Baiturrohim?

82
Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Secara offline 6 100.0 100.0 100.0

Grafik 4.4
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 4

Pada pertanyaan nomor 4, sesuai tabel 4.6 dan grafik frekuensi 4.4

keseluruhan responden atau 100 % memilih jawaban Secara offline. Maka

berdasarkan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk penerapan

strategi komunikasi yang pada TPQ bairurrohim dilaksanakan secara offine atau

tatap muka agar hasil yang ingin dicapai lebih maksimal.

Tabel 4.7
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 5

5. Apakah dalam penerapan strategi komunikasi tersebut menggunakan

sebuah media pembelajaran?

83
Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Iya
6 100.0 100.0 100.0
menggunakan

Grafik 4.5.
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 5

Pada pertanyaan nomor 5, sesuai tabel 4.7 dan grafik frekuensi 4.5 terkait

penggunaan media dalam strategi komunikasi, keseluruhan responden atau 100 %

memilih jawaban Iya menggunakan. Berdasarkan persentase dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa bentuk penerapan strategi komunikasi yang pada TPQ

bairurrohim dilaksanakan menggunakan media sebagai pembantu menyampaikan

pesannya.

Tabel 4.8
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 6

84
6. Media apakah yang digunakan sebagai perantara penyampai pesan dari

strategi komunikasi tersebut?

Cumulativ

Frequency Percent Valid Percent e Percent

Valid A. Buku pedoman

madrasah Al-Qur’an 6 100.0 100.0 100.0

metode ngalah

Grafik 4.6
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 6

Pada pertanyaan nomor 6, sesuai tabel 4.8 dan grafik frekuensi 4.6 terkait

bentuk media yang digunakan, keseluruhan responden atau 100 % memilih jawaban

buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah. Berdasarkan persentase dari

data tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk penerapan strategi komunikasi yang

pada TPQ bairurrohim dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an

dilaksanakan menggunakan media buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode

ngalah sebagai pembantu mencapai hasil yang dituju.

85
Tabel 4.9
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 7

7. Apakah pemilihan strategi komunikasi menggunakan buku pedoman

madarasah Al-Qur’an metode ngalah dalam meningkatkan kemampuan

membaca santri di TPQ Baiturrohim sudah sesuai?

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Sangat sesuai 6 100.0 100.0 100.0

Grafik 4.7
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 7

86
Pada item nomor 7, sesuai tabel 4.9 dan grafik frekuensi 4.7 terkait

kesesuaian penggunaan strategi komunikasi menggunakan buku pedoman

madrasah Al-Qur’an metode ngalah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an santri, keseluruhan responden atau 100 % menyatakan sangat sesuai.

Berdasarkan persentase dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi

komunikasi yang pada TPQ bairurrohim dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an dilaksanakan menggunakan media buku pedoman madrasah Al-

Qur’an metode ngalah sangat sesuai untuk diterapkan untuk semua santri.

Tabel 4.10
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 8

8. Apakah strategi komunikasi yang diterapkan mudah diterima oleh santri?

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Sangat mudah 6 100.0 100.0 100.0

Grafik 4.8
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 8

87
Pada pertanyaan nomor 8, sesuai tabel 4.10 dan grafik frekuensi 4.8 terkait

kemampuan santri dalam menerima penggunaan strategi komunikasi menggunakan

buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah, keseluruhan responden atau

100 % menyatakan sangat mudah. Berdasarkan persentase dari tabel dan grafik

frekuensi tersebut dapat disimpulkan bahwa santri dapat sangat mudah menerima

penerapan strategi komunikasi yang pada TPQ bairurrohim.

Tabel 4.11
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 9

9. Apakah semua santri mengikuti bimbingan membaca al-Qur’an

menggunakan metode madrasah Al-Qur’an setiap hari?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid A. Setiap hari 6 100.0 100.0 100.0

Grafik 4.9
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 9
Pada pertanyaan nomor 9, sesuai tabel 4.11 dan grafik frekuensi 4.9 terkait

kontinuitas santri dalam mengikuti bimbingan belajar menggunakan buku pedoman

88
madrasah Al-Qur’an metode ngalah, semua responden yakni 6 responden atau 100

% menyatakan setiap hari. Berdasarkan persentase dari tabel dan grafik frekuensi

tersebut dapat disimpulkan bahwa santri setiap hari mengikuti bimbingan belajar

sebagai bagian penerapan strategi komunikasi untuk mencapai hasil yang dituju

dengan maksimal.

Tabel 4.12
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 10

10. Apakah Implementasi strategi komunikasi di TPQ Baiturrohim

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca santri?

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Sangat
6 100.0 100.0 100.0
berpengaruh

Grafik 4.10
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 10

89
Pada pertanyaan nomor 10 merupakan pertanyaan terakhir guna mencari

data tentang Strategi komunikasi yang dilaksanakan pada TPQ Baiturrohim. Sesuai

tabel 4.12 dan grafik frekuensi 4.10 terkait apakah implementasi strategi

komunikasi di TPQ Baiturrohim berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

membaca santri?, semua responden yakni 6 atau 100 % menyatakan sangat

berpengaruh. Berdasarkan persentase dari tabel dan grafik frekuensi tersebut

dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang di terapkan bisa membuahkan

hasil dengan adanya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an santri.

B. Capaian Hasil dari strategi komunikasi yang dijalankan

Item pertanyaan pada bagian B tentang capaian hasil dari strategi komunikasi

yang dijalankan, ada 5 pertanyaan yang terdapat dalam bagian ini. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa hasil capaian yang

diperoleh dari penerapan strategi komunikasi. Untuk itu, tiap hasil jawaban

responden pada angket yang telah disebarkan dan disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.13
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 11

11. Apakah kemampuan membaca santri selalu mengalami peningkatan

setiap bulannya dalam penerapan strategi komunikasi tersebut?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid A. Iya 6 100.0 100.0 100.0

90
Grafik 4.11
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 11

Pertanyaan pertama pada bagian B berkaitan peningkatan kemampuan

membaca santri setiap bulannya. Dari data pada tabel 4.13 diketahui bahwa

sebanyak 6 responden atau 100,0% menyatakan Iya. Jadi berdasarkan hasil data

pada tabel dan grafik tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan membaca santri

mengalami peningkatan tiap bulannya.

Tabel 4.14
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 12

12. Berapa banyak persentase peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an

di tahun 2021?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid C. 30 % 1 16.7 16.7 16.7

91
B. 40 % 2 33.3 33.3 50.0

A. 50 % 3 50.0 50.0 100.0

Total 6 100.0 100.0

Grafik 4.12
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 12

Berdasarkan tabel 4.14 dan grafik frekuensi 4.12 tentang persentase

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an hasil penerapan strategi komunikasi

menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah di tahun 2021

dapat di gambarkan sebagai berikut: persentase terbanyak yaitu 3 responden

menjawab 50% dengan persentase yang sama yaitu 50%, 2 responden menjawab

40% dengan persentase 33,33%, dan 1 responden menjawab 20% dengan

persentase 16,67%. Jadi dapat disimpulkan jika penerapan strategi komunikasi

dengan media buku pedoman madrasah Al-Qur’an mengalami penaikan yang

signifikan.

Tabel 4.15
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 13

92
13. Hasil capaian apakah yang bisa dilihat dari penerapan strategi

komunikasi menggunakan buku metode madrasah Al-Qur’an?

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Adanya khotaman


6 100.0 100.0 100.0
santri (tashih santri)

Grafik 4.13
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 13

Pertanyaan nomor 13 pada bagian B berkaitan hasil capaian yang bisa dilihat

dari penerapan strategi komunikasi menggunakan buku oedoman madrasah Al-

Qur’an. Dari data pada tabel 4.15 diketahui bahwa sebanyak 6 responden atau

100,0% menyatakan adanya khotaman santri (tashih santri). Jadi berdasarkan

hasil data pada tabel dan grafik tersebut dapat dipahami bahwa adanya khotaman

santri (tashih santri) merupakan buah atau wujud nyata hasil dari strategi

komunikasi yang telah dijalankan.

93
Tabel 4.16
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 14

14. Apakah tiap tahun TPQ Baiturrohim mengeluarkan lulusan dari metode

madrasah Al-Qur’an?

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid A. Selalu mengeluarkan


6 100.0 100.0 100.0
lulusan

Grafik 4.14
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 14

Pada pertanyaan nomor 14 berkaitan dengan apakah TPQ Baiturrohim

mengeluarkan lulusan tiap tahunnya. Dari data pada tabel 4.16 diketahui bahwa

sebanyak 6 responden atau 100,0% menyatakan selalu mengeluarkan lulusan.

94
Jadi berdasarkan hasil data pada tabel dan grafik tersebut dapat dipahami bahwa

pertanyaan nomor 14 ini sebagai bukti tambahan jika ada khotaman santri (tashih

santri), pasti TPQ Baiturrohim juga selalu mengeluarkan lulusan santri untuk

mengikuti khotaman tersebut.

Tabel 4.17
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 15

15. Berapa banyak lulusan yang dikeluarkan melalui metode madrasah Al-

Qur’an tiap tahun?

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid A. Satu kelas penuh 6 100.0 100.0 100.0

Grafik 4.15
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 15

Item pertanyaan nomor 15 tentang banyaknya lulusan yang dikeluarkan

ketika tashih santri, berdasaran tabel frekuensi 4.17 jawaban responden dengan

95
persentase 100,0% atau seluruh responden memberikan jawaban satu kelas penuh,

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika mengikuti khotaman tiap

tahunnya, santri yang lulus ialah seluruh santri yang ada pada kelas tersebut.

C. Bentuk penerapan strategi komunikasi

Pada bagian C terdapat sebanyak 5 pertanyaan yakni bentuk atau mekanisme

pelaksanaan strategi komunikasi. Item pertanyaan tersebut bertujuan untuk

mengetahui tentang metode yang dijalankan dalam menerapkan strategi

komunikasi. Untuk memahami hal itu maka tiap hasil jawaban responden pada

angket yang telah disebarkan dan dideskripsikan seperti berikut:

Tabel 4.18
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 16

16. Bagaimana bentuk stratregi pembelajaran yang sering diterapkan

dengan menggunakan metode madrasah Al-Qur’an?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid B. Baca simak 1 16.7 16.7 16.7

A. Klasikal 5 83.3 83.3 100.0

Total 6 100.0 100.0

96
Grafik 4.16
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 16

Pertanyaan pertama pada bagian C berkaitan dengan bentuk strategi

pembelajaran yang sering digunakan oleh masing-masing pengajar di TPQ

Baiturrohim. Dari data pada tabel 4.18 dan grafik frekuensi 4.16 diketahui bahwa

sebanyak 5 responden atau 83,33% menyatakan klasikal, sedangkan 1 responden

atau 16,67% menyatakan baca simak. Jadi berdasarkan hasil data pada tabel dan

grafik tersebut dapat dipahami bahwa sistem klasikal lebih disukai daripada sistem

baca simak sebagai bentuk metode pelaksanaan strategi komunikasi dengan buku

madrsah Al-Qur’an.

Tabel 4.19
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 17

17. Apakah anda membimbing santri sesuai dengan buku pedoman

madrasah Al-Qur’an?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

97
Valid A. Selalu 6 100.0 100.0 100.0

Grafik 4.17
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 17

Item pertanyaan nomor 17 tentang penggunaan buku pedoman madrasah Al-

Qur’an sebagai media belajar, berdasaran tabel frekuensi 4.19 dan grafik frekuensi

4.17 jawaban responden dengan persentase 100,0% atau seluruh responden

memberikan jawaban selalu, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam

menerapkan strategi komunikasi pengajar selalu menggunakan buku pedoman

madrasah Al-Qur’an sebagai medianya.

Tabel 4.20
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 18

18. Apakah anda berkemauan keras untuk menuntun santri agar dapat

membaca al-Qur’an dengan benar sesuai strategi komunikasi yang

dijalankan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

98
Valid A. Selalu 6 100.0 100.0 100.0

Grafik 4.18
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 18

Pada pertanyaan nomor 18, sesuai tabel dan grafik frekuensi 4.18 terkait

ketekunan seorang pengajar dalam menjalankan strategi komunukasi, semua

responden atau 100 % menyatakan selalu. Berdasarkan persentase dari tabel dan

grafik frekuensi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajar di TPQ Baiturrohim

selalu semangat dalam menuntun santri setiap hari agar mencapai hasil yang dituju

dengan maksimal.

Tabel 4.20
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 19

19. Apakah santri mengikuti bimbingan membaca Al-Qur’an menggunakan

metode madrasah Al-Qur’an sesuai dengan waktu yang ada pada jadwal?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid A. Selalu 6 100.0 100.0 100.0

99
Grafik 4.19
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 19

Pada pertanyaan nomor 19, sesuai dengan tabel 4.21 dan grafik frekuensi

4.19 yang berkaiatan dengan keikutsertaan santri dalam penerapan strategi

komunikasi dalam proses pembelajaran di TPQ Baiturrohim, keseluruhan

responden atau 100 % memilih jawaban selalu. Maka berdasarkan persentase

tersebut dapat disimpulkan bahwa santri selalu tekun mengikuti bimbingan dari

guru pengajar di TPQ Baiturrohim guna meningkatkan kemampuan membaca santri.

Tabel 4.22
Tabel Frekuensi jawaban responden soal nomor 20

20. Apakah santri dengan senang hati mengikuti bimbingan membaca Al-

Qur’an menggunakan metode madrasah Al-Qur’an?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid B. Iya 1 16.7 16.7 16.7

100
A. Selalu 5 83.3 83.3 100.0

Total 6 100.0 100.0

Grafik 4.20
Grafik Frekuensi jawaban responden soal nomor 20

Pada pertanyaan nomor 20, sesuai dengan tabel 4.22 dan grafik frekuensi

4.20, dapat diketahui dari jumlah total 6 orang responden, jawaban terbanyak yakni

5 responden atau 83,33 % menjawab selalu sebagai, dan 1 responden atau 16,67 %

menjawab iya ukuran kesenangan santri dalam mengikuti pengajaran dari guru di

TPQ Baiturrohim.

Dari hasil penyebaran angket diatas, dapat di peroleh hasil bahwa strategi

komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah dapat

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an santri dengan signifikan.

Rangkuman penjelasannya akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Terkait penerapan strategi komunikasi

Sesuai jawaban dari angket no. 1-10 dapat di simpulkan bahwa TPQ Baiturrohim

dalam proses pembelajarannya menerapkan strategi komunikasi pendidikan

101
(pembelajaran) dalam kesehariannya. Model pelaksanan dari strategi komunikasi

adalah sistem offline (tatap muka), karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pemilihan strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madarasah Al-Qur’an

dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dinilai sangat sesuai, hal ini

bisa dilihat dari mudahnya santri dalam menerima materi yang diajarkan oleh guru.

Dalam pelaksanaan strategi komunikasi tersebut, peneliti juga menemukan

kesamaan antara strategi yang dijalankan dengan teori komunikasi harold lawell

KOMUNIKAN PESAN MEDIA

KOMUNIKATOR EFEK

yang menggunakan media sebagai perantaranya. Adapun komunikasi menurut

harold laswell dapat digambarkan sebagai berikut:

1) adanya komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dalam hal ini

adalah guru/pengajar TPQ Baiturrohim.

2) Pesan, yang dimaksudkan disini adalah materi yang akan di sampaikan pada

santri TPQ Baiturrohim.

3) Media atau alat untuk menyampaikan pesan tersebut. Media yang digunakan

disini ialah buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah yang

berisikan materi pemebelajaran Al-Qur’an serta teknik pengajarannya.

4) Komunikan (orang yang menrima pesan) dalam hal ini adalah santri TPQ

Baiturrohim.

5) Efek (adanya pengaruh). Efek yang diharapkan dari strategi komunikasi ini

adalah meningkatkan kemampuan membaca santri TPQ Baiturrohim.

102
2. Capaian hasil

Dari jawaban angket no. 11-15 yang telah disebarkan, bisa dilihat jika penerapan

strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an untuk

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an santri berjalan dengan efektif. Hasil

capaian tersebut dapat di deskripsikan sebagai berikut: kemampuan membaca Al-

Qur’an santri TPQ Baiturrohim mengalami peningkatan tiap bulannya. Peningkatan

tersebut berkisar antara 30% hingga 50% karena terdapat kelas yang berbeda,

kemampuan dalam menerima pesan. Wujud nyata dari strategi komunikasi

menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an ini adalah adanya khotaman

santri (tashih santri) dimana santri yang sudah layak dan bacaannya baik akan di

wisuda. TPQ Baiturrohim tiap tahun selalu mengeluarkan lulusan dan jumlah santri

yang lulus bisa dibilang satu kelas penuh.

3. Bentuk penerapan strategi komunikasi

Strategi komunikasi yang dijalankan pada TPQ Baiturrohim tergolong jenis strategi

komunikasi pendidikan (pembelajaran) karena bertempat pada lembaga pendidikan

Al-Qur’an. Strategi komunikasi ini menggunakan buku pedoman madrasah Al-

Qur’an sebagai media penyampai pesannya, tentunya pelaksanaan proses

pendidikannya mengacu pada buku tersebut. Sesuai hasil jawaban dari angket no.

16-20, peneliti akan menjabarkan bentuk penerapan strategi komunikasi yang

dijalankan pada TPQ Baiturrohim sebagai berikut: bentuk strategi pembelajaran

yang dilaksanakan menggunakan media buku pedoman madrasah Al-Qur’an ialah 1)

sistem klasikal (membaca bersama), guru dan santri membaca bersamaan tentang

materi yang dipelajari. Sistem pengajaran ini bertujuan untuk membentuk bacaan

yang seragam dengan baik dan benar serta santri akan lebih fokus pada materi yang

103
disampaikan. 2) baca simak, lanjutan dari klasikal ialah baca simak dimana guru

menyimak bacaan dari santri apakah sudah benar atau belum. Dengan dua sistem

ini akan lebih efektif untuk mempercepat santri memahami materi yang

disampaikan. Selain 2 sitem diatas, peran guru juga sangat berpengaruh dalam

proses strategi ini, guru harus selalu semangat dalam mengajar agar santri juga ikut

termotivasi untuk bisa. Guru TPQ Baiturrohim selalu menyampaikan materi sesuai

buku pedoman madrasah Al-Qur’an agar tujuan dari strategi komunikasi bisa

tercapai. Santri TPQ Baiturrohim juga selalu mengikuti proses pembelajaran sesuai

jadwal yang ditentukan, selain itu santri juga mengikuti biimbingan dengan senang

hati yang dimana hal tersebut bisa menjadikan proses pembelajaran menjadi

kondusif.

104
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

Strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode

ngalah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an santri di TPQ

Baiturrohim desa Sukolilo kecamatan Jabung kabupaten Malang dapat berjalan

dengan efektif. Kesimpulan ini didapat dari hasil penelitian yang menyimpulkan

bahwa:

1. Bentuk Buku Pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah

Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah merupakan salah satu Metode praktis

belajar membaca Al-Qur’an yang mana mengacu pada Kaidah Baghdadiyah sebagai

dasar pemikiran runtutan metode pembelajarannya (Pokok Pembahasan Belajar),

sedangkan latihan sebagai belajar murid diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an yang ada,

dengan menyesuaikan Kaidah Baghdadiyah (Pokok Pembahasan).

Di dalam buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah memuat sejumlah isi

tentang sejarah, visi misi, serta metode pengajaran Al-Qur’an yang harus di jalankan

sesuai apa yang tercantum dalam buku tersebut guna untuk mencetak insan yang

Qur’ani.

2. Bentuk Strategi Komunikasi yang digunakan Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Strategi komunikasi yang dijalankan pada TPQ Baiturrohim tergolong jenis strategi

komunikasi pendidikan (pembelajaran) karena bertempat pada lembaga pendidikan

Al-Qur’an. Strategi komunikasi ini menggunakan buku pedoman madrasah Al-

106 105
Qur’an sebagai media penyampai pesannya, tentunya pelaksanaan proses

pendidikannya mengacu pada buku tersebut.

Penggunaan media berupa buku pedoman madrasah Al-Qur’an metode ngalah

menjadi kunci strategi komunikasi yang dijlankan, mengingat didalam buku ini

memuat strategi atau cara ataupun metode pembelajaran Al-Qur’an.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Strategi Komunikasi Tersebut

Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Strategi Komunikasi Menggunakan Buku

Pedoman Madrasah Al-Qur’an Metode Ngalah di TPQ Baiturrohim

NO FAKTOR PENDUKUNG FAKTOR PENGHAMBAT


Izin berupa Do’a restu dari Kyai
1. Guru ada yang bekerja
Muzaki Nur Salim

Bantuan pengajaran dari Ustadz


2. Guru masih pelajar sekolah
Siwanto

Antusiasme wali santri dalam

mengarahkan anaknya untuk


3. Kemalasan santri
terus belajar dirumah (nderes)

4. Hasil Capaian Dari Penerapan Strategi Komunikasi Tersebut

Penerapan strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an

untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an santri memperoleh berjalan

dengan efektif. Hasil capaian tersebut dapat di deskripsikan sebagai berikut:

kemampuan membaca Al-Qur’an santri TPQ Baiturrohim mengalami peningkatan

tiap bulannya. Peningkatan tersebut berkisar antara 30% hingga 50% karena

terdapat kelas yang berbeda, kemampuan dalam menerima pesan. Wujud nyata dari

strategi komunikasi menggunakan buku pedoman madrasah Al-Qur’an ini adalah

adanya khotaman santri (tashih santri) dimana santri yang sudah layak dan

106
bacaannya baik akan di wisuda. TPQ Baiturrohim tiap tahun selalu mengeluarkan

lulusan dan jumlah santri yang lulus bisa dibilang satu kelas penuh.

5.2 Saran

1. Untuk Peneliti

Diharapkan untuk peneliti dapat belajar dan memetik ilmu pengetahuan serta

menambah pemahaman tentang strategi komunikasi pendidikan, karena

didalamnya mengandung dua bentuk komunikasi yakni komunikasi interpersonal

dan komunikasi kelompok.

2. Untuk lembaga

Saran yang dapat peneliti berikan kepada lemba TPQ Baiturrohim adalah:

1) Tetap mempertahanakan strategi yang dijalankan karena hasilnya sudah

cukup baik.

2) Membuat jadwal piket guna untuk mengisi kelas yang kosong agar penerapan

strategi komunikasi tetap berjalan dengan baik.

3) Melakukan kegiatan evaluasi guna memperbaiki dan lebih meningkatkan

strategi komunikasi untuk mempertahankan capaian hasil dan menutupi

kelemahan yang ada.

107
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Prof. Ma’ruf. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Aswaja Pressindo, 2015.


Ahyar, Hardani, Universitas Sebelas Maret, Helmina Andriani, Dhika Juliana
Sukmana, Universitas Gadjah Mada, M.Si. Hardani, S.Pd., Grad. Cert. Biotech Nur
Hikmatul Auliya, et al. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, 2020.
Alfansyur, Andarusni, and Mariyani. “Seni Mengelola Data : Penerapan Triangulasi
Teknik, Sumber Dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial.” Jurnal Kajian,
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah 5, no. 2 (2020): 146–150.
http://journal.ummat.ac.id/index.php/historis.
Anisah. “STRATEGI KOMUNIKASI USTADZAH DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SANTRI DI TPQ AL-MAUNAH DESA
KEPUH KECAMATAN PALIMANAN KABUPATEN CIREBON,” 2021.
Arifin, Bustanol. “Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah Dalam Membina
Masyarakat Pedesaan.” Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi 2, no. 2 (2019):
109–126.
Asrori, Muhammad. “PENGERTIAN, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP STRATEGI
PEMBELAJARAN,” no. 50 (2018): 453–456.
Audina, Rafika. “Strategi Komunikasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Pemahaman
Siswa Pada Proses Belajar Mengajar Di Sd Muhammadiyah 20” (2020).
Hariandi, Ahmad. “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca
Alquran Siswa Di SDIT Aulia Batanghari.” Jurnal Gentala Pendidikan Dasar 4,
no. 1 (2019): 10–21.
Hasanah, Hasyim. “TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode
Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial).” At-Taqaddum 8, no. 1 (2017):
21.
Hermawan, Hary. “Metode Kualitatif Untuk Riset Pariwisata.” Jurnal Komunikasi
(2018): 20.
Iskandar, Nehru, and Cicyn Riantoni. Metode Penelitian Campuran, 2021.
https://books.google.co.id/books?
id=nkQjEAAAQBAJ&lpg=PA37&ots=ScSzCEuTsc&dq=metode penelitian
campuran dengan model triangulasi
bersamaan .PDF&lr&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q&f=false.
Mar’atusholihah, H., W. Priyanto, and A.T. Damayani. “Pengembangan Media
Pembelajaran Tematik Ular Tangga Berbagai Pekerjaan.” Jurnal Mimbar PGSD
Undiksha 7, no. 3 (2019): 253–260.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/19411.
Mekarisce, Arnild Augina. “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian
Kualitatif Di Bidang Kesehatan Masyarakat.” JURNAL ILMIAH KESEHATAN
MASYARAKAT : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat 12, no. 3
(2020): 145–151.

108
Mubarok, and made dwi Andjani. Komunikasi Antarpribadi Dalam Masyarakat
Majemuk. Dapur Buku, 2014.
Mubarok, Nurul. “Strategi Pemasaran Islami Dalam Meningkatkan Penjualan Pada
Butik Calista.” I-ECONOMICS: A Research Journal on Islamic Economics 3, no. 1
(2017): 73–92.
Muhajirin, and Maya Panorama. Pendekatan Praktis Metode Penelitian Kualitatif Dan
KUantitatif. Idea Press Yogyakarta. Vol. 1, 2017.
Mustaqim. “Metode Penelitian Gabungan Kuantitatif Kualitatif / Mixed Methods
Suatu Pendekatan Alternatif.” Jurnal Intelegensia 04, no. 1 (2016): 1–9.
https://ejournal.unisnu.ac.id/JI/article/view/1351.
Nasution, Ahmadriswan. “Bahan Ajar Fsa Angkatan Ke-21 Tahun 2020 Pengujian
Hipotesis.” Pusdiklat.Bps.Go.Id (2020): 4.
Nasution, Sangkot. “Variabel Penelitian.” Raudhah 05, no. 02 (2017): 1–9.
Nilamsari, Natalina. “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif.”
Wacana 13, no. 2 (2014): 177–181.
Ningtyas, MN. “Metode Penelitian.” Metode Penelitian, no. 2013 (2014): 32–41.
Nurdin, Ismail, and Sri Hartati. Metodologi Penelitian Sosial, 2019.
Nurhayati, Teti, Cici Euis Nurunnisa, and Husni. “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak Usia Dini Melalui Penerapan Metode Iqra’.” Tarbiyat
al-Aulad 3, no. 1 (2018): 1–6.
https://riset-iaid.net/index.php/TA/article/view/123.
Pohan, Desi Damayani, and Ulfi Sayyidatul Fitria. “Jenis Komunikasi.” Journal
Educational Research and Social Studies 2 (2021): 29–37.
Pranatawijaya, Viktor Handrianus, Widiatry Widiatry, Ressa Priskila, and Putu
Bagus Adidyana Anugrah Putra. “Penerapan Skala Likert Dan Skala Dikotomi
Pada Kuesioner Online.” Jurnal Sains dan Informatika 5, no. 2 (2019): 128–137.
Pratiwi, Soraya Ratna, Susanne Dida, and Nuryah Asri Sjafirah. “Strategi Komunikasi
Dalam Membangun Awareness Wisata Halal Di Kota Bandung.” Jurnal Kajian
Komunikasi 6, no. 1 (2018): 78.
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabung. Syria Studies. Vol. 7, 2017.
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/
link/548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://
www.econ.upf.edu/~reynal/Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://think-asia.org/handle/11540/8282%
0Ahttps://www.jstor.org/stable/41857625.
Pujaastawa, Ida Bagus GDE. “Teknik Wawancara Dan Observasi Untuk Pengumpulan
Bahan Informasi.” Universitas Udayana (2016): 4.
Rachmawati, Imami Nur. “Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:
Wawancara.” Jurnal Keperawatan Indonesia 11, no. 1 (2007): 35–40.
Rahim, H. Abd. Rahman, and Enny Radjab. Dimensi Manajemen Strategi, 2004.

109
Rahmat, Abdul, and Mira Mirnawati. “Model Participation Action Research Dalam
Pemberdayaan Masyarakat.” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 6, no. 1
(2020): 62.
Raibowo, Septian, Yahya Eko Nopiyanto, and Muhammad Khairul Muna.
“Pemahaman Guru PJOK Tentang Standar Kompetensi Profesional.” Journal Of
Sport Education (JOPE) 2, no. 1 (2019): 10.
Ratna wijayanti daniar, noviansyah rizal, riza bahtiar sulistyan. Metode Penelitian
Kuantitatif, 2021.
Rifa’i, Muhammad, and Abdullah. “PENGEMBANGAN STRATEGI KOMUNIKASI DINAS
PARIWISATA DAN KOMINFO DALAM MENINGKATKAT WISATAWAN DI AIR
TERJUN PLETUK DESA JURUG SOOKO PONOROGO.” Jurnal Heritage 7, no. 1
(2019).
Rosdian, Rosdian Dian, Mutammimul Ula, and Risawandi Risawandi. “Sistem
Pengenalan Dan Penerjemahan Al-Qur’an Surah Al –Waqi’Ah Melalui Suara
Menggunakan Transformasi Sumudu.” TECHSI - Jurnal Teknik Informatika 11,
no. 1 (2019): 97.
Saputra, Sepriadi. “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dalam Kegiatan
Pembelajaran Melalui Media Whatsapp Group.” Profesional: Jurnal Komunikasi
dan Administrasi Publik 7, no. 1 (2020): 11–21.
Sholeh, Muhammad. “STRATEGI KOMUNIKASI USTAD KHOSYI’IN DALAM
MENINGKATKAN MINAT BACA AL-QUR’AN PADA FORUM BAPAK-BAPAK DI
DUSUN CEBUR DESA KALIBEJI KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2019-2020.” INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA, 2020.
Sodik, Mohamad, Yosef Farhan Dafik Sahal, and N. Hani Herlina. “Pengaruh Kinerja
Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Alquran Hadis.” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 1
(2019): 97.
Sudarman, Asep. “Strategi Komunikasi Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat
Dalam Membayar Zakat Maal.” Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi 2, no. 1
(2019): 35–54.
Sulis, Ustadz. Wawancara, 2022.
Suriah, Muslikah. “Metode Yanbu ’ a Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
Quran Pada Kelompok B-2 RA Permata Hati Al-Mahalli Bantul.” Jurnal
Pendidikan Madrasah 3, no. 2 (2018): 291–299.
Ulfa, Rafika. “Variabel Penelitian Dalam Penelitian Matematika.” Al-Fathonah: Jurnal
Pendidikan dan Keislaman 1, no. 1 (2019): 342–251.
Wicaksono, TE. “Metode Penellitian.” Journal of Chemical Information and Modeling
53, no. 9 (2020): 1689–1699.
http://repository.stiedewantara.ac.id/1164/5/BAB III.pdf.
Yam, Jim Hoy, and Ruhiyat Taufik. “Hipotesis Penelitian Kuantitatif.” Jurnal Ilmu
Administrasi 3, no. 2 (2021): 96–102.

110
111

Anda mungkin juga menyukai