Cita-cita mulia dari pendiri Yayasan Sunan Kalijogo Jabung (Al-Maghfurllah KH. Nur
Salim) yang kemudian diteruskan oleh putra beliau H. Muzaki Nur, untuk mendirikan lembaga
pendidikan baik formal maupun nonformal yang lengkap dan lengkap serta mampu melayani
semua lapisan masyarakat, adalah salah satu yang melatar belakangi Yayasan Sunan Kalijogo
Jabung dalam mendirikan perguruan tinggi.
Mendirikan sebuah Perguruan Tinggi yang menyatu dengan Pondok Pesantren. Dari penyatuan
antara Perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren ini, juga diharapkan nantinya mampu mencetak
karakteristik manusia yang seimbang dalam menjalani segala urusan dunia maupun urusan
akhirat. Atau dalam bahasa pondokannya, manusia yang memiliki kemampuan otak Jepang dan
berhati Madinah.
Untuk merealisasikan cita-cita mulia tersebut, ada beberapa rencana juga strategi yang
mesti dipertimbangkan layak atau tidaknya, manfaat serta mudharatnya, tidak saja bagi Pondok
Pesantren dan lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya tetapi lebih mengacu kepada orientasi
kemasyarakatan di sekitar lembaga tersebut. Sebab tidak menutup kemungkinan, hadirnya sebuah
lembaga pendidikan formal di dalam lingkungan pendidikan informal yang berbasis agama seperti
Pondok Pesantren, justru akan mengikis karakteristik dan tradisi kepesantrenan itu sendiri.
Atas pertimbangan serta komitmen yang tinggi untuk tetap menjaga kosmologi pesantren
di tengah-tengah gempuran nuansa multikulturalisme, akhirnya kerja besar itupun dimulai dengan
mendirikan Pondok Pesantren Sunan Kalijogo Jabung. Dalam lingkungan pesantren inilah, para
santri dan masyarakat sekitar kemudian diajarkan serta dibimbing tentang bagaimana caranya
membentuk pribadi-pribadi yang berakhlaqul karimah sekaligus memiliki hati Madinah.
Setelah beberapa tahun kemudian, setelah dirasa bahwa pondasi tradisi pesantren yang
ditancapkan sudah membumi ditambah makin berkembangnya lembaga-lembaga formal mulai
dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK, barulah Yayasan Sunan Kalijogo Jabung
melanjutkan komitmen cita-cita mulia pendiri tersebut, yaitu dengan membuka perguruan tinggi
dengan nama IAI (Institut Agama Islam) Sunan Kalijogo Jabung Malang untuk enam (6)
Program Studi dari tiga (3) Fakultas , yaitu Manajemen Pendidikan Islam, Tadris
Matematika, Tadris Biologi, Ekonomi Syari’ah, Perbankan Syri’ah dan Bahasa dan Sastra
Arab.
Pada alur perjalanan selanjutnya, diharapkan IAI Sunan Kalijogo Jabung Malang dapat
terus berkembang dan manjadi pusat kajian NU dan keilmuannya serta pusat penempaan kader-
kader NU di masa yang akan datang. Seiring dengan harapan besar itulah, timbul kemantapan
dalam hati H, Muzaki Nur untuk segera dan semaksimal mungkin mempersiapkan berdirinya
Perguruan Tinggi dalam hal ini adalah IAI Sunan Kalijogo Jabung Malang.
Cita-cita tersebut mulai berusaha diwujudkan dengan dibentuknya tim pokja pendirian
perguruan tinggi di Yayasan Sunan Kalijogo Jabung yang kemudian tim pokja tersebut melakukan
komunikasi dengan beberapa tokoh ulama’ dan tokoh perguruan tinggi untuk kemudian
berkonsultasi dengan pejabat di Kopertais wilayah IV Surabaya. Dari hasil silaturrahmi dan
komunikasi tersebut, maka ditindaklanjutilah oleh tim pokja dengan pengumpulan segala
persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk dipenuhi dan dilampirkan dalam proposal
pengajuan perijinan pembukaan perguruan tinggi.
Hal penting yang saat ini menjadi perhatian Yayasan Sunan Kalijogo Jabung adalah
menjadikan kampus IAI Sunan Kalijjogo Jabung Malang sebagai kampus rakyat, yang
mengantarkan mahasiswanya tidak saja sebagai manusia Kaffah yang berhati religius dan
berkualitas intelektual serta memiliki keshalehan sosial. Melainkan juga keinginan agar
mahasiswanya dapat dengan mudah hidup toleransi dan berdampingan, selalu memberikan
ketenangan dan kedamaian, serta selalu memiliki daya fungsi maksimal untuk sekalian ummat
(anfa'uhum linnas).
Kegiatan rutin