Anda di halaman 1dari 13

Penerapan Metode Muroja’ah Dan Sima’i Dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Tahfidzul Qur’an di SD IT Darul Adzkia

Husni Ridho Harahap1)


Nur Atikoh, M.Pd2)

1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
email. husniridhoharahap22@gmail.com, nuratikoh50@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
penggunaan penerapan metode muroja’ah dan sima’i pada pembelajaran Tahfidzul Qur’an
di SD IT Darul Adzkia Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara. Metode penelitian yamg
dipakai ialah kualitatif deskriptif, subjek dari penelitina ini merupakan siswa/i SD IT Darul
Adzkia kelas III, adapun sumber data yang pakai pada pelaksanaan penelitian ini yaitu
dengan memakai data primer dan sekunder. Teknik dalam pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, dokumentasi dan penilaian. Penerapan metode muroja’ah dan sima’i
berhasil diterapkan pada kegiatan pembelajaran Tahfidzul Qur’an. Dapat dilihat dari hasil
pra siklus sebelum dilakukannya tindakan, terdapat beberapa siswa yang mendapatkan
hasil ketuntasan belajar hanya di angka 34,5 %, dimana siswa yang memperoleh nilai yang
baik ada 9 siswa. Selanjutnya disiklus I setelah dilakukannya menerapkan metode
muroja’ah siswa yang memperoleh ketuntasan sebanyak 17 siswa dengan persentase
65,4%. Dan pada siklus II, dimana pembelajaran telah menggunakan penerapan metode
muroja’ah dan sima’i hasilnya 26 siswa atau 100% telah mendapatkan nilai tuntas pada
pembelajaran Tahfidzul Qur’an dengan nilai rata-rata sebesar 91,92%. Dengan penerapan
metode muroja’ah dan sima’i pada Pembelajaran Tahfidzul Qur’an dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III di SD Islam Terpadu Darul Adzkia Tebing Tinggi.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Muroja’ah, Sima’i dan Tahfidzul Qur’an.

1
PENDAHULUAN

Kitab Al-Qur‟an merupakan kalamullah, yang diwahyukan Allah Swt melalui


perantaraan malaikat jibril hingga sampai Rasulullah sallallahu „alaihi wa sallam secara
berangsung-angsur, disampaikan kepada manusia melalui suatu kejadian yang terjadi di
antar manusia, serta membacanya mendapat nilai ibadah. (Ahsin W. AlHafidz, hal 1). Al-
Qur‟an bagi umat Islam merupakan sebuah petunjuk dalam kehidupan sehingga dapat
menjadi kebaikan bagi manusia,begitu juga selain menjadi petunjuk juga sebagai sarana
untuk menjaga kualitas serta kemurnian dengan cara menghafalkan Al-Qur‟an tersebut. Pada
proses menghafal Kalamullah dapat dimulai dari umur kanak-kanak, remaja hingga sampai
usia dewasa. Dalam proses menghafal serta mengamalkan kitab Al-Qur‟an terdapat berbagai
kemudahan yang begitu sangat manarik hati semua orang hingga tidak dapat dibatasi secara
logika. Sampai mereka yang mengalami kondisi berkebutuhan khusus sekalipun mampu
untuk menghafalkan Al-Qur‟an hingga usia manula dapat dengan mudah untuk
mencernanya (Adi Hidayat, hal 15). Meskipun kitab Al-Qur‟an termasuk sebuah kitab yang
mudah dihafal, namun untuk meraih keutamaannya tidaklah seperti yang dibayangkan,
karena dalam mempelajari Al-Qur‟an menghabiskan waktu yang tidak singkat dan tidak
seperti apa yang dibayangkan karena setiap individu mempunyai sistem serta metode
tersendiri dalam proses menghafal kalamullah.

Kitab Al-Qur‟an merupakan wahyu sebagai hudan (petunjuk) bagi umat manusia.
Dimana setiap insan yang beriman dengan Al-Qur‟an mesti mengetahui bahwa disetiap ayat
ayatnya terdapat sebuah kebaikan serta menjadi pegangan hidup bagi manusia. Setiap kita
dititipkan sebuah amanah untuk menjaga serta memelihara kemurnian isi kandungan kitab
Al-Qur‟an. Sebagaimana Allah berfiman dalam Surah Al Hijr 15: 9 :

Artinya: “Sesungguhnya Allah-lah yang telah menganugrahkan Al Qur‟an, dan


sungguh kami benar-benar memeliharaNya. (QS.Al-Hijr: 9)

Dalam sebuah Hadis Rasulullah bersabda:“ manusia yang terbaik ialah manusia yang belajar
Al-Qur‟an dan mengajarkanNya.. (HR. Bukhari) (Agus Yosep Abdullah, hal 2)

Menurut Aida Hidayah perkembangan otak seseorang di usia dini merupakan masa
keemasan bagi mereka dengan capaian 80% dan akan mencapai 100% diusia mereka samapi
18 tahun. Artinya, sebagian besar perkembangan otak manusia terjadi pada usia dini atau
dimasa seorang anak menduduki tingkat Sekolah Dasar (SD). Adapun usaha yang dilakukan
oleh orang tua serta guru pada anak beranjak diusia dini, pasti akan memiliki pengaruh besar

2
bagi perkembangan sang anak khususnya dalam proses mengenalkan sesuatu, terlebih-lebih
yang dilakukan oleh orang tua tersebut mengenalkan ayat-ayat Al-Qur‟an. Sebaliknya,
bagaimanapun upaya yang dikerjakan oleh orang tua serta seorang guru bagi anak yang
berusia 18 tahun keatas hanya akan memberikan pengaruh yang sangat sedikit yakni 20% saja
dalam proses pengenalan sesuatu tersebut. Apalagi setelah anak berusia 18 tahun keatas, anak
tersebut akan kesulitan dalam proses mengembang imajinasi yang mereka punya. sebab itu,
bagi orang tua serta guru sangat penting menanamkan kecerdasan melalui sebuah pendidikan
dimasa keemasan bagi seorang anak (Chairunnisa.MZ hal 6)

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi seseorang yang terlambat dalam menghafal
pelajaran dengan teman yang lainnya. Diantaranya perhatian orang yang terdekat dengan
mereka yaitu orang tua dimana sebagian besar dari orangtua tersebut disibukkan dengan
aktifitas pribadinya, sehingga kurang memberikan perhatian terhadap hafalan ayat-ayat
yang diberikan kepada anaknya di lingkungan pendidikan. Akibatnya anak tersebut yang
kurang mendapatkan perhatian dari orangtua menyebabkan anak teresebut kurang
bersemangatdalam menghafal dan menyebabkan rendahnya hasil belajar Tahfidzul Qur’an
sang anak disekolah, selanjutnya perhatian seorang guru, dimana guru yang memberikan
ilmu Tahfidzul Qur’an ini kurang tepat dalam menggunakan metode saat pembelajaran,
dimana seorang guru hanya memberikan kapada siswa tanpa memperhatikan kekurangan
mereka. Dimana ketika siswa sendiri jika sudah hafal langsung disetorkan kepada gurunya.
Sehingga kurang efektif dalam meningkatkan hasil belajarnya, terakhir faktor lingkungan.
telah berada dirumah, siswa tersebut tidak terfikirkan oleh mereka untuk mengulang
hafalannya dan lebih disibukan dngan kegiatan yang tidak bermanfaat dengan temannya
(Lailli Nurhidayati, Asiyah, Zubaidah. hal. 2)

Metode dalam pembelajaran Tahfizdul Qur’an menjadi salah satu kunci terpenting
dalam pelaksanaan pembelajaran bagi peserta didik, dengan penggunaan metode yang baik
serta bervariasi akan dapat menghasilkan sistem pembelajaran semakin baik (Ichsan,
2020:83)

Dalam proses Tahfidzul Qur’an pastinya tidaklah ringan bukan hanya dengan melihat
kita dapat dengan mudah menghafal akan tetapi yang perlu jadi perhatian bagi kita adalah
penggunaan sistem serta cara dalam menghafal. Penerapan sistem serta cara yang baik
dalam pelajaran Tahfidzul Qur’an akan berpengaruh terhadap kuantitas serta kualitas
hafalan. Keberhasilan dalam pelajaran Tahfidzul Qur’an dipengaruhi oleh penerapan metode
yang tepat (Khumairoh An Nahdliyah, hal 195).

3
Banyak lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki program Taḥfidẓul Qur’an
dengan sistem dan cara yang berbeda-beda. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam kegiatan menghafalkan kalamullah diantaranya: metode kitabah,takrir,muroja’ah,
sima’i,wahdah dan metode jami’an. Akan tetapi setiap metode yang diterapkan tentu
memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.

Adapaun sistem serta cara yang diterapkan pada pembelajaran di SD IT darul Adzkia
ini setidak memiliki 2 metode yang mendasar yang dimulai dari menggunakan metode
Muroja’ah dan dilanjutkan dengan metode sima’i. Pada Metode muroja’ah sangatlah berarti
bagi siswa yang ingin menghafal Al-Qur‟an. Tanpa muroja’ah siswa tersebut akan
mendapatkan kesulitan dalam mempertahankan hafalan mereka. Sama halnya dengan
metode sima’i yang diharapkan dapat membantu sang anak dalam mengingat-ingat
hafalannya melalui berbagai macam jenis media seperti Handphone, tipe record dan lain-
lain. Sehingga waktu yang tepat untuk mendengarkan hafalan serta muroja’ah ialah diwaktu
subuh setelah melaksanakan kewajiban kepada Allah, karena waktu tersebut sistem kerja
otak masih segar serta tenang setelah diistirahatkan semalaman ( Ilyas M : 2020).

Pada penggunaan metode muroja’ah itu sendiri terdapat beberapa cara dalam
mengaktualisasikan muroja’ah itu sendiri antara lain:

Murajoa’ah Ijtima’iyah merupakan metode pengulangan ingatan hafalan yang


dijalankan bersama teman dengan memakai sistem bacaan murottal memakai cara bacaan
mujawwad. Hal seperti ini dapat diterapkan sehari-hari. Keunggulan menggunakan metode
ini dimana siswa tidak akan cepat merasa jenuh, bosan serta capek dalam menghafal karena
teknik yang digunakan yaitu mengulang secara bersama-sama. Selain yang demikian itu,
hafalan antar siswa akan saling memeriksa terhadap kebenaran serta kesalahan dalam
menghafal, maka siswa yang mendapati temannya kurang tepat dalam menyetor hafalan
akan dilakukan perbaikan oleh siswa yang lainnya. Sedangkan muraja’ah ijtima’iyah cara
yang kedua yaitu lebih meningkatkan sistem panca indra pendengaran bersama teman
lainnya yang telah ditentukan oleh pembimbing. membaca dilakukan secara bergiliran,
misalkan dapat dilakukan dengan waktu 3 sekali. Misalnya di 3 menit awal disetor oleh
siswa A, kemudian 3 menit selanjutnya setoran hafalan dilakukan oleh siswa B. Muraja’ah
metode seperti ini menolong siswa yang mudah kehilangan hafalan atau kurang berani pada
saat setoran kepada pembimbing.

4
Muroja’ah istimrar merupakan metode pengulangan hafalan secara berjama‟ah.
Adapun perbedaan dengan muroja’ah ijtima’iyah adalah bahwa metode istimrar dilakukan
dengan cara sambung menyambung ayat dari satu siswa kepada siswa selanjutnya. Fokus
serta kekuatan hafalan sang anak sangat dibutuhkan dalam metode muroja’ah. Adapun
perkiraan masa yang diambil dalam melakukan muroja’ah ini ialah sekitar 10 menit.
Dimana masa tersebut digunakan agar mengurangi rasa bosan dari para penghafal Qur‟an.

Muroja’ah Takririyah yakni metodepmengulangan hafalan dengan cara menyetor


kembali hafalan kepada guru pembimbing. Setoran takrir tidak jauh berbeda dengan metode
ziyadah yakni seorang yang ingin penghafal akan maju satu persatu untuk didengarkan
hafalannya oleh pembimbing. Dalam metode pengulangan seperti ini siswa diwajibkan
memenuhi standar minimal setiap kali pertemuan pada saat setoran. Untuk mengefisienkan
waktu dan mencapai target maksimal hafalan, maka standarnya pada setiap pelaksanaan
setoran hafalan takrir ialah lima ayat per setoran. Dilanjutkan dengan memberikan penilaian
pada lembar bukti storan yang telah disiapkan.

Dilanjutkan dengan menggunakan metode mendengarkan murattal bacaan Al-Qur‟an


yaitu salah satu metode dalam menghafal Al-Qur‟an melalui panca indra pendengaran yakni
dengan mendengar bacaan Al-Qur‟an menggunakan media pembantu seperti Mp3, tipe
recorder, speaker aktif ataupun melalui handphone.
Terkadang terasa cukup sulit mendalami serta mengajarkan kepada siswa kita supaya
dapat dengan mudah untuk belajar menghafal Al-Qur‟an. maka oleh sebab itu peneliti
bermaksud untuk dapat melakukan penelitian seperti apa sistem serta metode belajar
Tahfidzul Qur’an di SD Islam Terpadu Darul Adzkia.
Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Adzkia, dari tahun ketahun mengalami
perubahan pada sistem pembelajaran menghafal Qur‟an, mulai dari sistem struktur
kurikulum hingga sistem yang dipakai dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran
hifzil Qur‟an yang dipakai juga mengalami perbaikan. Awalnya memakai cara pengulangan
hafalan, kemudian menambahkan metode dengan menggunakan metode sima’i, yaitu
dengan mendengarkan ayat yang ingin dihafal siswa tersebut melalui speaker aktif dan lain-
lain. Karena apabila cara yang dipakai hanya itu saja yaitu dengan menggunakan metode
muroja’ah saja maka siswa akan lebih cepat merasa capek dan siswa juga dapat diasah pada
sisi keahliannya yang lain, seperti kemampuan mendengar siswa yakni membiasakan panca
indra pendengaran mereka guna menekankan hafalan Al Qur‟an supaya tercerna dalam

5
pikiran mereka. Karena apabila sistem pendengaran kita gunakan untuk mendengarkan
kalamullah maka akan lebih mempermudah kita untuk mengingat hafalan tersebut. baik
dengan menggunakan alat bantu seperti speaker aktif, media sosial dan lain sebagainya.
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang peneliti tuliskan diatas, maka penulis
akan meneliti kembali tentang bagaimana penerapan metode yang digunakan dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa-siswa di Sekolah Dasar IT Darul Adzkia yaitu dengan
menggunakan metode penelitian “Penerapan Metode Muroja’ah dan Sima’i ”

Yang mejadi pokok masalah dari kegiatan penelitian yang dilakukan ini ialah seperti
apakah penerapan metode muroja’ah dan sima’i dapat meningkatkan hasil belajar Tahfidzul
Qur’an di SD IT Darul Adzkia ?

Berdasarkan jenis kasus diatas, maka maksud dari pelaksanaan penelitian ini yaitu
a.untuk mengetahui bagaimana penerapan metode muroja’ah dan sima’i dalam
pembelajaran Tahfidzul Qur’an pada siswa di kelas III SD IT Darul Adzkia? b,Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar Tahfidzul Qur’an pada siswa kelas III SD IT Darul
Adzkia? dan c,Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode muroja’ah dan sima’i dapat
meningkatkan hasil belajar Tahfidzul Qur’an bagi siswa kelas III SD IT Darul Adzkia?
Adapun manfaat dari penelitian ini bagi orang tua siswa diharapkan kiranya mampu
menolong serta mempermudah orang tua siswa saat memberikan bimbingan terhadap
anaknya dalam mengulang hafalan Al-Qur‟an dirumah dengan menggunakan metode
tersebut diatas dan bagi tenaga pendidik di sekolah diharapkan menjadi tambahan khazanah
keilmuan dalam memberikan materi ajar hafalan Al-Qur‟an kepada siswa di tingkat pertama
sedangkan bagi peneliti sendiri kiranya mampu mengamalkan hasil dari penelitian ini serta
menjadi ilmu serta amalan dalam setiap langkah kehidupan, nemukan berbagai masalah
yang terjadi dalam pembelajaran serta menjadi solusi bagi peneliti selanjutnya.

METODE

Dalam pelaksanaan penelitian ini memakai model penelitian tindakan kelas dengan
metode kualitatif, pendekatan deskriptif. Teknik dalam pengumpulan data dengan memakai
teknik observasi, Dokumentasi dan penilaian.
Menurut (Hendryadi (2019:218) Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
bertujuan guna memahami kejadian tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
sikap, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Menurut Moleong (2017:6) secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif

6
merupakan proses penyelidikan naturalistik yang mencari interpretasi yang mengakar
berkenaan kejadian sosial secara lazim.
Menurut (Suharsimi 2017.128) Observasi merupakan prosedur penelitian atau
pengamat melihat keadaan penelitian. Desain ini sangat sesuai digunakan dalam penelitian
yang meliputi pengamatan kondisi atau interaksi pembelajaran, tingkah laku guru, dan
murid dan interaksi kelompok. Dengan observasi peneliti dapat mengamati secara dekat
dan secara langsung dan memperoleh gambaran tentang proses pelaksanaan kegiatan
pembelajaran Tahfidz di SD IT Darul Adzkia Tebing Tinggi dari persiapan, pelaksanaan,
hingga evaluasi dalam pembelajaran Tahfidz.
Menurut (Haris Hardiansyah hal 117) Metode dokumentasi adalah salah satu metode
atau teknik pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-
dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain. Dokumentasi merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari
sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau
dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.
Penelitian ini dilakukan di SD Islam Terpadu Darul Adzkia yang berada di Jalan.
Pulau Belitung No. 21 B, Kota Tebing Tinggi dengan temuan: Subyek penelitian siswa/i
kelas III SD IT Darul Adzkia yang merupakan nara sumber utama yang dapat memberikan
informasi data yang dibutuhkan untuk mengungkap permasalah yang diteliti.
Istilah teknik dalam menganalisis data penelitian adalah prosedur dalam menganalisis
sebuah data. Prosedur ini mencakup teknik menafsirkan data yang sudah dianalisa dan cara
merencanakan teknik pengumpulan data penelitian sehingga analisis menjadi lebih cepat.
Pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
berfikir induktif, yaitu metode analisis yang memeriksa data-data yang bersifat khusus
terlebih dahulu untuk kemudian dipakai sebagai bahan penarikan kesimpulan yang bersifat
umum.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada pelaksanaan pembelajaran pra siklus peneliti melakukan pembelajaran yang
biasa saja sehingga ditemukan banyak siswa yang merasakan kesulitan dalam mencerna
materi menghafal Al-Qur‟an yang diberikan. pre-test digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa sebelum dilakukan tindakan dalam penggunaan metode pembelajaran
Muroja’ah dan sima’i selanjutnya melakukan post-test pada akhir pra siklus. Berikut ini
adalah hasil ketuntasan pada tahap pra siklus.

7
Tabel
Ketuntasan Pra Siklus
KATEGORI NILAI FREKUENSI PERSENTASE Sxf Keterangan
Qobit 60 17 65,5 % 1.020 Tidak Tuntas
Jayyid 70 5 19,2 % 350
Jayyid jiddan 80 3 11,5 % 240 Tuntas
Mumtaz 90 1 3,8 % 90
Total 26 100 % 1.700
Nilai Max 90
Nilai Min 60
Nilai Mean 65,38
KKM 70

Berdasarkan data diatas terdapat 9 siswa yang mencapai ketuntasan belajar KKM 70
dengan persentase (34,5%) dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar kurang
sebanyak 17 siswa dengan persentase (65,5%). Rendahnya skor nilai rata-rata siswa di kelas
tersebut yang hanya mencapai 67,61. Melihat masih banyaknya siswa yang belum
mendapatkan hasil ketuntasan belajar yang mencapai 65,5% tersebut, maka peneliti akan
melakukan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan metode
pembelajaran muroja’ah dan sima’i yang akan diterapkan melalui dua siklus yaitu pada
materi dongeng untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada pelajaran Tahfidzul
Qur’an.
Setelah melakukan pembeljaran pra siklus maka dilakukan pembeljaran siklus 1, dimana
peneliti melakukan kegiatan belajar menggunakan penerapan metode muroja’ah.
Pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan post-test. Namun siswa merasa
kebingungan karena guru belum menjelaskan langkah-langkah melakukan penerapan metode
pembelajaran ini dari hasil pos-test tersebut peroleh hasil sebagai berikut:

8
Tabel
Ketuntasan Siklus I

KATEGORI NILAI FREKUENSI PERSENTASE Sxf Keterangan


Qobit 60 9 34,6% 540 Tidak Tuntas
Jayyid 70 7 26,9% 490
Tuntas
80 8 30,9% 640
Jayyid jiddan

90 2 7,6% 180
Mumtaz
Total 26 100 % 1.850
Nilai Max 90
Nilai Min 60
Nilai Mean 71,15
KKM 70

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat terlihat siswa yang mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 17 siswa (65,4%), sedangakn siswa yang belum mencapai hasil ketuntasan belajar
kurang dari KKM 70 sebanyak 9 siswa (34,6%) dengan nilai mean yang diperoleh siswa di
angka 71,15%.
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran siklus I, selanjutnya peneliti melakukan kegiatan
pembelajaran siklus II. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II ini guru telah memberikan
penjelasan tentang penerapan metode muroja’ah dan sima’i yang baik dan benar sehingga
pada akhir siklus II guru memperoleh hasil yang memuaskan daripada pelaksanaan
pembelajaran sebelumnya. Dimana semua siswa telah mencapai target hafalan dan
peningkatan hasil belajar yang dapat telihat dari nilai yang diperoleh siswa dan tidak
menemukan kendala yang dihadapi diakrenakan metode yang diberikan telah dipahami siswa
untuk di terapkan dalam pembelajaran ini tidak seperti pada siklus yang sebelumnya. Hasil
belajar ditunjukkan melalui tabel ketuntasan berikut ini.

9
Tabel
Ketuntasan Siklus II

KATEGORI NILAI FREKUENSI PERSENTASE Sxf Keterangan


Tidak
Kurang - - - -
Tuntas
Cukup - - - -
Baik 80-90 14 53,84% 560+630=
Tuntas
1.190
Baik Sekali 100 12 56,15% 1200
Total 26 100 % 2.390
Nilai Max 100
Nilai Min 80
Nilai Mean 91,92
KKM 70

Berdasarkan dari hasil tabel diatas terlihat bahwasanya siswa yang dinyatakan
lulus serta mencapai nilai ketuntasan dari hasil belajar sebanyak 26 siswa (100%), dan
tidak terdapat lagi siswa yang mendapatkan hasil dibawah dari nilai KKM 70 adalah
nihil (0%). Artinya keberhasilan yang didapat setelah melakukan pembelajaran pada
siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan daripada pelaksanaan
pembelajaran siklus I. Dimana pada pelaksanaan pembelajaran siklus I terdapat 9 siswa
yang belum mencapai nilai ketuntasan hasil belajar artinya masih berada dibawah nilai
KKM, Akhirnya pada pelaksanaan pembelajaran siklus II ini, peneliti telah mendapatkan
hasil dari penelitian yang dilakukan bahwasanya penerapan metode muroja’ah dan
sima’i dapat meningkatkan hasil belajar Tahfidzul Qur’an dengan pada siswa kelas III
SD Islam Terpadu Darul Adzkia.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perolehan nilai mean dari hasil
belajar siswa dimulai dari pelaksanaan pra siklus, siklus I hingga siklus II mengalami
peningkatan dari 65,5% menjadi 71,15%. serta pada pelaksanaan pembelajaran siklus II
perolehan nilai mean dari hasil belajar siswa meningkat menjadi 91,92%. Berdasarkan
hasil yang diperoleh tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan PTK dengan
menggunakan penerapan metode muroja’ah dan sima’i pada pembelajaran Tahfidzul
Qur’an dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil pre-test,post-test
siklus I dan post-test siklus 2 dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

10
Gambar diagram
Hail belajar Tahfidzul Qur’an

Nilai
2,5 91,92 %
100

902
71,15 %
80
1,5
65,5%
70
1
60

0,5

0
Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Rata-rata

Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat bahwasanya nilai mean siswa kelas III
SD IT Darul Adzkia pada pembelajran Tahfidzul Qur’an mengalami peningkatan.
Dimulai dari pra siklus sebelum menggunakan penerapan metode muroja’ah dan sima’i,
dimana pada pelaksanaan pra siklus diperoleh nilai mean siswa 65,38% sedangkan pada
pelaksanaan pembeljaran siklus I diperoleh nilai mean siswa meningkat menjadi 71,15%
dan pada pembelajaran siklus II semakin meningkat nilai mean siswa ialah 91,92%.
Dengan kata lain penerapan metode muroja‟ah dan sima‟I dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD IT Darul Adzkia.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pembahasan serta analisis dalam pelaksanaan pembelajaran
Tahfidzul Qur’an di SD IT Darul Adzkia Tebing Tinggi, dengan menggunakan
penerapan metode muroja’ah dan metode sima’i dapat disimpulkan bahwa peningkatan
yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur’an sangat signifikan. Hal ini
terlihat dari nilai yang di peroleh yang dimulai dari pelaksanaan pra siklus sebelum
melakukan tindakan, dimana hanya 9 siswa yang mendapatkan hasil ketuntasan belajar
dengan persentase 34,5 % dengan nilai mean 65, 38%. Sedangkan pada pelaksanaan
siklus I setelah menerapkan metode pembelajaran muroja’ah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar sebanyak 17 siswa dengan persentase 65,4% dengan nilai mean

11
adalah 71,15%. Dan pada pelaksanaan siklus II pembelajaran menggunakan penerapan
metode muroja’ah dan sima’i , terdapat sebanyak 26 siswa atau 100% telah tuntas
dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an dengan nilai mean siswa sebesar 91,92%.
Dengan penerapan metode muroja’ah dan sima’i pada pembelajaran Tahfidzul Qur’an
dapat meningkatkan hasil belajar Tahfidzul Qur’an siswa kelas III di SD Islam Terpadu
Darul Adzkia Tebing Tinggi tahun pelajaran 2021/2022.
Dalam hal ini peneliti mempunyai saran-saran demi kemajuan dan keberhasilan
dalam mengadakan pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD IT Darul Adzkia Tebing
Tinggi yaitu antara lain:
1. Bagi sekolah SD IT Darul Adzkia Tebing Tinggi.
Saran yang diberikan adalah pada saat pelaksanaan metode muroja’ah
seharusnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, agar lebih dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam mengikuti metode pembelajaran Tahfidzul Qur’an secara efektif.
2. Bagi Pembimbing
Pembimbing dapat lebih meningkatkan kreatifitas mereka baik dari segi
hafalannya maupun metode yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzu l Qur’an.
Sehingga anak akan mendapatkan yang terbaik dari segi hafalannya dan bisa
bermanfaat kelakbagi dirinya sendiri khususnya dan umumnya orang lain.
3. Bagi siswa/peserta didik
Diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan menghafalnya dari
kegiatan pembelajaran Tahfidzul Qur’an, dimulai dari konsentrasi serta fokus pada
pembimbing ketika melafalkan ayat demi ayat. Sehingga siswa akan lebih cepat dalam
menghafal apa yang disampaikan oleh pembimbing.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, A. S. (2022). Implementasi Metode Sima‟i pada Program Tahfiz Alquran. Al-
Azkiya: Jurnal Ilmiah Pendidikan MI/SD, 7(1), 34-59.

MZ, C. (2021). Metode Dengan Mendengarkan Murattal (Sima’i) Dalam Pembelajaran


Tahfizh Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau).

Nahdliyah, K. A., & Ilmiyah, F. (2022). Penerapan Metode Muroja‟ah Dan Sima‟i Dalam
Peningkatkan Hafalan Al Qur‟an Siswa Di MA Al Washoya Kertorejo Ngoro
Jombang. Urwatul Wutsqo: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman, 11(2), 191-205.

Nurlaili, N., Ritonga, M., & Mursal, M. (2020). Muroja‟ah Sebagai Metode Manghafal Al-
Quran: Studi Pada Rumah Tahfiz Yayasan Ar-Rahmah Nanggalo Padang. Menara
Ilmu, 14(2).

Rosidi, R. (2020). Aplikasi Metode Tasmi'Dan Muraja'ah Dalam Program Tahfidzul Quran
Pada Santriwati di Ma'had Tahfidz Hidayatul Qur'an Desa Puding Besar. Lenternal:
Learning and Teaching Journal, 1(1), 1-8.

Ulum, R. M. (2019). Penerapan Pembelajaran Tahfidz Menggunakan Metode Muraja’ah,


Kitabah, Dan Sima’i Di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Muhammadiyah Sukarame Bandar
Lampung (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Winara, D., & Suparman, I. (2021). Penerapan Budaya Muraja‟ah Al Qur‟an Di Sd Islam
Al Azhar Kota Cirebon. Prosiding dan Webinar, 28.

Yosep, A. (2021). Konsep Implementasi Huffadzul Qur‟an Tahfidz 1.

13

Anda mungkin juga menyukai