Anda di halaman 1dari 16

E-ISSN 2809-5308

Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2


P-ISSN 2541-7274

METODE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF KAJIAN


TAFSIR SURAH AL-MAIDAH AYAT 67 & SURAH AL-AZHAB AYAT 21
Oleh :
Kafarun 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI SYARIF MIUHAMMAD RAHA

A. Abstrak.
Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui penafsiran Q.S. Al-Maidah
ayat 67, Q.S. al-Ahzab ayat 21 tentang metode pendidikan islam dan bagaimana
penerapannya dalam kegiatan pendidikan.
Metode yang diterapkan dalam penyusunan jurnal ini adalah studi kepustakaan
(library research) yakni suatu metode pengumpulan data atau bahan-bahan yang berkaitan
dengan tema pembahasan dan permasalahannya yang diambil dari sumber- sumber
kepustakaan, kemudian dianalisis dengan metode tahlili, yaitu metode penafsiran ayat-ayat
Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan uraian-uraian makna yang
terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Setelah melakukan reseach melalu kajian studi pustakadapat diketahui bahwa
terdapat berbagai metode pendidikan dalam masing-masing ayat Al-Qur’an tersebut; metode
tabligh (ceramah) dalam Q.S. al-Maidah ayat 67, metode hikmah (menyampaikan dengan
bijaksana, adil dan lemah lembut), metode Mau’idzah Hasanah (memberi nasihat),serta
metode uswah (keteladanan) dalam Q.S. al-Ahzab ayat 21.

Kata Kunci : Metode Pendidikan Agama Islam, Al Maidah, Al Azhab

B. Pendahuluan
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh produktivitas
masyarakat,bahkan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan
menjadikan sumber daya manusia lebih siap akan menghadapi perubahan yang terus menjadi
tantangan di sepanjang zaman.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pendidikan secara tersirat telah dinyatakan
dalam pembukaan, bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.2

Mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dicapai melalui Pendidikan. Pendidikan yang


efektif dan menghasilkan bangsa yang cerdas serta berkualitas sehingga mampu bersaing
dengan negara-negara yang berkembang. Semua ituu diperlukan suatu proses pembelajaran,
suatu proses pembelajaran tentu adanya di dalam pendidikan dengan memperhatikan dasar-
dasar dan prinsip-prinsip dalam pendidikan.
Selain itu, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pendidikan adalah suatu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dengan usaha mendewasakan manusia
melalui pengajaran dan pelatihan, sebagaimana proses yang tadinya tidak tahu menjadi tahu,

1
Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Syarif Muhammad Raha
2
Undang-Undang Dasar 1945, Bab XIII, pasal 31 ayat 1

1
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti.3 Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan,
yakni untuk membimbing manusia secara sadar oleh seorang pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuk nya kepribadian yang utama. 4
Dengan demikian pendidikan merupakan pusat atau pokok dari peradaban dalam
kehidupan ini karena pendidikanlah yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan atau tidaknya
peran manusia dalam berbagai aspek kehidupan di dunia ini. Anugerah Allah SWT berupa
akal pikiran inilah yang menjadikan pendidikan sebagai satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dari diri manusia. Karena dengan adanya pendidikan, maka kemampuan manusia
dalam menjalankan kehidupan akan lebih baik, baik untuk dirinya, bangsanya, agama nya
dan juga untuk masyarakat pada umumnya.
Pelaksanaan pendidikan baik di lingkungan formal ataupun informal erat kaitannya
dengan proses belajar dan mengajar, terkhusus Pendidikan agama islam. Pendidikan Islam
adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian
secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani.5
Dalam pendidikan agama Islam, guru adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi
afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotor.6 Komponen-komponen tersebut
menciptakan serangkaian proses interaksi antara guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Diantara
komponen-komponen tersebut, metode dalam pembelajaran merupakan salah satu syarat
paling utama dalam kegiatan belajar mengajar setelah komponen siswa dan materi bahan
ajar.7 Metode merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan pendidikan dan asas
keberhasilan sebuah pembelajaran.
Menurut Sangidu, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai
pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salamun
menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah sebuah cara yang berbeda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. 8 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.9 Hal itu
berarti pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi
pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan
pendidikan Islam.
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat
signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu
pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding
dengan materi sendiri. Sebuah pepatah mengatakan bahwa “Al-Thariqat Ahammu min al-
Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi),adala sebuah realita bahwa cara

3
Kbbi.web.id, diakses Hari Selasa, 10 January 2020, Pukul 19.39 WIB.
4
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 211.
5
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), 9.
6
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 62
7
Samiudin, Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Bangil: STAI
PAncawahana, 2016). h.5.
8
Sudrajat dan M, Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2009),
hal. 7
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2016), h. 910.

2
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya
materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang
cukup baik, karena disampaikan disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi
itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik.10
Realita yang terjadi pada saat sekarang ini, bahwa Sebagian besar pendidik masih
menggunakan metode yang monoton dalam pengajaran agama Islam.Dalam penggunaan
metode masih sering ditemui ketidakcocokan antara bahan ajar dengan cara
menyampaikannya maupun penggunaan metode yang kurang variatif. Padahal pendidik
dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan metode yang mempertimbangkan aspek
efektivitasnya dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Tanpa pemilihan metode
yang efektif, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif
dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. Metode dalam pembelajaran
yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga
banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia.
Dalam hal metode pendidikan Islam, Al-Qur’an menaruh perhatian yang begitu
besar. Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi MuhammadSAW
melalui malaikat Jibril.11 telah memberikan pengaruh yang sangat luar biasa dan menjadi
solusi bagi kebutuhan yang diperlukan manusia dalam berbagai bidang kehidupan.

Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

َِ‫ْت ِفي ِه ُهدًي ِى ْي َُتَّقِي‬ ُ ‫ذَ ِى َل ْاى ِنت‬


َ ‫َبة ََل َري‬
Artinya: “Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.” (Q.S. Al Baqarah : 2)

Dalam ayat ini al-Qur’an memiliki fungsi sebagai petunjuk. Tentu kata petunjuk ini
memiliki makna dan cakupan pembahasan yang sangat luas.Termasud didalamnya petunjuk
dalam masalah pendidikan.Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa al-Qur’an sebagai
sumber ilmu pengetahuan yang menjelaskan mengenai berbagai aspek kehidupan termasuk
mengenai pendidikan, baik berupa objek pendidikan, tujuan pendidikan, metode pendidikan
yang digunakan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mentadabburi ayat-ayat al-Qur’an sebagai petunjuk bagi berbagai aspek
kehidupan, penulis melihat bahwa terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang memiliki makna
pentingnya metode pembelajaran dalam pendidikan yang sangat menarik dan perlu dipelajari
secara mendalam. Ayat-ayat tersebut adalah Surat al-Maidah ayat 67, dan surat al-Ahzab
ayat 21. Penulis ingin paparkan bagaimana urgensi suatu metode dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan melalui kandungan ketiga ayat tersebut dengan fokus pada metode
pendidikan Islam yang akan dijadikan acuan dan cara bagi para pendidik dalam
menyampaikan dan mentrasfer ilmu pendidikan Islam.

C. Landasan teori
1. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Secara etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos.
Kata ini berasal dari dua suku kata, yaitu metha yang berarti “melewati” atau “melalui”,

10
Armai Arief, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hlm. 32
11
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005),
hlm. 1

3
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

dan hodos yang berarti “jalan” atau “cara”. Berdasarkan bahasa Arab disebut thariqah
yang berarti langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. 12
Menurut terminology (istilah) para ahli memberikan definisi tentang metode, diantaranya
menurut Ridwan Abdullah Sani, bahwa “metode adalah cara menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.Hasan Langgulung juga
mengatakan pengertian tentang metode, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.13
Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan”. Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti
bimbingan yanggdiberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.14
Zakiyah Darajat mengemukakan pendidikan Islam adalah usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Setelah itu, mengahayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan
dan menjadikan sebagai pandangan hidup.M. Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam menyatakan, pendidikan Islam merupakan konsep berpikir yang bersifat
mendalam dan terperinci tentang masalah kependidikan yang bersumberkan ajaran
Islam.15
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, metode pendidikan Islam adalah suatu
caraauntuk membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka agar dapat
membuka hati untuk menerima pelajaran dan petunjuk Ilahi serta konsep-konsep
peradaban. 16
Berdasarkan beberapa pendapat definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa
metode pendidikan Islam adalah, prosedur umum serta jalan dalam menyampaikan
materi untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu, membentuk individu menjadi makhluk
yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah. dan Isi pendidikanya adalah
ajaran Allah. Dan dengan bahasa yang sederhana, metode pendidikan Islam adalah cara
yang dapat dilakukan dalam memudahkan tercapainya tujuan pendidikan Islam yakni
menjadikan manusia yang berkepribadian sempurna (insan kamil) berdasarkan al-Quran
dan Sunnah dengan adanya urutan kerja yang terencana, sistematis.

2. Dasar-dasar Metode Pendidikan Islam


a. Dasar Agama : Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka dengan
sendirinya metode pendidikan harus merujuk pada kedua sumber tersebut. Sehingga
segala penggunaan dan pelaksanaan metode pendidikan tidak menyimpang dari
kedua sumber pendidikan.Dapat dikatakan bahwa metode pendidikan berdasarkan
pada agama Islam yang menjadi sumber ajarannya adalah Al-Qur‟an dan Hadits. Al-
Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW.Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan
untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad.17

12
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2015), Cet. I, h. 264.
13
Ramayulis, loc. cit.
14
Ramayulis, op. cit., h. 15.
15
M, Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 3, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 14
16
Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, tej,
Shihabuddin, Gema Insani, Jakarta, 1995, h. 204.
17
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 19.

4
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

b. Dasar Biologis: Metode pendidikan seorang pendidik harus memperhatikan kondisi


biologis peserta didik, seorang peserta didik yang cacat akan berpengaruh terhadap
prestasi peserta didik, baik pengaruh posistif dan negatif. Hal ini memberikan
hikmah dari penciptaan Tuhan, maka dengan harapan besar pendidik dapat
memberikan pengertian secukupnya pada peserta didiknya untuk menerima
penciptaan Allah yang sedemikian rupa.
c. Dasar Psikologis: Metode pendidikan diterapkan secara efektif, bila didasarkan
pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik. Sebab perkembangan
dan kondisi psikologis peserta didik memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap internalisasi nilai dan internalisasi ilmu.18 Metode pendidikan seorang
pendidik memperhatikan kondisi jasmani peserta didik juga perlu
memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya
terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, yang kedua-duanya merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan. Kondisi psikologis yang menjadi
dasar dalam metode pendidikan berupa sejumlah kekuatan psikologis peserta
didik termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat,
dan kecakapan akal (intelektualnya). Sehingga seorang pendidik dituntut untuk
mengembangkan potensi psikologis, yang ada pada peserta didik. 19
d. Dasar Sosiologis: Interaksi yang terjadi antara sesama peserta didik dan
interaksi antara pendidik dan peserta didik, merupakan interaksi timbal balik
yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak positif pada
keduanya. Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat juga justru
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peserta didik.
Pendidik mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut
kepada peserta didik dengan memperhatikan perkembangan kebudayaan dan
peradaban. Sehingga, proses pembelajaran yang terjadi dapat
menginternalisasikan nilai dan nilai tersebut aplikatif dalam kehidupan peserta didik
selanjutnya.

3. Prinsip-prinsip Metode Pendidikan Islam


Prinsip merupakan pendirian utama yang dimiliki oleh masing-masing
individu, kelompok-kelompok dan lainya. 20 Prinsip pada dasarnya memiliki arti
seperti “asas” yaitu kebenaran yang menjadi dasar pemikiran, berperilaku dan
sebagainya. Dalam kaitannya dalam metode pendidikan Islam prinsip atau asas
yang dimaksud adalah dasar pemikirann yang digunakan dalam melaksanakan
metode pendidikan Islam, sehingga perlu dipahami terlebih dahulu prinsip prinsip
metodologi pendidikan Islam sebagai dasar pijakan dalam nuansa keilmuan.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan asas-asas pendidikan adalah adalah sejumlah ilmu secara fungsional sangat
dibutuhkan untuk membangun sebuah konsep pendidikan dan termasuk pula dalam
melaksanakanya.21
Pendapat lain mengungkapkan bahwa prinsip pendidikan Islam adalah:
a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya.
b. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang benar-
benar mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yang

18
Ramayulis, op. cit., h. 267-268.
19
Ibid., h. 268.
20
M. Dahlan dkk, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Penerbit Target Press, 2003),
h. 63
21
Abuddin Nata, Op. Cit., h. 64.

5
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

Menyeluruh.
c. Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan.
d. Bersifat menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlakukan
oleh anak didik.
e. Disesuaikan dengan bakat dan minat anak didik.22

Selain memiliki beberapa prinsip, metode pendidikan Islam juga memiliki


pendekatan. Karena pendidikan tidak akan efektif jika tidak melakukan pendekatan
dalam menyampaikan materi ajar. Beberapa pendeketan dalam metode pendidikan
Islam adalah23 :
a. Pendekatan filosofis, pendekatan ini berdasarkan prinsip bahwa manusia itu
sebagai makhluk yang berfikir. Sehingga materi ajar yang dibawakan
berdasarkan menyesuaikan dengan sejauh mana perkembangan berfikir siswa.
Dengan adanya pendekatan ini siswa diharapkan dapat memaksimalkan potensi
berfikirnya secara maksimal.
b. Pendekatan deduksi-induksi, pendekatan ini bertujuan untuk melatih siswa agar
dapat berfikir secara ilmiah, membandingkan, serta menimbang antar bagian,
dan mengambil kesimpulan dari pinsip-prinsip yang bersifat umum atau khusus.
c. Pendekatan sosio-kultural, pendekatan ini berdasarkan pada prinsip bahwa
manusia adalah makhluk yang bermasyarakat atau makhluk sosial. Sehingga
pendekatan ini bertujuan untuk melatih sikap kebersamaan siswa, baik dalam
lingkungan sekolah, maupun masyarakat.
d. Pendekatan fungsional, pendekatan ini bersumber pada aspek kebermanfaatan
kepada peserta didik. Maka dari itu segala sesuatu yang disampaikan kepada
peserta didik bukan hanya melatih dalam aspek kognitif saja, tetapi juga
menyesuaikan dengan kebutuhannya di masa depan.

Seluruh karakteristik tesebut di atas harus dipahami oleh pendidik muslim.


Dalam kaitan ini, yang paling penting adalah pendidik mampu menggunakan
metode dalam proses kependidikan Islam sehingga mampu membimbing,
mengarahkan dan membina peserta didik menjadi manusia yang dewasa dalam
sikap dan kepribadiannya, sehingga tergambar dalam dirinya tingkah laku yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam atau al-akhlak al-karimah.
Selain prinsip-prinsip metode pendidikan di atas dalam penerapan berbagai
metode pendidikan harus memperhatikan beberapa asas, salah satunya menurut Al-
Syaibani antara lain adalah :
a. Asas agama, yakni penerapan metode harus mengacu pada sumber asasi ajaran Islam
Al-Qur‟an dan Hadits.
b. Asas biologis, yakni penerapan metode harus memperhatikan kondisi kebutuhan
jasmani dan tingkat perkembangan peserta didik.
c. Asas psikologis, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan kondisi
minat dan bakat atau motivasi peserta didik.

22
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 211
23
Nurjannah Riannie, “Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, (Sebuah Perbandingan
dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat)”, Management of Education, Vol 1 No. 2, h.
108-109

6
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

d. Asas sosial, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan
sosial peserta didik yang selalu berubah dan berkembang setiap saat. 24

4. Jenis Metode Pendidikan Islam


Dalam pendidikan Islam, terdapat beberapa metode pendidikan menurut
para ahli. An-Nawawi, seorang pakar pendidikan Islam, mengemukakan metode
pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist yang dapat menyentuh
perasaan. Sebagaimana yang dikutip oleh Sri Minarti, 25 yaitu sebagai berikut:
a. Metode Hiwar ( Percakapan ). Percakapan ini adalah percakapan silih berganti
anatara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik dan sengaja diarahkan pada
suatu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik dalam percakapan itu, bahan
pembicaraan tidak dibatasi yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang,
seperti sains, filsafat, seni, dan agama. Kadang-kadang pembicaraan itu sampai pada
satu kesimpulan, kadang-kadang pula tidak ada kesimpulan karena salah satu
pihak tidak puas terhadap pendapat pihak lain, jenis-jenis hiwar ini ada lima macam
yaitu sebagai berikut :
1. Hiwar khitabi, merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dan
hamba-Nya.
2. Hiwar washfi, yaitu dialog antara Tuhan dan Makhluk-Nya. Misalnya,
Surat Al-Baqarah (2) ayat 30-31.

‫ض َخ ِييفَخً قَبىُىاْ أَتَجْ عَ ُو ِفي َهب ٍَِ يُ ْف ِسدُ ِفي َهب‬ ِ ‫َو ِإذْ قَب َه َرث َُّل ِى ْي ََالَ ِئ َن ِخ ِإ ِّّي َجب ِع ٌو ِفي األ َ ْر‬
َُ‫ِّس ىَ َل قَب َه ِإ ِّّي أ َ ْعيَ ٌُ ٍَب َلَ ت َ ْعيَ َُى‬
ُ ‫ِك َوُّقَد‬ َ ُّ ُِ ‫َويَ ْس ِفلُ اى ِدّ ٍَبء َوَّ ْح‬
َ ‫س ِجّ ُح ِث َح َْد‬
Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah : 30)

ٌْ ُ ‫عيًَ ْاى ََالَئِ َن ِخ فَقَب َه أَّ ِجئُىِّي ِثأ َ ْس ََبء هَـؤَُلء ِإُ ُمْت‬
َ ٌْ ‫ض ُه‬ َ ٌَّ ُ ‫عيَّ ٌَ آدَ ًَ األ َ ْس ََبء ُميَّ َهب ث‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َو‬
َِ‫صب ِدقِي‬ َ
“….dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar
orang-orang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah: 31)

3. Hiwar qishasi, adalah percakapan yang baik bentuk maupun rangkaian


ceritanya sangat jelas. Hiwar ini merupakan bagian dari ushlub kisah
dalam Al-Qur’an. Misalnya, kisah Nabi Syuaib dan kaumnya.

24
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),
Cet.I, h. 13
25
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif, cet. 1,
(jakarta: Amzah, 2013), h. 139.

7
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

4. Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah, baik
dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebatilan.

b. Metode amsal (perumpamaan).


Metode ini merupakan penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat
perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini memudahkan peserta didik
dalam memahami konsep yang abstrak. Hal ini terjadi karna perumpamaan itu
mengambil benda yang kongkret, seperti kelemahan tuhan orang kafir yang
diumpamakan dengan sarang laba-laba, sarang itu lemah sekali. Bahkan
disentuh oleh lidih pun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan
oleh Abdurahman Saleh Abdullah. Metode ini memiliki kelemahan karena dapat
memberikan pemahaman konsep abstrak bagi peserta didik serta dapat
memberikan kesan yang mendalam. Selain itu, dapat juga membawa
pemahaman rasional yang mudah dipahami, sekaligus dapat menumbuhkan
daya motivasi untuk meningkatkan imajinasi yang baik dan menanggalkan
imajinasi yang tercela.26

c. Metode keteladanan (uswah hasanah),


Metode ini memberikan keteladanan atau memberikan contoh yang baik baik
pesarta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman
untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidikan baik secara
institusional maupun nasiomal. Pelajar meneladani pendidikanya. Ini dilakukan
oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Secara psikologis,
pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi juga yang tidak
baik. Metode ini secara sederhana merupakan cara memberikan contoh teladan
yang baik, tidak hanya memberi di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan begitu peserta didik tidak segan-segan meniru dan
mencontohnya, seperti sholat jamaah, kerja sosial, dan berpartisipasi dalam kegiatan
kemas yarakatan. 27
d. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah membiasakan anak didik melakukan sesuatu sejak ia
lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan. Jadi, sesuatu yang dilakukan
peserta didik hari inii kan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
Metode ini akan semakin nyata manfaatnya jika didasarkan pada pengalaman.
Artinya, peserta didik dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat terpuji.
Misalnya, peserta didik dibiasakan untuk mengucapkan salam ketika masuk
kelas, pembiasaan ini juga dapat diartikan dengan pengulangan. Oleh sebab itu,
metode ini juga berguna untuk menguatkan hafalan peserta didik.

e. Metode Ibrah dan Mau’idzah


Metode ibrah merupakan penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih
daya nalar pembelajar dalam menangkap makna
terselubung dari suatu pernyataan atau kondisi psikis yang menyampaikan
manusia kepada intisari suatu yang disaksikan Sementara itu, metode
mau’idzah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan
kerugian dalam melakukan perbuatan.28
f. Metode Targhib dan Tarhib
26
Ibid., hal, 141-142.
27
Ibid., h. 142.
28
Ibid., h. 143.

8
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

Metode targib dan tarhib adalah penyajian pelajaran dalam konteks kebahagiaan
hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan dan kenikmatan
akhirat yang disertai bujukan. Sementara itu, tarhib adalah penyajian bahan
pembelajaran dalam konteks hukuman (ancaman Allah) akibat perbuatan dosa
yang dilakukan

D. Pembahasan

1. Kajian Tafsir QS. Al-Maidah Ayat 67

ٍَِِ ‫ِ َُ َل‬
ِ ‫ّللاُ يَ ْع‬ َ ‫س ْى ُه ثَ ِيّ ْغ ٍَب ا ُ ّْ ِز َه اِىَي َْل ٍِ ِْ َّر ِثّ َل َۗوا ُِْ ىَّ ٌْ ت َ ْفعَ ْو فَ ََب ثَيَّ ْغ‬
ّ ‫ت ِرسيَت َه َۗو‬ َّ ‫يبَيُّ َهب‬
ُ ‫اىر‬
َِْ‫ّللاَ ََل يَ ْهدِي ْاىقَ ْى ًَ ْاىن ِف ِري‬ ۗ ِ َّْ‫اى‬
ّ َُِّ ‫بس ا‬

Artinya: Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S.
al-Maidah : 67).29

Dalam tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa adapun asbabun nuzul ayat ini
adalah pada saat itu Allah berfirman sambil mengkhitabi hamba dan Rasul-Nya
Muhammad saw. dengan ungkapan “Rasul” dan menyuruhnya supaya
menyampaikan seluruh perkara yang dibawanya dari Allah. Kemudian Nabi
Muhammad saw. melaksanakan perintah itu dan menjalankan risalah dengan
sempurna.30
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Ibnu Abu Hatim mengatakan
bahwa ketika ayat berikut diturunkan 31 :

‫س ْى ُه ثَ ِيّ ْغ ٍَب ا ُ ّْ ِز َه اِىَي َْل ٍِ ِْ َّر ِثّ َل‬ َّ ‫يبَيُّ َهب‬


ُ ‫اىر‬
Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
(Q.S. al-Maidah : 67)

Kemudian rasulullah bersabda ““Ya Tuhanku apa yang harus aku perbuat,
sedangkan aku sendirian, tentu mereka akan mengeroyokku”.

Lalu setelah itu turun lagi firman Allah :

َ ‫َوا ُِْ ىَّ ٌْ ت َ ْفعَ ْو فَ ََب ثَيَّ ْغ‬


‫ت ِرسيَت َه‬
Artinya: “...dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya... (Q.S. al-Maidah: 67)

Berkaitan dengan sebab turunnya surat al-Maidah ayat 67 ini, Quraish


Shihab dalam tafsir al-Mishbah mengutip pendapat Fakhrudin ar-Razi mengatakan

29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Al Hadi Media Kreasi,
2015), h. 281
30
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, (Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008), h. 71.
31
Ibid, h. 72.

9
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

bahwa banyak riwayat yang menjelaskan mengenai sebab turunnya surat al-Maidah
ayat 67 ini. Namun yang perlu dipahami bahwa dalam ayat ini Allah SWT. telah
menjamin keselamatan Rasulullah saw. dari tipu daya dan konspirasi jahat kaum
Yahudi dan Nasrani, serta memerintahkan beliau supaya berdakwah secara terang-
terangan tanpa memperdulikan kaum mereka. 32
Dalam tafsir al-Munir yang ditulis oleh Wahbah az-Zuhaili mengatakan
bahwa ayat ini berisi mengenai jawaban atas penilaian orang-orang yang
mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. menyembunyikan sesuatu dari perkara agama
dengan tujuan taqiyyah (melindungi diri). Selain itu, ayat ini juga menjadi dalil yang
menunjukkan kekeliruan pandangan seperti yang dikemukakan oleh golongan ar-
Rafidhah. 33
Quraish Shihab dalam tafsirnya berpendapat bahwa ayat ini merupakan janji dari
Allah kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ia akan dipelihara Allah dari
gangguan dan tipudaya orang-orang Yahudi dan Nasrani. Thahir bin Asyur juga
mengatakan bahwa ayat ini berupa peringatan kepada Rasulullah agar
menyampaikan ajaran agama tanpa menghiraukan kritik dan ancaman yang ada.
Dalam tafsir al Azhar dijelaskan bahwa surat al Maidah ayat 67 ini sebagai salah
satu ayat bahwa Allah tidak pernah manyeru Nabi langsung dengan nama
melainkan dengan sebutan tugas dan jabatannya saja, yaitu ‫س ْى ُه‬ َّ ‫ يبَيُّ َهب‬. Secara tegas
ُ ‫اىر‬
ayat ini berisi perintah dari Allah bahwasanya segala wahyu yang telah diturunkan
Allah hendaklah beliau sampaikan kepada umat. 34
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa arti dari kata ‫ثَ ِيّ ْغ‬
adalah menyampaikan amanah kepada masyarakat secara terang-terangan. Hal ini
dikarenakan pada awal-awal penyebaran agama Islam, Nabi khawatir kepada orang-
orang musyrik di Mekkah. Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk
menampakkan risalahnya dengan menurutkan surat al-Maidah ayat 67 ini. Dan
Allah memberitahu kepada Nabi bahwa Allah akan menjaga keselamatannya.35
Sedangkan dalam bahasa Arab, kata ‫ ثَ ِيّ ْغ‬berarti sampai, mengenai sasaran, atau
mencapai tujuan. Sehingga bila kata ini dikaitkan dengan (ucapan), maka kata ‫ثَ ِيّ ْغ‬
memiliki arti fasih, jelas maknanya, terang, serta tepat dalam mengungkapkan apa
yang dikehendaki

2. Kajian Tafsir QS. Al-Ahzab Ayat 21

‫ّللاَ َمثِي ًْر ۗا‬ ٰ ْ ًَ ‫ّللاَ َو ْاىيَ ْى‬


ّ ‫اَل ِخ َر َوذَم ََر‬ ّ ‫سَْخٌ ِىّ ََ ِْ َمبَُ يَ ْر ُجىا‬
َ ‫ّللاِ اُس َْىح ٌ َح‬ ُ ‫ىَقَدْ َمبَُ ىَ ُن ٌْ فِ ْي َر‬
ّ ‫س ْى ِه‬
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21).36

32
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 152.
33
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 3 (Juz 5-6), terj. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta :
Gema Insani, 2016), h. 598-599
34
Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 6, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983), h. 142.
35
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela
36
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Al Hadi Media Kreasi,
2015), h. 420

10
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

Dalam kitab-kitab tafsir tidak dijelaskan secara khusus mengenai sebab


turunnya surat al-Ahzab ayat 21 ini. Dalam tafsir al-Munir karya Wahbah az-
Zuhaili hanya menjelaskan mengenai sebab turunnya surat al-Ahzab ayat 9, ayat 12
dan ayat 23. Namun, secara umum surat al-Ahzab ayat 21 ini turun berkaitan dengan
adanya perintah Allah SWT. supaya mencontoh, meniru, dan meneladani Nabi
Muhammad saw. pada kejadian perang Ahzab.
Quraish Shihab dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini diturunkan
kepada orang-orang yang beriman untuk memuji sikap mereka karena telah
meneladani Nabi Muhammad saw. Ayat ini menyatakan bahwa : Seseungguhnya telah
ada bagi kamu pada diri Rasulullah saw., suri tauladan yang baik bagi kamu,
yakni bagi orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat dan kasih sayang Allah
dan kebahagiaan hari kiamat serta teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat
kepada Allah dan menyebut nama-Nya yang banyak baik dalam keadaan sussah
maupun senang.37
Dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab mendefinisikan kata ‫ىَقَد‬laqad
merupakan kecaman dari Allah SWT. kepada orang-orang munafik yang mengaku
memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan ajaran Islam. Seakan-akan ayat ini
mengatakan “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya di
tengah kamu semua ada Nabi Muhammad saw yang mestinya kamu teladani.
Sedangkan dalam tafsir Ibnu Katsir, ayat ini berisi mengenai firman Allah
SWT. kepada orang-orang yang merasa khawatir, gelisah, dan guncang dalam
menghadapi urusan mereka menghadapi perang Ahzab

ٌ‫سَْخ‬
َ ‫ّللاِ اُس َْىح ٌ َح‬ ُ ‫ىَقَدْ َمبَُ ىَ ُن ٌْ فِ ْي َر‬
ّ ‫س ْى ِه‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik... (Q.S. al-
Ahzab : 21)

Dalam ayat ini Allah seakan bertanya kenapa kalian tidak meniru dan
mengikuti jejak sifatnya?. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa kata ٌ ‫ اُس َْىح‬berarti
teladan. Pakar tafsir Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat di atas mengatakan
bahwa terdapat dua keteladanan yang terdapat pada diri Rasul. Pertama, dalam arti
kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat
dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani.38
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa surat al-Ahzab ayat
21 ini berisi perintah agar meniru perilaku Nabi Muhammad SAW. seperti yang
tergambar dalam perang Ahzab. Sikap Rasul yang tergambar dalam perang Ahzab
yaitu kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, perjuangan, serta sikap sabarnya dalam
menanti jalan keluar dari Allah SWT.
3. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah
Ayat 67 dan Penerapannya
Metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 67
adalah tabligh (menyampaikan tanpa menutup-nutupi) merupakan metode
pendidikan yang terdapat dalam al-Qur’an.39 Ini menunjukkan bahwa al-Qur’an
memberikan wawasan tentang metode pendidikan Islam yang dapat diterapkan

37
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Volume 10, h. 438.
38
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, h. 539
39
Zulfikar Ali Buto, “Wawasan al-Qur‟an Tentang Metode Pendidikan” Jurnal Tarbiyah
Vol. 25 No. 1, IAIN Lhokseumawe, h. 183.

11
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

dalam pembelajaran. Bagi seorang pendidik, tabligh diartikan dengan


menyampaikan materi dengan seksama tanpa adanya kekurangan. Ini bertujuan agar
ilmu atau materi yang disampaikan bersifat akurat.
Kata tabligh dalam surat al-Maidah ayat 67 ini diartikan sebagai metode
pendidikan dengan metode ceramah. Metode ceramah diartikan sebagaii sebuah
metode mengajar dengan menyampaikan informasi atau pengetahuan secara lisan kepada
para siswa yang mengikuti pembelajaran. 40
Metode ceramah bisa juga disebut sebagai metode kuliah atau pidato, yang
berarti sebagai sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara
monolog atau satu arah. Dalam metode ini siswa hanya bertugas untuk menyimak sambil
mencatat materi yang disampaikan guru.
Dalam konteks komunikasi pembelajaran, makna tabligh yang terdapat
dalam surat al-Maidah ayat 67 diartikan sebagai komunikasi pembelajaran yang
efektif. Agar terciptanya suatu komunikasi yang efektif, maka terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, menyesuaikan gaya bicara antara guru dengan
murid. Yang kedua, komunikasi yang efektif terjadi ketika seorang guru tidak
hanya menyentuh akal pikiran dari siswa, tapi juga dapat menyentuh hati siswa
sekaligus.
Dari pemaparan mengenai tafsir dan metode pendidikan yang terkandung
dalam surat al-Maidah ayat 67 di atas, maka pada dasarnya terdapat 3 hal yang
terkandung dalam surat ini, yaitu :41
a. Allah memerintahkan umatnya agar senantiasa menyampaikan amanah,
seperti Rasulullah yang diberi tugas untuk menyampaikan wahyu
b. Guru termasuk pewaris rasul dan juga memiliki tugas menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik.
c. Dalam menghadapi masalah dan rintangan apapun, guru dituntut agar tetap
menjalankan tugas dan perannya sesuai dengan amanah yang telah diterimanya

4. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Azhab Ayat
21 dan Penerapannya
Metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 21 adalah
metode uswah atau keteladanan. Surat al-Ahzab ayat 21 ini menjadi prinsip utama
dalam meneladani Rasulullah saw. baik dalam ucapan, perbuatan, maupun perlakuannya.
Dari tafsir yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya menjelaskan bahwa ayat
ini berisi mengenai perintah Allah kepada manusia agar meneladani Nabi Muhammad
saw. dalam peristiwa al-Ahzab, yaitu meneladani kesabaran, serta penantiannya atas
jalan keluar yang diberikan Allah. 42
Secara bahasa keteladanan berasal dari kata “teladan” yang memiliki arti patut
ditiru atau patut dicontoh. 43 Dari pengertian ini maka dapat dipahami bahwa uswah
hasanah itu dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat ditiru atau dicontoh
seseorang dari orang lain yang memiliki nilai positif. Sehingga makna keteladanan

40
Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Refika
Aditama, 2007), h. 61
41
M. Irham Khaerullah, “Implikasi Q.S. al-Maidah ayat 67 Tentang Tugas dan Peran Guru
dalam Menyampaikan Amanah”. Prosiding Pendidikan Agama Islam, ISSN 2460 6413, h 55.
42
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir.,.,
Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani Pres,
1989), h. 841
43
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-2,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 221.

12
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

(uswah hasanah) disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat dalam
pendidikan Islam yaitu berupa keteladanan yang baik yang sesuai dengan pengertian
“uswah hasanah”.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, metode keteladanan ini
dapat diterpakan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung (direct) maupun secara tidak
langsung (indirect). Penerapan keteladanan secara langsung (direct) memiliki arti
bahwa seorang pendidik benar-benar mengaktualisasikan dirinya sebagai contoh
teladan yang baik bagi peserta didik. Sedangkan penerapan keteladanan secara
tidak langsung (indirect) memiliki arti bahwa pendidik memberikan teladan kepada
peserta didik dengan menceritakan kepada peserta didik mengenai kisah-kisah para
Nabi, riwayat orang-orang besar, maupun para pahlawan dan syuhada. Hal ini
bertujuan agar peserta didik menjadikan para tokoh tersebut sebagai suri tauladan
dalam kehidupan mereka. 44
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya peran guru sebagai salah satu orang yang akan memberikan
keteladanan kepada peserta didik, dan juga orang yang dija dikan sosok atau
model oleh peserta didik. Jadi, berhasil atau tidaknya penggunaan metode
keteladanan (uswah hasanah) dalam proses pembelajaran sangat tergantung pada guru
yang diteladani. Oleh karena itu, keteladanan yang baik adalah salah satu metode
yang bisa diterapkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan. Dalam penerapannya,
metode uswah atau keteladanan adalah sebelum para pendidik menyampaikan segala
hal apapun, pendidil perlu menjadi teladan terlebih dahulu minimal sama-sama
melakukan hal-hal yang baik dan yang akan diperintah kepada peserta didik atau
khalayak masyarakat. Artinya mau tidak mau harus terjun secara langsung dan
mencontohkan secara langsung agar lebih efektif dan mudah dipahami.
Demikian juga ketika menyampaikan materi di dalam kelas atauu secara
daring tentu seorang pendidik harus menerapkan metode keteladanan atau uswah yang
tentu menjadi contoh bagi muridnya karena salah satu penilaian muridnya yakni
afektif sikap. Murid tidak akan teladan apabila seorang pendidik tidak
mencontohkan dan mengapikasikan metode keteladanan dalam proses belajar agar siswa
terbiasa. Syarat seorang pendidik juga salah satunya harus memiliki kompetensi
kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik salah satunya dengan memiliki
keteladanan yang patut dicontoh, bukan hanya mentrasfer ilmu tapi adab dan kepribadian
harus dilatih hingga siswa yang diajar menjadi insan yang bukanhanya cerdas saja tapi
memiliki kepribadian yang baik dan teladan.
Berdasarkan pemaparan beberapa metode pendidikan Islam di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa dalam QS. Al-Maidah Ayat 67,dan QS. Al-Ahzab Ayat
21 mengandung metode-metode pendidikan islam yang dapat diimplementasikan
dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan.

E. Kesimpulan
Ada dua kesimpulan dari tulisan ini yakni :
1. Dalam QS. Al-Maidah Ayat 67 terdapat metode pendidikan Islam tabligh
(menyampaikan tanpa menutup-nutupi), yaitu penyampaian materi dengan seksama
tanpa adanya kekurangan yang bertujuan agar ilmu atau materi yang
disampaikan bersifat akurat. Dalam penerapan metode tabligh pendidik
menyampaikan materi secara menyeluruh.

44
Taklimudin dan Febri Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif
Qur‟an”. Jurnal Pendidikan Islam Vol.3 No.1, STAIN Curup 2018, h. 3.

13
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

2. Dalam QS. Al-Ahzab Ayat 21 terdapat metode pendidikan Islam uswah atau
keteladanan dan terdapat metode yang secara langsung (direct) maupun secara
tidak langsung (indirect). Didalam pengaplikasiaanya, guru atau pendidik menjadi
contoh tauladan pada diri sendiri sebelum menjadi tauladan bagi orang lain, dan
orang yang paling tepat untuk di teladanidalam agama kita adalah nabi Muhammad
Saw.

14
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

DAFTAR PUSTAKA

Ali Buto Zulfikar , “Wawasan al-Qur‟an Tentang Metode Pendidikan” Jurnal Tarbiyah
Vol. 25 No. 1, IAIN Lhokseumawe.
Al-Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, tej,
Shihabuddin, Gema Insani, Jakarta, 1995.
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela
Arief Armai, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Arifin M, , Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 3,Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Ar-Rifa’i Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir.,.,
Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, Jakarta : Gema
Insani Pres, 1989.
Az-Zuhaili Wahbah, Tafsir al-Munir Jilid 3 (Juz 5-6), terj. Abdul Hayyie al-Kattani,Jakarta :
Gema Insani, 2016.
Dahlan M. dkk, Kamus Induk Istilah Ilmiah, Surabaya: Penerbit Target Press, 2003.
Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2016.
Fatah Yasin A., Dimensi-dimensi Pendidikan Islam,Malang: UIN Malang Press, 2008.
Febri Saputra Taklimudin dan , “Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif
Qur‟an”. Jurnal Pendidikan Islam Vol.3 No.1, STAIN Curup 2018.
Gunawan Heri, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014).
Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 6,Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983.
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008.
Irham Khaerullah M., “Implikasi Q.S. al-Maidah ayat 67 Tentang Tugas dan Peran Guru
dalam Menyampaikan Amanah”. Prosiding Pendidikan Agama Islam..
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Al Hadi Media Kreasi,
2015.
Minarti Sri, Ilmu Pendidikan Islam, Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif, cet. 1,
Jakarta: Amzah, 2013.
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004.
Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005).
Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Refika
Aditama, 2007.
Quraish Shihab M., Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2009.

15
E-ISSN 2809-5308
Jurnal Pendidikan Ar-Rashid Vol.7 No. 2
P-ISSN 2541-7274

Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Kalam


Mulia, 2015.
Riannie Nurjannah, “Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, (Sebuah Perbandingan
dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat)”, Management of Education,
Vol 1 No. 2.
Samiudin, Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Bangil: STAI
PAncawahana, 2016.
Sudrajat dan M, Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2009.

16

Anda mungkin juga menyukai