Anda di halaman 1dari 18

METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM DALAM HADIS

(Metode-Metode Pengajaran dalam Hadis pada Kitab Riyadhus Shalihin)


Andi Rifa’atul Mahmuda

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki metodologi pendidikan Islam yang terkandung
dalam hadis, khususnya fokus pada metode-metode pengajaran yang dapat diidentifikasi dalam
kitab Riyadhus Shalihin. Kitab Riyadhus Shalihin, sebagai salah satu koleksi hadis yang sangat
dihormati dalam tradisi Islam, menjadi sumber utama penelitian ini. Metodologi penelitian ini
melibatkan analisis kritis terhadap hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Riyadhus Shalihin,
dengan fokus pada aspek-aspek pengajaran dan pendidikan Islam yang terkandung di
dalamnya. Pendekatan deskriptif dengan jenis kepustakaan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan mendalam tentang berbagai metode pengajaran yang diajarkan dalam
hadis-hadis kitab Riyadhus Shalihin. Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap pengembangan kurikulum pendidikan Islam dan memberikan
panduan praktis bagi para pendidik Islam dalam meningkatkan kualitas pengajaran mereka.
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan kontribusi untuk memahami lebih dalam metode-
metode pengajaran dalam hadis yang dapat membentuk dasar pendidikan Islam relevan dengan
kebutuhan zaman. Sebagaimana yang terdapat dalam hasil temuan ini yakni berupa metode
ceramah, metode sosiodrama, metode tanya jawab, metode drill, metode graduasi, metode
asistensi, dan metode demosntrasi.
KATA KUNCI: Metodologi Pendi. Islam, Hadis, Kitab Riyadhus Shalihin.

PENDAHULUAN
Pendidikan Islam merupakan bagian integral dari kehidupan umat Muslim1, bertujuan
membentuk individu yang beriman, berakhlak mulia, dan memiliki kemampuan intelektual 2.
Salah satu sumber utama ajaran Islam adalah hadis, yang mencakup perkataan, tindakan, dan
persetujuan Nabi Muhammad SAW 3. Pentingnya memahami dan menerapkan Metodologi

1
Aji Luqman Panji et al., “Pendidikan Islam Dengan Penanaman Nilai Budaya Islami,” Jurnal
Pendidikan Islam Al-Ilmi 6, no. 1 (2023): 9, https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v6i1.2155.
2
Herry Widyastono, “Muatan Pendidikan Holistik Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Dan Menengah,”
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 18, no. 4 (2012): 467–76, https://doi.org/10.24832/jpnk.v18i4.102.
3
Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis, Cetakan Pe (Bandung, n.d.),
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=imYyDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA35&dq=Salah+satu+sumb
er+utama+ajaran+Islam+adalah+hadis,+yang+mencakup+perkataan,+tindakan,+dan+persetujuan+Nabi+Muha
mmad+SAW&ots=iU9b2Ra5hr&sig=1AsT7i0T_0DR1DAUfL6wyDef2GU&redir_esc=y.

1
Pendidikan Islam dalam Hadis menjadi suatu keharusan dalam era modern ini. Perubahan
kompleks dalam masyarakat dan lingkungan pendidikan menuntut strategi pendidikan yang
dapat mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan kebutuhan dan tantangan zaman.
Tugas khusus bagi tenaga pendidik adalah pemilihan metode untuk membentuk
karakter dan moral peserta didik. Metode merupakan cara atau strategi yang digunakan oleh
pendidik untuk menciptakan proses pembelajaran atau transfer ilmu pengetahuan kepada
peserta didik, diharapkan mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien 4.
Peran penting seorang Pendidik dalam pemilihan metode ajar tampak pada keberhasilan
atau kegagalan dalam menggunakan metode tersebut. Kesesuaian metode dengan kondisi dan
tema pembelajaran berkontribusi pada hasil yang memuaskan, sedangkan ketidaksesuaian
dapat menghasilkan hasil yang buruk. Meskipun tujuan Pendidikan dirancang dengan baik,
tanpa metode yang tepat, Pendidikan akan terhambat. Sebuah metode dapat mempengaruhi
kelengkapan informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, pemilihan metode pendidikan perlu
dilakukan secara hati-hati untuk mencapai hasil pendidikan yang memuaskan.
Dalam konteks Pendidikan hadis, Rasulullah merupakan teladan yang baik, terutama
dalam mengimplementasikan metode Pendidikan. Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai
makhluk ciptaan Allah yang terbaik, dan umat Islam seharusnya mengikuti dan meneladani
ajaran beliau 5.
Kisah saat Rasulullah pertama kali menerima wahyu, yang dibawakan oleh malaikat
Jibril, menjadi contoh dasar metode. Metode Jibril, seperti dijelaskan dalam jurnal Luqman
Hakim, muncul berdasarkan perintah Allah SWT untuk mengikuti bacaan Al-Qur'an yang
disampaikan oleh malaikat Jibril. Ini memberikan dasar bagi para sahabat Rasulullah dalam
mengajarkan ajaran tersebut.
Di Indonesia, berbagai metode Pendidikan telah tertuang dalam kebijakan
kemendikbud dan kemenag. Dalam riset ini, fokus akan diberikan pada metode Pendidikan
dalam Islam, khususnya yang terdapat dalam kitab Riyadhus Shalihin. Kesimpulan dari riset
ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk memperkuat metode-metode Pendidikan Islam
yang mengacu pada hadis-hadis Rasulullah SAW.

4
Mufaizin Mufaizin, “Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadits,” Edupedia 3, no. 1 (2018): 55–66,
https://doi.org/10.35316/edupedia.v3i1.320.
5
Muhammad Riski Juhriansyah, “Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadis Riwayat Abu Hurairah
(Telaan Kitab Hadis Sahih Muslim No 667),” Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam 12,
no. 1 (2022): 29–40, https://doi.org/10.18592/jt.

2
Metode
Dalam Bahasa Arab metode lebih dikenal dengan sebutan ‘thariqah’ yang berarti
Langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Kemudian, jika dilihat dari sudut pandang dalam Bahasa inggris metode lebih sering terdengar
dengan kata ‘method’ yang berarti cara 6.
Menurut Sasmuni Sukir dalam Abuy Sodikin metodologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan
dengan hasil yang efektif dan efisien. Sejalan dengan hal tersebut, Abuy Sodikin kemudian
memberikan persepsinya tentang metodologi itu sendiri bahwa metodologi pendidikan islam
adalah prosedur yang ditempuh tentang bagaimana cara mempelajari islam secara cepat dan
tepat sehingga menemukan hasilan kesimpulan yang berupa faktual mengenai islam dalam
berbagai dimensi 7
Pendidikan Islam
Undang-undang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003 menerangkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, termasuk kekuatan spiritual dan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan
yang diperlukan untuk dirinya dan Masyarakat 8
Pendidikan Islam merupakan suatu upaya untuk membentuk individu dan masyarakat
agar patuh dan taat terhadap ajaran Islam, serta mampu mengaplikasikannya dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dianggap sebagai kebutuhan esensial untuk memenuhi tuntutan
Allah SWT. Musthapa Al Gulayani menjelaskan bahwa pendidikan Islam melibatkan
penanaman nilai-nilai akhlak mulia pada masa pertumbuhan anak, dengan memberikan
bimbingan dan nasihat yang memadai. Hal ini bertujuan untuk menjadikan akhlak tersebut
menjadi bagian integral dari kepribadian anak, yang kemudian akan berbuah dalam bentuk
keutamaan, kebaikan, dan cinta untuk berkontribusi pada kemanfaatan tanah air 9

6
Lestari Ayu Fitri, “METODE PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Tematik),” Skripsi 2, no. 1 (2017):
2–6, http://i-
lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=2227%0A???%0Ahttps://ejournal.unisba.ac.id/index.php/kajian_aku
ntansi/article/view/3307%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v3103/pdf/3103009.pdf%0
Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.ph.
7
Abuy Sodikin, METODOLOGI STUDI ISLAM, ed. Yoyo Sunaryo, Tunas Nusantara (Bandung, 2000),
https://doi.org/10.1145/2505515.2507827.
8
Pusdiklat Perpusnas, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL,” n.d., file:///C:/Users/A S U S/Downloads/2019_11_12-
03_49_06_9ab7e1fa524ba603bc2cdbeb7bff93c3.pdf.
9
Hamam Burhanuddin, “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Al Qur’an,” Al-Aufa: Jurnal Pendidikan
Dan Kajian Keislaman 1, no. 1 (2019): 1–9, https://doi.org/10.36840/alaufa.v1i1.217.

3
Hadis
Hadis atau sunnah adalah tindakan atau perilaku yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad dalam menjalani kehidupannya dalam rangka menyebarkan ajaran Islam. Contoh-
contoh yang beliau berikan dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hadits qauliyah (ucapan),
fi'liyah (perbuatan), dan takririyah (persetujuan). Ini merupakan sumber dan pedoman bagi
umat Islam dalam segala aspek kehidupan. Hal ini disebabkan, walaupun sebagian besar
hukum Islam telah termuat dalam Al-Quran, namun tidak mengatur dengan rinci dan terperinci
berbagai aspek dari aktivitas kehidupan umat 10.
Dalam konteks pendidikan, hadis memiliki dua fungsi, yaitu untuk menjelaskan metode
pendidikan Islam yang berasal dari Al-Quran secara nyata dan juga memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang belum dijelaskan dalam kitab suci tersebut. Fungsi lainnya adalah untuk
menjelaskan metode pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan
sehari-hari dan bagaimana beliau menanamkan keimanan 11.
Metodologi Pendidikan Islam dalam Hadis
Metodologi Pendidikan islam dalam hadits merupakan suatu implementasi dari ajaran
yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW., tentang cara-cara mendidik. Rasulullah SAW.,
pada masanya telah mengajarkan dan mempraktekkan kepada para sahabatnya mengenai
metode Pendidikan yang baik. Skema pembelajaran yang Rasulullan terapkan sangat
bermanfaat jika diaplikasikan dalam Pendidikan sekarang. Pembelajaran tentang nilai-nilai
luhur keislaman sangat penting dikuasai peserta didik karena pembentukan moral dan karakter
terdapat dalam nilai-nilai tersebut 12.

METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kepustakaan. Riset ini
difokuskan pada kata kunci 'pendidikan' dan 'pengajaran' dalam kitab Riyadul Shalihin. Hasil
pencarian tersebut akan dikumpulkan dan menjadi subjek pengumpulan data yang telah
dilakukan oleh peneliti, namun data tersebut masih memerlukan telaah lebih lanjut. Analisis
data dalam riset ini menggunakan kitab Riyadul Shalihin. Peneliti melakukan kecocokan atau
penelusuran berdasarkan hasil riset-riset terdahulu atau referensi lainnya. Dari analisis ini
diharapkan dapat dihasilkan kesimpulan mengenai metode pengajaran dalam konteks
pendidikan yang terkait dengan hadis.

10
Hasan Asari, Hadis-Hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-Akar Ilmu Pendidikan Islame, 2014.
11
Fitri, “METODE PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Tematik).”
12
Asari, Hadis-Hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-Akar Ilmu Pendidikan Islame.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metodologi Pendidikan Islam dalam Hadis dalam Kitab Riyadhus Shalihin
Nama lengkapnya adalah Riyad al-Shalihin min Kalam Sayyid al-Mursalin, sebuah
buku yang dikenal luas di kalangan muslim, termasuk Nahdiyyin, Muhammadiyah,
Sufi/Tariqah, salaf, dan lain-lain. Kitab ini sangat populer di kalangan seluruh umat Islam di
seluruh dunia, di mana mereka mengkaji dan membaca karya Imam Nawawi. Meskipun cukup
singkat, kitab ini kaya akan pelajaran dan nasehat dari Rasulullah SAW.
Imam Nawawi tinggal di Damaskus selama 28 tahun dan memiliki kelebihan sejak
kecil. Pada usia 7 tahun, beliau menyadari malam Lailatul Qadar dengan keistimewaan yang
menakjubkan. Kisah lain mencatat bahwa bahkan pada usia 10 tahun, Imam Nawawi lebih
memilih membaca Al-Qur'an daripada bermain-main, menunjukkan dedikasinya pada ilmu 13
Dalam pengantar kitabnya, Imam Nawawi berjanji untuk hanya menyampaikan hadis
yang kesahihannya jelas dan bersandar pada kitab Hadis sahih yang terkenal. Di dalam
bukunya terdapat rangkuman dari hadis-hadis sahih yang mencakup segala aspek yang
seharusnya menjadi panduan menuju akhirat bagi pemiliknya. Kitab ini memenuhi adab-adab
batin dan lahir, serta merangkum targib, tarhib, dan berbagai adab bagi orang yang mengikuti
jalan Islam, seperti hadis-hadis zuhud, latihan-latihan jiwa, pembersihan akhlak, kesucian hati,
obat-obatnya, pemeliharaan anggota badan, dan eliminasi penyimpangannya.
Riyadhus Shalihin memiliki 371 bab yang mencakup berbagai topik. Dari perspektif
pendidikan, kitab ini mencakup seluruh materi pendidikan Islam, seperti yang diuraikan oleh
'Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya Fikih Pendidikan. Materi pendidikan Islam tersebut
melibatkan keimanan, moral, fisik atau jasmani, rasionalitas atau akal, kejiwaan, dan seksual.
Contohnya, pendidikan keimanan ditemukan dalam bab-bab tentang ikhlas dan niat
dalam segala perilaku kehidupan, serta larangan mendatangi dukun dan tukang ramal.
Pendidikan moral atau akhlak tercermin dalam bab-bab tentang kasih sayang dan berbuat baik
terhadap anak yatim, serta larangan menyakiti atau mengganggu orang-orang yang saleh,
lemah, dan miskin. Pendidikan fisik atau jasmani tampak pada bab-bab yang menganjurkan

13
Abi Fakhrur Razi, Biografi Imam Nawawi & Terjemah Muqaddimah Mahalli (Situbondo Jawa Timur,
2019),
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=H7_ADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA3&dq=biografi+imam+na
wawi&ots=50AEzupBL1&sig=jqTsHLmj9rCQ8UaB7w4BNIVjVjE&redir_esc=y#v=onepage&q=biografi
imam nawawi&f=false.

5
jihad, sementara pendidikan rasio/akal tercermin dalam bab-bab yang menyarankan untuk
memperhatikan kekuasaan Allah dan berusaha mengendalikan diri 14.
Berikut metode dalam Hadis (Riyadhus Shalihin):
1. Metode Ceramah
Dalam riwayat dari Abu Rifa’ah Tamim bin Usaid ra, ia mengungkapkan bahwa
saat ia mendatangi Nabi saw, yang pada saat itu masih berpidato, ia menyela beliau
dengan memberitahukan bahwa ada seorang asing yang ingin menanyakan tentang
agama, karena orang tersebut belum memahami secara mendalam tentang agama
Islam. Nabi saw dengan rendah hati menyambutnya, menghentikan pidatonya,
mengambil kursi, dan duduk untuk mengajar Tamim sebagaimana Allah swt.
mengajarkannya. Setelah memberikan pengajaran, Nabi saw kembali berpidato dan
menyelesaikan pidatonya. (HR. Bukhari)15
Dari Hadis ini, dapat diambil beberapa pelajaran. (1) Hadis ini menunjukkan contoh
sifat tawadu Nabi saw, yaitu kesediaan beliau untuk memberikan pengajaran bahkan di
tengah-tengah pidato. (2) Hadis mengajarkan larangan menunda jawaban jika ada orang
yang bertanya tentang agama, menunjukkan pentingnya memberikan jawaban dengan
segera. (3)Turunnya Nabi saw dari mimbar untuk memberikan pelajaran secara individual
kepada seseorang yang bertanya tidak membatalkan khutbahnya, bahkan dianggap sebagai
bagian dari khutbah tersebut.
Nabi saw mengajarkan secara individu kepada orang yang bertanya tentang agama
Islam, menggunakan metode ceramah dengan memberikan penjelasan lisan kepada
muridnya. Dalam sejarah, Nabi dan para sahabatnya sering menggunakan metode ceramah
untuk menyebarkan ajaran Islam. Dalam ilmu pendidikan, metode ceramah dijelaskan
sebagai cara menyampaikan pelajaran melalui penuturan lisan kepada anak didik atau
khalayak ramai. Oleh karena itu, audiens dalam penggunaan metode ceramah bisa satu
orang atau lebih dari satu orang.
Untuk mengaplikasikan metode ceramah dengan efektif, sebaiknya metode ini
digunakan sebagai pendukung dari metode-metode lain. Selain itu, beberapa hal perlu
diperhatikan, seperti menggunakan kata-kata yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami

14
Abi Fakhrur Razi, Biografi Imam Nawawi & Terjemah Muqaddimah Mahalli, ed. Tgk. Rahmat Saputra
(Situbondo Jawa Timur: Cyber Media Publishing, 2019),
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=H7_ADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA3&dq=biografi+penulis+k
itab+riyadhus+shalihin&ots=50AFwoqyQa&sig=crbr3R0OFtXI-
Dvlgdtqu1ay0po&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false.
15
Yahya bin Syaraf Al-Nawawi, Riyad Al-Salihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin (Beirut: Muassasah
al-Risalah, n.d.).

6
oleh anak didik. Penggunaan alat visualisasi, seperti papan tulis atau media lain, dianjurkan
untuk menjelaskan pokok bahasan secara lebih terperinci. Penting juga untuk mengulang
kata atau istilah secara jelas, terutama untuk membantu anak didik yang mungkin memiliki
keterbatasan dalam pemahaman atau daya tangkap. Selain itu, mencari umpan balik
sebanyak mungkin selama ceramah berlangsung dan melakukan rekapitulasi serta
mengulang rumusan-rumusan yang dianggap penting merupakan praktik yang disarankan.
2. Metode Sosiodrama
Ada sebuah kisah yang dapat diambil Pelajaran dari metode sosiodrama, yakni:
Dalam riwayat dari Abu Hurairah ra, beliau menceritakan bahwa Nabi Saw
mempercayakan padanya untuk menjaga zakat pada bulan Ramadhan. Suatu malam,
seorang datang dan mengambil makanan dari zakat. Abu Hurairah menahan orang itu dan
berencana melaporkannya kepada Rasulullah Saw. Orang tersebut mengaku sebagai orang
miskin yang memiliki tanggungan keluarga yang membutuhkan makanan, sehingga Abu
Hurairah membiarkannya pergi. Esok paginya, Rasulullah Saw bertanya mengenai tawanan
tersebut, dan Abu Hurairah memberikan alasan kasihannya dan pembebasannya. Namun,
Nabi Saw mengatakan bahwa tawanan tersebut berbohong dan akan datang lagi. Keesokan
harinya, tawanan itu datang kembali, mengambil makanan, dan Abu Hurairah hendak
melaporkannya. Orang tersebut meminta maaf, mengaku sebagai orang miskin, dan
berjanji untuk tidak mengulangi. Abu Hurairah merasa kasihan dan melepaskannya. Pagi
harinya, Rasulullah Saw kembali bertanya, dan Abu Hurairah memberikan penjelasan dan
kalimat yang diajarkan oleh tawanan tersebut. Nabi Saw mengatakan bahwa meskipun
tawanan itu berbohong, apa yang dia katakan adalah benar. Setelah itu, Rasulullah Saw
mengungkapkan bahwa yang datang selama tiga malam itu adalah setan.
Hal tersebut terdapat dalam hadis berikut:
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Nabi Saw mempercayakan saya untuk menjaga
zakat pada bulan Ramadhan, kemudian ada seorang datang dan mengambil
segenggam makanan, maka orang itu saya pegang dan saya katakan: "Sungguh
kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah saw." Ia berkata: "Sesungguhnya saya
adalah orang miskin yang mempunyai banyak tanggungan keluarga yang
membutuhkan makanan, "maka saya melepaskan orang itu. Pagi harinya Nabi saw
bertanya: "Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu tadi malam?" Saya
menjawab: "Wahai Rasulullah, ia mengeluh sangat membutuhkan makanan
sedangkan ia mempunyai banyak keluarga, maka saya merasa kasihan kepadanya
lantas saya lepaskan. Beliau bersabda:"Sesungguhnya ia dusta kepadamu dan ia
7
akan datang lagi." Saya percaya ia akan datang lagi karena Nabi saw mengatakan
hal itu, Maka saya jaga benar-benar. Kemudian orang itu datang lagi dan
mengambil segenggam makanan, maka saya berkata:"Sungguh kamu akan saya
laporkan kepada Rasulullah saw." Ia berkata:"Maafkan!ah saya. karena
sesungguhnya saya adalah orang miskin dan mempunyai tanggungan banyak
keluarga, saya tidak akan mengulangi lagi." Saya merasa kasihan kepadanya maka
saya lepaskan. Pagi harinya Nabi saw bertanya: "Wahai Abu Hurairah apa yang
sudah diperbuat oleh tawananmu?" Saya menjawab: "Wahai Rasulullah saw, ia
mengeluh sangat membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai banyak
keluarga, maka saya merasa kasihan kepadanya lantas saya lepaskan.' Beliau
bersabda: "Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi."
Kemudian saya jaga benar- benar untuk ketiga kalinya . Tiba-tiba ia datang lagi
dengan mengambil segenggam makanan, maka orang itu saya pegang dan
berkata:"Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah saw. Ini adalah
perbuatanmu yang ketiga kalinya dimana kamu berjanji untuk tidak akan
mengulangi, tapi ternyata kamu mengulanginya lagi." ia berkata: "Maafkan saya,
sesungguhnya saya ingin memberitahukan kepadamu beberapa kalimat yang mana
Allah swt akan memberi manfaat kepadamu dengan kalimat itu." Saya bertanya:
"Kalimat apa itu?' Ia berkata: " Apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi
yang berbunyi: ALLÂHU LÂ ILÂHIA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYÛM
sampai akhir ayat. Seandainya kamu membacanya, niscaya Allah swt akan selalu
memberi perlindungan dan setan tidak akan datang kepadamu sampai waktu pagi."
Kemudian ia saya lepaskan. Pagi harinya Rasulullah saw bertanya kepada saya:
"Apa yang diperbuat oleh tawananmu pada waktu malam?" Saya menjawab:
"Wahai Rasulullah, ia memberitahu kepada saya beberapa kalimat yang mana Allah
swt akan memberi manfaat kepada saya dengan beberapa kalimat itu, maka ia saya
lepaskan." Beliau bertanya: "Kalimat-kalimat apakah itu?" Saya berkata: "Apabila
kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi dari awal sampai selesai, yaitu ayat:
ALLÂHU LÂ ILÂHA ILLÂ HIUWAL HAYYUL QAYYŮM. Niscaya Allah swt
selalu memberi perlindungan kepadamu dan setan tidak akan datang kepadamu
sampai waktu pagi," Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhrya ia berkata benar
kepadamu walaupun ia adalah pendusta. Tahukah kamu siapakah yang datang

8
kepadamu selama tiga malam itu wahai Abu Hurairah?" Saya menjawab: "Tidak.'
Beliau bersabda: "Itu adalah setan." (HR. Bukhari)16
Kisah menarik di atas mengandung beberapa pelajaran penting, yang dijelaskan
oleh Imam Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari-nya yakni: (a)Terkadang setan mengetahui hal-
hal yang biasa dimanfaatkan oleh orang mukmin, seperti pemanfaatan bacaan ayat kursi,
(b) Sesuatu yang bermanfaat bagi orang mukmin belum tentu bermanfaat bagi seseorang
yang pendosa. (c) Terkadang ada orang yang memiliki ilmu, namun tidak
mengamalkannya. (d) Meskipun orang kafir mungkin meyakini kebenaran yang juga
diyakini oleh orang mukmin, namun hal itu tidak berguna baginya. (e) Seorang yang
pembohong terkadang juga bisa berkata jujur. (f) Setan juga dapat memakan makanan
manusia jika manusia tidak mengingat Allah swt. (g) Nabi saw memiliki pengetahuan
tentang perkara yang gaib.
3. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab yang digunakan oleh Nabi saw memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan atau meminta penjelasan lebih lanjut
mengenai hal-hal yang mungkin belum mereka pahami sepenuhnya, seperti yang tampak
dalam Hadis berikut:
Riwayat dari Sa'ad bin Abu Waqqhash ra, ia menceritakan: Seorang Arab badui
mendatangi Nabi saw dan berkata: "Ajarilah saya kalimat yang harus saya baca!"
Nabi saw menjawab: "Bacalah 'La Ilaha Ilallahu Wahdahu La Syarika Lah, Allahu
Akbar Kabira, wal Hamdulillahi Kaşira, Wasubhanallhi Rabbil alamin, Wala Hayla
Wala Quwwata illa Billahil 'Azizil Hakim." Orang badui itu berkata: "Semua itu
adalah untuk Tuhan-ku, kemudian mana yang untuk kepentingan saya?" Nabi saw
memberikan jawaban: "Ucapkanlah 'Allahummagfirli Warhamni Wahdini
Warzugni'." (HR. Muslim)17
Dalam kejadian ini, seorang Arab badui datang untuk meminta pengajaran dari Nabi
saw. Ketika Nabi memberikan rangkaian kalimat untuk dibaca, badui tersebut merasa
bahwa semuanya ditujukan kepada Tuhan-nya. Namun, dengan pertanyaan yang diajukan,
Nabi saw memberikan jawaban yang khusus untuk kepentingan pribadinya. Hal ini
menunjukkan bahwa metode tanya jawab Nabi saw memberikan kesempatan bagi peserta

16
Al-Nawawi.
17
Al-Nawawi.

9
didik untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan penjelasan yang sesuai dengan
kebutuhan atau pemahaman mereka.
Orang Arab badui, sebagaimana diceritakan dalam Hadis tersebut, merasa belum
puas dengan isi doa pertama yang diajarkan oleh Nabi saw, karena doa tersebut hanya
berupa pujian kepada Allah swt tanpa memberikan manfaat khusus bagi dirinya. Dengan
pertanyaannya, "Lantas yang berguna untuk saya mana?," orang badui menunjukkan
ketidakpuasannya dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih konkret dan
bermanfaat baginya. Rasa penasaran yang dimiliki oleh orang badui ini tampaknya
dimanfaatkan oleh Nabi saw agar doa yang diajarkan tidak mudah dilupakan. Pada
akhirnya, Nabi saw memberikan doa yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan
pribadi orang badui tersebut.
4. Metode Drill
Dari Abu Surayah Sabrah bin Ma’bad al-Juhaniy ra., ia berkata: Rasulullah saw
bersabda, "Ajarkanlah anak-anakmu untuk menunaikan salat saat mereka mencapai
usia tujuh tahun, dan berikanlah teguran atau hukuman fisik kepada mereka jika
mereka meninggalkannya saat mencapai usia sepuluh tahun!" (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)18
Hadis ini menyampaikan perintah dan kewajiban bagi orang tua atau wali untuk
memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka agar mau melaksanakan salat.
Pendidikan ini mencakup pengajaran mengenai hukum, syarat, dan rukun salat. Jika anak
enggan melaksanakan salat, mereka harus dididik melalui hukuman, yang dalam konteks
ini adalah pukulan yang tidak berlebihan. Nabi saw, melalui Hadis ini, memberikan
pelajaran bahwa anak pada usia 7 tahun memasuki fase di mana mereka bisa dididik dalam
pemahaman dan pengajaran 'sinn al-tamyiz wa al-ta'lim', sementara pada usia 10 tahun
mereka mendekati fase kedewasaan 'sinn al-murahaqah'.
Perintah Nabi saw untuk memberikan pukulan menjelang usia kedewasaan anak
menunjukkan tindakan yang perlu hati-hati, karena di usia dewasa, anak akan sulit diatur
jika tidak diberikan bimbingan sebelumnya.
Dengan demikian, penekanan pada pendidikan salat kepada anak yang belum
mencapai usia dewasa, sebagaimana diajarkan oleh Nabi saw dalam Hadis ini,
mencerminkan metode drill atau pendidikan pembiasaan.

18
Al-Nawawi.

10
5. Metode Graduasi
Riwayat dari Mu'at ra., ia berkata: Rasulullah saw telah mengutus saya ke Yaman.
Nabi bersabda: Sesungguhnnya kamu akan mendatangi suatu kamu dari Ahli Kitab
(Yahudi dan Naşrani), karenanya ajaklah mereka agar mau mengakui bahwa tiada
Tuhan selain Allah swt. dan bahwa aku adalah utusan Allah swt. Jika mereka telah
patuh dengan itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah swt.
mewajibkan untuk mereka mengerjakan salat lima kali hari semalam. Apabila
mereka telah mematuhinya, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah swt
mewajibkan untuk mereka sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya dan
diserahkan kepada orang-orang miskin di kalangan mereka. Apabila mereka telah
mematuhinya, maka lindungilah kehormatan dan harta bendanya. Takutliah kamu
terhadap doa orang yang teraniaya karena tidak ada tirai yang menghalangi antara
doanya dengan Allah swt. (HR. Bukhari dan Muslim)19
Metode graduasi yang diterapkan oleh Nabi saw sejalan dengan prinsip yang ada
dalam al-Qur'an, yang diturunkan secara bertahap kepada Nabi. Dalam kasus ini, Nabi saw
juga menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat secara bertahap. Terdapat beberapa
pelajaran penting dari Hadis tersebut: (a) Kewajiban memberikan dakwah kepada kaum
non-Muslim untuk memasuki agama Islam. (b) Anjuran memberikan zakat kepada rakyat
setempat. (c) Larangan bagi para amil untuk memakan harta zakat dengan cara yang zalim.
(d) Peringatan keras untuk menghindari perbuatan zalim, karena doa orang yang terzalimi
memiliki kekuatan yang besar.
Secara keseluruhan, metode pendidikan yang diajarkan oleh Nabi saw adalah
metode bertahap atau graduasi. Beliau mengajarkan kepada Mu'az bin Jabal tentang cara
mengajak kaum non-Muslim agar memasuki Islam dengan memberikan ajaran satu per
satu. Ajaran selanjutnya diberikan setelah ajaran sebelumnya dipatuhi atau diamalkan,
dengan tujuan agar penerima pelajaran merasa tidak terbebani. Ini sesuai dengan prinsip
yang tercermin dalam Hadis berikut:
Riwayat dari Tariq bin Asy-yam ra , ia berkata: "Biasanya apabila seseorang masuk
Islam, ia diajari salat oleh Nabi saw, kemudian Nabi memerintahkannya untuk
berdoa dengan kalimat berikut: Allahummagfirli Warhamni Wahdin Wa'afini
Warzuqni. Yang artinya Ya Allah, berkenanlah Engkau mengampuniku,

19
Al-Nawawi.

11
memberiku rahmat, menunjukiku, menyehatkanku dan memberiku rezeki. (HR.
Muslim) 20
Menurut Hadis ini, seseorang yang telah menyatakan niat untuk masuk Islam akan
diajarkan tentang salat. Setelah dia menjadi muslim, baru kemudian dia akan diberikan
pengajaran mengenai salat. Setelah pemahaman dan pelaksanaan salat tercapai, barulah dia
akan diajarkan mengenai doa-doa. Penggunaan kata 'tsumma' sebagai pemisah
menunjukkan adanya periode waktu yang cukup lama antara satu tahap dengan tahap
berikutnya. Istilah ‘seorang laki-laki’ dalam Hadis menunjukkan bahwa metode graduasi
ini berlaku umum, mencakup siapa pun yang memeluk Islam pada zaman Nabi Muhammad
‫صلى هللا عليه وسلم‬. Oleh karena itu, Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬menerapkan pendekatan ini kepada
semua individu. Dapat disimpulkan bahwa Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬menggunakan metode
graduasi ini dengan alasan-alasan tertentu ketika mengajarkan ajaran Islam kepada orang
yang baru masuk Islam dapat memberikan pengetahuan Islam orang yang baru masuk Islam
masih kosong, sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati dalam menyampaikan ajaran
agama. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul jika diajarkan
pelajaran yang terlalu banyak sekaligus. Kemudian, Penggunaan metode graduasi
bertujuan agar pelajaran lebih melekat di hati individu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
Al-Qur'an, bahwa turunnya wahyu secara bertahap bertujuan agar bacaan AlQur'an dapat
lebih mengena di hati dan melekat.
6. Metode Asistensi
Pengertian asistensi, menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, adalah kegiatan
membantu seseorang dalam menjalankan tugas. Dalam konteks pendidikan, asistensi
berarti membantu seorang guru dalam mendidik atau mengajar anak didiknya. Penting
untuk dicatat bahwa bantuan ini tidak diberikan karena ketidakmampuan, melainkan karena
kesibukan atau alasan lainnya. Contoh aplikasinya dapat ditemukan dalam perguruan
tinggi, di mana asisten dosen seringkali membantu dalam mengajar ketika dosen sedang
sibuk 21
Asistensi memberikan manfaat ganda, di mana guru yang sibuk dapat terbantu,
sementara asisten juga mendapat pelatihan dan keahlian dalam proses pembelajaran.
Alasan lain di balik asistensi adalah mungkin sang guru merasa riskan mengajarkan sesuatu
kepada anak didiknya, sebagaimana tergambar dalam Hadis yang dijelaskan di atas.

20
Al-Nawawi.
21
Popi Doni Irwanto, “PENGARUH GAYA MENGAJAR DOSEN, ASISTENSI DAN FASILITAS
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR APLIKASI AKUNTANSI PEMERIKSAAN,” n.d., 243–50.

12
Dalam riwayat dari Aisyah radhiallahu 'anha, beliau menyampaikan peristiwa
ketika seorang wanita Anshar datang menanyakan kepada Nabi Muhammad ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬mengenai cara membersihkan bekas-bekas haidh. Nabi Muhammad ‫صلى هللا عليه وسلم‬
memberikan petunjuk dengan berkata, Ambillah kain yang empuk dan berilah wewangian,
kemudian tekan-tekanlah kain itu.
Namun, karena wanita Anshar tersebut masih belum sepenuhnya memahami
petunjuk tersebut, Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬meminta Aisyah untuk memberikan
Pelajaran praktis dengan langsung mempraktekkan apa yang telah disampaikan oleh Nabi.
Pelajaran ini diberikan tidak di hadapan Nabi, melainkan di dalam kamar.
Peristiwa ini mencerminkan pendekatan yang penuh kelembutan dan pengertian
dari Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬dalam memberikan petunjuk kepada umatnya. Beliau
tidak hanya memberikan instruksi verbal, tetapi juga memastikan pemahaman dengan
memberikan contoh langsung. Selain itu, kesantunan Nabi terlihat dalam memberikan
pelajaran tersebut di dalam kamar, menunjukkan kepedulian terhadap privasi dan
kenyamanan individu.
Hadis lain yang membicarakan metode asistensi adalah Hadis berikut: Dari Abu
Sulaiman yaitu Malik bin al-Huwairis ra., katanya: "Kita semua mendatangi
Rasulullah Saw. dan kita semua adalah para pemuda yang hampir berdekatan saja
usianya. Kita semua bermukim di sisi beliau Saw selama dua 20 malam untuk
belajar imu pengetahuan agama. Rasulullah Saw. adalah seorang yang kasih sayang
serta lemah-lembut. Beliau mengira bahwa kita semua telah rindu kepada keluarga
kita, lalu bertanya kepada kita tentang siapa-siapa dari keluarga kita itu yang kita
tinggalkan. Kita pun memberitahukannya tentang hal itu. Selanjutnya beliau Saw.
bersabda: "Kembalilah kini kepada keluargamu masing-masing, berdiamlah di alam
lingkungan mereka, berilah mereka pelajaran, perintahlah mereka melakukan
ketaatan, juga salatlah engkau semua akan salat ini pada waktu begini dan salat ini
pada waktu begini, yakni salat lima waktu. Jikalau waktu salat sudah tiba, maka
hendaklah seseorang di antara engkau semua itu mengumandangkan adzan dan
hendaklah menjadi imammu semua itu orang yang tertua dari engkau semua.” (HR.
Bukhari dan Muslim)22
Imam Bukhari menambahkan dalam laporannya: Rasulullah juga menyampaikan
lagi: Dan laksanakanlah shalat kalian sebagaimana kalian melihat saya melaksanakannya.

22
Al-Nawawi, Riyad Al-Salihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin.

13
Dalam konteks ini, hadis mencerminkan pendekatan asistensi. Setelah dua puluh
hari belajar bersama Nabi saw, para pemuda tersebut diberi petunjuk untuk membagikan
apa yang telah mereka pelajari bersama Nabi saw kepada keluarga mereka ketika kembali
ke kampung halaman masing-masing.
Materi yang harus diajarkan kepada keluarga masing-masing pemuda melibatkan
pelaksanaan shalat pada waktunya, mendidik keluarga agar patuh, mengumandangkan
adzan saat tiba waktu shalat, dan melaksanakan shalat berjamaah dengan orang tertua
menjadi imamnya. Semua pelajaran ini secara esensial bertujuan menciptakan lingkungan
yang mendukung pendidikan Islami di kampung mereka.
Dengan menggunakan metode asistensi, Nabi saw berhasil mengatasi jarak dan
waktu antara beliau dan para pemuda tersebut. Mengingat kesibukan Nabi saw, menjadi
sulit baginya untuk mendidik mereka secara langsung di tempat tinggal mereka, yang juga
akan memakan banyak waktu. Ungkapan beliau, Dan laksanakanlah shalat kalian
sebagaimana kalian melihat saya melaksanakannya, menunjukkan bahwa Nabi saw dengan
sengaja memperlihatkan cara melaksanakan shalat kepada mereka sebagai contoh praktis.
7. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dapat digunakan dalam konteks pembelajaran untuk
menyampaikan informasi dari model (model hidup, model simbolik, deskripsi verbal)
kepada siswa sebagai pengamat. Hal yang sama berlaku dalam pembelajaran salat, di mana
diperlukan model atau contoh yang mempraktekkan salat agar siswa dapat mengamati
secara langsung cara melaksanakan salat 23.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru perlu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempraktekkan kembali apa yang telah mereka pelajari, dengan tujuan
agar mereka benar-benar menguasainya. Dalam kasus para pemuda tersebut, setiap
individu diperintahkan untuk melaksanakan salat dan ibadah-ibadah lainnya yang mereka
pelajari selama periode belajar bersama Nabi saw, sekaligus mengajarkannya kepada
keluarga mereka. Dengan kata lain, setelah diajarkan dengan metode demonstrasi, Nabi
saw melanjutkannya dengan menerapkan metode asistensi.
Lebih lanjut, prinsip penerapan metode demonstrasi ini juga diterapkan oleh Nabi
saw untuk mengajarkan pelajaran wudhu, sebagaimana tercermin dalam Hadis berikutnya.

23
Ni Nyoman Nonik, I Gede Raga, and I Nyoman Murda, “Penerapan Metode Demonstrasi Dengan
Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok A Di PAUD Widya Dharma
Bondalem Tejakula,” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha 1, no. 1 (2013): 2.

14
Dalam riwayat dari Utsman bin 'Affan radhiallahu 'anhu, beliau menyampaikan
bahwa dia pernah melihat Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬melakukan wudu, serupa
dengan wudu yang dilakukannya. Setelah itu, Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda,
"Barangsiapa yang berwudu seperti ini, pasti dosa-dosanya yang telah dilakukan
sebelumnya akan diampuni. Dan pahala salat serta perjalanannya menuju masjid
akan ditambahkan." (HR. Muslim)24
Hadis ini menggambarkan pentingnya melaksanakan wudhu dengan baik dan benar.
Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬memberikan dorongan kepada umatnya untuk menjalankan
wudhu sesuai tuntunan yang beliau ajarkan. Dengan melaksanakan wudhu dengan cermat
dan khushu', seseorang dapat memperoleh keberkahan, pengampunan dosa, serta tambahan
pahala dalam ibadah salat dan perjalanan menuju masjid.
Penting untuk dicatat bahwa dalam ajaran Islam, setiap tindakan ibadah, termasuk
wudhu, tidak hanya memiliki dimensi fisik, tetapi juga dimensi spiritual. Kebersihan
jasmani yang diiringi dengan kekhusyukan dan kesungguhan hati saat beribadah
merupakan aspek yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam.
Hadis ini menginformasikan bahwa Utsman radhiallahu 'anhu telah menyelesaikan
pelaksanaan wudu sesuai dengan tata cara yang pernah dia saksikan dari Nabi saw.
Meskipun hadis ini tidak memberikan rincian secara terperinci mengenai praktek wudhu
tersebut.
Dalam riwayat Hadis Imam Bukhari, kisah pelaksanaan wudu oleh Utsman
radhiallahu 'anhu dijelaskan dengan rinci dan detail.
Riwayat dari Ibnu Syihab menyampaikan bahwa 'Atha bin Yazid menceritakan
kepada saya, Hamron (bekas budak Utsman radhiallahu 'anhu) menceritakan
kepada saya bahwa dia pernah melihat Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu
membawa bejana berisi air. Utsman kemudian mencuci kedua telapak tangannya
sebanyak 3 kali. Setelah itu, ia memegang bejana dengan tangan kanannya,
berkumur, melakukan istinsyaq (memasukkan air ke hidung), membasuh wajahnya
sebanyak tiga kali, menyapu kepala, mencuci kedua tangannya sampai siku
sebanyak 3 kali, dan terakhir mencuci kedua kakinya hingga dua mata kaki
sebanyak 3 kali. Setelah itu, Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu berkata, "Nabi saw
bersabda: Siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian melaksanakan salat

24
Al-Nawawi, Riyad Al-Salihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin.

15
2 rakaat dengan khusyuk, pasti dosanya yang telah lalu akan diampuni (dosa kecil)."
(HR. Bukhari) 25
Hadis ini secara terperinci menjelaskan bahwa Utsman radhiallahu 'anhu
mendemonstrasikan cara berwudu yang dia pelajari dari Nabi saw. Bahkan, ia menegaskan
bahwa cara berwudu yang dia tunjukkan telah didemonstrasikan oleh Nabi saw sendiri,
yang tercermin dalam ucapannya, "Nabi saw bersabda: Siapa yang berwudu seperti
wudhuku ini... dst."
Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa praktik demonstrasi berwudu yang
dilakukan oleh Utsman radhiallahu 'anhu adalah suatu metode pendidikan yang diterapkan
oleh Nabi saw untuk mengajarkan cara berwudu.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan dari hasil dan pembahasan Riyadhus Shalihin adalah sebuah
kitab hadis yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi. Kitab ini terkenal sebagai salah satu sumber
utama ajaran Islam dan mencakup berbagai aspek kehidupan, etika, dan moralitas. Beberapa
metode pendidikan Islam yang dapat diidentifikasi dari hadis-hadis dalam Riyadhus Shalihin
antara lain: Metode ceramah, metode sosiodrama, metode tanya jawab, metode drill, metode
graduasi, metode asistensi, dan metode demostrasi.
Saran
Lembaga Pendidikan adalah pilar utama untuk mengembangkan kemajuan suatu
bangsa. Oleh karena itu, diinginkan bahwa Lembaga pendidikan dapat memberikan komitmen
yang tinggi dalam memberikan serta menerapkan metode-metode Pendidikan Islam dengan
efektif, yang tentunya masih merujuk pada ajaran hadits. Hal ini diharapkan dapat
menghasilkan sistem Pendidikan yang membawa kedamaian, bukan hanya sebatas teori belaka.

25
Al-Nawawi.

16
DAFTAR RUJUKAN
Al-Nawawi, Yahya bin Syaraf. Riyad Al-Salihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Beirut:
Muassasah al-Risalah, n.d.
Asari, Hasan. Hadis-Hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-Akar Ilmu Pendidikan
Islame, 2014.
Burhanuddin, Hamam. “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Al Qur’an.” Al-Aufa: Jurnal
Pendidikan Dan Kajian Keislaman 1, no. 1 (2019): 1–9.
https://doi.org/10.36840/alaufa.v1i1.217.
Fitri, Lestari Ayu. “METODE PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Tematik).” Skripsi 2, no.
1 (2017): 2–6. http://i-
lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=2227%0A???%0Ahttps://ejournal.unisba.ac.i
d/index.php/kajian_akuntansi/article/view/3307%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/i
jcs/portugues/2018/v3103/pdf/3103009.pdf%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.ph.
Herdi, Asep. Memahami Ilmu Hadis. Cetakan Pe. Bandung, n.d.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=imYyDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA35
&dq=Salah+satu+sumber+utama+ajaran+Islam+adalah+hadis,+yang+mencakup+perkat
aan,+tindakan,+dan+persetujuan+Nabi+Muhammad+SAW&ots=iU9b2Ra5hr&sig=1As
T7i0T_0DR1DAUfL6wyDef2GU&redir_esc=y.
Irwanto, Popi Doni. “PENGARUH GAYA MENGAJAR DOSEN, ASISTENSI DAN
FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR APLIKASI AKUNTANSI
PEMERIKSAAN,” n.d., 243–50.
Mufaizin, Mufaizin. “Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadits.” Edupedia 3, no. 1 (2018):
55–66. https://doi.org/10.35316/edupedia.v3i1.320.
Muhammad Riski Juhriansyah. “Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadis Riwayat Abu
Hurairah (Telaan Kitab Hadis Sahih Muslim No 667).” Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Agama Islam 12, no. 1 (2022): 29–40. https://doi.org/10.18592/jt.
Nonik, Ni Nyoman, I Gede Raga, and I Nyoman Murda. “Penerapan Metode Demonstrasi
Dengan Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak
Kelompok A Di PAUD Widya Dharma Bondalem Tejakula.” Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini Undiksha 1, no. 1 (2013): 2.
Panji, Aji Luqman, Achmad Ruslan Afendi, Akhmad Ramli, Sudadi Sudadi, and Agus
Mubarak. “Pendidikan Islam Dengan Penanaman Nilai Budaya Islami.” Jurnal
Pendidikan Islam Al-Ilmi 6, no. 1 (2023): 9. https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v6i1.2155.
Perpusnas, Pusdiklat. “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN
17
2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL,” n.d. file:///C:/Users/A S U
S/Downloads/2019_11_12-03_49_06_9ab7e1fa524ba603bc2cdbeb7bff93c3.pdf.
Razi, Abi Fakhrur. Biografi Imam Nawawi & Terjemah Muqaddimah Mahalli. Situbondo Jawa
Timur, 2019.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=H7_ADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA3
&dq=biografi+imam+nawawi&ots=50AEzupBL1&sig=jqTsHLmj9rCQ8UaB7w4BNIV
jVjE&redir_esc=y#v=onepage&q=biografi imam nawawi&f=false.
———. Biografi Imam Nawawi & Terjemah Muqaddimah Mahalli. Edited by Tgk. Rahmat
Saputra. Situbondo Jawa Timur: Cyber Media Publishing, 2019.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=H7_ADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA3
&dq=biografi+penulis+kitab+riyadhus+shalihin&ots=50AFwoqyQa&sig=crbr3R0OFtX
I-Dvlgdtqu1ay0po&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false.
Sodikin, Abuy. METODOLOGI STUDI ISLAM. Edited by Yoyo Sunaryo. Tunas Nusantara.
Bandung, 2000. https://doi.org/10.1145/2505515.2507827.
Widyastono, Herry. “Muatan Pendidikan Holistik Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Dan
Menengah.” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 18, no. 4 (2012): 467–76.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v18i4.102.

18

Anda mungkin juga menyukai