Abstrak
Riset ini bertujuan mengurai profil kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab Kudus pada
2019/2020, meliputi susunan kurikulum, deskripsi setiap pembelajaran, serta daftar buku
acuan pembelajaran. Metode yang digunakan ialah pendekatan kualitatif kategori deskriptif
jenis survei dengan desain fenomenologi. Data dikumpulkan menggunakan teknik
pengamatan pengamat terlibat, wawancara sosok kunci, serta analisis konten. Pemeriksaan
keabsahan, keandalan, dan keobjektifan data yang diperoleh dilakukan menggunakan teknik
triangulasi dan external audit.
Kata-kata Kunci: kajian keislaman; kitab klasik; kurikulum; pendidikan di Indonesia;
pondok pesantren;
A. Pengantar
Sistem pendidikan Indonesia sangat besar dan beragam, yang terdapat lebih dari 60 juta siswa
dan hampir 4 juta guru di sekitar 340.000 lembaga pendidikan (OECD & ADB, 2015, hal.
69-72). Jumlah tersebut merupakan terbesar keempat di dunia, setelah Republik Rakyat Cina
(RRC), India, dan Amerika Serikat (AS). Dua kementerian bertanggung jawab untuk
mengelola sistem pendidikan, ialah 84% lembaga dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud) dan 16% lembaga lainnya dikelola oleh Kementerian Agama
(Kemenag). Sekolah swasta memainkan peran penting dalam sistem pendidikan Indonesia,
meski hanya terdapat 7% sekolah dasar swasta, jumlahnya meningkat menjadi 56% sekolah
menengah pertama dan 67% sekolah menengah atas. Data tersebut tidak sepenuhnya tepat
karena terdapat beberapa lembaga pendidikan yang tidak terdaftar secara formal, entah di
Kemdikbud maupun Kemenag. Namun, ketidaktepatan data tersebut menguatkan anggapan
bahwa sistem pendidikan Indonesia sangat besar dan beragam.
Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia saat ini merupakan cerminan dari aspek masa
lampau berupa warisan etnis dan agama yang beragam, perjuangannya untuk identitas
nasional, dan akses tidak merata yang dimiliki berbagai masyarakat kepada sumber daya
modal. Dari sisi historis, ‗pondok pesantren‘ adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan
wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Pasalnya pondok pesantren
mulai didirikan kali pertama oleh Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur pada tahun 1399 M.
untuk menyebarkan Islam (Lukens-Bull, 2005, hal. 48). Walau begitu, pondok pesantren
tidak hanya identik dengan makna keislaman, melainkan turut mengandung makna
keotentikan Nusantara. Sebab, lembaga yang serupa pondok pesantren ini sebenarnya sudah
ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha (Madjid, 1997, hal. 17 & 34). Sehingga Islam
tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini
tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam memelopori pendidikan di Indonesia. Baru
pada 1870 atau hampir setengah alaf kemudian, bangsa-bangsa di Nusantara mulai mengenal
lembaga pendidikan ‗sekolah‘ berdasarkan Kebijakan Etis Belanda yang dirumuskan oleh
Conrad Theodor van Deventer pada 1870 (Frankema, 2014, hal. 12-13).
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 1
Sistem pondok pesantren terdiri dari empat elemen utama: kiai sebagai guru, santri sebagai
murid, kitab klasik sebagai bahan ajar, serta asrama sebagai tempat yang disediakan untuk
menampung para murid—kadang juga guru. Model pembelajaran yang digunakan di pondok
pesantren umumnya berupa bandongan dan sorogan (Octavia, 2014, hal. 3). Bandongan ialah
pembelajaran yang inisiatifnya berasal dari kiai sendiri, baik dalam menentukan tempat,
waktu, maupun kitabnya. Sementara sorogan adalah pembelajaran yang inisiatifnya berasal
dari santri sendiri, untuk lebih dapat mengerti pembahasan dalam kitab. Model lain yang
digunakan di pondok pesantren ialah muḥāfadzoh dan musyāwaroh (Setiawan, 2020, hal.
140). Muḥāfadzoh ialah pembelajaran yang arahnya agar santri menghafal konten pelajaran
yang dipandang sebagai dasar belajar. Sementara musyāwaroh ialah pembelajaran yang
arahnya agar santri dapat mengerapkan penguasaan konten pelajaran untuk menyelesaikan
masalah. Model lain yang digunakan di pondok pesantren khusus untuk pembelajaran
membaca al-Qur‘ān ialah musyāfahah dan mudārosah. Musyāfahah serupa dengan sorogan,
bedanya bukan ditujukan untuk lebih dapat mengerti pembahasan, melainkan guna melatih
keterampilan membaca al-Qur‘ān. Sementara mudārosah serupa dengan musyāwaroh, tapi
arahnya saling menyajikan pembacaan al-Qur‘ān untuk dikoreksi bersama ketika mengalami
kesalahan.
Dalam sistem pendidikan pondok pesantren klasik, murid dapat memasuki dan meninggalkan
pondok pesantren setiap saat sepanjang tahun karena pembelajaran tidak diselenggarakan
sebagai kegiatan yang mengarah kepada kelulusan. Namun, sering terjadi ketika murid
hendak meninggalkan pondok pesantren, dirinya menghadap kepada kiainya untuk
berpamitan sekaligus meminta ijāzah (Arab: ;ا ِإلجازَةIndonesia: kewenangan; Inggris: license)
kelulusan. Kalau ijazah itu diberikan, santri tersebut mempunyai wewenang untuk
mengajarkan kitab itu kepada orang lain—kadang dianggap menjadi seorang kiai baru. Dari
sini tampak bahwa lembaga ‗pondok pesantren klasik‘ punya kecenderungan yang sama
dengan lembaga ‗madrasah‘ di Timur Tengah dan ‗universitas‘ di Eropa pada abad ke-10
sampai ke-15 dalam hal academic genealogy (Stewart, 2005, hal. 201–203).
Riset ini bertujuan untuk mengurai profil Pondok Pesantren Ath-Thullab Kudus. Pondok
pesantren tersebut menampung pelajar tingkat menengah dengan kisaran usia 11–19 tahun
(Setiawan, 2020, hal. 138). Ruang lingkup uraian profil dalam riset ini mencakup kurikulum
pondok pesantren yang terbatas pada tahun pembelajaran 2019/2020. Fokus pembahasan
berupa susunan kurikulum, deskripsi setiap pembelajaran, serta daftar buku acuan
pembelajaran. Sehingga pertanyaan risetnya ialah, ―Bagaimana profil kurikulum Pondok
Pesantren Ath-Thullab Kudus pada 2019/2020?‖.
B. Metode
Tujuan riset ini ialah mengurai profil kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab Kudus pada
2019/2020, meliputi susunan kurikulum, deskripsi setiap pembelajaran, serta daftar buku
acuan pembelajaran. Karena itu dibutuhkan data terkait susunan kurikulum, deskripsi setiap
pembelajaran, serta daftar buku acuan pembelajaran. Berdasarkan tujuan riset dan kebutuhan
data, pendekatan yang dipilih ialah kualitatif kategori deskriptif jenis survei dengan desain
fenomenologi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012, hal. 432). Kemudahan pada metode ini ialah
tidak diperlukan tindakan untuk mengutak-atik fenomena. Sedangkan kesulitannya ialah
mengutamakan gambaran utuh dari fenomena. Dari penuturan kemudahan dan kesulitan,
metode ini dipilih karena kami bermaksud memahami secara menyeluruh dari fenomena yang
diteliti berupa profil kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab Kudus pada 2019/2020.
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 2
Data riset dikumpulkan menggunakan teknik pengamatan pengamat terlibat, wawancara
sosok kunci, serta analisis konten (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012, hal. 446; 453; 478-9).
Pengamatan dilakukan secara terlibat karena penulis turut terkait dengan kurikulum pondok
pesantren, mulai mendesain, melaksanakan, sampai mengevaluasi. Namun karena keterkaitan
tersebut bersifat kolektif, terdapat sosok lain yang menjadi kunci untuk mengurai kurikulum
pondok pesantren. Konten yang dianalisis bisa berupa jadwal kegiatan harian maupun
dokumen lama yang tersimpan dalam arsip pondok pesantren. Pemeriksaan keabsahan,
keandalan, dan keobjektifan data yang diperoleh dilakukan menggunakan teknik triangulasi
dan external audit (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012, hal. 458). Karena itu data yang
diperoleh tidak langsung digunakan, melainkan dinilai lebih dulu oleh peneliti maupun orang
lain di luar peneliti, untuk didapat data yang absah, andal, dan objektif.
C. Hasil
Berikut ini ialah susunan kurikulum yang kami peroleh berdasarkan dokumen Jadwal
Kegiatan Harian Santri Pondok Pesantren Ath-Thullab Kudus Tahun Pembelajaran
2019/2020 (Ath-Thullab, 2019). Dokumen tersebut diselaraskan berdasarkan pengamatan
pengamat terlibat, wawancara sosok kunci yakni pengasuh, pembina, pengurus, dan santri.
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 3
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt
16 Tafsīr al-Qur‘ān al-Karīm 1 Semua santri
Maghrib
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt
17 al-Ḥadīts al-Nabawī 1 Semua santri
Maghrib
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt
18 ‗Ilmu al-Tauḥīd 1 Semua santri
Maghrib
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt
19 al-Fiqh 1 Semua santri
Maghrib
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt
20 ‗Ilmu al-Akhlāq 1 Semua santri
Maghrib
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt
21 ‗Ilmu al-Taṣowwuf 1 Semua santri
Maghrib
22 Naḥw 1 Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr Santri tahun pertama
23 Ṣorf 1 Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr Santri tahun pertama
24 Imlā` & Pegon3) 2 Kesepakatan3) Santri khusus3
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr Santri tahun pertama &
25 Qirō`at al-Kutub al-Turōts 3
& Makan Malam kedua
26 Qirō`at al-Kutub al-Turōts 2 Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr Santri tahun ketiga
Musyāwaroh Naḥwiyyah,
27 2 Setelah Makan Malam Semua santri
Ṣorfiyyah, & Fiqhiyyah
28 Penyusunan Karya Tulis 1 Setelah Makan Malam Santri tahun ketiga
Praktik Memandu
29 1 Setelah Makan Malam Santri tahun ketiga
Pembelajaran
30 Fiqh ‗Ibādāt 1 Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr Santri tahun pertama
Ziyāroh Maqbaroh
31 1 Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr Semua santri
Masyāyikh
Setelah Jamā‘ah Ṣolāt
32 Muḥāḍoroh 2 Semua santri
Maghrib & Makan Malam
Santri tahun kedua &
33 Rebana 1 Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr
ketiga
34 Ro‘an 1 Setelah Jamā‘ah Ṣolāt ‗Aṣr Semua santri
35 Muḥādatsah 1 Setelah Makan Malam Semua santri
36 Conversation 1 Setelah Makan Malam Semua santri
37 Muṭōla‘ah 6 Setelah Makan Malam Semua santri
Catatan Tambahan:
1)
Setiap pekan, berdasarkan satuan jam pembelajaran yang berlaku di Pondok Pesantren Ath-Thullab.
2)
Dilaksanakan bersamaan dalam satu majlis.
3)
Khusus santri yang belum bisa Imlā` & Pegon, dilaksanakan sesuai kesepakatan antara santri dan
pembina terkait.
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 4
d) Ghorīb
e) Tajwīd
3) Kajian Keislaman
a) Tafsīr al-Qur‘ān al-Karīm
b) al-Ḥadīts al-Nabawī
c) ‗Ilmu al-Tauḥīd
d) al-Fiqh
e) ‗Ilmu al-Akhlāq
f) ‗Ilmu al-Taṣowwuf
4) Pendalaman al-Kutub al-Turōts
a) Pembacaan bersama naẓom Alfiyyah ibn Mālik
b) Pembacaan bersama ‗Aqō`id 50
c) Pembacaan bersama Amtsilat at-Taṣrīfiyyah
d) Pembacaan bersama naẓom ‗Aqīdat al-‗Awām
e) Naḥw
f) Ṣorf
g) Imlā` & Pegon
h) Qirō`at al-Kutub al-Turōts
i) Musyāwaroh Naḥwiyyah, Ṣorfiyyah, & Fiqhiyyah
5) Pembiasaan ‗Amāliyyah Nahdliyyah
a) Fiqh ‗Ibādāt
b) Ziyāroh Maqbaroh Masyāyikh
c) Muḥāḍoroh
6) Pengembangan Diri
a) Muṭōla‘ah
b) Rebana
c) Ro‘an
d) Muḥādatsah
e) Conversation
f) Penyusunan Karya Tulis
g) Praktik Memandu Pembelajaran
D. Pembahasan
1) Susunan Kurikulum
Kata ‗kurikulum‘ secara etimologis diambil dari Bahasa Latin ‗curriculum’ (plural:
‗curriculums’ atau ‗curricula’) yang berarti ‗perlombaan‘ atau ‗jalannya perlombaan‘
(Murray, 1893, hal. 1271). Berdasarkan informasi kebahasaan tersebut, tampak bahwa makna
kata kurikulum mengarah kepada keseluruhan proses yang berlangsung. Secara historis,
Pierre de la Ramée (1515 – 26 Agustus 1572) dari Université de Paris tercatat sebagai
pengguna kata ‗kurikulum‘ dalam konteks pendidikan melalui karya tulis berjudul Professio
Regia yang diterbitkan anumerta 4 tahun setelah penulis wafat (Hamilton, 2013, hal. 55).
Setelah 6 tahun pasca terbitan Professio Regia, istilah ‗kurikulum‘ muncul dalam catatan
Universiteit Leiden, yang kemudian pada 1633 dipakai oleh Oilthigh Ghlaschu dengan
maksud ‗program studi‘. Peristiwa di Glasgow tersebut menjadi gerbang masuknya kata
tersebut ke dalam bahasa Inggris serta penggunaan secara luas oleh beberapa universitas di
Eropa kemudian dunia. Data historis awal penggunaan istilah tersebut menunjukkan bahwa
kata kurikulum dipakai sebagai padanan program studi yang ditawarkan oleh lembaga
pendidikan. Secara terminologis, tidak terdapat definisi jitu yang disepakati oleh semua pakar
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 5
pendidikan (Kelly, 2009, hal. 13; Wiles, 2008, hal. 2; Smith, 2000; Dewey, 1902). Namun
secara umum, dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah keseluruhan pengalaman pelajar
selama terlibat pembelajaran.
Struktur kurikulum kajian keislaman yang berlaku di lembaga pendidikan Islam banyak
dipengaruhi oleh uraian klasifikasi beberapa ‘ilmu Muḥammad ibn Muḥammad al-Ghozālī
dalam Iḥyā` ‘Ul mi al-Dīn serta silabus yang disusun oleh ‗Abd al-Roḥmān ibn Abī Bakr al-
Suyūṭī dalam Itmam al-Dirōyāt li Qurrō’ al-Nuqōyat (al-Ghozālī, 2005; al-Suyūṭī, 1985).
Namun seiring perkembangan zaman, ada beberapa kajian dalam kedua buku tersebut yang
tidak tercakup dalam struktur kurikulum, maupun terdapat pembelajaran yang dilaksanakan
yang tidak disajikan dalam kedua buku itu. Dalam riset ini, kedua buku tersebut dipakai
sebagai panduan dalam mengulas struktur kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab.
klasifikasi al-Ghozālī
silabus al-Suyūṭī
Bersambung
Untuk dapat mengulas lebih rapi dan rinci kurilulum tersebut, kami mendeskripsikan setiap
kegiatan yang tercantum dalam tabel 1. Deskripsi dilakukan menggunakan ma ādī ‘asyroh
(Arab: َ) َمَبََاَ ِدَىَ َ َػَ َش ََرَة, ialah sepuluh indikator disiplin ilmu yang antara lain disusun dalam
bentuk naẓom (Arab: َظَم َ ََ )وoleh Abū al-‗Irfān Muḥammad ibn ‗Alī al-Ṣobbān berikut (al-
Ṣobbān, 1938, hal. 35):
ََوال َموضُوعَُثُ َّمَالثَّم َرةَ ال َح ُّد ✡ َإِ َّنَ َمبَا ِدىَ ُكلَِّفَهٍّ َػَش َرة
َُ ار
ع ِ َاالستِمدَادَُحُك ُمَال َّش ِ َواالس ُم ✡ ِ َووِسبَتٌَ َوفَضلُهَُ َوال َو
اض َُغ
َحازََال َّش َرفَا َ ىَالج ِمي َغ
َ َو َمهَد ََر ✡ ضَاكتَفَي
ِ َم َسائِلَُ َوالبَؼضُ َبِالبَؼ
yang dapat dialihbahasakan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia menjadi, ―Pengantar
dalam setiap disiplin ilmu itu ada sepuluh, yaitu: (1) definisi; (2) objek; (3) hasil; (4)
hubungan; (5) keistimewaan; (6) perintis; (7) sebutan; (8) pengambilan; (9) hukum syar’i;
serta (10) permasalahan; yang kesepuluhnya saling melengkapi. Siapapun yang menguasai
semuanya akan meraih kemuliaan.‖
Aku pegellllll.....
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 6
3) Daftar Buku Acuan Pembelajaran
E. Penutup
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 7
REFERENSI
Adib Rifqi Setiawan | Profil Kurikulum Pondok Pesantren Ath-Thullab 2019/2020 | 11 April 2020 | 8