Anda di halaman 1dari 23

Proposal

KHATAMAN SUGHRA-KUBRA

DI PONDOK PESANTREN AL-JAUHARIYAH BALERANTE


PALIMANAN CIREBON

(STUDI LIVING QUR’AN)


Diajukan Kepada

Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Skripsi

oleh:

Ade Nur’aeni

(1415304003)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


SYEKH NURJATI CIREBON
2018

1
KHATAMAN SUGHRA-KUBRA

DI PONDOK PESANTREN AL-JAUHARIYAH BALERANTE


PALIMANAN CIREBON

(STUDI LIVING AL-QUR’AN)

A. Latar Belakang Masalah

Umat Islam menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang


pertama.Dengan segala tuntunan dan pesannya, al-Qur’an hadir di tengah
kehidupan manusiauntuk bisa dipelajari dan dipahami.Al-Qur’an
merupakan kalam Allah SWT.yang disampaikan kepada Rasulullah SAW.
melalui malaikat Jibril as., yang diturunkan secara mutawatir dan
membacanya mempunyai nilai ibadah di mata Allah SWT.. 1Membaca al-
Qur’an dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun dengan terbata-bata
namun Allah tetap memberikannya balasan seperti yang diterangkan
dalam al-Qur’an Surah Fathir ayat 29 dan 30, yakni:

‫مِم‬ ِ َّ
ً‫اه ْم ِسًّرا َو َعاَل نِيَة‬ ِ
ُ َ‫اب اللَّه َوَأقَ ُاموا الصَّاَل ةَ َوَأْن َف ُقوا َّا َر َز ْقن‬
ِ
َ ‫إ َّن الذ‬
َ َ‫ين َيْتلُو َن كت‬
‫يد ُهم ِمن فَ ْ ِ ِ ِإ‬ ِ ‫جِت‬
‫ور‬
ٌ ‫ور َش ُك‬
ٌ ‫ضله نَّهُ َغ ُف‬ ْ ْ َ ‫ور ُه ْم َويَِز‬ ُ ‫ور () لُي َو ِّفَي ُه ْم‬
َ ‫ُأج‬ َ ُ‫)( َي ْر ُجو َن َ َارةً لَ ْن َتب‬

29) Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-


Qur’an) dan melaksanakan solat dan menginfakkan sebagian rezeki yang
Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.2

1
Mohammad Gufron dan Rahmawati, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras,
2013), h. 1
2
Imam Ghazali Masykur, dkk, Al-Munawwar Al-Qur’an Tajwid Warna,
Transliterasi Per Ayat, Terjemah Per ayat, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2015), h. 437

2
30) Agar Allah menyempurnakan pahalanyakepada mereka dan
menambah karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha
Mensyukuri.3
Dapat dilihat dari ayat di atas bahwa Allah akan memberikan
karunia-Nya kepada orang-orang yang selalu membaca al-Qur’an. Karunia
tersebut dapat berupa kebaikan yang akan dirasakan saat di dunia maupun
di akhirat kelak.Yang terbata-bata sekali pun akan Allah berikan pahala,
terlebih bagi orang-orang yang mampu membacanya dengan baik sesuai
makharijul huruf, tajwid, bahkan sunah-sunah lainnya yang dianjurkan
dalam Islam.

Untuk dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar memang


diperlukan waktu yang tidak singkat.Namun begitu, Allah tidak
mempersulithamba-Nya yang ingin belajar. Sesuai firman-Nya dalam al-
Qur’an Surah Al-Muzzammil ayat 20:

ِ ‫فَا ْقرءوا ما َتي َّسر ِمن الْ ُقر‬


‫آن‬ ْ َ َ َ َ َُ

Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an.4

Melihat ayat di atas dapat diambil pengertian bahwa umat bisa


membaca al-Qur’an di bagian mana pun sesuai kemampuan mereka.Meski
menganjurkan untuk membaca al-Qur’an secara rutin, namun tidak ada
paksaan untuk membaca apa-apa yang menurut mereka sulit untuk dibaca
dalam al-Qur’an.Allah memberikan kemudahan dan keringanan pada
setiap makhluk-Nya, misal, pada malam Jumat kita hanya membaca Surah
Yasiin, Surah al-Kahfi, atau lain sebagainya.Dalam hal ini kita mengetahui
bahwa tidak semua kalangan mengerti, mengetahui bahkan dapat
membaca al-Qur’an secara keseluruhan dalam kehidupannya.

3
Imam Ghazali Masykur, dkk, Al-Munawwar Al-Qur’an Tajwid Warna,
Transliterasi Per Ayat, Terjemah Per ayat, h. 437
4
Imam Ghazali Masykur, dkk, Al-Munawwar Al-Qur’an Tajwid Warna,
Transliterasi Per Ayat, Terjemah Per ayat, h. 576

3
Para Muslim yang beriman menjadikan al-Qur’an sebagai teman
hidup dan menghidupkan al-Qur’an dalam kesehariannya dengan amat
baik. Interaksi dengan al-Qur’an ini dapat dilakukan dengancaramembaca,
menghafal, maupun memaknai dan menafsirkan al-Qur’an. Tentu kegiatan
ini dapat dilakukan di mana saja, seperti di rumah, masjid, dan lembaga-
lembaga tertentu seperti Pondok Pesantren, Sekolah, dan lain-lain.

Dalam sebuah hadis disebutkan:

‫عن علي قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم خريكم من تعلم القران‬

‫وعلمه‬5

Dari Utsman radliyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,


beliau bersabda, “Orang yang baik di antara kalian adalah seorang yang
belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. (HR. Ad-Darimi)6
Di Indonesia, tidak sedikit masyarakat mempelajari al-Qur’an
secara menyeluruh dan menyelesaikan membaca al-Qur’an dari Surah al-
Fatihah hingga Surah al-Naas (mengkhatamkan). Adakalanya seseorang
menyengaja dirinya untuk menyelesaikan bacaan al-Qur’an secara penuh
di hari-hari tertentu, atau dengan waktu-waktu yang diinginkannya. Tidak
hanya itu, kecintaan umat terhadap al-Qur’an juga diwujudkan dengan
caramengadakan syukuran atau resepsi tertentu ketika
telahmengkhatamkan al-Qur’anseperti yang dilakukan di Pondok
Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan. Rupanya, kegiatan
mengkhatamkan al-Qur’an ini pernah dicontohkan oleh sahabat Anas bin
Malik ra., dalam sebuah riwayat disebutkan:

5
Imam Al-Hafidz Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, Juz 2 Kitab Fadhail al-Qur’an
Bab Khiyarukum man Ta’allam al-Qur’an wa ‘Allamah, (Beirut : Daar al-Fikr, 2012), h.
437
6
Terjemah Lidwa Pustaka i-Software, Kitab Hadis Sembilan Imam, Hadis
Riwayat Ad-Darimi, Kitab Keutamaan al-Qur’an, Bab Sebaik-baik kalian adalah Yang
Mempelajari al-Qur’an dan Mengajarkannya

4
, ‫عن ثابت البناين قال كان أنس بن مالك إذا أشفى على ختم القران بالليل‬

‫بقي منه شيئا حىت يصبح فيجمع أهله فيختمه معهم‬7

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan


kepada kami Shalih dari Tsabit Al-Bunani ia berkata, “Apabila Anas bin
Malik hampir mengkhatamkan al-Qur'an di malam hari, ia menyisakan
sedikit dari al-Qur'an hingga waktu pagi. Lalu ia mengumpulkan
keluarganya, kemudian ia mengkhatamkan al-Qur'an bersama mereka.
(HR. Ad-Darimi)8
Khataman al-Qur’an ini dapat dilakukan bagi orang-orang yang
sudah selesai membaca al-Qur’an dengan penuh, bacaannya baik dan
benar, serta memenuhi kriteria agar dapat dikatakan telah mengkatamkan
al-Qur’an. Di Indonesia, kegiatan ini biasanya dilakukan di waktu-waktu
tertentu, atau paling tidak satu tahun sekali dan dilaksanakan secara rutin.
Berbagai bentuk resepsi lahir di masyarakat mulai dari syukuran sederhana
hingga tradisi yang dilaksanakan selama beberapa hari.

Ekspresi masyarakat tersebut disadari atau tidak merupakan bentuk


penghidupan al-Qur’an dalam kesehariannya, atau bisa disebut dengan
istilah Living Qur’an.Living Qur’an merupakanteks al-Qur’an yang hidup
di masyarakat, yang kajiannya membidik fenomena di mana al-Qur’an itu
hidup.9Salah satunya adalah yang dilakukan oleh para aktivis di pondok
pesantren, seperti Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante
Palimanan.Mereka melaksanakan khataman al-Qur’an di waktu-waktu
tertentu serta mengadakan berbagai kegiatanselama tiga hari tiga malam,
yang mana kegiatan ini sudah menjadi tradisi setiap tahunnya.

Praktik khataman al-Qur’an yang dilakukan di Pondok Pesantren


Al-Jauhariyah Balerante Palimanan dilakukan dengan dua cara yakni
7
Imam Al-Hafidz Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, Juz 2 Kitab Fadhail al-Qur’an
Bab Fi Khatmil Qur’an, h. 468
8
Terjemah Lidwa Pustaka i-Software, Kitab Hadis Sembilan Imam, Hadis
Riwayat Ad-Darimi, Kitab Keutamaan al-Qur’an, Bab Mengkhatamkan Al-Qur’an
9
Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2015), h. 291

5
khataman Sughra dan Kubra. Khataman Sughra dilaksanakan bagi santri
yang telah mengkhatamkan bacaan al-Qur’annya kemudian diuji oleh Kiai
atau Ustadz pembimbing untuk melihat kefashihan dan tajwid bacaan,
dengan disaksikan oleh keluarganya.Jika bacaan santri tersebut dinyatakan
shahihmaka berhak mendapatkan syahadah, sanad, dan ijazah al-Qur’an.10

Dalam khataman sughra ini, para santri membaca al-Qur’an


dengan tartil dan dibimbing oleh Ustadz beserta Kiainya. Kegiatan
semacam ini pernah dilakukan oleh malaikat Jibril as.yang membimbing
Nabi Muhammad SAW. dalam membaca al-Qur’an, seperti yang
tercantum dalam al-Qur’an surah al-Qiyamah ayat 18, yakni:

ُ‫فَِإذَا َقَرْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع ُق ْرآنَه‬

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaanya itu.11

Jika dihubungkan dengan ayat sebelumnya12, ayat ini menjelaskan


bagaimana Allah mengingatkan Nabi Muhammad SAW.untuk tidak
tergesa-gesa dalam membaca al-Qur’an, karena Allah akan mengajarkan
agar Nabi Muhammad SAW. dapat memahami al-Qur’an dengan baik.
Maka Nabi Muhammad SAW. diperintahkan untuk mengikuti apa yang
telah dibacakan sebelumnya oleh malaikat Jibril as. sebagai Penyampai
wahyu Allah SWT.

Sedangkan khataman Kubra, yakni serangkaian kegiatan yang


dilakukan bertujuan untuk mempublikasikan kepada masyarakat bahwa
santri-santri peserta khotmil tersebut sudah menyelesaikan bacaan al-
Qur’annya, dengan harapan kegiatan ini dapat memotivasi masyarakat

10
Hasil wawancara dengan Kusnadi, Pengurus Pondok Pesantren Al-Jauhariyah,
Sabtu, 20 Oktober 2018, Pukul 16.45 WIB
11
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an KEMENAG RI, Al-Mushawwir Al-
Qur’an Perkata Transliterasi (Bandung: Al-Hambra, 2014), h. 577
12
Terjemah al-Qiyamah ayat 16-17, yakni: Jangan engkau (Muhammad) gerakan
lidahmu (untuk membaca Al-Qur’an) karena hendak cepat-cepat (menguasainya).
Sesungguhnya Kami akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya

6
untuk lebih semangat dalam mempelajari al-Qur’an.Diadakan khotmil al-
Qur’an ini juga dapat menjadi momen di mana pihak pondok pesantren
dapat berbagi ilmu dengan masyarakat tentang cara membaca al-Qur’an
yang sesuai dengan ajaran Islam.13

Selain khataman sughra dan kubra, para santri juga melakukan


khataman al-Qur’an di Makbaroh.Makabroh merupakan salah satu tempat
di mana para Kiai pemimpin Pesantren Babakan Ciwaringin
dimakamkan.Di tempat tersebut biasa dilakukan berbagai rangkaian
kegiatan seperti istighosah, ziarah, bahkan sampai khataman al-Qur’an itu
sendiri.Karena pemimpin pondok pesantren di Balreante masih memiliki
hubungan kekerabatan dengan pimpinan pondok pesantren di Babakan
Ciwaringin, maka para santri Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante
melaksanakan khataman al-Qur’an yang dibagi kepada para khotimin dan
dibaca bersama-sama, yang berlangsung dari tahun ke tahun.

Khataman sughra dan kubra yang dilakukan di Pondok Pesantren


Al-Jauhariyah ini termasuk dalam Living Qur’an yang dapat dijadikan
obyek penelitian dengan membahas praktik dan resepsi khataman yang
dilakukan oleh para santri dan pengurus maupun masyarakat sekitar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat diambil
rumusan masalah, yakni:
1. Bagaimana proses mengkhatamkan al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan?
2. Bagaimana resepsi masyarakat pondok pesantren pada kegiatan
Khotmil Qur’an di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante
Palimanan?

C. Tujuan Penelitian

13
Hasil wawancara Abdul Karom, Pengurus Pondok Pesantren Al-Jauhariyah,
Jumat, 12 Oktober 2018, Pukul 16.30 WIB

7
Tujuan diadakan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pengkhataman al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan.
2. Mengetahui resepsi al-Qur’an pada kegiatan Khotmil Qur’an di
Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan.

D. Kegunaan Penelitian
1. Mengetahui proses pengkhataman al-Qur’an di Pondok Pesantren
Balerante Palimanan.
2. Mengetahui resepsi al-Qur’an pada kegiatan khotmil Qur’an di Pondok
Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan.
3. Mengetahui dasar-dasar diadakannya khataman al-Qur’an dengan
melihat pada fenomena di Pondok Pesantren al-Jauhariyah Balerante
Palimanan.
4. Memberikan kontribusi positif di bidang akademik, terutama di IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.

E. Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu atau telaah pustaka menjadi sangat penting dalam


melakukan penelitian. Hal ini disebabkan untuk mengetahui posisi
karyanya terhadap karya-karya sebelumnya, yakni dengan cara
memberikan perbedaan tentang penelitian yang dilakukan oleh seorang
Peneliti. Dalam hal ini Penulisakan mendeskripsikan literatur-literatur
yang dianggap berhubungan dengan pembacaan ayat-Al-Qur’an, tradisi
khataman Al-Qur’an, atau sejenisnya yang berhubungan dengan studi
living Al-Qur’an. Berikut adalah uraiannya:

Skripsi berjudul “Nilai Religius Tradisi Khataman Al-Qur’an


Malam Jum’at Manis (Studi Kasus di Musholla Mathla’un Nur Grujugan,
Gapura, Sumenep, Madura dalam Menjaga Nilai-nilai Aswaja ala
NU)”,ditulis oleh Ahmad Ramli, seorang mahasiswa jurusan Aqidah dan

8
Filsafat Islam fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Dalam penelitiannya ia menyebutkan bahwa
khataman al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang sudah menjadi
kewajiban di daerah sekitar. Kegiatan ini sangat diagung-agungkan dan
perlu untuk dipertahankan mengingat nilai yang ada dalam tradisi
khataman sangat berpengaruh positif bagi masyarakat. Ahmad Ramli
menyebutkan bahwa khataman al-Qur’an merupakan salah satu tradisi NU
yang memiliki hubungan kuat dengan karakter ke-Aswaja-an NU.14

Skripsi berjudul “Praktek Khataman Al-Qur’an Berjamaah di Desa


Suwaduk Wedarijaksa Pati (Kajian Living Hadis)”, karya seorang
mahasiswa UIN Walisongo yang bernama Fazat Laila.Berdasarkan
penelitian yang dilakukan ia memahami bahwa masyarakat sekitar rutin
melakukan praktik khataman al-Qur’an berjamaah. Masyarakat memahami
hadis tentang khataman al-Qur’an sebagai salah satu cara agar dapat
mendoakan orang-orang yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal.15

Skripsi penelitian Muhammad Khoirul Anam yang berjudul,


“Khataman Al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul Ulum wal Hikam
Yogyakarta”.Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa prosesi khataman di
Pondok Pesantren Darul Ulum wal Hikam Yogyakarta sering dilakukan
dengan carabi an-Nadzor, yakni khataman dengan melihat teks tanpa
adanya kegiatan menyimak. Kegiatan khataman ini diawali dengan
membaca tawasul, istighosah, shalawat nariyah, dan manaqib Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailany. Khataman dilakukan dengan maksud ikhtiar

14
Ahmad Ramli, Nilai Religius Tradisi Khataman al-Qur’an Malam Jum’at
Manis (Studi Kasus di Musholla Mathla’un Nur Grujugan, Gapura, Sumenep, Madura
dalam Menjaga Nilai-nilai Aswaja ala NU), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017), h.
66
15
Fazat Laila, Praktek Khataman Al-Qur’an Berjamaah di Desa Suwaduk
Wedarijaksa Pati (Kajian Living Hadis), (Semarang: UIN Walisongo, 2017), h. 106

9
untuk memohon kepada Allah agar cita-cita pesantren dan para santri
dapat tercapai.16

Skripsi yang ditulis oleh Ibnu Soleh, yang berjudul “Nilai-nilai


Pendidikan Islam dalam Upacara Khataman Al-Qur’an di Desa Munggu
Petahanan Kebumen”.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Soleh
menunjukkan bahwa dalam prosesi upacara Khataman terdapat nilai-nilai
pendidikan Islam yakni nilai-nilai agama dan pengetahuan yang berpusat
pada budi pekerti atau akhlak.17

Skripsi berjudul “Sima’an Khataman Al-Qur’an untuk Keluarga


Mendiang (Studi Living Qur’an di Desa Tinggarjaya, Sidareja, Cilacap,
Jawa Tengah”, yang ditulis oleh Teti Fatimah.Penelitian ini membahas
ritual untuk mengenang dan mengirim hadiah pahala untuk para mendiang
di Desa Tinggarjaya yang dilakukan oleh para huffaz.18

Jika melihat pada literatur-literatur di atas, Penulis belum


menemukan penelitian yang sama mengenai khataman Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan. Penelitian ini
mempunyai perbedaan dengan penelitianLiving Qur’an lainnya, yakni
penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante
Palimanan yang terdapat dua cara yakni khataman Sughra dan Kubra.
Khataman juga di lakukan di Makbaroh oleh para santri khotimin. Dan
dalam prosesinya, khataman ini dibarengi dengan acara haul dan berbagai
acara lainnya dengan dilakukan beberapa hari sebelum khataman Kubro,
sertadilakukan selama tiga hari tiga malam pada puncaknya yakni
khataman Kubro itu sendiri.

16
Muhammad Khoirul Anam, Skripsi Khataman Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Darul Ulum wal Hikam Yogyakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017),
h. 97
17
Ibnu Soleh, Nilai-nilai Pendidikan Islami (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga,
2006), h. 101
18
Teti Fatimah, Sima’an Khataman Al-Qur’an untuk Keluarga Mendiang (Studi
Living Qur’an di Desa Tinggarjaya, Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2017), h. 96

10
F. Kerangka Teori
1. Living Al-Qur’an

M. Mansyur mendefinisikan bahwa living Qur’an merupakan


penelitian ilmiah yang membahas tentang berbagai peristiwa sosial
yang berhubungan dengan kehadiran al-Qur’an di sebuah komunitas
Mulsim tertentu.19Sedangkan menurut Muhammad Yusuf, living
Qur’an merupakan studi tentang fenomena sosial yang berhubungan
dengan al-Qur’an di suatu wilayah geografis dan waktu
tertentu.20Dapat dikatakan bahwa living al-Qur’an merupakan buah
dari pemahaman dan pengalaman masyarakat dalam memaknai dan
memfungsikan al-Qur’an, dan ini sebabnya studi living al-Qur’an
memfokuskan kajiannya pada fenomena lapangan yang hadir di
tengah-tengah masyarakat.21Masyarakat bukan sekadar memahami al-
Qur’an secara teksnya saja, namun mereka juga menerapkan teks-teks
al-Qur’an dan menjadi sebuah tradisi yang melembaga dalam
kehidupannya.

Penerapan dan pengalaman al-Qur’an dalam kehidupan sehari-


hari sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW., seperti yang
dilakukan oleh para sahabat bahwa ayat-ayat al-Qur’an dapat dijadikan
obat bagi penyakit yang ada dalam dada,22 hingga bermunculan tradisi
dan kebiasaan lainnya untuk memperoleh fadhilah dari al-Qur’an itu
sendiri.Living al-Qur’an sudah menjadi sebuah metode baru dalam
mengkaji al-Qur’anbaik dengan menggunakan pendekatan
fenomenologi, etnografi, maupun ilmu lainnya yang berhubungan

19
M. Mansyur, Living Qur’an dalam Lintas Sejarah Studi Qur’an dalam
Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), h. 8
20
Muhammad Yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,
(Yogyakarta: TH-Press, 2007), h. 39
21
Ahmad Atabik, The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz al-Qur’an di
Nusantara, Jurnal Penelitian Vol. 8, No. 1, (Kudus: STAIN Kudus Jawa Tengah, Februari
2014), h. 165
22
A.R. Idhom Kholid, Al-Qur’an Kalamullah Mukjizat Terbesar Rasulullah
SAW, Jurnal Diya al-Afkar Vol. 5 No. 01, (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, 2017), h. 1

11
dengan interaksi sosial.23 Penelitian ini tentunya dilakukan dengan cara
mengkaji respon atau sikap masyarakat terhadap al-Qur’an.

2. Fenomenologis

Teori fenomenologis dapat digunakan untuk memperoleh data


dalam kajian living al-Qur’an. Fenomenologis merupakan kegiatan
memperoleh data dengan mencoba untuk memahami obyek dengan
melihat yang sebenarnya dan apa adanya.24Dalam hal ini kajian Living
Qur’an mempunyai obyek yang berhubungan dengan ralitas sosial,
maka dari itu seorang peneliti berusaha memotret fenomena yang ada
di masyarakat tentang pemahamannya terhadap al-Qur’an, seperti
pembacaan ayat-ayat atau ritual-ritual oleh masyarakat sebagai
keyakinan mereka terhadap Al-Qur’an.25

3. Khataman Al-Qur’an

Khatam artinya selesai atau menyelesaikan.Maka khataman al-


Qur’an berarti kegiatan membaca al-Qur’an penuh atau sampai selesai,
dari surah al-Fatihah sampai surah al-Naas, yang dilakukan oleh
seorang atau beberapa orang dalam suatu kelompok.26

Mengkhatamkan al-Qur’an sudah ada sejak zaman Nabi


Muhammad SAW..Rasulullah pun mengkhatamkan al-Qur’an setiap
tahun Bahkan di tahun sebelum wafatnya, Rasulullah mengkhatamkan
al-Qur’an sebanyak dua kali.27Jika melihat di masa sekarang, khataman
al-Qur’an seringkali diwujudkan dalam bentuk syukuran.Tidak ada
23
Muhammad Syahrur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
(Yogyakarta: Teras, 2007), h. 8
24
Mohamad Muhtador, Pemaknaan Ayat Al-Qur’an dalam Mujahadah, Studi
Living Qur’an di PP Al-Munawwir Krapyak Komplek Al-Kandiyas, Jurnal Penelitian
Vol. 8 No. 1. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), h. 97
25
Didi Junaedi, Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-
Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.
Pabedilan Kab. Cirebon), h. 181
26
Yayasan Nusantara Mengaji, Mengenal Pola Khataman Al-Qur’an,
http://www.nusantaramengaji.com/mengenal-pola-khataman-al-quran diakses pada Senin,
8 Oktober 2018

12
yang salah mengadakan syukuran atau resepsi khataman al-Qur’an
karena merupakan bentuk rasa syukur umat atas terselesaikannya
dalam membaca al-Qur’an. Resepsi ini juga merupakan salah satu cara
memanjatkan doa yang dilakukan oleh masyarakat kepada Allah SWT.
agar diberikan manfaat dan keberkahan al-Qur’an.

Dan dalam penelitian ini Penulis akan membahas tentang


praktik dan resepsi khataman al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan. Yang mana pembahasannya akan
memuat sejarah berdiri dan berkembangnya Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan, pemaparan mengenai praktik dan
tradisi khataman serta asal-usul dilakukannya khataman al-Qur’an oleh
pengurus, santri, maupun masyarakat sekitar.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, Penulis menggunakan kajian


lapangan (field research), yang mana studi ini bertumpu pada
fenomena sosial yang lahir terkait dengan al-Qur’an dalam wilayah
geografis dan waktu tertentu, dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif.28Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
para pengurus, santri, serta masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan Cirebon. Sedangkan obyeknya adalah
tradisi khataman Al-Qur’an yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan Cirebon.

27
Kautsar Amru, Khataman al-Qur’an ala Rasulullah (7 Juli 2017),
https://kautsaramru.wordpress.com/2017/07/07/khataman-al-quran-ala-rasulullah/ diakses
pada Minggu, 21 oktober 2018 Pukul: 08.50 WIB
28
Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 37

13
Karena penelitian ini menggunakan kajian lapangan, maka
jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif.Metodologi
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
subjek atau pun objek yang diamati.Sedangkan makna penelitian
kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.29 Jenis penelitian deskriptif menyajikan data dengan
memaparkan data dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara
pandang, dan subjek penelitian.30

2. Sumber Data
a) Primer
Sumber data primer merupakan sumber data utama dalam
menggali informasi.Adapun sumber data primer selain merujuk
pada Al-Qur’an dan Hadits, Penulis juga mendapatkan informasi
dari subyek penelitian, yakni KH. Muhammad Faqih Jauhar, selaku
pengasuh Pondok Pesantren Al-Jauhariyah, pengurus santri putera
maupun puteri, para ustadz, santri, dan masyarakat di sekitar
Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan.
b) Sekunder
Merupakan seumber data kedua yang dapat menjadi penunjang dan
pendukung informasi yang diperoleh. Dalam hal ini dapat
digunakan buku-buku yanag berkaitan dengan khataman al-Qur’an,
jurnal ilmiah, artikel, koran, serta sumber lainnya yang dapat
dijadikan rujukan.

29
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remadja Karya
CV Bandung, 1989). h. 3
30
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta:
TH Press, 2007). h. 72

14
3. Teknik Pengumpulan Data

Setelah menentukan hal-hal di atas, Penulis mengumpulkan dan


mengolah data dengan metode observasi-partisipan, wawancara
mendalam, dan dokumentasi.

a) Observasi- Partisipan
Observasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh
data dengan akurat. Observasi dipahami secara umum sebagai
pengamatan atau penglihatan.Dan secara khusus, dipahami sebagai
kegiatan mengamatai untuk memperoleh jawaban, menemukan
bukti-bukti dan pemahaman terhadap suatu fenomena sosial yang
sedang diteliti tanpa memengaruhi fenomena tersebut.31Metode
observasi dilakukan dengancara mengamati perilaku, kejadian, atau
kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti, kemudian
peneliti mencatat hasil pengamatan untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi.32
Dari pemahaman tersebut maka Penulis dapat melihat,
mencatat, dan mendapatkan data secara langsung dari kejadian-
kejadian sebagaimana yang terjadi di tempat yang diteliti, yakni
Pondok Pesantren Al-Jauhariya Balerante Palimanan.

b) Wawancara Mendalam (Indept Interview)

Wawancara mendalam yakni suatu kegiatan yang dilakukan


untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan
pertanyaan antara pewawancara dengan narasumber.33 Ataubisa
disebut juga cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya untuk mengetahui
31
Iman Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian dan Sosial-Agama,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 167
32
Aunu Rofiq Djaelani, Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif,
Majalah Ilmiah Pawiyatan Vol. XX No. 1 (Semarang: FPTK IKIP Veteran, 2013), h. 84
33
Aunu Rofiq Djaelani, Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif,
h. 87

15
responden secara lebih mendalam. 34 Maka dari itu, Penulis
melakukan wawancara kepada pimpinan, pengurus, kyai atau pun
nyai, ustadz maupun santri dan masyarakat sekita Pondok
Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan untuk memperoleh
data yang diperlukan.

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dengan


cara menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik yang
tertulis, gambar, maupun elektronik.35Hal ini dilakukan untuk
medokumentasikan atau merekam aktivitas penting dalam
penelitian.36

Dokumentasi dapat membantu Penulis untuk mengolah dan


memperkuat data agar lebih akurat dan sesuai dengan fenomena
yang terjadi.Dokumentasi dianggap penting untuk menunjang
observasi dan wawancara, dengan mengambil foto, video, audio
atau lainnya yang dapat didokumentasikan.

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh, Penulis


menggunakan model analisis interaktif yang meliputi tiga tahapan,
yakni:37

34
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2008), h.
102
35
Istifadah, dkk., Living Sunnah Jama’ah Al-Syahadatain (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Nurul Huda Munjal Kuningan), Jurnal Diya al-Afkar Vol. 4 No. 2,
(Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, 2016), h. 163
36
Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agam,
(Yogyakarta: Suka Press, 2012), h. 123
37
Didi Junaedi, Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-
Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.
Pabedilan Kab. Cirebon), h. 183

16
a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan dan pemfokusan data yang
diperoleh secara mentah agar dapat disajikan sebagai data yang
lebih terarah dan sesuai tujuan penelitian.
b. Penyajian data, yakni penyusunan data yang sudah terarah dan
fokus untuk disajikan secara sistematis.
c. Kesimpulan, tahap ini merupakan tahapan terakhir yang mana
Penulis akan mengutarakan kesimpulan dari hasil observasi dan
penelitian yang dilakukan.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan, Penulis membagi pembahasan


menjadi :

Bab I: Yakni pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan


masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian terdahulu, kerangka teori,
dan metodologi penelitian yang memuat: jenis penelitian, sumber data,
metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Kemudian yang
terakhir dalam bab ini adalah sistematika pembahasan.

Bab II: Pembahasan mengenai Living Qur’an yang meliputi


pengertian Living Qur’an, obyek, sejarah, serta urgensi dari Living Qur’an
itu sendiri. Kemudian pembahasan mengenai khataman al-Qur’anyang
meliputi pengertian, sejarah khataman al-Qur’an dalam Islam, yang
menghantarkan orang untuk mengikuti khotmil Qur’an, dan manfaat
khotmil Qur’an.

Bab III: yakni membahas tentang gambaran umum Pondok


Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan. Di dalamnya akan dibahas
tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante
Palimanan dan perkembangannya, sejarah diadakannya khataman al-
Qur’an di Pondok Pesantren tersebut, serta dampak khataman al-Qur’an
bagi masyarakat Pondok Pesantren dan masyarakat di sekitarnya.

17
Bab IV: Pembahasan tentang khataman sughra-kubra, fenomena
dan praktik dalam mengkhatamkan al-Qur’an serta prosesi khataman al-
Qur’an di pondok Pesantren al-Jauhariyah Balerante Palimanan, yang
meliputi waktu dan rangkaian acaranya.

BAB V: Penutup dari pembahasan-pembahasan sebelumnya yang


memuat kesimpulan. Di dalamnya memaparkan hasil penelitian atas
rumusan masalah yang diajukan. Selanjutnya akan disertai saran-saran dan
penutup.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Darimi, Imam Al-Hafidz, 2012, Sunan Ad-Darimi, Juz 2, Beirut : Daar


al-Fikr

Alsa, Asmadi, 2003, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif serta


Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003

Anam, Muhammad Khoirul, 2017, Skripsi Khataman Al-Qur’an di


Pondok Pesantren Darul Ulum wal Hikam Yogyakarta,Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga

Atabik, Ahmad, 2014,The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz al-Qur’an


di Nusantara, Jurnal Penelitian Vol. 8, No. 1. Kudus: STAIN Kudus Jawa
Tengah

Djaelani, Aunu Rofiq, 2013 Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian


Kualitatif, Majalah Ilmiah Pawiyatan Vol. XX No. 1, Semarang: FPTK
IKIP Veteran

Fatimah, Teti, 2017, Sima’an Khataman Al-Qur’an untuk Keluarga


Mendiang (Studi Living Qur’an di Desa Tinggarjaya, Sidareja, Cilacap,
Jawa Tengah, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Gufron, Mohammad dan Rahmawati, 2013, Ulumul Qur’an, Yogyakarta:


Teras

Istifadah, dkk., 2016, Living Sunnah Jama’ah Al-Syahadatain (Studi


Kasus di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjal Kuningan), Jurnal Diya
al-Afkar Vol. 4 No. 2, Cirebon: IAIN Syekh Nurjati

Junaedi, Didi, 2015,Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam


Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan
Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon) Journal of Qur’an and
Hadith Vol. 4 No. 2, Cirebon: IAIN Syekh Nurjati

19
Kholid, Idhom, 2017, Al-Qur’an Kalamullah Mukjizat Terbesar
Rasulullah SAW, Jurnal Diya al-Afkar Vol. 5 No. 01, Cirebon: IAIN
Syekh Nurjati

Laila, Fazat, 2017, Praktek Khataman Al-Qur’an Berjamaah di Desa


Suwaduk Wedarijaksa Pati (Kajian Living Hadis), Semarang: UIN
Walisongo

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an KEMENAG RI, 2014, Al-


Mushawwir Al-Qur’an Perkata Transliterasi, Bandung: Al-Hambra

Lidwa Pustaka i-Software, Kitab Hadis Sembilan Imam

Mansyur, M., 2007, Living Qur’an dalam Lintas Sejarah Studi Qur’an
dalam Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta: TH-Press

Masykur, Imam Ghazali,dkk. 2015.Al-Munawwar Al-Qur’an Tajwid


Warna, Transliterasi Per Ayat, Terjemah Per Ayat. Bekasi: Cipta Bagus
Segara

Moleong, Lexy J.. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Remadja Karya CV Bandung

Muhtador, Mohamad. 2014. Pemaknaan Ayat Al-Qur’an dalam


Mujahadah, Studi Living Qur’an di PP Al-Munawwir Krapyak Komplek
Al-Kandiyas.Jurnal Penelitian Vol. 8 No. 1. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga

Ramli, Ahmad, 2017, Nilai Religius Tradisi Khataman al-Qur’an Malam


Jum’at Manis (Studi Kasus di Musholla Mathla’un Nur Grujugan,
Gapura, Sumenep, Madura dalam Menjaga Nilai-nilai Aswaja ala NU),
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Riduwan, 2008, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta

Rusmana, Dadan, 2015, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir,


Bandung: CV Pustaka Setia

Soehadha, Moh., 2012, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi


Agam, Yogyakarta: Suka Press

20
Soleh, Ibnu, 2006, Nilai-nilai Pendidikan Islami, Yogyakarta : UIN Sunan
Kalijaga

Suprayogo, Iman dan Tobroni.2003. Metodologi Penelitian dan Sosial-


Agam.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Syahrur, Muhammad, dkk. 2007.Metodologi Penelitian Living Qur’an dan


Hadis.Yogyakarta: Teras

Syamsuddin, Sahiron, 2007,Metodologi Penelitian Qur’an dan Hadits,


Yogyakarta: TH Press

Kautsar Amru, Khataman al-Qur’an ala Rasulullah (7 Juli 2017),


https://kautsaramru.wordpress.com/2017/07/07/khataman-al-quran-ala-
rasulullah/ diakses pada Minggu, 21 oktober 2018

Yayasan Nusantara Mengaji,Mengenal Pola Khataman Al-Qur’an,


http://www.nusantaramengaji.com/mengenal-pola-khataman-al-quran
diakses pada Senin, 8 Oktober 2018

Yusuf, Muhammad, 2007, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living


Qur’an, Yogyakarta: TH-Press

Wawancara dengan Abdul Karom, Pengurus Pondok Pesantren Al-


Jauhariyah Balerante Palimanan, pada Jum’at 12 oktober 2018

Wawancara denganKusnadi, Pengurus Pondok Pesantren Al-Jauhariyah


Balerante Palimanan, pada Sabtu, 20 Oktober 2018

21
OUTLINE

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kajian Terdahulu
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan

BAB II: TINJAUAN UMUM LIVING QUR’AN DAN KHATAMAN AL-


QUR’AN
A. Pengetahuan tentang Living Qur’an
1. Pengertian Living Qur’an
2. Sejarah Living Qur’an
3. Objek Living Qur’an
4. Urgensi Living Qur’an
B. Pengetahuan tentang Khataman Al-Qur’an
1. Pengertian Khataman Al-Qur’an
2. Sejarah Khataman Al-Qur’an
3. Manfaat Khotmil Qur’an

BAB III: GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-


JAUHARIYAH BALERANTE PALIMANAN CIREBON
A. Sejarah Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan
Cirebon
B. Sejarah Khataman Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah
Balerante Palimanan Cirebon

22
C. Dampak Positif Khataman Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan Cirebon

BAB IV : KHATAMAN SUGHRA-KUBRA DI PONDOK PESANTREN


AL-JAUHARIYAH BALERANTE PALIMANAN CIREBON
A. Proses Mengkhatamkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah Balerante Palimanan Cirebon
1. Pelaksanaan Khataman Sughra
2. Pelaksanaan Khataman di Makbaroh
3. Pelaksanaan Khataman Kubra
B. Resepsi Masyarakat pada Kegiatan Khotmil Qur’an di Pondok
Pesantren Al-Jauhariyah Balerante Palimanan Cirebon
1. Resepsi Kiai tentang Khotmil Qur’an
2. Resepsi Pengurus Pondok Pesantren tentang Khotmil Qur’an
3. Resepsi Santri putra maupun putri tentang Khotmil Qur’an
4. Resepsi orang tua santri terhadap Khotmil Qur’an
5. Resepsi masyarakat sekitar terhadap Khotmil Qur’an

BAB V : PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai