Anda di halaman 1dari 148

DOSEN PENGAMPU :

Apt. NOFRIYANTI, M. Farm


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
1
 Sistem koloid merupakan salah satu
dari tiga keadaan (padat, cair dan gas)
yang terdispersi halus di tempat lain.
 Terdiri dari fase internal (fase
terdispersi), dan fase eksternal (cairan
pendispersi).
 Kedua fase ini serupa dengan istilah
“pelarut dan zat terlarut” pada suatu
larutan.
2
 Dispersiadalah penyebaran yang merata
dari dua buah fasa. Kedua fasa tersebut
adalah :
➢ Fasa zat yang didispersikan (zat
terlarut), dikenal juga dengan istilah
fasa terdispersi atau fasa dalam.
➢ Fasa pendispersi (zat pelarut),
dikenal juga dengan istilah medium
pendispersi atau fasa luar.
3
Terdapat tiga jenis sistem
dispersi, yaitu :
• Larutan sejati
• Suspensi
• Koloid

4
Bentuk campuran

Larutan Koloid Suspensi


Homogen Tampak homogen Heterogen

5
6
Larutan Koloid Suspensi
Bentuk
Homogen Tampak homogen Heterogen
campuran

Penampilan Jernih Keruh Keruh

Stabil/tidak Tidak
Kestabilan Stabil/tidak memisah
memisah stabil/memisah
Pengamatan
Homogen Heterogen Heterogen
mikroskop

Jumlah fasa Satu fasa Dua fasa Dua fasa

Sistem
Molekuler Padatan halus Padatan kasar
dispersi
Tidak dapat disaring
Tidak dapat dengan kertas saring
Penyaringan Dapat disaring
disaring biasa, kecuali dengan
kertas saring ultra
Ukuran < 10-7 cm 10-7 cm s.d. 10-5 cm > 10-5 cm
partikel (< 1 nm) (1 nm s.d. 100 nm) (> 100 nm) 7
Pengelompokan
Sistem Koloid

8
Terdispersi
Padat Cair Gas
Medium

Padat Emulsi Busa


Sol Padat
Padat Padat
Cair Emulsi
Sol Cair Buih
Cair
Gas Aerosol Aerosol Larutan
Padat Cair Sejati
9
Dispersion Dispersed Type of Example
Medium phase colloid

Gas Liquid Aerosol Fog, clouds

Gas Solid Aerosol Smoke

Liquid Gas Foam Whipped cream,


Soda water
Liquid Liquid Emulsion Milk, hair cream

Liquid Solid Sol Paints, cell fluids

Solid Gas Foam Pumice, plastic


foams
Solid Liquid Gel Jelly, cheese

Solid Solid Solid Sol Ruby glass

10
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa
terdispersi berupa padatan dan fasa
pendispersinya berupa padatan.

11
Sistem koloid ini terbentuk
dari fasa terdispersi
berupa cairan dan fasa
pendispersinya berupa
padatan.

12
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa
terdispersi berupa gas dan fasa
pendispersinya berupa padatan.

13
Sistem koloid ini
terbentuk dari fasa
terdispersi berupa
padatan dan fasa
pendispersinya berupa
cairan.

14
Sistem koloid ini terbentuk
dari fasa terdispersi berupa
cairan dan fasa
pendispersinya berupa
cairan.

15
Sistem koloid ini terbentuk dari fasa
terdispersi berupa gas dan fasa
pendispersinya berupa cairan.

16
Sistem koloid ini
terbentuk dari
fasa terdispersi
berupa padatan
dan fasa
pendispersinya
berupa gas.

17
Sistem koloid ini terbentuk
dari fasa terdispersi
berupa cairan dan fasa
pendispersinya berupa
gas.

18
Sifat Koloid

19
Efek Tyndall adalah penghamburan
cahaya oleh larutan koloid, peristiwa
di mana jalannya sinar dalam koloid
dapat terlihat karena partikel koloid
dapat menghamburkan sinar ke
segala jurusan.

20
Efek Tyndall Dalam
Kehidupan Sehari-hari
Didaerah berkabut, sorot
lampu mobil terlihat
lebih jelas.

- Sinar matahari yang


masuk
melewati celah, kedalam
ruangan yang berdebu,
maka
partikel debu akan
kelihatan dengan jelas.
22
 Larutan→ meneruskan cahaya.
 Koloid → menghamburkan cahaya.

KENAPA?

23
Gerak Brown adalah gerak
acak atau gerak zig zag tak
beraturan partikel koloid
dalam medium
pendispersi secara terus
menerus. Terjadi karena
adanya tumbukan antara
partikel medium
pendispersi dan partikel
zat terdispersi,
menyebabkan koloid tidak
memisah jika didiamkan
24
 Koloid
→ cairannya stabil/tidak
memisah.

SUSPENSI?

25
 Dalam suspensi tidak terjadi gerak
Brown, karena ukuran partikel cukup
besar sehingga tumbukan yang
dialaminya setimbang.

26
 Adsorsi koloid adalah penyerapan zat
atau ion pada permukaan koloid.
 Sifat adsorsi digunakan dalam proses:
pemutihan gula tebu, Norit, dan
penjernihan air.
 Contoh : koloid antara “obat diare” dan
cairan dalam usus yang akan menyerap
kuman penyebab diare.

27
Partikel koloid mampu
menyerap molekul netral
atau ion pada
permukaannya.

Contoh : Pemutihan gula tebu, Norit, Penjernihan air


28
a. Penjernihan air (misalnya air sungai).
Penambahan tawas pada air sungai, akan membentu
koloid Al(OH)3, yang akan mengadsorbsi pengotor dalam
air,sehingga menggumpal dan mengendap, sehingga air akan
menjadi jernih.

b. Menghilangkan bau badan


Produk roll on deodorant menggunakan Alumunium
stearat sebagai absorben, jika deodorant digosokkan pada
anggota badan, maka Al-stearat akan mengadsorbsi
keringat yang menyebabkan bau badan.
c. Penggunaan Norit
Norit mengandung arang aktif yang akan menyerap
berbagai racun dalam usus.
 Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion
yang terserap permukaan koloid.
 Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid
karena pengaruh medan listrik.
 Partikel koloid mempunyai kemampuan
menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid
manjadi bermuatan listrik.
 Karena partikel koloid mempunyai muatan
maka dapat bergerak dalam medan listrik.

30
 Koloid yang bermuatan positif bergerak ke
katode (elektrode negatif).
 Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke
anode (elektrode positif).
 Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah
melalui elektroda, maka koloid bermuatan
positif akan bergerak menuju elektroda negatif
dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi
penetralan muatan dan koloid akan
menggumpal (koagulasi).

31
 Manfaat :
Untuk menentukan muatan partikel
koloid.
Untuk memproduksi barang industri
dan karet.
Mengurangi pencemaran udara
dengan pengendap elektrostatika.

32
 Koagulasi koloid adalah penggumpalan
partikel koloid karena elektrolit yang
muatannya berlawanan menyebabkan
rusaknya stabilitas sistem.
 Contoh: kotoran pada air yang
digumpalkan oleh tawas sehingga air
menjadi jernih.

33
1. Pemanasan atau pendinginan
2. Penambahan elektrolit
3. Penggabungan koloid yang berbeda
muatan
4. Proses elektroforesis

Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya:


➢ perebusan Telur, pembuatan yoghurt, tahu,
lateks, penjernihan air sungai, pembentukan
delta, dan pengolahan asap atau debu.

34
 Koloid pelindung : suatu koloid yang
ditambahkan pada koloid lain agar diperoleh
koloid yang stabil, tapi tidak menyebabkan
koagulasi karena melapisi partikel koloid
sehingga melindungi muatan koloid.
 Contoh : sabun sebagai pengemulsi air dengan
minyak, kasein sebagai pengemulsi air dan
lemak dalam susu.

35
 Pada pembuatan koloid, sering kali terdapat ion-ion
yang dapat mengganggu kesetabilan koloid tersebut.
Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan
suatu proses yang disebut dialisis.
 Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan kedalam
kantong koloid, lalu kantong koloid itu di masukkan
kedalam bejana yang berisi air mengalir (lihat
gambar). Kantong koloid terbuat dari
selaput semipemeable, yaitu selaput yang dapat
melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau
molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan
demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut
bersama air.
36
Dialisis adalah proses penyaringan partikel
koloid dari ion-ion yang teradsorpsi.

Koloid

Membran
semipermeabel

Fasa pendispersi
37
38
 Koloid liofil adalah koloid di mana partikel
terdispersinya mempunyai daya adsorpsi
relatif besar.
 Umumnya koloid liofil lebih kental dan lebih
stabil, karena fase terdispersi dibungkus oleh
mediumnya, sehingga terhindar dari
pengelompokkan (koagulasi), hal ini disebut
Solvatasi/hidratasi.
 Koloid liofil bersifat reversible, karena apabila
terjadi penggumpalan/pengendapan, dan
endapan itu ditambah kembali koloid liofil.
 Conton : agar–agar, sol kanji.
39
 Koloid liofob adalah koloid yang mempunyai daya
adsorpsi cukup kecil.
 Koloid liofob bersifat kurang stabil dan akan stabil,
apabila mengadsorbsi suatu ion.
 Contoh : susu, sol belerang, sol Fe(OH)3.

40
Sifat Koloid Liofil Koloid Liofob

Daya adsorpsi Kuat, mudah Tidak mengadsorpsi


terhadap medium mengadsorpsi mediumnya

Stabilitas Stabil pada konsentrasi Stabil pada konsentrasi


tinggi rendah

Efek Tyndall Kurang jelas Sangat jelas

Viskositas (kekentalan) Lebih besar daripada Hampir sama dengan


mediumnya. mediumnya.

Koagulasi Sukar Mudah terkoagulasi


(kurang stabil)

Lain-lain Bersifat reversibel Irreversibel (jika sudah


menggumpal sukar
dikoloidkan kembali).
41
• Menghamburkan cahaya.
• Tidak memisah jika didiamkan.
• Memiliki kemampuan mengadsorpsi.
• Memiliki muatan ion dan sifat elektroforesis.
• Dapat terjadi koagulasi.
• Sebagai koloid pelindung.
• Ion pengganggu dapat hilang dengan proses dialisis.
• Tidak dapat disaring.
• Umumnya keruh atau kental.
• Relatif mudah terpisah daripada larutan tetapi lebih
sukar mengendap daripada suspensi.

42
1. Menghilangkan muatan koloid
 Koagulasi dapat dipecah dengan
menghilangkan muatan dari koloid
tersebut melalui proses dialisis.

43
2. Penambahan Stabilator Koloid
 Dengan menambahkan suatu zat ke dalam
suatu sistem koloid dapat menstabilkan koloid,
misalnya penambahan emulgator dan koloid
pelindung.
 Contoh lainnya adalah penambahan amonia
dalam pembuatan emulsi pada kertasfilm.

44
Alhamdulillah….

See You
Next Week
Insya ALLAH
45
Dosen Pengampu :
apt. NOFRIYANTI, M.Farm
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
 Klasifikasi padatan : kristalin, amorf,
pseudopolimorf
 Kristalisasi
 Peleburan
 Tahapan proses kristalisasi dan
peleburan.
 Larutan : campuran homogen dari dua atau lebih zat
(unsur/molekul)
 Solute : zat telarut
 Solvent : pelarut
 Kelarutan : kemampuan solute untuk larut dalam solvent
 Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil
zat A yang terlarut.
 Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah
maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan
dan temperatur tertentu.
 Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah
zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam
air pada temperatur tertentu.
Zat Padat dibagi menjadi dua jenis:
❖ Bentuk kristal (Crystalline)
❖ Bentuk amorf (Amorphous=Non-
Crystalline)
 Kristal didefinisikan sebagai material padat yang
mempunyai susunan atom, molekul atau ion yang
teratur, keteraturan tercermin pada permukaan
kristal yang mengikuti pola-pola tertentu.
 Material padat dimana atom-atomnya tersusun
dalam susunan pola yang berulang (kontinyu)
dan periodik pada struktur 3 dimensi.
 Jadi kristal dikarakterisasi oleh keteraturan atom
atau molekul.
 Semua kristal adalah padatan, tetapi tidak semua
padatan berupa kristal.
 Kristal Non Metal (Non-Metallic
crystals):
Es, Karbon, Diamond, Nacl, KCl, Gula
dll.…
 Kristal Metal (Metallic Crystals):
Tembaga, Perak, Aluminium,
Tungsten, Magnesium dll.…
Keteraturan atom didapat dalam seluruh tubuh zat
padat
Kristalit : Kristal tunggal ukuran kecil

Polikristal :
Kumpulan kristalit yang membentuk benda padat.

Kristal tunggal
 Padatan non kristal disebut padatan amorf.
 Amor adalah zat padat yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya tidak teratur sehingga tidak terbentuk
pola tetap atau struktur kisi (lattice structure).
 Materi Amorfus mempunyai keteraturan hanya
beberapa atom atau molekul.
 Contoh amorf : Silikon amorfus, plastik, dan flexiglas.
o Kristal mempunyai titik leleh tinggi

 Kristal mempunyai titik lebur yang tegas dan


susunannya teratur.
o Kristal mempunyai keteraturan posisi atom yang
panjang.
o Kristal merupakan anisotropic
(Sifat kristal berubah tergantung arah orientasi
kristal)
→Suatu proses pembentukan bahan padat dari
pengendapan larutan, campuran yang meleleh atau
pengendapan langsung dari gas (sangat jarang).
→Teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di
mana terjadi perpindahan massa solute dari bentuk
cairan/larutan ke fase kristal padat (kristallin).
→Teknik pemisahan didasarkan atas pelepasan pelarut
dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran
homogen/larutan → terbentuk kristal dari zat
terlarutnya.
→Proses ini → dalah satu teknik pemisahan padat-cair
yang sangat penting dalam industri, karena dapat
menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
 Pemisahan suatu solute dari larutannya
membentuk fasa padatan kristalin, di mana
terjadi perpindahan massa dari suatu zat
terlarut dari cairan larutan ke fase kristal
padat
1. Larutan harus jenuh
→ Jenuh berarti pelarut telah seimbang dengan zat
terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan
zat terlarut
2. Larutan harus homogen
→ Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar
merata walaupun didiamkan dalam waktu lama
3. Adanya perubahan suhu
→ Penurunan atau kenaikan suhu secara drastis
tergantung dari bentuk kristal yang didingikan
1. Kristalisasi dari Larutan
→ Proses yang paling umum dijumpai di bidang teknik
kimia, seperti pembuatan gula pasir, garam dapur, tawas,
urea, dll
2. Kristalisasi dari Lelehan
→ Proses pengembangan khususnya untuk pembuatan
silikon waver yang merupakan bahan dasar pembuatan
chip-chip integrated circuit (IC). Proses granulasi kering
masuk ke dalam tipe ini.
3. Kristalisasi dari fase uap
→ Adaalah proses sublimasi-desublimasi, di mana suatu
senyawa dalam fase uap disublimasikan membentuk
kristal, seperti pemurnian campor, thymol, sulphur, dll
1. Pembentukan Inti
→ Inti kristal : partikel-partikel kecil bahkan sangat
kecil, yang dapat terbentuk dengan cara
memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat
kristalisasi atau dengan menambahkan benih kristal
ke dalam larutan lewat jenuh.
2. Pertumbuhan Inti
→ Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua
proses yaitu :
1. Pendinginan
→ Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang
drastis dengan menurunnya temperatur, kondisi
lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan
larutan panas yang jenuh.
→ Dilakukan dengan cara mendinginkan larutan.
→ Pada saat suhu larutan turun, komponen zat yang
memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku
terlebih dahulu, sementara zat lain masih larut,
sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan.
2. Pemanasan → penguapan.
→ Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang
sedikit dengan menurunnya suhu. Kondisi lewat
jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagai
pelarut.
→ Kristalisasi dilakukan jika zat yang akan dipisahkan
tahan terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi
daripada titik didih pelarut.
3. Pemanasan dan Pendinginan
→ Merupakan gabungan dari metode pemanasan dan
pendinginan.
→ Larutan panas yang jenuh dialirkan ke dalam sebuah ruangan
yang divakumkan
→ Sebagian pelarut menguap, panas penguapan diambil dari
larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin dan lewat
jenuh
→ Metode ini disebut kristalisasi vakum
4. Penambahan bahan (zat) lain
→ Untuk pemisahan bahan organik dari larutan seringkali
ditambahkan suatu garam
→ Garam ini larut lebih baik dari bahan padat yang diinginkan
sehingga terjadi desakan dan membuat dan membuat bahan
padat menjadi terkristalisasi.
→ Contoh : menarik zat alkaloid (basa) dengan penambahan
garam → garam alkaloid
A. Pembuatan garam dapur dari air laut
- mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak,
dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap
- Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk
kasar dan masih bercampur dengan pengotornya
- Untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses
rekristalisasi (pengkristalan kembali) yaitu dengan
mencuci menggunakan air garam (38-40%) kemudian
diuapkan
- Untuk dikonsumsi, maka perlu proses iodisasi, yaitu
dicampur dengan penambahan KI.
B. Pembuatan gula putih dari tebu
- Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil
sarinya
- Kemudian diuapkan dengan penguapan hampa udara
sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh
dan terjadi pengkristalan gula
- Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh
gula putih (gula pasir)
- Kadang dilakukan juga proses pemutihan
 Dalam keadaan cair, atom-atom tidak memiliki susunan
teratur dan selalu mudah bergerak.
 Dengan temperatur relatif tinggi, maka akan memiliki
energi yang cukup untuk lebih mudah bergerak.
 Turunnya temperatur maka energi atom akan semakin
rendah, maka atom makin sulit bergerak dan mulai
mengatur kedudukannya, relatif terhadap atom lain, saat
ini mulai membentuk inti kristal pada tempat yang relatif
lebih tinggi
 Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun
temperatur, makin banyak atom yang ikut bergabung
dengan inti yang sudah ada atau membentuk inti baru.
 Dapat diperoleh kemurnian produk kristal dari solute
yang cukup tinggi (hingga 100%) hanya dalam satu
tahapan kerja.
 Produk akhir berupa padatan kristalin yang
mempunyai bentuk dan ukuran yang seragam,
sehingga meningkatkan daya tarik.
 Kemudahan proses penanganan, pengemasan dan
penjualan ataupun proses lanjutannya.
 Purifikasi multi komponen (lebih dari satu) dalam
suatu larutan tidak bisa dilakukan dengan satu
tahapan kerja.
 Tidak memungkinkan pemisahan semua solute dari
larutannya dalam satu tahapan kerja, karena sifat
kelarutan dari solute itu sendiri.
KRISTALOGRAFI

Dosen Pengampu :
apt. NOFRIYANTI, M.Farm
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
Materi
 Definisi kristalografi
 Geometri Kristal
 Struktur kristal
 Sistem kristal
 Kisi-kisi kristal
 Indeks miller kristal
Definisi Kristalografi
 Kristalografi: Ilmu yang merupakan cabang mineralogi
mempelajari struktur material dalam tingkat atomik:
penentuan, klasifikasi dan penafsiran struktur geometri
zat padat (khususnya kristal).
 Kajian keteraturan dan ketidakteraturan atom dalam
struktur zat padat merupakan cakupan inti dari
kristalografi.
 Tema-tema berkaitan kristalografi: penentuan struktur
mikroskopik pada tingkat atomik dari material
anorganik, organik dan makromolekuler (jarak antar
atom, sudut ikatan, stereokimia), identifikasi material
murni ataupun campuran (batuan dan mineral, kontrol
kualitas, analisis pada hasil korosi dan sebagainya),
analisis tekstur pada batuan dan paduan logam, kontrol
orientasi kristal.
Kristalografi Farmasi
 Kristalografi farmasi → ilmu yang mempelajari
bentuk dan struktur kristal bahan farmasi
 Sifat fisiko-kimia bahan obat sangat bergantung
dari struktur internal (kristal atau amorf)
penyusunnya.
 Perbedaan struktur internal → perbedaan sifat
pada kelarutan hingga biavailabilitas
 Perbedaan sifat tersebut → mempengaruhi proses
produksi
Geometri Kristal
 Untuk mendeskripsikan kristal akan z
lebih mudah jika didefinisikan
sebagai satuan sel (unit sel).
 Satuan sel adalah susunan terkecil
dari kristal, dilukiskan sebagai
bola padat dimana setiap bola c b a
y
saling bersinggungan d
a
 Geometri Kristal dapat dinyatakan
dengan seperangkat tiga sumbu b
yang disebut sumbu kristalografi. x
 Parameter kisi struktur kristal
 Panjang sisi a, b, c
 Sudut antara sumbu a, b, d
◼Sel satuan ditentukan secara khas
oleh 6 konstanta kisi: a, b, c, α, β
and γ. Enam parameter ini disebut
lattice parameters.
Sistem koordinat kristalografik

c b
b a
y
g
a

Sumbu kristalografi dan sudut antar Aturan tangan kanan sebagai sumbu
sumbu kristalografi
▪ Satu point lattice ditandai dengan tiga spatial dimension
a, b, dan c, serta tiga sudut a, b, dan g.
▪ Panjang (a, b, c) dan sudut (a, b, g) disebut lattice
parameter.
▪ Satu sel yang dikonstruksi dengan tersusun atas
parameter-parameter ini disebut unit cell.

Satu unit cell


▪ Kombinasi dari ukuran panjang parameter a, b,
dan c, serta besarnya sudut a, b, dan g akan
menghasilkan berbagai susunan lattice yang
berbeda-beda.
▪ Pada tahun 1868 Bravais menyatakan bahwa
hanya ada 14 kemungkinan konstruksi point
lattice → Kisi Bravais.
▪ Point lattice ini dapat dibagi menjadi 7 kategori
sistem kristal.
Geometri Kristal
 Dlihat dari
geometri sel satuan,
kristal mempunyai
7 sistem kristal dan
14 kisi kristal
Space Lattice (Kisi Kristal)
▪ Space lattice adalah susunan beraturan dari
titik-titik pada bangun tiga dimensi,
masing-masing titik menggambarkan satu
unit struktural, seperti ion, atom, atau
molekul.
▪ Keseluruhan struktur homogen, yang
berarti bahwa setiap titik dalam lattice/kisi
memiliki lingkungan yang identik dengan
titik lainnya.
Tiga Jenis Kisi Kubus

12
1. Simple Cubic (SC)
a1= a2 =a3 Conventional Cell= Primitive Cell
a1 ⊥ a2 ⊥ a3 a3

a2
a1 Add one atom
Add one atom at the at the center of
center of the cubic each face

2. Body-Centered Cubic (BCC) 3. Face-Centered Cubic (FCC)


Conventional Cell  Primitive Cell
Sistem Kristal
 Simetri → merupakan salah satu sifat dari
sistem kristal yang dapat digunakan untuk
membedakan satu sistem kristal dengan
lainnya.
 Tiga Elemen Simetri Sederhana Dalam Kristal :

▪ Simetri pada titik (pusat simetri)

▪ Simetri pada garis (sumbu simetri)


▪ Simetri pada bidang (bidang simetri)
SIMETRI TERHADAP TITIK

Suatu kristal dikatakan memiliki pusat simetri apabila


setiap titik pada permukaan kristal memiliki satu titik
yang identik pada sisi yang berseberangan dan berjarak
sama dari titik pusat.
Contoh: kubus


SIMETRI TERHADAP GARIS

▪ Jika sebuah kristal diputar 360 berpusat pada


sebarang poros, maka kristal tersebut akan kembali
ke posisi semula.
▪ Jika kristal tampak seperti kembali ke posisi semula
lebih dari sekali dalam satu kali putaran, maka
sumbu yang digunakan disebut SUMBU SIMETRI.
• Diputar 180
DIAD AXIS • Simetri lipat 2

• Diputar 120
TRIAD AXIS
• Simetri lipat 3
SUMBU
SIMETRI
TETRAD • Diputar 90
AXIS • Simetri lipat 4

• Diputar 60
HEXAD AXIS • Simetri lipat 6
SIMETRI GARIS PADA KUBUS
SIMETRI TERHADAP BIDANG

Bidang simetri membelah objek padat menjadi 2 bagian


sedemikian rupa sehingga satu bagian merupaka
bayangan cermin bagi bagian lainnya.

SIMETRI BIDANG PADA KUBUS


▪ Kubus (heksahedron) merupakan bentuk sangat simetris
yang memiliki 23 elemen simetri (1 pusat, 9 bidang, dan
13 sumbu).
▪ Disamping kubus, bentuk lain yang sangat simetris adalah
oktahedron, yang juga memiliki 23 elemen simetri.
Perubahan dari bentuk kubus/heksahedron ke oktahedron
SIMETRI GABUNGAN

Simetri gabungan/Compound symmetry adalah simetri pada


“rotation-reflexion axis” atau “axis of rotatory inversion”.

Simetri ini diperoleh apabila salah satu permukaan kristal


dapat dihubungkan dengan permukaan yang lain dengan
cara melakukan 2 operasi:

▪ Memutar kristal pada satu sumbu.

▪ Mencerminkan pada bidang cermin yang terletak


pada sumbu, atau membalik posisi kristal dengan
berpusat pada titik pusat.
Permukaan A dapat ditransformasikan ke permukaan B
dengan cara:

▪ Diputar 90C
▪ Dibalik
3 SUMBU 4 SUMBU
yz = a
yz = 90
xz = b xy = yu = ux = 60
xy = g

SUMBU KRISTALOGRAFI
Bidang Kristal
Bid (110) mengacu
 Bidang kristalografi z titik asal O

dituliskan dengan indeks


Miller dinyatakan dalam y
c
format (hkl) a

 hkl merupakan bilangan x b


Bid. (110) ekivalen
bulat
z Bid (111) mengacu
 Bidang-bidang yang titik asal O

paralel satu sama lain


adalah ekivalen dan y
c
mempunyai indeks yang a

identik x b
Bid. (111) ekivalen
▪ Untuk menyatakan bidang-bidang pada kisi
kristal digunakan konvensi seperti pada indeks
Miller.
▪ Setiap bidang dinyatakan dengan tiga
parameter (hkl), yang didefinisikan sebagai
kebalikan dari perpotongan antara bidang
dengan tiga sumbu kristal.
▪ Jika satu bidang sejajar dengan satu sumbu,
maka indeks Miller-nya sama dengan nol.
Prosedur menentukan indeks Miller
• Jika bidang melalui titik awal, buat bidang paralel
di dalam sel satuan dengan translasi, atau dengan
membuat titik awal lain di sudut lain sel satuan
• Bidang yang dicari bisa berpotongan atau sejajar
dengan sumbu. Panjang bidang yang berpotongan
ditulis dalam satuan parameter kisi a, b dan c
• Ambil kebalikan dari angka-angka perpotongan
tersebut. Bidang yang sejajar dengan sumbu
dianggap berpotongan di tak berhingga sehingga
kebalikannya adalah nol
• Indeks Miller adalah bilangan bulat, tulis (hkl)
Penentuan Indeks Miller
 Indeks Miller → kebalikan dari fraksi potongan bidang
dengan sumbu kristalografi
Contoh :
Suatu bidang memotong sumbu a, b, c
Fraksi potongan : 1/h, 1/k, 1/l = a/h, b/k, c/l
Panjang sumbu : 4a, 8a, 3a
Panjang potongan : 2a, 6a, 3a
Fraksi potongan : 2/4 : 6/8 :3/3 = ½ : ¾ : 1
h k l = 2.4/3.1 (6,4,3)
Fraksi potongan = ~ Maka, indeks Miller = 0
TERIMA KASIH
Dosen Pengampu :
apt. NOFRIYANTI, M.Farm
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
Isomorf
▪ Isomorf adalah dua senyawa atau lebih yang
membentuk kristal dengan bentuk yang identik.

▪ Senyawa isomorf dapat mengkristal bersama dari


suatu larutan membentuk “kristal campuran”.

▪ Contoh: chrome alum K2SO4.Cr2(SO4)3.24H2O (ungu)


dan potash alum K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O (tak
berwarna) mengkristal dari larutannya masing-masing
sebagai octahedra reguler. Jika satu larutan
mengandung keduanya dikristalkan, maka akan
terbentuk kristal octahedra reguler, akan tetapi warna
kristal bervariasi dari hampir tak berwarna sampai
ungu tua, tergantung perbandingan keduanya di dalam
larutan.
KRISTAL CHROME ALUM
Polimorf
▪ Polimorf adalah satu senyawa yang membentuk kristal
dalam berbagai bentuk → tergantung pada kondisi
pertumbuhan kristal (temperatur, tekanan, pengotor,
kecepatan tumbuh, dll.)

▪ Polimorf dari senyawa yang sama akan memiliki sifat fisik


berbeda, seperti density, kekerasan, indeks bias, titik
lebur, titik leleh, tekanan uap, kelarutan, laju disolusi, sifat
termodinamika dan kinetika bahkan warna.

▪ Contoh:
ARAGONITE
CRISTOBALITE
TRIDYMITE
Polimorfisme
◦ Adalah kemampuan suatu senyawa untuk
berada dalam beberapa bentuk kristal yang
berbeda.
◦ Merupakan fenomena di mana satu jenis
molekul yang sama dapat menyusun diri
dalam beberapa bentuk kristal yang
berbeda.
◦ Suatu senyawa yang bersifat polimorfisme,
maka sifat fisiknya; densitas, titik lebur,
kelarutan,stabilitas, biaovailabilitas dan
kemampuan prosesnya akan tergantung
bentuk kristal.
Polimorfisme

◦Sifat polimorfisme dapat mengalami


perubahan apabila variabel
termodinamika; tekanan dan suhu
dimodifikasi.
◦Terjadinya polimorfisme dan
dampaknya pada padatan
disebabkan oleh interaksi
intermolekuler.
Klasifikasi Polimorf
◦ Dikategorikan menjadi 2 subtipe :
1. Polimorf sejati (true polimorf)
→ Berkaitan dengan polimorfisme senyawa
murni
2. Polimorf semu (pseudopolimorf)
→ Disebabkan oleh adanya kristal pelarut
yang terjebak di dalam struktur kristal
suatu senyawa.
→ Jika pelarut air yang terjebak : hidrat
→ Jika pelarut organik yang terjebak :
solvat
Hidrat
◦ Sekitar sepertiga dari seluruh bahan aktif
farmasi berbentuk kristal hidrat.
◦ Molekul air yang kecil dapat dengan
mudah masuk dan mengisi ruang yang
kosong.
◦ Pada sistem kristal hidrat, molekul air akan
menempati posisi tertentu dalam kisi kristal
dengan membentuk ikatan hidrogen dan
atau ikatan kovalen koordinasi dengan
molekul bahan obat anhidrat.
Kelarutan Hidrat
◦ Kelarutan bahan aktif farmasi tergantung
pada suhu, tekanan dan sifat alami
padatannya (hidrat/anhidrat).
◦ Sifat kelarutan dari bentukan anhidrat akan
lebih mudah larut di dalam air dibandingkan
dengan bentuk hidrat.
◦ Karena, bentuk hidrat sudah terdapat
interaksi dengan molekul air di dalam kisi
kristalnya, sehingga energi bebas yang
dilepas pada proses disolusi dari media akan
lebih rendah dibandingkan dengan bentuk
anhidrat.
Fenomena Kelarutan Hidrat
◦ Pada pengujian yang membandingkan
profil kelarutan terhadap waktu dari
teofilin bentuk hidrat dengan anhidrat
pada media dapar fosfat (pH = 6) pada
berbagai suhu, didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa kelarutan teofilin
anhidrat dalam air lebih tinggi
dibandingkan dengan bentuk hidratnya
pada suhu di bawah 600 C.
Fenomena Laju Disolusi Hidrat
◦ Karena telah didapatkan hasil bahwa
kelarutan bentuk anhidrat lebih tinggi
daripada bentuk hidrat, maka laju disolusi
berbanding lurus, di mana bentuk
anhidrat memiliki laju disolusi yang lebih
cepat daripada bentuk hidratnya.
Bioavailabilitas Hidrat
◦ Kelarutan dan laju disolusi yang berbanding
lurus untuk bentuk zat aktif yang bersifat
hidrat, juga memberikan ketersediaan hayati
(bioavailabilitas/BA) dari zat aktif juga akan
lebih banyak dalam bentuk anhidratnya
dibandingkan bentuk hidratnya.
◦ Pada percobaan pemberian suspensi oral
ampisilin anhidrat dan trihidrat pada anjing
dan manusia, didapatkan kadar serum
darah lebih tinggi pada bentuk anhidrat
dibandingkan bentuk trihidrat.
Stabilitas Hidrat
◦ Metronidazol benzoat dapat berada dalam
bentuk anhidrat dan monohidrat.
◦ Sediaan suspensi yang berisi bentuk
monohidrat memberikan stabilitas fisik yang
lebih baik ketika disimpan pada suhu sekitar
380 C. Sedangkan sediaan suspensi yang
berisi bentuk anhidrat memberikan stabilitas
fisik yang lebih rendah, karena adanya
peningkatan tajam ukuran partikel pada
saat transisis fasa dari anhidrat ke
monohidrat.
Solvat
◦ Solvat dapat terbentuk ketika pelarut
organik murni atau campuran pelarut
digunakan sebagai pelarut untuk
mengkristalkan senyawa.
Bentuk-bentuk polimorf dari
berbagai senyawa
Apabila kita akan mengkristalkan senyawa yang memiliki
polimorf, maka:
1. Kita harus mengontrol kondisi operasi sedemikian rupa agar
kita dapat memperoleh bentuk yang kita inginkan.
2. Setelah bentuk yang diinginkan kita peroleh, maka kita perlu
menghindari perubahan/transformasi ke bentuk/polimorf
yang lain.
Senyawa yang dapat membentuk polimorf sering berubah dari
satu bentuk ke bentuk lain → disebut transisi polimorf.
Kadang perubahan sedikit temperatur akan menyebabkan
perubahan bentuk.
Dalam banyak kasus, satu bentuk dari polimorf adalah
metastabil, yang berarti bahwa setelah kristalisasi, pada
akhirnya bentuk itu akan berubah menjadi bentuk lain yang
lebih stabil.
Transformasi ini dapat berlangsung sangat cepat, ataupun
sangat lambat, tergantung masing-masing sistem.
Pada umumnya transformasi ini berlangsung paling cepat
apabila kristal tersuspensi dalam larutan.
Jika suatu senyawa memiliki beberapa polimorf dan salah
satu polimorf merupakan bentuk yang stabil di semua
temperatur, maka sistem tersebut MONOTROPIK.
Jika beberapa polimorf stabil pada temperatur yang
berbeda, maka sistem tersebut dinamakan
ENANTIOTROPIK.
Dalam sistem enantiotropik, polimorf yang kelarutannya
paling kecil adalah yang paling stabil.
CRYSTAL HABIT
◦ Adalah perbedaan penampakan bentuk
eksternal (luar) kristal, tetapi struktur
internalnya (satuan sel) sama.
◦ Dapat juga menyatakan penampakan
luar dari kristal
CRYSTAL HABIT
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Kondisi supersaturasi : y/x = k.△Gn
→y/x = rasio panjang:lebar,
→k = koef proporsionalitas
→G = tingkat supersaturasi (molekul/1000 ml pelarut)
→n = bilangan (>1)
2. Kecepatan pendinginan & tingkat pengadukan
3. Sifat bahan pelarut (kepolaran)
4. Co-Solute, Co-Solvet, Ion Asing
CRYSTAL HABIT
▪ Shape factor adalah cara matematis untuk
menggambar-kan geometri dari suatu kristal.
▪ Jika ukuran kristal didefinisikan dalam satu
dimensi karakterisasi L, maka ada 2 macam
shape factor :
Volume shape factor : V =  L3

Area shape factor : A =  L3


BENTUK LUAR DARI KRISTAL HEKSAGONAL
Crystal habit dipengaruhi oleh:
1. Struktur internal
2. Kondisi pertumbuhan kristal (laju pertumbuhan, solven yang
digunakan, keberadaan impuritas)

Berbagai bentuk kristal sodium chlorate yang terbentuk dalam


kondisi pertumbuhan yang berbeda: (a) cepat; (b) lambat
(a) (b)

Berbagai bentuk kristal sodium chloride yang terbentuk dalam kondisi


pertumbuhan yang berbeda: (a) larutan murni;
(b) larutan NaCl dengan adanya urea 10%
 Jenis dan prinsip karakterisasi
padatan
 Difraksi sinar X
 Analisis termal
 Analisis mikroskopik SEM
 Karakterisasi kristalografi bahan aktif farmasi
dapat membantu memahami performa
selama proses produksi, contohnya pada
kondisi polimorfisme parasetamol.
 Perbedaan struktur internal antarpolimorf
mempengaruhi kemampuan PCT untuk
diproduksi dengan metode cetak
langsung, di mana kristal ortorombik II
memiliki sifat deformasi plastis. Sedangkan
kristal monoklinik I tidak bisa diproduksi
dengan cara cetak langsung.
 Analisis difraksi sinar-X memberikan informasi
mendasar mengenai struktur kristal suatu
senyawa.
 Metoda ini dapat digunakan untuk
membedakan bentuk kristal sehingga
sangat bermanfaat untuk evaluasi
polimorfisme dan struktur solvat/hidrat.
 Aplikasi lain yang khas meliputi; penentuan
struktur kristal, evaluasi derajat kristalinitas
dan studi transformasi masa.
Terbagi menjadi
2 metode :
1. Difraksi sinar-X tunggal
2. Difraksi sinar-X serbuk
 Menghasilkan data penataan atom-atom
berdasarkan peta densitas elektron dari difraksi
yang dihasilkan oleh suatu kristal murni.
 Data yang dihasilkan terbagi menjadi 3
bagian;
a. Analisis geometri : penentuan ukuran dan
bentuk unit sel
b. Studi intensitas refleksi : penentuan distribusi
atom dalam unit sel
c. Pola difraksi : penyimpulan informasi kualitatif
tentang kristal atau tingkat keteraturan dalam
padatan.
 Sample serbuk memberikan orientasi acak dari
semua kemungkinan bidang di dalam kisi
kristal dan difraksi sinar-X dari bidang-bidang
dibaca dengan memutar sample secara
perlahan terhadap arah datang sinar-X.
 Umum digunakan untuk melihat adanya
interaksi molekul air dengan bahan padatan di
dalam kristal hidrat.
 Metode ini juga dapat digunakan untuk
identifikasi fasa kristalin senyawa dari sample
campuran dan untuk analisis kuantitatif yang
digunakan pada studi transformasi fasa
antarbentuk senyawa.
 Kristal dapat mengalami perubahan selama
kristalisasi, baik ukuran maupun bentuk.
 Hal ini dapat disebabkan oleh faktor kinetik
seperti intensitas pencampuran dan tingkat
pemanasan serta faktor termodinamika seperti
polimorfisme dan komposisi pelarut yang
digunakan.
 Mikroskop optik dapat digunakan untuk
mengamati perubahan ukuran kristal dan
bentuk berdasarkan polimorfisme semu yang
dipengaruhi oleh suhu dan komposisi pelarut.
 Scanning Electron Microscopy (SEM),
merupakan metode lain mikroskopi yang
sering digunakan pada karakterisasi
padatan farmasetik.
 SEM memberikan informasi tambahan
mengenai morfologi kristal yang dapat
digunakan sebagai bukti kualitatif studi
polimorfisme.
 Penerapan; karakterisasi cacat kristal,
mengamati fenomena kristal yang
tergantung bidang kristal, visualisasi proses
disolusi dan interaksi antarmolekul zat aktif
& bahan tambahan.
A.Hot-Stage Microscopy (HSM)
 Prinsip dasar HSM : pengamatan visual
sample ditempatkan di atas meja
pemanas dengan pengendali suhu
(hot-stage) pada mikroskop.
 Keuntungan utama : hanya
membutuhkan sejumlah kecil sample.
 Pemanasan dan pendinginan sample
pada HSM → desolvasi, peleburan,
kristalisasi, bentuk eutektik.
B. Differential Scanning Calorimetry (DSC)
 Merupakan teknik analisis termal yang
paling sering digunakan
 Di mana sample dikenakan pemanasan
dengan suhu terkendali dan diukur serta
aliran panas yang terkait dengan transisi
yang disebabkan oleh panas.
 Teknik ini untuk mengamati perilaku termal
suatu senyawa saat diberi suhu tinggi atau
rendah, peleburan, kristalisasi, fenomena
eutektik.
C. Thermogravimetry Analysis (TGA)
 TGA digunakan untuk menentukan
berapa banyak pelarut yang terikat di
dalam kisi kristal dengan mengukur
kehilangan massa akibat suhu tinggi
yang dipaparkan sehingga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi
adanya polimorf semu seperti bentuk
solvat atau hidrat.

Anda mungkin juga menyukai