Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA :

KOLOID

KELOMPOK II

SOFI NURJANAH NIM. 2014340060

SALSABIL AZALEA NIM. 2014340018

ALFAIZIN RAHMAN NIM.

RIERIE APRIANTASYA NIM.

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

2014
I. TUJUAN PRAKTIKUM

A. Koloid

Adapuntujuan dari praktikum koloid adalah sebagai berikut :


1. Mempelajari sifat-sifat koloid .
2. Mengamati stabilitas koloid yang terbentuk.

II. PENDAHULUAN

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid") merupakan suatu


bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1
- 1000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall. Bersifat homogen berarti
partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan.
Misalnya, sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki
oleh campuran biasa (suspensi).
Kestabilan koloid adalah sistem koloid yang partikel-partikelnya
tidak menggumpal dalam waktu yang cukup lama. Untuk beberapa produk
industri dalam bentuk koloid seperti obat-obatan diperlukan kestabilan.
Untuk itu perlu stabilisator koloid dan dialisis. Stabilsator yang biasa
digunakan adalah emulgator dan koloid pelindung. Dialisis diartikan
sebagai pemisahan zat-zat dari larutan atau pemisahan zat-zat terlarut
dari suatu larutan dengan membuat larutan tersebut berdifusi melalui
selaput semipermiabel.
Penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari yakni pemutihan
gula tebu, penjernihan air, pembuatan obat norit, peristiwa koagulasi,:
membuat agar-agar, pencegahan polusi terhadap asap atau debu dengan
alat koagulasi listrik kottrel karet dalam lateks dengan menambahkan
asam formiat.

Sifat-sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya)
oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar. Pada saat larutan sejati disinari dengan
cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya,
pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang
senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak
beraturan). Jika koloid diamati dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.

Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut


dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak
brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di tempat ( tidak
termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat
cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah
gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid,
semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka
semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

c. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau
senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan
absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.

Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H-.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2-.

d. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan
koloid bermuatan negatif.
e. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi
membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,
pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat
melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
g. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan
cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui
membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran
semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati
koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

Jenis-jenis koloid

No. Tipe Fasa Medium Contoh


koloid terdispersi pendispersi

1 Sol Padat Padat Mutiara(gem),kuningan,pe


padat runggu,kaca berwarna

2 Emulsi Cair Padat Keju,mentega,selai,agar-


padat agar,semir padat

3 Busa Gas Padat Batu apung,lava,kerupuk,


padat biskuit

4 Sol atau Padat Cair Kanji,cat,lem,tinta,lateks,


gel albumin(putih telur)

5 Emulsi Cair Cair Mayones,saos,susu,santa


n,minyak ikan

6 Busa Gas Cair Krim kocok, pasta

7 Aerosol Padat Gas Debu,asap


padat

8 Aerosol Cair Gas Awan,kabut


cair
Perbedaan Larutan Sejati, Koloid dan Suspensi

No. Perbedaan Larutan sejati Koloid Suspensi


1 Ukuran partikel Kurang dari 1 nm Antara 1 sampai Lebih dari 100
100 nm nm

2 Penampilan Jernih Keruh ke jernih Keruh


fisis
3 Penyaringan Lolos saringan Lolos Tidak lolos
dan membran saringan,tidak saringan dan
lolos membran membran
4 Kestabilan Penyebaran Ada Mengendap
(bila permanen (tidak kecenderungan dengan cepat
didiamkan) terpisah) mengendap (sukar (mudah
terpisah) berpisah)
5 Keadaan Satu fase Dua fase Dua fase
campuran bila
didiamkan
6 Pengamatan Tidak dapat Dapat diamati Dapat diamati
partikel diamati dengan dengan mikroskop langsung
terdispersi mikroskop ultra ultra dengan mata
dan mikroskop

III. ALAT DAN BAHAN

No. Alat No. Bahan No. Bahan


1. Erlenmeyer 1. Etanol 95% 7. Garam dapur
2. Tabung 2. Minyak tanah 8. Gelatin
reaksi
3. Pembakar 3. Natrium 9. Sabun/detergen
gas thiosulfate
4. Segi 4. Besi (III) klorida 10. Natrium
tiga/kasa hidroksida
5. Gelas piala 5. Kalsium asetat
6. Pipet tetes 6. Asam klorida
pekat
IV. CARA KERJA

a. Persiapan Sol

Sol adalah disperse koloid zat padat dalam zat cair.

1. Sol Belerang

a. Disiapkan suatu larutan natrium thiosulfate 0,5 %.


b. Ditambahkan 5 ml asam khlorida pekat sambil diaduk.
2. Sol Besi Hidroksida
a. Disiapkan larutan besi (III) khlorida dengan cara melarutkan 2 gr
besi klorida dalam 6 ml air. Dipanaskan sebagian kecil dari larutan
itu dalam tabung reaksi sampai mendidih. Endapan yang
berwarna coklat terbentuk akibat terjadinya hidrolisa dari besi
klorida itu menurut persamaan reaksi berikut :
Fe3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 3 H2O (c) Fe(OH)3 + 3 HCl(g)
b. Dipanaskan 500 ml air sampai hamper mendidih dan teteskan sisa
larutan besi klorida itu setetes demi setetes ke dalam air panas
tersebut sehingga terbennakan senter untuk ,melihat efek tyndall.
Dibandingkan dengan larutan garam dapur (dipakai air suling
untuk membuat kelarutan garam dapur).
c. Ditambahkan larutan garam dapur yang pekat ke dalam 250 ml sol
besi (III) hidroksida itu.

b. Persiapan Gel :
1. Gel Alkohol
a. Disiapkan larutan jenuh dari kalsium asetat 5 ml dalam air.
Dibiarkan sampai dingin, saring larutan itu.
b. Dituangkan larutan itu ke dalam 40 ml etanol 95%.
c. Ditaruh sepotong gel di atas kasakemudian dibakar.

2. Gel Gelatin
a. Gelatin 2 gr digerus sampai halus dan direndam dengan 2 gr air
panas.
b. Dibiarkan selama seperempat jam, lalu dicuci dengan air panas
sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml. Dibiarkan sampai
dingin.

c. Persiapan Emulsi :
a. Dikocok 5 ml minyak tanah dengan 50 ml air. Biarkan emulsi itu.
b. Diulangi percobaan tersebut empat kali dengan penambahan
masing-masing komponen di bawah ini :
a) Larutan sabun 2,5 ml
b) Larutan detergen 2,5 ml
c) 1% b/v larutan gelatin 2,5 ml
d) 1% b/v larutan natrium hidroksida 2,5 ml

V. DATA PENGAMATAN
A. Persiapan Sol :
1. Sol Belerang
No. Fasa Terdispersi Fasa Pendispersi Nama Contoh
Koloid
1. Cair Cair Emulsi Na2S2O3
+ HCl
2. Cair Cair Emulsi FCl3 +
H2O

Pertanyaan :
1. Apakah yang terjadi ? Apakah nama fase terdispersi ?
Saringlah sebagian kecil dari larutan koidal itu.
2. Bagaimanakah komentar Anda ?
Jawaban :
1. Terjadi reaksi :
Na2S2O3(l)+2HCl(l)===> 2NaCl(aq)+S(s)+ SO2(g) + H2O(l)
Yang merupakan fase terdispersinya ialah cair berupa
larutan natrium thiosulfate.
2. Terbentuk emulsi, karena fase pendispersinya juga cair,
yaitu larutan asam klorida. Setelah dilakukan
penyaringan terhadap sebagian koidal,terbentuk adanya
endapan putih yang merupakan belerang.Selain itu,
tercium juga bau gas belerang.
2. Sol Besi Hidroksida

B. Persiapan Gel:
1. Gel Alkohol
Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Koloid
Padat (Kalsium Cair (Etanol) Sol
Asetat)
Pertanyaan :
1. Bagaimana struktur gel itu ?
Jawaban :
Struktur gel yang terbentuk berwarna putih seperti nata de coco. Jika
gel dibakar di atas kasa, maka kasa tersebut bercampur menjadi
warna kehitaman, sedangkan gel yang tidak terkena kasa lama-
kelamaan habis.
2. Gel Gelatin
Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Koloid
Padat (Gelatin) Cair (Air) Sol
Pertanyaan :
1. Bagaimana komentar Anda mengenai percobaan tersebut ?
Jawaban:
Larutan dibiarkan selama seperempat jam agar gel bias diambil
dengan sendok. Gelatin sifatnya mengikat air, karena jika gel itu
dicampur dengan air panas, maka gel akan meluruh menjadi cair
kembali.

C. Emulsi
No. Sampel Stabilitas Koloid Setelah Keterangan
Dicampur
Sebelum Setelah
Dikocok Dikocok
1. Minyak tanah Stabil Tidak stabil Berbusa, ada
+ air bulir-bulir
minyak, dan
tidak
tercampur
rata
2. Minyak tanah Stabil Tidak Stabil Berbusa, tapi
+ air + larutan sabunnya
sabun tidak terlalu
larut,
terbentuk gel
3. Minyak tanah Stabil Tidak Stabil Berbusa lebih
+ air + larutan banyak dari
detergen sabun
4. Minyak tanah Stabil Tidak Stabil Keruh, sedikit
+ air + larutan berbusa,
gelatin terbentuk gel
5. Minyak tanah Stabil Tidak Stabil Minyak tanah
+ air + larutan mengapung
NaOH ke
permukaan,
sedikit
berbusa
Pertanyaan :

1. Apa yang terjadi saat minyak tanah dicampur dengan air ?

2. Bagaimana stabilitas masing-masing emulsi dilihat dari pemisahan


fase terdispersi dan medium pendispersi ?
Jawaban :

1. Saat minyak tanah dicampurkan degan air, tidak ada reaksi yang
terjadi. Namun, setelah dikocok barulah terlihat adanya bulir-bulir
minyak yang mengapung ke permukaan air, dan campuran pun juga
berbusa.

2. Semua dari emulsi yang terbentuk cenderung tidak stabil setelah


dikocok, ditunjukkan dengan adanya perubahan-perubahan seperti
perubahan warna saat ditambahkan larutan gelatin, busa lebih
banyak, dan terbentuk gel yaitu saat ditambahkan larutan sabun dan
larutan gelatin.

VI. PEMBAHASAN HASIL


Koloid
A. Persiapan Sol

1. Sol Belerang

B. Penguapan Zat Cair

a. Penguapan Eter
Pada penguapan eter ini, didapat titik didih eter awal (sebelum
ditiup) 260C dan setelah ditiup suhunya berubah menjadi 220C. Artinya,
titik didih eter menurun sebesar 40C karena terjadi penguapan.
Penguapan ini sendiri terjadi karena sifat eter yang sangat mudah
menguap. Oleh karena eter menguap dan mengalami penurunan titik
didih, pada gelas arloji juga terasa sedikit dingin.

a. Pengupan air ( H2O + NaCl NaOH + HCl )


Temperatur air sebelum dipanaskan adalah 27 0C, kemudian air
dipanaskan hingga mendidih dan suhunya mencapai 94 0C. Saat air
mencapai titik didihnya, dilarutkan 10 gr garam dapur. Titik didih larutan
langsung naik menjadi 980C. Seharusnya, larutan ditunggu beberapa saat
dan diukur kembali suhunya sampai suhu larutan mengalami penurunan.
Namun, kami tidak mengamati penurunan suhu larutan. Jadi, dapat
dikatakan pada praktikum penguapan air ini mengalami kegagalan karena
faktor human error.

C. Penyubliman Zat Padat


Untuk melakukan percobaan ini, dihirup bau kamper dan
dipanaskan iodin. Aroma kamper dapat terhirup karena kamper
mengalami penyubliman, yaitu perubahan dari padat ke gas, sehingga
aroma kamper dapat terhirup.
Iodin dipanaskan dan langsung mengalami perubahan warna
larutan dari warna merah kecoklatan menjadi ungu tua dan berubah lagi
menjadi magenta, lalu menjadi oranye, dan kuning, lalu kembali
menjernih. Selain itu, timbul asap ungu, larutan menjadi berbuih, dan
asapnya berubah menjadi warna kuning. Kristal iodin menempel pada
corong, karena terjadi perubahan wujud dari cair ke gas ke padat.
Perubahan iodin ini berlangsung cepat, dikarenakan suhu pemanasan
yang semakin panas.

Kekuatan Ikatan Hidrogen


Pada percobaan kekuatan hidrogen ini, larutan yang pertama
dimasukkan ke dalam kalorimeter adalah asetone dengan suhu awal 28 0C,
pengukuran suhu aseton dilakukan selama selang 30 detik selama 4 menit,
dan suhunya tetap 280C. Kemudian, giliran larutan khloroform yang
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan suhu awalnya 27 0C, pengukuran
suhu khloroform pun sama, berselang 30 detik selama 4 menit, dan
suhunya berubah, mengalami turun-naik.
Setelah kedua larutan diukur masing-masing suhunya, maka
selanjutnya dicampur di dalam kalorimeter dan dilakukan pengukuran suhu
dan pengadukan kembali. Suhu awal campuran adalah 330C, kemudian
dilakukan pengukuran suhu berselang selama 30 detik selama 8 menit.
Suhunya pun mengalami penurunan, menjadi 300C dan turun lagi pada
detik ke-.150 sampai pengukuran suhu dihentikan.
Berdasarkan perhitungan kalor reaksi, jumlah energi produk
dikurangi energi reaksi didapat kalor sebesar 851 J. Namun, kalor reaksi itu
bukanlah kalor reaksi per 1 mol, karena mol larutan kurang dari 1, yaitu 0,27
mol. Jadi, setelah dihitung kembali, dari 1 mol campuran aseton dan
khloroform didapat kalor reaksi sebesar 3,15 kJ. Dari hasil perhitungan itu,
dapat diketahui bahwa kekuatan ikatan hidrogen sangat lemah
dibandingkan ikatan kovalen karena kekuatan ikatan hidrogen ini
dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya.

VII. KESIMPULAN
Dari rangkaian praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa wujud zat ada zat cair, padat, dan gas. Wujud dapat mengalami
perubahan (perubahan fisika) yaitu mencair, membeku, menguap,
mengkristal, menyublim, dan mengembun. Proses menyublim dapat
terbukti dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu terhirupnya aroma dari
kamper, yang disebabkan karena kamper mengalami perubahan dari padat
ke gas.

Ikatan hidrogen terbentuk antara atom yang bersifat elektronegatif


dengan atom hidrogen yang terikat pada atom lain yang juga bersifat
elektronegatif. Oleh karena itu, kekuatan ikatan hidrogen sangat lemah
jika dibandingkan dengan ikatan kovalen. Hal ini dibuktikan dengan

http://id.wikipedia.org/wiki/Benzena/Diakses Tanggal 21
November 2014
http://kimiakoratomoku.blogspot.com/2009/12/koloid-
suspensi-dan-larutan-sejati.html

Anda mungkin juga menyukai