DISUSUN OLEH:
AINUN JARIAH
19330702
KELAS A
4. Uji Biuret
Campur ± 0,1 g kasein dengan 2 ml air suling, 2 ml NaOH 10% dan 1-2 tetes larutan
CuSO4 2 %. Aduk dan amati hasilnya.
5. Hidrolisis Protein
Susunlah alat refluks menggunakan labu dasar bulat 100 ml. masukkan 0,5 g kasein ke
dalam labu, tambahkan 20 ml HCl 20% dan batu didih. Refluks campuran selama 30-45
menit menggunakan api yang kecil. Setelah hidrolisis sempurna, matikan api dan
dinginkan campuran reaksi.
a. Netralkan 2-3 ml hasil hidrolisis dengan larutan NaOH 10%. Kemudian tambahkan lagi
1 ml larutan NaOH 10% dan 1-2 tetes larutan CuSO4 2%. Amati hasilnya.
H. Hasil
Hasil Pengamatan
Sampel Uji Uji
Uji Nitrogen Uji Biuret Hidrolisis
Belerang Xantoprotein Protein
(+)
- Bau
pesing/gas
amoniak (+) (+)
(+)
NH3 Larutan (-)
Larutan
Kasein - Sifat gas Larutan kuning Larutan
ungu
Basa dengan hitam hingga biru
menggunak kecoklatan keorangean
an lakmus
(merah
bitu)
Reaksi
Uji Nitrogen
Uji Belerang
S2+(aq) + Pb2+(aq) PbS(s)
Uji Xantoprotein
Uji Biuret
Hidrolisis Protein
Kasein + HCl lalu pemanasan (refluks) NaOH (menetralkan) + pereaksi biuret
warna tetap biru (tidak mengandung ikatan peptida)
I. Pembahasan
1. Uji Nitrogen
Protein akan mudah terdenaturasi dengan pemanasan. Denaturasi protein adalah fenomena
transformasi struktur protein yang terlipat menjadi terbuka. Perubahan konformasi protein
mempengaruhi sifat protein (Estiasih, 2016). Selama denaturasi, ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofobik dipecah, sehingga terjadi peningkatan entropi atau peningkatan kerusakan
molekulnya. Protein-protein yang terdenaturasi cenderung untuk membentuk agregat dan
endapan yang disebut koagulasi. Karena kasein merupakan protein maka hal yang sama
dapat terjadi. Ikatan amina pada struktur protein yang terdapat atom nitrogen yang terputus
karena denaturasi akan menghasilkan gas amonia (NH3) yang memiliki bau pesing dan
hasil uji dengan meggunakan lakmus untuk mengetahui sifat zat di dapat bahwa zat
bersifat basa.
2. Uji Belerang
Kasein menunjukkan hasil positif dengan warna hitam kecoklatan. Hasil ini akan ditemui
jika sampel yang diuji adalah kasein yang belum di murnikan yang mengandung
metionin(memiliki atom S) dan sistein (sumber utama dalam sintesis senyawa biologis
yang mengandung belerang) (Arbianto Purwo 1993). Penambahan NaOH dalam percobaan
ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S
dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS, sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb +
(Girindra 1986). NaoH yang mendenaturasi kasein setelah di panaskan maka didinginkan
dan di tambahkan HCl yang berfungsi untuk menetralkan setelah itu di baru diletakkan
kertas Pb asetat untuk mengamati hasil.
3. Uji Xantoprotein
Pada uji xantoprotein, kasein menunjukkan perubahan warna menjadi kuning keorangean.
Kasein dengan penambahan HNO3 p akan ternitrasi membentuk turunan nitrobenzene yang
berwarna kuning dalam suasana asam dan terbentuk warna orange ketika penambahan
NaOH (suasana basa). Hal ini menunjukkan bahwa kasein menunjukkan adanya inti
benzene (cincin fenil).
4. Uji Biuret
Kasein menunjukkan hasil positif yaitu membentuk senyawa kompleks berwana
ungu/violet setelah ditambahkan dengan NaOH dengan CuSO4. Penambahan NaOH agar
larutan dalam suasana basa, sebab pereaksi biuret hanya bekerja pada suasana basa.
Senyawa kompleks berwarna violet terjadi karena ion Cu2+ yang dari larutan CuSO4
dalam suasana basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida yang menyusun
protein (kasein)tersebut.
5. Hidrolisis Protein
Pada percobaan ini dilakukan hidrolisis protein terhadap kasein yang menghasilkan larutan
berwarna biru yang artinya kasein tidak memiliki ikatan peptida lagi karena sudah
terhidrolisis menjadi monomernya yaitu asam amino. Pada saat melakukan hidrolisis
dilakukan dengan pemanasan menggunakan refluks lalu ada penambahan NaOH sedikit
demi sedikit untuk menetralkan kelebihan asam. Setelah larutan netral, ditambahkan
pereaksi biuret untuk melihat perbandingan kasein yang sudah dan belum terhidrolisis.
Setelah penambahan pereaksi biuret larutan tidak berubah tetap berwarna biru dan tidak
terbentuk senyawa kompleks karena ikatan peptida terlah diputus.
J. Tugas
Jelaskan perbedaan sifat kasein dan hasil hidrolisisnya terhadap uji biuret, serta tuliskan
reaksinya!
Uji biuret : kasein memiliki ikatan peptida ditunjukkan dengan larutan yang berwarna
ungu/violet dan membentuk kompleks karena Cu2+ yang dari larutan CuSO4 dalam suasana
basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida yang menyusun protein (kasein)tersebut.
Hidrolisis protein: kasein tidak memiliki ikatan peptida lagi karena telah mengalami
hidrolisis oleh asam (HCl) dan pemanasan (refluks) sehingga larutan yang terbentuk tetap
berwarna biru dan tidak ada kompleks bahkan setelah penambahan pereaksi biuret.
K. Kesimpulan
1. Uji nitrogen dilakukan untuk mengetahui apakah kasein memiliki gugus nitrogen atau
tidak. Hasil percobaan (+) ditandai dengan bau pesing/bau amonia setelah kasein
dipanaskan. Uap/ gas amonia yang dihasilkan bersifat basa dengan uji lakmus.
2. Uji belerang/sulfur untuk mengetahui apakah kasein mengandung sulfur/ belrang. Pada
kasein yang belum dimurnikan menunjukkan hasil (+) ditandai dengan terbentuknya
larutan berwarna hitam kecoklatan. Kasein yang belum dimurnikan mengandung
metionin(memiliki atom S) dan sistein (sumber utama dalam sintesis senyawa biologis
yang mengandung belerang).
3. Uji xantoprotein untuk mengetahui apakah kasein mengandung fenil atau cincin benzene.
Pada kasein menunjukkan hasil (+) yaitu dengan terbentuknya larutan berwarna kuning
keorangean. Kasein dengan penambahan HNO3 p akan berwarna kuning lalu dengan
penambahan NaOH akan menjadi berwarna keorangean.
4. Uji biuret untuk mengetahui apakah kasein memiliki ikatan peptida/polipeptida. Kasein
mengandung ikatan polipeptida sehingga membentuk senyawa ungu/violet dan
membentuk kompleks karena Cu2+ yang dari larutan CuSO4 dalam suasana basa bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan peptida yang menyusun protein (kasein)tersebut.
5. Hidrolisis protein untuk mengetahui apakah kasein masih mengandung ikatan peptida
setelah dihidrolisis. Kasein menunjukkan hasil (-) yaitu tidak memiliki ikatan peptida lagi
setelah dihidrolisis. Larutan yang berwarna biru setelah mengalami hidrolisis dengan
asam (HCl) dan pemanasa denga refluks bahkan setelah penambahan pereaksi biuret
warna tidak berubah dan tetap berwarna biru.
L. Daftar Pustaka
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta. Bina
Aksara.
Susan L Elfrod, William D Stansfiled. 2007. Schaum’s Outlines Teori dan Soal-Soal
Genetika, Edisi Keempat. Damaring Tyas, penerjemah : Amalia Safitri, editor. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari : Schaum’s Outlines Of Theory and Problems Of Genetics,
Fourth Edition.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawidjaja, penerjemah. Jakarta
(ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Hart Harold et al. 2003. Kimia Organik. Suminar Setiati Achmadi, penerjemah; Jakarta (ID):
Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Poedjiadi. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press
Arbianto Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung (ID): ITB Pr
Estiasih, T., dkk. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Bumi Aksara. Jakarta. Fatchiyah, dkk. 2011.
Biologi Molekular Prinsip Dasar Analisis. Erlangga. Jakarta.
Juniarso, E., T., Safari, A., dan Pamungkas, R., A., 2007. Pemanfaatan Limbah Ikan Menjadi
Ekstrak Kasar Proteosa Dari Isi Perut Ikan Lemuru (Sardinella Sp.) Untuk Proses
Deproteinisasi Limbah Udang Secara Enzimatik Menjadi Kitosan, Universitas Jember.