Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FARMAKOLOGI VETERINER I

“KOLINERGIK”

DOSEN PENGAMPU

Dr. drh. Rinidar, M. Kes

Disusun Oleh :

NAMA : Riska Arlisa Fitri

NIM : 1902101010101

KELAS : 01

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………….….1

1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………….….2

1.3 TUJUAN………………………………………………………….…..2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…3

2.1 KOLINERGIK.......................................……..........………………….3

BAB III PENUTUP………………………………………………………………10

3.1KESIMPULAN…………………………....………..............…….......10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………11

PERTANYAAN…………………………………………………………………12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat-obat otonom adalah obat yang dapat memengaruhi penerusan impuls


dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan,atau
penguraian neurotransmitter atau memengaruhi kerjanya atas resptor khusus.
Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ, jantung dan
kelenjar. Ada 2 macam golongan obat otonomik yakni, Golongan simpatomimetik
(merangsang) yang kerjanya mirip dengan saraf simpatis, dan Golongan
simpatolitik (menghambat) untuk simpatis dan parasimpatolitik.

Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat


menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP),
karena melepaskan neurohormon asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya.
Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari makanan dan menghambat
penggunaannya, singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron SP dirangsang,
timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. Efek
kolinergis faal yang terpenting seperti: stimulasi pencernaan dengan jalan
memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga
sekresi air mata, dan lain-lain, memperkuat sirkulasi, antara lain dengan
mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah,
memperlambat pernafasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil
(miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air
mata, kontraksi kantung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran
urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi otot kerangka, menekan SSP setelah pada
1
permulaan menstimulasinya. Oleh karena itu mahasiswa tertarik untuk menyusun
makalah ini sebagai salah satu referensi dalam mempelajari obat kolinergik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kolinergik ?


2. Bagaimana penggolongan kolinergik ?
3. Bagaimana penngunaan obat kolinergik ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kolinergik


2. Untuk mengetahui penggolongan kolinergik
3. Untuk mengetahui penggunaan obat kolinergik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kolinergika (Parasimpatomimetik)

Parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan


efek yang sama dengan stimulasi.Susunan
Parasimpatis (SP), k a r e n a melepaskan neuron asetilkolin (ACh)
diujung-ujungnya neuronnya. Tugas utama S P a d a l a h
m e n g u m p u l k a n e n e g r i d a r i m a k a n a n d a n
m e n g h a m b a t  penggunaannya, singkatnya berfungsi asimilasi. Bila
neuron SP dirangsantimbulah sejumlah efek yang menyerupai keadaan
istirahat dan tidur. Efek kolinergis faal yang terpenting seperti:
stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi
kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi mata, memperkuat
sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan
penurunan tekanan dara h, memperlambat pernafasan, antara lain dengan
menciutkan bronci, sedangkan sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata
dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan
intraokuler akibatnya lancarnya pengeluaran air mata, kontraksi
kantun  kemi h dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran
urin, dilatasi pembuluh dan kontraksi otot keran gka, menekan SSP
setelah pada permulaan menstimulasinya, dan lain-lain (Tan Hoan Tjay dan
Rahardja, 2002).
Obat kolinergik singkatnya di sebut kolinergik juga di sebut
parasimpatomimetikan, berati obat yang kerja serupa perangsangan saraf
parasimpatis. Tetapi karena ada saraf, yang secara anatomis termasuk saraf
simpatis, yang transmitornya asetilkolin maka istilah obat kolinergik lebih tepat
3
dari pada istilah parasimpatomimetik.
2.2 Penggolongan Kolinergika (Parasimpatomimetika)

Berdasarkan Efek Kolinergis : Efek kolinergis faal yang terpenting adalah


sebagai berikut :

a. Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar


ludah dan getah lambung (HCL), juga sekresi air mata dan lain-lain.

b. Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,


vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.

c. Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan


sekresi dahak di perbesar.

d. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

e. Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran


urin.

f. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

g. Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

Semua efek ini juga dapat dihasilkan oleh kolinergika.

Berdasarkan Efek Muskarin Dan Efek Nikotin :

Reseptor-reseptor kolinergika terdapat dalam semua ganglia, sinaps dan


neuron postganglioner dari SP, juga di pelat-pelat ujung motoris (otot lurik) dan di
bagian susunan saraf pusat yang di sebut sistem ekstrapiramidal. Berdasarkan
efeknya terhadap rangsangan, reseptor ini dapat dibagi dalam 2 jenis, yakni
4
reseptor-muskarin dan resptor-nikotin, yang masing-masing menghasilkan efek
kelainan.
1. Reseptor-muskarin (M) berada di neuron postganglioner dan dapat
dibagi dalam minimal 3 subtipe, yakni reseptor-M1-M2, dan M3 1,2 . Ketiga jenis
reseptor ini bila di rangsang memberikan efek yang berlainan, lihat tabel dibawah
ini. Dewasa ini sudah di temukan dua subtipe reseptor –M lainnya lagi.

Muskarin (M) adalah derivat-furan yang bersifat sangat beracun dan


terdapat sebagai alkaloida pada jamur merah Amanita Muscaria. Reseptor-
muskarin setelah di aktivasi oleh neurotransmmiter asetilkolin atau kolinergika
dapat menimbulkan semua efek fisiologis yang tertera di atas.

Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat pula muskarin,


yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur beracun tertentu. Sebaliknya,
reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas lemah terhadap nikotin. Dengan
menggunakan study ikatan dan panghambat tertentu, maka telah ditemukan
beberapa subklas reseptor muskarinik seperti M1, M2, M3, M4, M5. Reseptor
muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem saraf tepi dan organ efektor otonom,
seperti jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin. Secara khusus walaupun
kelima subtipe reseptor muskarinik terdapat dalam neuron, namun reseptor
M1ditemukan pula dalam sel parietal lambung, dan reseptor M2 terdapat dalam
otot polos dan jantung,
5
dan reseptor M3 dalam kelenjar eksokrin dan otot polos.
Obat-obat yang bekerja muskarinik lebih peka dalam memacu reseptor muskarinik
dalam jaringan tadi, tetapi dalam kadar tinggi mungkin memacu reseptor nikotinik
pula.

2. Reseptor –nikotin (N)

Terutama terdapat dipelat-pelat ujung myoneural dari otot


kerangka dan di ganglia otonom (simpatis dan parasimpatis). Stimulasi
reseptor ini oleh kolinergika (neostigmin dan piridostigmin) menimbulkan
efek yang mempunyai efek adrenika, jika bersifat berlawanan sama sekali.
Misalnya vasokonstriksi dengan naiknya tensi ringan, penguatan kegiatan
jantung, juga stimulasi SPP ringan. Pada dosis rendah timbul konstarksi
otot lurik, sedangkan pada dosis tinggi terjadi depolarisasi dan blokade
neoromuskuler.

Mekanisme kerjanya berdasarkan stimulasi penerusan impuls di


ganglia simpatis dan stimulasi anak ginjal dengan sekresi noradrenalin. Di
samping itu juga terjadi stimulasi ganglia kolinergis (terutama di saluran
lambung-usus dengan peningkatan peristaltik) dan pelat-pelat ujung
motoris otot lurik, di mana terdapat banyak reseptor nikotin. Efek nikotin
dari Ach juga terjadi pada perokok, yang disebabkan oleh sejumlah kecil
nikotin yang diserap ke dalam darah melalui mukosa mulut.

Berdasarkan mekanisme kerja: Kolinergika dapat dibagi menurut


cara kerjanya, yaitu zat-zat dengankerja langsung dan zat-zat dengan kerja
tak-langsung.

1. Bekerja langsung:
6

Karbachol, pilokarpin, muskarin dan arekolin (alkaloid dari


pinang, Areca catechu). Zat-zat ini bekerja langsung terhadap
organujung dengan kerja utama yang mirip dengan efek-muskarin
dari Ach. Semuanya adalah zat-zat amonium kwaterner yang
bersifat hidrofil dan sukar memasuki SSP, kecuali arekolin.

2. Bekerja tak-langsung:

Zat-zat antikolinesterase seperti fisostigmin, neostigmin


dan piridostigmin. Obat-obat ini menghambat penguraian ACh
secara reversibel yakni hanya untuk sementara. Setelah zat-zat
tersebut habis diuraikan oleh kolinesterase, ACh segera akan
dirombak lagi. Disamping itu ada pula zat-zat yang mengikat
enzim secara irreversibel, misalnya parathion dan organofosfat
lain. Kerjanya panjang karena bertahan sampao enzim terbentuk
baru lagi. Zat ini banyak digunakan sebagai insektisid beracun kuat
di bidang pertanian dan sebagai otot kutu rambut (malathion). Gas
saraf yang digunakan sebagai senjata perang termasukpula
kelompok organofosfat ini, misalnya sari dan soman.

2.3 Contoh Penggunaan Kolinergika

Penggunaan : Kolinergika khusu digunakan pada penyakit mata glaukoma,


myasthenia gravis, demensia alzheimer dan atonia.

1. Glaukoma

Star hijau (glaukoma) adalah penyakit mata yang bercirikan


peningkatan tekanan cairan mata intraokuler (TIO) di atas 21 mm Hg,
yang bisa menjepit saraf mata. Saraf ini berangsur-angsur dirusak secara
progresif, sehingga penglihatan memburuk dan akhirnya dapat
7
menimbulkan kebutaan. Akan tetapi hanya presentase kecil pasien dengan
TIO menigkat dihinggapi glukoma. Nilai tekanan intraokuler normal
adalah antara 10-21 mm Hg. Gejalanya tidak begitu nyata dan berlangsung
secara sangat berangsur-angsur, terutama penyempitan pandangan
perspektif dengan timbulnya ‘blind spots’. Oleh karena itu umunya
glaukom baru menjadi manifes pada stadium lanjut dengan sudah adanya
kerusakan irreversibel.

Maka itu orang-orang di atas 50 tahun sebaiknya memeriksakan


matanya setiap 1-2 tahun untuk mengukur TIO-nya (tonometri). 

Contoh penggunaan obatnya: Pilokarpin. Pilokarpin adalah


Alkaloida yang terdapat pada daun tanama amerika, Pilokorpus jaborandi.
daya kerjanya terutama berkhasiat muskarin, efek nikotinnya ringan sekali.
SSP permulaan distimulasi, kemudian ditekan aktivitasnya. Penggunaan
utamanya adalah sebagai miotikum pada glukoma.

2. Myasthenia gravis (yun.myo= otot, asthenia=kelemahan).

Ini adalah suatu penyakit auto-imun yang bercirikan keletihan dan


kelemahan dari terutama otot-otot muka, mata dan mulut. Penyebabnya
adalah kekurangan relatif dari Ach di pelat ujung motoris dari otot lurik.
Kekurangan ini disebabkan oleh antibodies IgG, yang telah merusak
reseptor Ach setempat. Oleh karenanya penerusan impuls dari saraf ke otot
oleh Ach tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Zatzat
antikolinesterase (fisostigmin dan derivatnaya) merintagi perombakan
pesat dari ACh oleh kolinesterase, sehingga kerjanya lebih lama. Dengan
demikian transmisi impuls diperbaiki atau bahkan kerusakan reseptor
dapat dihambat.

Obat lain yang sering digunakan adalah prednison, yang berkhasiat


menghambat seluruh proses penyakit.
8

3. Demensia Alzheimer
Berdasarkan penemuan bahwa kadar ACh di otak berkurang pada
demensia, maka digunakan penghambat kolinesterase untuk mencegah
perombakan dan peningkatan kadar ACh di otak. Contoh obat yang
tersedia adalah Takrin.

4. Atonia (keadaan kelemahan otot polos)

Setelah pembedahan besar dengan stessnya bagi tubuh adakalnya


terjadi penigkatan aktivitas saraf adrenergis. Akibatnya dapat berupa
obstipasi dan sukar berkemih ( atonia kandung kemih) bahkan obstruksi
usus (ileus paralyticus) akibat pengenduran dan kelumpuhan peristaltik.
Keadaan ini dapat dittanggulangi oleh kolinergik. Contoh obat yang
tersedia adalah (karbachol dan neostigmin).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kolinergik adalah zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan
stimulasi sususnan saraf parasimpatis (SP), karena melepaskan ACh
(asetikolin) di ujung sarafnya.

2. Penggolongan kolinergika dibagi atas berdasarkan:  Berdasarkan efek


kolinergis  Berdasarkan reseptor  Dan berdasarkan mekanisme kerjanya.

3. Sebagian besar obat penggunaan kolinergika adalah untuk penyakit


Glaukoma, Myastenia gravis, Demensia alzheimer dan Atonia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kee, J. L. dan Hayes, E. R. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses


Keperawatan. EGC, Jakarta.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas


Sriwijaya. (2008). Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi II. EGC, Jakarta.

Tjay. dan Hoan, T. (2007). Obat-Obat Penting Edisi ke Enam. Gramedia, Jakarta.

Zunilda. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi V. FKUI, Jakarta.

11
PERTANYAAN

1. Obat kolinergik mempunyai nama lain yaitu....

a. Parasinpatomimetika

b. Parasimpatometik

c. Antikonvulsan

d. Analgesia

2. Berdasarkan efeknya terhadap rangsangan, reseptor kolinergik dibagi 2,


yaitu...

a. Reseptor muskarin dan Reseptor nikotin

b. Reseptol nikotin dan Reseptor eksokrin

c. Reseptor asetilkolin dan Reseptor parietal

d. Semua salah

3. Kontraksi > bradycardia merupakan efek stimulasi dari reseptor...


12

a. Reseptor muskarin M3
b. Reseptor nikotin

c. Reseptor Muskarin M2

d. Reseptor muskarin M1

4. Reseptor muskarin M1 terdapat pada jaringan apa...

a. Neuron ganglion spinalis

b. Kelenjar eksokri

c. Myocardi

d. Ileum usus

5. Reseptor muskarin berikatan dengan apa..

a. Asetilkolin

b. Zat-zat aditif

c. Semua benar

d. A dan B salah

6. Reseptor nikotin selain ada di plat-plat ujung myoneural otot kerangka juga
terdapat di...

a. Medula oblongata

b. Otot jantung

c. Epitel usus
13

d. Ganglion otonom
7. Pada penyakit glaukoma digunakan obat kolinergik yaitu....

a. Takrin

b. Pilokarpin

c. Neostigmin

d. Prednison

8. Karbachol dan neostignin dapat digunakan untuk penyakit...

a. Alzeimer

b. Atonia

c. Kelemahan otot

d. Star hijau

9. Berdasarkan mekanisme kerjanya kolinergik dibagi menjadi langsung dan


tidak langsung. Zat-zat yang termasuk dalam kerja langsung, kecuali...

a. Pilokarpin

b. Arekolin

c. Muskarin

d. Neostignin

10. Zat-zat kerja langsung merupakan zat amonium kwaterner yang bersifat
hidrofil dan sukar memasuki SSP, kecuali...
14
a. Karbochal
b. Muskarin

c. Arekolin

d. Pilokarpin

15

Anda mungkin juga menyukai