Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN

SEMI PADAT

“SALEP”

DISUSUN OLEH:

Havila putri chairani (2101128)

S1-4C

DOSEN PENGAMPU :

Apt. Rodhia Ulfa M. Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
2.1 Pengertian.......................................................................................................
2.2 Alasan Pemilihan Sediaan..............................................................................
2.3 Macam Basis Salep........................................................................................
2.4 Penggolongan Basis Salep.............................................................................
2.5 Aturan Pembuatan Salep................................................................................
2.6 Fungsi dan Syarat Salep.................................................................................
2.7 Metode Pembuatan.........................................................................................
2.8 Stabilitas Salep...............................................................................................
2.9 Faktor Yang Berpengaruh Pada Pelepasan Obat Salep..................................
2.10 Komponen Salep dan Fungsinya..................................................................
2.11 Formula........................................................................................................
2.12 Cara Pembuatan...........................................................................................
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis ucapkan
terima kasih kepada ibu Apt. Rodhia Ulfa M. Farm selaku dosen pengampu mata
kuliah teknologi sediaan cair dan semi padat.
Makalah dengan judul pasta ini disusun oleh penulis dalam bentuk
makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi sediaan cair dan semi
padat. Makalah ini menjelaskan mengenai salep.
Makalah ini disusun oleh penulis masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Pekanbaru, April 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah satu bentuk sediaan topikal adalah salep. Menurut FI. IV, salep adalah

sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput

lendir. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam memformulasikan

sediaan salep adalah seleksi basis salep yang cocok. Basis berfungsi sebagai

pembawa, pelindung, dan pelunak kulit, harus dapat melepaskan obat secara

optimum (tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi), sedapat mungkin

cocok untuk penyakit tertentu dan kondisi kulit tertentu.

Indonesia mempunyai tipe hutan hujan tropika yang dikenal cukup unik dan

merupakan salah satu komunitas yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan

di dunia dengan ± 30.000 jenis tumbuhan dan ± 7000 jenis berkhasiat obat (90%

jenis tumbuhan obat di kawasan Asia). Dokumen Biodiversity Action Plan for

Indonesia Bappenas (1991) menuliskan bahwa hutan tropika Indonesia merupakan

sumber terbesar keanekaragaman jenis-jenis palem, mengandung lebih dari dari

spesies meranti-merantian dari Famili Dipterocarpaceae (yang merupakan jenis

kayu pertukangan paling komersial di Asia Tenggara) dan diperkirakan

menyimpan 25.000 spesies tumbuhan berbunga.

Salep dipilih sebagai bentuk sediaan, karena sediaan salep merupakan

sediaan halus, setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat

luar. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti luka terbuka yaitu

keadaan dimana kulit robek dan dapat terkontaminasi bakteri yang mengakibatkan
infeksi. Oleh karena itu, penulis lebih memilih sediaan salep dengan basis

hidrokarbon dibandingkan dengan sediaan lain, karena salep ini ditujukan untuk

memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup.

Pemilihan sediaan salep ini juga dikarenakan untuk pengobatan lokal pada

kulit dan mampu menjaga kelembapan kulit, menjaga kulit (pada luka agar tidak

terinfeksi) dan merupakan sediaan yang cocok untuk terapi penyakit kulit yang

disebabkan oleh bakteri. Salep berlemak sebagai bahan pembawa dapat

mempertahankan kelembapan dan menghambat pengeluaran cairan dari kulit serta

adanya efek peningkatan sirkulasi darah ke daerah luka hingga dalam beberapa

hari pertama luka masih tampak lembab (Ansel, 2005)

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diperoleh rumusan masalah yaitu, bagaimana
pembahasan mengenai salep?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan penambahan
informasi mengenai salep.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit

atau selaput lendir (Depkes RI, 1995:18). Menurut pemikiran modern, salep adalah

sediaan semi padat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Fungsi

salep sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, bahan pelumas pada

kulit dan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair

(Anief 1993: 110).

Pengertian salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian

topikal pada kulit atau selaput lendir (Depkes RI, 1995:18). Menurut pemikiran modern,

salep adalah sediaan semi padat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa

penggosokan (Koarsley, M.W., Dziedzic S.Z., 1995).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, salep adalah sediaan setengah padat yang

mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi

homogen dalam dasar salep yang cocok (Lachman,L., Lieberman., and Kanig, J.L, 1994).

2.2. Alasan Pemilihan Sediaan

Salah satu sediaan farmasi yang dapat memudahkan dalam penggunaannya ialah

salep. Dipilih sediaan salep karena merupakan sediaan dengan konsistensi yang cocok

untuk terapi penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri (Moh. Anief, 1997).

Pemilihan formulasi dalam bentuk sediaan salep karena mudah dioleskan sebagai

obat luar, bahan obat yang digunakan larut dalam basis salep (Naibaho. 2013).

2.3. Macam Basis Salep


Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar

salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar

salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Depkes

RI, 1995).

Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih

dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya.

Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak

sebagai pembalut penutup (Depkes RI,1995).

Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak

mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Depkes RI,1995).

Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas

dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Parrafin

hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak

yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap

juga bermanfaat sebagai emolien (Depkes RI, 1995).

Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air antara lain

salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim”. Dasar ini dinyatakan juga dapat dicuci

dengan air karena mudah dicuci dari kulit dan dilap basah, sehingga lebih dapat diterima

untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar

salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat

diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan termatologik

(Depkes RI, 1995).


Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga disebut sebagai dasar

salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan

banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung

bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih

tepat disebut “gel” (Depkes RI, 1995).

2.4. Penggolongan Basis Salep

Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu

basis salep senyawa hidrokarbon, basis salep serap, basis salep yang dapat dicuci dengan

air, dan basis salep larut dalam air (Naibaho, 2013).

Dalam pembuatan salep diperlukan basis salep yang cocok sehingga pelepasan zat

aktif dapat terjadi secara maksimal. Terdapat 4 basis salep yaitu basis hidrokarbon, basis

absorpsi, basis tercuci, dan basis larut air (Anief, 2006). Pelepasan zat aktif dari salep

dipengaruhi oleh konsentrasi obat dalam basis, jenis basis salep, kelarutan, waktu difusi

dan viskositas. Basis salep tersebut adalah basis yang berbeda yaitu basis hidrokarbon,

basis serap, basis tercuci, dan basis larut air. Perbedaan basis salep tersebut bertujuan

untuk menganalisis pengaruhnya terhadap daya penyembuhan luka dan stabilitas fisik

berdasarkan uji sifat fisik sediaan salep (Novita. 2017).

2.5. Aturan Pembuatan Salep

Peraturan-peraturan pembuatan salep terdiri dari : (Depkes RI, 1995).

1) Peraturan salep pertama

“Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak, dilarutkan kedalamnya, jika

perlu dengan pemanasan”.

2) Peraturan salep kedua


“Bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturanperaturan lain,

dilarutkan lebih dahulu dalam air, diharapkan jumlah air yang digunakan dapat diserap

seluruhnya oleh basis salep, jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis”.

3) Peraturan salep ketiga

“Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air harus

diserbuk lebih dahulu, kemudian diayak dengan ayakan no.B.40 (no.100)”.

4) Peraturan salep keempat

“Salep-salep yang dibuat dengan melelehkan, campurannya harus diaduk sampai dingin”.

2.6. Fungsi dan Syarat Salep

Fungsi salep sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit,

bahan pelumas pada kulit dan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit

dengan larutan berair (Anief 1993: 110).

Persyaratan salep berikut ini adalah persyaratan dari salep yang baik:

1) Pemerian : tidak boleh berbau tengik.

2) Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras, kadar

bahan obat adalah 10%.

3) Dasar salep : tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep, kecuali

dinyatakan lain.

4) Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca, harus menunjukkan susunan yang

homogen.
5) Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2006).

2.7. Metode Pembuatan

Menurut Ansel (1989), Salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu: metode

pencampuran dan metode peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu terutama

tergantung pada sifatsifat bahannya.

1) Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur dengan segala cara sampai

sediaan yang rata tercapai.

2) Peleburan

Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan

melebur bersamasama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai

mengental.

Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan

yang sedang mengental setelah didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan

terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan

penguraian atau penguapan dari komponen (Sukandar, 2019).

2.8. Stabilitas Salep

Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas produk farmasi, seperti stabilitas

dari bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dan bahan tambahan, proses pembuatan,

proses pengemasan, dan kondisi lingkungan selama pengangkutan, penyimpanan, dan

penanganan, dan jangka waktu produk antara pembuatan hingga pemakaian (Puji lestari.

2017).
Stabilitas produk obat dibagi menjadi stabilitas secara kimia dan stabilitas secara

fisika. Faktor-faktor secara fisika seperti panas, cahaya, dan kelembapan, mungkin akan

menyebabkan atau mempercepat reaksi kimia, maka setiap menentukan stabilitas kimia,

stabilitas fisika juga harus

ditentukan (Puji lestari. 2017).

2.9. Faktor Yang Berpengaruh Pada Pelepasan Obat Salep

Pelepasan obat dari salep dipengaruhi oleh konsentrasi obat (dosis obat) dalam

basis, jenis basis salep, kelarutan obat dalam basis, waktu difusi dan viskositas. Jika

kelarutan obat dalam basis tinggi maka afinitasnya kuat yang artinya koefisien difusi

rendah sehingga pelepasan obat menjadi lambat dan sebaliknya (Sulaiman dkk, 2008).

2.10. Komponen Salep dan Fungsinya

Komponen- komponen salep secara umum meliputi zat aktif, basis salep

dan zat tambahan (Sandi, 2018).

2.11. Formula

R/ Salep 2-4 10

Adde Camphora 0,5

m.f. ungt.

S.u.e

2.12. Cara Pembuatan


Salep dibuat dengan metode peleburan dan pencampuran. Basis (absorpsi,

hidrokarbon, larut air) dimasukkan kedalam cawan porselen lalu dilebur pada penangas

air. Basis yang telah meleleh diaduk lalu ditambahkan propil paraben dan alfa tokoferol.

Campuran diaduk hingga homogen dalam lumpang (Sandi, 2018).

BAB III
KESIMPULAN

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau

selaput lendir (Depkes RI, 1995:18). Menurut pemikiran modern, salep adalah sediaan semi

padat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Fungsi salep sebagai bahan

pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, bahan pelumas pada kulit dan pelindung kulit

yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair (Anief 1993: 110).

Pengertian salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal

pada kulit atau selaput lendir (Depkes RI, 1995:18). Menurut pemikiran modern, salep adalah

sediaan semi padat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, salep adalah sediaan setengah padat yang mudah

dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen

dalam dasar salep yang cocok.


DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : Edisi Keempat. Terjemahan
Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press.

Koarsley, M.W., Dziedzic S.Z., 1995. Handbook of Starch Hydrolisis Product and Their
Derivates. New York: Blackie Academic & Profesional, 1-25

Lachman,L., Lieberman., and Kanig, J.L, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,jilid 2, ed 3,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta, 1091-1096, 1119-1120

Moh. Anief. (1997). “Ilmu Meracik Obat”. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press

Naibaho. 2013. Pengaruh basis salep terhadap formulasi sediaan salep ekstrak daun kemangi
(Ocimum sanctum L.) pada kulit punggung kelinci yang dibuat infeksi. Jurnal
pharmacon. 1(1):1-5.

Novita. 2017. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol Pliek U Sebagai Antibakteri. Jurnal
politekkes. 1(3):4-7.

Panitia Farmakope Indonesia. (1979). “Farmakope Indonesia Edisi Ketiga”. Jakarta;


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Puji lestari. 2017. Validasi Metode Penetapan Kadar Nistatin Menggunakan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi Dan Aplikasinya Dalam Sediaan Salep. Jurnal unwahas. 2(4):5-7.

Sandi. 2018. Pengaruh basis salep hidrokarbon dan basis salep serap terhadap formulasi salep
sarang burung walet putih (Aerodramus fuciphagus). Jurnal ilmiah.5(2): 7-11.

Sukandar. 2019. Uji aktivitas antijamur salep dan krim ekstrak daun ketapang Terminalia cattapa
L. pada kulit kelinci. Jurnal garuda KEMEKDIBUD. 2(4):7-10.

Sulaiman, T.N.Syaifullah dan Rina Kuswahyuning. 2008. Teknologi & Formulasi Sediaan
Semipadat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai