Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMASETIK DASAR

SEDIAAN SALEP

DISUSUN OLEH :

DAMIAN DWI T ( 201751056 )

EKA NOPITASARI ( 201751094 )

TWIN ALLISA AUGUSTIANI ( 201751336 )

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“SEDIAAN SALEP” sebagai tugas mata kuliah Farmasetik Dasar.

Ucapan terimakasih tidak lupa juga kami berikan kepada dosen yang sudah
memberikan banyak ilmu kepada kami, untuk teman-teman seperjuangan, untuk semua pihak
yang sudah membantu kelancaran makalah ini, serta untuk pembaca makalah ini.

Dalam penulisan ini, kami telah berupaya semaksimal mungkin. Namun, kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya sangat kami
harapkan.

Terimakasih.

Jakarta, Oktober 2018


Daftar Isi
Kata pengantar .............................................................................................................................

Daftar isi ......................................................................................................................................

Bab I

Pendahuluan

a. Latar belakang .................................................................................................................


b. Rumusan masalah ............................................................................................................
c. Tujuan ..............................................................................................................................

Bab II

Pembahasan

a. Definisi salep ...................................................................................................................


b. Penggolongan salep .........................................................................................................
c. Keuntungan dan kerugian salep ......................................................................................
d. Bahan penyusun dasar salep ............................................................................................
e. Fungsi salep ....................................................................................................................
f. Karakteristik salep ...........................................................................................................
g. Persyaratan salep .............................................................................................................

Bab 3

Penjelasan

a. Contoh resep dan skrining resep .....................................................................................


b. Monografi bahan obat ....................................................................................................

Bab 4

Penutup

a. Kesimpulan ......................................................................................................................
b. Saran ................................................................................................................................

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok (FI ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau
narkotik adalah 10 %. Sedian setengan padat ini tidak menggunakan tenaga.

Akan tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep harus
halus. Oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah
saleb yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke
pori-pori kulit dan diserab oleh kulit.

Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai
obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung
kulit. Sediaan setengah padat terdiri dari salep, pasta, dan krim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu salep ?
2. Apa saja penggolongan salep ?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian salep ?
4. Apa saja bahan penyusun dasar salep ?
5. Apa fungsi salep ?
6. Bagaimana karakteristik salep?
7. Apa saja persyaratan salep ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi salep
2. Mengetahui apa saja penggolongan salep
3. Mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian salep
4. Mengetahui apa saja bahan penyusun dasar salep
5. Mengetahui apa fungsi salep
6. Mengetahui bagaimana karakteristik salep
7. Mengetahui apa saja persyaratan salep
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SALEP
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Preparat
farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet kimia
sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol,
asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener, dan campuran-campuran lain.
Preparat setengah padat menggunakan dasar salep yang mengandung atau menahan air,
yang membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih luas daripada yang mengandung
sedikit uap air, dan oleh karena itu merupakan masalah yang lebih besar dari
pengawetan (Chaerunnisa, 2009).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep
yang cocok. Pemerian Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan
untuk salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah
10 %. Kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung
dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut:
dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau campurannya
dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon lain yang
cocok; dasar salep serap lemak bulu domba dengan campuran 8 bagian kolesterol 3
bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih, campuran 30
bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; dasar salap yang dapat dicuci
dengan air. Emulsi minyak dan air; dasar salap yang dapat larut dalam air
Polietilenglikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang
homogen (Anif, 2000)
B. PENGGOLONGAN SALEP
1. Menurut Konsistensinya, salep digolongkan menjadi 5 golongan :
a. Unguenta : adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega. Tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae (Jelly) : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair
dan mengandung sedikit atau tanpa lilin.
2. Menurut Efek Terapinya, salep digolongkan menjadi 3 golongan :
a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindung
kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Dasar
salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidak melalui
kulit dan terabsorbsi sebagian. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya. Dasar salep
yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.
3. Menurut Dasar Salepnya, salep digolongkan menjadi 2 golongan :
a. Salep hydrophobic : yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misanya
campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan
air.
b. Salep hydrophilic : yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe
o/w atau seperti dasar salep hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek,
kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.
(Depkes, 1994).
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SALEP
 Kelebihan
Adapun kelebihan menggunakan sediaan salep adalah :
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit.
4. Sebagai obat luar

 Kekurangan
Di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan berdasarkan basis di antaranya
yaitu :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit
tercuci hingga sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan
bahan bahan kurang stabil dengan adanya air Mempunyai sifat hidrofil atau
dapat mengikat air .

D. BAHAN PENYUSUN DASAR SALEP


 Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (bebas air) antara lain
vaselin putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampur ke dalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan
bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek
emolien. Dasar hidrokarbon ini juga sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak
berubah dalam waktu lama. Contoh : petrolatum, paraffin, minyak mineral.

 Dasar salep absorpsi


Dasar salep absorpsi Dibagi menjadi 2 tipe :
a. Yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi
air dan minyak. Misalnya petrolatum hidrofilik dan lanolin anhidrat.
b. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi), memungkinkan bercampur
sedikit penambahan jumlah larutan berair. Misalnya lanolin dan cold cream.
Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat
penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar salep berlemak
dasar salep serap tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air. Dasar-dasar
salep ini berguna dalam farrnasi untuk pencampuran larutan berair kedalam larutan
berlemak. Contoh : petrolatum hidrofilik, lanolin, dan lanolin anhidrida, cold cream.
Dasar salep serap dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri atas
dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak
(parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air
dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin).
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.

 Dasar salep yang dapat dicuci dengan air


Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidofilik yang
lebih tepat disebut “krim”. Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci
dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat
diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif
menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari
dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjadi pada kelainan dermatologik. Bahan obat tertentu dapat diserap lebih baik oleh
kulit jika dasar salep lainnya. Contoh : salep hidrofilik

 Dasar salep larut air


Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen
larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang
dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin,
lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”. Dasar salep ini
mengandung komponen yang larut dalam air. Tetapi seperti dasar salep yang dapat
dibersihkan dengan air, basis yang larut dalam air dapat dicuci dengan air. Basis yang
larut dalam air biasanya disebut greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak.
Karena dasar salep ini sangat mudah melunak dengan penambahan air, larutan air tidak
efektif dicampurkan dengan bahan tidak berair atau bahan padat. Contohnya salep
polietilen glikol.
Pemilihan dasar salep yang tepat untuk dipakai dalam formulasi tergantung pada
pemikiran yang cermat atas beberapa faktor berikut:
a. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep
b. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorbsi perkutan dari obat
c. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep
d. Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep
e. Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.
Semua faktor ini dan yang lainnya harus ditimbang satu terhadap yang lainnya
untuk memperoleh dasar salep yang paling baik. Harus dimengerti bahwa tidak ada
dasar salep yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan.
Sebagai contoh suatu obat yang cepat terhidrolisis, dasar salep hidrolisis akan
menyediakan stabilitas yang tinggi. Walaupun dari segi terapeutik dasar salep yang lain
dapat lebih disenangi. Pemilihannya adalah untuk mendapatkan dasar salep yang secara
umum menyediakan segala sifat yang dianggap paling diharapkan.

E. FUNGSI SALEP
Fungsi salep antara lain :

 Sebagai bahan aktif pembawa sustansi obat untuk pengobatan kulit


 Sebagai bahan pelumas pada kulit
 Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit yang dengan
larutan berair dan perangsang kulit

F. KARAKTERISTIK SALEP
a. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan
ekskoriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.
e. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)

Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :


a. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit
b. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
c. Tidak merangsang kulit.
d. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
e. Stabil dalam penyimpanan.
f. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
g. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
h. Mudah dicuci dengan air.
i. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
j. Mudah diformulasikan/diracik
k. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit.
l. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
m. Tidak merangsang kulit.
n. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
o. Stabil dalam penyimpanan.
p. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
q. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
r. Mudah dicuci dengan air.
s. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
t. Mudah diformulasikan/diracik

G. PERSYARATAN SALEP MENURUT FI EDISI III


a. pemerian : tidak boleh bau tengik
b. kadar : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep ( basis salep ) yang
digunaakan vaselin putih ( vaselin album ), tergantung dari sifat bahan obat dan
tujuan pemakaian salep, dapat Dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut :
 Dasar salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kunig, malam putih atau malam
kunig atau campurannya.
 Dasar salep serap : lemak, bulu domba campuran 3 bagian kolestrol dan 3
bagian stearil alcohol, campuran 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin
putih.
 Dasar salep yang dapat larut dalam air
 Dasar salep yangdapat dicuci dengan air
c. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukan susunan yang homogen.
d. Penandaan : etiket harus tertera ”obat luar “
BAB III

PENJELASAN

A. CONTOH RESEP DAN SKRINING RESEP


 Resep 1.

• Nama pasien : O
• Alamat pasien: O
• Nomor izin dokter: X
• Tanggal penulisan resep: O
• Tanda R/: O
• Nama obat/ komposisi obat : O
• Aturan pakai obat/ signa: O
• Tanda tangan/ paraf dokter : O

Ada : O
Tidak Ada : X
 Resep 2

• Nama pasien : O
• Alamat pasien: X
• Nomor izin dokter: X
• Tanggal penulisan resep: O
• Tanda R/: O
• Nama obat/ komposisi obat : O
• Aturan pakai obat/ signa: X
• Tanda tangan/ paraf dokter : X

Ada : O
Tidak Ada : X
B. Monografi Bahan Obat
 Asam Salicyl (Farmakope edisi 3, Hal : 56)
Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk hablur putih, hampir tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol, mudah larut dalam
khloroform p, larut dalam larutan amonium asetat
Khasiat : keratolitikum, anti fungi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
a. Salep adalah bentuk sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
b. Bahan dasar salep adalah salep hidrokarbon, dimana dasar salep yang digunakan
adalah vaselin album

SARAN
a. Hendaknya dalam memformulasikan suatu sediaan seorang praktikan harus benar-
banar memperhatikan karakteristik bahan, konsentrasi bahan, sifat dari masing-
masing bahan serta interaksi antar bahan yang besar kemungkinannnya sangat bias
terjadi. Sehingga dengan demikian sediaan yang diformulasikan akan menghasilkan
suatu sediaan yang benar-benar layak pakai dan seminimal mungkin dapat
mengurangi kekurangan dari sediaan krim tersebut.
b. Selain itu factor lain yang yang perlu diperhatikan adalah pada proses
pembuatannya,. Dengan mempertimbangkan karakteristik, konsentrasi dan interaksi
dari masig-masing bahan tadi, seorang praktikan harus mampu merancang dan
membuat prosedur kerja yang sebaik mungkin sesuai ketentuan, agar sediaan yang
dibuat dapat memenuhi standar evaluasi yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel C Howard. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Soetopo dkk. (2002). Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai