Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teknologi Sediaan
Semi Solid I dengan judul “Sediaan Krim”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta,4 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 1


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4
A. Definisi Krim ............................................................................................................... 4
B. Keuntungan dan Kelemahan Sediaan Krim............................................................. 5
C. Persyaratan Sediaan Krim ......................................................................................... 6
D. Formulasi Sediaan Krim ............................................................................................ 6
E. Jenis-Jenis Sediaan Krim ........................................................................................... 8
F. Eksipien Sediaan Krim ............................................................................................... 8
G. Pembuatan Sediaan Krim .......................................................................................... 9
H. Evaluasi Sediaan Krim ............................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan obat jarang diberikan sendiri – sendiri, tetapi lebih sering merupakan
suatu formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat yang
bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam – macam dan khusus. Melalui
penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai bahan farmasi akan dihasilkan
sediaan farmasi atau bentuk sediaan dengan tipe bermacam – macam. Bahan sediaan
farmasi dapat melarutkan, mensuspensi mengentalkan, mengencerkan, mengemulsi,
menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi, dan menciptakan banyak vermacam
– macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur dan menarik
(Ansel 1989).
Masing – masing tipe bentuk sediaan famasi mempunyai sifat – sifat fisika dan
kimia yang khusus. Sediaan yang bermacam – macam ini meupakan tantangan bagi
ahli farmasi di pabrik dalam membuat formula dan bagi dokter dalam memilih obat
serta cara pemberiannya. Salah satu bentuk sediaan farmasi adalah sediaan semi solid
yang merupakan bentuk sediaan yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Sediaan yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu kemampuan
bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering dan lain – lain, atau
untuk efek khusus dari bahan obat yang ada (Ansel 1989).
Krim merupakan salah satu bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit. Krim
adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI 1979). Krim ada dua tipe
yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Sifat umum sediaan krim ialah mampu
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum
sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat memberikan efek mengkilap,
berminyak, melembapkan, dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit,
mudah/sulit diusap, mudah/sulit dicuci air (Anwar 2012).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Krim
1. Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dandimaksudkan untuk
pemakaian luar.
2. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai.
3. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi
kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat
baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan
sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel 1989). Krim dengan
basis minyak dalam air memiliki sifat yang lebih nyaman dan cenderung
disukai oleh masyarakat, karena memberikan konsistensi yang berminyak dan
cenderung lengket, akan tetapi banyak bahan aktif yang bersifat hidrofobik
yang pelepasannya lebih mudah jika menggunakan basis jenis ini. Krim air
dalam minyak sering digunakan untuk memberikan efek emolien pada kulit.
Sediaan krim banyak digunakan untuk sediaan obat misalnya untuk obat anti
inflamasi, antijamur, anastetik, antibiotik, dan hormon. Sediaan krim juga
sering digunakan dalam industri kosmetik, misalnya untuk sediaan
pembersih,emolien, tabir surya, antiaging, dan masih banyak lagi.

4
B. Keuntungan dan Kelemahan Sediaan Krim
Kelebihan sediaan krim, yaitu:
1. Mudah menyebar rata.
2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama
tipe M/A (minyak dalam air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7. Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi,
pada faseA/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi
10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku,
dan deodorant.
11. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
Kekurangan sediaan krim, yaitu:
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya
tidak tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan
panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
4. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik.

5
C. Persyaratan Sediaan Krim
Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
1. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
2. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang
dihasilkan menjadi lunak serta homogen.
3. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada penggunaan.

D. Formulasi Sediaan Krim


1. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara
pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.
2. Fase minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam stearat,
adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum,
vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
3. Fase air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air. Contoh : Na tetraborat (borax,
Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3, Gliserin,
Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya berupa surfaktan. Selain
itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasiun, setilalkohol,
stearilalkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.

6
5. Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan adalah:
1. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet yang
sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin) 0,12 – 0,18% dan
propilparaben (nipasol) 0,02 – 0,05%.
2. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh :dapar fosfat.
3. Pelembab atau humectan, untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada
kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang, dan tidak
berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh : gliserol, PEG,
sorbitol.
4. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh. Contoh : tokoferol, alkil galla, BHT, dan Na sulfit.
Penggunaan bahan-bahan tambahan tersebut harus disesuaikan
dengan sifat fisikokimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran bahan
aktif dan bahan-bahan tambahan tersebut harus dapat menghasilkan sediaan
semisolida yang memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil dan dapat
diterima oleh masyarakat. Aman berarti sediaan tersebut memiliki
kandungan bahan aktif yang sesuai dengan monografi dan tidak memberikan
pelepasan bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dari sediaan pada tempat
penggunaannya. Stabil berarti sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan
konsistensi baik secara fisika, kimia, mikrobiologi, toksikologi, maupun
farmakologi.

7
E. Jenis-Jenis Sediaan Krim
Ada dua tipe krim, yaitu :
 Tipe minyak dalam air (M/A)
Tipe krim M/A merupakan krim yang fase luarnya air, jadi mudah dicuci
dengan air atau tidak lengket atau meninggalkan noda pada pakaian.
Contoh: vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.
 Tipe air dalam minyak (A/M)
Tipe krim A/M merupakan krim dengan fase luarnya minyak, tidak mudah
dicuci dengan meninggalkan noda atau lengket pada pakaian serta tidak
mudah mengering Contoh : cold cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit,
sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream
mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
F. Eksipien Sediaan Krim
Eksipien adalah zat tambahan yang tidak mempunyai efek farmakologi. Macam-
macam fungsi dan contoh eksipien yaitu : pengawet, pendapar, sequestering dan
antioksidan.
1. Pengawet
Dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas dan mencegah terjadinya
kontaminasi mikroorganisme yang dapat merusak sediaan. Contoh:
Nipagin 0.12-0.18%, Nipasol 0.02%-0.05%.
2. Pendapar
Dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan. Hal ini juga erat
kaitannya dengan kestabilan sediaan. Pemilihan pendapar harus
memperhatikan sifat bahan penyusunnya. Perubahan pH biasanya dapat
menyebabkan kerusakan pada krim.

8
3. Sequestering
Dimaksudkan untuk membentuk kompleks dengan logam yang terdapat
pada sediaan. Contoh: sitrat, EDTA
4. Antioksidan
Dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketengikan akibat oksidasi.
Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHT, Na sulfit, K sulfit. Dapat juga
digunakan sitrat atau EDTA.

G. Pembuatan Sediaan Krim


1. Fase atau bagian lemaknya dilelehkan diatas water bath, fase atau bagian
yang larut dalam air dicampur dengan air panas. Kedua bagian diatas
dicampur dan digerus dalam lumpang panas sampai terbentuk basis krim.
2. Fase lemak dan fase air dipanaskan perlahan - lahan sampai terbentuk
larutan sabun, kemudian digerus dalam lumpang panas sampai terbentuk
masa krim. Cara ini dilakukan untuk krim dengan kadar lemak tinggi.
3. Zat yang larut dalam air ditambah 30% air, zat fase lemak dilelehkan
bersama-sama. Kemudian tambahkan air panas dengan jumlah yang sama
gerus homogen. Tambahkan fase lemak gerus sampai menyatu dan
terakhir sisa air. Cara ini digunakan untuk krim dengan minyak tumbuh-
tumbuhan.

H. Evaluasi Sediaan Krim


a. Uji organoleptik
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik
sediaan dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin
terjadi selama penyimpanan. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya
bahan-bahan sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah,

9
dan bawah kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika
terjadi pemisahan fase.
c. Uji pH
Uji pH bertujuan mengetahuI keamanan sediaan krim saat digunakan
sehingga tidak mengiritasi kulit. Ditimbang sebanyak 1 gram ekstrak krim
dan diencerkan dengan 10 ml aquades. Kemudian gunakan pH-meter yang
bagian sensornya dan dibaca pH pada bagian monitor.
d. Uji daya serap
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air.
Ditimbang krim, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok.
Penetesan air pada krim dlakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau
krim memisah dengan air. Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan
hinggga krim memisah.
e. Uji daya sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan
kekulit. Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di
tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian
diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan
berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
f. Pengukuran Viskositas
Pemeriksaan viskositas untuk memastikan tingkat kekentalan sediaan krim
yang sesuai untuk penggunaan topikal. Viskositas sediaan krim diukur
menggunakan Viskosimeter Brook Field LV. Sediaan sebanyak 25 gram
dimasukkan kedalam cup, kemudian dipasang spindel ukuran 4 dan rotor
dijalankan dengan kecepatan 60 rpm.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air
2. Ada dua tipe krim, yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M).
3. Formula sediaan krim yaitu : zat berkhasita, zat pembawa, pengemulsi, dan zat
tambahan.
4. Keuntungan sediaan krim : mudah menyebar merata , praktis dipakai, mudah
dibersihkan dan dicuci, tidak lengket terutama tipe M/A, memberikan rasa
dingin pada tipe A/M, digunakan sebagai kosmetik, dan aman digunakan untuk
dewasa dan anak-anak.
5. Evaluasi sediaan krim : uji organoleptic, uji homogenitas, uji ph, uji daya serap,
uji dayasebar dan uji pengukuran viskositas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV . Terjemahan: Ibrahim
F. UI Press. Jakarta

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Depkes RI. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Juwita AP, Paulina V. Yamlean Y, Edy HJ. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun
Lamun (Syringodium isoetifolium.) Jurnal Ilmiah Farmasi. 12(02): 2302 –
2493.

Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University


Press.Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai