Anda di halaman 1dari 15

PROSEDUR ANALISA KUALITATIF & KUANTITATIF OBAT

SIMVASTATIN
Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Farmasi Analisis

DosenPengampu

Ibu IinHardiyati, S.Farm.,M.Farm.,Apt

Disusun Oleh :

ARMI ANDRIYANI

NIM : 201751041

Program Studi Farmasi Fakultas Sains danTeknologi


Institut Sains Dan Teknologi Al Kamal
Jakarta

1
SIMVASTATIN

Simvastatin adalah obat penurun kolesterol golongan statin yang berfungsi untuk menurunkan
kadar kolesterol dalam darah. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan
simvastatin 10 mg dan 20 mg.

Uraian Bahan
Sifat fisiko kimia simvastatin adalah sebagai berikut:

Rumus struktur :

Rumus Molekul : C25H38O5

Berat Molekul : 418,6

Titik Lebur : 135o sampai 138oC

Pemerian : Serbuk kristal putih

Kelarutan : Tidak larut dalam air, n-heksana, dan asam klorida;

2
larut dalam kloroform, dimetil sulfoksida, metanol, etanol,
polietilen glikol, NaOH, dan propilen glikol.

Farmakologi

Simvastatin merupakan kelompok dari 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-coenzyme A (HMG-


CoA) inhibitor reduktase yang digunakan untuk hiperkolesteramia dan hiperlipidemia.
Simvastatin, lovastatin dan atorvastatin adalah yang paling sering digunakan, namun
hanya yang pertama yang merupakan prodrug. Bentuk prodrug lebih baik di absorbsi
dibandingkan dengan bentuk non-modifikasi (Guzik, et al., 2010). Simvastatin berdaya
menurunkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dan kolesterol total dalam 2-4
minggu. Kadar VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan TG juga dapat diturunkan,
sedangkan HDL (High Density Lipoprotein) dinaikkan sedikit. Digunakan tersendiri atau
dikombinasi dengan damar. Khasiat menurunkan LDL-nya kuat, tetapi lebih lemah
daripada atorvastatin .

Interaksi Obat

Sejumlah efek samping bisa muncul jika simvastatin dikombinasikan dengan obat-
obatan di bawah ini:

 Antikoagulan (obat pengencer darah): meningkatkan risiko perdarahan.


 Ezetimibe: meningkatkan risiko gangguan fungsi hati.
 Amlodipine dan asam fusidat: meningkatkan risiko kelainan otot (miopati).
 Colchicine, amiodarone, verapamil, dilatizem: meningkatkan risiko miopati dan
rhabdomyoyisis atau kerusakan jaringan otot rangka.

Simvastatin juga dapat meningkatkan risiko miopati, rhabdomyolysis, dan gagal ginjal
akut, bila digunakan bersamaan dengan obat-obat berikut:

 Anti jamur, seperti itraconazole dan ketoconazole.


 Antibiotik, seperti clarithromycin dan erythromycin.

3
 Vitamin B3 (niacin)
 Gemfibrozil
 Ciclosporin
 Danazol

Efek Samping

Pada umumnya ringan, antara lain nyeri otot reversibel, yang adakalanya menjadi
gangguan otot parah yang disebut rhabdomyolysis. Wanita hamil tidak boleh
menggunakannya karena statin berdaya teratogen (mengakibatkan cacat pada bayi),
lagipula kolesterol mutlak dibutuhkan bagi pengembangan janin .

Dosis Permulaan 10 mg pada malam hari, bila perlu dinaikkan dengan


interval 4 minggu sampai maksimal 40 mg (Tan dan Rahardja, 2007).

Merek dagang simvastatin:


Simvastatin, Simbado, Sintrol, Selvim, Statcol, Statkoles, Norpid, Mersivas, Valemia.

4
Penetapan kadar simvastatin
Dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Menggunakan kolom TC-C18 (4,6 × 150 mm) dengan fase gerak metanol-air (80:20),
sistem elusi isokratik pada suhu 40oC, laju alir 1,5 ml/menit pada panjang gelombang
238 nm.

Untuk menguji validitas metode ini,

dilakukan uji validasi dengan parameter akurasi, presisi, batas deteksi, dan batas
kuantitasi.

Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam
sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak.
 Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil,
atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan
pada dinding kolom.
 Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase
gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi
cair dan kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair
Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering
digunakan dalam bidang kimia analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam
bidang farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya.
Pada Farmakope Indonesia edisi IV(1995) tidak ditemukan monografi  dari sediaan
simvastatin tablet. Pada beberapa literatur penetapan kadar  simvastatin dapat
dilakukan secara:
1. Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

5
 Dalam USP 32 (2009), menggunakan kolom tipe L1 (25 cm × 4,6 mm)
dengan  fase gerak acetonitril-larutan buffer pH 4,5 (65:35) pada aju alir 1,5
ml/menit  dan di deteksi pada panjang gelombang 238 nm.
 Menurut Guzik, et  al (2010),
menggunakan kolom HypersilODS (250 mm × 4,6 mm) dengan fase  gerak
metanol-air (70:30) pada menit ke0 dan metanol-air (97:3) pada menit  ke 15
pada suhu  o C pada laju alir 1,5 ml/menit dan deteksi dilakukan pada
panjang gelombang238
2. Spektrofotometer UV menggunakan :
 pelarut metanol pada  panjang gelombang 236 nm, dan dengan pelarut 2-
propanol pada panjang  gelombang 240 nm.
 Menurut Moffat, et al.,(2004), baku simvastatin dapat  diidentifikasi dengan
spektrofotometer UV dengan pelarut asetonitril pada  panjang gelombang
231, 238 dan 247 nm sehingga kemungkinan kadarnya  dalam tablet dapat
diukur dengan spektrofotometer UV.
3. kromatografi gas
menggunakan kolom metal silikon, gas pembawa helium pada  temperature  o C,
dan laju alir 0,9 ml/menit.

METODE PENELITIAN

Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat

1. instrumen KCKT lengkap (Agilent) dengan pompa (G4290C),


2. injektor (G4290C), oven (G4290C), UV (G4290C), kolom Agilent TC-C18 (4,6 ×
150mm )
3. vial autosampler, degasser (Kudos),
4. sonifikator (Branson 1510), pompa
5. vakum (Gast DOA – P604-BN),

6
6. neraca analitik (Boeco-Germany), pemurni air
7. (Purelab UHQ)
8. , membran penyaring Poli Tetra Fluoro Etilen (PTFE) 0,45 µm,
9. membran penyaring nitrat selulosa 0,45 µm, membran penyaring whatman PTFE
0,2 µm

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. metanol gradient grade for liquid chromatography (E. Merck),


2. aquabidestilata (PT. Ikapharmindo Putramas),
3. simvastatin Baku Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI) dan simvastatin
sediaan tablet 10 mg dengan nama dagang dan generic

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel secara purposif yaitu tanpa membandingkan antara satu tempat
dengan tempat lain, karena tempat pengambilan sampel dianggap homogen.

Prosedur Penelitian

1. Penyiapan Bahan

Pembuatan Fase Gerak Metanol – Air Metanol 500 ml disaring dengan menggunakan
penyaring PTFE 0,45 µm dan diawaudarakan selama 30 menit.

Akuabidestilata 500 ml disaring dengan menggunakan penyaring nitrat selulosa 0,45


µm. dan diawaudarakan selama 30 menit.

2. Pembuatan Pelarut

Metanol disaring dengan menggunakan membran filter PTFE 0,45 µm dan


diawaudarakan selama 30 menit.

3. Pembuatan Larutan Induk Baku Simvastatin BPFI

7
Ditimbang seksama sejumlah 10 mg serbuk simvastatin BPFI, dimasukkan ke dalam
labu tentukur 10 ml, dilarutkan dengan pelarut, disonikasi selama 30 menit untuk
melarutkan hingga sempurna, kemudian dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut
dan dikocok sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000
µg/ml (LIB I).

Dipipet 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan sampai garis tanda

dengan pelarut dan dikocok sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 100 µg/ml (LIB II).

Prosedur Analisis

Penyiapan Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

 Diatur masing-masing unit, kolom yang digunakan TC-C18 (4,6 × 150 mm),
detektor UV pada panjang gelombang 238 nm, suhu 40oC. Pompa
menggunakan mode aliran 1,5 ml/menit dengan sistem elusi isokratik. Setelah
alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak dibiarkan
mengalir selama 30-60 menit sampai diperoleh garis alas yang datar,
menandakan sistem tersebut telah stabil.
 Penentuan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum untuk Analisis
Ditimbang 5 tablet simvastatin, diserbukkan, ditimbang seksama setara 10 mg
simvastatin. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml
pelarut, disonikasi selama 30 menit untuk melarutkan hingga sempurna.
Dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen
sehingga diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 200 µg/ml. Disaring
dengan menggunakan kertas saring.
Dipipet 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan
pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen sehingga diperoleh
larutan simvastatin dengan konsentrasi 20 µg/ml. Dimasukkan ke dalam vial
autosampler menggunakan spuit dan disaring menggunakan penyaring
whatman PTFE 0,2 µm. Kemudian diinjeksikan ke dalam sistem KCKT

8
menggunakan vial autosampler sebanyak 20 µl, menggunakan fase gerak
metanol – air, dengan perbandingan (70 : 30) pada laju alir 1,5 dan 1,7 ml/menit,
perbandingan (80:20) pada laju alir 1,0 dan 1,5 ml/menit dan perbandingan
(85:15) pada laju alir 1,0 dan 1,5 ml/menit, suhu 40oC dan dideteksi pada
panjang gelombang 238 nm.

Analisis Kualitatif Menggunakan KCKT

Uji Identifikasi Simvastatin dalam Sampel Menggunakan KCKT

 Sampel dan bahan baku simvastatin masing-masing dengan konsentrasi 20


µg/ml diinjeksikan sebanyak 20 µl,
 Dianalisis pada kondisi KCKT dengan perbandingan fase gerak yang diperoleh.
Sampel dinyatakan mengandung simvastatin dengan membandingkan waktu
retensi bahan baku simvastatin dan waktu retensi sampel.
 Selanjutnya pada larutan sampel simvastatin ditambahkan sedikit larutan baku
simvastatin (spiking) kemudian diinjeksikan dan dianalisa kembali pada kondisi
KCKT yang sama.

Analisis Kuantitatif

Pembuatan Kurva Kalibrasi Simvastatin Baku

 Dipipet larutan induk baku II (LIB II) dengan konsentrasi 100 µg/ml (0,5; 1; 2; 3
dan 5) ml,
 Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut hingga
garis tanda, dikocok sampai homogen sehingga diperoleh konsentrasi (5, 10, 20,
30, dan 50) µg/ml.
 Kemudian masing-masing larutan disaring dengan penyaring whatman PTFE
0,2 µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT menggunakan vial autosampler

9
sebanyak 20 µl menggunakan fase gerak metanol-air, dengan perbandingan
(80:20), laju alir 1,5 ml/menit, suhu 40oC dan dideteksi pada panjang
gelombang 238 nm.
 Selanjutnya dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva
kalibrasi
 Dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.

Penetapan Kadar dalam Sampel

 Ditimbang 20 tablet,
 Kemudian diserbukkan, dari serbuk ini ditimbang setara 10 mg simvastatin.
 Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml pelarut,
disonikasi selama 30 menit untuk melarutkan hingga sempurna.
 Dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen
sehingga diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 200 µg/ml.
 Disaring dengan menggunakan kertas saring.
 Dipipet 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan
pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen sehingga diperoleh
larutan simvastatin dengan konsentrasi perolehan 20 µg/ml.
 Dimasukkan ke dalam vial autosampler menggunakan spuit dan disaring
menggunakan penyaring whatman 0,2 µm. Kemudian diinjeksikan ke dalam
sistem KCKT menggunakan vial autosampler sebanyak 20 µl,
 menggunakan fase gerak metanol-air, dengan perbandingan (80:20), laju alir 1,5
ml/menit, suhu 40oC dan dideteksi pada panjang gelombang 238 nm. Dilakukan
sebanyak 6 kali .pengulangan untuk setiap sampel tablet generik dan paten.
Konsentrasi sampel yang diukur dari penyuntikan dapat dihitung dengan
mensubtitusikan luas area sampel pada Y dari persamaan regresi: Y = aX + b.

Metode Validasi

10
1. Kecermatan (accuracy)

Menurut Harmita (2004), akurasi/kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat


kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya.

Ditimbang 20 tablet kemudian ditentukan pada rentang spesifik 80%, 100%, dan 120%
terhadap berat yang sama seperti pada penetapan kadar sampel yaitu setara 10 mg
simvastatin.

 Misalnya untuk rentang 80% ditimbang serbuk yang mengandung 70% analit
yaitu sebanyak 5,6 mg.
 Lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada penetapan kadar sampel.
 Ditimbang lagi serbuk yang mengandung 70% analit dan 30% bahan baku yaitu
sebanyak 2,4 mg lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada penetapan
kadar sampel.
 Dilakukan 3 kali replikasi untuk masing-masing rentang spesifik tersebut. Hasil
dinyatakan dalam persen perolehan kembali (% recovery).

2. Keseksamaan (precision)

Menurut Rohman (2009), presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil
analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang
sama.

Untuk menguji data presisi (RSD), diambil data-data dari data % perolehan kembali (9 ×
replikasi), kemudian dihitung standar deviasi. Setelah itu, dihitung % RSD dengan cara
standar deviasi dibagi rata-rata dari % perolehan kembali kemudian dikali 100%. Presisi
seringkali diekspresikan dengan SD atau Relatif Standar Deviasi (RSD) dari
serangkaian data.

Nilai RSD dirumuskan dengan:

100% x X SD RSD

11
Keterangan: RSD = Relatif Standar Deviasi (%)

SD = Standar deviasi

X = Kadar rata-rata sampel

Nilai SD dihitung dengan:

SD = 2 1 n XX

Dimana: X = nilai dari masing-masing pengukuran

X = rata-rata (mean) dari pengukuran

n = banyaknya data

3. Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Menurut Harmita (2004), batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang
dapat dideteksi yang masih memberikan respon sigiunifikan dibandingkan dengan
blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan
parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ) dapat dihitung secara
statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi .

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kadar tablet simvastatin generik yaitu:

1. PT. Hexpharm Jaya 99,18 ± 0,41%,


2. PT. Kimia Farma 105,26 ± 0,64%,
3. PT. Novell 93,71 ± 0,30%,
4. PT. Bernofarm 104,85 ± 0,36%.

Sedangkan untuk tablet dengan nama dagang berturut-turut untuk

12
5. Zocor® (PT. Merck Sharp & Dohme) 99,06 ± 0,27%,
6. Normofat® (PT. Soho) 104,55 ± 0,25%, Simbado® (PT. Lapi) 105,58 ± 0,41%,
7. Lesvatin® (PT. Gracia Pharmindo) 104,55 ± 0,19%.

Semua tablet yang dianalisis memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam
United State Pharmacopeia (USP) edisi 32 tahun 2009 yaitu tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Hasil uji validasi dari metode ini diperoleh persen recovery100,95% dengan RSD
0,65%, ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik
dengan limit deteksi 2,5597 μg/ml dan limit kuantitasi 8,5326 μg/ml.

13
ESTERIFIKASI SIMVASTATIN
Obat Penurun Kadar Kolestrol Simvastatin termasuk golongan statin, merupakan obat
penurun kadar kolesterol (agen hipokolesterolemia) dan dihasilkan dari fermentasi
Aspergillus tereus.

Mekanisme dari obat-obat penurun kadar kolesterol adalah:

dengan menghambat 3- Hydroxy -3- Methyl Glutaryl Co-enzym A Reduktase (HMG Co-
A Reduktase), yang merupakan enzim yang mengkatalisis HMG Co-A menjadi asam
mevalonik.

Cara kerjanya adalah:

menghambat pembentukan kolesterol di hati dan meningkatkan pembuangan LDL dari


aliran darah.

Hasil uji klinik menunjukkan bahwa Simvastatin dapat mengurangi konsentrasi


kolesterol total plasma, konsentrasi kolesterol LDL dan konsentrasi kolesterol VLDL dan
dapat meningkatkan kolesterol HDL dan mengurangi trigliserida plasma Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa didapatkan esterifikasi simvastatin ini adalah :

1. Lemak cenderung tidak larut dalam air, biasanya larut dalam eter, kloroform, dan
benzena.
2. Asam lemak bereaksi dengan ATP membentuk AMP. 3.
3. Pemecahan asam lemak disebut β-oksidasi asam lemak dan pembentukannya
disebut biosintesis asam lemak. .
4. Oksidasi asam lemak maupun biosintetisnya mempunyai berbagai tahapan.
5. Proses oksidasi asam lemak merupakan proses yang terjadi di mitokondria di
mana terjadi pada atom karbon beta sehingga disebut beta oksidasi. Setiap kali
oksidasi menghasilkan asetil KoA, NADH dan FADH2.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Abu Bakar M,F., Mohamed, M., Rahmat, A., and Fry, J. 2009.Phytochemicals
and antioxidant activity of different parts of bambangan (Mangifera pajang) and
tarap (Artocarpus odoratissimus). Food Chemistry 113: 479–483.
2. Marliana, S.D., Venty Suryanti, Suyono. 2005. Skrining Fitokomia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule jacq.
Swartz) Dalam Ekstrak etanol. Jurnal Biofarmasi 3(1): 26-31.
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI., 115.
4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 92, 259-260.
5. Murray.R.K., Granner, and Rodwell. 2009. Biokimia Harper (Brahm U. Pendit, et
all, penerjemah.). (Ed ke-27). Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC., 128-137,
217-223, 225-237, 239-246.
6. Muhammad Wirahadikusumah. (1985). Biokimia: metabolisme Energi,
Karbohidrat, dan Lipid , Penerbit ITB Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai