DI SUSUN OLEH :
1. Al Hikmah (01017010)
2. Dini Sriwijayanti (01017042)
3. Dwi Febiyanti (01017046)
4. Humaeroh (01017075)
SEMESTER V (ABE)
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena berkat dan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika Dasar.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila dalam isi makalah ini ada kekurangan dan tulisan yang kurang
tepat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran para pembaca akan kami terima
dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.3 Tujuan.........................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................2
Bab II Pembahasan
3.1 Kesimpulan...............................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai
berikut.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas farmasetik dasar yang diberikan dan
sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
Contoh : Vaselin putih, vaselin kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak
nabati.
Adeps Lanae
3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik
(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karen
a mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk
dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunak
an dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon.
vii
Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan
mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying
wax.
Vanishing Cream
4. Dasar Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstit
uen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti
dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak laru
t dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih
tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas
dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar sale
p yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya o
bat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon da
ripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih
efektif dalam dasar salep yang mangandung air.
Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)
2.4. Kualitas Dasar Salep
1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh ole
h suhu dan kelembaban kamar.
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan selur
uh produk harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai.
viii
4) Dasar salep yang cocok.
5) Dapat terdistribusi merata
4) Cerata
adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
5) Gelones / Spumae / Jelly
adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung
sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai
pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan
lemak dengan titik lebur yang rendah
ix
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit
dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi
lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada
salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep
yang baik adalah adepslanae dan oleum cacao.
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-
peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan
dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi
dari basis.
x
1. Zat padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar salep
Camphorae
Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep
tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya)
Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae
dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut
Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat
mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae
dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan dasar salepnya
Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu
dengan eter atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar
salepnya.
Pellidol
Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan
dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan
lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20% ).
Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus
dengan dasar salep yang mudah dicairkan.
Iodum
Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum
iodii dari Ph. Belanda V)
Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar
salepnya.
xi
Protargol
Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai
larut
Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan gliserin tersebut, baru
ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karena dengan
adanya gliserin, protargol atau mudah larut.
Colargol
Fenol/fenol
Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak
dilarutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi
kulit dan juga tidak boleh diganti dengan Phenol liquifactum
(campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).
Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air,
yaitu :
Argentum nitrat : stibii et kalii tartras
Fenol : oleum iocoris aselli
Hydrargyri bichloridum : zink sulfat
Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin)
Pirogalol : chloretum auripo natrico.
xii
Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :
Air
Terjadi reaksi, Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak
lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah
dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam sebuah
botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan
lainnya.
Tak terjadi reaksi
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan
berat airnya diganti dengan dasar salepnya
Spiritus/etanol/alkohol
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak :
I. Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air
sampai sekental sirop atau sepertiga bagian.
II. Tak tahan panas :
- Diketahui pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya
saja, misalnya tinct. Iodii
- Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi
sedikit
- Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan
menurut perbandingan dasar salepnya.
xiii
Cairan kental
Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit.Contohnya : gliserin, pix
lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.
f. Bahan-bahan lain
Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20µg)
atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda
V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio (C.M.N)
mengandung 50%
Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut.Jika tidak ada
sapo, dikerjakan seperti Camphorae.Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.
Bentonit
Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.
xiv
Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap.
Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika
digerus terlalu lama, damarnya akan keluar.
Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping itu,
untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
Gliserin
Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa
bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus
ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep.
Marmer album
Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan
memberikan pengaruh percobaan pada kulit.
xv
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasaan diatas dapat disimpulkan bahwa
salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10
%. Untuk dasar salep
kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin puti
h (vaselin album). Penggolongan dasar salep terdiri dari : dasar salep hidrokarbon,
dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar salep larut dalam
air.
Jikadioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menun
jukkan susunan yang homogen dan Penandaan pada etiket tertera “obat Luar”. Salep
juga digolongkan menurut konsistensinya yaitu : unguenta, cream, pasta, cerata, dan
Jelly, ada juga penggolongan salep menurut efek terapinya yaitu : salep penutup, salep
serap, dan salep endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau dari zat berkhasiat
utamanya.
DAFTAR PUSTAKA
xvi
xvii