Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SALEP

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semi Solid Dan Liquid

Dosen Pengampu : Fitri Zakiah, S.Si, M.Farm., Apt.

DI SUSUN OLEH :

1. Al Hikmah (01017010)
2. Dini Sriwijayanti (01017042)
3. Dwi Febiyanti (01017046)
4. Humaeroh (01017075)

SEMESTER V (ABE)

SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF)

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL CIREBON

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena berkat dan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Berikut ini kami persembahkan sebuah makalah tentang Salep (Definisi,


Persyaratan,Penggolongan dasar salep, Kualitas dasar salep, penggolongan salep,
dan cara pembuatan)” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar
bagi kita untuk mempelajari materi tersebut.

Makalah  ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika Dasar.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila dalam isi makalah ini ada kekurangan dan tulisan yang kurang
tepat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran para pembaca akan kami terima
dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Cirebon, 18 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1

1.3 Tujuan.........................................................................................2

1.4 Manfaat.......................................................................................2

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Salep.........................................................................3

2.2 Persyaratan Salep........................................................................3

2.3 Penggolongan Dasar Salep.........................................................3

2.4 Kualitas Dasar Salep...................................................................5

2.5 Penggolongan Menurut Konsistensi...........................................5

2.6 Penggolongan Menurut Terapeutis Penetrasi.............................6

2.7 Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep..................................6

2.8 Cara Pembuatan Salep................................................................7

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan...............................................................................13

Daftar Pustaka........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakanpada


kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal.Salep
digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis,sehingga
diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar dapatmemberikan efek
yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaansetengah padat ditujukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaputlendir . Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salepyang cocok .Salep tidak boleh berbau
tengik.Kecuali dinyatakan lainkadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotikadalah 10 %.
 
Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil,
tidakterpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam
salep harus halus.oleh karena itu pada saat pembuatan salepterkadang mangalami
banyak masalah, salep yang harus digerus denganhomogen, agar semua zat
aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dandiserab oleh kulit.
 
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalamkeberhasilan terapi
dengan menggunakan sediaan salep.Pelepasan obatdari sediaan salep sangat
dipengaruhi oleh sifat kimia fisika obat sepertikelarutan, ukuran partikel dan
kekuatan ikatan antara zat aktif denganpembawanya serta untuk basis yang
berbeda.

iv
 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Salep ?


2. Apa saja Persyaratan Salep ?
3. Apa sajakah Penggolongan dasar Salep?
4. Bagaimana Kualitas Dasar Salep ?
5. Apa saja penggolongan menurut konstitensi salep ?
6. Apa saja penggolongan menurut terapeutis penetrasi?
7. Bagaimana Cara pembuatan salep ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas  maka dapat diketahui tujuan dari


pembuatan  makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dari salep.


2. Untuk mengetahui persyaratan salep.
3. Untuk mengetahui Penggolongan dasar salep.
4. Untuk mengetahui kualitas dasar salep.
5. Untuk mengetahui penggolongan menurut konsistensi salep.
6. Untuk memenuhi penggolongan menurut terapeutis penetrasi.
7. Mengetahui bagaimana cara pembuatan salep.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas farmasetik dasar yang diberikan dan
sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.

v
BAB II

PEMBAHASAN 

2.1 Pengertian Salep


Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pema
kaian topikal pada kulit atau selaput lendir. 
Menurut FI III, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat
dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %.

2.2 Persyaratan Salep


Persyaratan salep Menurut FI III, yaitu :
1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik
2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat ke
ras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep  : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis sal
ep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan o
bat dan tujuan pemakaian salep.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lai
n yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

2.3 Penggolongan Dasar Salep


1. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin pu
tih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicamp
urkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak baha
n obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidr
okarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering d
an tidak tampak berubah dalam waktu lama.

vi
Contoh : Vaselin putih, vaselin kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak
nabati.

(vaselin Putih) (paraffin padat)


2. Dasar Salep Serap
Dasar salep serap ini  dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri
atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dala
m minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdir
i atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan
air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum Simplex

Adeps Lanae
3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik
(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai  dapat dicuci dengan air, karen
a mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk 
dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif  menggunak
an dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon.

vii
 Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan 
mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying
wax.

Vanishing Cream
4. Dasar Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstit
uen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti 
dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak laru
t dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih 
tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang 
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas 
dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar sale
p yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya o
bat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon da
ripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih 
efektif dalam dasar salep yang mangandung air.
Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)
2.4. Kualitas Dasar Salep
1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh ole
h suhu dan kelembaban kamar.
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan selur
uh produk harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai.

viii
4) Dasar salep yang cocok.
5) Dapat terdistribusi merata

2.5. Penggolongan Menurut Konsistensi Salep


1) Unguenta
adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair
pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2) Krim (Cream)
adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe
yang dapat dicuci dengan air
3) Pasta
adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diberi.

4) Cerata
adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
5) Gelones / Spumae / Jelly
adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung
sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai
pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan
lemak dengan titik lebur yang rendah

2.6. Menurut Terapeutis Penetrasi


a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi
kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-
kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar
salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic

ix
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit
dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi
lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada
salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep
yang baik adalah adepslanae dan oleum cacao.

2.7. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep


1)     Peraturan Salep Pertama

Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan


kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

2)     Peraturan Salep Kedua

Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-
peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan
dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi
dari basis.

3)     Peraturan Salep Ketiga.

Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam


lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan
pengayak B40.

4)     Peraturan Salep Keempat

Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya


harus digerus sampai dingin.

2.8. Cara Pembuatan Salep ditinjau dari zat khasiat utamanya

x
1.    Zat padat
a.  Zat padat dan larut dalam dasar salep
Camphorae
 Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep
tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya)
 Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae
dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut
 Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat
mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae
dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan dasar salepnya
 Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu
dengan eter atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar
salepnya.  

Pellidol
 Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan
dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan
lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20% ).
 Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus
dengan dasar salep yang mudah dicairkan.

Iodum
 Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
 Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum
iodii dari Ph. Belanda V)
 Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar
salepnya.

b.    Zat padat larut dalam air

xi
Protargol
 Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai
larut
 Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan  gliserin tersebut, baru
ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karena dengan
adanya gliserin, protargol atau mudah larut.

Colargol

 Dikerjakan seperti protargol

Argentum nitrat (AgNO3)


 Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air
karena akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang
disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.

Fenol/fenol
 Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak
dilarutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi
kulit dan juga tidak boleh diganti dengan Phenol liquifactum
(campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).

Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air,
yaitu :
 Argentum nitrat : stibii et kalii tartras
 Fenol : oleum iocoris aselli
 Hydrargyri bichloridum : zink sulfat
 Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin)
 Pirogalol : chloretum auripo natrico.

c. Zat padat tidak larut dalam air

xii
Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :

 Belerang (tidak boleh diayak)


 Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)
 Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40).

d. Zat Berkhasiat Berupa cairan

 Air
 Terjadi reaksi, Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak
lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah
dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam sebuah
botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan
lainnya.
 Tak terjadi reaksi
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan
berat airnya diganti dengan dasar salepnya
 Spiritus/etanol/alkohol
 Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
 Jumlah banyak :
I. Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air
sampai sekental sirop atau sepertiga bagian.
II. Tak tahan panas :
- Diketahui pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya
saja, misalnya tinct. Iodii
- Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi
sedikit
- Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan
menurut perbandingan dasar salepnya.

xiii
 Cairan kental
Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit.Contohnya : gliserin, pix
lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.

e. Zat Berkhasiat berupa ekstrak/extractum

 Extractum sicccum /kering


Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat
dikurangkan dari dasar salepnya
 Extractum spissum/kental
Diencerkan dahulu dengan air atau etanol
 Extractum liquidum
Dikerjakan seperti pada cairan dengan alcohol yang tahan panas.

f. Bahan-bahan lain

 Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20µg)
atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda
V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio (C.M.N)
mengandung 50%
 Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut.Jika tidak ada
sapo, dikerjakan seperti Camphorae.Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.
 Bentonit
Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.

2.9. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep :


 Ichtyol
Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus terlalu
lama, akan terjadi pemisahan.

xiv
 Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap.
Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika
digerus terlalu lama, damarnya akan keluar.

 Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping itu,
untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
 Gliserin
Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa
bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus
ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep.
 Marmer album
Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan
memberikan pengaruh percobaan pada kulit.

xv
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasaan diatas dapat disimpulkan bahwa
salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10
%. Untuk dasar salep
kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin puti
h (vaselin album). Penggolongan dasar salep terdiri dari : dasar salep hidrokarbon,
dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar salep larut dalam
air.
Jikadioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menun
jukkan susunan yang homogen dan Penandaan pada etiket tertera “obat Luar”. Salep
juga digolongkan menurut konsistensinya yaitu : unguenta, cream, pasta, cerata, dan
Jelly, ada juga penggolongan salep menurut efek terapinya yaitu : salep penutup, salep
serap, dan salep endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau dari zat berkhasiat
utamanya.

DAFTAR PUSTAKA

xvi
 

 Farmakope edisi III


 Buku Ilmu Resep

xvii

Anda mungkin juga menyukai