Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN DASAR SALEP

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Formulasi Dasar I

yang Diampu oleh Ibu Ika Ratna Hidayati, S.Farm., M.Sc., Apt.

Disusun oleh :

Nama : Rieka Nurul Dwi Anggraeni

NIM : 201510410311053

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan
dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
seksama.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Formulasi Dasar I yang diampu oleh Ibu
Ika Ratna Hidayati, M.Sc, Apt. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
segala bantuannya dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk rekan-
rekan yang membaca sehingga dapat memperluas ilmu tentang sediaan semisolida.

Malang, 9 Maret 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 5
2.1 Tinjauan Dasar Salep ............................................................................................................... 5
2.1.1 Vaselin ............................................................................................................................. 5
2.1.2 Parafin Cair ...................................................................................................................... 7
2.1.3 Parafin Padat ................................................................................................................... 7
2.1.4 Lemak Bulu Domba atau Adeps Lanae............................................................................ 8
2.1.5 Malam/Lilin/Wax ............................................................................................................ 8
2.1.6 Setil Alkohol .................................................................................................................... 9
2.1.7 Minyak Tumbuh-Tumbuhan ......................................................................................... 10
2.1.8 Dasar Salep Serap.......................................................................................................... 11
2.1.9 Krim Emulgid, Hydrophilic Oint, Vanishing Cream ........................................................ 11
2.1.10 Salep Polietilenglikol ..................................................................................................... 12
2.1.11 Salep Gliserin................................................................................................................. 12
2.2 Rute Penetrasi Obat .............................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 14
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yanng dapat dicuci dengan air,
dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat mengandung salah satu dasar salep tersebut. (FI
IV : 18)

Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada
pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk (a) laju pelepasan yang
diinginkan bahan obat dari dasar salep, (b) keinginan peningkatan oleh dasar salep absorbsi
perkutan dari obat, (c) kelayakan melindungi lembap dari kulit oleh dasar salep, (d) jangka
lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep, dan (e) pengaruh obat bila ada terhadap
kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep. Semua faktor-faktor ini dan lain-lainnya harus
ditimbang satu terhadap lainnya untuk memperoleh dasar salep yang paling baik. Harus
dimengerti bahwa tidak ada dasar yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat
yang diinginkan. Sebagai contoh suatu obat yang cepat terhidrolisis, dasar salep hidrolisis
akan menyediakan stabilitas yang tinggi, walaupun dari sudut terapeutik dasar salep lain
dapat lebih disenangi. Pemilihannya adalah untuk mendapatkan dasar salep yang secara
umum menyediakan segala yang dianggap sifat yang paling diharapkan. (Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi : 506)

Sebagai farmasis kita perlu memahami terlebih dahulu karaktertistik setiap bahan dasar
atau basis salep sebelum membuat sediaan salep yang kita inginkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tinjauan dari setiap dasar salep?


2. Mengapa penetrasi obat melalui lapisan epidermis lebih baik daripada melalui folikel
rambut atau kelenjar keringat?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memaparkan tinjauan dari setiap dasar salep.


2. Menjelaskan alasan penetrasi obat melalui lapisan epidermis lebih baik daripada melalui
folikel rambut atau kelenjar keringat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Dasar Salep

2.1.1 Vaselin

Vaselin adalah campuran hidrokarbon setengah padat, yang diperoleh dari minyak
mineral. Nama vaselin berasal dari merek produk ini yang pertama kali diproduksi oleh
Robert Chesebrough pada tahun 1870 di New York, yaitu "Vaseline". Sejak saat itu vaselin
telah digunakan sebagai dasar salep hidrokarbon. Basis vaselin digunakan bila dikehendaki
adanya film penutup pada kulit yang diobati. Kemampuan menyerap air dari vaselin cukup
kecil yaitu sekitar 5%. Untuk menaikkan kemampuan menyerap air dapat ditambahkan
Kholesterol atau dengan penambahan surfaktan seperti Natriumlaurylsulfat dan Tween.
Vaselin diakui oleh U.S. Food and Drug Administration sebagai protektan kulit yang diterima
dan secara luas digunakan untuk perawatan kosmetik.

Campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak tanah gubal. Benda putih, hampir
hampir tak berbau, setengah hening, seperti salap. Pada pemanasan dalam sebuah penangas
air sampai 40 Paseline belum boleh dan pada pemanasan dalam sebuah penangas air smpai
50 Paseline harus sudah meleleh menjadi zat cair yang berfluoresensi hening. Kalau sebuah
tabung diisi dengan paseline begitu rapat, hingga didalam paselinnya tejadi sebuah
geronggang yang seperti kepundan dan selama 24 jam dipanasi pada 25, maka paselinnya
tidak boleh meleleh sebagaian, yang dapat dilihat dengan terjadinya zat cair dalam bagian
yang terdalam dari geronggang itu. Bila dalam lapisan tipis dilihat dibawah mikroskop, maka
paselin tidak boleh menunjukkan bagian bagian hablur halus. Kalau Vaseline dipanasi
dengan spiritus dalam jumlah yang sama hingga mendidih dan bila dikocok. Maka zat cainya
yang mengandung spiritus setelah didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya
sama, harus bereaksi netral. Kalau Vaseline dipanasi dengan jumlah yang sama dari sebuah
campuran dari 1 bagian air dan 4 bagian asam sulfat dalam sebuah penangas air selama 10
menit pada 60 dengan berulang ulang dikocok, maka kedua lapisannya tidak boleh
berwarna. Vaseline yang dipergunakan untuk obat dalam, harus juga seluruhnya tak berbau
dan juga tak berasa. (PH.V.501)

Vaselin terbagi dalam 2 jenis yaitu Vaselin Putih (Vaselinum Album) dan Vaselin Kuning
(Vaselinum Flavum). Vaselin putih adalah vaselin yang sudah dimurnikan/dipucatkan dengan
asam sulfat, sehingga tidak boleh digunakan untuk basis salep mata karena dapat
menyebabkan iritasi mata oleh kelebihan asam yang dikandung kalau tidak dinetralkan dulu
dengan KOH atau base lain.

Vaselin Putih

Vaselin Putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat,
diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan warnanya.
Dapat mengandung stabilisator yang sesuai. (FI IV: 822)
Pemerian Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis
setelah di dinginkan pada suhu 0.

Kelarutan Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas dan dalam etanol
mutlak dingin; mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam kloroform; larut
dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri.

Bobot jenis Antara 0,815 dan 0,880

Jarak lebur Antara 38 C dan 60 C

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

Contoh sediaan dengan basis Vaselin Album antara lain :

- Unguentum Analogesique

- Unguentum Hydrophylicum

- Unguentum Aureomicini

Vaselin Kuning

Vaselin Kuning adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbo setengah padat yang
diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat penstabil yang sesuai. (FI IV: 823)

Pemerian Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah, berflouresensi sangat
lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis transparan. Tidak atau hampir tidak
berbau dan berasa.

Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam
kloroform dan dalam minyak terpentin; larut dalam eter, dalam heksana, dan umumnya dalam
minyak atsiri; praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol
mutlak dingin.

Bobot jenis Antara 0,815 dan 0,880

Jarak lebur Antara 38 C dan 60 C

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

Contoh sediaan dengan basis Vaselin Flavum antara lain :

- Unguentum Acidi Salicilici

- Unguentum Olei Jecoris Aselli

- Unguentum Contra Haemorrhoides

6
2.1.2 Parafin Cair

Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai
zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10
bpj.Pemerian dari parafin cair adalah cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi; tidak
berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan dari bahan ini
adalah praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan
dalam eter P (Anonim, 1979).

Campuran dari hidrokarbon hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang diperoleh
dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak berwarna,
hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak lebih rendah dari 0,87 0,88 (selisih 0,0006
untuk 1). Titik didih tidak dibawah 300 (selisih 0,7 untuk tekanan 10 mm). kekentalan 10 -
12 Engler. Paraffinum liquidum apabila didinginkan sampai 5 harus tetap jernih, bila
paraffinum liquidum dipanasi dengan spiritus yang banyaknya sama sehingga mendidih dan
dikocok, maka zat cair yang mengandung spiritus itu setelah didinginkan dan diencerkan
dengan air yang volumennya sama, maka reaksinya adalah netral. Kalau paraffinum liquidum
dipanaskan pada suhu 60 dengan campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1
bagian asam sulfat dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang ulang,
maka kedua lapisannya masing masing tidak boleh mendapat warna. Paraffinum liquidum
tidak dapat larut dalam air dan dalam segala perbandingan dapat dicampur dengan aether,
dengan petroleumaether, dan dengan minyak lemak, tetapi tidak dengan minyak jarak.
Paraffinum liquidum yang dipergunakan untuk obat dalam harus tidak mempunyai
rasa.(PH.V.336)

2.1.3 Parafin Padat

Campuran dari hidrokarbon hidrokarbon padat, dari minyak tanah gubal yang diperoleh
dengan penyulingan. Potongan hablur mikro halus, putih tak berbau. Bila dipanasi dalam
sebuah penangas air sampai 54 Paraffinum Solidum belum boleh meleleh, tetapi bila
dipanasi dalam sebuah penangas air sampai 60 maka Paraffinum Solidum harus meleleh
menjadi zat cair jernih yang tidak berflouresensi. Paraffinum Solidum selanjutnya harus
memenuhi syarat syarat kemurnian seperti yang telah ditentukan bagi Paraffinum
Liquidum.(PH.V.337).

Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan, yang diperoleh dari minyak
tanah. (FI IV : 652)

Pemerian Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau;
tidak berasa; agak berminyak.

Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam kloroform, dalam eter,
dalam minyak menguap, larut dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat; sukar larut
dalam etanol mutlak.

7
Identifikasi

A. Jika dipanaskan dengan kuat akan menyala dan terjadi pengarangan


B. Panaskan lebih kurang 500 mg dalam tabung reaksi kering bersama belerang bobot
sama. Campuran akan mengeluarkan hidrogen sulfida dan menghitam sebagai hasil
terbebasnya karbon.

2.1.4 Lemak Bulu Domba atau Adeps Lanae

Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba mentah. Adeps Lanae berwarna kuning
muda, setengah bening, dengan consistentia yang menyerupai salep yang Hat, dan
mempunyai bau yang agak dikenal. Kalau larutan adeps lanae dalam kloroform (kira kira 1
= 100) dikocok dengan asam sulfat yang volumenya sama, maka setelah tidak tercampur,
lapisan yang paling bawah menjadi coklat merah dan menunjukkan fluoresensi yang hijau.
Adeps lanae pada 40 belum mencair, tetapi pada 50 mencair juga dan hening. Larutan 2 g.
Adeps Lanae dalam 10cm aether, tidak boleh menjadi merah, karena 2 tetes
phenolphthalenie, setelah kemudian di tambah 0,3cm 1/10 N basa, maka campuran tersebut
harus menjadi merah (asam lemak bebas). Kalau 10g adeps lanae dengan 50cm, yang di
panasi sampai meleleh dan selalu di aduk, maka setelah di dinginkan, air yang terpisah harus
menjadi sangat jernih dan bereaksi netral. Kalau pada 10cm air yang telah terpisah di
tambahkan 3 tetes kalium permanganat (1=1000), maka campuran tersebut setelah 10 menit
harus tetap tinggal merah. (PH.V.67)

Lemak Bulu Domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu
domba Ovis aries Linn (Familia Bovidae) yang dibersihkan dan dihilangkan waena dan
baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25 %. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai
tidak lebih dari 0,02 %. (FI IV : 58)

Pemerian Massa seperti lemak, lengket, warna kuning; bau khas.

Kelarutan Tidak larut dalam air; dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya;
agak sukar larut dalam etanol dingin; lebih larut dalam etanol panas; mudah larut dalam eter,
dan larut dalam kloroform.

Contoh sediaan dengan basis Adeps Lanae antara lain :

- Unguentum Whitfield
- Unguentum Ophthalmicum Basicum I
- Unguentum Ophthalmicum Basicum II

2.1.5 Malam/Lilin/Wax

Cera Alba/Wit Was ( Malam Putih)

Malam lebah yang diputihkan. Bahan-bahan yang hamper-hampir putih dalam lingkungan
dingin rapuh, ada suhu panas badan dapat diuli, dengan bau lemah, lebih-lebih pada

8
pemanasan mempunyai bau yang jelas dan mudah dikenal. Malam putih harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan pada malam kuning.

Malam Putih adalah hasil pemurnian dari pengelantangan Malam Kuning yang diperoleh
dari sarang lebah madu Apis mellifera Linn (Familia Apidae) dan memenuhi syarat Uji
kekeruhan penyabunan. (FI IV : 186)

Pemerian Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis; bau
khas leah dan bebas bau tengik. Bobot jenis kurang 0,95.

Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih
melarutkan asam serotat dan bagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam putih.
Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.
Sebagian larut dalam benzena dingin. Pada suhu lebih kurang 30 larut sempurna dalam
benzena, dan dalam karbon disulfida.

Ceraflava/Ceelwas (Malam Kuning)

Malam yang di peroleh dengan jalan pelelehan dari rumah lebah Apis Mellilica, Linn.
Malam kuning dalam lingkungan dingin menjadi berbutir-butir, pada suhu panas badan
menjadi dapat diuli, dengan potongan yang kusam dan bau yang mudah di kenal. Titik cair
62-64. Pada pemanasan diatas penangas air maka malam kuning harus meleleh menjadi
sebuah zat cair yang jernih. Kalau 40 cm3 spiritus dengan 2 g malam kuning didihkan
beberapa menit setelah 1 jam didinginkan lalu disaring, maka filtratnya hanya boleh berwarna
sedikit dan setelah penambahan air tidaj boleh menjadi sangat keruh; 10 cm3 dari filtratnya
dicampur dengan 2 tetes phenolphtaleine, untuk pewarnaan merah tidak boleh memerlukan
lebih dari 1 cm3 1/10 N basa (asam lemak). Kalau 3 g malam kuning dengan 20 cm3 larutan
kali yang mengandung spiritus dididihkan selama 5 menit ditambahkan 10 cm3 asam garam
encer dan disaring, filtratnya dicampur dengan 5 cm3 indi natron dan 1 cm3 tembaga sulfat
dan disaring lagi, maka filtratnya tidak boleh menjadi menjadi hijau atau biru (giserida).

Malam kuning adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah Apis mellifera
Linn (Familia Apidae). (FI IV : 186)

Pemerian Padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan; berbau enak seperti madu. Agak
rapuh bila dingin, dan bila patah berbentuk granul, patahan non-hablur. Menjadi lunak oleh
suhu tangan. Bobot jenis lebih kurang 0,95.

Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih
melarutkan asam serotat dan sebagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam
kuning. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.
Larut sebagian dalam benzena dan karbon disulfida dingin; pada suhu lebih kurang 30 larut
sempurna dalam benzena, dan dalam karbon disulfida.

2.1.6 Setil Alkohol

Setil alkohol / cetyl alcohol merupakan senyawa yang berbentuk sisik, butiran, kubus atau
lempenan yang licin, berwarna putih, berbau khas dan rasa tawar dan memiliki rumus
molekul C16H34O dengan berat molekul sebesar 242 g mol1. Setil alkohol / alchoholum

9
cetylicum dapat larut dalam pelarut etanol (95%) dan eter, tidak larut dalam air. Kelarutan
bertambah dengan kenaikan suhu. Setil alkohol berfungsi sebagai pengemulsi, penstabil,
perawatan kulit, emolien, penambah kekentalan air dan bukan air, pembusa.

Setil Alkohol mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H34O, selebihnya terdiri dari
alkohol lain yang sejenis. (FI IV : 72)

Pemerian Serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih; bau khas lemah; rasa lemah.

Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah
dengan naiknya suhu.

2.1.7 Minyak Tumbuh-Tumbuhan

Minyak Atsiri (Olea Volatilia)

Minyak Atsiri, bila perlu setelah pemanasan harus jernih, harus sangat berbau murni
seperti bagian dari tumbuh tumbuhan, dan dalam tiap tiap perbandingan dapat larut dalam
ether dan dalam kloroform. Bau minyak atsiri sebaiknya diperiksa dalam campuran 1 tetes
minyak dengan 2 g gula. 1 tetes minyak atsiri apabila dimasukkan dalam air tidak boleh
menjadi keruh, pada pemanasan dalam sebuah penangas air minyak atsiri tidak boleh
memberi sulingan, kalau minyak atsiri dikocok dengan larutan natrium chloride yang jenuh
yang volumenya sama dan selanjutnya didiamkan maka setelah pemisahan yang sempurna
dari lapisannya. Kalau 1 tetes minyak atsiri yang di buat dengan penyulingan diletakkan pada
kertas, harus segera menguap dan tidak meninggalkan noda yang hening (minyak lemak).
Minyak minyak atsiri harus disimpan dalam botol kering, dtutup rapat, ditempat yang sejuk,
diluar pengaruh cahaya.

Minyak Kacang (Oleum Arachidis)

Minyak lemak yang dimurnikan yang diperoleh dengan memeras biji dari Arachidis
hypogaea Linn, yang telah dihilangkan kulit bijinya. Minyak yang rasanya halus, kuning
muda, hampir hampir tak berbau. Berat jenis 0,915 0,922. Indeks bias 1,4694 1, 4725.
Oleum Arachidis menjadi benda yang seperti salep pada sebuah suhu tidak lebih rendah dari -
3. Pada percobaan pada oleum Arachidis, asam asam lemaknya mulai menghablur, setelah
sebelumnya dipanasi sampai campurannya menjadi jernih, pada suhu dari kira-kira 40.
Bilangan adisinya tidak boleh lebih rendah dari 83 dan tidal lebih tinggi dari 103. Bilangan
penyabunannya berjumlah 185-197. Bilangan asamnya dari oleum Arachidis boleh berjumlah
setinggi-tingginya 2.

Minyak Kelapa (Oleum Cocos)

Lemak yang padat pada suhu biasa yang diperoleh dengan pemerasan panas dari inti
copra yang dikeringkan dari cocosnuciferra Linn. Lemak yang sedikit bening, putih, bau yang
mudah dikenal, rasanya lemah, yang mudah tengik. Oleum cocos pada 5-10 menjadi padat,
15-20 lunak. 1 kg oleum cocos suhunya harus 35 dapat larut dalam 5 cm alcohol mutlak.

10
2.1.8 Dasar Salep Serap

Dasar salep absorbsi dapat menjadi dua tipe: (1) yang memungkinkan pencampuran
larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi air dan minyak (misalnya Petrolatum Hidrofilik
dan Lanolin Anhidrida); dan (2) yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi),
memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan berair (misalnya Lanolin
dan Cold Cream). Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan
derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar berlemak, dasar
salep absorbsi tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air. Dasar-dasar salep ini
juga berfaedah dalam farmasi untuk pencampuran larutan berair ke dalam larutan berlemak.
Misalnya larutan berair mula-mula dapat diabsorbsi ke dalam dasar salep absorbsi, kemudian
campuran ini dengan mudah dicampurkan ke dalam dasar salep berlemak. Dalam melakukan
hal ini sejumlah ekuivalen dari dasar salep berlemak dalam formula digantikan dengan dasar
salep aborbsi. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 504)

Dasar salep serap terdiri antara lain :

- Petrolatum Hidrofilik : dari kolestrol, alkohol stearat, lilin putih, dan petrolatum putih.
Dasar salep ini memiliki kemampuan mengabsorbsi air dengan membentuk emulsi air
dalam minyak.
- Lanolin Anhidrida : dapat mengandung tidak lebih dari 0,25 % air. Lanolin anhidrida tidak
larut dalam air tapi bercampur tanpa berpisah dengan air dua kali beratnya.
Pencampurannya dengan air menghasilkan emulsi air dalam minyak.
- Lanolin : setengah padat, bahan seperti lemak diperoleh dari bulu domba (Ovis aries),
merupakan emulsi air dalam minyak yang mengandung antara 25 dan 30 %. Penambahan
air dapat dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan.
- Cold Cream : Krim pendingin, merupakan emulsi air dalam minyak, setengah padat, putih,
dibuat dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat, dan air murni.
Natrium borat dicampur dengan asam lemak bebas yang ada dalam lilin-lilin meembentuk
sabun natrium yang bekerja sebagai zat peengemulsi. Krim pendingin digunakan sebagai
emolien dan dasar salep.
- Unguentum Simplex : Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.

2.1.9 Krim Emulgid, Hydrophilic Oint, Vanishing Cream

Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan emulsi minyak dalam air yang
dapat dicucui dari kulit dan pakaian dengan air. Atas dasar ini bahan tersebut sering
dikatakan sebagai bahan dasar salep tercuci air. Dasar salep ini nampaknya seperti krim
dapat diencerkan dengan air atau larutan berair. Dari sudut pandang terapi mempunyai
kemampuan untuk mengabsorbsi cairan serosal yang keluar dalam kondisi dermatologi.
Bahan obat tertentu dapat diabsorbsi lebih baik oleh kulit jika ada dasar salep tipe ini
daripada dasar salep lainnya. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 505)

Krim Emulgid

Emulgid adalah campuran digliserida, asam lemak, dan sabun. Campuran ini menyerap
air dalam jumlah yang besar, sering dipakai pada krim. Bereaksi basa, tidak tercampurkan
dengan bahan yang terurai oleh basa. Dapat dinetralkan dengan penambahan 2% Na bifosfas
terhadap jumlah emulgid.

11
Hydrophilic Oint (Salep Hidrofilik)

Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya salep hidrofilik berarti suka air. Mengandung
natrium lauril sulfat sebagai bahan pengemulsi, dengan alkohol stearat dan petrolatum putih
mewakili fase berlemak dan emulsi serta propilen glikol dan air mewakili fase air, metil
paraben dan propil paraben digunakan sebagai pengawet salep melawan pertumbuhan
mikroba. Salep digunakan sebagai pembawa yang dapat dibersihkan dengan airuntuk bahan-
bahan obat. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 505)

Hydrophilic ointment dibuat dari minyak mineral, Stearyalcohol, Myrj 52 (emulgator tipe
M/A), Aquadest. (Ilmu Meracik Obat : 53)

Vanishing Cream

Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud


membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab
(moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Umumnya emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam presentase yang besar dan
asam stearat. Setelah pemakaian cream, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam
stearat yang tipis. Banyak dokter dan pasien yang suka pada cream dari pada salep, untuk
satu hal, umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal cream dari emulsi jenis minyak
dalam air lebih mudah di bersihkan dari pada kebanyakan salep pabrik farmasi sering
memasarkan preparat topikalnya dalam bentuk dasar cream maupun salep, kedua-duanya
untuk memuaskan kesukaan dari dokter dan pasien.

2.1.10 Salep Polietilenglikol

Formula resmi basis ini memerlukan kombinasi 400 g polietilen glikol 3350 (padat) dan
600 g polietilen glikol 400 (cair) untuk membuat 1000 gram dasar salep. Akan tetapi bila di
perlukan salep yang lebih baik lagi, formula dapat diubah lagi untuk memungkinkan bagian
yang sama antara kedua bahan. Jika 6 sampai 25% dari larutan berair dicampurkan ke dalam
dasar salep, penggantian 50 g polietilen glikol 3350 dengan jumlah alkohol stearat berguna
untuk membuat produk akhir lebih padat dalam jumlah yang sama.
Polietilen glikol adalah polimer dari etilenoksida dan air ditunjukkan dengaan rumus
HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH. Panjang dapat berbeda beda untuk mendapatkan polimer yang
mempunyai viskositas bentuk fisik (cair, padat atau setengah padat) yang diinginkan.
(Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 505)

2.1.11 Salep Gliserin

Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C3H8O3. (FI
IV : 413)

Pemerian Cahaya jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas
lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap laksmus.

Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

12
Dalam pembuatan salep, Gliserin harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin,
sebab tidak bisa dicampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan
sedikit-sedikit sebab tidak bisa diserap dengan mudah oleh dasar salep.

2.2 Rute Penetrasi Obat

Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan melalui lapisan epidermis, lebih baik
daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan folikel dan
kelenjar keringat lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung
elemen anatomi ini.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab II, kesimpulan yang dapat
ditarik diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing basis atau dasar salep memiliki karakteristik yang berbeda-beda, hal ini
tentu mempengaruhi pula dalam pembuatan sediaan salep. Harus dimengerti bahwa tidak
ada dasar yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan.
Pemilihan dasar salep adalah untuk mendapatkan dasar salep yang secara umum
menyediakan segala yang dianggap sifat yang paling diharapkan untuk menghasilkan
sediaan salep yang baik, cocok dengan bahan aktif obat, dan dapat memberikan efek
terapeutik yang diharapkan kepada pasien.
2. Beberapa basis atau dasar salep yang sering digunakan dalam proses pembuatan sediaan
salep antara lain :
Vaselin
Parafin Cair
Parafin Padat
Lemak Bulu Domba atau Adeps Lanae
Malam atau Lilin
Setil Alkohol
Minyak tumbu-tumbuhan
Dasar salep serap
Krim emulgid, Hydrophilic ointment, Vanishing cream
Salep Polietilenglikol
Salep Gliserin
3. Penetrasi sediaan semisolida melalui kulit akan lebih baik melalui permukaan epidermis
dibandingkan melalui folikel rambut yang disebabkan karena luas permukaan folikel dan
kelenjar keringat lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung
elemen anatomi ini.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :

1. Sebelum membuat sediaan salep, sebagai farmasis hendaknya kita memahami terlebih
dahulu karakteristik dari masing-masing basis atau dasar salep yang akan digunakan agar
kita bisa memilih dasar salep yang paling sesuai dengan bahan aktif obat.
2. Dalam memberikan obat berupa sediaan semisolida khususnya salep kepada pasien, kita
harus memperhatikan basis atau dasar salep yang sesuai agar dapat memberikan efek
terapeutik yang maksimum kepada pasien.

14
DAFTAR RUJUKAN

Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Jakarta: UI-Press
Farmakope Indonesia Edisi IV 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hamid, Huzaifah. 2011. Tinjauan Dasar Salep. (Online),
(https://zaifbio.wordpress.com/2011/07/21/tinjauan-dasar-salep), diakses 09
Maret 2016

15

Anda mungkin juga menyukai