Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNOLOGI FORMULASI LIQUID DAN SEMISOLID

SEDIAAN SALEP DAN KONTROL KUALITAS SEDIAAN

Disusun Oleh: Kelompok 5

1.Dina Putri Marina Panjaitan (2201011225)


2.Fauziah Aisyah Tanjung (2201011231)
3. Hera Seftiandra (2201011232)
4.Vini Hartati Tumanggor (2201011252)
5.Wizdan Zebua (2201011255)
6.Ummi Royhanum (2201011250)
7.Vivie Sabrina (2201011254)
8.Fadzlun (2201011275)
9.Tiara febrisa (2201011249)

DOSEN PENGAMPU:

Apt. Nabila,S.Farm.,M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN MEDAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena berkat dan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Berikut ini kami persembahkan sebuah makalah tentang “Sediaan Salep Dan
Kontrol Kualitas Sediaan” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita untuk mempelajari materi tersebut.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi


formulasi liquid dan semisolid. Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu
meminta maaf dan memohon pemakluman bila dalam isi makalah ini ada
kekurangan dan tulisan yang kurang tepat. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran para
pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini
di masa yang akan datang.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Jakarta, 09 Mei 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Kata Pengantar.........................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Salep.........................................................................3
2.2 Persyaratan Salep........................................................................3
2.3 Penggolongan Dasar Salep.........................................................3
2.4 Kualitas Dasar Salep...................................................................6
2.5 Penggolongan Menurut Konsistensi...........................................6
2.6 Penggolongan Menurut Terapeutis Penetrasi.............................7
2.7 Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep..................................7
2.8 Kelebihan dan kekurangan sediaan salep .................................8
2.9 Uji Kontrol Kualitas Salep……………………………………..8
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan...............................................................................10
3.2 Saran…………………………………………………………..10
Daftar Pustaka........................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar belakang

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakanpada


kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal.Salep
digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis,sehingga
diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar dapatmemberikan efek
yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaansetengah padat ditujukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaputlendir . Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salepyang cocok .Salep tidak boleh berbau
tengik.Kecuali dinyatakan lainkadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotikadalah 10 %.
Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidakterpengaruh
oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam salep harus
halus.oleh karena itu pada saat pembuatan salepterkadang mangalami banyak
masalah, salep yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya
dapat masuk ke pori-pori kulit dandiserab oleh kulit.
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalamkeberhasilan
terapi dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan obatdari sediaan salep
sangat dipengaruhi oleh sifat kimia fisika obat sepertikelarutan, ukuran partikel
dan kekuatan ikatan antara zat aktif denganpembawanya serta untuk basis yang
berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Salep ?


2. Apa saja Persyaratan Salep ?
3. Apa sajakah Penggolongan dasar Salep?
4. Bagaimana Kualitas Dasar Salep ?
5. Apa saja penggolongan menurut konstitensi salep ?
6. Apa saja penggolongan menurut terapeutis penetrasi?
7. Apa saja Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep ?
8. Apa saja Kelebihan dan kekurangan sediaan salep ?
9. Bagaimana Uji Kontrol Kualitas Salep ?

iv
1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari


pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dari salep.


2. Untuk mengetahui persyaratan salep.
3. Untuk mengetahui Penggolongan dasar salep.
4. Untuk mengetahui kualitas dasar salep.
5. Untuk mengetahui penggolongan menurut konsistensi salep.
6. Untuk mengetahui penggolongan menurut terapeutis penetrasi.
7. Untuk mengetahui Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep
8. Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan sediaan salep
9. Untuk mengetahui Uji Kontrol Kualitas Salep

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas Teknologi formulasi liquid dan
semisolid yang diberikan dan sebagai sarana media pembelajaran serta menambah
wawasan pengetahuan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Salep

v
Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pema
kaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Menurut FI III, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat
dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %.

2.2 Persyaratan Salep


Persyaratan salep Menurut FI III, yaitu :
1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik
2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat ke
ras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis sal
ep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan o
bat dan tujuan pemakaian salep.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lai
n yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

2.3 Penggolongan Dasar Salep


1. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin pu
tih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicamp
urkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak baha
n obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidr
okarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering d
an tidak tampak berubah dalam waktu lama.
Contoh : Vaselin putih, vaselin kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak
nabati.

vi
(vaselin Putih) (paraffin padat)
2. Dasar Salep Serap
Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri
atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dala
m minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdir
i atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan
air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum Simplex

Adeps Lanae
3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik
(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karen
a mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk
dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunak
an dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari das
ar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan ya
ng terjadi pada kelainan dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying
wax.

vii
Vanishing Cream
4. Dasar Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstit
uen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti
dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak laru
t dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih
tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas
dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar sale
p yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya o
bat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon da
ripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih
efektif dalam dasar salep yang mangandung air.
Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)

2.4. Kualitas Dasar Salep yang ideal


1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh ole
h suhu dan kelembaban kamar.
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan selur
uh produk harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai.
4) Dasar salep yang cocok.

viii
5) Dapat terdistribusi merata

2.5. Penggolongan Menurut Konsistensi Salep


1) Unguenta
adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair
pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2) Krim (Cream)
adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe
yang dapat dicuci dengan air
3) Pasta
adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diberi.

4) Cerata
adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
5) Gelones / Spumae / Jelly
adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung
sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai
pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan
lemak dengan titik lebur yang rendah

2.6. Menurut Terapeutis Penetrasi


a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi
kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-
kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar
salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic

ix
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit
dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi
lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada
salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep
yang baik adalah adepslanae dan oleum cacao.

2.7. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep


1) Peraturan Salep Pertama

Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan


kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

2) Peraturan Salep Kedua

Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-
peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan
dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi
dari basis.

3) Peraturan Salep Ketiga.

Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam


lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan
pengayak B40.

4) Peraturan Salep Keempat

Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya


harus digerus sampai dingin.

2.8 Kelebihan dan kekurangan sediaan salep


1. Kelebihan Salep

x
a) Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit

b) Sebagai bahan pelumas pada kulit.

c) Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan

kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.

d) Sebagai obat luar.

2. Kekurangan Salep

a) Kekurangan basis hidrokarbon: Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan


noda pada pakaian serta sulit tercuci dan sulit di bersihkan dari permukaan kulit.

b) Kekurangan basis absorpsi: Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung


bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang stabil dengan adanya air.

c) Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air.

2.9. Uji Kontrol Kualitas Salep

a) Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis salep dilakukan untuk mengetahui pemerian salep
yang dihasilkan meliputi warna, bau dan bentuk.Sesuai dengan standar
sifat fisis salep warna salep harus berwarna putih pucat, bau khas dan
bentuk semi padat.

b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui susunan
sediaan yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara sediaan
salep dioleskan tipis-tipis pada sekeping kaca atau kertas saring dan
diamati homogenitas sediaannya. Karena jika sediaan salep homogen,
maka setiap bagian sediaan mengandung bahan obat yang jumlahnya
sama.

c. Uji Daya Sebar

xi
Pengujian uji daya sebar pada sediaan salep dilakukan untuk mengetahui
kemampuan salep untuk menyebar pada permukaan kulit dengan cara
menghitung panjang diameter salep yang menyebar pada lempeng glass
yang telah diberi milimeter blok. Persyaratan daya sebar untuk sediaan
topical yaitu sekitar 5-7 cm. Berdasarkan standar un daya sebar sediaan
salep yang baik bahwa semakin panjang diameter, penyebaran salep
semakin baik (Maulidaniar dkk. 2011).

d. Uji Daya Lengket

Pengujian uji daya lengket pada sediaan salep dilakukan untuk mengetahui
kualitas salep yang baik dimana salep yang dapat bertahan lama menempel
dikulit. Semakin lama salep tersebut menempel dikulit, maka akan
memberi efek terapi yang diinginkan dengan maksimal. Berdasarkan
standar uji daya lengket telah memenuhi standar yaitu kurang dari 4 detik.

e. Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi dilakukan pada sediaan salep bertujuan untuk mengetahui
kemampuan sediaan salep memproteksi kulit. Uji daya proteksi dilakukan
dengan cara sepotong kertas saring Sem x 5cm yang dibasahi dengan
larutan PP untuk indikator, setelah itu kertas dikeringkan. Setelah kering,
kertas diolesi dengan salep yang akan dicoba pada salah satu muka. Dan
pada kertas saring yang lain dengan ukuran yang sama dibuat ditengahnya
luas area 3cm x 3cm; kemudian diluar area dibasahi dengan arsiran parafin
padat yang telah dilelehkan. Dan ditempelkan dengan kertas yang
dioleskan salep, kemudian ditetesi larutan KOH 0,1 N kemudian diamati
ada atau tidaknya noda merah pada kertas. Bila tidak ada noda merah
berarti salep dapat memberikan proteksi terhadap larutan KOH 0,1N
(Charunia, 2009),
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa salep adalah sediaan
setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput
lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan
obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %.
Untuk dasar salep kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis
salep) dig unakan vaselin putih (vaselin album). Penggolongan dasar salep

xii
terdiri dari: dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat
dicuci dengan air, dan dasar salep larut dalam air. Jikadioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang
homogen dan Penandaan pada etiket tertera "obat Luar", Salep juga
digolongkan menurut konsistensinya yaitu: unguenta, cream, pasta, cerata, dan
Jelly, ada juga penggolongan salep menurut efek terapinya yaitu: salep
penutup, salep serap, dan salep endodermic.

3.2. Saran
Sebagai penutur bahasa kita seharusnya menggunakan variasi bahasa yang
sesuai dengan konteksnya. Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapakan kritik dan saran dari
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Farmakope edisi III

Buku Ilmu Resep kelas X

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan

xiii
Republik Indonesia. Jakarta.

Amef, Moh, 2006. Ilmu Meracik Obat, Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta.

Anonim, 2016. Buku Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Cair


Semi Padat, Stikes Muhammadiyah Klaten.

Maulidaniar, dkk. 2011. Gel Asam Salisilat. Universitas Lambung Mangkurat


Banjar Baru.

Syamsuni, 2006. Ilmu Resep. EGC. Jakarta

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Universitas Gajah Mada


Press. Yogyakarta.

xiv

Anda mungkin juga menyukai