Anda di halaman 1dari 17

SEDIAAN SALEP

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmasetika 1

Dengan Dosen Pembimbing :

Apt. Srie Rezeki Nur Endah, M.Si.

Disusun oleh :

Farmasi D/22

Arsila Khoirunisa (2204010099)

Nurannisyah Alhanifalakh (2204010110)

Tatang Tarmudin (2204010111)

Ulya Lulu (2204010124)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Berikut ini kami persembahkan sebuah makalah tentang “ Sediaan Salep” yang menurut
kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari materi tersebut.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika Dasar. Melalui kata
pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila dalam isi
makalah ini ada kekurangan dan tulisan yang kurang tepat. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran para pembaca akan
kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat

Tasikmalaya, 1 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1. Latar belakang.................................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian..........................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
2.1. Pengertian Salep..............................................................................................................................6
2.2. Persyaratan Salep............................................................................................................................6
2.3. Penggolongan Dasar Salep...............................................................................................................7
2.4. Kualitas Dasar Salep.........................................................................................................................8
2.5. Penggolongan Menurut Konsistensi Salep.......................................................................................9
2.6. Menurut Sifat Farmakologi / Terapetik Dan Penetrasinya...............................................................9
2.7. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep......................................................................................10
Contoh sediaan resep salep...................................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang sakit
atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal. Salep digunakan untuk mengobati penyakit
kulit yang akut atau kronis,sehingga diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar
dapat memberikan efek yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir . Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok .Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika dalah
10 %.

Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil,tidak terpengaruh oleh suhu
dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep harus halus. Oleh karena itu pada saat
pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah, salep yang harus digerus dengan
homogen, agar semua zataktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserap oleh kulit.

Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi dengan
menggunakan sediaan salep. Pelepasan obatdari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat
kimia fisika obat seperti kelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara zat aktif dengan
pembawanya serta untuk basis yang berbeda.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa itu Salep ?


2. Apa saja Persyaratan pembuatan Salep?
3. Apa sajakah Penggolongan pada dasar Salep?
4. Bagaimana Kualitas Dasar Salep ?
5. Apa saja penggolongan menurut konstitensi salep ?
6. Apa saja penggolongan menurut terapeutis penetrasi?
7. Bagaimana cara pembuatan salep?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian dari Salep ?


2. Untuk mengetahui persyaratan pembuatan Salep?
3. Untuk mengetahui penggolongan pada dasar Salep?
4. Untuk mengetahui Kualitas Dasar Salep ?
5. Untuk mengetahui apa saja penggolongan menurut konstitensi salep ?
6. Untuk mengetahui apa saja penggolongan menurut terapeutis penetrasi?
7. UnUntuk mengetahui bagaimana cara pembuatan salep?

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai sarana media pembelajaran serta
menambah wawasan pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Salep


Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa
massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.

Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah
dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah
10 % ( Anief, 2005)

Adapun fungsi salep, yaitu :

1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit b.


2. Sebagai bahan pelumas pada kulit
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).

2.2. Persyaratan Salep


Persyaratan salep Menurut FI III, yaitu :

1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik


2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan
vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian
salep.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”
2.3. Penggolongan Dasar Salep
a. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan
salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan
bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidr okarbon digunakan terutama
sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu
lama.
Contoh : Vaselin putih, vaselin kuning, paraffin cair, paraffin padat

b. Dasar Salep Serap


Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiriatas
dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak
(parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdir i atas emulsi air
dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutanair tambahan (lanolin).
Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum Simplex Adeps Lanae
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep
hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena
mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar
kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunak an dasar salep
ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan
dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying wax.

d. Dasar salep larut dalam air


Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen
larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep
yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti
paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar sale p yang kurang
ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat
terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang
mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang
mangandung air.
Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)

2.4. Kualitas Dasar Salep


Salep yang baik memiliki sifat sifat sebagai berikut :

1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar.
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan selur uh produk
harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai.
4) Dasar salep yang cocok, dan
5) Dapat terdistribusi merata
6) Protektif : salap salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki
kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam,
dan sinar matahari.
7) Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat pelepasan
obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang
tidak dikehendaki
8) Homogen.

2.5. Penggolongan Menurut Konsistensi Salep


1) Unguenta, adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair
pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2) Krim (Cream), adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air
3) Pasta, adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu
salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
4) Cerata, adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes),
sehingga konsistensinya lebih keras.
5) Gelones / Spumae / Jelly, adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai
pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan
titik lebur yang rendah

2.6. Menurut Sifat Farmakologi / Terapetik Dan Penetrasinya


1) Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup), Salep ini berguna untuk
melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi
lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar
salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
2) Salep endodermik Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit,
tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit
atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
3) Salep diadermik Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit
untuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa
merkuri iodida atau belladona.

2.7. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep


1) Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu
dengan pemanasan.
2) Peraturan Salep Kedua
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan- peraturan lain
dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya
oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.
3) Peraturan Salep Ketiga.
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air,
harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
4) Peraturan Salep Keempat
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus
sampai dingin.
Contoh sediaan resep salep
1.

 Resep standar :

Unguentum 2-4 (FMS Hal. 48)

R/ Acid Salicyl 2

Sulf praecipitatum 4

Vaselin flavum ad 100

 Perhitungan bahan
1. Asam salicylate : 10/100 x 2 : 0,2gram
2. Sulfur praecipitatum :10/100 x 4 : 0,4gram
3. Vaselin flav : ad 10 – (0,2 + 0,4)
: 10 – 0,6
: 9,4gram
4. Champora : 0,5gram

 Penimbangan bahan
1. Asam salicylate : 0,2 gram (200mg)
2. Sulfur praecipitatum : 0,4 gram (400mg)
3. Vaselin flav : 9,4 gram
4. Champora : 0,5 gram (500mg)

 Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan, disetarakan timbangan
2. Ditimbang masing masing bahan
3. Masukkan asam salisilat0,2 g dan champora kedalam lumpang tambahkan etanol
95% (qs), digerus ad larut homogen.
4. Masukkan sulf praecip. 0,4 g kedalam lumpang digerus ad homogeny
5. Ditambahkan Vaselin Flavum sedikit demi sedikit kedalam mortir gerus ad
homogeny
6. Keluarkan bahan dari lumping, kemas, beri wadah,
7. Serahkan ke pasien

 Informasi yang disampaikan


- Aturan pakai : untuk obat luar
- Cara pakai : dioleskan pada kulit yang sakit/iritasi
- Khasiat : mengobati iritasi dan jamur

2.

 Perhitungan bahan
1. Menthol : 1/100 x 5 g : 0,05 gram
2. As. Salisilat : 2/100 x 5 g : 0,1 gram
3. Sulfur : 0,1 gram
4. Vas Album : ad 5 – ( 0,05 + 0,1 + 0,1 )
: 4, 75 gram
 Penimbangan Bahan
1. Menthol : 0,05 g (50 mg)
2. As. Salisilat : 0,1 g (100 mg)
3. Sulfur :0,1 g (100 mg)
4. Vas Album : 4,75 g

 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan, disetarakan timbangan
2. Ditimbang masing masing bahan obat
3. Dimasukkan Menthol ke dalam lumpang, ditetesi etanol 95% lalu tambahkan sebagian
vas album, gerus ad larut homogen, sisihkan (m1).
4. Dimasukkan As. Salisilat ke dalam lumpang, ditetesi etanol 95%, lalu tambahkan
sebagian vas album, gerus ad larut homogen, sisihkan (m2).
5. Dimasukan sulfur PP ke mortir tambahkan sisa vas album, gerus ad homogeny,
masukan m1 dan m2, gerus ad larut homogeny.
6. Keluarkan semua bahan, kemas, beri wadah dan etiket.
7. Serahkan.

 Informasi yang disampaikan


- Aturan pakai : untuk obat luar
- Cara pakai : dioleskan pada kulit yang sakit/iritasi
- Khasiat : mengobati iritasi dan jamur
3. R/ Salep luka bakar 15

Adde

Benzocain 1%

S tdd applic part dol

Pro : Tn. Sodikin

 Resep standar :
Olei Iecoris Unguentum (FN Hal. 127)
Tiap 10 gram menagndung :
Oleum iecoris aselli 2,5 g
Cera flava 250 mg
Vaselin flavum ad 10 g

 Perhitungan bahan
1. Ol.iecoris aselli : 15/10 x 2,5 : 3,75 g
2. Cera flava : 15/10 x 0,250 : 0,375 g
3. Vaselin flavum : ad 15 – (3,75 g + 0, 375 g )
: 15 – 4,125
: 10,87 g
4. Benzocaine : 1/9 x 15 : 0,151 g

 Penimbangan bahan
1. Ol.iecoris aselli : 3,75 g
2. Cera flava : 0,375 g (375 mg)
3. Vaselin flavum : 10,87 g
4. Benzocaine : 0,151 g (151 mg)
 Cara pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan, disetarakan timbangan
2. Ditimbang masing masing bahan obat
3. Lebur cera flava dan vaselin di cawan penguap ad cair
4. Masukkan benzocaine ke dalam lumping, tambahkann hasil leburan, gerus ad larut
homogeny
5. Keluarkan semua bahan, kemas, beriwadah dan etiket
6. Serahkan

 Informasi yang disampaikan


- Aturan pakai : untuk obat luar
- Cara pakai : dioleskan pada kulit yang terkena luka bakar
- Khasiat : mengobati luka bakar pada kulit.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, salep adalah sediaan


setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit. Salep tidak boleh
berbau tengik, kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %.

Untuk dasar salep kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis
salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Penggolongan dasar salep terdiri
dari : dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air, dan dasar salep larut dalam air.

Salep juga digolongkan menurut konsistensinya yaitu : unguenta, cream, pasta,


cerata, dan Jelly, ada juga penggolongan salep menurut efek terapinya yaitu : salep
penutup, salep serap, dan salep endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau
dari zat berkhasiat utamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 53.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12.

Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Saifullah,T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan Semipadat,
Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63. 64

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.

Tjay, Tan Hoan , et all, 2000, Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo, Jakarta. 132.

Anda mungkin juga menyukai